KARYA ILMIAH
162401050
DEPARTEMEN KIMIA
MEDAN
2019
TUGAS AKHIR
162401050
DEPARTEMEN KIMIA
MEDAN
2019
PERNYATAAN
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil saya sendiri. Kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
PENGHARGAAN
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini
dengan judul Penentuan Kadar Protein pada Bakso Ikan dengan Metode Kjeldahl
di UPT-PMHP (Unit Pelaksana Teknis Penerapan Mutu Hasil Perikanan) Medan.
ABSTRAK
Telah dilakukan penentuan kadar protein pada masing-masing bakso ikan gabus,
ikan tongkol dan ikan kembung di Laboratorium UPT-PMHP Medan. Penentuan
kadar protein dilakukan dengan metode Kjeldahl yang meliputi tiga tahap yaitu
Tahap Destruksi, Destilasi dan Titrasi. Sampel di destruksi dengan H2SO4 pekat
dan ammonia yang dihasilkan ditangkap oleh asam borat dan dititasi dengan HCl
0,1 N. Kadar protein total yang diperoleh dari masing-masing bakso ikan adalah
bakso ikan gabus 7,878 % , ikan tongkol 7,177 % dan ikan kembung 7,440 %.
Hasil yang diperoleh dari ketiga bakso ikan tersebut kadar proteinnya lebih besar
dari standar mutu SNI yang menetapkan kadar protein bakso ikan minimal 7,00
%.
ABSTRACT
has been conducted to determination the protein content on cork fish meatballs,
tuna fish and mackerel fish at the UPT-PMHP Medan Laboratory. Determination
of protein content is done by the Kjeldahl method which includes three stages,
namely the Destruction stage, Distillation and Titration. The samples were
destroyed with concentrated H2SO4 and the resulting ammonia was captured by
boric acid and titrated with HCl 0,1 N. The total protein content obtained from
each fish meatball was cork fish meatball 7.878%, tuna fish 7.177% and mackerel
fish 7.440% . The results obtained from the three fish meatballs have a greater
protein content than the SNI quality standard which sets the fish meatball protein
level at least 7.00%.
DAFTAR ISI
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat 4
2.7 Protein 17
2.8 Tahap Analisa kadar Protein dengan cara Kjeldahl 19
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Bakso adalah makanan yang terbuat dari daging yang dihaluskan, dan
diolah dengan menggunakan bahan-bahan lainnya, dibentuk sedemikian rupa
(umumnya berbentuk bulat) dan selanjutnya direbus.
Biasanya bakso terbuat dari daging sapi, tapi saat ini, harga daging sapi
yang umumnya digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan bakso semakin
mahal dipasar. Oleh karena itu, penganekaragaman bahan dasar pembuatan bakso
perlu diupayakan agar bakso tetap berkualitas namun dari segi harga dapat
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Daging ikan umumnya tersusun atas dua jenis daging yaitu daging merah
yang terdapat disepanjang tubuh bagian samping dibawah kulit dan daging putih
yang terdapat diseluruh bagian tubuh ikan. Seperti halnya paada ikan gabus dan
ikan kembung umumnya memiliki jenis daging berwarna putih. Sedangkan pada
ikan tongkol terdapat dua jenis daging yaitu daging merah atau gelap dan daging
putih atau terang. Baik ikan gabus, ikan kembung maupun ikan tongkol memiliki
sedikit tulang sehingga dapat diolah menjadi produk olahan yang lebih modern
seperti bakso.
Seperti ikan tongkol dan hasil perikanan lainnya termasuk bahan pangan
yang sangat cepat membusuk (high perishable food). Sebagai bahan pangan yang
cepat rusak, maka kualitas ikan harus dapat dipertahankan semaksimal mungkin
hingga sampai ke tangan konsumen. Untuk itu perlu adanya penanganan yang
baik seperti pengawetan dan pengolahan menjadi produk yang siap dimakan tetapi
daya awetnya lebih lama. Salah satu cara pengolahan yang sudah lama dikenal
masyarakat adalah bakso ikan.
Dibuat dari bahan ikan, cita rasa bakso ikan juga tidak kalah nikmat
dengan bakso daging dan kandungan gizi dari bakso ikan tidak kalah dengan
bakso yang berasal dari daging jenis ternak seperti sapi.
Bakso ikan yang dianalisa adalah bakso ikan yang dijual dipasar
tradisional yang tidak dalam kemasan dan tidak memiliki merek. Berbeda dengan
bakso ikan yang dijual sudah memiliki mereknya yang dimana dalam kemasannya
sudah dicantumkan nilai kandungan gizinya. Sedangkan bakso ikan yang dianalisa
dijual dipasar tidak memiliki merek dan belum mencantumkan kandungan gizinya
sehingga belum diketahui kandungan gizinya pada bakso ikan tersebut. Tetapi
walaupun tidak dicantumkan merek dan kandungan gizinya, bakso yang dijual
dengan campuran ikan sangat laris dipasaran karena rasanya yang enak,
teksturnya yang kenyal dan kandungan gizinya juga tidak kalah dengan bakso
daging sapi atau ayam. Dengan begitu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
standart mutu dari bakso ikan yang sesuai dengan SNI 01-7266-2014. Jadi kita
dapat mengetahui kadar protein dalam bakso ikan tersebut sudah mencukupi atau
tidak berdasarkan SNI 01-7266-2014.
1.2 Permasalahan
1. Berapa kadar protein total dari masing-masing bakso ikan gabus, ikan
tongkol dan ikan kembung?
2. Apakah kadar protein total bakso ikan gabus, ikan tongkol dan ikan
kembung memenuhi SNI?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan
Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses
kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan
pangan sejak beberapa abad yang lalu. Sebagai bahan pangan, ikan mengandung
zat gizi utama berupa protein, lemak, vitamin dan mineral. Protein ikan
menyediakan lebih kurang 2/3 dari kebutuhan protein hewani yang diperlukan
oleh manusia. Kandungan protein ikan relatif besar yaitu antara 15-25%/100 g
daging ikan. Kandungan lemak daging merah ikan lebih tinggi dibandingkan
daging putih ikan. Jumlah mineral pada daging ikan hanya sedikit. Ikan juga
dipandang sebagai sumber kalsium, besi, tembaga, dan yodium (Junianto, 2003).
Menurut Budiarso (1998), Ikan merupakan bahan pangan yang sangat baik
mutu gizinya, karena mengandung kurang lebih 18 gram protein untuk setiap 100
gram ikan segar. Sedangkan ikan yang telah dikeringkan dapat mencapai kadar
protein 40 gram dalam 100 gram ikan kering.
Ikan adalah bahan pangan yang mengandung protein tinggi, yang sangat
dibutuhkan oleh manusia karena selain mudah dicerna, juga mengandung asam
amino dengan pola yang hampir sama dengan asam amino yang terdapat dalam
tubuh manusia (Suhartini dan Hidayat, 2005).
1. Protein
a) Kandungan protein ikan lebih tinggi dari protein serealia dikacang-
kacangan, setara dengan daging, sedikit dibawah telur.
b) Protein ikan sangat mudah dicerna,sehingga baik bagi balita yang
sistem pencernaannya belum sempurna orang dewasa.
c) Protein ikan mengandung berbagai asam amino dalam bentuk yang
mendekati asam amino didalam tubuh manusia. Komposisi asam
Ikan laut merupakan ikan yang hidup dan berkembang biak di air asin. Jenis
ikan air laut dibagi atas 2 kelompok, yaitu:
1) Ikan demersal
Ikan-ikan demersal tersebar di perairan dasar kontinen Sunda dan Arafura
sampai kedalaman 200 meter. Ikan-ikan demersal merupakan ikan-ikan
yang berada dan tinggal di dasar perairan atau dekat dasar, antara lain:
ikan petek, ikan kurisi, ikan layur, ikan bambangan, ikan beloso, ikan
sebelah, ikan lidah, ikan manyung, ikan gulamah, dan ikan pari. Ikan-ikan
demersal yang menempati terumbu karang antara lain jenis ikan kakap,
ikan kerapu dan udang barong.
2) Ikan pelagis
Jenis ikan pelagis dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a) Pelagis kecil, antara lain ikan kembung (Thunnus sp), ikan lemuru
(Sardinella sp), ikan layang (Decapterus sp), dan ikan cucut (Squalidae
sp). Ikan-ikan ini tersebar di seluruh perairan pantai dan pedalaman
Nusantara, khususnya ikan lemuru yang terpusat di perairan selat Bali.
b) Pelagis besar, antara lain ikan tongkol (Euthynnus sp), ikan cakalang
(Karsymonus sp), ikan marlin (Makaria sp), ikan tenggiri (Scomberomorus
sp) dan ikan layaran (Isthioporus oriental). Ikan pelagis besar tersebar di
daerah perairan ZEE di Samudera Indonesia, Laut Banda dan Samudera
Pasifik (Anjarsari,B.2010)
Kandungan zat gizi tiap 100 gram ikan gabus segar dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.2 Kandungan zat gizi ikan gabus tiap 100 gram ikan gabus segar
Daging ikan tongkol memiliki cita rasa yang enak dan memiliki
kandungan gizi yang sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi tubuh. Kandungan
gizi daging ikan tongkol per 100 gram yaitu terdiri dari air 69,40%, lemak 1,50%,
protein 21,00%, mineral 2,25%, dan karbohidrat 0,03%. Protein pada ikan tongkol
memiliki komposisi asam amino yang lengkap yang sangat diperlukan oleh tubuh
manusia (Andini, 2006).
Ikan kembung merupakan ikan air laut yang banyak pada musim dingin.
Pemanfaatan ikan kembung banyak digunakan oleh masyarakat luas karena ikan
kembung banyak mengandung Omega 3 dan Omega 6 yang baik bagi pencegahan
penyakit dan kecerdasan otak. Omega 3 dan Omega 6 termasuk dalam asam
lemak tak jenuh jamak esensial yang berguna untuk memperkuat daya tahan otot
jantung, meningkatkan kecerdasan otak, menurunkan kadar trigliserida dan
mencegah penggumpalan darah (Irmawan,2009).
Ikan kembung sebagai salah satu bahan pangan memiliki kandungan gizi
yang memenuhi sejumlah besar unsur kesehatan. Kandungan gizi ikan kembung
dan kandungan omega 3 dan omega 6 /100 g ikan kembung dapat dilihat pada
tabel berikut:
Fosfor 200,0 mg
Vitamin B1 0,05
(Sumber: Anonim,1972)
Tabel 2.4 Kandungan Omega 3 dan Omega 6 pada berbagai jenis ikan/100
g ikan
Jenis Ikan Omega 3 (gram) Omega 6 (gram)
1. Tubuh ikan mempunyai kadar air yang tinggi (80%) dan pH tubuh
mendekati netral sehingga merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri pembusuk maupun mikroorganisme lain, bahkan
lebih cepat dibandingkan dengan sumber protein hewani lain.
2. Daging ikan mengandung sedikit sekali tenunan pengikat (tendon),
sehingga sangat mudah dicerna oleh enzim autolisis. Hasil pencernaan ini
menyebabkan daging menjadi sangat lunak sehingga merupakan media
yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme.
3. Daging ikan banyak mengandung asam lemak tak jenuh yang sifatnya
sangat mudah mengalami proses oksidasi. Oleh karena itu sering timbul
bau tengik pada tubuh ikan, terutama pada hasil olahan maupun awetan
yang disimpan tanpa menggunakan antioksidan (Afrianto,1989).
Ikan mengandung protein tinggi yang terdiri atas asam amino esensial
yang tidak rusak pada waktu pemasakan. Kandungan protein pada ikan bervariasi,
tergantung kandungan lemak dan airnya. Namun secara umum, ikan mengandung
13-20% protein. Protein ini dapat membantu pertumbuhan sel otak, sehingga ikan
sering disebut makanan penunjang kecerdasan. Karena serat proteinnya lebih
pendek, protein pada ikan gampang dicerna bahkan bagi bayi sekalipun. Proporsi
protein konektifnya (kolagen) juga jauh lebih rendah dari hewan ternak, yaitu 3-
5% dari total protein. Makanya dibandingkan daging sapi, daging ikan terasa
empuk dan lebih mudah hancur saat dikunyah (Andriani dan Bambang, 2012).
Bakso merupakan salah satu produk olahan hasil ternak yang bergizi tinggi
dan banyak digemari masyarakat. Produk olahan bakso pada umumnya
menggunakan bahan baku daging dan tepung. Daging yang biasanya dipakai
adalah sapi, ayam dan ikan sedangkan tepung yang biasanya dipakai yaitu tepung
tapioka. (Kusnadi, dkk., 2012).
Dalam membuat bakso ikan, daging ikan yang baik untuk digunakan
adalah daging ikan yang segar. Sehingga daging memiliki daya ikat air yang
tinggi, dalam arti kemampuan protein daging mengikat dan mempertahankan air
tinggi sehingga menghasilkan bakso dengan kekenyalan tinggi (Prastuti, 2010).
Secara teknis pengolahan bakso ikan cukup mudah. Bila ditinjau dari
upaya kecukupan gizi masyarakat, bakso dapat dijadikan sebagai sarana yang
tepat, karena produk ini bernilai gizi tinggi dan disukai oleh semua lapisan
masyarakat (Kurniawan dan Kusrahayu, 2012).
Bakso ikan yang aman untuk dikonsumsi harus sesuai dengan syarat mutu.
Syarat mutu dan keamanan untuk bakso ikan berdasarkan SNI 7266:2014 dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2.5 Syarat Mutu dan Keamanan Bakso Ikan (SNI 7266:2014)
a. Kimia:
Kadar Air % b/b Maks. 65
Kadar Abu % b/b Maks. 2,0
Persyaratan bahan baku utama dalam pembuatan bakso ikan yaitu ikan,
ialah kesegarannya. Semakin segar ikan yang digunakan, semakin baik pula mutu
bakso yang dihasilkan. Berbagai jenis ikan yang digunakan untuk membuat bakso,
terutama ikan yang berdaging tebal dan mempunyai daya elastisitas, seperti
tenggiri, kakap, cucut, bloso, ekor kuning dan lain-lain. Selain bahan baku dari
ikan segar atau pre rigor mortis, bakso juga dapat dibuat dari produk yang sudah
setengah jadi yang dikenal dengan nama Surimi (daging ikan lumat). Penggunaan
daging pre rigor mortis bertujuan untuk menciptakan produk bakso ikan dengan
nilai sensori dan kadar proksimat yang sesuai dengan syarat mutunya. Pada fase
pre rigor mortis, kemampuan daging untuk menahan air masih tinggi sehingga
dapat menghasilkan bakso yang kenyal.
Bahan tambahan pembuatan bakso ikan ialah tapioka dan beberapa bumbu
diantaranya garam 2 – 3 %, merica 0,5 %, bawang putih 2 %, serta bumbu masak
0,75 % (bila disukai). Tepung tapioka merupakan salah satu bahan penunjang
dalam pembuatan bakso. Tepung tapioka diperoleh dari hasil ekstraksi umbi
ketela pohon (Manihot utilissima). Penambahan tepung tapioka pada pembuatan
bakso berfungsi sebagai bahan pengikat dan pengisi, untuk menambah volume
(substitusi daging), sehingga meningkatkan daya ikat air dan memperkecil
penyusutan. Penambahan garam sewaktu penggilingan bukan hanya berfungsi
sebagai bumbu atau penambah cita rasa, tetapi untuk meningkatkan kekuatan
ionik daging dan melarutkan aktomiosin sehingga terbentuk padat. Oktavia (2011)
menyatakan larutan garam sangat berpengaruh nyata terhadap kekuatan gel dan
kekompakan tekstur.
2.7 Protein
dalam protein ialah sebagai berikut: karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen 23%,
nitrogen 16%, belerang 0-3%, dan fosfor 0-3%.
Analisa protein cara Kjedahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi dan titrasi.
1. Tahap Destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga
terjadi destruksi menjadi unsure-unsurnya. Elemen karbon, hydrogen teroksidasi
menjadi CO, CO2, H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan diubah menjadi
(NH4)2SO4. Asam sulfat yang dipergunakan untuk destruksi diperhitungkan
adanya bahan protein lemak dan karbohidrat. Untuk mendestruksi 1 gram protein
diperlukan 9 gram asam sulfat, untuk 1 gram lemak perlu 17,6 gram, sedangkan 1
gram karbohidrat perlu asam sulfat sebanyak 7,3 gram. Karena lemak
memerlukan destruksi cukup lama, maka sebaiknya lemak dihilangkan dahulu
sebelum destruksi dilakukan. Asam sulfat yang digunakan minimum 10 ml (18,4
gram). Sampel yang dianalisa sebanyak 0,4-3,5 gram atau mengandung nitrogen
sebanyak 0,02-0.04 gram. Untuk cara mikro Kjedhal bahan tersebut lebih sedikit
lagi yaitu 10-30 mg.
2. Tahap Destilasi
3. Tahap Titrasi
)
) )
BAB 3
METODE PERCOBAAN
3.1.1. Alat
1. Neraca analitis - -
2. Spatula - -
3. Lemari asam - -
5. Batang pengaduk - -
7. Buret 50 ml Pyrex
3.1.2 Bahan
1. Batu didih
3. H2SO4(p)
4. Aquadest(l)
5. H3BO3(s)
6. HCl 0,1 N
7. H2O2
8. Na2S2O3
9. Etanol
cairannya bening dan setalah itu diamkan hingga mencapai suhu kamar, lalu
tambahkan aquadest sebanyak 50 ml dan Na2S2O3 sebanyak 50 ml. Kemudian
hasil destruksi tersebut, didestilasi menggunakan alat destilasi uap. Saat proses
destilasi, hasil destilat ditampung sampai volumenya mencapai 150 ml dalam
erlenmeyer yang telah berisi larutan H3BO3 4% sebanyak 25 ml. Kemudian hasil
destilat tersebut dititrasi menggunakan HCl 0,1 N sampai mengalami perubahan
warna dari kuning menjadi merah lembayung. Kemudian diulangi percobaan yang
sama.
BAB IV
Adapun hasil percobaan dari penentuan kadar protein total pada masing-
masing bakso ikan gabus, ikan kembung dan ikan tongkol dengan menggunakan
metode kjeldahl, diperoleh data kadar protein total dari masing-maisng bakso ikan
tersebut berdasarkan tabel dibawah ini:
Tabel 4.1 Kadar Protein dalam Bakso Ikan Gabus, Ikan Kembung dan Ikan
Tongkol
A B A B
4.2 Perhitungan
Dimana :
W= Berat sampel
Kadar Protein 1:
)
%N=
)
= 7,966 %
Kadar Protein 2:
)
%N=
)
= x100%
= 7,790 %
)
Jadi, rata-rata kadar protein bakso ikan gabus : ̅ =
=7,878
Kadar Protein 1:
)
x100%
)
= x100%
= 7,265 %
Kadar Protein 2:
)
%N =
)
= 7,090 %
)
Jadi, rata-rata kadar protein bakso ikan tongkol: ̅
= 7,177
Kadar Protein 1:
)
%N = x100%
)
=
= 7,528 %
Kadar Protein 2:
)
= 7,353 %
)
Jadi, rata-rata kadar protein bakso ikan kembung: ̅
= 7,440
4.3 Pembahasan
Pada penentuan kadar protein bakso ikan, metode yang digunakan untuk
analisa adalah metode Kjedahl dengan menggunakan prinsip dimana senyawa
nitrogen dilepaskan dari jaringan daging melalui destruksi menggunakan asam
sulfat pekat dengan bantuan panas pada suhu 410oC selama + 2 jam (sampai
diperoleh larutan jernih) dimana senyawa nitrogen terikat oleh sulfat membentuk
ammonium sulfat. Selanjutnya ammonium sulfat diubah menjadi garam basa
NH4OH dengan penambahan NaOH. NH4OH didestilasi menggunakan panas uap
untuk memisahkan senyawa ammonia. Ammonia yang dibebaskan ditangkap oleh
asam borat dan selanjutnya dilakukan titrasi dengan asam klorida. Penetapan
jumlah nitrogen dihitung secara stokiometri dan kadar protein diperoleh dengan
mengalikan jumlah nitrogen dengan faktor konversi.
didapat dari analisa bahwa kadar protein dari bakso ikan gabus dan ikan kembung
lebih besar dari pada bakso ikan tongkol.
Dari percobaan penentuan kadar protein pada tiga jenis bakso ikan,
dilakukan dua kali perlakukan pada masing-masing bakso ikan. Pada bakso ikan
gabus diperoleh kadar protein pada perlakuan A sebesar 7,966, pada perlakuan B
sebesar 7,790 dan rata-rata kadar protein pada bakso ikan gabus sebesar 7,878 %,
pada sampel bakso ikan tongkol diperoleh kadar protein pada perlakukan A
sebesar 7,265, pada perlakuan B sebesar 7,090 dan rata-rata kadar protein pada
bakso ikan tongkol sebesar 7,177% dan pada bakso ikan kembung diperoleh kadar
protein pada perlakukan A sebesar 7,528, pada perlakuan B sebesar 7,353 dan
rata-rata kadar protein pada bakso ikan kembung sebesar 7,440%, dimana sampel
yang dianalisis merupakan bakso yang terbuat dari ikan gabus, ikan kembung dan
ikan tongkol dan sesuai dengan data percobaan diatas kadar protein pada ketiga
jenis bakso ikan tersebut telah memenuhi standar mutu SNI 7266 tahun 2014 yang
dimana menyatakan bahwa kadar protein bakso ikan minimal 7,00 %.
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh kadar protein total dari
masing-masing bakso ikan tersebut yaitu bakso ikan gabus 7,878 %,
ikan tongkol 7,177% dan ikan kembung 7,440%.
2. Kadar protein total pada bakso ikan gabus, ikan tongkol dan ikan
kembung memenuhi SNI sesuai dengan standart mutu SNI 01-7266-
2014 yaitu kadar protein bakso ikan minimal 7,00%.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kriswantoro,M dan Y.A. Sunyoto. 1986. Mengenal Ikan Laut. Tirta raga karya.
Jakarta
Kusnadi, dkk. 2012. Daya Ikat Air, Tingkat Kekenyalan, dan Kadar Protein pada
Bakso Kombinasi Daging Sapi dan Daging Kelinci. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan. Vol.1 No. 2.
Persagi. 2005. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Persatuan Ahli Gizi
Indonesia
Suhartini, S dan Nur Hidayat. 2005. Olahan Ikan Segar. Surabaya: Trubu
Agrisarana
Wibowo. 2006. Pembuatan Bakso Ikan dan Bakso Daging. Penebar Swadaya.
Jakarta
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gamedia Pustaka Utama, Jakarta