HAND OUT
REKAYASA PONDASI 1
PONDASI TELAPAK
A. PENGANTAR
Pada dasarnya, mata kuliah teknik pondasi mempelajari pemilihan dan
pendesainan sistem struktur pondasi untuk suatu bangunan yang berbasis
pada ilmu mekanika tanah dan struktur bangunan. Untuk pendesainan sistem
pondasi yang aman dan ekonomis pada suatu bangunan, terkadang diperlukan
keberanian dan sedikit keberuntungan karena sebenarnya tidak ada pakem
harus memilih pondasi tertentu untuk jenis tanah dan beban tertentu.
Pengalaman
dan
ketajaman
engineering
jugdement
merupakan
kunci
pemilihan pondasi yang sesuai dan bisa jadi setiap ahli pondasi akan memiliki
desain yang berbeda untuk proyek yang sama.
Besarnya beban statis atau dinamis yang bekerja dan batasan deformasi
Adapun tipe pondasi yang sesuai dengan hasil penyelidikan tanah berdasarkan
pengalaman di lapangan :
Bila tanah pendukung pondasi terletak pada permukaan tanah atau 23 meter di bawah permukaan tanah, maka disarankan menggunakan
pondasi dangkal dengan kedalaman minimum 1,0 meter. Pada kondisi
khusus :
a. Jika kondisi tanah berlereng perlu dilakukan perkuatan lereng
agar tidak terjadi guling atau pergeseran pondasi akibat
pergerakan tanah lateral. Perlu pengecekan terhadap faktor
aman (SF) stabilitas lereng.
b. Jika pengaruh gerusan cukup besar atau aksial tarik dan gaya
horisontal yang cukup besar, dapat digunakan pondasi
sumuran.
pondasi
Beban
statik
menekan
batang
baja
dengan
ujung
standar
(konis/kerucut).
Luas ujung cone (Ac) =10 cm2, luas selimut yang diukur (As) = 100-150
cm2.
Cara ukur :
Pembacaan pertama adalah nilai qc dalam kg/cm2
Kemudian pembacaan kedua adalah nilai (qc + fs) dalam kg/cm2
Cara Hitung :
fs = [(qc + fs) qc ] x (Ac / As) dalam kg/cm2
Rf = fs/qc x 100 dalam prosentase.
ft = komulatif dari (fs x 20) untuk tiap pembacaan data, dalam
kg/cm.
20 cm
ft1 = 20.fs1
20 cm
ft2 = ft1+20.fs2
Ada lapisan
lensa keras
qc
24 m
ft
Lapisan keras
qa =
qc
40
dengan,
qa = kapasitas dukung ijin netto dalam kg/cm2
qc = nilai rata-rata qc dari kedalaman Df +0,5B
hingga Df + 2B dalam kg/cm2
B
Bila dijumpai grafik conus resistance (qc) seperti di bawah ini, maka tanah keras
seperti cadas atau tanah berbatu telah dijumpai.
Bila dijumpai grafik conus resistance (qc) seperti di bawah ini, maka pada tanah
pendukung yang cukup baik berada di atas tanah lunak. Jika menggunakan
pondasi dangkal perlu dipertimbangkan penurunan tanahnya.
Bila dijumpai grafik conus resistance (qc) seperti di bawah ini, maka pada tanah
pendukung tidak dijumpai adanya tanah keras hingga pengujian sondir
dihentikan. Jenis tanahnya dapat berupa lempung lunak dan bila qc sangat kecil
dapat diabaikan, sehingga hanya dapat digunakan friction pile sebagai tiang
apung.
Bila dijumpai grafik conus resistance (qc) seperti di bawah ini, maka tanah yang
cukup keras seperti lempung kaku telah dijumpai pada kedalaman yang cukup
dalam. Bila tanah cukup keras cukup tebal, maka dapat digunakan kombinasi
end bearing pile dan friction pile.
Bila dijumpai grafik conus resistance (qc) seperti di bawah ini, dijumpai tanah
yang berlapis-lapis sehingga kekuatan tanah meragukan dan mengalami
kesulitan untuk menetapkan kapasitas dukung tanah yang aman dan ekonomis.
Perlu pengalaman dan keberuntungan untuk penentuan kedalaman pondasi
dangkal jika dijumpai grafik sondir yang sangat bervariatif untuk satu lokasi
proyek.
10
rata2
tanah keras mencapai kedalaman 3-5 meter, penggunaan pondasi sumuran atau
pancang akan menjadi kurang ekonomis. Untuk itu perbaikan tanah dengan
mengganti tanah asli di bawah dasar pondasi dengan sirtu yang dipadatkan
sedalam 100 cm dapat digunakan.
D.2. Perkuatan Sistem Cerucuk
Sistem perkuatan dengan kayu atau bambu cerucuk biasanya digunakan
terutama pada tanah lunak. Sistem ini relatif murah namun hanya dapat
dilakukan pada lapisan tanah selalu basah atau muka air selalu dipermukaan
seperti pada proyek di daerah pantai. Cerucuk kayu atau bambu haruslah selalu
terendam untuk menghindari pelapukan. Cerucuk kayu bakau atau bambu dipilih
yang kuat dan bulat berdiameter sekitar 5 - 10 cm dengan panjang 2 - 5 meter.
Pemancangan tiang cerucuk biasanya secara manual dengan jarak antara 10-30
cm atau kurang dari 3 x diameter cerucuk agar terjadi keruntuhan blok (block
failure).
D.3. Perkuatan dengan Balok Rib Tinggi
Pada tanah pendukung yang cukup lunak, perbedaan penurunan antar kolom
merupakan masalah yang seringkali dihadapi. Dari pendekatan struktural,
penggunaan pelat pondasi konvensional dikombinasilkan dengan balok pengaku
(rib) yang tinggi akan membentuk sistem pondasi dangkal yang sangat kaku
dan dapat mendistribusikan beban kolom secara merata. Sehingga diharapkan
Struktur Pondasi Telapak Hanggoro Tri Cahyo A.
11
beda penurunan antar kolom masih dalam batas toleransi yang diijinkan. Namun
demikian kekurangan dari
kemungkinan kegagalan terhadap lipatan (lateral buckling), untuk itu balok rib
disusun membentuk konfigurasi segi tiga yang di dalamnya diisi oleh
tanah
12
13
Kegagalan kapasitas
dukung tanah
Tahanan
geser
Tegangan
Normal
14
DEFORMASI
penurunan
fungsional
yakni
kerusakan
atau
kemampuan
arsitektural,
layan
dan
kerusakan struktural.
Untuk melihat tingkat keamanan struktur atas terhadap
perbedaan penurunan, menurut Skempton dan MacDonald
(1956) mendefinisikan 2 persyaratan yakni angular distorsion
(/L) dan perbedaan penurunan kolom maksimum (max).
Angular distorsion (/L) didefinisikan sebagai perbedaan
penurunan antara 2 (dua) kolom dibagi dengan jarak as ke
as kolom. Berdasarkan studi yang dilakukan, retakan dinding
pasangan bata pada struktur bangunan terjadi bila
/L
15
Beban
kolom
Pondasi
Tanah termampatkan
16
Q
General
shear failure
Local
shear
failure
q = Q/A
Setlement
Punching
shear
failure
17
Menurut Versic (1963) Ada 3 pola keruntuhan kapasitas dukung tanah yakni,
General Shear Failure
18
q = .Df
Df
19
Biasanya pondasi tidak diletakan pada permukaan tanah, dan dalam praktek
diasumsikan, tanah pada kedalaman Df hanya diperhitungkan sebagai beban
yang menambah tekan merata q pada elevasi pondasi, hal ini disebabkan tanah
diatas elevasi pondasi biasanya lebih lemah, khususnya jika diurug, daripada
tanah pada tempat yang lebih dalam. Kapasitas dukung ultimit di bawah pondasi
pelat menerus dapat dinyatakan dengan persamaan Terzaghi (1943),
qult = c Nc + q Nq + b N
= 22/7
cot = 1/tan
Sedangkan nilai N diusulkan,
N = ( Nq 1 ) tan 1.4
Mayerhof (1963)
N = 1.8 ( Nq 1 ) tan
Hansen (1968)
20
Untuk lebih realistis setelah pengecekan terhadap qult (general shear failure),
pondasi perlu dichek terhadap setlement (hasil lab).
Dapat juga hasil lab dibandingkan dengan uji lapangan (SPT atau CPT). Hasil
qult lab biasanya lebih besar dari qult lapangan (pendekatan). Mengapa hasil
qult lapangan nilainya lebih rendah ? karena teorinya hanya sederhana, tanah
dibagi menjadi tanah kohesif dan non-kohesif.
Kondisi khusus,
pada tanah non-kohesif c = 0 maka qult = q Nq + b N
pada tanah kohesif = 0 maka Nc = 5.7, Nq=1, N=0, qult = 5.7 c + q
pondasi pada permukaan tanah Df = 0 maka qult = c Nc + b N
21
keakuratan
parameter-parameter
kekuatan
Beberapa alasan mengapa data hasil laboratorium mektan perlu di tinjau (jangan
dipercaya langsung) :
Tingkat ketergangguannya.
22
0 D1 Df
D1
Df
sat
D2
q = D1 b + D2
qult = c Nc + q Nq + b N
= sat - w
b
D1 > Df, 0 d b
b
q = Df.b
Df
qult = c Nc + q Nq + b N
= sat - w
sat
d >b
Tidak ada pengaruh air.
SARAN : Sebenarnya perlu juga koreksi nilai dan c selain nilai akibat adanya
m.a.t, namun di lapangan dapat digunakan nilai dan c terlemah.
Struktur Pondasi Telapak Hanggoro Tri Cahyo A.
23
Jika tanah kurang padat lebih tipis pengaruh lapisan yang lebih padat.
Jika tanah lebih padat tebal kapasitas dukung tanah yang lebih padat
dan chek setlement lapisan kurang padat.
Jika tanah lebih padat tipis -- pertimbangkan patah pons (pada lap.
Cadas) jika pondasi diletakan diatas lap.cadas sehingga gunakan
kapasitas dukung lapisan kurang padat.
24
[ WL + WD + WF + WS ] qall
A
25
qult(NET) = qult - q
qall(NET) = qult(NET) / FS
dalam praktek qall(NET) digunakan terhadap beban bangunan diatas
saja, berat pondasi dan tanah diatasnya dianggap berat tanah saja.
[ WL + WD ] qall(NET)
A
Secara teoritis jika Wbangunan = Wtanah yang digali , maka penurunan
tidak terjadi.
Gross Allowable Bearing Capacity dengan faktor aman pada kuat geser
tanah.
Hanya untuk memuaskan dan jarang digunakan.
Cd = C / FS
tan d = tan / FS
qall = Cd Nc + q Nq + b N
FS pada penyelesaian ini antara 2-3 kira-kira sama dengan hasil SF 34 untuk dua metode sebelumnya.
Catatan :
Jika menggunakan rumus qult setlement yang terjadi 5-25% x b untuk tanah
pasir dan 3-15% pada tanah lempung. Pondasi Mat / Raft memiliki setlement
relatif besar karena b besar.
26
GS
(m)
(%)
(ton/m3)
(ton/m3)
sat*)
(ton/m3)
(kg/cm2)
()
-1.0
2,015
39,41
1,123
0,794
1,566
1,566
0,16
15
-2.0
2,020
37,88
1,144
0,765
1,578
1,578
0,15
15
-3.0
2,165
33,27
1,259
0,720
1,677
1,677
0,03
15
-4.0
2,170
39,48
1,167
0,859
1,628
1,628
0,03
14
-5.0
2,175
42,83
1,126
0,931
1,608
1,608
0,03
15
0.00 m
0.00 m
LAPISAN 1
b1 = 1,566 ton/m3
LEMPUNG PADAT
-2.00 m
-2.25 m
-2.75 m
-2.25 m
LAPISAN 2
sat = 1,608 ton/m3
c = 0,03 kg/cm2
= 14
PASIR HALUS
BERLANAU DAN
BERKULITKERANG
-5.00 m
-5.00 m
(a)
(b)
Gambar C1.1. (a) Penampang soil profile dan (b) Simplifikasi soil profile untuk
analisis pondasi.
27
28
Nc
Nq
5.70
1.00
0.00
6.30
1.22
0.18
6.97
1.49
0.38
7.73
1.81
0.62
8.60
2.21
0.91
10
9.61
2.69
1.25
12
10.76
3.29
1.70
14
12.11
4.02
2.23
16
13.68
4.92
2.94
18
15.52
6.04
3.87
20
17.69
7.44
4.97
22
20.27
9.19
6.61
24
23.36
11.40
8.58
26
27.09
14.21
11.35
28
31.61
17.81
15.15
30
37.16
22.46
19.73
29
qa =
qc
30
q
0 ,3048
qa = c 1 +
50
B
dengan,
qa = kapasitas dukung ijin netto dalam kg/cm2
qc = nilai rata-rata qc dari kedalaman Df +0,5B
hingga Df + 2B dalam kg/cm2
B
qa =
qc
20
.kd
30
dengan,
kd = 1 + 0 ,33
.Df
B
1 ,33
qs
qc
Df
SF
= faktor aman.
31
Kedalaman
Cukup untuk menjamin tidak ada desakan dari tanah (tidak bergeser) [ min.60 DF
cm], bebas dari perubahan musim/gangguan alam [min. 1 m] atau di bawah
level scouring dan tanah organik.
Toleransi turunan
2,5 cm dan
harus bersama
Pondasi aman terhadap bahan-bahan reaktif (awet), tidak boleh retak dan
tidak boleh melentur berlebihan.
min 1-1,5
max 2-3
32
baru
lama
baru
33
34
hujan
Relatif kering
Relatif basah
kering
Lantai terangkat
35
Sifat tanah ekspansif : pada saat basah mengembang dan pada saat kering
tanah menyusut baik ke arah vertikal (dominan) maupun horisontal.
Solusi : Mengganti tanah dengan tanah yang baik, perbaikan tanah dengan
bahan kimia (semen/kapur), pengontrolan kadar air agar tidak terjadi penyusutan
dan pengembangan. Untuk pondasi telapak disarankan mengganti lapisan
ekspansif dengan jenis tanah yang tidak ekspansif.
Tanah
Timbunan
tidak
ekspansif
1-3 meter
Ekspansif soil
Pasir
2V : 1H
Momen (M)
Kombinasi
Asumsi Analisis :
36
Jenis beban :
1. Beban Merata
q
Beban merata (q) = Beban tanah terbagi rata (q1) + Berat sendiri
pelat pondasi (q2).
Tegangan tanah akibat beban yang bekerja () = q
Didalam praktek kolom beton = tanah diatas pondasi
37
My
3. Analisis Beban Momen
x+
O = pusat dasar
pondasi.
Momen berputar
terhadap titik O.
R
B
y+
o
x+
adalah My.
Struktur Pondasi Telapak Hanggoro Tri Cahyo A.
38
MR = R . B
R = .( B).. L = BL
B = 2. 2/3. ( B) = 2/3 B
MR = BL . 2/3 B = 1/6 B2 L
Mbeban = Mreaksi
= My/(1/6 B2 L) = 6.My/( B2 L )
Kombinasi beban vertikal sentris dengan momen My merupakan
penjumlahan aljabar,
= Q/A 6.My/( B2 L )
Q
My
x+
o
- 6.My/(B2.L)
6.My/(B2.L)
+
Q/A
=
min
max
39
Secara umum,
Tegangan maksimum pada x=B/2
Mx
min
B
40
ex
Q
o
x+
My
x+
Qn = Q1 + Q2 + + Qn
My = Q1.ex1 + Q2.ex2 + + Qn.exn
Q1
Q2
ex1 ex2
My
x+
x+
ex
My
x+
x+
ex = My/Q (+/-)
maka tegangan tanah di bawah dasar pondasi akibat beban
menjadi,
= Q/(B.L) 6.My/(B2L)
= Q/(B.L) 6.(Q.ex)/(B2L)
= Q/(B.L) (1 6.ex/B)
Struktur Pondasi Telapak Hanggoro Tri Cahyo A.
41
agar tidak jadi tegangan tarik pada tanah maka nilai min dibatasi,
0 min
1/6B
Q/(B.L) (1 - 6.ex/B)
6.ex/B 1
ex B/6
x+
max =
2Q/(B.L)
Kondisi umum
B/6
max qall
min 0
L/6
yang diarsir.
Jika terdapat beban horisontal (H) setinggi h dari dasar luasan
pondasi maka, My = H. h
Q
H
My
h
o
x+
x+
42
120
Kolom 30x30
t=25 cm
25
30
100
120
60
30
POTONGAN A-A
Gambar C1.2.
120
0
100
3
30
60
43
1,65
1,65
X
III
II
100
30
60
44
X
III
II
100
30
60
45
D
Y
120
30
60
100
(ton/m2)
x (m)
y (m)
-0,7
-0,55
-4,8 < 0
0,9
-0,55
-1,51
0,9
-0,25
1,647
0,3
0,65
-0,7
0,65
7,82
E
2
1 kg/cm = 10 ton/m
Kesimpulan :
< 0
46
P1
K1
0.0
A
- 2.0
400
100
100
POTONGAN A-A
BALOK RIB
25/50
Dimensi kolom 30 cm x 30 cm
K2
B=2m
L=8m
Beban Kolom K1 :
P1
300
= 50 ton
Mx1 = -1 ton.m
Beban Kolom K2 :
P2
= 70 ton
K3
85
P3
X
100
= 40 ton
100
47
JAWAB :
1. Perhitungan tegangan tanah di bawah dasar pondasi dan pengecekan
terhadap tegangan ijin tanah qallNet.
A. Perhitungan Letak Resultan Beban
Letak resultan PTotal terhadap titik A (Gambar C2.2)
PTotal = P1 + P2 + P3
= 160 ton
r
= L / 2 = 4 meter
ey
= y-r
= 0,34625 meter
48
MxTotal.y
= Ptotal
A
Ix
= 10 2,5968
max
min
r
400
Y
PTotal
ey
0
K2
300
K3
85
100
100
49
K1
Untuk
mendesain
ekonomis,
maka
pondasi
letak
yang
resultan
lebih
PTotal
400
ey
PTotal
0
X
K2
menjadi 7,30.
A. Eksentristas Beban terhadap Titik O
menjadi :
y = L / 2 = 3,65 meter
300
eybaru = y - r
= 0,00375 meter
B. Perhitungan Tegangan Tanah
K3
15
75
75
= 0,6 ton.m
Abaru = B.L = 1,5.7,3 = 10,95 m2
Ixbaru = 1/12.B.L3 = 48,627 m4
50
= Ptotal
Abaru
MxTotal.y
Ixbaru
= 14,612 0,045
51
2,50
Kolom K1 :
Beban P1 = 70 ton
2,00
A
K2
K1
Momen M1 = 7 ton.m
2,50
P2
Kolom K2 :
Kolom K2
Kolom K1
Beban P2 = 90 ton
Momen M2 = -8 ton.m
Balok 25/50
6,00
52
P1
P2
ex
R
A
Kolom K2
PTOTAL
Kolom K1
O
x
6,00
Gambar C3.1. Posisi titik berat pondasi (0) dan resultan PTOTAL (R).
53
Kolom K2
Kolom K1
O
.L1
e1
e2
.L2
6,00
Gambar C3.2. Posisi titik berat pondasi (0) dan resultan PTOTAL (R).
e1 = .L1 - x = - 2,94 meter
e2 = 6,15 - x = 1,96 meter
Iy
Iy
OK
Iy
..OK
2. Untuk mendesain ulang agar ekonomis, usahakan titik berat luasan pondasi
(O) berhimpit dengan resultan PTOTAL (R).
A. Tentukan Luasan Total Pondasi (A)
Amin = PTOTAL
qAll - q
= 7,6 m2
Struktur Pondasi Telapak Hanggoro Tri Cahyo A.
54
.. (1)
(2)
55
P1
P2
Kolom K1
PTOTAL
Kolom K2
ex
O
x
6,00
Gambar C3.3. Posisi titik berat pondasi (0) redesain dan resultan PTOTAL (R).
e1 = .B1 - x = - 2,425 meter
e2 = 6,15 - x = 2,675 meter
xmin = e1 - .B1 = - 3,475 meter
xmaks = e2 + .B2 = 3,675 meter
A
Iy
Iy
OK
Iy
..OK
56
My
P, Pu
A
Asx
Asx
A
B B
Mx
Asy
Asy
45
Min 30 cm
cv
L
DENAH PENULANGAN
th
th
L
L
POTONGAN A-A
57
3. Material
Mutu beton (fc)
Mutu baja tulangan (fy)
4. Dimensi
Tebal pelat pondasi pada tepi pondasi (th) (minimal 15 cm)
Tebal selimut beton (cv) (disarankan 5 cm)
B. PROSES PERHITUNGAN
Untuk menyederhanakan perhitungan pondasi simetris, momen untuk arah x dan
y hasil reaksi tumpuan akan didistribusikan melalui sloof struktur.
1. Penentuan Dimensi Pondasi
Dalam penentuan besarnya dimensi B dan L, kombinasi pembebanan yang perlu
ditijau adalah :
Beban tetap, = P/(B.L) < tanah
Beban sementara pengaruh gempa, = P/(B.L) < 1,5.tanah
58
bo = 2(B+d) + 2(L+d)
Vc = 1/3.bo.d.10(fc/10)
Vu = (B.L (B+d)(L+d)). u
Jika Vc Vu maka pelat pondasi dengan ketebalan efektif d dapat
menahan geser pons.
Jika Vc < Vu maka perbesar ketebalan pelat pondasi th dan th.
3. Pengecekan Terhadap Geser Lentur (dalam kg,cm)
phi terhadap geser = 0,75
Untuk potongan 3-3
Vc = 1/6.B.d.10(fc/10) dalam kg
Vu = (L L 2d)/2.B.u dalam kg
Jika Vc Vu maka pelat pondasi dengan ketebalan efektif d dapat
menahan geser lentur.
Jika Vc < Vu maka perbesar ketebalan pelat pondasi th dan th.
Untuk potongan 6-6
Vc = 1/6.L.d.10(fc/10) dalam kg
Vu = (B B 2d)/2.L.u dalam kg
Jika Vc Vu maka pelat pondasi dengan ketebalan efektif d dapat
menahan geser lentur.
Jika Vc < Vu maka perbesar ketebalan pelat pondasi th dan th.
4. Perhitungan Penulangan (dalam kg,cm)
phi terhadap lentur tanpa beban aksial = 0,8
Momen untuk menghitung penulangan Asx dalam kg.cm/m
Pada potongan 1-1, Mux = .u.(B)2
Pada potongan 2-2, Mux = .u.(B- d)2
Pada potongan 3-3, Mux = .u.(B-d)2
59
60
P, Pu
3
d d
2
45
d
3
th
1
th
,u
L
POTONGAN A-A
Y
My
3
1
Geser Lentur
6
5
5
A
Geser Lentur
4
Asx
Mx
A
B
GeserPons
Asy
3
1
L
61
1.
:
:
:
:
REKAYASA PONDASI I
D3 / 4
Kamis, 29 Juni 2006
90 Menit
Tempat Ujian
Jumlah Peserta
Dosen Penguji
Sifat Ujian
:
:
:
:
R. KAYU
33
Lashari / Hanggoro
Buku Terbuka
Hitunglah kapasitas dukung pondasi dangkal (qallnet) berbentuk bujursangkar pada areal bekas
persawahan, jika diketahui :
+1,50
Tanah Urugan
c = 0 kN/m2 = 25
b = 16 kN/m3 sat = 18 kN/m3
Df
0,00
m.a.t
Lempung
c = 15 kN/m2
= 10
b = 16 kN/m3
sat = 17 kN/m3
-1,00
air = 10 kN/m3
-20.00
2.
Jika dari hasil analisis struktur, beban yang bekerja pada titik berat luasan (O) dasar pondasi dangkal
pada soal nomor 1 adalah :
Momen Mx = 0 kN.m
Momen My = 15 kN.m
Beban aksial kolom P = 420 kN
(belum termasuk berat pelat pondasi tebal 0,3 meter, beton = 24 kN/m3)
Gambarkanlah tegangan tanah yang terjadi di bawah dasar pondasi dan cek apakah pondasi aman
terhadap kapasitas dukungnya (qallnet).
----- SELAMAT MENGERJAKAN -----
62
+1,50
Df
0,00
m.a.t
Lap 2. Lempung
c = 15 kN/m2
= 10
b = 16 kN/m3
sat = 17 kN/m3
-1,00
air = 10 kN/m3
-20.00
= b1 . 1,5 + b2 . 1
= 16 . 1,5 + 16 . 1 = 40 kN/m2
2 = 10 Nc = 9,61; Nq = 2,69 ; N = 1,25
qult = 1,3 c2 Nc + q Nq + 0,4 B 2 N (di bawah dasar pondasi tanah jenuh air)
= 1,3 . 15 . 9,61 + 40 . 2,69 + 0,4 . B . (17-10) . 1,25
= 187,395 + 107,6 + 3,5 B
SF = 3
NIM
B
qult
qallnet = (qult q)/SF
(m)
kN/m2
kN/m2
0
1,5
300,245
86,74
1
2,5
303,745
87,91
2
3,5
307,245
89,08
3
4,5
310,745
90,24
4
2
301,995
87,33
5
2,5
6
3
305,495
88,49
7
3,5
8
4
308,995
89,66
9
4,5
2.
Untuk NIM = 6 B = 3m (berat pelat beton boleh diasumsikan sama dengan berat tanah jika
digunakan qallnet)
= P/A My/Wy
= P/A (My.x)/Iy
= 420/9 (15 . 1,5) / (1/12 . 34)
max = + 50 < qallnet (=88,49 kN/m2) Aman
min = + 43,33 > 0 Aman
My
min
x+
o
max
63