Anda di halaman 1dari 11

Konsep Dasar Injeksi Air

Studi kelayakan mengenai prospek penginjeksian air membutuhkan


perkiraan mengenai hubungan kumulatif produksi maupun laju produksi terhadap
waktu (ulah kerja atau performance). Pada dasarnya ulah kerja suatu operasi
injeksi air tergantung dari:
1. Konsep pendesakan fluida dalam Reservoar (displacement concept).
2. Ketidakseragaman reservoar.
3. Geometri dari susunan sumur injeksi-produksi.
4. Laju Injeksi/ Debit Injeksi
5. Perbandingan Mobilitas
Pendekatan dari penyelesaian persoalan untuk menentukan performance
tergantung dari konsep pendesakan fluida yang digunakan, apakah konsep
pendesakan torak (piston like displacement) atau konsep desaturasi.
Perubahan kondisi pengendapan sedimen akan mempengaruhi derajat
keseragaman batuan berpori untuk meloloskan fluida (permeabilitas dari batuan),
terutama ke arah vertikal. Sifat keseragaman permeabilitas akan mempengaruhi
model reservoar yang dipelajari, apakah reservoar terdiri dari lapisan tunggal atau
berlapis-lapis.
Susunan atau pola sumur injeksi-produksi akan mempengaruhi geometri
model yang digunakan untuk merepresentasikan penginjeksian reservoar yang
akan dipelajari. Geometri model ini dapat berbentuk 1-dimensi (linear) atau
berpola sumur injeksi-produksi tertentu, seperti pola lima titik (five spot)

1.1. Konsep Pendesakan Fluida


Mekanisme pendesakan minyak oleh air pada prinsipnya adalah bahwa
air bergerak dari daerah saturasi air yang tinggi ke daerah saturasi air yang rendah.
Karena itu air akan mendesak minyak dengan mengubah daerah yang telah
didesaknya menjadi bersaturasi air lebih tinggi. Hal ini bertujuan agar pada titik
injeksi saturasi air didalam reservoar bernilai tinggi dengan kata lain jika saturasi
air tinggi berarti volume pori yang terisi oleh air juga tinggi karena saturasi air
dengan volume pori yang diisi air berbanding lurus. Sebaliknya pendesakan
minyak oleh air dengan penginjeksian yang sifatnya kontiniyu akan memperkecil
saturasi minyak yang ada di belakang front, tepatnya pada titik injeksinya.
Kondisi ini memang diharapkan karena mengupayakan minyak sisa yang berada
di titik injeksi terus berkurang dan mengalir menuju sumur produksi.
Di dalam segi pendesakan dikenal dua konsep, pendesakan torak dan
pendesakan desaturasi. Pendesakan desaturasi menganggap saturasi fluida
pendesak (air) di zona minyak yang telah didesak bervariasi dari (1-Sor) hingga
Swf. Harga (Sw = 1-Sor) adalah saturasi air pada titik injeksi, sedang harga (S w
= Swf) adalah saturasi air pada front. Gambar 1.1. memperlihatkan profil ideal
saturasi air dengan konsep pendesakan desaturasi.
Dibelakang front, saturasi minyak berkisar dari (Sor) pada titik injeksi
(x = o) hingga (So = 1 – Swf) pada front. Ini berarti masih ada minyak yang
mengalir bersama-sama dengan air di belakang front. Sebaliknya hanya minyak
yang mengalir di muka front apabila (Sw = Swc) yang tidak lain adalah saturasi
ekuilibrium dari air.

Gambar 1.1. Profil Saturasi Air Berdasarkan Konsep Desaturasi

Pendesakan torak menganggap bahwa dibelakang front hanya fluida


pendesak (air) yang mengalir, sedang didepan front hanya fluida yang didesak
(minyak) yang mengalir. Gambar 1.2. memperlihatkan profil saturasi yang ideal
dari pendesakan torak.
Gambar 1.2. Profil Saturasi Air Berdasarkan Konsep Pendesakan Torak

1.2. Ketidakseragaman reservoar

Ketidakseragaman reservoar yang akan dibicarakan menyangkut harga


permeabilitas yang mempengaruhi langsung gerakan fluida dalam proses
pendesakan. Pengaruh arah permeabilitas terhadap performance injeksi air terletak
pada pengaturan letak sumur injeksi-produksi. Letak sumur injeksi-produksi yang
searah permeabilitas utama menyebabkan breakthrough pada sumur produksi.
Tembus air ini sangat dipengaruhi oleh penyebaran permeabiltas dalam arah
vertikal.
Secara fisik ketidakseragaman ini digambarkan sebagai suatu reservoar
yang terdiri dari lapisan-lapisan yang masing-masing mempunyai harga
permeabilitas horizontal yang berbeda satu sama lain. Metoda konvensional untk
menentukan performance dari proses injeksi-produksi menganggap keseragaman
masing-masing lapisan dalam arah horizontal.

1.2.1. Pengungkapan Kwantitatif dari Perlapisan Permeabilitas.


Pengungkapan dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu,
 menyusun harga permeabilitas dari harga maksimum hingga minimum.
 penyusunan harga rata-rata permeabilitas dari tiap interval ketebalan.
 distribusi harga permeabilitas dengan cara statistik.
 Distribusi Kapasitas
Distribusi kapasitas (kh) diperoleh dari penyusunan harga permeabilitas
dari harga maksimum hingga minimum yang digunakan untuk menentukan
performance dari injeksi air dalam formasi berlapis. Dalam penyusunan harga
permeabilitas diambil selang ketebalan yang sama. Pengolahan dari harga
kapasitas memberikan hasil akhir dalam bentuk hubungan antara kapasitas sebagai
fraksi dari kapasitas total dengan ktebalan kumulatif sebagai fraksi dari tebal total.

Tabel 1.1. Distribusi Kapasitas


tebal kum. fraksi tebal k kapasitas
(ft) kum. (h) (md) kum. (C)
1 0.0345 776 0.153 0.153
2 0.069 454 0.089 0.242
3 0.1034 349 0.069 0.311
4 0.138 308 0.061 0.372
5 0.1724 295 0.058 0.43
6 0.207 282 0.056 0.486
7 0.2414 273 0.054 0.54
8 0.2759 262 0.052 0.592
9 0.3103 228 0.045 0.637
10 0.3448 187 0.037 0.674
11 0.3793 178 0.035 0.709
12 0.4138 161 0.032 0.741
13 0.4483 159 0.031 0.772
14 0.4828 148 0.029 0.801
15 0.5172 127 0.025 0.826
16 0.5517 109 0.021 0.847
17 0.5862 88 0.017 0.864
18 0.6207 87 0.017 0.881
19 0.6552 87 0.017 0.898
20 0.6897 77 0.015 0.913
21 0.7241 71 0.014 0.927
22 0.7586 62 0.012 0.939
23 0.7931 58 0.011 0.95
24 0.8276 54 0.011 0.961
25 0.8621 50 0.01 0.971
26 0.8966 47 0.009 0.98
27 0.931 47 0.009 0.989
28 0.9655 35 0.007 0.96
29 1 15 0.004 1
5075

Gambar 1.3. Distribusi kapasitas

Nilai kualitatif dari ketidakseragaman lapisan dapat pula dinyatakan oleh


koefisian lorentz, yaitu:

luas ABCA
koef . lorentz  
luas ADCA
Nilai range dari koefisien lorentz berkisar dari 0 sampai dengan 1, reservoar yang
memiliki permeabilitas seragam memiliki koefisien lorentz sama dengan 0.

1.3. Pola Sumur Injeksi – Produksi


Susunan sumur injeksi-produksi dapat merupakan pola teratur dan titak
teratur. Keteraturan pola injeksi dan produksi dipengaruhi oleh keteraturan dalam
kedudukan sumur yang dibor. Penempatan sumur injeksi relatif terhadap sumur
produksi dipengaruhi oleh arah permeabilitas utama. Pengaruh arah permeabilitas
terhadap performance injeksi air terletak pada pengaturan letak sumur injeksi-
produksi. Letak sumur injeksi-produksi yang searah permeabilitas utama
menyebabkan breakthrough pada sumur produksi. Tembus air ini sangat
dipengaruhi oleh penyebaran permeabiltas dalam arah vertikal.
Selain itu, menurut M.Latil pemilihan pola sumur injeksi-produksi sangat
bergantung pada mekanisme pendorong reservoar serta volume hidrokarbon dan
kemiringan lapisan batuan yang akan didesak oleh air. Dari pertimbangan diatas
maka tata letak sumur injeksi-produksi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

A. Central Edge dan Peripheral Flooding (Pola tidak teratur)


Sumur-sumur injeksi diletakkan berkelompok pada suatu posisi dari reservoar
(pada bagian kaki atau puncak dari reservoar). Cara ini dapat diterapkan pada
reservoar dengan struktur antiklin yang berasosiasi dengan lapisan aquifer,
dimana sumur injeksi diletakkan berkelompok mengelilingi reservoar. Disamping
itu dapat pula diterapkan pada reservoar yang berbentuk monoklin (berasosiasi
dengan aquifer dan gas cap) dimana sumur injeksinya diletakkan berkelompok
dalam satu atau lebih garis lokasi tertentu yang mengarah pada dasar dari
reservoar tersebut. Lebih lanjut apabila dilihat dari tempat air dimana air
diinjeksikan, maka dapat diklasifikasikan menjadi tiga tempat injeksi, yaitu:
 Crestal Water Injection
 Edge Water Injection
 Peripheral atau Bottom Water Injection
Gambar 1.5. Pola Sumur Injeksi-Produksi tidak teratur

B. Pattern Flooding (Pola Teratur)


Injeksi dengan pola yang teratur dibedakan atas normal pattern flooding
dimana sumur-sumur produksi dan inverted pattern flooding yaitu sumur-sumur
injeksi dikelilingi oleh sumur-sumur produksi. Pada umumnya injeksi berpola
teratur diterapkan pada reservoar yang mempunyai kemiringan (dip) kecil dengan
daerah permukaan reservoar yang cukup luas. Untuk mendapatkan effisiensi
penyapuan yang merata, maka sumur-sumur injeksi ditempatkan diantara sumur-
sumur produksi. Jenis-jenis pola sumur injeksi antara lain adalah: direct line drive,
staggered line drive, five-spot, seven-spot, nine spot dan lain-lain
Gambar 1.5. Pola Sumur Injeksi-Produksi Pola teratur.

1.4. Laju Injeksi


Laju injeksi di sini adalah untuk sumur-sumur dengan pola tertutup dengan
anggapan bahwa mobility ratio (R) sama dengan satu. Besarnya laju injeksi sangat
tergantung pada perbedaan tekanan injeksi di dasar sumur dan tekanan
reservoarnya. Bentuk persamaan dikembangkan dari Persamaan Darcy sesuai
dengan pola sumur injeksi-produksi, sebagai berikut:
 Pola Direct Line Drive (d/a≥1),
3.541  k w  h    103
i
 a d   ............................................................(1-
 w ln   1,571   1,838
  rw  a 
1)

 Pola Staggered Line Drive (d/a ≥1),


3.541  k w  h    10 3
i
 a d   ..........................................................
 w ln  1,571    1,838
  rw  a 
(1-2)
 Pola Five Spot (d/a = 0,5),
3,541 k w  h   103
i
  a  ..........................................................................
 w ln    0,619
  rw  
.(1-3)
 Pola Seven Spot
4,72  k w  h   10 3
i
 d   .........................................................................
 w ln    0.569
  rw  
(1-4)
dimana:
i = laju injeksi, bbl/day
kw = permeabilitas efektif terhadap air, mD
h = ketebalan, ft
ΔP = perbedaan tekanan, psi
μw = viskositas air, cp
d = jarak antara sumur tidak sejenis, ft
a = jarak antara sumur sejenis, ft
rw = jari-jari efektif sumur, ft

1.5. Perbandingan Mobilitas


Mobilitas suatu fluida didefinisikan sebagai suatu ukuranyang menunjukkan
kemudahan suatu fluida untuk mengalir melalui media pori pada suatu gradien
tekanan tertentu. Persamaan mobilitas dapat ditulis sebagai berikut:
Ke
M
 f ..........................................................................................................(1-

5)

Dimana:

M = mobilitas fluida, mD/ cp.


ke = permeabilitas effektif, mD.
f = viskositas fluida, cp.
Dalam hal ini mobilitas air adalah kw/ w dan mobilitas minyak ko/ o
Berkenaan dengan pendesakan suatu fluida terhadap fluida lainnya, maka
parameter yang digunakan untuk menghubungkan antara mobilitas fluida
pendesak di belakang front dengan mobilitas fluida di depan front adalah
perbandingan mobilitas (mobility ratio, M). Dalam pendesakan minyak oleh air,
perbandingan mobilitas dapat dinyatakan dengan persamaan:
Kw o k rw o
M    .................................................................................
w ko w k ro
.(1-6)
atau,
 krw 
 
  w  S or
M .......................................................................................(1-7)
 kro 
 
 o  S wi

Dimana:
krw = permeabilitas relatif air
kro = permeabilitas relatif minyak
w = viskositas air, cp
o = viskositas minyak, cp
Sor = saturasi minyak sisa, fraksi
Swi = saturasi air awal, fraksi
Konsep perbandingan mobilitas mempunyai kegunaan yang penting dalam
memprediksikan kinerja reservoar yang sedang atau akan diterapkan injeksi air.
Bertambah kecilnya harga perbandingan mobilitas, maka bagian yang tersapu oleh
fluida injeksi akan semakin besar, atau sebaliknya. Perbandingan mobilitas ini
juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap laju injeksi air, yang mana
kemudian akan menyangkut daerah penyapuan (swept region), efisiensi
pendesakan minyak dan radius kemajuan front.
Gambar 1.6.
Efisiensi penyapuan areal fungsi mobilitas ratio pola five-spot

Anda mungkin juga menyukai