Anda di halaman 1dari 49

STANDAR KOMPETENSI

TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN


BIDANG PEMBANGKITAN
SUB BIDANG PEMELIHARAAN

Kode Unit : KTL.PH.20.104.02

Judul Unit : Memelihara Boiler


Deskripsi Unit : Unit kompetensi ini berkaitan dengan pelaksanaan pemeliharaan
Boiler dibawah pengawasan, dengan standar perusahaan .

ELEMEN KRITERIA UNJUK KERJA


KOMPETENSI
1. Menerapkan 1.1. Peraturan dan Undang – Undang K2
prosedur (Keselamatan Ketenagalistrikan) untuk
pemeliharaan pemeliharaan diterapkan.
1.2. Prosedur pelaksanaan untuk pemeliharaan
Turbin Uap diterapkan berdasarkan standar
perusahaan
1.3. Diagram dan prinsip kerja Boiler
diinterpretasikan dan dilaksanakan
berdasarkan SOP.

2. Mempersiapkan 2.1. Alat kerja dan formulir quality control


peralatan (checklist) disiapkan sesuai dengan kebutuhan
pemeliharaan pemeliharaan .
2.2. Alat keselamatan kerja disiapkan untuk
pelindung diri sesuai dengan Undang-
Undang /Peraturan K2.
2.3. Alat ukur diidentifikasi sesuai dengan jenis
pekerjaannya.
2.4. Boiler beserta alat bantu diisolasi dari sistem
sesuai standar perusahaan.
2.5. Tanda peringatan yang berhubungan dengan
pekerjaan tersebut dipasang sesuai standar
perusahaan .

1
3. Melaksanakan 3.1. Bagian yang berhubungan dengan Boiler
pekerjaan dibongkar sesuai dengan urutannya
pemeliharaan . 3.2. Bagian-bagian dari Boiler dibersihkan sesuai
dengan prosedur pemeliharaan.
3.3. Bagian-bagian dari Boiler diperiksa dan bila
ada kelainan dilaporkan ke atasan.
3.4. Bagian-bagian yang telah dibongkar dipasang
kembali sesuai dengan urutannya.
3.5. Alat kerja dibersihkan dan disimpan sesuai
prosedur perusahaan.
3.6. Tempat kerja di bersihkan sesuai prosedur
perusahaan.
3.7. Kualitas pekerjaan pemeliharaan dipastikan
sesuai dengan standar perusahaan.

4. Membuat Laporan 4.1. Laporan dibuat sesuai dengan format dan prosedur
Pemeliharaan yang ditetapkan oleh perusahaan.

1. Batasan Variabel
Dalam melaksanakan Unit kompentensi ini harus didukung dengan tersedianya:
1.1. Peraturan dan Perundangan K2.
1.2. Standar perusahaan yang berlaku diperusahaan/Unit pembangkit
1.3. Formulir quality control (checklist) atau report sheet yang ditetapkan oleh
perusahaan.
1.4. Log sheet atau report sheet yang ditetapkan oleh perusahaan
1.5. Peralatan dan Instrumen yang terkait dengan pelaksanaan Unit kompetensi
ini.
1.6. Kompetensi yang dipersyaratkan sebelumnya
1.6.1.Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
1.6.2.Merapikan Peralatan dan tempat kerja / sesuai dengan standar
lingkungan di tempat kerja.
1.6.3.Menginterpretasikan gambar teknik dan flow diagram.
1.6.4.Menggunakan hand tools & power tools.

2. Panduan Penilaian
2.1. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan:
2.1.1.Pengetahuan:
2.1.1.1. Peraturan dan Perundangan K2.
2.1.1.2. Prosedur Pemeliharaan (SOP) Boiler.
2.1.1.3. Diagram Kerja dan Prinsip kerja Boiler.
2.1.1.4. Pengukuran listrik dan mekanik.
2.1.1.5. Teknik pelaporan.
2.1.2.Keterampilan:
2.1.2.1. Penggunaan peralatan kerja dan alat keselamatan kerja.

2
2.1.2.2. Penerapan Prosedur pemeliharaan Boiler.
2.1.2.3. Pembacaan dan penggunaan Alat Ukur.
2.1.2.4. Pembuatan laporan.

2.2. Ruang lingkup Pengujian:


2.2.1. Kompetensi harus diujikan ditempat kerja atau ditempat lain secara
simulasi dengan kondisi kerja sesuai dengan keadaan normal.
2.2.2. Persyaratan kualifikasi pendidikan formal: SLTA.
2.2.3. Pengujian pemeliharaan sistem alat penunjang ini didukung dengan
bukti dokumen, uji tertulis dan praktek lapangan.

2.3. Aspek Penting:


2.3.1. Melaksanakan pekerjaan yang konsisten pada setiap elemen
kompetensi.
2.3.2. Memenuhi kriteria yang tercakup pada setiap elemen kompetensi
dengan menggunakan teknik-teknik dan standar perusahaan sesuai
dengan tempat kerja.
2.3.3. Menunjukan pemahaman terhadap pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan serta sikap kerja yang dituntut dari pekerjaan
tersebut.

3. Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci Level
A Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan 1
informasi
B Mengkomunikasikan ide dan informasi 1
C Merencanakan dan mengatur kegiatan 1
D Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 1
E Menggunakan ide dan teknik matematika 1
F Memecahkan masalah 1
G Menggunakan teknologi 1

3
PEMELIHARAAN
BOILER

Oleh: ABDUL ROCHIEM

4
DAFTAR ISI

BAB I JENIS JENIS PEMELIHARAN BOILER


Halaman
1.1. Jenis Pemeliharaan
6

BAB II FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMELIHARAAN


7

2.1. Buku Petunjuk 7


2.2. Kekerapan Start, Siklus beban, Lingkungan dan Metoda Pengoperasian 7
2.3. Pemeriksaan Berkala
8
2.4. Perencanaan Overhoul

BAB III PELACAAN GANGGUAN


3.1. Bagian-Bagian Yang Bertekanan 12
3.2. Mempertahankan Effesiensi
13
3.3. Pembersihan Ruang Bakar Dalam Keadaan Berbeban 13
3.4. Preventive Maintenance Dalam Keadaan Normal Operasi 17

BAB IV PEMELIHARAAN
4.1. Pressure Part
22
4.2. Preventif Maintenance Pada Saat Outage 25

BAB V PELACAAN KERUSAKAN DAN PERBAIKAN PIPA PIPA BOILER 34


5.1. Metoda Perbaikan 34
5.2. Prosedure 35
5.3. Pengujian 36
5.4. Pencatatan Data Perbaikan 37

BAB VI PERAWATAN BOILER


38

BAB VII PERHATIAN SAAT BEKERJA DI BOILER. 40

5
BAB I
JENIS JENIS PEMELIHARAN BOILER

1.1. Jenis Pemeliharaan


Inspection Tahunan Boiler Uap adalah pemeliharaan yang dilaksanakan atas dasar perencanaan
dan persiapan sebelumnya, dan dilaksanakan secara periodik/berkala.

Dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu :


 Simple Inspection
 Medium Inspection
 Serious Inspection

1.1.1. . Simple Inspection (SI) dilaksanakan bila unit telah beroperasi 8000 jam sesudah
pelaksanaan Medium Inspection atau 8000 jam sesudah pelaksanaan serius Inspection

1.1.2. . Medium Inspection (ME) dilaksanakan bila unit telah beroperasi 16.000 jam
sesudah pelaksanaan serious Inspection

1.1.3. Serious Inspection (SE) dilaksanakan setelah unit beroperasi 8000 jam dari start awal dan
selanjutnya setelah unit beroperasi 32.000 jam.

Start 8000 SE 8000 SI 8000 ME 8000


awal ------ ------- ------ ----->
jam jam jam jam

Perbedaan tingkat inspection ini meliputi jumlah/volume pekerjaan serta waktu pelaksanaanya
dengan mempertimbangkan persyaratan yang telah ditentukan oleh pabrik pembuatannya.

6
BAB II
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMELIHARAAN
2.1. Buku Petunjuk

Buku petunjuk atau Instruction Manual, adalah merupakan buku petunjuk buku yang
dikeluarkan oleh pabrik membuat peralatan untuk pegangan dalam melakukan pemeliharaan
peralatan.
Buku petunjuk yang lengkap mamuat hal-hal yang segubungan dengan pemeliharaan, antara
lain meliputi :
 Prosedure & metoda pemeliharaan
 Setting peralatan dan referensi
 Peralatan
 Waktu pemeliharaan
 Spare part dan lain-lain

Didalam melakukan pemeliharaan, baik dalam kondisi shut down maupun dalam kondisi operasi
harus selalu berpegangan pada buku petunjuk tersebut.

2.2. Kekerapan Start, Siklus beban, Lingkungan dan Metoda Pengoperasian

Ini semuanya akan mempengaruhi unjuk kerja peralatan, yang dengan sendirinya akan
mempengaruhi pelaksanaan pemeliharaan.

2.2.1 Kekerapan Start Up


Makin banyak dalam melakukan start up berarti :
 Peralatan tidak handal
 Start up yang berulang-ulang karena gagal beroperasi, akan berpengaruh terhadap
umur/life time dari unit, karena adanya Fatique/kelelahan material.
 Merupakan suatu kerugian yang besar.
2.2.2 Siklus Beban

7
Boiler yang bekerja dengan beban yang berubah-ubah, menuntut adanya kehandalan dari
sistem.
 Sistem peralatan kontrol & instrumentasi
 Sistem pengoperasian
 Material boiler harus tahan terhadap perubahan tekanan dan temperatur.
2.2.3 Metoda Pengoperasian

Metoda pengoperasian yang tidak benar, akan menyebabkan menyebabkan terjadinya


kerusakan pada peralatan maupun pada sistem.
2.2.4 Lingkungan
Boiler untuk PLTU di Indonesia biasanya berlokasi didaerah pantai, dengan menggunakan air
laut sebagai pendingin.
 Uap air laut mempunyai sifat yang korosif terhadap logam.
 Jika terjadi kebocoran air laut dari sistem pendinginan masuk ke air boiler, maka akan
menyebabkan korosi bagian dalam boiler tube, yang berakibat kerusakan.
 Boiler yang menggunakan bahan bakar batubara, memerlukan pembersihan
lingkungan yang lebih baik karena adanya debu dan abu batubara.

2.3. Pemeriksaan Berkala


Pemeliharaan berkala, baik terhadap sistem pelumasan atau peralatan kontrol dan
Instrumentasi mutlak diperlukan :
 Penyimpangan dari ketidak-normalan operasi bisa dibaca langsung dari peralatan
kontrol /Instrumen, dan diketahui lebih awal.
 Adanya penyimpangan dari sistem peralatan biasanya sebagai petunjuk gejala awal
terjadinya suatu kerusakan.

2.4. Perencanaan Overhoul


 Dengan adanya prediktiv maintenance bisa direncanakan kapan akan dilakukan overhoul.
 Perencanaan dan pelaksanaan overhoul yang benar, akan dapat mengembalikan/atau
meningkatkan unjuk kerja boiler, yang dengan sendirian akan memperpanjang umur
peralatan.

2.5. Interval Pemeliharaan


Pemeliharaan yang baik dan benar tidak hanya terbatas pada rentang waktu tertentu, tetapi
bisa dilaksanakan

 Pemeliharaan rutin dalam keadaan operasi


 Sesuai dengan sekedul yang telah di tentukan

2.6. Tanggung Jawab Personel

8
Sebagai karyawan diharapkan setiap personel mempunyai rasa tanggung jawab moral dan rasa
ikut memiliki, sehingga secara individu maupun secara bersama akan melakukan
pengoperasian, peralatan dan perbaikan dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab.
Rasa tanggung jawab merupakan salah satu moral dalam pelaksanaan tugas, sehingga bisa
berhasil dengan baik, benar dan aman.

2.7. Start Up & Run Down


Selama Boiler/unit melakukan Start-up dan Run down, memerlukan pengamatan khusus secara
seksama dan teliti.
Laju kenaikan temperatur yang terlalu cepat akan bisa menyebabkan terjadinya overheating
pada Boiler tube, maupun pada RH dan SH atau perbedaan temperatur logam drum melebihi
batas ketentuan.

2.8. Monitoring
Dengan melakukan monitoring pada periode :
 Persiapan operasi
 Start Up
 Loading, dan
 Shut Down

Maka akan diketahui awal kelainan atau penyimpangan dari sistem/peralatan, sehingga bisa
diambil tindakan penanganan dan pengamanan lebih lanjut, sebelum terjadi kerusakan atau
kegagalan operasi.
Dengan adanya penanganan/perbaikan pada awal terjadinya kelainan sistem operasi maka :
 Kehandalan unit bisa dipertahankan
 Umur unit menjadi lebih panjang
 Akan mempertahankan nilai aset.

9
BAB III
PELACAAN GANGGUAN

Safety
Masalah utama yang harus diperhatikan agar Boiler dapat dioperasikan dengan aman adalah :

 Mencegah terjadinya ledakan bahan bakar didalam ruang bakar


 Melindungi bagian-bagain bertekanan untuk mencegah terjadinya thermal stress atau overheating
yang bisa menyebebkan terjadinya kegagalan operasi.

Ruang Bakar
Pencegahan terhadap terjadinya ledakan didalam ruang bakar adalah merupakan prioritas utama
karena :
 Menyebabkan kecelakaan/membahayakan jiwa
 Biaya yang sangat mahal untuk melakukan perbaikan
 Mengakibatkan unit shut down
+ Produksi menurun
+ Terganggunya sistem kelistrikan, sehingga proses industri terganggu

Empat (4) hal untuk mencegah terjadinya ledakan dalam ruang bakar :
1. Prosedur operasi yang optimum, dan perlu training untuk operator
2. Pengamatan burner secara seksama dengan menggunakan “Flame faiture detector”
3. Pendeteksian gas -gas yang tidak terbajar pada gas buang
4. Perbandingan udara dan bahan bakar harus sesuai.

3.1. Bagian-Bagian Yang Bertekanan


Sebagian pengaman utama untuk bagian-bagian yang bertekanan agar tidak terjadi tekanan
lebih (over pressure) maka dipasang katub pengaman.
Keberadaan katub pengaman harus sesuai dengan kondisi peralatan yang diamankan terutama
kapasitas dan kemampuan membebaskan tekanan.
Katub pengaman secara rutin harus diuji coba/testing untuk menghindari terjadinya kemacetan

10
3.1.1 Monitoring Temperatur

Untuk keselamatan dalam pengoperasian dan pemeliharaan, maka memonitor perubahan


temperatur yang bervariasi.
Pelaksanaan monitoring temperatur pada Boiler dikatagorikan dalam 3 (tiga) kelompok yaitu :
1. Temperatur metal
2. Temperatur gas
3. Temperatur air dan uap

A. Monitoring Temperatur Metal

Pengukuran temperatur logam SH dan RH adalah hal yang sangat mendasar, guna mencegah
terjadinya overheating pada tube sehingga aman.

Laju pembakaran terutama pada saat start up perlu diatur untuk melindungi SH dan RH agar
tidak terjadi overheating, Laju kenaikan temperatur dan tekanan yang cepat akan menyebabkan
terjadinya beda temperatur metal drum yang tinggi yang akan mengakibatkan kerusakan drum.

Temperatur AH tube juga perlu dimonitor guna menghindari terjadinya “Dew Point” dari gas
buang kejadian Dew Point akan terjadinya kondisi oleh sulphur.

B. Memonitoring Temperatur Gas

Selama periode penaikan tekanan, suhu gas dibeberapa tempat juga perlu dimonitor.
Temperatur disekitar SH perlu di cek guna mengamankan logam SH dari overheating.

Unit yang dilengkapi dengan AN tipe regulative pada saat periode penaikan tekanan dan
temperatur, adalah beroperasi dan perbutar dalam kondisi relativ dingin. Pada elemen-elemen
AH akan terjadi penyambungan yang disebabkan oleh gas hydrogen yang berada didalam
bahan bakar.
Embun dalam elemen AH jika terbawa keruang bakar bisa menyebabkan turunnya temparatur
ruang bakar sampai dibawah titik nyala, dengan konsekuensi akan terjadinya kegagalan
pembakaran.

Untuk AH tipe regulative suhu gas disekitar pemanas harus diukur, untuk mengetahui kapan AH
aman diputar sehingga tidak akan menyebabkan terjadinya kegagalan pembakaran.
Gas yang keluar AN perlu dimonitor untuk mencegah terjadinya korosi pada AH.

C. Monitoring Temperatur Air & Uap

11
Monitoring temperatur dan tekanan air dan uap adalah prosedur konversional yang sudah
lama dilaksanakan.
Start uap yang cepat dan untuk mencapai suhu uap yang sesuai dengan kebutuhan turbin
perlu dimonitor dengan teliti.

3.1.2 Monitoring Tekanan

Pengukuran tekanan dan perbedaan tekanan harus dilakukan demi untuk keselamatan.
1. Tekanan air dan uap harus diukur pada boiler drum, sesuai dengan petunjuk operasi,
baik pada saat laju penaikan tekanan dan penurunan.
2. Pengukuran tekanan didalam ruang bakar adalah untuk meyakinkan bahwa tekanan
yang terjadi didalam ruang bakar tidak melebihi tekanan yang telah ditentukan
ataupun tekanan design.
3. Pengaturan kembali tekanan soot blower untuk meningkatkan efektives pembersihan
atau untuk mengeliminasi terjadinya erosi.

3.2. Mempertahankan Effesiensi


Cara yang paling baik untuk menganalisa permasalahan tentang maintening Efficiency adalah
dengan menguji sejumlah besar parameter-parameter kerugian dalam penghitung efisiensi.

Suatu tipe keseimbangan poros/heat balance untuk Boiler dengan bahan bakar batu bara
adalah sbb :

 Kerugian gas panas = 5,16 %


 Kerugian karena hydrogen dan maiture = 4,36 %
 Kerugian gas yang tidak terbakar = 0,50 %
 Kerugian radiasi = 0,30 %
 Ketugian moisture dalam udara = 0,13 %
 Kerugian yang tidak terukur = 1,5 %
 Effisiensi keseluruhan = 88,05 %

Kerugian-kerugian kecil yang tidak terhitung disebut “Uncounted For” kerugian -kerugian kecil ini
cukup extersive dalam jumlah , tetapi mereka kecil terhadap jumlah kerugian panas.
Kerugian ‘Uncounted “ yang tervesar terjadi karena panas sensibel pada abu dan slag.

3.2.1 Variabel Dalam Kerugian Effisiensi

Dua variabel kerugian panas yaitu :


 Suhu gas cerobong
 Massa gas lewat unit

12
Variabel suhu gas keluar cerobong dipengaruhi oleh deposit pada permukaan penguapan panas
yang dilewati oleh gas, dan tingkat nilai mutlak udara bakar lebih (excess air)

Efek dari udara lebih adalah :


1. Menaikkan berat gas, dan
2. Menikkan suhu gas

Kedua efek dalam gas buang tersebut sifatnya adalah menurunkan efisiensi . Besarnya
penurunan efisiensi kira-kira 1 % setiap kenaikan suhu gas buang 40 0F.
Kerugian karena gas yang tidak terbakar oleh volatil matter dan kandungan abu dalam batu
bara.
3.2.2 Monitoring Effisiensi

Monitoring efesiensi dapat dilakukan dengan memonitor secara kontinyu suhu gas buang dan
kandungan oksigen didalam gas buanh dengan menggunakan rekorder atau indikator.
Pemeriksaan secara periodik pada gas-gas yang bisa terbakar dalam gas buang akan
menunjukkan adanya efisiensi yang asli (Original Effieisncy) yang perlu dipertahankan.

Suhu gas buang yang tinggi dan kerugian isap yang tinggi pada kondisi udara lebih yang
normal, menunjukkan adanya pengotoran pada permukaan penyerapan panas. Pengotoran
tersebut selanjutnya harus di soot blowing.

Udara lebih yang tinggi, secara normal akan menaikkan temperatur gas buang dan kerugian
isap, sehingga perlu mengatur perbandingan udara dan bahan bakar.

Udara lebih (excess air) yang tinggi bisa disebabkan oleh : kebocoran casing /seal air atau
kebocoran air heater.

Tingginya kandungan gas yang bisa terbakar didalam gas buang, menunjukkan perlunya
penyetelan dan perawatan peralatan pembakar/burner.

3.3. Pembersihan Ruang Bakar Dalam Keadaan Berbeban

Ruang bakar, yang berfungsi sebagai tempat pembakaran bahan bakar, dibentuk oleh
rangkaian dinding pipa-pipa air yang merupakan permukaan perpindahan panas.
Selama proses pembakaran bahan bakar, baik bahan bakar padat ataupun bahan bakar cair,
kecuali panas sebagai produk utama, maka dihasilkan produk lain yaitu abu.
Abu dari sisa pembakaran ini, bersama-sama dengan gas panas akan menjelajah laluan,
melalui dari ruang bakar menuju ke cerobong dengan terlebih dahulu melewati SH, RH,
Ekonomizer dan AH untuk memindahkan panasnya.

13
Tidak semua abu bisa terbawah dan terbang lewat cerobong, namun sebagian akan menempel
pada pemukaan dinding ruang bakar,, dinding pipa SH, RH, Eco dan AH. Abu yang menempel
pada permukaan peralatan-pealatan pemindah panas tersebut harus dibersihkan karena akan
menghambat proses perpindahan panas, dan menyebabkan over heating pada pipa-pipa.
Peralatan yang digunakan untuk memberishkan abu-abu tersebut dalam kondisi beroperasi
adalah Soot Blower, termasuk juga yang digunakan untuk membersihkan ruang bakar.
Soot Blower atau penghembus jelaga yang digunakan untuk membersihkan dinding-dinding
ruang bakar adalah tipe wall blower dan tipe wall blower short retractable.
Pembersihan dinding ruang bakar dalam keadaan beroperasi dengan menggunakan soot
blower dilakukan secara periodik minimum setiap 8 jam sekali atau sesuai kebutuhan jika
dianggap perlu. Pengoperasian soot blower dalam keadaan berbeban rendah, bisa
mempengaruhi proses pembakaran.

Gambar 1 : Soot Blower

14
GAMBAR: SOOTBLOWER

Gambar 2 : Lokasi Pemasangan Soot Blower

GAMBAR: POSISI BLOWER DALAM KETEL

Fouling dan Slaging


Abu dari hasil proses pembakaran yang menempel pada permukaan pemindahan panas,
apabila dibiarkan akan membentuk suatu endapan atau deposit.
Deposit abu secara umum dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
1. Slagging

Adalah deposit dari slag yang meledak, yang terbentuk pada permukaan dalam dinding
ruang bakar, atau permukaan perpindahan panas yang lain yang terkena radiasi panas
secara dominan.

15
2. Fouling Temperatur Tinggi
Adalah deposit abu pada permukaan panas konveksi *=(tidak terkena panas radiasi),
dimana temperatur gas buang turun sampai dengan 760 oC. Deposit ini merupakan embun
alkali volatile pada partikel abu yang dapat membentuk Sintering.

3. Fouling Temperatur Rendah


Adalah deposit dari abu yang terjadi pada Ekonomizer dan Air Heater dimana temperatur
gas buang tidak cukup tinggi untuk membentuk sintering.

Gambar 3 : Deposits

16
17
3.4. Preventive Maintenance Dalam Keadaan Normal Operasi

Periode Pemeriksaan

Keterangan.
No Peralatan Uraian Setiap Setiap Setiap Setiap
Jam 8 Jam Hari Minggu

1 Pencatatan 1. Pencatatan data operasi X


. Data setiap jam pada Log sheet.
Operasi Minimum yang harus dicatat :
 Waktu, tekanan Boiler,
tekanan uap akhir, aliran,
temperatur,uap SH,
temperatur uap
attemperatur SH/RH,
temp-uap keluar masuk
RH, aliran spray RH &
SH, drum level, tekanan
stage ertama throtle
turbin.
 Aliran udara pada :
Boiler, keluar AH dan
Eco, tekanan wind box.
 Temperatur : F.W masuk,

18
tempetaur udara ke AH
primer & skunder, gas
pada boiler, udara keluar
Eco dan AH primer dan
skunder, O2 pada gas
buang (recorder) , Fo ke
burner
 Tekanan keluar : ID, FD,
GR, PA dan seal air fan
 Data pengoperasian
untuk : ID, FD, GR, PA
dan seal air fans, AH
primer & skunder, EO
pump dan pulverizer, dll X
harus dicatat dalam log
sheet.
X
1. Check status burner
2 Pemerik pembakaran didalam ruang
. saan bakar dan catat dalam log
Burner sheet.
Pembak 2. Reheck setiap pembentukan X
aran slag diruang bakar dan juga
fouling pada daerah SH & RH.

19
1. Check kondisi operasi,
meliputi : temp. bantalan , X
3 ID, FD, vibrasi bantalan, tekanan dan
. GR, PA temp. minyak pelumas
& SEAL bantalan serta level minyak
AIR dan catat pada log sheet.
FAN
1. Periksa kondisi operasi AH
primer & skunder meliputi :
4 Air Heater  Temperatur dan vibrasi
. bantalan, suhu udara
dan gas keluar masuk,
suhu bantalan dan level X
minyak pelumas.
 Catat pada log sheet
 Dengarkan adanya
gesekan pada seal

1. Periksa kondisi
pengoperasian FO pump dan
5 F.O Pump. catat pada log sheet ,
. meliputi :
 Vibrasi dan temperatur
bantalan, suhu minyak X
bakar
keluar dan masuk.

20
X
Dibahas tersendiri dalam topik
Pulverizer X

6 Sistem 1. Periksa setiap level gelas


. Pulverizer duga dan kehandalannya
terhadap perubahan level air
7 Gelas Duga drum
. Level drum 2. Lakukan blow down untuk
membersihkan kaca gelas
duga Jika diperlukan
3. Periksa kebocoran pada
sambungan gelas duga.
4. Ganti kaca gelas duga
dengan yang bersih apabila
kotor, atau rusak.
X
5. Level glas duga harus ditest,
setelah dilakukan
penggantian, perbaikan atau
perawata. X

1. Test setiap Shift X

21
8 Alaram Drum
. level HI- 1. Periksa Boileritian terhadap
LOW level gelas duga lokal
X
9 Rekorder 1. Lakukan soot blowing tidak
. Drum Level kurang dari setiap 8 jam, dan
catat pada Log sheet
10. Soot Blowing
1. Setel continoue blow down
untuk pengontrolan
konsentrasi dan kandungan
11. Continoues garam didalam air Boiler
Blow Down

22
BAB IV
PEMELIHARAAN

Pemeliharaan preventive dalam keadaan unit shut down adalah untuk mengembalikan unjuk kerja
unit, serta untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kegagalan operasi di waktu mendatang.

Dalam unit pembangkit tenaga listrik pelaksanaan outage maintenance, schedulnya harus disesuaikan
sistem kelistrikan yang terkait.

Secara umum, dan yang lebih baik, uit besar tidak melakukan shut down pada beban kritis, yang di
Indonesia jatuh pada musim kemarau.

Unjuk kerja Boiler agar bisa beroperasi sampai dengan shut down berikutnya, harus selalu
dimonitoring dengan baik, baik dengan menggunakan peralatan kontrol maupun secara pengamatan
langsung.

4.1. Pressure Part

4.1.1 Kebersihan Bagian Dalam dan Pemeriksaan

Suatu langkah pencegahan/tindakan preventive yang paling beik dilakukan adalah dengan
mengoperasikan Boiler secara benar, sesuai dengan prosedur operasi yang telah ditentukan.

Kondisi air Boiler yang baik, akan menjamin tidak adanya endapan/deposit didalam pipa yang
dapat menyebabkan terjadinya overheating dan kegagalan pada boiler tube.

Jika pengukuran deposit atau kotoran didalam pipa tidak bisa dilakukan pada saat operasi, atau
tidak perlu melakukan pembersihan maka mpemeriksaan secara reguler pada saat shut down
unit sangat diperlukan guna keandalan operasi berikutnya.

Pemeriksaan pada saat unit shut down untuk mengetahui tipe deposit yang terjadi didalam
tube/pipa : metoda yang paling baik adalah dengan cara mengambil sample secara acak
dengan memotoong tube.

Untuk selanjutnya guna mengetahui deposot yang terjadi pada permukaan dalam pipa/tube
dilakukan evaluasi berdasarkan :

 Panjang tube yang dipotong


 Jumlah berat deposit yang terbentuk
 dan jika perlu contoh deposit diperiksa di laboratorium untuk dianalisa

23
Pemeriksaan bagian-bagian dalam boiler drum harus dilaksanakan pada saat shut down
 Semua baffle dan sparator/peralatan pemisah air dan uap harus duduk pada temperaturnya
dengan sempurna.
 Semua sambungan harus rapat terhadap kebocoran dan duduk dengan kuat

Dalam membongkar plat baffl atau sparator untuk keperluan pemeriksaan, harus diberi tanda,
agar tidak terjadi kesalahan pada waktu memasang kembali.

4.1.2 Pembersihan Bagian Dalam

Metoda pemberihan bagian dalam dengan chemical cleaning atau acid cleaning memberikan
hasil yang paling cepat dan sangat memuaskan untuk membuang deposit.
(Metoda chemical cleaning akan dibahas pada bab tersendiri).

4.1.3 Kebersihan Bagian Luar dan Pemeriksaan

Turunnya temperatur gas AH dan Boiler, serta turunnya tekanan sisa gas, yang diukur selama
periode operasi, akan menunjukkan adanya fouling bagian luar yang tidak bisa dibersihkan
dengan pengoperasian soot blower, dan meupakan suatu petunjuk dimana ada terjadi
ekumulasi.

Selama periode shut down, sekitar unit/ boiler harus diperiksa dengan sasaran sebagai berikut :

1. Over heating pada tube

Untuk mendeteksi kemungkinan adanya overheating pada tube, biasanya thermocouple


akan memberikan imilasi.

 Tube dinding ruang bakar harus diuji terhadap adanya bentuk bergelombang
(Swelling), lepuh (blistering) atau menghubung (warping). Untuk pemeriksaan ini bisa
dilakukan secara mekanik atau dengan ultrasonik untuk mengetahui berapa besar
gelombang yang terjadi atau pemipisan dari dinding tube. SH, RH dan economizer
harus diuni pula dengan metoda ini.

2. Pemuaian Terhadap Tanda-tanda kemungkinan terjadinya erosi dan korosi


Pemeriksaan pada permukaan penyerapan panas harus selalu dilaksanakan pada saat
boiler shut down. Pemeriksaan ini akan memberikan tambahan informasi yang penting
pada saat pengoperasian yang tidak biasa.

24
Sebagai contoh jika pengoperasian dengan batu bara dengan kadar abu yang tinggi dan
udara lebih yang tingg, akan menaikkan kecepatan aliran gas yang membawa muatan
debu, yang cukup untuk membuat erosi pada tube.
Pengoperasian dengan tidak cukup udara bakar, akan menurunkan tekanan didalam ruang
bakar, dan akan terjadi adanya deposit abu.
Korosi temperatur tinggi pada pipa SH, RH atau supoort dan pengikat (bracket) dapat
terjadi pada temperatur yang tinggi, dan pada boiler dengan bahan bakar minyak karena
kadar sanadium yang tinggi.
Secara umum, erosi akan nampak seperti goresan halus , kadang-kadang berkilau, sperti
bahan logam. Kejadian ini bisa disebabkan karena semprotan soot blower yang tinggi.
Oleh karena itu pemuaian diperlukan untuk penyetelan kembali tekanan soot blower.
Korosi yang berlangsung dengn deposit abu, akan membentuk kulit, sehingga diperlukan
pembersihan dengan sand blasting atau pencucian permukaan.

3. Mendeteksi Tube Misalignment, Lepas dari Ikatan, Hanger, Support & Spacer
Mempertahankan kesebarisan tube yang sempurna adalah sangat penting untuk :
Mencegah terjadi gesekan dengan soot blower
Mencegah terjadi erosi akibat dari penyempitan laluan gas buang

Gambar 5 : Membersihkan Ruang Bakar.

25
4.2. Preventif Maintenance Pada Saat Outage
Periode Pemeriksaan
Keterangan
No Peralatan Uraian 3 Bln 6 Bln 1 Thn 2 Thn

1 Boiler Drum 1. Pemeriksaan drum untuk mndapatkan


. data : X
 Carry over
 Tanda-tanda adanya minyak atau
substansi lain yang masuk kedalam
boiler\
 Jumlah scale dan endapan kotoran
/lumpur

2. Pemeriksaanadanya kebocoran atau


gangguan : X
 Sambungan ke blow down
 Sambungan ke kolam air
 Sambungan ke glas duga
 Sambungan ke pressure gage
 Sambungan ke ternas metter

3. Pemeriksaan bagian dalam drum dan


X
membetulkan posisi mengencangkan
sambungan

26
 Semua baffle
 Steam cyclon sparator
 Steam scruber

Petunjuk :
Jika membongkar baffle, cyclon sparator atau
scruber harus diberi tanda agar tidak keliru X
pada saat pemasangan kembali.

1. Potong contoh pipa pada ruang bakar untuk


2 Ruang bakar keperluan :
.  Menentukan cid cleaning X
.  meningkatkan mutu air boiler

2. Periksa header pinding ruang bakar


terhadap :
 Keretakan
Jika diperlukan
 Deposit pada permukaan dalam
dengan membuka tutupnya

3. Periksa pemipaan permukaan pipa packing


luar yang disebabkan oleh :
 Erosi soot blowing
 Korosi dari slag
X
 Deposit

27
4. Periksa pipa dinding ruang bakar untuk :
 Tanda-tanda overheating
 Bergelombang’Melambung
 Melempuh X
 Melengkung
 Mis-alignment

5. Periksa setting ruang bakar untuk :


 Kebocoran gas
 Blow down
 Sambungan laluan atau casing
X
1. Pemeriksaan pipa-pipa SH, RH terhadap :
3 SH, RH &
 Tanda-tanda overheating
. Spray
Attemperatur  Melengkung
 Mis-alignment
X
2. Pemeriksaan permukaan luar pipa-pipa SH
dan RH untuk
 Fouling
 Deposit Ketika unit shut
down
3. Pemriksaan spacer, support, sadle terhadap
:

28
 Lepas
 Misalignment

4. Cek tekanan drop ketika melewati SH pada X


saat boiler beroperasi untuk menentukan
adanya deposit didalam pipa.

5. Periksa permukaan luar pipa SH, RH


karena erosi soot blowing, menggunakan X
pengukur ketebalan atau dengan ultrasonik.

6. Pemeriksaan permukaan luar support SH


yang terkena panas radiasi. Korosi s.d.a
temperatur tinggi.
X
7. Pemeriksaan header untuk :
 Deposit dan korosi bagian dalam
dengan membuka tutup tanda mand
hole.

8. Check spray attemperatur : X


 Periksa katub spray terhadap macet
dan kebocoran
Jika di
perlukan
1. Periksa bagian dalam header dengan

29
membuka tutup hand hole.
4 Economizer
. 2. Periksa permukaan luar tube untuk :
 Korosi temperatur rendah yang X
disebabkan oleh belerang dan moisture
dari minyak dan temperatur tube Jika di
rendah. perlukan

3. Periksa permukaan luar tube untuk :


 Deposit dan penyumbatan laluan gas
buang.
X
1. Pemeriksaan boiler terhadap :
 Alignment
5 Komponen  Pergeseran yang tidak normal karena
. Bagian Luar pergeseran dari drum dan bagian
Boiler bagian yang bertekanan.
X
2. Periksa bahwa ruang bebas yang ada
. cukup untuk ekspansi dan kontraksi boiler.

3. Periksa adanya kerusakan pada hanger


dan support boiler
X
4. Periksa bahwa pipa main steam
dansambungannya dalam keadaan baik,

30
tersangga dan diberi kelonggaran untuk
ekspansi dan kontraksi.

5. Periksa semua hanger dan support untuk


semua pemipaan terhadap adanya X
kerusakan dan mis-alignment karena
ekspansi dan kontraksi.

6. Periksa bahwa katub-katub berikut dalam


keadaan beroperasi dan kekencangan disc, X
kondisi gland paking, pelumasan dan
batang katub :
 MSV X
 Boiler feed
 Katub aux-steam, soot blowing
 Katub resirkulasi eko
 Semua katub bertekanan
X
7. Periksa damper udara dari hal-hal berikut :
 Kebocoran udara lewat gland paking
poros damper
 Keausan dari spindel damper
X
 Macet

8. Periksa damper-damper gas buang dari hal-

31
hal berikut :
 Kebocoran debu pada packing
 Bengkok dan overheating
 Macet
 Kerapatan penutupan damper
X
9. Periksa air register dari kemacetan

10. Periksa duet/saluran udara untuk :


 Kerapatan gas
 Lepas dan misalignment dari batang-
batang support & hanger
X
 Kerusakan ekspansion joint
 Korosi pada permukaan dalam karena
belakang pada gas buang.
 Exrasi karena abu pada gas buang
 Akumulasi dari abu dan debu.

1. Test katub pengaman sebelum boiler X


dimatikan, dengan menaikan tekanan uap
sampai tekanan poping
6 Savety Valve
. 2. repair kebocoran pada safety valve

3. Periksa ruang bebas sekitar Nozzle katub

32
pengaman, daan lobang lantai grafing. X

1. Periksa dan bersihkan sambungan antara


drum dan koloam air jika boiler terbuka
untuk pemeriksaan.
7 Glass Duga 2. Jika gauge dan sudah bagian-bagian nya
. operasi untuk waktu yang panjang (lebih
dari satu tahun), rebuild semua bagian-
bagian agar pemeliharaan diwaktu yang
akan datang lebih sedikit. X
1. Lakukan kalibrasi dan hasilnya bandingkan
indikator standard indikator untuk
penggunaan yang spasifik.
8 Indikatr X Jika diperlukan
. Penunjuk Air 1. Setiap kegagalan dari termokopel yang
terpasang pada steam drum. SH, RH dan
sistem gas resirkulasi harus diselidiki dan
9 Termokopel dibetulkan secara unit shut down. X
. 2. Juga periksa peralatan temokopel setiap
rusak, selama periode “outage
maintenance” X

33
Gambar 6 : Boiler
BAB V

34
PELACAAN KERUSAKAN DAN PERBAIKAN PIPA PIPA BOILER

Agar repair boiler tube dapat berhasil dengan baik dan memenuhi/sesuai dengan standard yang
berlaku, maka tiga (3) hal utama seprti berikut harus dipenuhi yaitu :
1. Pengawas/Supervisi yang berpengalaman
2. Tenaga kerja yang mempunyai skill
3. Peralatan yang lengkap

5.1. Metoda Perbaikan

5.1.1 Pemotongan Pipa-Pipa

Pemotongan Boiler Tube yang rusak dan akan diganti dapat dipotong dengan

 Gergaji tangan
 Geriinda tangan
 Aparat aksi-asetylene

Dalam pemotongan yang harus diperhatikan adalah, bahwa kotoran yang terjadi selama
pemotongan supaya dihindari jangan sampai masuk kedlam tubes.

Keterangan :

Kotoran yang masuk kedalam Boiler, sangat membahayakan karena apabila terbawa oleh uap
masuk kedalam turbin akan dapat merusakkan sudu-sudu turbin.

5.1.2. Panjang Penggantian

Panjang tube / pipa yang dipotong untuk untuk diganti minimum 12”.

5.1.3. Persiapan Ujung Sambungan

Ujung pipa yang sudah dipotong harus dibuat kampuh.

5.1.4. Bentuk Kampuh

5.1.5. Jika penyambungan dengan menggunakan backing ring, maka ujung pipa cukup digerinda dan
dilakukan dengan rata.

5..2. Prosedure

35
5.2.1 Pipa pengganti harus mempunyai ketebalan tidak kurang dari 75% ketebalan pipa asli.

5.2.2 Panjang pipa pengganti minimum 12”

5.2.3 Jika penyambungan menggunakan Backing ring, material Backing ring harus sesuai dengan
material tubes.

Keterangan :
Penggunaan Back Ring tidak direkondasikan pada pipa/tube yang mempunyai laju aliran tinggi.

5.2.4 Jika menggunakan sambungan kampuh.

Gambar 7 : Sambungan Kampuh

Jarak kampuh/gap sama dengan diameter elektroda untuk Root Pass, yaitu sebesar antara
3/32” - 1/16 “

5.2.6 Pengelasan root pass atau pengelasan pertama sebaiknya menggunakana Las TIG/Las Argon
dengan tujuan agar tidak terjadi pengotoran didalam pipe oleh kerak las.

Keterangan :
Jika pengelasan root pass menggunakan las SMAW, maka terjadi pengotoran kerak las didalam
pipa.

5.2.7 Proses pengelasan harus mengikuti WPS (Welding Prosedure Spesification) yang telah
ditetapkan oleh pabrik pembuat Boiler.

Keterangan :
Penyimpangan dari WTS yang sudah ditentukan, tidak menjamin akan keberhasilan dari proses
pengelasan.

36
 WPS mencakup :
- Logam dasar,
- Jenis elektroda las yang digunakan
- Proses pengelasan
- Besar arus/amper dan vollasi pengelasan
- Posisi pengelasan
- Laju pengelasan

5.2.8 Juru Las harus Qualified untuk pengelasan bertekanan tinggi, mempunyai Sertifikat yang masih
berlaku, dan perlu diuji ulang/test ditempat untuk menyakinkan kemampuannya.

5.2.9 Selama proses pengelasan harus dibawah pengawasan orang yang bertanggung
jawab/Engineer.

5.3. Pengujian

 Pengujian hasil pengelasan dilaksanakan dengan metoda


- Cara visual
- Menggunakan colour check
- Ultrasonik atau Radiographic
- Uji tekanan
Yang dilakukan oleh Welding Inspector yang Qualified.

5.3.1 Pengujian Secara Visual


 Pengujian visual memagang peranan yang paling penting untuk tahap pengujian
berikutnya.
 Pengujian secara visual meliputi :
+ Kerapihan logam las (lebar dan tinggi las)
+ Cacat Cacat las yang nampak :
* Under cat
* Retak
* Porositi
* Antar tahap sambungan las
* Kebersihan dan kerapihan
* Scale disekitar pengelasn
5.3.2 Dengan Color Check
 Pengujian dengan color check bisa dilakukan setelah dinyatakan lulus uji visual
 Pengujian dengan color check hanya bisa mendeteksi cacat-cacat luar yang tidak
nampak/tidak terdeteksi selama pengujian visual.
( Prosedur selengkapnya dibahas pada topik pengujian Tidak Merusak)

37
5.3.3 Pengujian dengan Ultrasonic atau dengan Radiographis.

 Pengujian dengan Ultrasonic Flow Detector atau dengan Radiographic digunakan untuk
mengetahui cacat las bagian dalam yang tidak terdeteksi oleh color check.
 Pengujian ini bisa dilaksanakan , setelah sambungan las dinyatakan lulus uji color check
 Pengujian dengan radio grapihic lebih banyak digunakan, karena :
+ Adanya cacat-cacat las tergambar dalam film X-ray
+ Berdasarkan film X-ray bisa diketahui jenis cacat yang terjadi dari lokasinya
+ Dari hal tersebut akan memudahkan untuk melakukan repair

(Prosedur pengujian ini dibahas lebih lanjut dalam Topik NDT)

5.3.4 Uji Tekanan

 Uji tekanan dilaksanakan dengan Hydro statik test, ayitu menaikkan tekanan Boiler
sampai sedikit diatas tekanan kerja, untuk mengetahui :
+ Kebocoran sambungan las
+ Kekuatan sambungan las
 Pengujian hydro static bisa dilaksanakan, setelah dinyatakan lulus uji Radiographis.
 Pengujian Hydrostatis harus dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi prosedur yang
telah ditentukan oleh pabrik pembuatnya
 Sumber tekanan untuk malakukan pengujian bisa menggunakan :
+ Pompa BFP
+ Pompa hydro Test

Keterangan : Saat hydro test savety valve harus di jaga


 Kecuali untuk pengujian hasil las, maka pada saat hydrostatis test bisa dimanfaatkan
untuk pemeriksaan yang lain seperti :
+ Kebocoran sambungan-sambungan flange, valve pada sistem pemipaan boiler
+ Expansi boiler
+ dll

5.4. Pencatatan Data Perbaikan


Semua data kejadian, lokasi, penggantian metarial pengujain dan lain-lainnya yang berhubungan
dengan pelaksanaan perbaikan harus dicacat dan diarsipkan dengan baik guna referensi pada
perbaikan yang akan datang.
BAB VI
PERAWATAN BOILER

38
No. Nama Tujuan/Cara Pelaksanaan Keterangan
Peralatan Pengawetan

6.1 -Pipa-pipa air Mencegah  Isikan hydrazine kedalam  Untuk shut


- Drum korosi system air kondensate down kurang
- Economizer  Sirkulasikan system air dari 4 hari
-Super heater a. Cara kondensor antara kondensat kandungan
- Reheater basah dan deaerator dengan melalui hydrazine 25
-Pipa-pipa by pass heater ppm
uap utama  setelah kondisi air memenuhi  Untuk shut
syart, isikan air kondensate down lebih dari
kedalam boiler melalui by pass 4 hari
water heater kandungan
 Bila boiler dilengkapi dengan hydrazine 200
block valve sebelum ke pipa ppm
utama, pengisian dapat  PH air dijaga
dilakukan sampai penuh. 10 dengan
 Bila boiler tidak dilengkapi menggunakan
dengan block valve sebelum amoniak.
ke pipa utama, pengisian
sampai water level dan isi
Nitrogen diatas air dengan
tekanan dijaga antara 2 - 5 psi.

6.2 b. Cara 1. Untuk Boiler dan super heater  Jumlah bahan


kering  Drain air boiler pada temperatur  penyerap uap
150 O C air sesuai
 Hembusan Nitrogen melalui dengan
vent/drain supaya cepat besarnya ruang
kering. yang
 Isikan dengan bahan epenyerap diawetkan.
uap air :
a. Kapur tahar (CaO).... 1
kg/m3
b. Silicahell ... ............ 1,5
kg/m3
c. Activaled alumina.... 1,5 kg/m3
 Tutup vent dan drain dengan
rapat
6.3
2. Untuk re-heater. Pertahankan

39
vacuum kondensor untuk  Reheating
waktu secukupnya sebelum hanya bisa
shut down agar menarik diawetkan
moisture dari pipa reheater : dengan cara
 Dalam keadaan vacuum buka kering
tutup vent dan drain sehingga  Cara ini
udara masuk dan mendorong dilakukan bila
moisture yang berada didalam unit shut down
pipa reheater. lebih dari 2
minggu
 Setelah cukup, tutup katup vent
dan drain, kemudian isi
dengan Nitrogen : tekanan
dijaga antara 2-5 psi.
6.4
Pipa-pipa Mencegah  Pertahankan temperatur
sisi api dan Korosi permukaan luar logam  40 Temperatur diamati
gas asap O
C dengan memasang electric secara periodik
heater pada beberapa lokasi.
mencegah  Air Heater dicuci setelah
korosi dan temperature dibawah 120 OC. 1 (satu) minggu
menghindari  Air heater dinyatakan bersih bila sekali air heater
kemacetan selisih PH air pencuci max 1. diputar  30 menit
 Juga temperatur air heater  40 Dilaksanakan 1
O
C. (satu) minggu
6.5 sekali
 Jalankan auxiliary oil pump bila
Air Heater Mencegah
dilengkapi. Bila tidak
poros Dilaksanakan 1
dilengkapi beri minyak
Force Draf bengkok (satu) minggu
pelumas pada bantalan luncur
Fan sekali
kemudian putar poros 180 O
Mencegah Dilaksanakan
atau sesuai buku petunjuk
Gas Recircu- poros 1(satu) minggu
 Jalankan pompa minyak
lation Fan bengkok sekali
pelumas
 Putar turning gear GRF selam
15 menit

BAB VII
PERHATIAN SAAT BEKERJA DI BOILER. .

40
1. Gunakan selalu kaca mata pengaman atau kaca pelindung untuk melindungi mata dari nyala yang
menyilaukan serta partikel abu dan debu pada waktu melihat kondisi nyala api di dalam ruang
bakara.
2. Jangan berdiri langsung didepan pintu pengamat, khususnya pada saat pintu pengamat terbuka,
untuk menghindari adanya hembusan dari ruang bakar. Hembusan dari ruang bakar bisa terjadi
disebabkan oleh :
 Kondisi pembakaran
 Beroperasinya soot blower
 Kebocoran atau kegagalan boiler tube
Meskipun Boiler beroperasi dengan tekanan seimbang/balance draft.
3. Jangan masuk kedalam boiler, sebelum semua katub-katub boiler dan katub blowdown tertutup
dengan rapat serta dipasangi kartu tagging.
4. Jangan masuk kedalam boiler sebelum :
 Ruangan menjadi dingin
 Dilakukan purging gas-gas bebahaya
 Ventilasi terbuka penerangan, dan harus mengikuti petunjuk persyaratan keselamatan masuk
kedalam ruang boiler.
5. Jika diperlukan kabel-kabel tambahan seperti untuk penerangan penggerindaan dll, maka kabel
tersebut harus digrounding dengan baik.
6. Jangan masuk, atau membuka peralatan yang berputar, sebelum peralatan berhenti total dan
sirkuit breaker dikunci.
7. Gunakan safety helm untuk menghindari kejatuhan fouling pada saat masuk kedalam ruang
bakar.
8. Sebelum masuk/melewati, amankan terlebih dahulu mekanik penggerak damper, pintu-pintu
manhole.
9. Jangan menginjak FLYASH. Biasanya hanya dingin diperlmukaan tetapi bagian dalamnya masih
cukup panas yang dapat membahayakan Fly ash baru bisa dingin setelah 1 (satu) minggu.
10. Hindari terkena air panas dari dalam drum ketika membuka tutup manhole, atau tutup hand hole.
11. Jangan menggunakan bahan kimia yang beracun seperti Carbon Tetrachlorid didalam ruang yang
terbatas.

Lampiran 01. Contoh Blangko SPK


PT ( PERSERO ) SURAT PERINTAH KERJA UNIT :
................................ NO. SPK :
TANGGAL :

41
1. NAMA PERALATAN :........................................................................................................................................................................................
2. NAMA PEERJAAN : .......................................................................................................................................................................................
3. DATA / KELAINAN / KERUSAKAN / CATATAN : (lihat hal. Sebelah)
4. PETUNJUK PELAKSANAAN ( LANGKAH PELAKSANAAN )
1.
2.
3.
4.
5.
DIKERJAKAN SETELAH PENGAMANAN OPERASI DI TANDA TANGANI
MATERIAL / SPARE PART (Lihat RPB) DIBUAT OLEH
BKS UNTUK PEKERJAAN BORONGAN (Lihat RPP)
(......................... ...)

Ass. Enj. Kasie ……………………..


PENGAMAN OPERASI TANGGAL BULAN TAHUN

JAM :

TAGGING : YA / TIDAK ( …………………………… )


Ass. Enj. Prod.
1) SIAP UJI 3) LAPORAN PEKERJAAN
TGL BULAN TAHUN 1.
2.
JAM 3.
4.
2) UJI COBA Kepala Teknisi ………….. ….. 5.
SUDAH BELUM 6. Daftar TUG 9 terlampir

TGL :
CATATAN : ………………………………

( ……………………………… )
Ka. Op. …
TENAGA KERJA
NO NAMA GOL HB/HK JAM RUPIAH (BULAT) KETERANGAN

PEMAKAIAN MATERIAL
NO NAMA BARANG HB/HK JAM RUPIAH (BULAT) TUG / ASAL / KETERANGAN

SPK DITUTUP Tgl. ……………………. TANGGAL ……………………………

Enj, Kasie ………………………………. Ass. Enj./ Kasie ………………………


Lampiran 02. Contoh Blangko SPK

SURAT PERINTAH KERJA ( SPK )


Alasan diperlukannya pemeliharaan :

42
Pemeliharaan besar, sesuai skedul.

PEKERJAAN DIBERIKAN KEPADA :


PERINTAH PERBAIKAN PADA : Rencana Selesai
Tgl. : 13 DESEMBER
2008
Rencana ( m x d )
60 md
PEKERJAAN YANG DISELESAIKAN : BAG. PEMELIHARAAN
PERBAIKAN SELESAI
DENGAN BAIK :
Tanggal :
Pelaksana :

Realisasi ( . . . . . . . . . . . . . . . . . )
DISELESAIKAN TANGGAL
DISETUJUI KEP. PEMELIHARAAN : MASUK ARSIP TGL :

BON PEMAKAIAN
………………………………………… 1. Untuk T.U.K.G.
PT (Persero) Cab./Sekt./Bkj.
Pekerjaan : Pas.Baru/Perluas./Perbaik./Perub./Pemel./Pembongk. No. P.P.

43
NAMA / ALAMAT
Banyaknya Satuan Nama Barang / Spare Part No. Norm./ Part Jumlah Uang

Perkiraan Pembebanan : Kode Perkiraan : 1023 . . . Tanggal :


Setuju : Kepala Gudang : Pemeriksa : Penerima : Banyaknya sehari
tiap barang :

Lampiran 03. Contoh Bon Pemakaian

TUG. 10
BON PENGEMBALIAN
………………………………………… 2. Untuk TUG.
PT (Persero) Cab./Sekt./Bkj.
Pekerjaan : Pas.Baru/Perluas./Perbaik./Perub./Pemel./Pembongk. No. P.P.
NAMA / ALAMAT
Banyaknya Satuan Nama Barang / Spare Part No. Norm./ Part Jumlah Uang

Perkiraan Pembebanan : Kode Perkiraan : 1023 . . . Tanggal :


Setuju : Kepala Gudang : Pemeriksa : Penerima : Banyaknya sehari
tiap barang :

Lampiran 04. Contoh Bon Pengembalian

Lampiran 05.

KODE PERKIRAAN 2119 - FUNGSI PLTU

44
01. Instalasi dan Mesin : 21193
31193

 Perlengkapan Penyaluran Bahan Bakar Batubara : 2119300


3119300
 Conveyor Belt 2119300
3119300
 Conveyor Roller 2119300
3119300
 Conveyor Drive Motor 2119300
3119300
 Magnetic Separator 2119300
3119300
 Scraper Conveyor 2119300
3119300
 Mobile Equipment 2119300
3119300
 Alat-alat Ukur 2119300
3119300
 Alat-alat Pengaman 2119300
3119300
 Alat-alat Pengatur 2119300
3119300

 Perlengkapan Penyaluran Bahan Bakar Minyak : 2119301


3119301
 Valve 2119301
3119301
 Alat-alat Ukur 2119301
3119301
 Alat-alat Pengaman 2119301
3119301

 Ketel Uap : 211931 311931


 Pulverizer Throat Ring 211931 311931
 Pulverizer Rollers 211931 311931
 Pulverizer Disk 211931 311931
 Fuel Burner Gun 211931 311931
 Valve 211931 311931

45
 Pipa-pipa Ketel 211931 311931
 Air dan Gas Fan 211931 311931
 Air Heater Bearing dan Roller 211931 311931
 Electric Drive Motor 211931 311931
 Alat-alat Ukur 211931 311931
 Alat-alat Pengaman 211931 311931
 Alat-alat Pengatur 211931 311931

 Perlengkapan Penyaluran Abu : 211932 311932


 Conveyor Belt 211932 311932
 Conveyor Roller 211932 311932
 Drive Motor 211932 311932
 Scraper Conveyor 211932 311932
 Electrostatic Precipitator Electrodes 211932 311932
 Slide Valve 211932 311932
 Alat-alat Ukur 211932 311932
 Alat-alat Pengaman 211932 311932
 Alat-alat Pengatur 211932 311932

 Turbin Uap : 211933 311933


 Bearing 211933 311933
 Valve 211933 311933
 Labyrinth 211933 311933
 Bolt and Nut 211933 311933
 Heat Exchanger Tube 211933 311933
 Vacuum Pump 211933 311933
 Alat-alat Ukur 211933 311933
 Alat-alat Pengaman 211933 311933
 Alat-alat Pengatur 211933 311933

 Generator : 211933 311933


 Bearing 211933 311933
 Automatic Voltage Regulator 211933 311933
 Diode 211933 311933
 H2 Plant Module 211933 311933
 Alat-alat Ukur 211933 311933

46
 Alat-alat Pengaman 211933 311933

 Perlengkapan Ruang Kontrol : 211934 311934


 Alat-alat Ukur 211934 311934
 Alat-alat Pengaman 211934 311934
 Alat-alat Pengatur 211934 311934

 Instalasi Uap dan Instalasi Penyediaan Air : 211935 311935

 Condensat Pump Component 211935 311935


 Boiler Feed Pump Component 211935 311935
 Valve 211935 311935
 Water Treatment Plant Component 211935 311935
 Desalination Plant Component 211935 311935
 Alat-alat Ukur 211935 311935
 Alat-alat Pengaman 211935 311935
 Alat-alat Pengatur 211935 311935

 Instalasi Air Pendingin : 211936 311936

 Cooling Water Pump Component 211936 311936


 Valve 211936 311936
 Hypochlorite Module 211936 311936
 Alat-alat Ukur 211936 311936
 Alat-alat Pengaman 211936 311936

02. Perlengkapan Penyaluran Tenaga Listrik : 21197


31197

 Pemutus Tenaga 211970 311970


 Pemisah 211970 311970
 Trafo Ukur 211970 311970
 Synchronizer 211970 311970
 Alat-alat Ukur 211970 311970
 Alat-alat Pengaman 211970 311970
 Arrester 211970 311970

47
References :

1. Principles of Combustion in the Steam Boiler Furnace


(A D Pratt – Babcock & Wilcox Ltd) Canada

48
2. Thermodynamic and Transport Properties of Fluids
(Mayhew & Rodgers – Oxford) New Zealand

3. STEAM its generation and use 40th Edition (Babcock & Wilcox) Canada

4. BOILERS Modul 23 Electric Corp New Zealand

5. ENERGY CONSERVATION Principles Operation of Power Plant Part II Central Electricity


Generating Board England

6. POWER PLANT TECHNOLOGY MW El Wakil Prof.Mech. & Nuclear Engineering Univ.


Wisconsin. USA, Mc.Graw-Hill Inc.

7. THERMAL POWER PLANT TEXTBOOK (Middle Class) Electric Power Development. Co. Ltd.
Japan.

8. BOILER PLANT AND DISTRIBUTION SYSTEM (Optimization namual) Harry R Taplin,


YrPE,CEM Canada.

9. COMBUSTION EFFICIENCY Harry R Taplin Yr,PE CEM Published by THE FAIRMONT


PRESS.INC 700 Indian Trall Lilburn GA 30247

49

Anda mungkin juga menyukai