Disusun Oleh :
Kelompok B12
2019
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR TABEL 4
DAFTAR GAMBAR 5
BAB I PENDAHULUAN 6
1.1 Latar Belakang 6
1.2 Maksud dan Tujuan 7
1.3 Ruang Lingkup 7
BAB V KESIMPULAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15
i
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
i
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan bahan alam yang diperlukan untuk kehidupan manusia, hewan
dan tanaman yaitu sebagai media pengangkutan zat-zat makanan, juga merupakan
sumber energi serta berbagai keperluan lainnya (Arsyad, 1989). Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang menyebutkan bahwa kebutuhan air rata- rata
secara wajar adalah 60 l/orang/hari untuk segala keperluannya. Kebutuhan akan air
bersih dari tahun ke tahun diperkirakan terus meningkat. Menurut Suripin (2002),
pada tahun 2000 dengan jumlah penduduk dunia sebesar 6,121 milyar diperlukan air
bersih sebanyak 367 km3 per hari, maka pada tahun 2025 diperlukan air bersih
sebanyak 492 km3 per hari, dan pada tahun 2100 diperlukan air bersih sebanyak 611
km3 per hari. Masalah utama yang dihadapi berkaitan dengan sumber daya air adalah
kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan
kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun dari tahun ke tahun.
Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber
daya air, termasuk penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,
kerusakan, dan bahaya bagi mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air
(Effendi, 2003). Penurunan kualitas air tidak hanya diakibatkan oleh limbah industri,
tetapi juga diakibatkan oleh limbah rumah tangga baik limbah cair maupun limbah
padat (Lallanilla, 2013).
Sungai Cidurian merupakan sungai terpanjang ke-dua setelah Sungai
Cikapundung, dari 46 sungai yang mengalir melintasi Kota Bandung. Dengan panjang
24,86 km, sungai Cidurian melintasi 16 kelurahan yang berada di Kota Bandung dan
bermuara di Sungai Citarum di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung.
iv
Sungai yang merupakan anak dari Sungai Citarum ini berada di samping sawah
dan berfungsi untuk mengairi sawah tersebut yang sering ditanami sayuran kangkung
yang selanjutnya dikonsumsi oleh warga sekitar. Sempat menjadi bahan perbincangan
oleh warga sekitar bahwa sayuran kangkung tersebut berbahaya karena dialiri sungai
yang cenderung tercemar tersebut. Namun menurut warga ya mau bagaimana lagi,
sawah ini juga merupakan salah satu mata pencaharian warga sekitar Sungai Cidurian
ini. Dan karena kondisi ekonomi warga sekitar sungai ini pun cukup sulit. Selain itu,
didekat Sungai Cidurian ini ada komplek perumahan yang membuat tempat sampah di
jalan kecil disamping sungai ini. Dan sedihnya sampah ini sering sekali menumpuk
sampai tumpah ke jalan kecil tersebut. Saat musim hujan, kondisi jalan kecil yang
sedikit berlumpur ini membuat tidak sedikit pengguna jalan yang tergelincir ditambah
kondisi jalan kecilnya yang rusak dan berlubang dan bau dari sampah tersebut.
2
BAB II
2
BAB III
i
iv
TITIK PANJANG WAKTU KECEPATAN
(meter) (detik) (meter/detik)
1 1 27.54 0.0363
2 1 24.21 0.0413
3 1 25.34 0.0395
4 1 28.15 0.0355
5 1 23.69 0.0422
Rata-rata 0.0390
Tabel 1 Kecepatan Arus Sungai
i
Lebar Atas Lebar Bawah Kedalaman
(m/s) (m3/s)
(m) (m) (m)
iv
3.2 Deskripsi Sumber Pencemar
i
BAB IV
PENGGUNAAN AIR
1. Kelas satu, yaitu perairan yang diperuntukan sebagai air baku air minum, dan
atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
i
2. Kelas dua, yaitu perairan yang diperuntukan sebagai prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, yaitu perairan yang diperuntukan sebagai pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Adapun baku mutu air untuk masing-masing kelas dapat dilihat pada Lampiran
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pencemaran Air. Parameter yang digunakan untuk memantau dan
mengetahui kualitas air sungai dibagi menjadi parameter fisik, kimia, dan
mikrobiologi. Parameter fisik terdiri dari kekeruhan, warna, rasa, bau, suhu, dan
kandungan bahan padat terlarut (TDS). Sedangkan parameter kimia terdiri dari pH,
Dissolved Oxygen (DO), Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen
Demand (COD), Nitrat, Nitrit, Sulfat, kesadahan, dan logam terlarut. Sementara
parameter biologi terdiri dari Total coliform Z3WS5
Dalam pemeriksaan kualitas air biasa parameter fisik dan parameter kimia seperti DO
dan pH diperiksa langsung di lokasi menggunakan instrumen pemantauan kualitas air
yang dilengkapi dengan sensor. Sensor dimasukan kedalam air yang akan dipantau
kualitasnya, kemudian hasil dari parameter yang dipantau akan muncul pada layar
instrumen yang digunakan. Parameter yang langsung diuji di lokasi/lapangan
merupakan parameter yang dapat berubah dengan cepat, sehingga diukur langsung.
4.2 Berdasarkan Kondisi Eksisting
Berdasarkan hasil survey kelompok kami di Sungai Cid
urian Titik 1. Di lokasi tersebut kondisi fisik air sungai berwarna hitam dikarenakan
air hasil limbah domestik yang dimana di daerah tersebut adalah pemukiman warga,
dan 450 m dari titik lokasi survey terdapat Universitas Widyatama. Di aliran sungai
banyak sampah yang ikut mengalir mengikuti arus sungai, seperti sampah bekas
minuman, sampak plastik, batang kayu, dll. Kedalaman air tidak terlalu dalam, dapat
diperkirakan sekitar se-lutut kaki orang dewasa. Debit air sungai pun lambat. Menurut
Soebarkah (1978), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya debit sungai adalah:
a. Hujan, Intensitas hujan dan lamanya hujan sangat mempengaruhi besarnya
infiltrasi, aliran air tanah dan aliran permukaan tanah. Lama waktu hujan sangat
penting dalam hubungannya dengan lama waktu pengaliran air hujan menuju ke
sungai.
b. Topografi, terutama bentuk dan kemiringan lereng mempengaruhi lama waktu
mengalirnya air hujan melalui permukaan tanah ke sungai dan intensitas banjirnya.
Daerah permukaan yang miring akan menyebabkan aliran permukaan yang deras dan
besar bila dibandingkan dengan daerah yang agak datar.
c. Geologi, karakteristik geologi terutama jenis dan struktur tanah sangat
mempengaruhi bentuk dan kepadatan drainase, sedangkan karakteristik tanah
mempengaruhi kapasitas infiltrasi dan perkolasi. Kepadatan drainase yang rendah
menunjukkan secara relatif
pengaliran melalui permukaan tanah yang panjang menuju sungai, kehilangan air yang
besar sehingga meningkat air sungai menjadi lambat.
d. Keadaan Tumbuh - Tumbuhan, akan mempengaruhi besarnya intersepsi,
transpirasi,
infiltrasi, dan perkolasi. Makin banyak pohon akan menyebabkan makin banyaknya
air yang lenyap, baik melalui evapotranspirasi maupun melalui infiltrasi sehingga
akan
mengurangi run off yang dapat mempengaruhi debit sungai
e. Manusia, dengan pembuatan bangunan-bangunan pembukaan tanah pertanian,
urbanisasi dapat merubah keadaan sifat Daerah Aliran Sungai.
iv
BAB V
KESIMPULAN
i
DAFTAR PUSTAKA
● Dachlan,D.2013.Mengunjungi Hulu Sungai Cidurian
http://citarum.bappenas.go.id/info-citarum/berita-artikel/1323-mengunjungi-
hulu-sungai-cidurian.html, diakses 22 September 2019
● Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisisus.Yogyakarta.
● Fardiaz, Serikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Bogor: Penerbit Kanisius
● Lallanilla, M. 2013. Enam Masalah Lingkungan Teratas di Cina.
http://id.berita.yahoo.com/enam- masalah-lingkungan-teratas-di-
cina-125151899.html, diakses 22 September 2019
● Nafisah, N.2015.Komplikasi Sungai Cidurian Dan Sekitarnya.
https://medium.com/planologi-2015/komplikasi-sungai-cidurian-dan-
sekitarnya-d7f18fa60bce, diakses 22 september 2019
iv