Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PEMETAAN AWAL

PENGUKURAN DAN ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN 1

Disusun Oleh :

Kelompok B12

Aryl Tripahlevi 252018079

Ummu Michelle Salsabila 252018034

Jurusan Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Insitut Teknologi Nasional

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ‫ ا سبحانه وتعالى‬atas tuntutan serta rahmat-Nya,sehingga


laporan hasil survey Pengukuran Dan Analisis Kualitas Lingkungan 1 bisa selesai
tepat pada waktunya.
Laporan hasil survey ini diperoleh dari pengamatan langsungdi lokasi
penelitian.Dimana lokasi ini dilakukan pada Sungai Cidurian titik 1,yakni Gg.Sekejati
1,Sukapada,Cibeunying Kidul,Bandung,Jawa Barat.Laporan ini berisikan deskripsi
kegiatan survey,pemetaan badan air,serta penggunaan air yang ada di lokasi
penelitian.
Proses penyusunan laporan tidaklah terlepas dari kesalahan dan
kekurangan,oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun serta
menyempurnakan atau melengkapi penyusunan laporan hasil survey dalam proses
pembelajaran sangatlah diharapkan.
Dalam kesempatan ini tidaklah juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada teman teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya
sehingga laporan ini bisa disusun dengan baik dan rapih.

Bandung,21 September 2019

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

DAFTAR TABEL 4

DAFTAR GAMBAR 5

BAB I PENDAHULUAN 6
1.1 Latar Belakang 6
1.2 Maksud dan Tujuan 7
1.3 Ruang Lingkup 7

BAB II DESKRIPSI KEGIATAN SURVEI 8


2.1 Waktu dan Lokasi Survei 8
2.2 Kegiatan Survei 8

BAB III PEMETAAN BADAN AIR 9

BAB IV PENGGUNAAN AIR 11


4.1 Berdasarkan Baku Mutu 11
4.2 Berdasarkan Kondisi Eksisting 13

BAB V KESIMPULAN 14

DAFTAR PUSTAKA 15

i
DAFTAR TABEL

iv
DAFTAR GAMBAR

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan bahan alam yang diperlukan untuk kehidupan manusia, hewan
dan tanaman yaitu sebagai media pengangkutan zat-zat makanan, juga merupakan
sumber energi serta berbagai keperluan lainnya (Arsyad, 1989). Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang menyebutkan bahwa kebutuhan air rata- rata
secara wajar adalah 60 l/orang/hari untuk segala keperluannya. Kebutuhan akan air
bersih dari tahun ke tahun diperkirakan terus meningkat. Menurut Suripin (2002),
pada tahun 2000 dengan jumlah penduduk dunia sebesar 6,121 milyar diperlukan air
bersih sebanyak 367 km3 per hari, maka pada tahun 2025 diperlukan air bersih
sebanyak 492 km3 per hari, dan pada tahun 2100 diperlukan air bersih sebanyak 611
km3 per hari. Masalah utama yang dihadapi berkaitan dengan sumber daya air adalah
kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan
kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun dari tahun ke tahun.
Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber
daya air, termasuk penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,
kerusakan, dan bahaya bagi mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air
(Effendi, 2003). Penurunan kualitas air tidak hanya diakibatkan oleh limbah industri,
tetapi juga diakibatkan oleh limbah rumah tangga baik limbah cair maupun limbah
padat (Lallanilla, 2013).
Sungai Cidurian merupakan sungai terpanjang ke-dua setelah Sungai
Cikapundung, dari 46 sungai yang mengalir melintasi Kota Bandung. Dengan panjang
24,86 km, sungai Cidurian melintasi 16 kelurahan yang berada di Kota Bandung dan
bermuara di Sungai Citarum di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung.

iv
Sungai yang merupakan anak dari Sungai Citarum ini berada di samping sawah
dan berfungsi untuk mengairi sawah tersebut yang sering ditanami sayuran kangkung
yang selanjutnya dikonsumsi oleh warga sekitar. Sempat menjadi bahan perbincangan
oleh warga sekitar bahwa sayuran kangkung tersebut berbahaya karena dialiri sungai
yang cenderung tercemar tersebut. Namun menurut warga ya mau bagaimana lagi,
sawah ini juga merupakan salah satu mata pencaharian warga sekitar Sungai Cidurian
ini. Dan karena kondisi ekonomi warga sekitar sungai ini pun cukup sulit. Selain itu,
didekat Sungai Cidurian ini ada komplek perumahan yang membuat tempat sampah di
jalan kecil disamping sungai ini. Dan sedihnya sampah ini sering sekali menumpuk
sampai tumpah ke jalan kecil tersebut. Saat musim hujan, kondisi jalan kecil yang
sedikit berlumpur ini membuat tidak sedikit pengguna jalan yang tergelincir ditambah
kondisi jalan kecilnya yang rusak dan berlubang dan bau dari sampah tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan


● Untuk mempelajari
● cara sampling air
● Untuk mempelajari macam-macam metode analisis air
● Untuk mengetahui kualitas air Sungai Cidurian titik 1
● Untuk mengetahui parameter fisika dan kimia dari air Sungai Cidurian titik 1

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup pada laporan ini adalah melakukan survei lokasi untuk
pengambilan sampel yang meliputi pengukuran debit, kecepatan, kedalaman, dan
dimensi di Sungai Cidurian dengan titik koordinat ( 6°53'58.7"LS 107°38'38.8"LT).

2
BAB II

DESKRIPSI KEGIATAN SURVEY

2.1 Waktu dan Lokasi Survey


Survey dilakukan pada hari Sabtu, 21 September 2019 pukul 10.35-12.00 WIB.
Tempat survei beralamat di Gg.Sekejati 1, Sukapada, Kec.Cibeunying Kidul, Kota
Bandung, Jawa Barat dengan titik koordinasi 6°53'58.7"LS 107°38'38.8"LT.

2.2 Kegiatan Survey


Jarak dari Institut Teknologi Nasional Bandung ke titik sampling adalah ± 900
km,akses jalan menuju sampling tidak begitu sulit. Namun dikarenakan titik sampling
dekat dengan jalan protokol yang dimana jalan tersebut merupakan jalur terpadat dan
cepat sehingga diperlukan kesabaran. Untuk titik sampling itu sendiri sulit
dikarenakan tembok untuk menuju ke titik sampling cukup tinggi. Oleh karena itu
digunakan sarana alternatif menggunakan kayu (mengetahui kedalaman sungai) dan
Google maps (mengetahui lebar sungai).

2
BAB III

PEMETAAN BADAN AIR

3.1 Deskripsi Lokasi

Gambar 1.1 Sketsa Denah Titik Sampling

i
iv
TITIK PANJANG WAKTU KECEPATAN
(meter) (detik) (meter/detik)

1 1 27.54 0.0363

2 1 24.21 0.0413

3 1 25.34 0.0395

4 1 28.15 0.0355

5 1 23.69 0.0422

Rata-rata 0.0390
Tabel 1 Kecepatan Arus Sungai

NO KECEPATAN DEBIT DIMENSI

i
Lebar Atas Lebar Bawah Kedalaman
(m/s) (m3/s)
(m) (m) (m)

1 0.0363 0.1416 5.10 4.90 0.39

2 0.0413 0.0991 5.60 4.40 0.24

3 0.0395 0.1975 4.60 5.40 0.50

4 0.0355 0.1243 3.90 6.10 0.35

5 0.0422 0.1097 5.20 4.80 0.26

Rata-rata 0.0390 0.1344 4.88 5.12 0.35


Tabel 2 Debit Air Sungai

iv
3.2 Deskripsi Sumber Pencemar

Di sekitar titik pengambilan sampel terdapat pemukiman warga yang aliran


pembuangannya langsung mengarah ke badan air. Terdapat juga beberapa sampah di
aliran sungai. Maka air di Sungai Cidurian Titik 1 bewarna hitam yang artinya bisa
terjadi karena tercemar oleh pemukiman warga sekitar.

i
BAB IV

PENGGUNAAN AIR

4.1 Berdasarkan Baku Mutu


Berdasarkan data World Wide Fund(WWF) Indonesia menyatakan bahwa
sungai di Indonesia yang kondisinya tercemar dan kritis mencapai 82 persen dari 550
sungai yang tersebar di seluruh Indonesia. Tingginya tingkat pencemaran membuat
airnya tidak layak untuk dikonsumsi.Sungai-sungai di Indonesia, yang penting untuk
kegiatan sosial, pertanian, dan industri itu sebagian besar berada dalam kondisi yang
mengkhawatirkan karena tercemar limbah domestik seperti dari rumah tangga dan
industri.
Pemantauan kualitas air sungai dapat menjadi suatu langkah pengawasan atau
pengendalian terhadap adanya kandungan pencemar pada air. Dengan demikian
timbulnya penyakit akibat air yang tercemar (water borne disease) dapat dihindari.
Suatu perairan tercemar atau tidak dapat dikategorikan berdasarkan pada
kualitas baku mutu. Baku mutu air adalah batas zat atau kandungan pencemar yang
diperbolehkan dalam air (Fardiaz, 1992). Air dikatakan tercemar apabila tidak
memenuhi baku mutu yang disyaratkan, dan dikatakan tidak tercemar apabila
memenuhi baku mutu. Baku mutu mengenai perairan diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran air. Dalam peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, mutu air diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelas, yaitu sebagai
berikut:

1. Kelas satu, yaitu perairan yang diperuntukan sebagai air baku air minum, dan
atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.

i
2. Kelas dua, yaitu perairan yang diperuntukan sebagai prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas tiga, yaitu perairan yang diperuntukan sebagai pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas empat, yaitu perairan yang diperuntukan sebagai mengairi pertanaman


dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.

Adapun baku mutu air untuk masing-masing kelas dapat dilihat pada Lampiran
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pencemaran Air. Parameter yang digunakan untuk memantau dan
mengetahui kualitas air sungai dibagi menjadi parameter fisik, kimia, dan
mikrobiologi. Parameter fisik terdiri dari kekeruhan, warna, rasa, bau, suhu, dan
kandungan bahan padat terlarut (TDS). Sedangkan parameter kimia terdiri dari pH,
Dissolved Oxygen (DO), Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen
Demand (COD), Nitrat, Nitrit, Sulfat, kesadahan, dan logam terlarut. Sementara
parameter biologi terdiri dari Total coliform Z3WS5

Dalam pemeriksaan kualitas air biasa parameter fisik dan parameter kimia seperti DO
dan pH diperiksa langsung di lokasi menggunakan instrumen pemantauan kualitas air
yang dilengkapi dengan sensor. Sensor dimasukan kedalam air yang akan dipantau
kualitasnya, kemudian hasil dari parameter yang dipantau akan muncul pada layar
instrumen yang digunakan. Parameter yang langsung diuji di lokasi/lapangan
merupakan parameter yang dapat berubah dengan cepat, sehingga diukur langsung.
4.2 Berdasarkan Kondisi Eksisting
Berdasarkan hasil survey kelompok kami di Sungai Cid
urian Titik 1. Di lokasi tersebut kondisi fisik air sungai berwarna hitam dikarenakan
air hasil limbah domestik yang dimana di daerah tersebut adalah pemukiman warga,
dan 450 m dari titik lokasi survey terdapat Universitas Widyatama. Di aliran sungai
banyak sampah yang ikut mengalir mengikuti arus sungai, seperti sampah bekas
minuman, sampak plastik, batang kayu, dll. Kedalaman air tidak terlalu dalam, dapat
diperkirakan sekitar se-lutut kaki orang dewasa. Debit air sungai pun lambat. Menurut
Soebarkah (1978), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya debit sungai adalah:
a. Hujan, Intensitas hujan dan lamanya hujan sangat mempengaruhi besarnya
infiltrasi, aliran air tanah dan aliran permukaan tanah. Lama waktu hujan sangat
penting dalam hubungannya dengan lama waktu pengaliran air hujan menuju ke
sungai.
b. Topografi, terutama bentuk dan kemiringan lereng mempengaruhi lama waktu
mengalirnya air hujan melalui permukaan tanah ke sungai dan intensitas banjirnya.
Daerah permukaan yang miring akan menyebabkan aliran permukaan yang deras dan
besar bila dibandingkan dengan daerah yang agak datar.
c. Geologi, karakteristik geologi terutama jenis dan struktur tanah sangat
mempengaruhi bentuk dan kepadatan drainase, sedangkan karakteristik tanah
mempengaruhi kapasitas infiltrasi dan perkolasi. Kepadatan drainase yang rendah
menunjukkan secara relatif
pengaliran melalui permukaan tanah yang panjang menuju sungai, kehilangan air yang
besar sehingga meningkat air sungai menjadi lambat.
d. Keadaan Tumbuh - Tumbuhan, akan mempengaruhi besarnya intersepsi,
transpirasi,
infiltrasi, dan perkolasi. Makin banyak pohon akan menyebabkan makin banyaknya
air yang lenyap, baik melalui evapotranspirasi maupun melalui infiltrasi sehingga
akan
mengurangi run off yang dapat mempengaruhi debit sungai
e. Manusia, dengan pembuatan bangunan-bangunan pembukaan tanah pertanian,
urbanisasi dapat merubah keadaan sifat Daerah Aliran Sungai.
iv
BAB V

KESIMPULAN

i
DAFTAR PUSTAKA
● Dachlan,D.2013.Mengunjungi Hulu Sungai Cidurian
http://citarum.bappenas.go.id/info-citarum/berita-artikel/1323-mengunjungi-
hulu-sungai-cidurian.html, diakses 22 September 2019
● Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisisus.Yogyakarta.
● Fardiaz, Serikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Bogor: Penerbit Kanisius
● Lallanilla, M. 2013. Enam Masalah Lingkungan Teratas di Cina.
http://id.berita.yahoo.com/enam- masalah-lingkungan-teratas-di-
cina-125151899.html, diakses 22 September 2019
● Nafisah, N.2015.Komplikasi Sungai Cidurian Dan Sekitarnya.
https://medium.com/planologi-2015/komplikasi-sungai-cidurian-dan-
sekitarnya-d7f18fa60bce, diakses 22 september 2019

● Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air.
● Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. ANDI. Yogyakarta.
● Zuraya, Nidia.82 Persen Sungai di Indonesia Tercemar dan Kritis
https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/porsc1383/82-persen-
sungai-di-indonesia-tercemar-dan-kritis, diakses 22 September 2019.

iv

Anda mungkin juga menyukai