Oleh :
NBP : 1510911047
PADANG, 2019
ABSTRAK
Pada AlSi komersil dibutuhkan grain refiner untuk menghaluskan butir karena
pada paduan AlSi masih memiliki butir yang kasar. Grain refiner yang paling
umum digunakan adalah AlTiB. Penambahan modifier strontium akan mengubah
struktur silikon yang awalnya berbentuk jarum-jarum panjang menjadi lebih
membulat dan lebih tersebar merata. Struktur silikon yang membulat dan tersebar
merata akan meningkatkan sifat mekanik, mempermudah proses pemesinan dan
menghilangkan kegetasan pada aluminium silikon. Pada pembuatan produk hasil
coran dibutuhkan fluiditas yang baik untuk menghindari cacat misrun pada
produk tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
fluiditas dan nilai kekerasan dari penambahan AlTiB pada master alloy Al-7%Si.
Penelitian ini dilakukan dengan melebur master alloy Al-7%Si dengan
menambakan modifier strontium dengan persentase 0,015% - 0,03% dan grain
refiner AlTiB dengan persentase 0,05% - 0,2%. Hasil dari penelitian ini adalah
penambahan modifier strontium akan mengurangi laju fluiditas dari paduan serta
membuat struktur silikon menjadi menebal dan membuat terjadinya penurunan
nilai kekerasan dari paduan. Penambahan grain refiner AlTiB akan
meningkatkan nilai fluiditas dari paduan meningkat serta membuat struktur
Silikon menjadi tersebar merata dan membuat terjadinya peningkatan kekerasan
dari paduan.
Kata Kunci : Aluminium Silikon, Grain Refiner AlTiB, Modifier Strontium, dan
Fluiditas
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan shalawat beriring
salam kepada Rasulullah SAW. Pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini dengan judul “PENGARUH PENAMBAHAN MODIFIER
1. Bapak Dr. Ir. H. Is Prima Nanda, MT, dan Bapak Devi Chandra, Ph.D,
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, perhatian,
pengarahan, dan semangat dalam penyelesaian Tugas Akhir.
2. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan do’a, motivasi dan
bantuan baik moril maupun materil.
3. Seluruh staf pengajar di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Andalas.
4. Seluruh karyawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Andalas.
5. Teman-teman seperjuangan angkatan M.XXVIII HMM FT-UNAND yang
telah banyak memberikan bantuan selama proses pendidikan di Jurusan
Teknik Mesin Universitas Andalas.
6. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelsaikan
Tugas Akhir yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Penulis berdoa semoga segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan
mendapat balasan pahala oleh Allah SWT, serta kesuksesan selalu diberikan-Nya
kepada kita.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak luput dari kekurangan.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun.
Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua,
terutama bagi penulis dan lingkungan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Andalas, Amin.
Penulis
v
DAFTAR ISI
2.1 Aluminium................................................................................................ 4
3.2.1 Bahan................................................................................................. 12
3.2.2 Alat ....................................................................................................... 13
BAB V PENUTUP............................................................................................... 25
vii
DAFTAR GAMBAR
Aluminium dengan paduan silikon (Al-Si) memiliki sifat mampu cor yang
baik, mampu las yang baik, memiliki konduktifias termal yang tinggi dan tahan
terhadap korosi. Karena memiliki sifat tersebut, aluminium dengan paduan silikon
banyak ditemukan pada industri otomotif, pesawat terbang dan industri militer[2].
Pada AlSi komersil dibutuhkan grain refiner untuk menghaluskan butir karena
pada paduan AlSi masih memiliki butir yang kasar[3]. Terdapat beberapa unsur
yang dapat berfungsi sebagai grain refiner seperti Titanium (Ti), Boron (B) dan
Zirkonium (Zr) atau gabungannya. Grain refiner yang paling umum digunakan
adalah AlTiB[4].
Modifikasi pada aluminium juga diperlukan untuk meningkakan sifat
mekanik dari aluminium. Penambahan modifier Strontium akan mengubah
struktur silikon yang awalnya berbentuk jarum-jarum panjang menjadi lebih
membulat dan lebih tersebar merata. Struktur silikon yang membulat dan tersebar
merata akan meningkatkan sifat mekanik, mempermudah proses pemesinan dan
menghilangkan kegetasan pada aluminium silikon.
1. Grain refiner yang digunakan adalah AlTiB dengan variasi 0,05%, 0,1%,
0,15% dan 0,2%.
Laporan tugas akhir ini secara garis besar terbagi atas 5 bagian, yaitu :
2.1 Aluminium
Aluminium memiliki sifat yang unik. Logam ini merupakan salah satu
logam yang paling ringan hampir tiga kali lebih ringan dari besi. Aluminium juga
memiliki sifat yang kuat, sangat fleksibel dan tahan terhadap korosi[5]. Dibidang
industri, aluminium sangat banyak digunakan karena sifatnya yang mudah
dipadukan dengan unsur lain untuk ditingkatkan karakteristiknya diantaranya sifat
mekanik, sifat mampu cor, sifat mampu mesin dan ketahanan retak panas. Oleh
sebab itu, aluminium sering digunakan untuk peralatan rumah, transportasi,
konstruksi dan material pada pesawat terbang[2].
Tinjauan Pustaka
Pada diagram fasa Al-Si dapat dilihat penamaan jenis paduan berdasarkan
persentase kandungan Si pada sebuah paduan AlSi. Kandungan Si yang kurang
dari 12% dari total komposisi paduan dinamakan AlSi Hipoeutektik. Kandungan
Si ± 12% dinamakan AlSi Eutektik dan kandungan Si yang besar dari 12%
dinamakan AlSi Hipereutektik[7]. Bentuk diagram fasa dan mikrostruktur dari
paduan AlSi dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Adanya silikon primer pada paduan ini akan menambah ketahanan aus dan
memiliki ekspansi thermal yang rendah sehingga sangat cocok digunakan untuk
produk yang memiliki ketelitian dimensi pada temperatur tinggi seperti piston.
Paduan ini memiliki kelebihan seperti tahan aus, kekuatan yang tinggi, kekerasan
meningkat, ketahanan retak panas, dan ekpansi thermal yang rendah[9].
Gambar 2. 6 Struktur Aluminium (a & b) sebelum dimodifikasi dan (c &d) setelah modifikasi
Mulai
Studi Literatur
Peleburan
Pengujian Kekerasan
Pengumpulan data
dan Pembahasan
Selesai
Bagian ini menjelaskan bahan dan alat yang digunakan selama pengujian :
3.2.1 Bahan
3.2.2 Alat
2. Kowi
Kowi digunakan untuk wadah peleburan spesimen.
4. Timbangan digital
Timbangan digital ini digunakan untuk menimbang berat spesimen yang
akan diuji.
5. Pemotong spesimen
Alat pemotong ini bisa berupa gerinda atau gergaji yang digunakan untuk
memotong spesimen.
Pada bagian ini menjelaskan prosedur atau langkah langkah yang akan
dilakukan dalam penelitian.
3.3.5 Peleburan
• Grinding (Pengamplasan)
Pengamplasan dilakukan dengan menggunakan kertas amplas dengan
amplas nomor grid 120#, 1000#, 1500# dan 2000#, yang dilakukan secara
bertahap dimulai dari amplas dengan nomor grid paling kecil (kasar) ke
nomor grid yang besar (halus). Proses pengamplasan ini bertujuan untuk
mendapatkan kehalusan permukaan dan menghilangkan goresan-goresan
kasar pada permukaan sampel.
• Polishing (pemolesan)
Sampel yang permukannya telah halus dan rata kemudian akan dipoles
dengan menggunakan mesin pemoles dan zat poles alumina. Proses ini
dilakukan setelah pengamplasan dengan tujuan untuk menghilangkan
goresan-goresan akibat pengamplasan, sehingga didapatkan permukaan yang
lebih halus dan mengkilap.
Awal tahap proses pemolesan ini dilakukan dengan agak memberi tekanan
pada sampel yang berguna untuk menghilangkan goresan dari hasil
pengamplasan. Kemudian secara bertahap sampel dipoles dengan tidak
memberi tekanan seperti pada awal proses pemolesan agar didapatkan
permukaan sampel yang halus dan mengkilap.
• Etching (Etsa)
Untuk mengamati mikrostruktur perlu dilakukan proses etsa, yaitu proses
korosi terkontrol yang bertujuan untuk mengikis batas butir, sehingga
nantinya struktur mikro akan terlihat lebih jelas. Untuk pengamatan struktur
aluminium zat etsa yang diberikan adalah HF 0.5% pada bagian permukaan
sampel (±30 detik). Setelah dilakukan etsa kemudian sampel akan
dibersihkan dengan air dan alkohol 70% dan dikeringkan.
100
90
80
70
60 Sr
Panjang Spiral (Cm)
50 0,015%
40
30 0,03%
20
10
0
0,05% 0,10% 0,15% 0,20%
Dari hasil pengkuruan panjang fluiditas pada master alloy Al-7%Si dan
0,015% Sr, didapatkan spiral yang terpendek pada penambahan 0,05% AlTiB
yang memiliki panjang spiral sebesar 43,2 cm dan spiral terpanjang pada
penambahan 0,2% AlTiB dengan panjang 88,9 cm. Pada master alloy Al-7%Si
dan 0,03% Sr, didapatkan spiral yang terpendek pada penambahan 0,05% AlTiB
yang memiliki panjang spiral sebesar 35,5 cm dan spiral terpanjang pada
penambahan 0,2% AlTiB dengan panjang 59,4 cm.
Silikon Matrik Al
Gambar 4.2 Struktur Mikro Al-7%Si dan 0,015% Sr dengan variasi AlTiB (a)0.05%, (b)0,1%,
(c)0.15% dan (d)0,2%
Silikon Matrik Al
Gambar 4.3 Struktur Mikro Al-7%Si dan 0,03% Sr dengan variasi AlTiB (a)0.05%, (b)0,1%,
(c)0.15% dan (d)0,2%
Pada Gambar 4.3 struktur mikro Al-7%Si yang ditambahkan 0,03% Sr dan
0,05% - 0,2% grain refiner AlTiB, dapat dilihat perubahan yang signifikan pada
struktur mikro paduan. Gambar 4.3 (a) menunjukkan silikon yang mulai menebal
dan masih memanjang. Penebalan pada silikon disebabkan bertambahnya modifier
Sr yang diberikan. Penambahan komposisi grain refiner AlTiB juga
mempengaruhi struktur mikro pada paduan. Penambahan komposisi grain refiner
AlTiB mengakibatkan penghalusan dan membuat silikon lebih tersebar merata
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.3 (d).
Pada penelitian kali ini dilakukan pengujian kekerasan yang berguna untuk
mengetahui nilai kekerasan dari masing-masing paduan. Pengujian kekerasan
dilakukan dengan alat Vickers Hardness Tester. Pada pengujian kekerasan
dilakukan pengujian sebanyak lima titik pada masing masing paduan dan akan
didapatkan nilai kekerasan dari rata-rata hasil pengujian. Tabel 4.2 menunjukan
nilai kekerasan setiap titik dan rata-rata nilai kekerasan dari setiap paduan.
Rata-rata Nilai
Kandungan Kandungan
No Kekerasan
Sr (%) AlTiB (%)
(VHN)
1 0,05 77,7
2 0,1 78,98
0,015
3 0,15 79,46
4 0,2 79,72
1 0,05 72,78
2 0,1 74,76
0,03
3 0,15 75,62
4 0,2 75,96
82
80
78
Sr
Nilai Kekerasan (VHN)
76
0,015%
74
72 0,03%
70
68
0,05% 0,10% 0,15% 0,20%
Dari Gambar 4.4 dapat diketahui kekerasan tertinggi terdapat pada paduan
Al-7%Si yang ditambahkan 0,015% Sr dan 0,2% AlTiB dengan nilai rata-rata
sebesar 79,7 VHN (Vickers Hardness Number). Pada pegujian juga dapat dilihat
rata-rata kekerasan terendah terdapat pada paduan Al-7%Si yang ditambahkan
0,03% Sr dan 0,05% AlTiB dengan nilai kekerasan 72,8 VHN. Pada grafik
ditunjukkan penambahan grain refiner AlTiB dan modifier Strontium (Sr) pada
komposisi tertentu memiliki pengaruh terhadap kekerasan Al-7%Si.
Dari data nilai kekerasan yang telah didapat, peningkatan komposisi grain
refiner AlTiB dan modifier Strontium (Sr) memiliki efek yang berbeda pada
master alloy Al-7%Si. Pada Al-7%Si yang ditambahkan 0,015% Sr dan 0,05% -
0,2% grain refiner AlTiB, terjadi peningkatan kekerasan yang cukup signifikan
pada paduan. Hal ini dikarenakan jumlah persentase komposisi modifier
Strontium (Sr) yang kecil. Pada Pada Al-7%Si yang ditambahkan 0,03% Sr dan
0,05% - 0,2% grain refiner AlTiB terjadi peningkatan kekerasan. Namun terjadi
penurunan nilai kekerasan dibandingkan dengan Al-7%Si yang ditambahkan
0,015% Sr dan 0,05% - 0,2% grain refiner AlTiB. Hal ini dikarenakan terjadi
penambahan komposisi modifier Strontium (Sr).
5.1 Kesimpulan
[1] https://aluminiumindonesia.com/pengertian-aluminium-alloy-dan-
fungsinya/. [Accessed: 20-Mar-2019].
[4] I. M. P. E. Arifin, Bustanul, “No Title,” Grain Refin. dalam Alum. Tuang,
2015.
[5] https://aluminiumleader.com/about_aluminium/what_is_aluminum/.
[Accessed: 20-Mar-2019].
Gambar A.1 Nilai Kekerasan Al-7%Si dengan Penambahan 0,015%Sr dan 0,15% AlTiB
Gambar A.2 Nilai Kekerasan Al-7%Si dengan Penambahan 0,015%Sr dan 0,3% AlTiB
Gambar A.3 Nilai Kekerasan Al-7%Si dengan Penambahan 0,015%Sr dan 0,45% AlTiB
Gambar A.4 Nilai Kekerasan Al-7%Si dengan Penambahan 0,015%Sr dan 0,6% AlTiB
Gambar A.5 Nilai Kekerasan Al-7%Si dengan Penambahan 0,03%Sr dan 0,15% AlTiB
Gambar A.6 Nilai Kekerasan Al-7%Si dengan Penambahan 0,03%Sr dan 0,3% AlTiB
Gambar A.7 Nilai Kekerasan Al-7%Si dengan Penambahan 0,03%Sr dan 0,45% AlTiB
Gambar A.8 Nilai Kekerasan Al-7%Si dengan Penambahan 0,03%Sr dan 0,6% AlTiB