Anda di halaman 1dari 37

SIMULASI PENGARUH KANDUNGAN CO2 DALAM GAS UMPAN

TERHADAP REFORMING DAN SHIFT CONVERTER SISTEM PABRIK


AMONIAK

TUGAS AKHIR

Oleh :

SYARIFAH INDRIASARI
17TKM254

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan


Guna menyelesaikan program Diploma Tiga
Jurusan Teknik Kimia Mineral

KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN R.I


POLITEKNIK ATI MAKASSAR
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL : SIMULASI PENGARUH KANDUNGAN CO2 DALAM


GASUMPAN TERHADAP REFORMING DAN SHIFT
CONVERTER SISTEM PABRIK AMONIAK

NAMA MAHASISWA : SYARIFAH INDRIASARI

NOMOR STAMBUK : 17TKM254

PROGRAM STUDI : TEKNIK KIMIA MINERAL

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Hj. Andi Arninda S.T, M.Si Dr. Idi Amin, ST. M.Si.
NIP…………….......………. NIP...........................

Mengetahui :

Direktur Akademi Teknik Industri Ketua Jurusan Teknik Kimia Mineral,


Makassar,

----------------------------- -----------------------------
NIP ………………….. NIP …………………

I
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diterima oleh Panitia Ujian Akhir Program Diploma Tiga (D3) yang
ditentukan sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Politeknik ATI Makassar
Nomor : 241/KPTS/BPSDMI/ATI Makassar/II/2019 tanggal ………………….. yang
telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada hari ………………. tanggal …………….
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Teknik Kimia
Mineral Pada Politeknik ATI Makassar.

PANITIA UJIAN :

Pengawas : 1. Kepala BPSDMI Kementerian Perindustrian R.I.

2. Direktur Akademi Teknik Industri Makassar

Ketua : ……………………………….. (……………………………….)

Sekretaris : ……………………………….. (………………………….……)

Penguji I : ……………………………….. (……………………………….)

Penguji II : ……………………………….. (……………………………….)

Penguji III : ……………………………….. (……………………………….)

Pembimbing I : ……………………………….. (……………………………….)

Pembimbing II : ……………………………….. (……………………………….)

II
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Syarifah Indriasari


NIM : 17TKM254
Jurusan : Teknik Kimia MIneral

Menyatakan bahwa tugas akhir yang saya buat benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti dan dapat dibuktikan sesuai
dengan hukum yang berlaku di negara Republik Indonesia bahwa tugas akhir
saya adalah hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut tanpa melibatkan institusi Politeknik ATI Makassar atau
orang lain.

Makassar, ... .... ....

Yang menyatakan,

(Syarifah Indriasari)

III
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Tulisan ini
merupakan tugas akhir dengan judul “Simulasi Pengaruh Kandungan CO2 Dalam
Gas Umpan Terhadap Reforming dan Shift Converter Sistem Pabrik Amoniak”,
berdasarkan hasilpenelitian yang penulis lakukan di Laboratorium Kimia Terapan
Politeknik ATI Makassar. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar ahli madya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada dunia
industry tentang kandungan CO2 dalam gas umpan yang dapat menurunkan
efisiensi alat dan juga mempengaruhi produk yaitu pupuk amoniak. Selama
melakukan penelitian sampai penulisan tugas akhir ini, penulis banyakmendapat
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasihdan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung dalam penulisan tugas akhir ini

Makassar,11 November 2019


Penulis,

Syarifah Indriasari

IV
ABSTRAK

SYARIFAH. 2020. Simulasi Pengaruh Kandungan CO2 Dalam Gas Umpan Terhadap
Reforming Dan Shift Converter Sistem Pabrik Amoniak. Di bawah bimbingan
ANDI ARNINDA sebagai Pembimbing I dan IDI AMIN sebagai pembimbing II.

Perubahan produksi dan pangsa pasar gas alam domestik maupun global
mempengaruhi suplai terhadap pabrik pupuk-amoniak baik dari sisi jumlah,
komposisi maupun harga. Kondisi ini memungkinkan pabrik amoniak menerima
jenis gas alam berat kaya dengan CO2 (raw gas) maupun gas alam ringan minim
CO2 (treated gas).
Pada penelitian ini telah dilakukan analisa pengaruh perubahan komposisi
gas alam terutama kandungan CO2 dengan variasi 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40,
45 dan 50% vol terhadap operasional reforming dan shift converter sistem pabrik
amoniak-2 PT. PI Mexisting dengan metodelogi simulasi mengggunakan Aspen
HYSYS V8.0. Untuk memproduksi amoniak dengan jumlah yang sama, hasil studi
menunjukkan penambahan CO2 dalam gas umpan akan meningkatkan pressure
drop sistem, laju pembentukan komponen hidrogen turun sementara konsumsi
energi bertambah di reforming, beban katalis shift converter dan beban feed gas
compressor meningkat. Kandungan CO2 sebesar 7% vol masih mungkin
diaplikasikan, mengingat ada batasan beban peralatan.

Kata kunci: energi, gas umpan, kandungan CO2, reforming, simulasi, shift
converter

V
Daftar Isi
Halaman Judul
Halaman PersetujuanI
Halaman PengesahanII
Halaman Pernyataan keaslian Tugas Akhir III
Kata Pengantar IV
Abstrak V
Daftar Isi VI
Daftar Tabel VII
Daftar Gambar VIII
Daftar Lampiran IX
Daftar Istilah X
BAB I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 2
D. Manfaat Penelitian 3
BAB II Tinjauan Pustaka 4
A. Teori Pendukung 4
B. Kerangka Berfikir 11
BAB III Metode Penelitian 13
A. Tempat dan Waktu13
B. Alat dan Bahan 13
C. Jenis Penelitian 13
D. Teknik Perancangan 13
E. Analisis Data 14
BAB IV Hasil dan Pembahasan 15
A. Hasil 15
B. Pembahasan 16
BAB V Penutup 22
A. Kesimpulan 22
B. Saran 22
Daftar Pustaka 23
Lampiran

VI
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.......................................................................................................15

VII
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.......................................................................................................5
Gambar 4.1.....................................................................................................15
Gambar 4.2.....................................................................................................16
Gambar 4.3.....................................................................................................16
Gambar 4.4.....................................................................................................16

VIII
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I.....................................................................................................25
LAMPIRAN II....................................................................................................26

IX
DAFTAR ISTILAH

Reformer Primer = Merupakan alat yang beroperasi pada temperatur tinggi


dan tekanan 35 kg/cm2 sehingga rentan terhadap
kerusakan jika terjadi kesalahan dalam pengoperasian

Methanation = proses mengubah CO dan CO2 menjadi methane/CH4. CO


dan CO2 dibatasi dalam produk hydrogen karena CO dan
CO2 dapat membuat reaksi di unit Hydrocracker

X
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gas alam sangat erat kaitannya dengan produksi Pabrik Pupuk Amonia.

Dimana gas alam memiliki banyak kegunaan, baik sebagai bahan baku bahan

bakar maupun amonia. Indonesia menjadi negara dengan produksi gas alam

terbanyak pada urutan ke-10 di dunia. Industri pupuk sendiri sebagai industri

dengan kebutuhan gas alam berada pada peringkat pertama di Indonesia,

pada industri pupuk gas alam banyak di gunakan pada produksi amonia yang

menjadi bahan dasar pupuk. Meskipun banyak alternatif bahan baku

pembuatan amonia gas alam masih menjadi pilihan utama mengingat harga

yang relatif murah dan teknologi pengolahan yang mudah.

Unit reforming merupakan langkah awal pengolahan gas alam, selain

pada industri pupuk biasanya pada pabrik hidrogen peroksida juga memiliki

unit reforming. Yakni pembuatan gas Hidrogen dilakukan pada unit ini, tempat

mereaksikan gas alam dengan uap yang menghasilkan hidrogen. Terdapat

pula shift coverter dimana hasil keluaran dari unit reforming akan dialihkan

pada unit ini. Selain hidrogen terdapat pula hasil samping pada unit reforming

yang merupakan gas karbon monoksida dan karbon dioksida sebagai

pengotor. Unit ini akan mengurangi kadar gas karbon monoksida, dengan

mereaksikan karbon monoksida dan uap air yang menambah konsentrasi gas

karbon dioksida yang juga terkandung dari gas alam.

1
Keberadaan gas karbon dioksida akan sangat mengganggu reaksi

pembentukan amonia selain itu keberadaan gas karbon dioksida di alam

sangat berbahaya karena meningkatkan efek rumah kaca. Selain itu menurut

Twigg, 1989; Yexin dan Gosnell, 2004; Broadhurst dan Cotton, 2005,

keberadaan karbon dioksida dalam bahan baku akan menurunkan efisiensi

proses reforming.

Penelitian ini bertujuan hanya untuk melihat pengaruh kandungan

CO2 dalam gas alam sebagai bahan baku produksi amoniak terhadap beban

feed gas compressor dan waste heat boiler, temperatur dan pressure

operasional serta laju pembentukan komponen kunci di reforming dan shift

converter sistem dengan metode simulasi menggunakan Aspen HYSYS V8.0.

Parameter-parameter proses aktual untuk membangun simulator diambil dari

pabrik dan dimasukkan ke Aspen HYSYS 8.0. Pre-simulator yang telah jadi

diuji, dengan cara membandingkan kondisi proses aktual pabrik dengan hasil

simulasi. Jika selisih keduanya sangat dekat maka proses validasi simulator

telah selesai dan siap untuk digunakan untuk penelitian.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana simulasi pengaruh kandungan CO2 dalam gas umpan

terhadap reforming dan shift converter sistem pabrik amoniak.

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui simulasi pengaruh kandungan CO 2 dalam gas

umpan terhadap reforming dan shift converter sistem pabrik amoniak.

2
D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Bagi Perusahaan

Diharapkan hasil dari penelitian ini, dapat digunakan oleh pihak

perusahaan untuk mengetahui pengaruh kandungan gas CO2 dalam gas

alam atau gas umpan terhadap reforming dan shift converter pada sistem

pabrik amoniak

2. Manfaat Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat diteliti lebih lanjut mengenai

cara pemanfaatan gas CO2 dalam reforming dan shift converter selain

dibuang ke alam.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pendukung

1. Gas Alam

Gas bumi merupakan sumber daya alam dengan cadangan terbesar

ketiga didunia setelah batu bara dan minyak bumi. Gas alam pada awalnya

tidak dikonsumsi sebagai sumber energi karena kesulitan dalam hal

transportas sehingga selalu dibakar ketika diproduksi bersamaan dengan

minyak bumi. Pemanfaatan gas alam di Indonesia tidak hanya untuk

transportasi dan rumah tangga saja, tetapi sekarang untuk industri.

Gas alam di Indonesia memiliki peranan yang cukup dominan setelah

peran minyak sebagai sumber energi utama mulai dikurangi. Apalagi dengan

komitmen yang diberikan pemerintah dalam Clean Developement Mechanism

pada Kyoto Protocol, gas alam mulai dipilih karena tingkat polusi yang lebih

rendah. Selain minyak bumi Indonesia memiliki cadangan gas alam yang

cukup besar, yaitu sebesar 170 TSCF dan produksi per tahun mencapai 2,87

TSCF, dengan komposisi tersebut Indonesia memiliki reserve to

production(R/P) mencapai 59 tahun. Gas alam juga memiliki harga yang stabil

karena jauh dari muatan politis, tidak seperti minyak bumi. (Kementerian

ESDM, 2014)

Produk dari gas alam yang digunakan adalah LPG (Liquid Petroleum

Gas). CNG (Compressed Natural Gas), LNG ( Liquid Natural Gas) dan Coal Bed

4
Methane (CBM) yang merupakan sumber non konvensional yang sedang

dikembangkan di Indonesia. Compressed Natural Gas merupakan gas alam

yang dikompresi tanpa melalui proses penyulingan dan disimpan dalam

tabung logam. CNG relatif lebih murah karena tanpa melalui proses

penyulingan dan lebih ramah lingkungan. LPG dan LNG merupakan gas alam

hasil penyulingan dan pemisahan dari minyak bumi. Gas butana dan propana

akan menjadi LPG dan methana akan menjadi LNG. LPG dikenal sebagai bahan

bakar untuk keperluan memasak.

Komposisi dari gas alam sangat bervariasi untuk satu sumber dengan

sumber lainnya misalnya, rasio CO2/CH4 untuk gas alam Natuna yang terletak

di Laut Cina Selatan (Suhartanto dkk, 2001) dan zona D pada Dalan formation

yang terletak di sebelah selatan Iran, masing-masing adalah 71/28 dan 85/2,5

(Galimov dan Rabbani, 2001). Untuk gas alam Point A Aceh rasio CO 2/CH4

adalah 19,39/72,5. Amoniak disintesis dari hidrogen dan nitrogen. Sumber

Reaksi sistesis amoniak adalah sebagai berikut :

 3H2 + N2 ↔ 2NH3

Gambar 2.1 Flow diagram sederhana amoniak secara keseluruhan

5
2. CO2 DALAM GAS UMPAN (FEED)

Proses methanation adalah proses mengubah CO dan CO 2 menjadi

methane/CH4. CO dan CO2 dibatasi dalam produk hydrogen karena CO dan

CO2 dapat membuat reaksi di unit Hydrocracker, yaitu unit downstream HPU,

menjadi tidak stabil dan dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya

temperatur excursion/runaway. Residual carbon monoxide dalam overhead

gas CO2 absorber setelah mengalami carbon dioxide removal kemudian

mengalami reaksi methanation dengan bantuan katalis hydrogenation yang

sangat aktif untuk menghilangkan CO dan CO2.

 CO + 3 H2 → CH4 + H2O

 CO2 + 4 H2 → CH4 + 2H2O

Pada proses methanation ini, residual carbon monoxide dapat

dikurangi hingga 5-10 ppm. Biasanya temperatur operasi antara 232 s/d 454

‫ﹾ‬C dan tekanan operasi hingga 50 kg/cm2g (walaupun dapat juga hingga 250

kg/cm2g).

Pada unit CO2Removal menggunakan proses OASE® lisensi BASF dua

tahap yang hemat energi. Unit ini dirancang untuk menyerap CO 2 dalam gas

proses dari 18,5 %-mol ke 500 ppmv, basis kering. Unit ini beroperasi untuk

menghilangkan kadar CO2 yang terkandung di aliran gas proses dengan

mengabsorpsi CO2 di kolom absorber. CO2 merupakan racun bagi katalis di

sintesis sehingga perlu dihilangkan kandungannya dari aliran gas proses. CO 2

akan bertindak sebagai inert dalam loop yang dapat terakumulasi dan

6
menaikkan compression cost. Dan apabila terdapat CO2 di dalam loop, maka

CO2 akan cenderung bereaksi dengan NH3 membentuk ammonium carbamate

yang bersifat korosif terhadap peralatan. Maka, untuk memisahkan

CO2tersebut digunakan larutan OASE. OASE merupakan suatu larutan methyl

diethanol amine yang telah diaktivasi (MDEA) menggunakan \suatu aktivator

berupa piperazine dan sekaligus merupakan pelarut khusus (proprietary)

lisensi BASF. Hal ini akan mempercepat reaksi antara larutan MDEA tersebut

dengan CO2(PT. PUSRI, 2017). 

3. Steam Reforming

Unit Reformer Primer merupakan alat yang beroperasi pada

temperatur tinggi (600 - 1100°C) dan tekanan 35 kg/cm 2 sehingga rentan

terhadap kerusakan jika terjadi kesalahan dalam pengoperasian. Alat

instrumentasi berupa termokopel digunakan untuk mendeteksi temperatur,

akan tetapi tidak dapat diletakkan pada semua titik di Reformer Primer. Alat

instrumentasi berupa pressure gauge digunakan untuk mendeteksi tekanan di

dalam Reformer Primer, dan biasanya hanya terletak di bagian inlet dan outlet

saja. Jika terjadi kerusakan sistem instrumentasi dapat mengakibatkan respon

operator yang kurang tepat, selain itu terdapat lokasi atau tempat yang tidak

terdapat instrumentasi sehingga dapat terjadi kerusakan yang dapat

mengakibatkan unscheduled shutdown. Alat simulasi harus dapat mewakili

proses yang terjadi di pabrik, khususnya Reformer Primer, dengan tingkat

keakuratan yang cukup tinggi dan respon yang cepat, sehingga dapat

7
meningkatkan reliabilitas dan kehandalan operasional pabrik. Selain itu, alat

simulasi harus dapat diaplikasikan untuk data yang biasa digunakan dan dapat

diperoleh di pabrik seperti temperatur, tekanan, aliran dan komposisi

Reformer Primer pada pabrik petrokimia digunakan untuk memecah gas

hidrokarbon menjadi hidrogen dan bagian-bagian lain dari gas hidrokarbon

yang lebih rendah. Reaksi di reformer adalah reaksi katalitik yang memerlukan

input panas yang besar. Umpan Reformer Primer berupa campuran steam dan

gas alam pada temperatur 510°C masuk ke dalam tube katalis. Campuran

steam dan gas alam ini mengalami proses cracking pada katalis (Nickel Based

Catalyst) di dalam tube, sedangkan panas untuk reaksinya diberikan melalui

burner di bagian atas radiant section. Gas proses dan gas furnace masuk dari

bagian atas reformer dan keluar dari bagian bawah. Proses gas mengalir

melalui beberapa baris tube berisi katalis yang tersusun paralel. Di dalam

tube, hidrokarbon dan steam bereaksi untuk membentuk hidrogen, karbon

dioksida dan karbon monoksida. (Andrianny, R.D, 2007)

Reaksi reforming merupakan reaksi pembentukan gas hidrogen dari

bahan baku hidrokarbon. Hidrokarbon yang dimaksud dapat berasal dari gas

alam, nafta, batu bara, minyak bumi, dll. Namun, jika dibandingkan dengan

yang lain, gas alam yang mengandung hidrokarbon ringan yang paling banyak,

yakni berupa metana. Metana digunakan sebagai bahan baku reaksi steam

reforming karena memberikan jumlah hidrogen paling banyak dibandingkan

8
dengan alkana lain yang rantainya lebih panjang. Reaksi steam reforming

metana mengikuti persamaan reaksi berikut.

CH 4  H 2O  CO  3H 2 ∆H0 = + 206 kj/mol (1)


298

Selain reaksi utama tersebut, reaksi steam reforming metana juga

diikuti dengan reaksi pergeseran gas-air (Water Gas Shift Reaction– WSGR)

yang bersifat eksotermik dengan persamaan reaksi berikut.

CO  H 2O  CO2  3H 2 ∆H0 = - 41,1 kj/mol (2)


298

Dengan adanya reaksi samping tersebut maka, reaksi steam reforming

metana total yang terjadi di reformer berlangsung secara endotermik

mengikuti persamaan reaksi berikut.

CH 4  H 2O  CO2  4 H 2 ∆H0 = +165 kj/mol (3)


298

Persamaan (3) diatas menunjukkan produksi hidrogen akan meningkat

seiring dengan peningkatan konversi CH4 menjadi CO2. Berdasarkan fenomena

tersebut, maka targetutama reaksi steam reforming metana adalah untuk

menghasilkan hidrogen sebanyak mungkin dari metana yang diumpankan ke

dalam reformer.( Geankoplis, C.J. 2003)

4. Shift Converter

Tahap ini merupakan tahap untuk mengubah karbon monoksida

menjadi karbon dioksida. Karbon monoksida merupakan bentuk karbon yang

tidak diinginkan pada proses pembuatan amoniak karena sifatnya yang

beracun bagi katalis ammonia conventer. Oleh karena itu, hampir semua

9
karbon monoksida diubah menjadi CO2 dan H2. Proses perubahan karbon

monoksida menjadi karbon dioksida dilakukan dua tahapan seperti yang

terdapat pada gambar 3.8.yaitu(Luyben, L.M. 2007):

 HTSC (High Temperatur Shift Conventer 104-D1)

Untuk mereaksikan sebagian besar CO pada suhu tinggi (425°C)

dengan katalis besi (Fe2O3). Reaksinya adalah sebagai berikut:

CO + H2O → CO2 + H2 ∆H = -41,22 kJ/mol (eksotermis)

Mereaksikan CO dan steam menjadi CO2 pada suhu tinggi dengan

katalis Fe sebanyak 79,5 m3. Reaksi bersifat eksotermis, temperatur proses

gas dalam HTSC 427°C. Gas keluar pada suhu 432°C dan tekanan 34,8 kg/cm 2

dengan kadar CO outlet 3,65 %. Gas keluar didinginkan hingga suhu 204°C.

(Luyben, L.M. 2007)

 LTS (Low Temperatur Shift Conventer 104-D2)

Untuk mereaksikan sisa CO sehingga menghasilkan kadar CO yang

rendah yang bisa diterima di Proses Methanasi, reaksi pada suhu 225° C,

katalis tembaga. Reaksinya adalah sebagai berikut:

CO + H2O → CO2 + H2 ∆H = -41,22 kJ/mol (eksotermis)

Reaksi bersifat eksotermis,gas keluar pada suhu 227 ° C dan tekanan

34,5 kg/cm2 dengan kadar CO outlet 3,65 %.(Luyben, L.M. 2007)

 Pemurnian Gas Sintesa

Produk gas yang keluar dari LTS mengandung CO2, CO, H2O, CH4, Ar, H2,

dan N2.Outlet LTS yang masih mengandung CO2 yang harus dihilangkan

10
sebelum masuk Ammonia Conventer (105-D), yang berupa gas H2 danN2.

Sehingga gas-gas lain harus dipisahkan telebih dahulu.Gas CO dan CO2 yang

terdapat pada outlet LTS merupakan racun katalis ammonia converter.Oleh

karena itu, harus dibersihkan dari CO dan CO 2 sebelum sampai ke tahap

sintesis amoniak.

Pemisahan akan dilakukan dengan cara absorbsi di CO 2absorber

sehingga kadar CO2 gas 600 ppm. Kemudian gas dibersihkan lebih lanjut dalam

dari sisa CO dan CO2 dalam methanator dengan mereaksikan dengan gasH 2

sehingga menjadi gas, methane dimana gas methane tidak meracuni katalis

pada ammonia converter. (Luyben, L.M. 2007)

5. Simulasi Aspen Hysys

Hysys merupakan program yang dirancang untuk mensimulasikan

proses di dalam suatu pabrik. Dengan menggunakan program ini,

perhitungan-perhitungan untuk mendesain suatu proses yang rumit (karena

melibatkan banyak rumus) dan memerlukan waktu yang lama bila dikerjakan

secara manual (by hand) dapat dengan cepat dilakukan. Hysys sendiri adalah

singkatan dari Hyphothetical System (sistem hipotesa). Simulasi proses artinya

membuat suatu proses produksi suatu bahan ke dalam diagram alir proses

(Process Flow Diagram) dan menghitung neraca massa dan neraca

panas/energi pada masing-masing peralatan yang digunakan. Hysys  dapat

digunakan untuk merancang beberapa peralatan pada pabrik yang baru atau

11
akan didirikan (sizing) atau mengevaluasi kinerja suatu peralatan pada pabrik

yang sudah ada (rating) (STEM akamigas, 2015).

B. Kerangka Berfikir

G
s
a
m
C
a
O
l
d
m
a
e
t
i
h
S
ft
2
n
a
p
m
U
A
m
a
l
m
r
o
f
e
R
C
v r
n
)
d
e
F
(
e
t

CO2 yang terdapat pada umpan jika tidak ditangani dengan baik maka

akan membuat kualitas produk menurun. Oleh karenanya penanganan yang

tepat bagi industri pupuk akan membuat produksi berjalan dengan baik, selain

itu pada gas alam tida dapat dipungkiri bahwa kandungan CO2 yang terdapat

pada gas alam yang berfungsi sebagai umpan sangat tinggi. Maka dari itu

diperlukan treatmen yang tepat agar kelangsungan pabrik terjaga.

12
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu

1. Tempat

Penelitan bersifat prediksi yang akan terjadi terhadap pabrik Plant 2B

PT. Pupuk Sriwidjaja, Palembang

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 Maret- 31 Mei

B. Alat Dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini merupakan sebuah simulator.

Software yang digunakan sebagai simulator adalah Aspen Hysys V8.0

2. Bahan

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah perancangan simulasi pada alat

reforming dan shift converter dengan menggunakan aspen hysis. Data kuantitatif

diperoleh melalui hasil simulasi pengaruh kandungan CO2

D. Teknik Pengambilan Data/ Perancangan Alat

Aspen Hysys V8.0 telah digunakan untuk melakukan simulasi berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan. Prosedur untuk pengembangan proses simulasi

terdiri dari pemilihan komponen bahan kimia untuk proses dan juga model

13
termodinamikanya. Selain itu unit operasi dan kondisi operasi, kapasitas pabrik

dan input kondisi harus semuanya dipilih dan dispesifikasi. Aspen hysys V8.0

berisi informasi untuk komponen berikut yang digunakan pada simulasi: metana,

etana, propana, n-butana, i-butana, n-pentana, i-pentana, n-hexana.

E. Analisis Data

Pertama, setiap reaktor seperti primary reformer, secondary reformer,

HTSC, dan LTSC serta Heat Exchanger yang terlibat dalam proses produksi

amoniak sesuai dengan scope penelitian diset-up dan dirangkai dengan software

Aspen Hysys V8.0. Kemudian nilai aktual Industri yang merujuk pada (PIM, 2004)

dimasukkan kedalam rangkaian simulator dan dijalankan. Hasil menunjukkan

akurasi reaktor simulator sangat bagus persen error rata rata untuk reaktor

primary reformer, secondary reformer, HTSC, dan LTSC

14
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Steam Reforming
Tabel 4.1.1 perbandingan kondisi aktual dan simulasi
Primary reformer Secondary reformer
Industri Simulasi % Error Industri Simulasi % Error
Molar flow (kmol/h) 4392 4392 0,00 6772 6772 0,00
Temperatur (oC) 823 823 0,00 998 997,6 0,04
Pressure (kg/cm2g) 36,23 36,23 0,00 34,82 34,82 0,00
Outlet (kmol/h)
H2 2899 2898 0,03 3700 3706 0,16
N2 25 25 0,00 1581 1578 0,19
Ar 0 0 0,00 19 19 0,00
CO 431 435 0,93 917 904 1,42
CO2 483 480 0,62 529 540 2,08
CH4 554 554 0,03 26 26 0,00
HTSC LTSC
Industri Simulasi % Error Industri Simulasi % Error
Molar flow (kmol/h) 7414 7414 0,00 7654 7653 0,01
Temperatur (oC) 317 370,8 0,05 205 205 0,00
Pressure (kg/cm2g) 33,79 33,79 0,00 33,41 33,41 0,00
Outlet (kmol/h)
H2 4347 4347 0,00 4587 4587 0,00
N2 1578 1578 0,00 1578 1578 0,00
Ar 19 19 0,00 19 19 0,00
CO 262 263 0,38 23 23 0,00
CO2 1181 1181 0,60 1420 1421 0,07
CH4 26 26 0,03 26 26 0,00

Laju pembentukan komponen H2 CO dan CO2 pada Primary


reformer

Gambar 4.1 Laju pembentukan komponen H2, CO2, CO pada Primary Reformer

15
Gambar 4.2 Laju pembentukan komponen H2, CO2, CO pada Secondary Reformer

2. Shift Converter

Gambar 4.3 Profil Temperatur Bed Kalatis dan Temperatur Inlet pada LTSC

Gambar 4.4 Profil Temperatur Bed Kalatis dan Temperatur Inlet pada HTSC

16
B. Pembahasan

1. Steam Reforming

Steam reforming pada pabrik amoniaknya umumnya

terdiri dari dua reaktor berkatalis yaitu primary dan secondary

reformer. Primary reformer-fired reformer adalah tempat pertama

dimana hidrokarbon di konversi. Gas alam dicampur dengan

steam dengan rasio tertentu, mixed feed ini dipanaskan terlebih

dahulu di area konveksi seksi dari primary reformer. Hot mixed

process feed distribusikan ke tube-tube katalis reformer yang

berada pada radian seksi primary reformer. Feed turun melewati

katalis nikel dan bereaksi membentuk hidrogen, karbon dioksida

dan karbon monoksida (PIM, 2004). Gas keluaran primary

reformer masuk ke secondary reformer-adiabatic oxidative

reformer bersamaan dengan injeksi udara pada line yang berbeda.

Temperatur Jumlah udara yang ditambahkan diatur dibatasi oleh

temperatur dan rasio komponen hidrogen dan nitogen di inlet

amoniak converter adalah 2,8 – 3 atau setara dengan rasio 2,9–

2,92 dioutlet LTSC (PIM, 2004). Ada dua jenis reaksi yang terjadi

didalam steam reforming secara bersamaan yaitu reaksi

reforming dan shift. Reaksi utama di steam reforming dapat dilihat

pada reaksi 2, 3, dan 4. Total reaksi konversi ini bersifat

endotermis, dimana panas reaksi disedia- kan/berasal dari

17
downward firing gas fuel diantara rows tubes pada area seksi

radian pada primary reformer sementara pada secondary

reformer disediakan/berasal dari reaksi combustion (Aasberg-

Petersen dkk, 2011). Reaksi metana reforming dan shift dibatasi

oleh kesetimbangan reaksi.

Reaksi reforming :

CH4 + H2O→3H2 + CO (2)

CnHm + nH2O→H2 + CO (3)

Reaksi shift :

CO + H2O→CO2 + H2 (4)

Reaksi combustion :

2H2 + O2→H2O (5)

Hasil studi menunjukkan penambahan kandungan atau

volumetrik karbon dioksida dalam gas umpan akan menurunkan

laju pembentukan komponen hidrogen dan karbon dioksida di

primary reformer. Sebaliknya, laju pembentukan CO mening- kat.

Penurunan dan peningkatan laju ketiga komponen rata-rata

adalah 9,38 kmol/jam untuk kenaikkan 1% vol CO2. Profil laju

pembentukan komponen di primary reformer ditunjukkan pada

Gambar 5. Untuk mendapatkan jumlah metan yang sama pada

outlet primary reformer, penambahan volumetrik CO2 harus

18
diimbangi oleh pemberian panas dari luar terhadap tube catalyst.

Untuk penambahan 1% vol CO2 penambahan panas dalam bentuk

fuel rata-rata yang diperlukan adalah 0,18 Gcal/jam. Fenomena ini

sesuai dengan tulisan (Yexin dan Gosnell, 2004). Temperatur

operasional primary reformer mengarah turun untuk penambahan

volume CO2. Inefisiensi primary reformer terjadi jika penambahan

sejumlah volume CO2 dalam gas umpan, ini berdasarkan fakta

tingginya konsumsi panas dimana akan menaikkan jumlah gas fuel

yang diperlukan di primary reformer, disisi lain komponen

hidrogen yang dihasilkan jauh lebih rendah. Laju pembentukan

komponen hidrogen dan karbon dioksida juga mengalami

penurunan pada secondary reformer. Sebaliknya, laju

pembentukan CO meningkat seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 7. Untuk menge- jar metan slip yang sama di secondary

reformer, diperlukan panas yang berlebih. Pada studi ini, untuk

menjaga rasio H/N di synloop, maka adjusment panas ini tidak

dilakukan dengan penambahan udara proses seperti reaksi 5.

Tetapi hanya dengan menaikkan temperatur udara proses. Zhanga

dkk., 2003, Zamaniyan dkk., 2008, dan Nikoo dan Amin, 2011

menulis bahwa reaksi shift yang diharapkan mampu mem- bantu

kekurangan panas pada kasus tinggi- nya volume CO2 pada kedua

reaktor steam reforming diatas, tidak berkontribusi signifi- kan

19
sehingga diperlukan panas dari luar yang lebih besar. Pada reaksi

shift keberadaan CO2 intial menggeser kesetimbangan reaksi ke

arah kiri.

2. Shift Converter

Syngas hasil proses reforming seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya memiliki kom- ponen utama berupa hidrogen, karbon

oksida, nitrogen, argon dan sisa metana dalam konsentrasi

tertentu tergantung pada propertis dan jumlah material umpan

dan kondisi operasi pada seksi reforming. Tergantung pada tujuan

akhir penggunaan syngas ini dan itu mungkin perlu dilakukan

perubahan komposisi. Pada pabrik amoniak, carbon oxides perlu

dihilangkan secara keseluruhan melalui tahapan shift konversi,

carbon dioxide removal dan methanasi (Aasberg-Petersen dkk.,

2011).

Untuk mengoptimalkan yield hydrogen dan untuk menghilangkan

carbon monoksida, syngas selanjutnya dialirkan ke shift converter

sistem dimana reaksi water gas shift (WGS) atau sering disebut

juga reaksi shift memainkan peran untuk merubah CO menjadi

CO2 seperti yang ditunjukkan pada reaksi 4. Reaksi WGS adalah

reaksi eksotermis reversible. Konstanta kesetimbangan reaksi

menurun dengan naiknya temperatur. Reaksi secara

20
termodinamika lebih menyukai pada temperatur rendah dan

secara kinetika lebih menyukai temperatur tinggi (Smith, 2010).

Reaksi shift hampir selalu dioperasi- kan secara adiabatik. Ketika

reaksi berlangsung, temperatur meningkat hingga mencapai

kesetimbangan. Pada pabrik amoniak, syngas yang akan masuk ke

seksi atau unit sintesa amoniak harus benar-benar bebas dari

komponen yang memiliki unsur oksigen seperti CO dan CO2,

sehingga sangat penting CO leakage dari shift converter ini harus

serendah mungkin. Oleh karena itu, sudah menjadi kebiasaan

untuk menggunakan dua reaktor yang terhubung secara seri inter-

stage cooling, yaitu high temperatur shift converter (HTSC) dan

low shift temperatur converter (LTSC). Prinsip kinerja HTSC dan

LTSC sangat dipengaruhi oleh temperatur dan steam to gas ratio

(mol/mol). Kondisi operasi HTSC berada pada presure atmosperic

hingga 50 kg/cm2 dengan temperatur 300 hingga 500oC. LTSC

merupakan WGSR pada temperatur rendah. Umumnya kondisi

operasi LTSC berada pada presure atmosperic hingga 50 kg/cm2

dengan temperatur 175 hingga 275 oC. Bertambahnya volume

CO2 dalam gas umpan meningkatkan jumlah CO keluaran steam

reforming ke HTSC. Untuk mendapat- kan nilai setingan CO slip

HTSC, kerja atau beban rektor ini lebih besar. Ini ditandai oleh

21
tingginya Δ temperatur bed katalis seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 9. Laju konversi CO menjadi CO2 meningkat tajam seperti

pada Gambar 10 dengan penamba- han laju pembentukkan rata-

rata adalah 12,12 kmol/jam untuk setiap penambahan 1% vol

CO2. Merespon tingginya CO di up- stream, temperatur inlet HTSC

yang diperlu- kan menjadi lebih rendah (Zamaniyan dkk, 2008).

Hal ini dikarenakan jumlah CO yang besar mendorong reaksi ke

arah kanan. Reaksi berjalan sebagai fungsi termodina- mika. Profil

temperatur inlet HTSC dan LTSC dapat dilihat pada Gambar 9 dan

11. Umpan inlet LTSC memiliki steam to gas lebih rendah dan

jumlah hidrogen dan CO sama untuk setiap kenaikkan CO2 dalam

gas umpan steam reforming, temperatur inlet LTSC bisa lebih

rendah merespon kondisi umpan untuk mencapai kesetimbangan

(Zamaniyan dkk., 2008). Untuk beban konversi LTSC yang sama,

selisih temperatur inlet dengan outlet konverter (Δ temperatur

reaktor) lebih rendah.

22
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penambahan CO2 dalam gas umpan akan menurunkan efisien di

reforming dan shift converter sistem atau pabrik amoniak secara

keseluruhan. Untuk penambahan 1% CO2 mengakibatkan

 Laju pembentukan komponen hidrogen di primary dan secondary

reformer menurun sebesar 9,38% vol dan 2,74% vol.

 Sebaliknya konsumsi energi dalam bentuk heat duty primary

reformer meningkat 0,18 gcal/jam dan temperatur udara proses

secondary reformer naik sebesar 2,78oC.

 Beban katalis shift converter meningkat terutama HTSC yang ditandai

dengan meningkatnya temperatur bed katalis sebesar 0,98oC.

B. Saran

23
DAFTAR PUSTAKA

Andrianny, R. (2007). Studi Pemanfaatan Batubara di Pabrik Pupuk.


Bandung:Institut Teknologi Bandung.
Broadhurst V. P., Cotton J. B. (2005). Taking Feed Stock, Hydrocarbon
Engineering.
ESDM. (2014). Potensi dan Peluang Investasi Sektor Energi dan Sumber Daya
Mineral. Jakarta: Kementrian ESDM.
Geankoplis, C. (2003). Transport Processes and Unit Operations 4th Edition. USA:
University Of Minnesota.
L.M, L. (2007). Chemical Reactor Design and Control. USA: John Wiley aand Sons,
Inc.
Pusri. (2014). Natural Gas Laboratorium Analysis.
Smith R. J. B., Loganathan M., Shanta M.S. (2010). A review of the water gas shift
reaction kinetics. International Journal of Chemical Reactor Engineering ,
1 -34.
Twigg, V. M. (1989). Catalyst Handbook Second Edition. Wolfe Publishing.
Yexin Y., Gosnell H. J. (2004). New fertilizer plant- cnooc chemical ltd, The 49th
Annual Safety in Ammonia Plants and Related Facilities Symposium
Denver. Colorado, USA.
Zamaniyan A., Zoghi, A.T., Ebrahimi H. (2008). Software development for design
and simulation of terraced wall and top fired primary steam reformers.
Computers and Chemical Engineering , 32, 1433 – 1446.

24
LAMPIRAN I
Flow diagram sederhana pretreatment, reforming dan shift converter system

25
LAMPIRAN II
Proses flow diagram simulasi

26

Anda mungkin juga menyukai