Anda di halaman 1dari 10

PENGUKURAN DEBIT SUNGAI SESAAT MENGGUNAKAN METODE CURRENT

METER DAN METODE APUNG DI KEBUN RAYA CIBODAS

Melani Laela Lestari[1], Rahmad Auliya Tri Putra[1], Wahyu Stya Utami[1], Alvino
Fadilah[1], Restu Nur Rizqi Yuliantika[1], Ni Putu Intan Permata Teani[1], Muhammad
Naufal Zaidan Hadi[1], Zumrotun Ni’mah[1], Iis Wantari[1]

[1]
Anggota Kelompok 1

Divisi Hidrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Gedung FMIPA-Jalan


Meranti, Wing 19 Level 4, Kampus IPB Darmaga 16680

Asisten Praktikum: Marliana Tri Widyastuti, Melda Hazrina

PENDAHULUAN
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang dibatasi penggung-punggung
gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung-
punggung gunung tersebut. Ada dua bagian DAS, yaitu hulu dan hilir (Syukron 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran sungai secara umum adalah karakteristik hujan dan
DAS. Intensitas hujan dan lamanya hujan sangat mempengaruhi besarnya infiltrasi, aliran air
tanah, dan aliran permukaan tanah. Lama waktu hujan sangat penting dalam hubungannya
dengan lama waktu pengaliran air hujan menuju ke sungai (Muchtar dan Abdullah 2017).
Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang
terjadi di lapangan (Finawan dan Mardiyanto 2014). Menurut Anonim II (2009) dalam
Syukron (2014) debit air (water discharge) adalah volume air yang mengalir melalui suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu, dalam satuan m 3/detik. Pengukuran debit air
dapat dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran air pada suatu wadah dengan luas
penampang area tertentu.
Metode yang digunakan dalam observasi debit sungai ini adalah metode current
meter dan metode apung. Tujuan dari observasi ini adalah menghitung debit air sungai di
waktu tertentu dengan dua metode tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Debit adalah volume per satuan waktu. Waktu konsentrasi adalah waktu yang
diperlukan limpasan air hujan dari titik terjauh menuju titik kontrol yang ditinjau (Barid
2007). Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang
terjadi di lapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk mengetahui
potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk
memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber
daya air permukaan yang ada (Finawan 2011). Perhitungan debit air untuk mengetahui
kapasitas DAS wilayah kawasan terutama kawasan utama untuk melakukan analisis sistem
drainase pada saluran drainase primer dan sekunder (Wismarini 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya debit sungai adalah hujan, intensitas
hujan dan lamanya hujan sangat mempengaruhi besarnya infiltrasi, aliran air tanah, dan aliran
permukaan tanah. Lama waktu hujan sangat penting dalam hubungannya dengan lama waktu
pengaliran air hujan menuju ke sungai. Topografi, terutama bentuk dan kemiringan lereng
mempengaruhi lama waktu mengalirnya air hujan melalui permukaan tanah ke sungai dan
intensitas banjirnya. Daerah permukaan yang miring akan menyebabkan aliran permukaan
yang deras dan besar bila dibandingkan dengan daerah yang agak datar. Geologi,
karakteristik geologi terutama jenis dan struktur tanah sangat mempengaruhi bentuk dan
kepadatan drainase, sedangkan karakteristik tanah mempengaruhi kapasitas infiltrasi dan
perkolasi. Kepadatan drainase yang rendah menunjukkan secara relatif pengaliran melalui
permukaan tanah yang panjang menuju sungai, kehilangan air yang besar sehingga
meningkat air sungai menjadi lambat. Keadaan tumbuh-tumbuhan, akan mempengaruhi
besarnya intersepsi, transpirasi, infiltrasi, dan perkolasi. Makin banyak pohon akan
menyebabkan makin banyaknya air yang lenyap, baik melalui evapotranspirasi maupun
melalui infiltrasi sehingga akan mengurangi run off yang dapat mempengaruhi debit sungai.
Manusia, dengan pembuatan bangunanbangunan pembukaan tanah pertanian, urbanisasi
dapat merubah keadaan sifat Daerah Aliran Sungai (Muchtar 2007).

METODOLOGI
Rancangan Percobaan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah meteran, tali rafia,
bola pingpong, tongkat kecil, stopwatch, dan alat tulis. Praktikum ini dilaksanakan pada 20
September 2019 di Kebun Raya Cibodas.

Prosedur Percobaan
Gambar 1 Diagram alir penghitungan evapotranspirasi.

Tahap Analisis Data


Persamaan untuk menghitung debit :
Q=AxV
Dimana :
Q = debit (m3)
A = luas penampang sungai (m2)
V = kecepatan aliran sungai (m/s)

HASIL
Selain mengukur evapotranspirasi praktikan juga melakukan pengukuran debit
sungai sesaat menggunakan 2 metode yaitu metode current meter dan metode apung. Berikut
hasil pengukuran debit sungai sesaat dengan menggunakan dua metode.

Kelompok 1
Waktu : 13.30-15.30 WIB
Koordinat : 06°44'16.78" S, 107°00'12.68" E
Elevasi : 1380 m

Tabel 1 Data pengukuran debit sungai sesaat menggunakan Current meter


Kecepatan Luas
Lebar Kedalaman Debit
Segmen Aliran Sungai Segmen
Segmen (m) Sungai (m) (m3/s)
(m/s) (m2)
1 0.5 0.62 0.194 0.310 0.060
2 0.5 0.817 0.194 0.409 0.079
3 0.5 1.127 0.194 0.564 0.110
4 0.5 1.295 0.194 0.648 0.126
5 0.5 1.43 0.194 0.715 0.139
6 0.5 1.44 0.120 0.720 0.087
7 0.5 1.49 0.250 0.745 0.186
8 0.5 1.45 0.333 0.725 0.242
9 0.5 0.93 0.074 0.465 0.034
10 0.5 0.93 0.194 0.465 0.090
11 0.5 1 0.194 0.500 0.097
12 0.5 0.92 0.194 0.460 0.089
13 0.5 0.49 0.194 0.245 0.048

Pengukuran debit sungai sesaat pada praktikum bersama di kebun raya Cibodas
pukul 13.30-15.30 WIB di bagian hilir sungai. Pengukuran debit sungai menggunakan dua
metode yaitu metode apung dan metode current meter. Metode pertama yang digunakan yaitu
metode current meter. Sungai diasumsikan penuh pada musim hujan. Lebar sungai dibagi
menjadi 13 segmen dan lebar masing-masing segmen sebesar 0.5 meter. Kedalaman sungai di
setiap segmen berbeda-beda karena pengaruh topografi dan adanya bebatuan di dasar sungai.
Kedalaman sungai paling dalam adalah 1.49 meter dan paling dangkal 0.62 meter. Kecepatan
aliran sungai pun berbeda-beda, kecepatan paling rendah 0.074 m/s dan kecepatan paling
tinggi adalah 0.333 m/s. Luas segmen dan kecepatan aliran sungai yang berbeda-beda
menyebabkan debit aliran sungainya juga berbeda-beda. Debit aliran paling rendah 0.048
m3/s dan debit aliran paling tinggi 0.242 m 3/s. Segmen yang berada di pinggir sungai
mempunyai debit aliran yang rendah dan segmen yang berada di tengah sungai mempunyai
debit yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena penampang sungai bagian tengah
memiliki kedalaman paling dalam sehingga mempengaruhi luas dan debit di masing-masing
segmen. Berikut gambar penampang sungai kajian.
Kelompok 1
Waktu 13.30-15.30 WIB
Koordinat 06°44'16.78" S, 107°00'12.68" E
Elevasi 1380 m

Tabel 2 Data pengukuran debit sungai sesaat menggunakan Metode Apung


Kecepatan
Lebar Waktu Luas
Kedalaman aliran Debit
Segmen Segmen Tempuh segmen
Sungai (m) sungai (m3/s)
(m) BPP (s) (m2)
(m/s)
1 0.5 0.62 72.735 0.094 0.310 0.029
2 0.5 0.817 72.735 0.094 0.409 0.038
3 0.5 1.127 72.735 0.094 0.564 0.053
4 0.5 1.295 72.735 0.094 0.648 0.061
5 0.5 1.43 72.735 0.094 0.715 0.067
6 0.5 1.44 72.735 0.094 0.720 0.067
7 0.5 1.49 72.735 0.094 0.745 0.070
8 0.5 1.45 72.735 0.094 0.725 0.068
9 0.5 0.93 72.735 0.094 0.465 0.044
10 0.5 0.93 72.735 0.094 0.465 0.044
11 0.5 1 72.735 0.094 0.500 0.047
12 0.5 0.92 72.735 0.094 0.460 0.043
13 0.5 0.49 72.735 0.094 0.245 0.023

Pengukuran debit aliran sungai yang ke dua yaitu menggunakan metode apung
dengan bantuan bola pingpong sebagai objek yang dialirkan di sungai. Sungai dibagi menjadi
13 segmen dengan lebar 0.5 meter per segmen. Kedalaman sungai di setiap segmennya
berbeda, berkisar dari 0.49 meter (yang paling dangkal) dan 1.49 meter (yang paling dalam).
Rata-rata waktu tempuh bola pingpong dari sepuluh kali ulangan adalah 72.735 detik dan
kecepatan aliran sungai rata-rata adalah 0.094 m/s dari sepuluh kaali ulangan. Luas masing-
masing segmen juga berbeda-beda, yang paling luas yaitu segmen ke-7 sebesar 0.745 m 2 dan
yang paling kecil yaitu segmen ke-13 sebesar 0.245 m 2. Debit aliran sungai yang dihasilkan
berbeda-beda setiap segmennya. Nilai debit terkecil sebesar 0.023 m 3/s dan nilai debit
terbesar sebesar 0.070 m3/s.

PEMBAHASAN
Pengukuran debit aliran sungai dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu
dengan metode apung dan menggunakan current meter. Metode apung dilakukan dengan cara
menghanyutkan bola pingpong searah aliran laju sungai dan menghitung waktu yang
dibutuhkan bola pingpong berhenti sampai jarak tertentu. Jarak dan waktu yang tercatat akan
digunakan untuk mengetahui kecepatan aliran sungai. Pada pengukuran kecepatan aliran
sungai menggunakan metode apung, dilakukan 10 kali pengulangan dan didapatkan nilai
kecepatan rata-rata sebesar 0,094 m/s. penentuan luas permukaan dilakukan dengam
menentukan lebar segmen sebesar 0,5 meter dan mengukur tinggi aliran sungai setiap
segmen, perkalian antara lebar segmen dan tinggi permukaan akan menghasilkan luas
penampang sungai yang akan dikalikan dengan kecepatan aliran untuk mengetahui debit
aliran sungai. Pada hasil pengukuran debit yang dilakukan menggunakan metode apung
didapatkan nilai debit minimum sebesar 0,023 m/s, nilai debit maksimum 0,070 m/s dan nilai
debit rata-ratanya adalah 0,05 m/s. Pengukuran dengan metode current meter menggunakan
current meter untuk mengetahui kecepatan aliran sungai, kecepatan yang terukur pada
current meter menunjukkan nilai yang bervariasi pada titik pengukuran, nilai minimum yang
terukur adalah 0,074 m/s dan nilai maksimumnya adalah 0,333 m/s, nilai kecepatan rata-
ratanya adalah 0,194 m/s. Metode pengukuran luas penampang sungai dilakukan dengan
membagi segmen dengan lebar 0,5 m dan mengukur tinggi permukaan aliran sungai disetiap
titik segmen. Hasil debit yang terukur dengan metode current meter menunjukkan nilai
minimum debit sungai sebesar 0,034 m/s, nilai maksimum 0,242 m/s dan nilai rata-ratanya
adalah 0,107 m/s.
Hasil pengukuran debit aliran sungai dengan menggunakan metode apung dan
metode current meter menunjukkan nilai yang berbeda. Sebuah current meter yang ideal
harus memiliki respon yang cepat dan konsisten dengan setiap perubahan yang terjadi pada
kecepatan air, dan harus secara akurat dan terpercaya sesuai dengan komponen kecepatan.
Juga harus tahan lama, mudah dilakukan pemeliharaan, dan mudah digunakan dengan kondisi
lingkungan yang berbeda-beda (Richards 1998). Dalam pengukuran laju aliran, kondisi
lapangan yang berbeda-beda menyebabkan beberapa tipe current meter hanya dapat
digunakan hanya pada kondisi tertentu. Current meter tipe mekanik, tidak dapat mengukur
kecepatan laju aliran air yang sangat kecil. Di daerah yang sangat dangkal atau daerah dengan
biota perairan yang banyak, Current meter tipe mekanik tidak bisa digunakan karena habitat
yang terdapat pada perairan tersebut dapat terganggu akibat perputaran mekanik pada baling-
baling current meter (Rahman 2008). Current meter tipe elektromagnetik dan tipe akustik
memiliki keunggulan dalam hal pengukuran di daerah dangkal dan dapat mengukur laju
aliran yang sangat rendah Kelebihan lain dari tipe akustik adalah dapat mengukur laju aliran
secara cepat dan akurat (Huang 2004). Untuk mendapatkan alat-alat tersebut diperlukan biaya
yang sangat besar sehingga diperlukan alternatif lain untuk mengukur laju aliran air. Untuk
keperluan penelitian biota perairan, pengukuran laju aliran biasanya menggunakan benda
terapung yang di ukur jarak tempuh pada waktu tertentu sehingga didapat nilai laju aliran.
Penggunaan benda terapung tersebut tidak akurat karena hanya dapat mengukur laju aliran
pada permukaan air.
Data aliran debit dan profil sungai dibandingkan dengan kloter pagi milik kelompok
8. Pada metode current meter, dengan kedalaman sungai yang sama memiliki debit air yang
berbeda. Menurut Muchtar dan Abdullah (2017), salah satu faktor yang dapat memengaruhi
kecepatan aliran sungai adalah topografi. Kemiringan lereng menjadi salah satu yang paling
berpengaruh. Topografi pada ketinggian yang lebih rendah memiliki nilai debit yang lebih
tinggi daripada topografi pada ketinggian yang lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena pada
ketinggian yang rendah, DAS sebelum titik pengambilan data memiliki kemiringan lereng
yang curam.
Pada metode bola apung, kecepatan aliran sungai pada ketinggian yang rendah lebih
lambat dari ketinggian yang tinggi. Dengan panjang lintasan bola apung yang hampir sama,
waktu tempuh yang ditempuh oleh bola apung pada ketinggian yang rendah relatif lebih
lambat. Debit yang didapat juga lebih lambat dibandingkan dengan DAS pada ketinggian
yang lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena DAS pada ketinggian yang rendah memiliki
topografi yang landai. Kelompok 1 (siang) membandingkan data dan hasil perhitungan
dengan kelompok
Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi di lapang adalah kesalahan dari praktikan
sendiri. Pada metode bola apung, ketepatan awal bola berjalan dengan dimulainya pencacatan
waktu merupakan kesalahan yang paling mungkin terjadi oleh praktikan. Selain itu,
kurangnya ketelitian dalam mengukur panjang lintasan tempuh bola juga menjadi faktor
kesalahan yang mungkin terjadi. Dalam pengukuran, dilakukan dengan menggunakan tongkat
kayu, kemudian diukur dengan meteran. Hal tersebut dilakukan karena keterbatasannya
panjang meteran yang hanya mampu mengukur hingga jarak 1.5 meter. Pada metode current
meter, kesalahan juga dapat dilakukan oleh praktikan. Ketepatan waktu awal mulai
pengunaan current meter dan dimulainya pencatatan waktu juga merupakan kesalahan yang
paling mungkin terjadi oleh praktikan.

KESIMPULAN
Pengukuran debit aliran sungai dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu
dengan metode apung dan current meter. Berdasarkan pengukuran debit aliran sungai
menggunakan metode apung didapatkan nilai minimum, maksimum, dan rata-rata debit aliran
sungai berturut-turut sebesar 0.023 m/s, 0.070 m/s, dan 0.050 m/s. Sementara itu, pengukuran
debit aliran sungai menggunakan metode current meter didapatkan nilai minimum,
maksimum, dan rata-rata debit aliran sungai berturut-turut sebesar 0.074 m/s, 0.333 m/s, dan
0.194 m/s. Hasil pengukuran debit aliran sungai dengan menggunakan metode apung dan
metode current meter menunjukkan nilai yang berbeda. Salah satu faktor yang
mempengaruhi perbedaan tersebut adalah topografi. Pada metode apung, topografi dengan
ketinggian yang rendah memiliki nilai debit yang rendah dibandingkan dengan topografi
dengan ketinggian yang tinggi. Hal tersebut terjadi karena DAS pada ketinggian yang rendah
memiliki topografi yang landai. Sementara itu, pada metode current meter menunjukkan hal
yang sebaliknya, di mana topografi dengan ketinggian yang rendah memiliki nilai debit yang
tinggi dibandingkan dengan topografi dengan ketinggian yang tinggi. Hal tersebut terjadi
karena pada ketinggian yang rendah, DAS sebelum titik pengambilan data memiliki
kemiringan lereng yang curam. Selain faktor topografi, faktor yang menyebabkan perbedaan
nilai tersebut juga dikarenakan kesalahan dari praktikan sendiri, seperti kesalahan dalam
pencatatan waktu mulai dan pengukuran panjang lintasan.
DAFTAR PUSTAKA
Barid B, Yakob M. 2007. Perubahan kecepatan aliran sungai akibat perubahan pelurusan
sungai. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika. 10(1): 14 – 20.
Finawan A, Mardiyanto A. 2011. Pengukuran debit air berbasis mikrokontroler at89s51.
Jurnal Teknik Elektro. 8(1): 28 – 31.
Huang, H. 2004. Index-velocity rating development for rapidly changing flows in an
irrigation canal using broadband StreamPro ADCP and ChannelMaster H-
ADCP. Proceedings of Rivers’04, First International Conference on Managing
Rivers in the 21st Century: Issues and Challenges, 146-154.
Muchtar A, Abdullah N. 2017. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi debit Sungai
Mamasa. Jurnal Hutan dan Masyarakat. 2(1): 174-187.
Rahman, S. 2008. Efektifitas Pembelajaran Melalui Penerapan Student Center Learning
pada Mata Kuliah Hidrografi. Modul Pembelajaran. Lembaga Kajian Dan Pengembangan
Pendidikan (LKPP). Universitas Hasanudin.
Richards, P. R. 1998. Manual of Standard Operating Procedures for Hydrometric Surveys in
British Columbia. Resources Inventory Committee. BC-Canada.
Syukron A. 2014. Analisis debit puncak das padang guci kabupaten kaur provinsi
Bengkulu. Jurnal Fropil. 2(2) : 108-119.
Wismarini D. 2011. Metode perkiraan laju aliran puncak (debit air) sebagai dasar
analisis sistem drainase di daerah aliran sungai wilayah Semarang berbantuan
SIG. Jurnal Teknologi Informasi Dinamik. 16(2): 124 – 13.

LAMPIRAN

NO KETERANGAN GAMBAR
1. Gambar penampang sungai
(siang hari).

2. Pengukuran debit dengan


menggunakan current
meter

3. Kelompok 1 dan 4 ketika


melakukan praktikum
pengukuran debit sungai
sesaat.
4. Pengukuran kedalaman
sungai.

Pembagian Kerja Dalam Penyusunan Laporan :


1. Pendahuluan : Wahyu Stya Utami (G24170016)
2. Dasar Teori : Ni Putu Intan (G24170047)
3. Metodologi : Alvino Fadilah (G24170035)
4. Hasil : Iis Wantari (G24170076)
5. Pembahasan 1 : Naufal Zaidan H. (G24170056)
6. Pembahasan 2 : Restu Nur Rizqi Y. (G24170039)
7. Pembahasan 3 : Zumrotun Ni’mah (G24170071)
8. Kesimpulan dan Lampiran : Rahmat Auliya T. (G24170006)
9. Editor : Melani Laela L. (G24170004)

Anda mungkin juga menyukai