PERENCANAAN

DRAINASE PERKOTAAN
 DRAINASE
PEKERJAAN MEMINDAHKAN AIR YANG TIDAK
TERPAKAI DAN AIR LEBIH SEHINGGA TIDAK
MENGGANGGU KEGIATAN DAN KESEHATAN.

DRAINASE DIBEDAKAN :

• 1. DRAINASE BASIN (BASIN DRAINAGE)

• 2. DRAINASE KOTA ( URBAN DRAINAGE)
 MACAM DRAINASE
• 1. DRAINASE LAHAN
– -. PERTANIAN & PERKEBUNAN
– -. LAPANGAN
• 2.   DRAINASE JALAN RAYA
– -. DRAINASE PERMUKAAN
– -. DRAINASE BAWAH ( SUB DRAIN )
• 3.   DRAINASE LAPANGAN TERBANG
– -. DRAINASE PERMUKAAN
– -. DRAINASE BAWAH ( SUB DRAI )
• 4.   DRAINASE DAERAH PEMUKIMAN.
– -. DRAINASE PERKAMPUNGAN
– -. DRAINASE DAERAH USAHA
-. DRAINASE DAERAH PABRIK.
• 5. DRAINASE DAERAH INDUSTRI
- DRAINASE DAERAH INDUSTRI BERAT
- DRAINASE DAERAH INDUSTRI RUMAH TANGGA
 AIR YANG DITANGANI
BERASAL DARI :
1. HUJAN
2. RUMAH TANGGA DAN RUMAH
MAKAN
3. PABRIK
4. RUMAH SAKIT
5. TEMPAT HIBURAN
6. LAPANGAN OLAH RAGA
7. KEBUN BINATANG
8. TEMPAT PEMOTONGAN HEWAN
 HUJAN

• HUJAN DIHASILKAN DARI MASSA UDARA

LEMBAB DAN HANGAT YANG
TERANGKAT KE ELEVASI YANG LEBIH
DINGIN
• TIPE HUJAN :
– HUJAN FRONTAL
– HUJAN KONVEKSI
– HUJAN OROGRAPIS
SIKLUS HIDROLOGI
 BADAN AIR ( RECEIVING WATER )

• TEMPAT TERAKHIR DIMANA AIR

DRAINASE DI BUANG.
• BADAN AIR :
– 1. SUNGAI UNTUK LOKASI YANG DI
DRAIN JAUH DARI LAUT.
– 2. LAUT UNTUK LOKASI YANG DIDRAIN
DEKAT LAUT.
 SISTEM DRAINASE PERKOTAAN
• SISTEM TERCAMPUR
– SALURAN UNTUK AIR HUJAN DIPAKAI
SEKALIGUS UNTUK PENYALURAN DARI
BUANGAN RUMAH TANGGA DAN
RUMAH MAKAN SERTA LAINNYA.
• SISTEM TERPISAH
– SALURAN UNTUK PENYALURAN AIR
HUJAN TIDAK MENJADI SATU DENGAN
SALURAN YANG DIGUNAKAN UNTUK
PEMBUANGAN DARI LAIN2NYA.
 SISTEM TERCAMPUR
• BISA LANGSUNG KE BADAN AIR
– HUJAN
– RUMAH TANGGA DAN RUMAH MAKAN
– TEMPAT HIBURAN
– LAPANGAN OLAH RAGA
• DIOLAH DULU BARU KE BADAN AIR
– RUMAH SAKIT
– PABRIK
– KEBUN BINATANG
– TEMPAT PEMOTONGAN HEWAN.
 TANAH DAN AIR TANAH
• HUJAN :
– MASUK KEDALAM TANAH
– MENGALIR DIPERMUKAAN TANAH.
• MENGALIR DI PERMUKAAN TANAH :
– RELIEF PERMUKAAN TANAH
– KEMIRINGAN PERMUKAAN TANAH
– STRUKTUR TANAH
– LETAK PERMUKAAN AIR TANAH
– PENUTUP PERMUKAAN Tanah
 PENGARUH PERMUKAAN TANAH DAN TANAH
TERHADAP LIMPASAN.
•  
• 1.MAKIN MIRING PERMUKAAN TANAH , MAKIN BESAR
LIMPASAN .
• 2.MAKIN LICIN PERMUKAAN TANAH MAKIN BESAR
LIMPASAN.
• 3.PADA TANAH POROUS, LIMPASAN AKAN LEBIH KECIL
DARI PADA TANAH LIAT YANG LEBIH PADAT.
• 4.TANAH YANG TERTUTUP TUMBUHAN MEMBUAT DEBIT
ALIRAN LEBIH KECIL DARI PADA LAHAN TERBUKA.
• 5.PADA TANAH DIMANA PERMUKAAN AIR TANAH
LETAKNYA DEKAT DENGAN PERMUKAAN TANAH, MAKA
RESAPAN MENJADI KECIL SEHINGGA BANJIR AKAN
LEBIH BESAR.
• 6.KEMAMPUAN TUMBUHAN DIPERMUKAAN TANAH
SEBAGAI INTERSEPTOR , SANGAT MEMPENGARURUHI
DEBIT LIMPASAN YANG TERBENTUK.
CURAH HUJAN YANG JATUH KEBUMI AKAN MENGALAMI :

• -INFILTRASI
• MENGURANGI CURAH HUJAN YANG MENJADI LIMPASAN ,
KARENA SEBAGIAN DARI VOLUME AIR AKAN MASUK
KEDALAM TANAH.
• -INTERSEPSI
• MENGURANGI CURAH HUJAN YANG MENJADI LIMPASAN
DAN MEMPERLAMBAT TERJADINYA PUNCAK BANJIR,
KARENA MEMBERI KESEMPATAN AIR MASUK KEDALAM
TANAH DAN MENAHAN SEBAGIAN VOLUME AIR UNTUK
TIDAK LANGSUNG MENGALIR KE BAWAH.
• -RETENSI
• MENGURANGI CURAH HUJAN YANG MENJADI LIMPASAN
KARENA MENGISI CEKUNGAN PADA PERMUKAAN TANAH.
• -LIMPASAN
• MENGALIR DI ALUR TERUS KE LAUT.
FAKTOR2 YANG MEMPENGARUHI DRAINASE
SUATU DAERAH :

• 1.   TANAH DAN AIR TANAH

• a.    kemampuan meresapkan air.
• b.   Ketahanan terhadap gerusan/erosi
• c.    Letak permukaan air tanah
• d.   Texture tanah.
• 2.   TOPOGRAFI
• a.    bentuk permukaan tanah,
bergelombang, datar, atau miring dan
terjal.
• b.   Batas daerah pematusan suatu alur.
• 3.   HIDROLOGI
• a.    curah hujan dan sifat hujan daerah.
• b.   Alur yang terbentuk ( kemiringan
saluran dan lebar alur alam yang ada).
• c.    Aliran dasar dan limpasan yang
terbentuk.
• 4.   TATA GUNA LAHAN
• a.    penutup permukaan tanah.
• b.   Jenis dan kerapatan bangunan.
• c.    Fasilitas umum sebagai lahan
terbuka.
• 5.   KONDISI PEMBUANGAN AKHIR.
• a.    Pembuangan akhir laut.
• b.   Pembuangan akhir sungai.
INFILTRASI :

NILAI k :
JENIS TANAH k mm/hari k cm/dt
Coarse gravely sand Oct-50 -4
1.16-5.78 x 10
Medium Sand 5-Jan -5
1.16-5.78 x 10
Sandy Loam/fine sand 3-Jan -5
1.16-3.47 x 10
Loam/Clay Loam 0.5-2
Very Fine Sandy Loam 0.2-0.5
Clay Loam /Clay 0.02-0.2
No biopores <0.002
DAERAH PEMATUSAN
DAERAH PEMATUSAN SISTEM DRAINASE
 BANJIR DI DAERAH PERKOTAAN

• 1.BANJIR KIRIMAN DARI BASIN DRAINAGE

• 2.BANJIR KARENA LIMPASAN TIDAK MENGALIR
– 1.PADA BADAN JALAN KARENA TIDAK ADA SALURAN
TEPI.
– 2.PADA BADAN JALAN KARENA AIR TIDAK BISA
MELEWATI STREET INLET
• 3.PADA PERKAMPUNGAN
– 1.MEMPUNYAI ELEVASI LEBIH RENDAH DARI
PERMUKAAN AIR SALURAN DRAINASE.
– 2.TIDAK MEMPUNYA SALURAN DRAINASE CUKUP.
– 3.TERJADI PENYEMPITAN (BOTTLE NECK) PADA
SALURAN.
– 4.KAPITAS SALURAN DRAINASE KURANG BESAR.
– 5. CURAH HUJAN MELEBIHI KAPASITAS SALURAN
– 6. GANGGUAN PADA OUTLET.
– 7. PENGARUH AIR BALIK DARI BADAN AIR.
 KLASIFIKASI SALURAN

• 1. SALURAN TEPI JALAN

– TERLETAK DIKIRI KANAN JALAN, MENERIMA AIR
PEMATUSAN DARI JALAN DAN LAHAN DISEBELAHNYA.
– MENERIMA JUGA BUANGAN DARI PERUMAHAN
DISEBELAHNYA.
• 2. SALURAN TERSIER
– MENERIMA AIR DARI BLOK PEMATUSAN MELALUI SALURAN
TEPI ATAU SALURAN DARI LAHAN, KEMUDIAN
MENERUSKAN NYA KE SALURAN LEBIH HILIR.
• 3. SALURAN SEKUNDER
– MENERIMA AIR DARI SALURAN TERSIER, SALURAN DARI
LAHAN DAN SALURAN TEPI, KEMUDIAN MENERUSKANNYA
KE SALURAN LEBIH HILIR.
• 5. SALURAN PRIMER
– MENERIMA AIR DARI SALURAN SEKUNDER, SALURAN
TERSIER, SALURAN DARI LAHAN DAN SALURAN TEPI,
KEMUDIAN MENERUSKANNYA KE BADAN AIR.
• 6. BADAN AIR
– SUNGAI ATAU LAUT DIMANA SALURAN
DRAINASE BERMUARA.

SALURAN SEKUNDER BERAWAL DARI PERTEMUAN DUA

SALURAN TERSIER.
SALURAN PRIMER BERAWAL DARI PERTEMUAN DUA
SALURAN SEKUNDER.
SKEMA SISTEM DRAINASE
SUB SISTEM SALURAN SEKUNDER
DRAINASE KAWASAN
SKEMA SISTEM
 R2= 94 mm

SALURAN A Lo So C nd Ls tf to tc Cs I Q b S V h(m)
3
ha m mnt mnt mnt mm/jam m /dt m m/dt
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
421-4.2 0.071 11 0.01 0.8 0.4 44 1.6 8.43 10.04 0.93 310 0.045 0.5 0.001 0.456 0.199
43-42 0.089 11 0.01 0.8 0.4 90 3.2 8.43 11.66 0.88 280 0.049 0.5 0.001 0.465 0.210
42-41 0.178 13 0.01 0.8 0.4 16 0.5 11.66 12.13 0.98 273 0.106 0.6 0.001 0.565 0.312
1.2.2-1.2.1 0.045 11 0.01 0.8 0.4 29 1.2 8.43 9.60 0.94 319 0.030 0.4 0.001 0.413 0.182
1.2.3-1.2.1 0.142 16 0.01 0.8 0.4 98 3.2 10.04 13.29 0.89 257 0.072 0.4 0.001 0.503 0.359
1.2.1-1.2 0.206 10 0.01 0.8 0.4 18 0.5 13.29 13.81 0.98 250 0.113 0.6 0.001 0.574 0.327
1.3.1-1.3 0.019 9 0.01 0.8 0.4 16 0.8 7.68 8.48 0.95 346 0.014 0.4 0.001 0.332 0.105
1.4-1.3 0.1276 15 0.01 0.8 0.4 69 2.2 9.74 11.99 0.91 275 0.071 0.5 0.001 0.512 0.279
1.3-1.2 0.1859 13 0.01 0.8 0.4 22 0.7 11.99 12.64 0.97 265 0.107 0.5 0.001 0.561 0.382
1.2-1.1 0.405 11 0.01 0.8 0.4 17 0.4 13.81 14.23 0.99 245 0.218 0.7 0.001 0.674 0.462
3.2-3.1 0.0478 13 0.01 0.8 0.4 37 1.5 9.11 10.61 0.93 298 0.030 0.4 0.001 0.411 0.180
2.2-2.1 0.0732 18 0.01 0.8 0.4 43 1.6 10.61 12.21 0.94 272 0.041 0.4 0.001 0.447 0.232

Panjang S lebar h air kecepatan Q2

SALURAN 3
m m m m/dt m /dt
42-41 16 0.001 0.6 0.312 0.565 0.106
3.2-3.1 37 0.001 0.4 0.180 0.411 0.030
2.2-2.1 43 0.001 0.4 0.232 0.447 0.041
1.2-1.1 17 0.001 0.7 0.462 0.647 0.218
Total Debit 0.395
SISTEM TERDEKAT
SISTEM SALURAN SEKUNDER
SKEMA SISTEM SEKUNDER
SALURAN SEKUNDER MANYAR REJO/ MANYAR INDAH 2
R2= 94 mm

SALURAN A Lo So C nd Ls tf to tc Cs I Q b S V h(m)
3
ha m mnt mnt mnt mm/jam m /dt m m/dt
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 4.579 116 0.005 0.45 0.4 673 13.1 29.78 42.85 0.87 118 0.585 0.95 0.0005 0.858 0.718
2 2.277 44 0.005 0.45 0.4 779 17.7 18.94 36.65 0.81 131 0.300 0.90 0.0005 0.733 0.454
3 5.836 130 0.005 0.45 0.4 172 3.0 31.41 34.38 0.96 136 0.954 1.10 0.0005 0.965 0.898
1-3 12.692 8 0.005 0.45 0.4 100 1.5 42.85 44.35 0.98 115 1.795 2.57 0.0005 1.112 0.628
4 5.62 66 0.005 0.45 0.4 467 8.1 22.88 30.97 0.88 146 0.909 1.20 0.0005 0.963 0.786
3-4 18.312 8 0.005 0.45 0.4 98 1.3 44.35 45.69 0.99 113 2.545 2.90 0.0005 1.215 0.722
5 4.882 112 0.005 0.45 0.4 178 2.8 13.29 16.11 0.92 226 1.268 1.50 0.0005 1.051 0.804
4-5 23.194 20 0.005 0.45 0.4 16 0.2 45.69 45.89 1.00 112 3.254 3.00 0.0005 1.303 0.832
6(6+7) 2.229 179 0.005 0.45 0.4 182 4.1 36.47 40.59 0.95 122 0.324 1.20 0.0005 0.736 0.366
5-6 25.423 13 0.005 0.45 0.4 110 1.4 45.89 47.27 0.99 110 3.454 3.00 0.0005 1.326 0.868
8 10.71 254 0.005 0.45 0.4 408 5.5 13.81 19.36 0.87 200 2.342 2.00 0.0005 1.226 0.955
6-7 36.133 20 0.005 0.45 0.4 190 2.2 47.27 49.52 0.98 107 4.722 3.80 0.0005 1.409 0.882
9 12.356 280 0.005 0.45 0.4 379 5.7 44.94 50.67 0.95 105 1.539 1.80 0.0005 1.102 0.776
7-8 48.489 25 0.005 0.45 0.4 0 0.0 50.67 50.67 1.00 105 6.382 4.50 0.0005 1.505 0.943
10 17.629 120 0.005 0.45 0.4 908 12.4 30.25 42.70 0.87 118 2.270 2.00 0.0005 1.216 0.933
11 6.988 150 0.005 0.45 0.4 526 9.2 33.58 42.73 0.90 118 0.931 1.80 0.0005 0.958 0.540
8-9 73.106 25 0.005 0.45 0.4 190 1.9 50.67 52.58 0.98 103 9.220 5.00 0.0005 1.659 1.111
12 5.911 77 0.005 0.45 0.4 359 6.1 24.59 30.67 0.91 147 0.989 1.60 0.0005 0.985 0.628
9-11 86.026 570 0.005 0.45 0.4 330 3.2 52.58 55.78 0.97 99 10.324 5.00 0.0005 1.719 1.201
SALURAN TEPI JALAN
SALURAN TEPI UNTUK JALAN KERETA API
SALURAN TERSIER
SALURAN SEKUNDER
SALURAN PRIMER
 SEDIMENTASI

• PADA SALURAN DRAINASE SELALU TERJADI

SEDIMENTASI.
• SEDIMENTASI TERJADI KARENA ALIRAN AIR
TIDAK MAMPU MENYERET BUTIRAN SEDIMEN KE
HILIR.
• METERIAL SEDIMEN BERASAL DARI PARTIKEL
TANAH PADA PERMUKAAN JALAN DAN LAHAN DI
KIRI KANAN JALAN TERSERET ALIRAN
PERMUKAAN DARI CURAH HUJAN MASUK KE
SALURAN.
• UMUMNYA MATERIAL INI BARASAL DARI
MATERIAL UNTUK BANGUNAN YANG TERCECER
DI PERMUKAAN JALAN.
 MACAM PEKERJAAN

• MASTER PLAN
• STUDI :
– PENGENALAN
– KELAYAKAN
• PERENCANAAN DETAIL TEKNIK
• PEKERJAAN PISIK :
– PEMBANGUNAN
– REHABILITASI
– PERBAIKAN.
 DATA YANG DIPERLUKAN

1.Peta

Untuk membuat atau menetapkan trase saluran drainase

Menentukan batas daerah pematusan

Menghitung Luas Daerah Pematusan

Untuk pekerjaan perencanaan drainase diperlukan peta garis

dengan skala 1:5000 atau lebih besar.
Pada peta ini tercantum garis kontur tanah dengan interval
ketinggian 0.5 m untuk daerah landai.

Peta garis bisa berasal dari interpretasi foto udara atau

didapat dari pengukuran tachimetri untuk daerah yang
tidak terdapat foto udara.
 2. Data hidrologi

a.Data hujan harian

Data hujan harian didapat dari alat penakar hujan konvensional, yang
menyatakan tinggi curah hujan selama 24 jam. Di Indonesia satuan
yang dipakai untuk menyatakan tinggi curah hujan adalah mm.

Data intensitas hujan berupa grafik lengkung intensitas hujan daerah

merupakan data hasil olahan dari data hujan yang terukur pada alat
penakar hujan otomatis dengan menggunakan metode Talbot, Sherman
dan lain-lainnya.

b.Data Pasang surut air laut

Untuk kota yang terletak dekat pantai , berada diatas tanah alluvial
yang berasal dari endapan sungai, dan pembuangan akhir nya ke
laut.
 D ATA C U R AH H UJ AN H AR IAN
Tahun 2003

NAMA STASIUN KEPUTIH

Kode stasiun 134 Wilayah Sungai Surabaya Kode Database
Lintang Selatan 07.17,11 Desa Keputih Tahun pendirian
Bujur Timur 112.48,104 Kecamatan SUKOLILO Tipe Alat Biasa(MRG)
Elevasi m dpl Kabupaten Kota Surabaya Pengelola Balai Surabaya

TANGGAL B U L A N (mm)
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
1 4.8 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 10 0 8 0 30 0 0 0 0 0 0 0
3 36.5 8.2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 40 42 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 22 9 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0
6 7 0.9 0.9 15 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 3.5 5.5 0 25 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 15 0 14 12 0 0 0 0 0 0
9 22.3 4.7 7 7 0 0 0 0 0 0 0 0
10 16 16.2 5 0 0 0 0 0 0 5 0 0
11 15 1 35 9 3 0 0 0 0 0 0 0
12 53 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0
13 27 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0 0
14 12 60 0 0 0 0 0 0 0 0 42 0
15 25 27.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 11.4 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0
18 0 1 0 0 0 3 0 0 0 9 54 0
19 2 12.3 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0
20 10 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0
21 0 0 23 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 0 2 20 0 0 4 0 0 0 0 0 0
23 7.7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 44 1.1 0 0 0 0 0 0 0 0 50 0
26 0 2 20 0 0 0 0 0 0 0 52 0
27 0 2.1 0 0 0 0 0 0 0 0 60 0
28 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 0
29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 102 0 32 0 0 0 0 0 0 0 0
31 54 0 0 0 0 0 0
BULANAN 477 207 201 83 97 41 0 0 0 14 281 0
Periode 1 119 87 83 22 94 12 0 0 0 5 0 0
Periode 2 144 113 55 29 3 25 0 0 0 9 103 0
Periode 3 215 7 63 32 0 4 0 0 0 0 178 0
Maksimum 102 60 42 32 30 12 0 0 0 9 60 0
Hari Hujan 19 18 12 5 5 6 0 0 0 2 7 0

250

200

150
Untuk Surabaya referensi bisa
menggunakan SHVP (Surabaya Havent
Vloed Peil ) atau ARP (Air Rendah
Perbani).
Selisih kedua referensi diatas adalah 3.615
m, dimana angka  nol (0) SHVP sama
dengan + 3.615 ARP.
Apabila tidak dijumpai dilapangan patok BM yang
berhubungan dengan datum tersebut, maka
pengukuran dapat mempergunakan Datum Lokal.
Namun sebaiknya Datum ini ditentukan terhadap
kondisi permukaan air laut, agar mempunyai
konsitensi dengan kondisi elevasi permukaan laut
yang dipakai sebagai badan air .
 4. Data tanah

Berat Jenis tanah ( Gs )

Angka Pori dan Porositas ( e dan n )
Cohesi ( c )
Sudut Geser Dalam (  )
Daya Dukung.( )
Sudut lereng alam (  )

1. menentukan jenis dan dimensi pasangan pada perkuatan lereng saluran,

2. memastikan kedalaman galian saluran yang bisa dilakukan pada suatu lokasi.

Sering kali terutama pada daerah hilir dekat laut ( tanah sangat-sangat
lunak) ,jenis pasangan tertentu tidak bisa diterapkan karena terlalu
berat dan kedalaman galian yang bisa dikerjakan juga sangat terbatas
karena kondisi tanah sangat lembek.