Latar Belakang
Menurut ahli lainnya, yaitu Hasibuan (2003, h 244), beliau berpendapat Sumber
Daya Manusia memiliki arti keahlian terpadu yang berasal dari daya pikir serta daya fisik
yang dimiliki oleh setiap orang. Yang melakukan serta sifatnya dilakukan masih memiliki
hubungan yang erat seperti keturunan dan lingkungannya, sedangkan untuk prestasi
kerjanya dimotivasi oleh sebuah keinginan dalam memenuhi keinginannya.
SDM meliputi daya pikir serta daya fisik pada setiap individu. Lebih jelasnya SDM
merupakan suatu kemampuan pada setiap manusia yang ditentukan oleh daya pikir serta
daya fisiknya. SDM atau manusia menjadi unsur yang sangat penting dalam berbagai
kegiatan yang dilakukan.
Meskipun peralatan yang ada cukup canggih, tanpa adanya SDM berkualitas hal
tersebut tidak akan berarti apa-apa. Sebab Daya Pikir merupakan modal dasar yang dibawa
sejak lahir sedangkan keahlian dapat diperoleh dari usaha (belajar dan pelatihan).
Kecerdasan seseorang dapat diukur dari tingkat Intellegence Quotient (IQ) dan Emotional
Quality (EQ).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan bagian integral dari sistem
tenaga kerja dan sumber daya manusia. K3 tidak hanya sangat penting untuk
meningkatkan jaminan sosial, tetapi juga kesejahteraan pekerjanya, dan juga K3
memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan produktivitas kerja. Oleh karena
itu, masalah dengan K3 bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh para
pekerja, tetapi juga harus ada sistem kerja untuk memuaskan mereka. Dengan kata lain,
saat ini K3 bukan sekedar kewajiban, tapi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap pekerja
dan berbagai bentuk kegiatan kerja.
Sebagai gambaran bahwa demikian luar biasanya korban kecelakaan yang diambil
perbandingan antara korban perang dengan korban akibat kecelakaan kerja. Jumlah korban
perang di negara Amerika Serikat pada Perang Dunia Kedua Tahun 1939-1945 sebanyak
22.088 (luka dan meninggal), sedangkan korban kecelakaan kerja di perusahaan adalah
1.219 meninggal dunia dan 160.747 luka-luka. Sedangkan Data kecelakaan di Indonesia
atas populasi tenaga kerja 7-8 juta menunjukkan 100.000 peristiwa kecelakan kerja dan
meyebabkan kehilangan hari kerja setiap tahunnya, kerugian rata-rata mencapai 100-200
milyar per tahun, korban meninggal per tahun rata-rata 1500-2000 orang, penelitian
khusus tahun 2000 akibat kecelakaan kerja menunjukkan 70 juta sampai 500 juta jam kerja
hilang. Dari berbagai data tersebut dapat diasumsikan bahwa populasi tenaga kerja adalah
50 juta, sedangkan perbandingan biaya tersembunyi terhadap biaya langsung adalah 4 : 1
(Suma’mur, 2009).
Tujuan
b. Mengetahui SOP serta penting nya K3 yang diberlakukan pada PT Freeport Indonesia
c. Mengetahui HSE (Health, Safety, and Environmental) pada perusahaan PT Freeport
Indonesia
CARA PENGAMBILAN DATA
Pada makalah ini kelompok kami menggunakan data sekunder dalam pengambilan data
yang berarti data didapatkan secara tidak langsung melalui penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya dengan menelaah atau studi dokumen hasil penelitian tersebut yang di
tuangkan kedalam paper jurnal. Pengambilan data ini bersifat kualitatif yang artinya data ini tidak
dalam berbentuk angka.
PEMBAHASAN
Kemudian Pasal 86 huruf (a) dan (b) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan menyebutkan :
Sehubungan kecelakaan kerja yang terjadi dilokasi tambang akibat keadaan alam yang
tidak mendukung sehingga terjadi kecelakaaN PT. Freeport Indonesia memberikan jaminan
kehesehatan bagi tenaga kerja berupa BPJS Ketenagakerjaan untuk memproteksi korban
kecelakaan kerja dengan bentuk proteksi yang dilakukan :
5. penunjang diagnostic;
9. jasa dokter/medis;
10. operasi;
c. Santunan Kecacatan
Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No. 26 Tahun 2018 Pelaksanaan Kaidah
Pertambangan Yang Baik Dan Pengawasan Pertambangan Mineral Dan Batubara
Prosedural keselamatan dan kesehatan kerja PT. Freeport Indonesia tertuang didalam
Pedoman Hubungan Industrial yang dibuat berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri
Pertambangan dan Energi No. 38 Tahun 2014 tentang Penerapan Manajemen
Keselamatan Minerba. Peraturan Menteri Ini Juga Teringrasi Pada Berdasarkan Pasal 14
Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2018 Tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik Dan Pengawasan
Pertambangan Mineral Dan Batubara.
1) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi,dan IUPK Operasi
Produksi wajib melaksanakan ketentuan keselamatan pertambangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf c dan huruf d
2) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan IUPK Operasi
Produksi dalam melaksanakan ketentuan keselamatan pertambangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib:
3) manajemen risiko
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) selalu menjadi fokus utama PT. Freeport
Indonesia. Komitmen K3 adalah yang paling utama. Untuk memastikan hal itu, selain
mengimplementasikannya dalam bentuk kebijakan, strategi dan standar operasi prosedur yang
ketat, PFTI juga mengikuti berbagai sertifikasi internasional tentang K3 seperti OHSAS 18001:2007
dan NOSA 5 Star Rating. Secara rutin melakukan pemantauan atas sertifikasi yang diberikan.
Kegiatan operasi PFTI mulai dari aktivitas penambangan dan peleburan, pengolahan bijih,
pembangkit tenaga listrik, operasi pengangkutan darat, udara, pengelolaan pelabuhan laut, dan
kapal laut, pusat-pusat pemukiman, asrama, dan pengelolaan hotel serta bandara. Untuk itu,
diperlukan kecermatan dan kerja sama tim yang handal dalam pengelolaan keselamatan. Hal itu
melibatkan fokus pengelolaan dan penyeliaan; suatu sistem pengelolaan keselamatan untuk
setiap aspek operasi; pelatihan keterampilan dan penyeliaan pendahuluan, dasar, dan khusus
(safety induction) termasuk kursus penyegaran tahunan (annual refresher); sebuah sistem untuk
memantau hasil dan kemajuan dalam mencapai sasaran-sasaran keselamatan; serta evaluasi
menyeluruh atas sistem kerja yang telah diterapkan.
PT. Freeport Indonesia terkait dengan keselamatan kesehatan kerja dengan menjunjung
tinggi hak hak dari karyawan atau pegawai PT. Freeport Indoensia maka Perusahaan dan pekerja
memenuhi dan melaksanakan pedoman hubungan industrial yakni Pedoman Hubungan Industrial
2017 Pasal 28 Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan Pertambangan yang
berbunyi :
a. Area Kerja
4) Memakai dan merawat APD sesuai dengan area, jenis pekerjaan dan ketentuan
perusahaan.