LAPORAN MAGANG
Oleh :
NURUL FITRIANA
No. BP. 1110332008
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah meninggikan derajat orang-
orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang yang berjudul “Tinjauan Rencana
Improvisasi Command center Pada Installation Emergency Management Team
Heavy Oil Operating Unit Di PT. Chevron Pacific Indonesia Distrik Duri”.
Dalam menyelesaikan laporan magang ini, penulis banyak mendapat
bantuan, bimbingan, petunjuk, dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ibu Prof. dr. Nur Indrawati Lipoeto, M.Sc, Ph.D, Sp.GK selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
2. Ibu dr. Fauziah Elytha, M. Sc selaku Koordinator Magang.
3. Nizwardi Azkha, SKM, MPPM, MPd, MSi selaku Pembimbing Akademik.
4. Defriman Djafri, SKM, MKM, Ph.D selaku pembimbing magang yang selalu
memberikan bimbingan, pemikiran, dan arahan dengan penuh semangat serta
ketulusan pada penulis selama penulisan laporan magang ini.
5. Bapak Elwin yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat
melaksanakan magang di PT. Chevron Pacific Indonesia.
6. Bapak Nasrun selaku Pembimbing Lapangan yang selalu memberikan
bimbingan, pemikiran, dan arahan dengan penuh semangat serta ketulusan pada
penulis selama penulisan laporan magang ini.
7. Mas Wahyu selaku pembimbing dan narasumber yang selalu memberikan
bantuan dan arahan serta dengan tulus membagi ilmu dalam penulisan laporan
magang ini.
8. Kak Riri yang telah banyak membantu, berbagi informasi dan mengarahkan
penulis dalam pelaksanaan magang ini.
i
magang ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang
akan datang. Amin.
Nurul Fitriana
Penulis
.
ii
DAFTAR ISI
iii
3.1.2 Visi, Misi, Nilai Dasar dan Tujuan Strategis PT. CPI .............................. 15
3.1.2.1 Visi dan Misi PT. Chevron Pacific Indonesia .................................... 15
3.1.2.2 Nilai Dasar PT. Chevron Pacific Indonesia ....................................... 15
3.1.3 Struktur Organisasi Heavy Oil Operations PT. Chevron Pacific Indonesia
............................................................................................................................ 16
3.1.4 Wilayah Operasi PT. Chevron Pacific Indonesia ...................................... 17
3.1.5 Kegiatan Operasi PT. Chevron Pacific Indonesia ..................................... 19
3.1.5.1 Eksplorasi ........................................................................................... 19
3.1.5.2 Eksploitasi .......................................................................................... 20
3.1.5.3 Produksi ............................................................................................. 21
3.1.5.4 Produk ................................................................................................ 23
3.1.6 Sarana Penunjang Operasi di PT. Chevron Pacific Indonesia .................. 23
3.2 Gambaran Bagian Health, Environment and Safety (HES) ............................. 24
3.2.1 Health ........................................................................................................ 24
3.2.2 Environment .............................................................................................. 25
3.2.3 Safety ......................................................................................................... 25
3.3 Fokus Magang: Implementasi Command center di installation Emergency
Management Team PT. CPI ................................................................................... 26
3.3.1 Perencanaan............................................................................................... 27
3.3.1.1 Instalasi EMT Command center ......................................................... 27
3.3.2 Pengorganisasian ....................................................................................... 29
3.3.3 Pelaksanaan ............................................................................................... 31
3.3.4 Monitoring dan Evaluasi ........................................................................... 33
BAB 4 : PEMBAHASAN .......................................................................................... 34
4.1 Perencanaan...................................................................................................... 34
4.2 Pengorganisasian .............................................................................................. 34
4.3 Pelaksanaan ...................................................................................................... 34
4.4 Monitoring dan Evaluasi .................................................................................. 35
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 37
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 37
5.2 Saran ................................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Peralatan yang sudah lengkap dan tersedia di dalam ruangan Command
center .......................................................................................................................... 31
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Heavy Oil Operations PT. Chevron Pacific
Indonesia .................................................................................................................... 16
vi
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
vii
BAB 1 : PENDAHULUAN
1
2
jiwa pada pekerja itu sendiri. Untuk itu, setiap badan usaha (perusahaan)
diwajibkan untuk mengelola penyelenggaraan program-program tanggap darurat
dan bencana. Sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang No. 24 tahun 2007
tentang penanggulangan bencana. Selain itu, Per. 05/MEN/1996 mewajibkan
setiap badan usaha untuk menyelenggarakan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3), dimana salah satu elemennya mewajibkan badan
usaha untuk menyelenggarakan program tanggap darurat (Emergency Response
Preparedness). Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi korban dan kerusakan
peralatan yang disebabkan oleh kecelakaan dan keadaan darurat, termasuk
karyawan yang luka-luka, kebakaran, ledakan, keracunan tumpahan bahan kimia,
kebocoran gas dan bencana alam. Upaya tersebut terwujud dalam program tanggap
darurat yang disusun berdasarkan dari informasi tentang potensi keadaan darurat apa
saja yang dapat terjadi diperusahaan.(4)
Di sektor industri, program tanggap darurat dikenal dengan Emergency
Response Preparedness (ERP). Tujuan program ini untuk mencegah kejadian
darurat yang saat itu terjadi tidak menjadi lebih buruk dan dapat melindungi
pekerja dan masyarakat sekitar dari bahaya lebih lanjut. Tujuan lainnya adalah
menjamin ketersediaan pertolongan pertama kepada korban dengan cepat dan
melindungi material dan peralatan dari kerusakan parah. Program ERP efektif
dalam mengisolasi sumber bahaya dan mengamankan area lainnya dari tersebar
luasnya efek dari sumber bahaya tersebut.(5)
PT. Chevron Pacific Indonesia merupakan perusahaan asal Amerika yang
bergerak di bidang oil dan gas yang berperan dalam eksplorasi, eksploitasi, dan
produksi crude oil. Lingkungan kerja perusahaan yang kompleks, tidak dapat terlepas
dari segala kemungkinan bahaya. Bahaya Hazard dan risiko utama yang terdapat di
perusahaan ini adalah gas H2S, uap panas, pipa bertekanan tinggi, dan lain-lain yang
dapat mengancam kesehatan dan keselamatan pekerja terutama yang terlibat langsung
dalam proses. Hal ini diperlukan suatu teknik pengendalian dan pencegahan bahaya,
yaitu dengan implementasi sistem tanggap darurat. PT. Chevron Pacific Indonesia
sebagai perusahaan bertaraf internasional menyadari akan pentingnya pemenuhan
sistem tanggap darurat meliputi segala bentuk persiapan, perencanaan, pelaksanaan
hingga pada tahap evaluasi.
3
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui mengenai Rencana Improvisasi Command center Pada
Installation Emergency Management Team Heavy Oil Operating Unit Di PT.
Chevron Pacific IndonesiaTahun 2014.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk menganalisis perencanaan Rencana Improvisasi Command center Pada
Installation Emergency Management Team Heavy Oil Operating Unit Di PT.
Chevron Pacific Indonesia Distrik Duri.
2. Untuk menganalisis pengorganisasian Rencana Improvisasi Command center
Pada Installation Emergency Management Team Heavy Oil Operating Unit
Di PT. Chevron Pacific Indonesia Distrik Duri.
3. Untuk menganalisis pelaksanaan Rencana Improvisasi Command center Pada
Installation Emergency Management Team Heavy Oil Operating Unit Di PT.
Chevron Pacific Indonesia Distrik Duri.
4. Untuk menganalisis monitoring dan evaluasi Rencana Improvisasi Command
center Pada Installation Emergency Management Team Heavy Oil Operating
Unit Di PT. Chevron Pacific Indonesia Distrik Duri.
1.3 Manfaat
1. Tahap siaga darurat. Pembentukan sistem komando pada tahap ini biasanya
dilakukan untuk jenis bencana yang terjadi secara berangsur-angsur, seperti
banjir atau gunung meletus. Pada tahap siaga darurat ini, pusat pengendali
operasi biasanya berada pada wilayah yang bersangkutan (provinsi /
kabupaten / kota).
2. Tahap tanggap darurat. Pembentukan sistem komando pada tahap ini
biasanya dilakukan untuk jenis bencana yang terjadi secara tiba-tiba,
misalnya gempa bumi, tsunami dan tanah longsor.
3. Transisi dari tahap tanggap darurat ke tahap pemulihan.
Pembetukan sistem komando untuk yang terjadi secara tiba-tiba biasanya
dilakukan setelah melalui empat tahap di bawah ini:
1. Informasi tentang kejadian awal bencana. Informasi ini bisa didapatkan dari
berbagai sumber, dengan membuat rumusan sederhana:
Apa: jenis bencana
Kapan: hari, tanggal, bulan, tahun, jam, waktu setempat
Dimana: lokasi/tempat/daerah bencana
Berapa: jumlah korban, kerusakan sarana dan prasarana
Mengapa: penyebab terjadinya bencana
Bagaimana: upaya apa yang telah dilakukan dan kebutuhan apa yang
sangat mendesak.
2. Penugasan Tim Reaksi Cepat. Dari informasi tentang kejadian awal bencana,
kemudian Pemerintah atau instansi terkait biasanya langsung menugaskan
Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk segera melakukan tugas pengkajian ke lokasi
bencana secara cepat dan tepat serta memberikan dukungan dalam kegiatan
tanggap darurat. Hasil kajian TRC akan menjadi bahan masukan dan
pertimbangan kepada Pemerintah atau instansi terkait untuk menentukan
langkah selanjutnya atau untuk menetapkan status atau tingkat bencana.
3. Penetapan status atau tingkat bencana. Berdasarkan usulan sesuai point 2 di
atas, maka Pemerintah akan menetapkan status atau tingkat bencana. Pada
tahap ini juga terkadang Pemerintah akan menunjukkan atau menugaskan
seorang pejabat sebagai Komandan Tanggap Darurat Bencana sesuai dengan
status atau tingkat bencana (skala nasional atau skala daerah).
4. Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana. Pemerintah dalam hal ini
Presiden / Gubernur / Bupati / Walikota akan mengeluarkan Surat Keputusan
8
Menurut Terry, pengelolaan adalah usaha untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya melalui usaha orang lain. Sedangkan, menurut John D.
Millet, pengelolaan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja
kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, pengelolaan adalah suatu
kegiatan terencana dan terkontrol yang dikerjakan dua orang atau lebih dengan
pemberian fasilitas untuk mengarahkan instruksional sehingga tercapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efektif.
Berikut beberapa fungsi pengelolaan yang dikemukakan oleh para ahli, Henry
Fayol mengemukakan ada 5 fungsi pengelolaan antara lain :
1. Planning (Perencanaan)
2. Organizing (Pengorganisasian)
3. Commanding (Pemberian Perintah)
4. Coordinating (Pengkoordinasian)
5. Controlling (Pengawasan)
George R. Terry menuliskan ada 4 fungsi pengelolaan yang dikenal dengan
“POAC” antara lain :
1. Planning (Perencanaan)
2. Organizing (Pengorganisasian)
3. Actuating (Pelaksanaan)
4. Controlling (Pengawasan)
Menurut John F. Mee mengemukakan 4 fungsi pengelolaan antara lain :
1. Planning (Perencanaan)
2. Organizing (Pengorganisasian)
3. Motivating (Pemotivasian)
4. Controlling (Pengawasan)
Fungsi manajemen yang disampaikan para ahli pada dasarnya memiliki
konsep yang hampir sama. Dalam laporan ini, penulis menggunakan konsep fungsi
manajemen dari George R. Terry. Berikut ada 4 fungsi pengelolaan, yaitu :
segala kemungkinan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, menganalisis efektifitas dari berbagai kemungkinan tersebut, menyusun
perincian selengkapnya dari kemungkinan yang terpilih, serta mengikatnya dalam
suatu sistem pengawasan yang terus-menerus sehingga dapat dicapai hubungan yang
optimal antara rencana yang dihasilkan dengan yang dianut.
Empat langkah dasar perencanaan yang telah dipakai untuk kegiatan
perencanaan pada semua jenjang organisasi, yaitu :
a. Menetapkan sasaran
Kegiatan perencanaan dimulai dengan memutuskan apa yang ingin dicapai
organisasi. Tanpa sasaran yang jelas, sumber daya yang dimiliki organisasi akan
menyebar terlalu luas. Dengan menetapkan prioritas dan merinci sasaran secara
jelas, organisasi dapat mengarahkan sumber agar lebih efektif.
b. Merumuskan posisi organisasi pada saat ini
Rencana baru dapat disusun jika organisasi telah mengetahui posisinya pada saat
ini. Untuk itu, didalam organisasi harus terdapat suasana keterbukaan agar
informasi mengalir dengan lancar terutama data keuangan dan statistik.
c. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat menuju sasaran.
Selanjutnya, perlu diketahui faktor internal dan eksternal yang dapat mendukung
atau menghambat organisasi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
d. Menyusun langkah untuk mencapai sasaran
Langkah terakhir dalam perencanaan adalah mengembangkan berbagai
kemungkinan alternatif atau langkah yang diambil untuk mencapai sasaran yang
telah ditetapkan, mengevaluasi alternatif, dan memilih yang paling baik, cocok
dan memuaskan.
Sebelum mempergunakan strategi ini PT. CPI mempergunakan District System, atau
sering di kenal dengan sistem manajemen yang terpusat. Akhirnya pada 9 Oktober
2001 dua perusahaan besar induk PT. CPI yaitu Chevron dan Texaco bergabung
(merger) menjadi Chevron Texaco. Dan sejak saat itu manajemen PT. CPI juga ikut
berubah dari SBU menjadi IndoAsia Business Unit (IBU). Pada tahun 2005, nama
Caltex Pacific Indonesia berubah menjadi Chevron Pacific Indonesia sesuai
ditetapkannya surat keputusan No.C-25712 HT.01.04.TH.2005 pada tanggal 16
September 2005. Perubahan ini dilakukan berdasarkan pengarahan dari pemilik
saham mengenai penggunaan nama Chevron pada seluruh bisnis hulu perusahaan ini.
3.1.2 Visi, Misi, Nilai Dasar dan Tujuan Strategis PT. CPI
3.1.2.1 Visi dan Misi PT. Chevron Pacific Indonesia
PT. Chevron Pacific Indonesia memiliki sebuah visi, yaitu “To Be the
Indonesian Energy Company most Admired for its People, Partnership, and
Performance”. Visi inilah yang menjadi gerak langkah PT. CPI untuk berkiprah
dalam pembangunan nasional di Indonesia. Visi ini tidaklah lengkap tanpa didukung
oleh suatu misi. Misi dari PT. CPI, yaitu:
As a Business Partner with GOI, CPI will add value by Effectively Exploring for
and Developing Hydrocarbons for the Benefit of Indonesia and CPI’s
Shareholders.
CPI will Independently Pursue Other Energy Related Business Opportunities by
Leveraging its Resources to Assure Continued Value Addition and Growth.
Misi ini merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan yang
diharapkan akan membangun pemahaman yang sama bagi setiap pihak yang bekerja
atau berinteraksi dengannya.
3.1.2.2 Nilai Dasar PT. Chevron Pacific Indonesia
Enam nilai dasar perusahaan yang harus dijunjung tinggi oleh segenap
pemimpin dan karyawan PT. Chevron Pacific Indonesia adalah:
1. Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang berlaku.
2. Menjunjung standar etika yang paling tingi.
3. Memperlakukan karyawan sebagai sumber daya yang paling berharga.
4. Memelihara lingkungan yang sehat dan aman bagi karyawan, mitra kerja dan
keluarganya.
5. Menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pengembangan masyarakat.
6. Menjadikan peningkatan mutu yang berkesinambungan sebagai falsafah hidup.
16
3.1.3 Struktur Organisasi Heavy Oil Operations PT. Chevron Pacific Indonesia
HEAVY OIL
OPERATIONS
VICE PRESIDENT HEAVY OIL
SECRETARY
HEAVY OIL
PRODUCTION OPERATIONS
MANAGEMENT TEAM
HES REPRESENTATIVE
HES SPECIALIST
RESERVOIR
MANAGEMENT TEAM
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Heavy Oil Operations PT. Chevron Pacific Indonesia
PT. CPI mengalami beberapa fase sistem organisasi. Sejak 11 Maret 1995
PT. CPI menggunakan sistem line and staff (sistem yang bersifat fungsional) yang
dikenal dengan SBU (Strategic Business Unit). Pada saat itu wilayah operasi PT. CPI
disebut dengan Rumbai SBU, Minas SBU, Bekasap SBU, Duri SBU dan Support
Operation.
Pada bulan Maret 2004, SBU diganti dengan sistem baru yang disebut IBUC
(Indonesian Business Unit Challenge) yang mengatur wilayah operasionalnya
dengan OU (Operating Unit). OU lebih bersifat kerja tim dan sesuai dengan proses
pekerjaannya yang terdiri dari Heavy Oil OU dan Sumatera Light Oil OU. OU adalah
suatu struktur organisasi yang berdasarkan proses kerja bisnis dan mempunyai
otoritas tersendiri atas proses produksi dari awal hingga akhir dalam satu unit,
sehingga ada pelimpahan wewenang (desentralisasi) yang besar pada suatu unit.
PT. CPI dipimpin oleh seorang President & Chairman of The Managing
Board yang berkedudukan di Jakarta. Dewan direksi lainnya adalah Executive Vice
President dan Managing Director yang akan membawahi beberapa bagian seperti
Senior Vice President Sumatera, Public Affairs Sumatera, Coorporate Services,
Coorporate Human Resource, Coorporate QI, Planing Budget and Internal Audit.
Penulis ditempatkan di Heavy Oil Operating Unit yang terdiri atas beberapa
bagian, yaitu Maintenancedan Facility Engineering, Assets Heavy Oil, OE Base
Business, Facility Operations, TL HES-HO, dan Capital Project Management. Lokasi
penempatan tepatnya di bagian Production Management Team yang merupakan
bagian dari Assets Heavy Oil bersama dengan Reservoir Management Team.
Reservoir Management Team merupakan bagian yang mengatur mengenai fasilitas
subsurface seperti minyak, sedangkan Production Management Team merupakan
bagian yang mengatur mengenai fasilitas land surface seperti produksi minyak. Pada
masing-masing tim telah ditempatkan tenaga HES yang berjumlah antara 1-2 orang
serta 1 orang tenaga administrasi HES. Production Management Team ini berlokasi
di Gabus Office yang berdekatan dengan Duri Field.
RUP AT MALAYSIA
IS LAND
INDONESIA
N SI
AK
DUMAI
S IAK BLOCK B ANG K O B
LO (CPP)
CK
BENGKALIS
25 Kms COASTAL PLAIN IS LAND
( CPP )
D UR I
S IAK BLOCK ROKAN BLOCK
P ADANG
IS LAND
RANGS ANG
BEKAS AP IS LAND
LIB O
TEBING TINGGI
MO IS LAND
COASTAL PLAIN
UN ( CPP )
( TAI KOT AB AT AK
MF N
K) FR MIN AS
ON ZAMR UD
T
(CPP)
PEKANBARU
( CPP ) PEKANBAR
U
INDEX MAP
Area Producing Production Contract
LEGEND Name Fields 1999 (BOPD) Expiration
KUANTAN
ROKAN BLOCK Rokan Block 76 672,407 08 / 2021 ( MFK )
dan di daerah JKPS Mountain Front Kuantan yang menjadi daerah-daerah produksi
baru sekaligus meningkatkan kegiatan eksplorasi di daerah sekitarnya.
Untuk mempertahankan tingkat keberhasilannya, PT. CPI terus
memanfaatkan teknologi canggih, serta menggunakan peralatan dan perlengkapan
yang mutakhir di bidang eksplorasi. Hingga kini PT. CPI telah memiliki 70.000 km 2
data seismik dengan 56.000 km2 di antaranya daerah Riau daratan. Hingga saat ini
kegiatan operasi pencarian ladang minyak baru sudah tidak lagi gencar dilakukan dan
lebih meningkatkan kegiatan pengoptimalan produksi minyak dari sumur-sumur
produksi yang telah ada (Enhanced Oil Recovery).
3.1.5.2 Eksploitasi
Klasifikasi proses pengambilan minyak (oil recovery) yaitu:
1. Primary Recovery
Pada awal produksi suatu reservoir, produksi minyak dan gas bumi terjadi
dengan bantuan energi alamiah (natural flow) yaitu produksi yang terjadi karena
daya dorong tenaga alam dan atau dapat pula karena pengangkatan buatan (artificial
lift) atau dengan bantuan pompa. Primary recovery terbagi atas 2 macam, yaitu:
a. Flowing production (produksi normal)
b. Artificial lift production
2. Secondary Recovery
Tekanan reservoir semakin lama akan semakin berkurang. Apabila tekanan
reservoir sudah tidak efektif lagi untuk mendorong fluida masuk ke dalam sumur
produksi, maka saat itu sumur tersebut membutuhkan energi tambahan. Cara
secondary recovery yang digunakan ada 2 macam, yaitu:
a. Injeksi air/water injection (water flooding)
b. Injeksi uap air/steam injection (steam flooding)
3. Tertiary Recovery
Terkadang primary dan secondary recovery tidak efektif lagi, padahal
minyak masih cukup banyak terkandung di dalam reservoir dan tersimpan di celah-
celah batuan atau terikat pada batuan. Untuk melarutkan dan melepaskan
hidrokarbon dari ikatannya dengan batuan maka digunakan zat kimia. Bahan kimia
yang biasa digunakan antara lain polimer berat, surfactant dan caustic.
Setelah langkah ketiga ini, maka minyak yang tertinggal dalam reservoir
sudah tidak ekonomis lagi untuk diproduksi sehingga sumur tersebut harus ditutup
21
(end of field/abandonment). Untuk pengeboran terdiri dari tiga tahap, yaitu Wildcat
well, Development Drilling dan Delineation Drilling.
3.1.5.3 Produksi
Cakupan eksploitasi minyak bumi PT. Chevron Pacific Indonesia terhitung
mulai dari evaluasi kandungan reservoir, hingga melakukan produksi minyak dari
perut bumi. Produk yang dihasilkan oleh PT. CPI hanya berupa minyak mentah
(Crude Oil). Minyak mentah yang dihasilkan tersebut kemudian dijual.
Setelah 17 tahun berproduksi, pada tanggal 4 Mei 1969 lapangan Minas
berhasil mencapai jumlah produksi akumulatif satu miliar dan menjadi lapangan
raksasa pertama di Asia sebelah Timur Iran dan ke-22 terbesar di dunia. Kegiatan
produksi adalah kegiatan pengambilan minyak dari temuan sumur-sumur hasil
kegiatan eksplorasi dengan menyalurkan melalui pipa-pipa. Hingga tahun 1990,
produksi akumulatif PT. CPI telah melebihi tujuh milyar barrel yang berasal dari
3237 sumur dan tersebar di sembilan puluh enam lapangan. Lapangan Minas
memberikan sumbangan terbesar. Pada tahun 2007 lapangan minyak Minas berhasil
menghasilkan minyak mentah sebanyak 4.500.000.000 barrel. Lapangan minyak
Minas menghasilkan Minas Crude yang sangat digemari oleh negara-negara industri
karena mengandung kadar belerang yang rendah dan termasuk light oil yang sering
disebut SLO (Sumatera Light Oil).
Untuk meningkatkan dan mempertahankan laju produksi maka tahun 1970
dan 1974 dilakukan program penyuntikan air (water flooding) masing-masing di
lapangan Minas dan lapangan Kota batak yang dilakukan secara peripheral.
Sementara itu dikembangkan pula metoda-metoda lain yang dikenal dengan nama
Enchanced Oil Recovery (EOR) pada tahun 1981, dengan dimulainya menerapkan
penyuntikan uap panas (steam flood) di seluruh lapangan Duri atau Duri Steam
Flood (DSF) yang telah dilakukan secara terpola. Proyek ini diresmikan oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 3 Maret 1990 yang merupakan proyek sejenis
terbesar di dunia dengan menggunakan teknologi maju dan pertama di Indonesia.
Selama tahun 1951-1965 meskipun pengeboran eksplorasi menghasilkan 7
temuan, namun yang berproduksi hanya lapangan Minas dan Duri karena iklim
politik Indonesia pada saat itu tidak mendukung penanaman modal. Produksi minyak
pernah mencapai satu juta barrel per hari antara Mei dan Agustus 1973. Tetapi dari
tahun ke tahun produksi minyak PT. CPI terus menurun sehingga pada saat hanya
mencapai 0,5 juta barrel per hari. Teknologi injeksi uap (steam flooding) diterapkan
22
pada tahun 1981 di lapangan Duri sebagai usaha peningkatan perolehan minyak bumi
yang mempunyai viskositas tinggi. Kegiatan proyek yang dikenal dengan nama Duri
Steam Flood (DSF) ini terus berlangsung. Duri Steam Flood adalah proyek injeksi
uap yang terbesar di dunia. Kini, Area 3 dan 4 tengah berlangsung sarana produksi
penginjeksian dengan pola tujuh titik terbalik (Inverted Seven-Spot Pattern), dimana
satu sumur injeksi dikelilingi oleh enam sumur produksi. Daerah ini akan
dikembangkan secara bertahap menjadi belasan area dengan luas masing-masing 100
sampai 600 hektar.
Prediksi formasi minyak adalah dari minyak Miocene dan terkumpul dalam
tiga zona utama yang diduga berisi minyak komersil yaitu: Rindu, Pertama dan
Kedua. Sebuah area kecil dari ladang di bawah puncak juga berisi pasir yaitu Baji,
Jaga dan Dalam. Ketebalan rata-rata formasi 140 kaki dan kedalamannya dari 340-
680 kaki. Pasirnya tidak mempunyai konsolidasi yang tinggi dengan permeabilitas
sekitar 2 darcies.
Stimulasi Huff & Puff Steam yang digunakan sejak pertengahan 1960 untuk
mempertinggi produksi minyak dengan mengurangi viskositas (kekentalan minyak).
Di tahun 1989 sebuah penelitian diadakan untuk membuktikan apakah 11 5/8 acre
pola 7 titik terbalik adalah ukuran geometri pada pola ideal untuk mengembangkan
ladang yang mempunyai ketebalan pasir lebih dari 100 kaki dan 15 ½ acre
menggunakan pola 5 titik yang ideal untuk mengembangkan ladang di mana
ketebalan pasir antara 70 - 100 kaki.
Injeksi uap di area 1 dimulai tahun 1985, area 3 tahun 1988, area 4 tahun
1990 dan area 5 tahun 1992. Area percobaan steam flood adalah area 2 yang zona
pengujian original adalah di kedua dengan dirubah ke penggenangan air panas dan
injeksi uap air dan di mulai pada lapisan yang paling atas pertama. Penggenangan
air panas (hot water flood) kedua diakhiri tahun 1990 dengan reaksi atau respon
yang buruk.
Di akhir tahun 1990 minyak Duri Steam Flood melebihi produksi minyak
dari California Steam Flood Field, Kern River dan Belridge yang membuat proyek
Duri menjadi ladang dari steam flood dunia. Proyek Duri Steam Flood ini memiliki
tujuan untuk memaksimalkan produksi minyak mentah di ladang Duri untuk
kemudian dijual ke pasaran melalui pelabuhan yang ada di Dumai. Menurut
penelitian, ladang Duri memiliki 6,5 milyar barrel minyak. PT. Caltex Pacific
Indonesia menyumbang kurang lebih 50 % produksi minyak Indonesia.
23
3.1.5.4 Produk
Minyak mentah yang diproduksi oleh PT. CPI terdiri atas dua jenis, yaitu:
1. Sumatran Light Crude Oil
Sumatran Light Crude Oil mempunyai kadar belerang yang rendah, API yang
tinggi sehingga lebih encer.
2. Heavy Crude Oil atau Duri Crude Oil
Jenis minyak mentah ini hanya terdapat di lapangan minyak Duri yang memiliki
API rendah yaitu < 20. Adapun produk lain yang dihasilkan, yaitu:
a. Gas
Gas yang dihasilkan tidak untuk dijual, tapi digunakan sebagai bahan bakar
pembangkit listrik (PLTG) untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
b. Air
Air yang dihasilkan diolah dan digunakan untuk dijadikan steam untuk
diinjeksikan pada sumur injeksi, ataupun sebagai umpan dalam proses
pemisahan, dan juga untuk melalukan proses pencucian peralatan atau tangki-
tangki yang digunakan.
3.1.6 Sarana Penunjang Operasi di PT. Chevron Pacific Indonesia
Sarana-sarana yang menunjang PT. CPI antara lain:
1. Pembangkit tenaga listrik di Duri, Central Duri, dan Minas (22 generator turbin
gas berkapasitas 750 MW), serta saluran transmisi dan distribusi listrik
sepanjang 2000 km dengan menggunakan sistem hot line maintenance yang
memungkinkan dilakukannya perbaikan pada saluran-saluran listrik tegangan
tinggi tanpa memutuskan aliran listrik.
2. Kompleks tangki penyimpanan dengan kapasitas 6,1 juta barrel.
3. Dua jalur pipa saluran masing-masing berdiameter 90 cm dan 75 cm pada jalur-
jalur Minas-Dumai dan Bangko-Dumai, dengan panjang mencapai 1000 km.
4. Empat buah dermaga khusus di Dumai (dua diantaranya mampu melayani
kapal-kapal tangki berbobot mati 150.000 ton).
5. Saluran microwave UHF menghubungkan keempat distrik serta telepon dan
radio HF/VHF/UHF untuk seluruh untuk seluruh kegiatan di lapangan.
6. Pemanfaatan empat saluran Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD)
Palapa untuk hubungan dengan kantor di Jakarta.
24
4. Pest Control adalah pengendalian terhadap hewan penyebar penyakit dan hewan
pengganggu. Juga melakukan penyemprotan berkala untuk pencegahan malaria
dan demam berdarah.
3.2.2 Environment
Dalam hal menjaga lingkungan, yang mendapatkan perhatian adalah
pencemaran lingkungan baik dari proses produksi maupun kehidupan manusia,
termasuk pencemaran udara oleh emisi kendaraan dan unit produksi. Program
strategis yang dicanangkan untuk bagian lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan rencana Zero Water Discharge.
2. Memberikan pelatihan dan penekanan-penekanan untuk meningkatkan kesadaran
berlingkungan.
3. Mengembangkan program guna mencegah erosi, melakukan penghijauan atau
reboisasi.
3.2.3 Safety
Keunggulan operasi menyatakan bahwa karyawan perlu melaksanakan
operasi yang selamat, artinya beroperasi dan memelihara fasilitas perusahaan untuk
mencegah cedera, sakit dan kecelakaan. Operasi yang selamat perlu dilaksanakan
pada semua jenis pekerjaan, disemua wilayah operasi perusahaan, setiap saat dan
oleh semua karyawan dan mitra kerja dengan tujuan agar setiap karyawan dapat
melaksanakan pekerjaan tanpa kecelakaan, baik untuk diri sendiri maupun orang
lain. Kegiatan produksi di PT. CPI mempunyai resiko yang tinggi karena materi yang
diproduksi sangat mudah terbakar sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan
adalah cukup besar.
Dalam pelaksanaannya, HES mempunyai prinsip: “Do it safely or not at all.
There is always time to make it right”. Jadi apapun pekerjaan yang dilakukan di
lingkungan PT. CPI, harus dilakukan dengan aman atau tidak sama sekali, dan selalu
ada waktu untuk memperbaikinya. Untuk mengingatkan para pekerja tentang
pentingnya keselamatan, maka diwajibkan untuk memasukkan HES moment kedalam
setiap agenda rapat dan mengadakan HES meeting minimal satu kali dalam sebulan.
The Chevron Way menyatakan “We place the highest priority on the health
and safety of our work force and the protection of our assets and the environment”.
PT. CPI memasukkan hal tersebut dalam tujuan Keunggulan Kinerja (Operational
Excellences/OE), yaitu 0,0,0 yang artinya tidak ada pekerja yang terluka, tidak ada
26
minyak tumpah yang dapat mencemari lingkungan, dan tidak ada kecelakaan selama
bekerja.
Ada 10 hal yang selalu menjadi acuan setiap karyawan PT. CPI dalam
melakukan aktivitas apapun. Hal ini dikenal dengan “Tenets of Operation”, yaitu:
1. Operate within design or environmental limits (Selalu beroperasi di dalam
batas-batas desain dan lingkungan).
2. Operate in a safe and controlled condition (Selalu beroperasi dalam keadaan
aman dan terkendali)
3. Ensure safety devices are in place and functioning (Selalu memastikan alat-alat
pengaman terpasang dan berfungsi).
4. Follow safe work practices and procedures (Selalu mengikuti praktek dan
prosedur kerja yang selamat).
5. Meet or exceed customer’s requirements (Selalu memenuhi atau melebihi
kebutuhan pelanggan).
6. Maintain integrity of dedicated systems (Selalu menjaga keutuhan sistem sesuai
dengan peruntukkannya).
7. Comply with all applicable rules and regulations (Selalu menaati semua
peraturan yang berlaku).
8. Address abnormal conditions (Selalu menangani semua keadaan yang tidak
normal).
9. Follow written procedure for high-risk or unusual situation (Selalu mengikuti
prosedur yang tertulis untuk pekerjaan yang berisiko tinggi atau tidak biasa).
10. Involve the right people in decisions that affect procedures and equipments
(Selalu melibatkan orang-orang yang tepat dalam pengambilan keputusan yang
mempengaruhi prosedur dan peralatan).
3.3 Fokus Magang: Implementasi Command center di installation Emergency
Management Team PT. CPI
PT. Chevron Pacific Indonesia memiliki Rencana Tanggap Darurat (Emergency
Response Plan) yang sudah dirancang untuk memberikan informasi yang diperlukan
dalam menanggapi keadaan darurat dengan cara yang aman, cepat, efektif, dan
efisien. Informasi tersebut diberikan kepada Emergency Respon Organization (ERO)
atau Organisasi Tanggap Darurat yang dibentuk oleh PT.CPI dan dibedakan menjadi
Onsite Response Team (ORT) dan Emergency Management Team (EMT) untuk asset
27
dan instalasi. Tim – tim ini dibentuk dengan cara yang sesuai dengan prinsip –
prinsip Incident Command System (ICS).
Keadaan darurat didefinisikan sebagai insiden yang terjadi pada, atau di dekat
Instalasi, membuat dampak yang tidak dapat diterima di masyarakat, lingkungan atau
properti, dan memerlukan pelaksanaan operasi tanggap darurat. Operasi tanggap
darurat melibatkan tindakan yang akan diambil oleh Team Tanggap Darurat di
tempat (ORT) untuk membentuk komando dan kontrol atas kejadian, menjamin
keamanan , mengembangkan rencana tindakan, dan memfasilitasi komunikasi.
Onsite Response Team (ORT) terdiri dari atas karyawan perusahaan dan
kontraktor yang bekerja di fasilitas CIEP dan dalam operasi CIEP di seluruh dunia.
Personal ORT biasanya adalah orang pertama yang memberikan tanggapan atas
suatu insiden yang biasanya bersifat ringan dan bisa ditangani satu atau beberapa
orang saja dalam waktu singkat. Mereka biasanya menangani suatu incident tanpa
bantuan EMT. Onsite Response Teams (ORT) di pimpin oleh seorang on-scene
commander.
Emergency Management Team (EMT) akan aktif jika Onsite Respon Team
tidak bisa menangani insiden yang terjadi. EMT akan menerima informasi On-scene
commander selaku pimpinan Onsite Response Team. Onscene commander akan
membina komunikasi dengan OIM atau Kepala Bagian Operasi IEMT melalui
Command Network. Command center atau pusat komando akan berada di Instalasi
EMT untuk membina komunikasi dengan pihak ORT.
3.3.1 Perencanaan
Perencanaan Installation EMT command center dibuat dalam bentuk prosedur
dan telah dibukukan dengan judul IBU Emergency Management Command center
Guideline. Buku tersebut dimiliki oleh tim HES, karyawan chevron serta HES dari
Business Partner. Hal ini memudahkan pekerja dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab masing – masing , karena pekerja hanya perlu mengikuti prosedur
yang telah dibuat. Perencanaan mengenai command center dibuat oleh Tim IBU
OE/HES. Tim ini merupakan bagian dari manajemen di PT. CPI, yaitu IndoAsia
Business Unit. Berikut adalah penjelasan perencanaan untuk program Emergency
Response pada Instalasi EMT command center :
3.3.1.1 Instalasi EMT Command center
Instalasi EMT Command center merupakan pusat semua komando saat
Operasi Tanggap Darurat antara onsite reponse team (ORT) dengan Onshore
28
Installation Manager (OIM) yang berada pada Instalasi EMT. Dalam Installation
EMT Command center Guideline, command center memiliki persyaratan yang harus
dipenuhi sebelum Instalasi EMT diaktifkan, antara lain:
1. Ruangan
Command center Instalasi EMT memiliki 1 ruangan yang memadai untuk 1 OIM,
dan masing-masing 1 orang kepala bagian operasi. Kepala bagian Logistik dan
Kepala bagian perencanaan. Ruangan instalasi EMT terdapat pada gedung Patin
2 lantai 2 (primary) dan gedung Gabus Lantai 1 (alternate).
2. Perangkat Komunikasi
a. 1 unit telpon untuk OIM dan kepala bagian perencanaan
b. 1 unit radio HT dengan 1 unit charger portable dan backup battery
c. 1 unit laptop dengan koneksi internet
d. 1 unit printer-scan-fax
e. 1 unit papan tulis atau flipchart
f. Kursi dan meja
g. Peta beserta meja untuk diagram situasi
3. Papan status
Papan status di letakkan dibelakang OIM dan masing2 kepala bagian
4. IEMT form
5. IEMT Battle Book
Persyaratan diatas yang sudah terpenuhi akan membantu kinerja Instalasi EMT
command center saat terjadi insiden. Tim IBU OE/HES yang melakukan
perencanaan menghasilkan output berupa petunjuk untuk penerapan Emergency
response pada instalasi EMT command center dan persyaratan Instalasi EMT
command center.
INCIDENT
Gather
Information/ Stand Down
Activate Team Team
Conduct Initial
Briefing OR
perusahaan ini menggunakan sistem line and staff (sistem yang bersifat fungsional).
Organisasi ini merupakan gabungan kedua jenis organisasi lini dan staf. Dalam
organisasi ini, staf bukan sekedar pelaksana tugas, tetapi juga diberikan wewenang
untuk memberikan masukan demi tercapainya tujuan secara baik. Demikian juga
Offshore or
Onshore
Installation
Manager (OIM)
Onsite Response
Wardens
Team (ORT)
3.3.3 Pelaksanaan
Pada pelaksanaannya, Tim ORT dan Instalasi EMT bekerja saat insiden
sudah terjadi. Instalasi EMT akan aktif dan menjadi command center. Namun, pada
command center masih banyak persyaratan termasuk fasilitas yang belum terpenuhi,
diantaranya:
Tabel 3.1 Fasilitas Instalasi EMT Command center
1. Phone √ 2 unit
2. Laptop √ 1 unit
3. Printer-scan-fax √
4. Map √
7. Status Board √
8. IEMT Form √
Tabel 3.2 Peralatan yang sudah lengkap dan tersedia di dalam ruangan
Command center
NO. PERALATAN UNIT
1. 1 unit
32
2. 1 Unit Laptop
5. 1 Unit Flipchart
4.1 Perencanaan
Menurut teori, perencanaan adalah merumuskan tujuan yang ingin dicapai,
menguraikan segala kemungkinan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, menganalisis efektifitas dari berbagai kemungkinan tersebut,
menyusun perincian selengkapnya dari kemungkinan yang terpilih, serta
mengikatnya dalam suatu sistem pengawasan yang terus-menerus sehingga dapat
dicapai hubungan yang optimal antara rencana yang dihasilkan dengan yang dianut.
Pada perencanaan Instalasi EMT command center telah diatur langkah-
langkah dalam bentuk prosedur dan persyaratan untuk mencapai tujuan dan
melaksanakan program. Pada PT. CPI perencanaan dilakukan oleh Tim OE/HES
kemudian dilaksanakan oleh tenaga pengawas K3. Selain itu, dalam perencanaan
Emergency Response pada Instalasi EMT command center telah dibuat prosedur
yang didalamnya telah mencantumkan tujuan, sasaran, ruang lingkup, tugas dan
wewenang, standar instruksi.
4.2 Pengorganisasian
PT. CPI menggunakan organisasi lini dan staf. Hal ini telah sesuai dengan
teori dalam pengorganisasian yang membagi organisasi dalam organisasi lini,
organisasi staf serta organisasi lini dan staf yang saat ini digunakan oleh PT.CPI.
Dalam pengorganisasian kerja, PT. CPI dengan jelas mengatur mengenai tanggung
jawab dan wewenang pekerja terkait dengan command center. Pengorganisasian ini
juga sudah tercantum didalam prosedur IBU Management Center Guidline. Pada PT.
CPI juga telah ditetapkan alur koordinasi horizontal dan vertikal dari kegiatan-
kegiatan wewenang dan komunikasi melalui flowchart kegiatan. Pengorganisasian
dalam Intalasi EMT command center ini telah dibuat dengan baik dalam pembagian
tugas dan wewenang masing-masing pihak terkait. Setiap level tanggap darurat
memiliki organisasi mulai dari Onsite Response Team (ORT) untuk menejemen
kedaruratan ringan dan Emergency Management Team (EMT) untuk Instalasi.
4.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan aktuasi lebih memusatkan perhatian pada pengelolaan sumber
daya manusia, menggerakkan dan mengarahkan pelaksanaan program. Fungsi
35
aktuasi ini adalah usaha untuk menciptakan iklim kerja sama diantara staf pelaksana
program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dalam
pelaksanaan juga diperlukan pengelolaan agar pelaksanaan sesuai dengan
perencanaan dan tidak menyimpang dari perencanaan. Pada pelaksanaan command
center masih terdapat ketidaksesuaian yang bersifat minor. Fasilitas untuk command
center masih banyak yang tidak lengkap. Hal itu menjadi kendala saat instalasi EMT
menjadi command center. Perlengkapan yang sangat dibutuhkan belum tersedia
seperti radio untuk komunikasi, Peta, Battle Book, Status Board, dan IEMT form.
Command center pada Instalasi EMT akan sulit dijalankan karna fasilitas yang
dibutuhkan command center belum tersedia. Selain itu, Planning section chief yang
seharusnya memiliki 2 orang alternate hanya memiliki 1 alternate saja. Ini akan bisa
berdampak pada pelaksanaan emergency response pada instalasi EMT jika alternate
tidak berjumlah 2 orang. Ketimpangan tersebut akan menganggu jalannya emergency
response karena semua section chief sudah memiliki 2 orang alternate.
5.1 Kesimpulan
1. Perencanaan
Secara umum, seluruh perencanaan sudah dibuat dengan sangat baik dan
terinci. PT. Chevron Pacific Indonesia telah membuat prosedur yang lengkap untuk
pelaksanaan Instalasi EMT Command center.
2. Pengorganisasian
Dalam pelaksanaan Instalasi EMT command center, telah ditetapkan
pembagian wewenang dan tanggungjawab dari masing-masing level manajemen
mulai dari operasional sampai top level manajemen.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan command center telah mengikuti prosedur yang dibuat. Namun,
hal-hal yang bersifat minor masih ada ditemukan dalam penerapannya. Hal ini
disebabkan kurang maksimalnya dalam penyediaan fasilitas yang menjadi
persyaratan utama Instalasi EMT command center.
4. Monitoring dan Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan terhadap sistem yang dilakukan telah sesuai
prosedur dan meliputi secara keseluruhan terhadap pelaksanaan Instalasi EMT
command center di PT. Chevron Pacific Indonesia.
5.2 Saran
1. Menyediakan fasilitas command center yang masi belum lengkap seperti radio
untuk komunikasi, peta, battle book, Papan Status dan Form yang dibutuhkan.
Padahal perlengkapan yang merupakan fasilitas utama command center sangat
dibutuhkan ketika terjadi insiden.
2. Menambah 1 orang alternate pada planning section chief untuk menyesuaikan
dengan section chief yang lain. Pada pelaksanaanya, hanya planning section chief
yang memiliki 1 orang alternate, sedangkan section chief yang lain memiliki 2
orang alternate.
38
DAFTAR PUSTAKA