Anda di halaman 1dari 28

TM 6004 – Teknik Pemboran Lanjut

ANALISA SUMUR ABADI-1 BLOK MASELA

Babas Samudra Hafwandi (22220003)


Program Studi Magister Teknik Perminyakan ITB

1
Outline
1. Overview
2. Flowpath
3. Kondisi Statigrafi Lapangan
4. Pore Pressure & Fracture Gradient Analysis.

2
Outline (Lanjutan)
5. Casing Setting Depth
6. Hole Geometry Selection
7. Casing Design.

3
Overview
• Sumur ABADI-1, dibor pada tanggal 1 Oktober 2000.
• Tujuan pembuatan sumur tersebut adalah untuk menguji
potensi hidrokarbon batupasir di formasi plover
• Menghasilkan laju produksi Gas, Kondensat dan air berturut-
turut sebesar 25 mmscfgpd, 260 bcpd (52.5 API) dan 178
Bwpd.
• Sumur di tutup pada tanggal 11 Desember 2020.

4
Overview (Lanjutan)

Gambar 1. Peta Lokasi Lapangan Abadi (Nagura, et al, 2003).


5
Flowpath

Gambar 2. Flowpath Program Pemboran (Adams, 1985).


6
Kondisi Statigrafi Lapangan
• Pemboran sumur ABADI-1 menembus formasi plover
dengan total depth sedalam 4230 meter (13877 ft), formasi
plover merupakan formasi dengan jenis batuan yang dominan
batupasir (sandstones) dengan porositas berkisar antara 8-
12%.

7
Kondisi Statigrafi Lapangan (Lanjutan)

Gambar 3. Kolom Statigrafi Lapangan Abadi (Nagura, et al, 2003).


8
Kondisi Statigrafi Lapangan (Lanjutan)
Tabel 1. Perkiraan top-bottom formasi pada lapangan abadi
(Saputra & Ohara, 2016).

9
Kondisi Statigrafi
Lapangan (Lanjutan)
Legenda :
Well Abadi-1 (Core #1)
Well Abadi-2 (Core #1)
Well Abadi-2 (Core #2)
Well Abadi-3 (Core #1)
Well Abadi-3 (Core #2)
Well Abadi-3 (Core #3)
Well Abadi-3 (Core #4)
Gambar 4. Grafik Porositas versus
permeabilitas dari sampel core Dari
Sumur Abadi-1, 2 and 3 (Nagura, et
al, 2003). 10
Pore Pressure & Fracture Gradient Analysis
Trayek Conductor 20” : Pada trayek ini pemboran menembus
Formasi Barracouta yang merupakan formasi batu lempung
yang lemah.
Diketahui EMW 𝑃𝑓 sebesar 8,65 ppg dan 𝑃𝑟𝑓 sebesar 12,85 ppg
dengan Gob sebesar 0,88 psi/ft sampai kedalaman conductor
casing 1.837 ft.

11
Pore Pressure & Fracture Gradient Analysis
(Lanjutan)
•  Trayek Surface Lubang 17,5” – Casing Size 13-3/8” : Pada
trayek ini pemboran menembus Formasi Oliver, Cartier,
Hibernia, dan Johnson yang merupakan formasi dominan
batu gamping dan berhenti di bagian atas Formasi Wangarlu
yang perselingan marlstone (lime rich mud stone) dan batu
pasir.
• berkisar antara 8,65 ppg – 9 ppg dengan Sebesar 12,85 ppg
– 13,61 ppg dari kedalaman 1.899 ftTVDRT/1.837 ftTVDSS
– 7.018 ftTVDRT/6.955 ftTVDSS.

12
Pore Pressure & Fracture Gradient Analysis
(Lanjutan)
• Formasi litologi batu pasir dengan perselingan marlstone
dengan Gob sebesar 0,8 psi/ft. sedangkan formasi yang
dominan gamping Gob diketahui sebesar 0,91 psi/ft - 0,94
psi/ft.

13
Pore Pressure & Fracture Gradient Analysis
(Lanjutan)
• Trayek Intermediate Lubang 12,25” - Casing Size 9-
5/8”: Pada trayek ini pemboran menembus Formasi
Wangarlu yang merupakan formasi perselingan marlstone
(lime rich mud stone), Formasi Jamieson yang merupakan
dominan batu gamping.
• Pada bagian bawah Formasi Echuca Shoals dominan batu
lempung.

14
Pore Pressure & Fracture Gradient Analysis
(Lanjutan)
•  Trayek Production Lubang 8,5” : Pada trayek ini pemboran
menembus Formasi Plover yang merupakan formasi batu
pasir.
• Pada formasi ini berkisar antara 8,41 ppg – 8,56 ppg dengan
12,99 ppg – 13,05 ppg dari kedalaman 12.450
ftTVDRT/12.388 ftTVDSS – 13.878 ftTVDRT/13.815
ftTVDSS.
• Gob dipilih berdasarkan jenis formasi sebesar 0,911 psi/ft –
0,918 psi/ft berdasarkan perkiraan porositas reservoir sebesar
8 – 12%.
15
Pore Pressure & Fracture
Gradient Analysis (Lanjutan)

Gambar 5. Pressure profile


sumur Abadi-1 (Nagura, et
al., 2003).
16
Pore Pressure & Fracture Gradient Analysis
(Lanjutan)
Tabel 2. Hubungan jenis batuan dengan overburden pressure (Crain, 2002).
Typical values for (Po/D) psi/ft KPa/meter
Sandstone 30% porosity 0.91 20.6
Sandstone 20% porosity 0.98 22.2
Sandstone 10% porosity 1.05 23.8
Sandstone 0% porosity 1.12 25.4
Siltstone 1.15 26.0
Shale 1.23 27.7
Limestone 1.15 26.0
Dolomite 1.21 27.4
Anhydrite 1.26 28.5 17
Casing Setting Depth
Pada sumur ABADI-1 Penentuan kedalaman casing
dilakukan dengan metode top to bottom dikarenakan
sumur merupakan sumur eksplorasi dan tidak adanya
data sumur terdekat disekitar sumur ABADI-1.

18
Equivalent Mud Weight, ppg
Casing Setting Depth
(Lanjutan)

Gambar 6. Sketsa sumur dan


casing setting depth sumur
Abadi-1 (Nagura, et al., 2003).

19
Hole Geometry Selection
• Dalam pemboran sumur ABADI-1 dalam pemilihan geometri
lubang digunakan pendekatan yang dilakukan oleh Adams.
• Hal ini karena pembuatan sumur digunakan untuk
mendapatkan produksi sumur yang optimum dengan kondisi
lubang yang optimum.

20
Casing Design
Dalam perencanaan desain casing yang dilakukan pada sumur
Abadi-1, digunakan casing dengan nominal weight, grade,
collapse resistance, dan burst resistance yang maksimum
karena sumur ABADI-1 merupakan sumur eksplorasi dan tidak
ada data gradien tekanan pada sumur disekitarnya, sehingga
dapat menghindari terjadinya buckling dan bursting pada
casing.

21
Casing Design (Lanjutan)
Tabel 3. Casing Desain yang digunakan pada sumur ABADI-1
(Bourgoyne, et al., 1986).
Nominal
Internal
Size Outside Weight Collapse
Pressure
Diameter Threads and Grade Ressistance
Ressistance
(in.) Coupling (psi)
(psi)
(lbm/ft)
20 133 J-55 1500 3060
13-3/8 72 P-110 2890 7400
9-5/8 53.5 P-110 7950 10900
22
Kesimpulan
1. Pemboran sumur ABADI-1 menembus formasi clover
dengan kedalaman 4230 meter ( 13877 ft) dengan porositas
sebesar 8-12%.
2. Pada trayek conductor 20” pemboran menembus formasi
Barracouta yang merupakan formasi batu lempung yang
lemah dengan Gob sebesar 0,88 psi/ft sampai kedalaman
conductor casing 1.837 ft.

23
Kesimpulan (Lanjutan)
3. Pada trayek surface 17,5”, menembus formasi oliver,
cartier, hibernia, dan johnson yang merupakan
formasi dominan batu gamping dan berhenti di
bagian atas formasi wangarlu yang perselingan
marlstone (lime rich mud stone) dan batu pasir
dengan Gob sebesar 0,91 psi/ft - 0,94 psi/ft. dan 0.8
psi/ft.

24
Kesimpulan (Lanjutan)
4. Pada trayek intermediate 12,25”, formasi yang ditembus
adalah formasi wangarlu yang merupakan formasi
perselingan marlstone (lime rich mud stone) dan formasi
jamieson yang merupakan dominan batu gamping dengan
Gob sebesar 1,01 - 1,104 psi/ft.

25
Kesimpulan (Lanjutan)
5. Pada trayek production 8,5”  formasi yang ditembus adalah
formasi plover yang merupakan formasi batu pasir. G ob
dipilih berdasarkan jenis formasi sebesar 0,911 psi/ft –
0,918 psi/ft berdasarkan perkiraan porositas reservoir
sebesar 8 – 12%.
6. Pada Sumur ABADI-1 Penentuan kedalaman casing
dilakukan dengan metode top to bottom dikarenakan sumur
merupakan sumur eksplorasi.

26
Referensi
1. Bourgoyne, A.T., Millheim, K.K., & Chevenert, M.E.
(1986). Applied Drilling Engineering. Richardson, Texas:
Society of Petroleum Engineers.
2. Heriot Watt – Drilling Engineering, Heriott Watt University.
3. Nagura,H., Suzuki, I., Teramoto, T., Hayashi, Y., Toshida,
T., Bandjarnahor, H. M.,…. Bird, T. (2003). The Abadi Gas
Field. IPA 29th Annual Convention Proceedings. Jakarta:
Indonesian Petroleum Association.

27
Referensi (Lanjutan)
4. Saputra, A., & Ohara, M. (2016). Basin and Petroleum
System Modelling of Offshore Tanimbar Region: Fortieth
Annual Convention & Exhibition, May 2016 Indonesian
Petroleum Association, Jakarta: Indonesian Petroleum
Association (IPA).
5. Zoback, Mark D. (2015). Reservoir Geomechanic. United
Kingdom : Cambrigde University Press.

28

Anda mungkin juga menyukai