Anda di halaman 1dari 66

POLA PERTUMBUHAN DAN FAKTOR KONDISI IKAN OSKAR

(Amphilophus citrinellus Gunther, 1864) DI PERAIRAN DANAU


TOBA, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

DEPIYANTO SITANGGANG
180805043

PROGRAM STUDI SARJANA BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
POLA PERTUMBUHAN DAN FAKTOR KONDISI IKAN OSKAR
(Amphilophus citrinellus Gunther, 1864) DI PERAIRAN DANAU
TOBA, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar


Sarjana Sains

DEPIYANTO SITANGGANG
180805043

PROGRAM STUDI SARJANA BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
PERNYATAAN ORISINALITAS

POLA PERTUMBUHAN DAN FAKTOR KONDISI IKAN OSKAR


(Amphilophus citrinellus Gunther, 1864) DI PERAIRAN DANAU TOBA,
SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2022

Depiyanto Sitanggang
180805043
PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Pola Pertumbuhan dan Faktor Kondisi Ikan Oskar


(Amphilophus citrinellus Gunther,1864) di Perairan
Danau Toba, Sumatera Utara
Kategori : Skripsi
Nama : Depiyanto Sitanggang
Nomor Induk Mahasiswa : 180805043
Program Studi : Sarjana Biologi
Fakultas : MIPA – Universitas Sumatera Utara

Disetujui di
Medan, Juli 2022

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Yurnaliza, S.Si., M. Si Prof. Dr. Ing Ternala Alexander Barus, M.Sc
NIP. 197107181999032001 NIP. 195810161987031003

i
POLA PERTUMBUHAN DAN FAKTOR KONDISI IKAN OSKAR
(Amphilophus citrinellus Gunther, 1864) DI PERAIRAN DANAU TOBA,
SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Ikan oskar (Amphilophus citrinellus) merupakan ikan asing yang di


introduksikan ke perairan Danau Toba dan dapat ditemukan di sekeliling perairan
Danau toba dan berpotensi Invasif. Penelitian ini telah dilaksanakan di perairan
Danau Toba di sekitar Ajibata, Balige, Muara, Palipi dan Tongging pada bulan
Januari 2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan dan faktor
kondisi ikan oskar dan hubungan kepadatan ikan terhadap faktor fisik kimia perairan
di perairan Danau Toba. Penentuan titik lokasi penelitian menggunakan metode
“Purposive Sampling” berdasarkan aktivitas pada sekitar danau tersebut. Analisis
data meliputi pola pertumbuhan dan faktor kondisi ikan oskar serta faktor fisik kimia
perairan. Berdasarkan hasil penelitian pada ke lima stasiun, pola pertumbuhan pada
stasiun 1,2, dan 4 bersifat allometrik positif (b>3) sedangkan pada stasiun 3 dan 5
bersifat allometrik negatif (b<3). Nilai faktor kondisi berkisar antara 1,007015-
1,025093, dengan nilai tersebut maka ikan termasuk nilai K< 2 menyatakan tubuh
ikan tergolong kurang pipih. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya pengaruh yang
sangat kuat yaitu suhu, kekeruhan, fosfat dan intensitas cahaya terhadap kepadatan
ikan oskar.

Kata Kunci : Danau Toba, ikan oskar, pola pertumbuhan, faktor kondisi,

ii
GROWTH PATTERN AND CONDITION FACTOR OF OSKAR FISH
(Amphilophus citrinellus Gunther, 1864) IN LAKE TOBA, NORTH
SUMATERA

ABSTRACT

Oscar fish (Amphilophus citrinellus) is a foreign fish that was introduced into
the waters of Lake Toba and can be found around the waters of Lake Toba and has
the potential to be invasive. This research was carried out in the waters of Lake Toba
around Ajibata, Balige, Muara, Palipi and Tongging in January 2022. This study
aims to determine the growth pattern and condition factors of Oscar fish and the
relationship of fish density to physical and chemical factors in the waters of Lake
Toba. Determination of research location points using the "Purposive Sampling"
method based on activities around the lake. Data analysis includes growth patterns
and condition factors of Oscar fish as well as physical and chemical factors of the
waters. Based on the results of the research at the five stations, the growth pattern at
stations 1, 2, and 4 was allometric positive (b>3) while at stations 3 and 5 was
allometric negative (b<3). The value of the condition factor ranged from 1.007015-
1.025093, with this value, the fish, including the value of K < 2, stated that the fish
body was classified as less flat. The results of the correlation test showed that there
was a very strong influence, namely temperature, turbidity, phosphate and light
intensity on the density of Oscar fish.

Keywords : Lake Toba, oscar fish, growth pattern, condition factor

iii
PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang
berjudul ‘‘Pola Pertumbuhan dan Faktor Kondisi Ikan Oskar (Amphilophus
citrinellus Gunther, 1864) di Perairan Danau Toba, Sumatera Utara’’.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga


kepada kedua orangtua, Ayahanda M. Sitanggang (+) dan Ibunda Tiurma Hutajulu
dan kakak abang saya, Erlina Sitanggang, Kasbadin Sitanggang, Rudianry
Sitanggang, Willly Sitanggang, atas segala kasih sayang, doa, dukungan serta
motivasi yang tak henti diberikan kepada penulis yang telah memberi kasih sayang,
mendoakan dan memotivasi penulis hingga saat ini.
Selesainya hasil penelitian ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh
karena itu, dengan rasa penuh hormat, tulus dan ikhlas penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ing Ternala Alexander
Barus, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan yang begitu
banyak baik materil, masukan, bimbingan, serta arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan penelitian serta penyempurnaan hasil ini, semoga Allah melimpahkan
rahmat-Nya atas kebaikan beliau. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ibu
Mayang Sari Yeanni, S.Si, M.Si dan Ibu Dra. Deny Supriharti, M.Sc selaku dosen
penguji yang telah membantu dan memberikan saran dan masukan dalam
penyempurnaan penulisan hasil penelitian ini.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Yurnaliza, S.Si, M.Si
selaku Ketua Progam Studi Biologi dan Bapak Riyanto Sinaga, S.Si, M.Si. selaku
sekretaris Progam Studi Biologi FMIPA USU, Bapak Prof. Dr. Ing Ternala
Alexander Barus, M.Sc selaku dosen penasehat akademik, serta seluruh staff dosen
Biologi FMIPA USU maupun pegawai yang telah memberikan ilmu yang tak
terhingga di kampus, laboratorium maupun di lapangan.
Terimakasih penulis sampaikan kepada tim lapangan Krisdayanti Sitohang ,
bang Doni, bang Edu dan bang Roy yang telah banyak membantu peneliti di
lapangan maupun dalam penyusunan hasil penelitian. Terimakasih penulis

iv
sampaikan kepada laboratorium Shafera Environment beserta staff yang telah
banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan penulisan hasil penelitian ini. Dan
juga EKOPER 18 (Okana, Enike, Tia, dan Risdayanti), TRANSPOSON dan
PKBKB USU yang memberi semangat, bantuan, Doa, dan motivasi kepada penulis
dalam pengerjaan hasil penelitian ini.
Terimakasih kepada seluruh rekan yang tidak tersebut namanya. Penulis
menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Penulis sangat mengharapkan hasil penelitian ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan hasil penelitian ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan hasil penelitian ini. Semoga
hasil ini bermanfaat bagi kita semua amin. Demikian yang dapat penulis sampaikan,
atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2022

Depiyanto Sitanggang

v
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR SINGKATAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Ekosistem Danau 3
2.2 Danau Toba 3
2.3 Ikan Oskar (Amphilophus citrinellus) 5
2.3.1 Morfologi Ikan 6
2.4 Pertumbuhan dan Faktor Kondisi 6
2.5 Faktor Fisika-Kimia Perairan 7
2.5.1 Dissolved Oxigen (DO) 7
2.5.2 Biochemical Oxigen Demand (BOD) 8
2.5.3 Temperatur 8
2.5.4 Ph 9
2.5.5 Intensitas Cahaya 9
2.5.6 Penetrasi Cahaya 10
2.5.7 Nitrat dan Fosfat 11
2.5.8 Kejenuhan Oksigen 11

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat 12
3.2 Deskripsi Area 12
3.2.1 Stasiun 1 12
3.2.2 Stasiun 2 13
3.2.3 Stasiun 3 13
3.2.4 Stasiun 4 14
3.2.5 Stasiun 5 14
3.3 Metode Penelitian 14
3.3.1 Metode Jaring 14
3.3.2 Pengukuran Panjang Bobot Ikan 15

vi
3.4 Pengukuran Faktor Fisik-Kimia Perairan 15
3.4.1 Dissolved Oxigen (DO) 15
3.4.2 Biochemical Oxigen Demand (BOD) 15
3.4.3 Temperatur 15
3.4.4 pH 15
3.4.5 Intensitas Cahaya 16
3.4.6 Kekeruhan (NTU) 16
3.4.7 Penetrasi Cahaya 16
3.4.8 Kadar Nitrat 16
3.4.9 Kadar Fosfat 16
3.4.10 Kejenuhan Oksigen 16
3.5 Analisis Data 17
3.5.1 Pola Pertumbuhan Ikan 17
3.5.2 Faktor Kondisi 17
3.5.3 Kepadatan Populasi 18
3.5.4 Analisis Korelasi 18

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Pola Pertumbuhan Ikan 19
4.2 Hubungan Panjang-Bobot Ikan 20
4.3 Kepadatan Ikan Oskar 25
4.4 Faktor Kondisi 26
4.5 Faktor Fisik Kimia Perairan 26
4.5.1 DO (Dissolved Oxigen) 26
4.5.2 pH 27
4.5.3 Suhu 27
4.5.4 Penetrasi Cahaya 28
4.5.5 Intensitas cahaya 28
4.5.6 Kekeruhan 28
4.5.7 BOD5 29
4.5.8 Nitrat (NO3) 29
4.5.9 Fosfat (PO4) 30
4.6 Analisis Korelasi Pearson 31

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 32
5.2 Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN 37

vii
DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman


3.1 Parameter dan metode pengukuran faktor fisika- 16
kimia.
4.1 Nilai b dan Pola Pertumbuhan Ikan 19
4.2 Hubungan Panjang Bobot Ikan 20
4.3 Kepadatan Ikan Oskar 25
4.4 Faktor Kondisi Ikan Oskar (Amphilophus 26
citrinellus)
4.5 Faktor Fisik-Kimia Perairan 26
4.6 Analisis Korelasi Pearson 31

viii
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


2.1 Ikan Oskar (Amphilophus citrinellus) 6
3.1 Stasiun 1. Perairan Ajibata 12
3.2 Stasiun 2. Perairan Balige 13
3.3 Stasiun 3. Perairan Muara 13
3.4 Stasiun 4. Perairan Palipi 14
3.5 Stasiun 5. Perairan Tongging 14
4.1 Hubungan Panjang-Bobot Ikan pada Stasiun 1 20
4.2 Hubungan Panjang-Bobot Ikan pada Stasiun 2 21
4.3 Hubungan Panjang-Bobot Ikan pada Stasiun 3 22
4.4 Hubungan Panjang-Bobot Ikan pada Stasiun 4 23
4.5 Hubungan Panjang-Bobot Ikan pada Stasiun 5 24

ix
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman
lampiran
1 Peta Lokasi Penelitian 36
2 Poto Kerja 37
4 Bagan Kerja Mengukur BOD5 38
5 Bagan Kerja Menganalisis Nitrat (NO3) 38
6 Bagan Kerja Menganalisis Fosfat (PO4) 39
7 Hasil Uji Pengukuran BOD5, Nitrat dan Fosfat 40
8 Analisis Data Hubungan Panjang-Bobot Ikan 42
9 Analisis Kepadatan Ikan 52

x
DAFTAR SINGKATAN

DO = Dissolved Oxygen
BOD = Biologycal Oxygen Demand
pH = Potencial Of Hydrogen
ATP = Adenosine Triphosfate
ADP = Adenosine Diphosphate
LU = Lintang Utara
BT = Bujur Timur

xi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perairan daratan Indonesia memiliki kekayaan jenis ikan air tawar yang tinggi
sebagai sumber plasma nuftah. Perairan Indonesia memiliki kekayaan plasma nuftah
ikan yang sangat beragam, mencapai 25% dari jumlah jenis ikan yang ada di dunia.
Daratan Indonesia yang meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi dihuni
oleh lebih dari 1000 jenis ikan (Kartamihardja et al., 2009). Danau toba merupakan
salah satu sumber plasma nuftah dengan beragam ikan salah satunya adalah ikan
oskar (Amphilhopus citrinellus). Ikan oskar ini hidup hampir disekeliling perairan
Danau Toba dan merupakan salah satu ikan introduksi yang berpotensi invasif di
perairan Danau Toba.
Ikan oskar (Amphilophus citrinellus) berasal dari wilayah Amerika Tengah
dan sebagian dari Asia. Di beberapa daerah indonesia namanya berbeda beda antara
lain ikan oskar, setan merah, lohan merah dan ikan nonong. Ikan ini masuk kedalam
perairan umum melalui introduksi yang tidak disengaja atau lolos dari keramba
jaring apung yang terbawa dengan bersamaan dengan benih yang ditebar. Menurut
Umar et al (2015), Ikan ini didatangkan dari malasya dan singapura sekitar tahun
1990-an dan masuk keperairan umum daratan di indonesia diperkirakan tahun 1995
di Waduk Jatiluhur, di Waduk Sermo tahun 1995, Waduk Kedung Ombo sekitar
tahun 2000, di Danau Sentani Papua sekitar tahun 2005 (Umar, 2015), dan masuk ke
Danau Toba diperkirakan pada tahun 2016 dan berkembang pesat sampai sekarang
(Dina et al, 2017). Ikan oskar dapat memijah sepanjang tahun dengan berbagai
karakteristik habitat pada musim penghujan maupun kemarau. Karakter pemijahan
yang demikian diduga menjadi salah satu alasan peningkatan populasi ikan oskar di
perairan Danau Toba.
Danau Toba sebagai habitat berbagai jenis organisme air, salah satunya ikan
oskar yang merupakan ikan introduksi baru yang berpotensi invasif di perairan
Danau Toba. Sampai saat ini data mengenai pola pertumbuhan dan faktor kondisi
ikan oskar di perairan Danau Toba belum ada diperoleh. Oleh karena itu, perlu
2

dilakukan penelitian terkait bagaimana pola pertumbuhan dan faktor kondisi ikan
oskar di Danau Toba khususnya perairan Ajibata, Balige, Muara, Palipi dan
Tongging.

1.2 Permasalahan
Perairan Danau Toba merupakan sumber daya alam hayati yang tinggi dilihat
dari biodiversitas biota air. Perairan Danau Toba sebagai habitat berbagai jenis biota
air, Salah satunya ikan oskar sebagai ikan asing baru dan berpotensi invasif di
perairan Danau Toba. Adanya permasalahan ini, maka perlu dilakukan penelitian
tentang pola pertumbuhan dan faktor kondisi dan faktor fisika-kimia perairan
berdampak bagi perkembangan dan pertumbuhan ikan oskar di Perairan Danau Toba.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini yaitu :
1. Menganalisis pola pertumbuhan ikan dan faktor kondisi ikan oskar
(Amphilophus citrinellus) di Perairan Danau Toba
2. Menganalisis Hubungan Kepadatan ikan oskar (Amphilophus citrinellus)
dengan faktor fisik-kimia perairan di Perairan Danau Toba

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi ilmiah
mengenai pola pertumbuhan dan faktor kondisi ikan oskar (Amphilophus citrinellus)
di perairan Danau Toba, Sehingga diharapkan masyarakat berupaya menjaga dan
melestarikan ekosistem perairan danau dan juga sebagai informasi dan acuan untuk
penelitian selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Danau


Perairan disebut danau apabila perairan itu dalam dengan tepi yang umumnya
curam. Air danau pada umumnya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air hanya
berkembang pada daerah pinggir saja. Berdasarkan pada proses terjadinya danau
dikenal danau tektonik (terjadi akibat gempa) dan danau vulkanik (akibat aktivitas
gunung berapi). Danau tektonik kebanyakan sangat dalam sedangkan danau vulkanik
biasanya memiliki sumber air atau gas panas didasar danau. Zonasi danau dapat
dibedakan mejadi beberapa bagian yaitu Benthal merupakan zona substrat dasar yang
dibagi mejadi zona litoral (dapat ditembus cahaya matahari) dan zona profundal
(tidak dapat ditembus cahaya matahari), Zona pelagial yaitu zona perairan bebas
sampai wilayah tepi yang merupakan habitat nekton dan plankton, dan Zona pleustal,
yaitu zona pada permukaan air yang merupakan habitat kelompok neuston dan
pleuston (Barus, 2020)

2.2 Danau Toba


Danau Toba adalah danau terbesar di Indonesia, memiliki luas sekitar 1.124
km2 dan waktu tinggal air mencapai 81,24 tahun, dengan posisi geografis pada
98°31’2’’- 98°9’14’’Bujur Timur dan 2°19’15’’- 2°54’2’’ Lintang Utara (Lukman
dan Ridwansyah, 2010). Danau ini adalah bagian dari tujuh wilayah kabupaten, yaitu
Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Toba, Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang
Hasundutan (Rustini et al, 2014).
Danau Toba banyak dimanfaatkan untuk berbagai macam aktivitas
manusia, Pemanfaatan manusia di sekitar perairan Danau Toba telah
didokumentasikan dalam bentuk pemukiman pemukiman, pariwisata, keramba jaring
apung untuk budidaya, kegiatan pertanian, dan transportasi air. Beban fosfor sebesar
570,33 ton/tahun memasuki perairan Danau Toba sebagai beban pencemaran yang
sangat besar yang dikondisikan oleh aktivitas antropogenik, yang menimbulkan
risiko terhadap status trofik danau. Pada tahun 1992, ketika aktivitas manusia masih
4

terbatas dalam memanfaatkan wilayah periaran Danau Toba, danau masih tergolong
oligotrofik (miskin nutrisi) dengan penetrasi mencapai 22 m. Keramba jaring apung
didirikan pada tahun 1988 dan dikelola oleh masyarakat setempat dan pihak swasta.
Sejak saat itu, kegiatan perikanan meningkat disekitaran Danau Toba (Barus et al,
2022). Aktivitas aktivitas tersebut berpotensi memberikan masukan baik berupa
bahan organik maupun anorganik kedalam perairan. Bahan organik yang masuk
kedalam perairan mengalami proses penguraian yang akan menghasilkan unsur hara.
Bahan organik merupakan faktor yang sangat berpotensi memengaruhi dinamika
fitoplankton melalui peningkatan variabilitas kekeruhan dan juga bahan organik
dapat menyebabkan eutrofikasi. Beberapa indikasi terjadinya eutrofikasi di Danau
Toba adalah peningkatan unsur hara fosfat dan perubahan kesuburan tanah. Diantara
penyebab terjadinya eutrofikasi di Danau Toba diduga berasal dari adanya aktivitas
budidaya ikan di KJA dan pencemaran limbah domestik. Salah satu dampak
eutrofikasi adalah dapat memengaruhi keberadaan fitoplankton di perairan (Rahman
et al., 2016)
Danau Toba banyak tumbuh berbagai jenis tumbuhan air, khususnya eceng
gondok. Hal ini terjadi akibat proses eutrofikasi (penghayaraan) yang merupakan
suatu gejala peningkatan unsur hara, terutama unsur fosfor dan nitrogen dalam
ekosistem air. Kondisi kualitas Danau Toba telah mengalami degradasi terutama
pada lokasi danau yang banyak terkena pembuangan limbah dari berbagai aktivitas
manusia. Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan di Ekosistem Danau Toba
menunjukkan bahwa populasi plankton di Danau Toba sangat rendah. Komunitas
plankton merupakan dasar dari terbentuknya suatu rantai makanan, oleh sebab itu
plankton memegang peranan yang penting dalam suatu ekosistem danau. Dengan
demikian maka dapat dimaklumi bahwa keanekaragaman ikan di Danau Toba juga
tidak terlalu tinggi (Barus, 2020).
Danau Toba yang merupakan suatu ekosistem air telah banyak mengalami
perubahan terutama akibat dari berbagai aktivitas manusia yang terdapat disekitar
ekosistem air ini. Permasalahan utama yang dialami ekosistem danau toba adalah
penurunan kualitas air akibat dari berbagai limbah yang dibuang kedalam danau
sehingga menimbulkan pencemaran. Hal ini terutama dapat dilihat dikawasan sekitar
Parapat dan Balige (Barus, 2004)
5

2.3 Ikan oskar (Amphilophus citrinellus)


Ikan oskar (Amphilopus citrinellus) berasal dari wilayah amerika tengah dan
sebagian dari asia. Ikan ini masuk ke indonesia sebagai ikan hias dan harganya cukup
mahal. Ikan ini telah berhasil dikembang biakkan di aqurium lokal, selain karena
mudah berkembang biak, juga mudah berdaptasi dengan lingkungan sekitar. Ikan ini
sebagai ikan pemangsa dan sangat rakus, sehingga keberadaanya sangat menggangu
kehidupan ikan lainnya yang memiliki nilai ekonomis dalam suatu perairan. Ikan ini
masuk kedalam perairan umum melalui introduksi yang tidak disengaja atau lolos
dari keramba jaring apungyang terbawa dengan bersamaan dengan benih yang
ditebar.
Ikan red devil awal mulanya merupakan ikan hias yang bukan asli indonesia.
Ikan ini didatangkan dari malasya dan singapura sekitar tahun 1990-an dan masuk
keperairan umum daratan di indonesia diperkirakan tahun 1995 diwaduk jatiluhur.
Diwaduk sermo tahun 1995 melalui penebaran pada saat peresmian waduk, kedung
ombo sekitar tahun 2000, didanau sentani papua sekitar tahun 2005, dan berkembang
pesat sampai sekarang (Umar, 2015). Pelepasan ikan ini keperairan, umumnya tanpa
dilakukan pengkajian terlebih dahulu, yang mana akibat dari penebaran, ikan ini
tumbuh dengan cepat dan melimpah dan mendominasi perairan tersebut. Hal inilah
yang menyebabkan ikan ini menjadi invasif karena mendominasi dan bahkan
memakan ikan ikan kecil yang merupakan ikan asli atau ikan yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi (Umar, 2015). Walaupun tingginya kelimpahan ikan ini, tapi
harganya relatif rendah dan tidak disukai masyarakat nelayan di daerah Ajibata
harganya Rp. 7000/’kg, Balige Rp. 10.000/kg dan Palipi relatif tinggi sekitar Rp.
15.000 - Rp.25.000 per kilogramnya yang artinya cukup disenangi oleh masyarakat
dan nelayan.
Ikan oskar mampu memijah sepanjang tahun di berbagai tipe karakteristik
habitat dengan puncak pemijahan pada saat musim kemarau (Juli-September) dan
penghujan (Desember-Februari). Ikan dari genus Amphilophus bersifat agresif dalam
mempertahankan daerah pemijahan dan melindungi anakanya (Lehtonen et al, 2010).
Karakter pemijahan yang demikian diduga menjadi salah satu alasan peningkatan
populasi ikan oskar. Makanan dari jenis ikan ini adalah ikan ikan kecil, moluska,
6

larva serangga, cacing dan organisme-organisme yang hidup didasar perairan


(Dewantoro, 2016)
Sistematika ikan oskar (Amphilophus citrinellus Gunther 1864) berdasarkan
taksonomi adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Cichilidae
Genus : Amphilophus
Spesies : Amphilophus citrinellus

Gambar 2.1 Ikan Oskar


2.3.1 Morfologi Ikan Oskar
Ikan oskar atau ikan red devil adalah ikan dengan tubuh pipih mirip ikan nila
(O. niloticus) berwarna dominan oranye kemerahan, pada sebagian kecil hasil
tangkapan ikan tubuh memiliki corak hitam. Bibir bagian atas menebal. Pada ikan
dewasa terdapat tonjolan dibagian kepala. Sisik pada tubuhnya keras dan bertekstur
kasar. Tergolong ikan karnivora dengan ciri tipe gigi canine yang tajam dan gigi tipe
molariform serta memiliki perbandingan panjang tubuh dengan panjang usus adalah
1,5 :1 (Sihombing, 2021).

2.4 Pertumbuhan dan Faktor Kondisi Ikan


Pertumbuhan secara umum adalah pertambahan ukuran baik panjang maupun
bobot ikan dalam waktu tertentu. Dengan mengetahui dan menganalisis hubungan
panjang dan bobot ikan, dapat diketahui kecepatan pertumbuhan, kondisi biologis
berupa kapasitas untuk bereproduksi. Kadar lemak dalam tubuh ikan juga sangat
berpengaruh terhadap faktor kondisi dan variasi nilai faktor kondisi juga tergantung
pada makanan, umur, jenis kelamin dan tingkat kematangan gonadnya (Melianawati,
2009) .
Pola pertumbuhan yang berbeda tergantung pada kondisi lingkungan
organisme tersebut hidup, serta tersedianya makanan yang dapat dimanfaatkan untuk
menunjang kelangsungan hidup dan pertumbuhan dari organisme ikan. Makanan
7

merupakan faktor yang lebih penting dari pada suatu perairan untuk pertumbuhan
ikan didaerah trofik. Keberhasilan mendapatkan makanan dan pertama kali ikan
matang gonad dapat menentukan dan mempengaruhi pertumbuhan. Faktor kondisi
merupakan suatu cara untuk mengetahui keadaan atau kemontokan ikan yang
dinyatakan dalam angka angka berdasarkan panjang dan berat. Faktor kondisi yang
tinggi pada ikan menunjukkan ikan dalam perkembangan gonad, sedangkan faktor
kondisi yang rendah menunjukkan ikan kurang dalam mendapatkan asupan makanan
(Aisyah, 2017). Faktor kondisi juga akan berbeda tergantung jenis kelamin ikan,
musim atau lokasi penangkapan. Perbedaan laju pertumbuhan ikan dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal yang terdiri dari faktor genetik yang secara
langsung membatasi ukuran maksimum ikan dan ukuran tubuh ikan (Laila, 2018).
Pertumbuhan ikan sering kali dikaitkan dengan berbagai kondisi lingkungan,
seperti makanan, kompetisi , predasi, dan berbagai pengaruh lingkungan seperti suhu
permukaan, level trofik dan lainnya. Pengaruh ini terefleksi pada kondisi
pertumbuhan ikan. Jika pertumbuhan baik,biasanya kana menghasilkan ikan dengan
pertumbuhan panjang dan berat yang baik pula. Salah satu hal yang penting bagi
pertumbuhan ialah faktor kondisi atau sering disebut pula faktor K. faktor kondisi ini
menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival
dan bereproduksi (Yonvitner et al, 2020).

2.5 Faktor fisika-Kimia Perairan


Kondisi fisika kimia dapat menggambarkan mutu atau kualitas lingkungan
perairan pada saat tertentu. Interaksi antara sifat fisika-kimia dan biologi yang ada
diperairan menentukan kemampuan perairan tersebut untuk mendukung kehidupan
yang ada didalamnya. Interaksi tersebut berpengaruh terhadap jumlah, komposisi,
keanekaragaman jenis, produktivitas dan keadaan fisiologi organisme perairan.

2.5.1 Dissolved Oxigen (DO)


Oksigen terlarut merupakan jumlah mg/l gas O2 yang terlarut dalam air.
Ketersediaan oksigen terlarut sangat dibutuhkan untuk menunjang kehidupan
organisme (Kurniasih, 2008). Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat
penting didalam ekosistem air, terutama sekali dibutuhkan untuk respirasi bagi
8

sebagian organisme air. Pengaruh oksigen terlarut terhadap fisiologis organisme air
terutama adalah dalam proses respirasi. Nilai oksigen terlarut diperairan sebaiknya
berkisar 6-8 mg/l, sehingga dapat mendukung kehidupan organisme air secara
optimal (Barus, 2020). Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan
kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar
oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan organik
dan anorganik (Mainassy, 2017).

2.5.2 Biochemical Oxigen Demand (BOD)


Kebutuhan oksigen biologi (BOD) adalah banyaknya oksigen yang
diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik pada kondisi aerobik.
Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh
organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari dari proses oksidasi.
Dalam respirasi, bahan organik dioksidasi dengan menghasilkan air, karbon dioksida
dan energi. pada waktu siang hari proses fotosintesis dan respirasi berjalan secara
bersama sama. Pada malam hari hanya proses respirasi yang berlangsung, sehingga
konsentrasi oksigen terlarut dalam air turun sedangkan konsentrasi karbon dioksida
naik. Nilai BOD yang tinggi tidak baik untuk pertumbuhan organisme air (Sellang,
2020).

2.5.3 Temperatur
Suhu memegang peranan penting dalam mempengaruhi laju pertumbuhan
organisma air tawar. Suhu air dapat mempengaruhi terhadap sistem kerja enzim dan
derajat metabolisme ikan (Kurniasih, 2008). Suhu sangat mempengaruhi keberadaan
ikan. Apabila suhu terlalu tinggi maka akan menimbulkan kondisi stress pada ikan.
Peningkatan suhu juga dapat meningkatkan laju metabolisme hewan air (Mainassy,
2017). Akibat meningkatnya laju metabolisme, akan menyebabkan konsumsi oksigen
meningkat, sementara dilain pihak dengan naiknya temperatur akan menyebabkan
kelarutan oksigen dalam air berkurang. Hal ini dapat menyebabkan organism air
akan mengalami kesulitan untuk melakukan respirasi. Temperatur juga
mempengaruhi laju pertumbuhan ikan, masa hidup ikan, dan frekuensi denyut
jantung (Barus , 2020)
9

2.5.4 pH
Derajat keasaman atau pH air menunjukkan aktivitas ion hydrogen dalam
larutan dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hydrogen (dalam mol per liter). Pada
suhu tertentu pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena
mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan berkurang produktif,
bahkan malah membunuh ikan. Pada pH rendah kandungan oksigen terlarut akan
berkurang. Akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas pernapasan naik, dan
selera makan akan menurun (Kordi, 2010).
Kondisi perairan yang bersifat asam dan basa akan membahayakan
kelangsungan hidup organisme, karena akan mengakibatkan terjadinya gangguan
metabolisme dan respirasi. Batas toleransi organisme terhadap pH bervariasi dan
pada umumnya sebagian besar organisme akuatik sensitive terhadap perubahan pH
(Mainassy, 2017). Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan
mobilitas berbagai senyawa logam berat terutama ion aluminium yang bersifat
toksik, semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup
organisme air. Sedangkan pH yang tinggi akan menyebabkan keseimbangan antar
ammonium dan amoniak dalam air akan terganggu. Kenaikan pH diatas netral akan
meningkatkan konsentrasi amoniak yang juga bersifat toksik bagi organisme (Barus,
2020)

2.5.5 Intensitas cahaya


Faktor cahaya matahari yang masuk kedalam air akan mempengaruhi sifat
sifat optis dari air. Dengan bertambahnya kedalaman lapisan air intensitas cahaya
tersebut akan mengalami perubahan yang signifikan baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Vegetasi yang ada disepanjang aliran air juga dapat mempengaruhi
intensitas cahaya yang masuk kedalam air, karena tumbuh-tumbuhan tersebut juga
mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi cahaya matahari. Bagi organisme air,
intensitas cahaya matahari berfungsi sebagai alat orientasi yang akan mendukung
kehidupan organisme tersebut dalam habitatnya. Pada lapisan dasar, warna air akan
berubah menjadi hijau kekuningan, karena intensitas dari warna ini lebih baik
ditransmisikan dari dalam air sampai lapisan dasar air (Barus, 2020).
10

2.5.6 Penetrasi cahaya


Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai kedasar perairan
dipengaruhi oleh kekeruhan air. Kekeruhan air dipengaruhi oleh benda benda halus
yang disuspensikan, seperti lumpur,adanya jasad renik (plankton) dan warna air.
Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan , dapat mengetahui sejauh mana masih
ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air serta lapisan lapisanyang tidak
keruh, agak keruh dan paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak
terlampau jernih pula baik untuk kehidupan ikan (Kordi, 2010). Penetrasi cahaya
yang tidak optimal dapat mengganggu proses fotosintesis fitoplanktondan
menghambat pertumbuhan serta mengurangi biomassanya (Samudra et al., 2013).

2.5.7 Nitrat (NO3) dan Fosfat (PO4)


Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen diperairan alami dan merupakan
nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Tanaman air dan fitoplankton
lebih mudah menggunakan nitrogen dalam bentuk nitrat, maka semua nitrogen baru
tersedia jika sudah dalam berbentuk nitrat. Pembentukan nitrat sangat bergantung
pada adanya oksigen dalam proses oksidasi oleh bakteri Nitrobacter yang bertugas
mengubah nitrit menjadi nitrat secara aerob. Nitrat dapat terbentuk karena tiga
proses, yakni badai listrik, organisme pengikat nitrogen, dan bakteri yang
menggunakan amoniak. Nitrat merupakan sumber nitrogen bagi tumbuhan yang
selanjutnya dikonversi menjadi protein (Warman, 2015)
Nitrit biasanyaditemukan dalam jumlah sangat sedikitdi perairan alami
karena sifatnya tidak stabil. Reaksinya dengan oksigen akan merubah nitrit menjadi
nitrat, sedangkan pada perairan anaerob nitrit dapat berubah menjadi ammonia
(Kurniasih, 2008). Amonia dalam air berasal dari perombakan bahan bahan organik
dan pengeluaran metabolisme ikan. Bila proses lanjut pembusukan (nitrifikasi) tidak
berlangsung lancar maka terjadi pembusukan ammonia sampai pada konsentrasi
yang membahayakan ikan ( Kordi, 2010).
Fosfor bersama dengan nitrogen sangat berperan dalam proses terjadinya
eutrofikasi di suatu ekosistem perairan. Peningkatan unsur fosfor dalam air akan
meningkatkan populasi alga secara massal yang dapat menimbulkan eutrofikasi
11

dalam ekosistem air. Dalam ekosistem fosfor akan membentuk suatu rangkaian
interaksi yang kompleks yang disebut siklus fosfor (Barus, 2020)

2.5.8 Kejenuhan Oksigen


Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari
udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara, dan proses fotosintesis.
Pengaruh oksigen terlarut terhadap fisiologis organisma air terutama adalah dalam
proses respirasi. Berbeda dengan faktor temperatur yang mempunyai pengatuh yang
merata terhadap fisiologis semua organisma ikan. Kecenderungan organisma air
untuk dapat bertahan pada kondisi oksigen yang rendah sangat dipengaruhi oleh
temperatur. Nilai oksigen terlarut yang optimal dan nilai temperatur yang optimal
bagi kehidupan organisma air akan menghasilkan kejenuhan oksigen yang
maksimum dalam perairan. Dalam kondisi seperti ini dapat disimpulkan bahwa
kualitas perairan tersebut cukup bersih (Barus, 2020).
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2022 s/d Februari di Perairan
Danau Toba, Sumatera Utara yaitu di Perairan Ajibata, Balige, Muara, Palipi dan
Tongging. Identifikasi ikan dilakukan di Laboratorium PSDAL Biologi Universitas
Sumatera Utara. Dan analisa faktor fisik-kimia air dilakukan di Laboratorium
Shafera Enviro Medan Tuntungan, Sumatera Utara.

3.2 Deskripsi Area


Penelitian ini dilakukan dengan penentuan titik lokasi pengambilan sampel
dengan metode “Purposive Sampling” yaitu dengan menentukan 5 stasiun
pengambilan sampel berdasarkan daerahnya, yaitu Stasiun 1 Perairan Ajibata (daerah
dekat muara sungai), Stasiun 2 Perairan Balige (daerah dekat pemukiman warga),
Stasiun 3 Perairan Muara (daerah alami), Stasiun 4 Perairan Palipi (daerah dekat
pertanian warga), dan Stasiun 5 Perairan Tongging (daerah jauh pemukiman warga)

3.2.1 Stasiun 1
Stasiun ini terletak di Perairan Danau Toba sekitar Ajibata, Kecamatan
Ajibata kabupaten Toba, secara geografis terletak pada N; 02° 39’11,9” dan E;
98°56’07,4”. Daerah ini dekat dengan muara sungai.

Gambar 3.1. Stasiun 1. Perairan Ajibata


13

3.2.2 Stasiun 2
Stasiun ini terletak di Perairan Danau Toba sekitar Balige, Kecamatan Balige,
Kabupaten Toba, secara geografis terletak pada N;02° 20’29,7” dan E;099° 03’47”.
Daerah ini dekat dengan pemukiman warga.

Gambar 3.2. Stasiun 2 Perairan Balige

3.2.3 Stasiun 3
Stasiun ini terletak di Perairan Danau Toba sekitar Muara Huta lottung,
Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, secara geografis terletak pada N;02°
20’24,7” dan E;0,98° 52’14,5”. Daerah ini jauh dari pemukiman warga.

Gambar 3.3. Stasiun 3. Perairan Muara Huta Lottung

3.2.4 Stasiun 4
Stasiun ini terletak di Perairan Danau Toba sekitar Simbolon Purba Palipi,
Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir. secara geografis terletak pada N;02°
30’25,32” dan E; 98°46’47”. Daerah ini dekat pertanian warga.
14

Gambar 3.4. Stasiun 4 Perairan Palipi

3.2.5 Stasiun 5
Stasiun ini terletak di Perairan Danau Toba sekitar Tongging, Kecamatan
Merek Kabupaten Karo. Secara geografis terletak pada N;02° 53’42,81” dan E; 98°
31’26,29”. Daerah ini jauh dari pemukiman warga..

Gambar 3.5. Stasiun 5 Perairan Tongging

3.3 Metode Penelitian


3.3.1 Metode Jaring
Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan menggunakan jaring sebanyak 3
kali ulangan pada pukul 18.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB. Jaring yang digunakan
berukuran 100 x 5 meter dengan mata jaring 3x3 cm. Ikan hasil tangkapan
dimasukkan kedalam plastik berukuran 10 kg berisi alkohol 70% untuk selanjutnya
di identifikasi dan dilakukan pengukuran panjang dan bobot ikan
15

3.3.2 Pengukuran Panjang Bobot Ikan


Pengukuran panjang dilakukan dengan mengukur panjang ikan mulai dari
ujung terdepan bagian kepala sampai ujung terkahir bagian ekor menggunakan alat
pengukur (mm). Pengukuran bobot ikan dilakukan dengan membersihkan ikan
dahulu dari kotoran yang menempel pada tubuhnya,kemudian ditimbang
menggunakan timbangan digital dan dicatat angka gram yang terlihat pada alat
timbang.

3.4 Pengukuran Faktor Fisik-Kimia Perairan


3.4.1 Dissolved Oxigen (DO)
Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan menggunakan DO meter YSI
Multiprobe. DO meter dimasukkan kedalam badan air dan dibiarkan beberapa saat ,
kemudian dibaca hasil yang terdapat pada skala DO meter tersebut dan dicatat
hasilnya.

3.4.2 BOD5
Pengukuran BOD5 dilakukan dengan metode winkler dan inkubasi. Sampel
air yang diambil dari perairan dimasukkan dalam botol winkler, kemudian di
inkubasi selama 5 hari pada suhu 20°C. Setelah 5 hari dihitung kadar BOD5 dengan
cara mengurangkan DO awal dengan DO akhir.

3.4.3 Suhu
Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan DO meter YSI Multiprobe.
DO meter dimasukkan kedalam badan air dan dibiarkan beberapa saat , kemudian
dibaca hasil yang terdapat pada skala DO meter tersebut dan dicatat hasilnya

3.4.4 pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan DO meter YSI Multiprobe.
DO meter dimasukkan kedalam badan air dan dibiarkan beberapa saat , kemudian
dibaca hasil yang terdapat pada skala DO meter tersebut dan dicatat hasilnya
16

3.4.5 Intensitas cahaya


Pengkuran intensitas cahaya dilakukan dengan menggunkan lux meter,
dengan cara lux meter diletakkan pada daerah dengan intensitas cahaya maksimum
disetiap stasiun, dibiarkan beberapa saat dan dicatat hasilnya.

3.4.6 Kekeruhan (NTU)


Pengukuran kekeruhan dilakukan dengan menggunakan Turbidity meter.
dengan cara mengambil sampel air dan dimasukkan dalam Turbidity meter dan
dicatat hasilnya.

3.4.7 Penetrasi Cahaya


Pengukuran penetrasi cahaya dilakukan dengan menggunakan keping sechi.
Dengan cara memasukkan keping sechi kedalam perairan sampai keping sechi tidak
terlihat, kemudian diukur panjang tali dan dicatat hasilnya

3.4.8 Kadar Nitrat (NO3) (mg/l)


Sampel air diambil sebanyak 5 ml, ditambahkan 1 ml NaCl dengan pipet
volum dan ditambahkan 5 ml H2SO4 75% lalu ditambahkan 4 tetes Brucine Sulfat
Sulfanic Acid. Larutan yang terbentuk dipanaskan selama 25 menit, kemudian larutan
tersebut didinginkan dan diukur dengan spektrofotometer pada λ = 410 nm

3.4.9 Kadar Fosfat (PO4) (mg/l )


Sampel air diambil sebanyak 5 ml, ditambahkan 1 ml Amstrong Reagent dan
I ml Ascorbic Acid. Larutan yang terbentuk dibiarkan selam 20 menit, lalu diukur
dengan spektrofotometer pada λ = 880 nm, kemudian dicatat nilai yang tertera

3.4.10 Kejenuhan Oksigen


Kejenuhan Oksigen diukur dengan menggunakan rumus kejenuhan oksigen
dengan membagikan nilai konsentrasi DO ukur dengan nilai konsentrasi sebenarnya (
DO tabel ) kemudian dikali 100
17

Tabel 3.1 Parameter dan metode pengukuran faktor fisika-kimia.


No Parameter Satuan Alat dan Metode Tempat Analisis
1 DO(Dissolved Oxigen) Mg/l YSI Multiprobe In-situ
2 pH - YSI Multiprobe In-situ
3 Suhu °C YSI Multiprobe In-situ
4 Penetrasi cahaya M Keping sechi In-situ
5 Intensitas cahaya Candela Lux meter In-situ
6 Kekeruhan NTU Turbidity meter Ex-situ
7 BOD 5 mg/l Inkubasi dan titrasi Ex-situ
8 Kadar Nitrat mg/l Spektrofotometer Ex-situ
9 Kadar Fosfat Mg/l Spektrofotometer Ex-situ
10 Kejenuhan Oksigen % Tabel DO Ex-situ

3.4 Analisis Data


3.4.1 Pola pertumbuhan Ikan
Pola pertumbuhan ikan dapat dilihat dari hubungan panjang bobot ikan
dengan rumus
W = a L b atau W = Log a + b (Log L)

(Carlander, 1969)
Keterangan :
W = Berat ikan (gr)
L = Panjang ikan (cm)
a = Konstanta
b = Koefisien pertumbuhan
Nilai b merupakan untuk menduga laju pertumbuhan kedua parameter yang
dianalisis. Hipotesis yang digunakan adalah (Effendie, 1992) :
1. Jika b=3 disebut isometric (pola pertumbuhan panjang sama dengan pola
pertumbuhan berat)
2. Jika b≠3 disebut allometrik dimana,
a. b>3 allometrik positif (pertumbuhan berat lebih dom inan)
b. b<3 allometrik negatif (pertumbuhan panjang lebih dominan)
18

3.4.2 Faktor Kondisi


Faktor kondisi (K) dihitung berdasarkan pada panjang dan berat ikan. Apabila
pertumbuhan ikan isometric (b=3), maka faktor kondisi menggunkana rumus
10^5
K= W
𝐿3

Apabila ikan mempunyai pertumbuhan bersifat allometrik, jika nilai b lebih


besar atau lebih kecil dari 3, maka persamaan yang digunakana adalah :
𝑊
K = a L^ b

Keterangan :
K = Faktor Kondisi
W = Berat Tubuh Ikan
L = Panjang ikan (cm)
a dan b = Konstanta
apabila nilai K berkisar antara 2-4 , maka tubuh ikan tergolong agak pipih
dan nilai K< 2 menyatakan tubuh ikan tergolong kurang pipih.
(Effendie , 1997).
3.4.3 Kepadatan Populasi
Kepadatan populasi merupakan jumlah individu dari suatu jenis yang terdapat
dalam satu satuan luas atau volume. Perhitungan kepadatan populasi dapat dihitung
menggunakan rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
K= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

3..4.4 Analisis Korelasi


Untuk mengetahui hubungan antara faktor fisik kimia dengan kepadatan ikan
oskar (Amphilophus citrinellus) dilakukan uji korelasi Pearson dengan metode
komputerisasi menggunakan SPSS ver. 22 (Santoso, 2010)
Keterangan
0,00-0,199 : Sangat Rendah
0,20-0,399 : Rendah
0,40-0,599 : Sedang
0,60-0,79 : Kuat
0,80-1,00 : Sangat Kuat
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pola Pertumbuhan Ikan


Jumlah ikan oskar (Amphilophus citrinellus) yang diperoleh dari hasil 5
stasiun penelitian sebanyak 329 ekor. Ikan ini mendominasi tangkapan nelayan
disekitar Danau Toba, hal ini dapat dipengaruhi oleh kecocokan habitat dan toleransi
adaptasi ikan oskar yang tinggi terhadap lingkungannya. Dari analisis hubungan
panjang-bobot ikan oskar yang didapat dari 5 stasiun pengambilan sampel di perairan
sekitar Danau Toba dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Nilai b dan Pola pertumbuhan ikan
No Stasiun N B Pola Pertumbuhan
1 Ajibata 113 3,234 Allometrik (+)
2 Balige 63 3,284 Allometrik (+)
3 Muara 50 2,869 Allometrik (-)
4 Palipi 32 3,576 Allometrik (+)
5 Tongging 71 2,892 Allometrik (-)
Total 329
Keterangan:N: Jumlah Spesies, b: konstanta, R2: Koefisien Determinasi
Berdasarakan Tabel 4.1 Jumlah sampel yang didapat dari 5 stasiun yaitu 329
ekor, dan yang paling banyak pada stasiun 1 Perairan Ajibata yaitu 113 ekor. Pada
stasiun 1 ini merupakan daerah dekat muara sungai dan pada umumnya daerah
perairan muara sungai memiliki kekayaan unsur hara dan jasad renik alami dan
temapt mencari makan ikan (Nurhayati et al., 2016). Dapat disimpulkan bahwa ikan
oskar memperoleh makan yang cukup pada stasiun ini dan secara keseluruhan faktor
fisika kimia pada stasiun ini masih tergolong bagus dan mendukung kehidupan ikan
sesuai dengan kriteria baku mutu air kelas III berdasarkan PP No. 82 tahun 2001.
Adapun nilai b yang diperoleh pada setiap stasiun berkisar 2,892-3,284.
Dengan pola pertumbuhan allometrik positif pada stasiun 1, 2, 4 dan allometrik
negatif pada stasiun 3 dan 5. Perbedaan pola pertumbuhan pada tiap stasiun
penelitian diinterpretasikan perbedaan daerah dan kondisi lingkungan pada perairan
tersebut. Pola pertumbuhan ditentukan berdasarkan nilai b yang diperoleh dari
persamaan hubungan panjang bobot. Nilai b menunjukkan hubungan panjang bobot
yang diakibatkan faktor ekologis dan biologis (Manik, 2009). Faktor ekologis
diantaranya adalah musim, kualitas air, suhu, pH, salinitas, posisi geografis dan
20

teknik sampling (Jenning et al, 2001). Faktor biologis meliputi perkembangan gonad,
kebiasaan makan, fase pertumbuhan dan jenis kelamin (Tarkan et al, 2006).
Menurut Effendie (1997), faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ikan meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor faktor internal terdiri atas genetik
(keturunan), jenis kelamin, umur, kematangan gonad, parasit, dan penyakit. Faktor
faktor eksternal terdiri atas makanan dan suhu perairan. Pertumbuhan allometrik
adalah perubahan yang tidak seimbang didalam tubuh ikan dan dapat bersifat
sementara.

4.2 Hubungan Panjang-Bobot Ikan


Dari hasil analisis hubungan panjang-bobot ikan oskar yang diperoleh dari 5
stasiun pengambilan sampel dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Hubungan Panjang-Bobot Ikan
No Stasiun R2
1 Ajibata 0,786
2 Balige 0.937
3 Muara 0,848
4 Palipi 0,901
5 Tongging 0,862
Keterangan : R2 : koefisien determinasi
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat nilai R2 berkisar antara 0,786-0,937. Nilai
koefisien determinasi tertinggi terdapat pada stasiun 2 Perairan Balige yaitu 0,937.
Hal ini dapat menjelaskan 93,7 % panjang Ikan dapat mempengaruhi bobot ikan
oskar (Amphilophus citrinellus). Sedangkan sisanya adalah faktor lain seperti faktor
fisik-kimia perairan seperti DO, suhu dan pH. Nilai oksigen terlarut merupakan
faktor penting dalam ekosistem air dalam proses respirasi ikan (Barus, 2020). Suhu
yang tinggi dapat mempengaruhi metabolisme dalam tubuh ikan dan meningkatkan
komsumsi okigen yang tinggi pada ikan pada ekosistem perairan (kurniasih, 2008).

160
140
120 y = -5.29129x3.234
Bobot ikan (g)

100 R² = 0.786
80 N = 113
60
40
20
0
0 50 100 150 200 250
Panjang ikan (mm)

Gambar 4.1. Hubungan Panjang Bobot Ikan pada Stasiun 1 Perairan Ajibata.
21

Hubungan panjang bobot ikan oskar (Amphilophus citrinellus) pada stasiun 1


Perairan Ajibata dapat dilihat pada Gambar 4.1 Hubungan panjang bobot ikan oscar
dengan jumlah n= 113 ditunjukkan melalui persamaan Log W= -5.29129 + 3.234
(Log L), dengan nilai b= 3,234 dan R2= 0.786. Berdasarkan persamaan koefisien
determinasi R2 diatas diketahui bahawa panjang ikan oskar (variabel x) yang
merupakan faktor utama yang mempengaruhi bobot ikan oskar (variabel y) sebesar
0.786 yang berarti nilai panjang total ikan oskar (Amphilophus citrinellus) dapat
menjelaskan nilai bobot tubuh sebesar 78,6%. Sedangkan 21,4% sisanya adalah
faktor faktor lain yang mempengaruhi bobot ikan yang berada diluar persamaan.
Faktor faktor lain yang dimaksud adalah faktor fisika kimia perairan, yaitu suhu,
penetrasi cahaya, intensitas cahaya, pH, DO, BOD5, NO3 dan PO4. Pada stasiun ini
diperoleh ikan yang lebih banyak dari 4 stasiun lainnya dan dengan pola
pertumbuhan allometrik positip.
100

80 y = -5.37782 x3.284
Bobot ikan (g)

R² = 0.937
60
N =63
40

20

0
0 50 100 150 200
Panjang ikan (mm)

Gambar 4.2. Hubungan Panjang Bobot Ikan pada Stasiun 2 Perairan Balige.
Hubungan panjang bobot ikan oskar (Amphilophus citrinellus) pada stasiun 2
Perairan Balige dapat dilihat pada Gambar 4.2 Hubungan panjang bobot ikan oskar
dengan jumlah n= 63 ditunjukkan melalui persamaan Log W= -5.37782 + 3.284 (Log
L), dengan nilai b= 3,284 dan R2= 0.937.Hal ini menunjukkan adanya hubungan
koefisien korelasi antara variabel panjang dan bobot memiliki hubungan yang kuat
atau adanya hubungan antara panjang dan bobot ikan (Irianto dalam Nurhayati,
2016). Berdasarkan persamaan koefisien determinasi R2 diatas diketahui bahawa
panjang ikan oskar (variabel x) yang merupakan faktor utama yang mempengaruhi
bobot ikan oskar (variabel y) sebesar 0.937 yang berarti nilai panjang total ikan oskar
(Amphilophus citrinellus) dapat menjelaskan nilai bobot tubuh sebesar 93,7%.
Sedangkan 6,3% sisanya adalah faktor faktor lain yang mempengaruhi bobot ikan
22

yang berada diluar persamaan. Faktor faktor lain yang dimaksud adalah faktor fisika
kimia perairan, yaitu suhu, penetrasi cahaya, intensitas cahaya, pH, DO, BOD5, NO3
dan PO4.
120
100
y = -4.481x2.869
Bobot ikan (g)

80 R² = 0.848
60 N= 50
40
20
0
0 50 100 150 200
Panjang ikan (mm)

Gambar 4.3. Hubungan Panjang Bobot Ikan pada Stasiun 3 Perairan Muara.
Hubungan panjang bobot ikan oskar (Amphilophus citrinellus) pada stasiun 3
Perairan Muara dapat dilihat pada Gambar 4.3 Hubungan panjang bobot ikan oscar
dengan jumlah n= 50 ditunjukkan melalui persamaan Log W= -4.481 + 2.869 (Log
L), dengan nilai b= 2.869 dan R2= 0.848. Berdasarkan persamaan koefisien
determinasi R2 diatas diketahui bahwa panjang ikan oskar (variabel x) yang
merupakan faktor utama yang mempengaruhi bobot ikan oskar (variabel y) sebesar
0.848 yang berarti nilai panjang total ikan oskar (Amphilophus citrinellus) dapat
menjelaskan nilai bobot tubuh sebesar 84,8%. Sedangkan 15,2% sisanya adalah
faktor faktor lain yang mempengaruhi bobot ikan yang berada diluar persamaan.
Faktor faktor lain yang dimaksud adalah faktor fisika kimia perairan, yaitu suhu,
penetrasi cahaya, intensitas cahaya, pH, DO, BOD5, NO3 dan PO4.

200

150 y = -5.96721 x3.576


Bobot ikan (g)

R² = 0.901
100 N=32

50

0
0 50 100 150 200 250
Panjang ikan (g)

Gambar 4.4 Hubungan Panjang Bobot Ikan pada Stasiun 4 Perairan Palipi.
23

Hubungan panjang bobot ikan oskar (Amphilophus citrinellus) pada stasiun 1


Perairan Palipi dapat dilihat pada Gambar 4.4 Hubungan panjang bobot ikan oskar
dengan jumlah n= 32 ditunjukkan melalui persamaan Log W= -5.96721 + 3.576 (Log
L), dengan nilai b= 3,576 dan R2= 0.901. Berdasarkan persamaan koefisien
determinasi R2 diatas diketahui bahawa panjang ikan oskar (variabel x) yang
merupakan faktor utama yang mempengaruhi bobot ikan oskar (variabel y) sebesar
0.901 yang berarti nilai panjang total ikan oskar (Amphilophus citrinellus) dapat
menjelaskan nilai bobot tubuh sebesar 90,1%. Sedangkan 9,9 % sisanya adalah
faktor faktor lain yang mempengaruhi bobot ikan yang berada diluar persamaan.
Faktor faktor lain yang dimaksud adalah faktor fisika kimia perairan, yaitu suhu,
penetrasi cahaya, intensitas cahaya, pH, DO, BOD5, NO3 dan PO4.

250

200
Bobot ikan (g)

y = -4.52658 x2.892
150 R² = 0.862
N = 71
100

50

0
0 50 100 150 200 250
Panjang ikan (mm)

Gambar 4.5. Hubungan Panjang Bobot Ikan pada Stasiun 5 Perairan Tongging.
Hubungan panjang bobot ikan oskar (Amphilophus citrinellus) pada stasiun 5
Perairan Tongging dapat dilihat pada Gambar 4.5 Hubungan panjang bobot ikan
oscar dengan jumlah n= 71 ditunjukkan melalui persamaan Log W= -4.52658 +
2.892 (Log L), dengan nilai b= 2.892 dan R2= 0.862. Berdasarkan persamaan
koefisien determinasi R2 diatas diketahui bahawa panjang ikan oskar (variabel x)
yang merupakan faktor utama yang mempengaruhi bobot ikan oskar (variabel y)
sebesar 0.862 yang berarti nilai panjang total ikan oskar (Amphilophus citrinellus)
dapat menjelaskan nilai bobot tubuh sebesar 86,2%. Sedangkan 13,8% sisanya
adalah faktor faktor lain yang mempengaruhi bobot ikan yang berada diluar
persamaan. Faktor faktor lain yang dimaksud adalah faktor fisika kimia perairan,
yaitu suhu, penetrasi cahaya, intensitas cahaya, pH, DO, BOD5, NO3 dan PO4.
24

4.3 Kepadatan Ikan Oskar (Amphilophus citrinellus)


Berdasarkan hasil analisis data terhadap kepadatan ikan oskar (Amphilophus
citrinellus) pada setiap stasiun penelitian maka diperoleh nilai K (Ind/L) yang
disajikan pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Kepadatan Ikan Oskar (Amphilophus citrinellus)
No Stasiun K (Ind/L)
1 Ajibata 0,226
2 Balige 0,126
3 Muara 0,1
4 Palipi 0,064
5 Tongging 0.142
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat nilai kepadatan ikan oskar pada setiap
stasiun penelitian berkisar 0,064 - 0,226 ind/L. Kepadatan tertinggi terdapat pada
stasiun 1Ajibata dengan nilai K 0,226, hal ini dapat diinterpretasikan bahwa stasiun 1
Ajibata memiliki daya dukung lingkungan yang tinggi terhadap keberadaan ikan
oskar (Amphilophus citrinellus). Semakin tinggi nilai kepadatan maka tingkat
persaingan antar individu juga akan meningkat dalam perebutan ruang gerak dan
makanan sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Kepadatan terendah
terdapat pada stasiun 4 Palipi dengan nilai K sebesar 0,064 (Ind/L), dan juga nilai
pola pertumbuhan pada stasiun ini bersifat allometrik positip, hal inin dapat
menjelaskan bahwa pada stasiun 4 Palipi, ikan oskar memiliki ruang gerak yang luas
dalam mencari makanan sehingga pertumbuhan bobot ikan lebih dominan.
Menurut Silalahi (2017), kondisi lingkungan perairan secara kuantitatif
sangat mempengaruhi kepadatan populasi spesies ikan pada kurun waktu tertentu.
Faktor lingkungan yang berubah secara periodik akan mempengaruhi keadaan
populasi spesies ikan tersebut. Selain faktor kualitas air, faktor kondisi berupa
ketersediaan makanan juga mempengaruhi populasi ikan. Banyak faktor yang
mempengaruhi kepadatan populasi ikan disuatu perairan, bisa karena faktor biologi
dan ekologis. Kemampuan beradaptasi pada ikan merupakan salah satu faktor
biologis, sedangkan faktor ekologis berupa substrat dasar dan kondisi parameter
fisika kimia perairan. Menurut Manullang (2020) ketersedian bahan organik dan
detritus sangat dibutuhkan organisme akuatik, termasuk ikan, terutama untuk
perkembangbiakannya. Tentunya hal ini akan mempengaruhi kepadatan populasi
jenis ikan pada suatu perairan. Menurut edrus (2012), kriteria kepadatan populasi
ikan sebaiknya digunakan sebagai nilai baku untuk mendiskusikan hasil pengamtan
populasi ikan pada suatu perairan, sehingga didapatkan nilai baku tertentu
berdasarkan hasil penelitian ikan tersebut dilain waktu.

4.4 Faktor Kondisi


Berdasarkan hasil analisis data terhadap faktor kondisi ikan oskar
(Amphilophus citrinellus) pada setiap stasiun penelitian maka didapatkan nilai faktor
kondisi (K) yang disajikan pada tabel 4.4 berikut
25

Tabel 4.4 Nilai Faktor Kondisi


No Stasiun L (rata-rata) W (rata-rata) K Tubuh Ikan
1 Ajibata 152,017 64,649 1,025093 Kurang pipih
2 Balige 146,619 56,441 1,007862 Kurang pipih
3 Muara 147,16 56,56 1,007015 Kurang pipih
4 Palipi 155,031 79,275 1,017823 Kurang pipih
5 Tongging 155 67,722 1,012519 Kurang pipih
Keterangan : L = Panjang Ikan, W= Berat ikan, K = Faktor kondisi
Dari hasil analisa faktor kondisi didapatkan nilai FK berkisar antara
1,007015-1,025093. Niali faktor kondisi tertinggi terdapat pada stasiun 1 Ajibata
dengan nilai K sebesar 1,025093.Perbedaan nilai faktor kondisi ikan pada setiap
stasiun di duga disebabkan oleh persediaan makanan yang berbeda ditiap lokasinya
dan juga laju pertumbuhan ikan tersebut (Laila, 2018), dan Gani (2020) meyatakan
nilai faktor kondisi yang rendah menunjukkan ikan kurang mendapatkan asupan
makanan dan secara kesuluruhan ikan yang didapat dari ke 5 stasiun tergolong tubuh
ikan kurang pipih.
Menurut Effendie (2002), faktor kondisi menunjukkan kegemukan ikan
secara kualitas, dimana perhitungannya berdasarkan pada panjang dan bobot ikan.
Ikan yang berukuran lebih kecil pada umumnya memiliki faktor kondisi yang lebih
tinggi , kemudian menurun ketika ikan tersebut bertambah besar, serta peningkatan
nilai faktor kondisi dapat terjadi karena pertambahan gonad yang kana mencapai
puncak sebelum memijah. Faktor kondisi juga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan
makanan, umur , nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad (Effendie, 1979),
spesies dan musim atau lokasi penangkapan (Ricker, 1975).

4.5 Faktor Fisik-Kimia Perairan


Analisis faktor fisik-kimia periaran pada setiap stasiun penelitian dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.5 Parameter Fiska-Kimia Perairan
No Parameter St 1 St 2 St 3 St 4 St 5
1 DO (Dissolved Oxigen) 7,82 7,29 7,47 7,9 6,9
2 pH 7,58 7,43 7,28 7,43 7,1
3 Suhu (°C) 20,7 24,7 25,9 27,1 27,4
4 Penetrasi cahaya (m) 1,43 4,7 4,7 4,1 4,9
5 Intensitas cahaya (Candela) 872 950 980 982 895
6 Kekeruhan (NTU) 5,95 1,01 2,27 0,26 0,79
7 BOD5 (mg/l) 0,4 5,1 0,2 4,3 0,8
8 Nitrat (NO3) (mg/l) 8,1 8,2 7,9 8,1 8,9
9 Fosfat (PO4) (mg/l) 0,040 0,01 0,01 0,01 0,011
10 Kejenuhan Oksigen (%) 89,57 89,44 93,25 100,5 88,23
26

4.5.1 DO (Dissolved Oxigen)


Dari hasil pengukuran nilai oksigen terlarut (DO) pada setiap stasiun
penelitian diperoleh nilai DO berkisar antara 6,9—7,9 mg/l. Nilai oksigen terlarut
terendah terdapat pada stasiun 5 dan tertinggi pada stasiun 4. Secara keseluruhan
nilai DO pada kelima stasiun masih mendukung kehidupan ikan sesuai dengan
kriteria baku mutu air kelas III berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 yang menetapkan
batas minimum nilai DO adalah 3. Dengan nilai DO dan suhu yang diperoleh dari
tiap stasiun maka diperoleh nilai kejenuhan oksigen berkisar antara 88,23 % - 100,5
%. Perbedaan nilai kejenuhan oksigen disetiap stasiun dipengaruhi oleh nilai
temperatur pada stasiun penelitian. Dengan nilai kejenuhan oksigen yang diperoleh
maka dapat disimpulkan bahwa kualitas air di perairan stasiun penelitian tersebut
cukup bersih.
Menurut Barus (2020) Nilai oksigen terlarut diperairan sebaiknya berkisar 6-
8 mg/l, sehingga dapat mendukung kehidupan organisme air secara optimal. Oksigen
terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting didalam ekosistem air, terutama
sekali dibutuhkan untuk respirasi bagi sebagian organisme air. Pengaruh oksigen
terlarut terhadap fisiologis organisme air terutama adalah dalam proses
respirasi.meskipun beberapa jenis ikan mampu bertahan hidup pada perairan dengan
konsentrasi oksigen 3 ppm, namun konsentrasi minimum yang baik adalah 5 ppm.
Pada konsentasi dibawah 4 ppm beberpa jenis ikan masih mampu bertahan hidup
namun nafsu makannya sudah menurun (Kordi dan Baso, 2010).

4.5.2 pH
Dari hasil pengukuran pH pada setiap stasiun penelitian diperoleh nilai pH
berkisar antara 7,1-7,58. Nilai pH tertinggi didapat pada stasiun 1 dengan nilai 7,58
dan yang paling rendah terdapat pada stasiun 5 dengan nilai 7,1. Secara keseluruhan
nilai pH pada kelima stasiun masih mendukung kehidupan ikan sesuai dengan
kriteria baku mutu air kelas III berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 yang menetapkan
menetapkan kisaran pH normal untuk kehidupan organisme perairan adalah 6 – 9.
Kondisi pH yang rendah dapat menyebabkan ikan menjadi lemah dan mudah
terserang penyakit dan diiukuti kematian pada ikan (Kordi, 2003). Toleransi untuk
kehidupan akuatik terhadap pH bergantung pada banyaak faktor meliputi suhu,
27

konsentassi oksigen terlarut, jenis dan daur hidup biota perairan basa (7-9)
merupakan perairan yang produktif dalam mendorong proses perubahan bahan
organik dalam perairan menjadi mineral mineral yang dapat diasimilasi oleh
fitoplanton, pH air yang tidak optimal berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembang biakan ikan (Haetami et al, 2015)

4.5.3 Suhu
Dari hasil pengukuran suhu pada setiap stasiun penelitian diperoleh nilai suhu
berkisar antara 20,7°C-27,4°C. Nilai suhu tertinggi didapat pada stasiun 5 dengan
nilai 27,4 dan yang paling rendah terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 20,7°C.
Menurut Kordi dan Baso (2010), menyatakan kisaran suhu optimal bagi kehidupan
ika diperairan tropis adalah antara 28°C-32°C. sedangkan pada suhu 18-25°C ikan
masih mampu bertahan hidup namun mengalami penurunan nafsu makan. Sementara
dibawah suhu tersebut ikan akan mengalami kematian diwilayah tropis, karean
kedinginan. Kondisi suhu yang ideal menyebabkan ikan aktif memakan makanannya
dan pertumbuhannya semakin baik (DKP, 2007). Suhu memegang peranan penting
dalam mempengaruhi laju pertumbuhan organisme air tawar. Suhu air dapat
berpengaruh terhadap sistem kerja enzim dan derajat metabolisme dalam tubuh
organisme ikan. Suhu yang melebihi kisaran suhu optimal dapat meningkatkan
komsumsi oksigen yang disebabkan peningkayan suhu tubuh serta laju metabolisme
(Kurniasih, 2008)

4.5.4 Penetrasi cahaya


Dari hasil pengukuran Penetrasi cahaya pada setiap stasiun penelitian
diperoleh nilai penetrasi cahaya berkisar antara 1,43-4,7. Nilai penetrasi cahaya
tertinggi didapat pada stasiun 5 dengan nilai 4,7 m dan yang paling rendah terdapat
pada stasiun 1 dengan nilai 1,4 m. penetasi cahaya yang rendah maupun tinggi masih
mendukung pertumbuhan ikan oskar, hal ini diakibatkan toleransi adaptasi ikan oskar
terhadap lingkungannya. Kecerahan mempengaruhi produktivitas primer, apanila
kecerahan berkurang maka proses fotosintesis dalam air berkurang, diman oksigen
dibutuhkan organisme untuk melakukan aktifitas metabolisme (Barus, 2001)
28

4.5.5 Intensitas cahaya


Dari hasil pengukuran Intensitas cahaya pada setiap stasiun penelitian
diperoleh nilai intensitas cahaya berkisar antara 872-982 candela. Nilai intensitas
cahaya tertinggi didapat pada stasiun 4 dengan nilai 982 candela dan yang paling
rendah terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 872 candela. Tingginya nilai intensitas
cahaya pada stasiun 4 diakibatkan oleh kondisi pengambilan sampel yang berbeda
dibandingkan stasiun lainnya, tepat padamatahari bersinar dangat terik.Nilai
intensitas cahaya yang tinggi mendukung pertumbuhan ikan oskar di perairan Danau
Toba. Nilai intensitas cahaya ini berbanding lurus dengan tingginya nilai penetrasi
cahaya yang disebabkan oleh kondisi perairan yang jernih. Penetrasi cahaya akan
berkurang jika kondisi perairannya keruh (Suin, 2002)

4.5.6 Kekeruhan
Dari hasil pengukuran kekeruhan pada setiap stasiun penelitian diperoleh
nilai kekeruhan berkisar antara 0,26-5,95. Nilai kekeruhan tertinggi didapat pada
stasiun 1 dengan nilai 5,95 dan yang paling rendah terdapat pada stasiun 1 dengan
nilai 0,26. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yaitu banyaknya cahaya yang
diserap dan dipancarkan oleh bahan bahan yang terdapat dalam air (Barus, 2001)
Menurut Supriyadi dalam Isnaini (2011), menyatakan batas standar turbiditas air
untuk keperluan rekreasi dan olahraga air adalah < 25 JTU, sedangkan untuk
keperluan sumber baku air bersih adalah < 20 JTU. Menurut Odum(1993), kekeruhan
dapat mempengaruhi habitat organisme perairan. Tingginya tingkat kekeruhan dapat
meyebabkan stress bahkan kematian pada ikan. Kekeruhan yang tinggi dapat
menyebabkan terganggunya sistem osmoregulasi, pernafasan dan menghambat
penetrasi cahaya kedalam air.

4.5.7 BOD 5
Dari hasil pengukuran BOD5 pada setiap stasiun penelitian diperoleh nilai
BOD5 berkisar antara 0,2-5,1 mg/l. Nilai BOD5 tertinggi didapat pada stasiun 2
dengan nilai 5,1 mg/l dan yang paling rendah terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 0,2
mg/l. Nilai ini menunjukkan pada stasiun 3 kondisi perairannya masih baik untuk
organisme air. Menurut PP 82 tahun 2001 bahwa nilai BOD untuk air kelas 3 adalah
6 mg/l. WHO (1993), memberikan standar kadar maksimum BOD5 yang
29

diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan organisme


akuatik adalh 3,0 mg/l-6,0 mg/l. Berdasarkan analisis BOD5 pada setiap stasiun
masih pada ambang yang cukup mendukung kehidupan biota perairan.

4.5.8 Nitrat (NO3)


Dari hasil pengukuran nitrat pada setiap stasiun penelitian diperoleh nilai
nitrat berkisar antara 7,9-8,9. Nilai nitrat tertinggi didapat pada stasiun 5 dengan nilai
8,9 dan yang paling rendah terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 7,9. Nilai tersebut
masih cukup wajar bagi perairan sebagai habitat ikan oskar. Menuerut PP 82 Tahun
2001 menyatakan kadar nitart 10mg/l untuk air bersih dan 20 mh/l untuk peruntukian
air kelas tiga dan empat. Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen diperairan alami
dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Tanaman aiar
dan fitoplanton lebih mudahmenggunakan nitrogen dalam bentuk nitrat, maka semua
nitrogen baru tersedia jika telah dalam bentuk nitrat. Menurut Sastrawijaya (2009),
nitrat dapat terbentuk karena tiga proses yaitu badai listrik, organisme pengikat
nitrogen dan bakteri yang menggunkan amoniak dan juga nitrat dapat menurunkan
oksigen terlarut dan penurunan populasi ikan. Nitrat merupakan sumber nitrogen
bagi tumbuhan dan selanjutnya dikonversi menjadi protein (Effendie, 2003)

4.5.9 Fosfat (PO4)


Dari hasil pengukuran fosfat pada setiap stasiun penelitian diperoleh nilai
fosfat berkisar antara 0,01-0,040. Nilai fosfat tertinggi didapat pada stasiun 1 dengan
nilai 0,040 dan yang paling rendah terdapat pada stasiun 2,3 dan 4 dengan nilai 0,1.
Menurut perkin dalam isnaini (2011), menyatakan kandungan fosfat pada perairan
umumnya tidak lebih dari 0.1 mg/l, kecuali pada perairan yang menerima limbah dari
rumah tangga dan industri tertentu, serta pertanian yang menggunakan pemupukan
fosfat. Menurut Fardiaz (1992), tingginya nilai fosfat suatu perairan tidak beracun
bagi hewan air. Keberadaan fosfat di perairan sangat penting terutama berfungsi
dalam pembentukan protein dan metabolisme abgi organisme . namun tingginyha
fosfat dikhawatirkan menyebabkan terjadinya eutrofikasi berupa ledakan jumlah
algae (blooming) yang berkaibat buruk bagi ekosistem perairan.
30

4.6 Analisis Korelasi Pearson


Analisis Korelasi Pearson antara faktor fisika kimia perairan di lokasi
penelitian dan kepadatan ikan oskar dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Nilai korelasi pearson faktor fisika kimia perairan terhadap kepadatan ikan
oskar
No Parameter Nilai Korelasi
1 DO (Dissolved Oxigen) -0,010
2 pH + 0,352
3 Suhu (°C) -0,838
4 Penetrasi cahaya (m) -0,759
5 Intensitas cahaya (Candela) -0,912
6 Kekeruhan (NTU) + 0,854
7 BOD5 (mg/l) -0,493
8 Nitrat (NO3) (mg/l) +0,151
9 Fosfat (PO4) (mg/l) -0,883
10 Kejenuhan Oksigen -0,717
Keterangan : Korelasi (+) : searah, Korelasi (-) : berlawanan arah
Berdasarkan nilai korelasi pada tabel diatas dapat diketahui bahwa faktor
fisika kimia perairan yang berpengaruh sangat kuat terhadap kepadatan ikan adalah
suhu, kekeruhan, fosfat, dan Intensitas cahaya.
Suhu mampu mempercepat metabolisme ikan namun jika melebihi batas
optimun mampu mengganggu pertumbuhan dan distribusi ikan. Suhu dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Suhu dapat mempengaruhi
aktivitas penting ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Suhu
dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan
reproduksi. Suhu yang tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan mempengaruhi
selera makan ikan. Ikan mempunyai suhu optimum tertentu untuk selera makannya,
kenaikan suhu perairan diikuti oleh derajat metabolisme dan kebutuhan oksigen
organisme akan naik pula. Meskipun ikan dapat beraklimitasi pada suhu yang relatif
tinggi, tetapi pada suhu suatu derajat tertentu kenaikan suhu dapat menyebabkan
kematian pada ikan (Kelabora, 2009).
Kekeruhan juga dapat mempengaruhi kepadatan ikan oskar, kekeruhan yang
tinggi dapat meyebabkan terganggunya sistem osmoregulasi, menghambat penetrasi
cahaya dalam air yang berakibat menurunnya produktivitas primer karena
fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan bentik air semakin menurun sehingga dapat
menyebbakn ikan kekurangan oksigen. Peningkatan kekeruhan pada ekosistem
perairan juga mempengaruhi mekanisme pernapasan pada ikan. Semakin tinggi
kekeruhan maka sebagian materi yang terlarut akan menempel pada insang ikan yang
31

mengakibatkan kemampuan insang untuk mendifusi oksigen terlarut semakin


menurun, bahkan pada tingkat kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan insang
tidak berfungsi dan menyebabkan kematian pda ikan (Mustofa, 2020)
Nilai fosfat yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya eutofikasi yang akan
berakibat buruk bagi perairan dan kehidupan ikan. Dampak utama eutrofikasi adalah
terhalangnya sinar cahaya matahari kedalam perairan sehingga dapat mempengaruhi
metabolisme dan sistem fisiologis ikan. Eutofikasi ini akan berdampak negatif pada
ikan yang dapat memicu kematian secara massal pada ikan. Peningkatan unsur hara
akan meningkatkan proses pertumbuhan berbagai jenis tumbuhan air yang cepat
sehingga terjadi ledakan populasi vegetasi yang disebut sebagai blooming. Bimasssa
dari vegetasi setelah akan membusuk yang dilakukan oleh bakteri dan berlansgung
secara aerob yang membutuhkan oksigen , sehingga ikan akan kekurangan oksigen
dalam perairan, dan jika proses penguraian akan berjalan secara anaerob yang
menghasilkan berbagai senyawa bersifat toksik bagi perairan.
Nilai intensitas cahaya yang tinggi dapat mendukung pertumbuhan ikan dan
vegetasi air dan menghasil oksigen yang cukup pada perairan. Cahaya matahari
mempunyai pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu
lingkungan ekosistem perairan. Pengaruhnya pada metabolisme secara tidak
langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ikan. Proses
perkembangan yang dikendalikan cahaya ditemui pada semua pertumbuhan
organisme fotosintetik perairan. Peranan cahaya matahari dalam fotosintesis adalah
untuk membantu dalam menyediakan energi matahari untuk diubah menjadi energi
kimia dengan bantuan klorofil dan dapat merombak senyawa organik untuk
keperluan metabolisme organisme (Fauziah, 2019).
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
a. Pola pertumbuhan ikan oskar (Amphilophus citrinellus) pada stasiun 1, 2 dan
4 adalah allometrik positip (b > 3) dan pada stasiun 3 dan 4 bersifat
allometrik negatif (b < 3). Nilai faktor kondisi berkisar 1,007015 - 1,025093,
tergolong tubuh ikan kurang pipih.
b. Suhu, kekeruhan, fosfat, intensitas cahaya berkorelasi sangat kuat terhadap
kepadatan ikan oskar (Amphilophus citrinellus) di perairan Danau Toba.

5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis berharap perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan penambahan titik stasiun sampling dan
periode sampling sesuai musim agar mengasilkan data yang lengkap terkait pola
pertumbuhan dan faktor kondisi ikan oskar di perairan Danau Toba.
33

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah S, Darma B, Desrita. 2017. Pola Pertumbuhan Dan Faktor Kondisi Ikan
Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) di Sungai Belumai Deli Serdang
Provinsi Sumatera Utara. Acta Aquatica 4(1):8-12
Barus TA.2001. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Sungai dan di
Danau. USU Press. Medan
Barus TA. 2004. Faktor-Faktor Lingkungan Abiotik dan Keanekaragaman Plankton
Sebagai Indikator Kualitas Danau Toba. Manusia dan lingkungan 11(2):64-
72
Barus TA. 2020. Limnologi. Nas Media Pustaka. Makassar
Barus TA, Wahyuningsih H, Hartanto A. 2022. Water Quality and Trophic Status of
Lake Toba, North Sumatera, Indonesia. Hydrobiological Journal 58(2) :34-
43
Carlander KD. 1969. Handbook of freshwater fishery biology. Arnes lowa state
university press. North Amerika
Dewantoro GW & Rachmatika. (2016). Jenis Ikan Introduksi dan Invasif Asing di
Indonesia (p,210). Jakarta: LIPI Press
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP). 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Kerapu,
Banten: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten
Dina R, Lukman, Jasalesmana, Imroatushoolikbah. 2017. Kondisi Terkini Perikanan
Tangkap di Danau Toba, Sumatera Utara. Di dalam : Peran Masyarakat
Menuju Ekosistem Perairan Darat yang Sehat. Prosiding Pertemuan Ilmiah
Masyarakat Limnologi Indonesia Tahun 2017: Bogor, 31 oktober 2017.
Bogor:Masyarakat Limnologi Indonesia.130-135
Fardiaz S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius . Yogyakarta
Fauziah A, Bengen DG, Kawaroe, Effendie, Krisanti. 2019. Hubungan antara
Ketersediaan Cahaya Matahari dan Konsentrasi Pigmen Fotosintetik di
Perairan Telat Bali. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 11(1): 37-48
Effendie MI. 1979. Metode biologi perikanan. Penerbit Yayasan Dewi Sri . Bogor
Effendie MI. 1992. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Agromedia. Bogor
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta
Effendie MI. 2002. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan pustaka nusantara. Bogor
Effendie MI. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius: Yogyakarta
Gani A, Achmad AB, Devita TA, Novalina S, Nurtjirana, Herjayanto, Nur , Dawam
Heksa Satria, Jusmanto, Adam MI. Hubungan Panjang Bobot dan Faktor
Kondisi Ikan sicyopus zosterophorum (bleeker, 1856) di Sungai Bohi,
Kabupaten Banggal, Sulawesi Tengah. Prosiding Simposium Nasional VII
Kelautan dan Perikanan . Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin , Makassar.
Haetami K, Junianto, Yuli. 2005. Tingkat Penggunaan Gulma Air Azolla pinnata
dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan dan Konversi Pakan Ikan Bawal Air
Tawar. [SKRIPSI]. Bandung ;Universitas Padjadjaran
34

Isnaini A. 2011. Penilaian Kualitas Air dan Kajian Potensi Situ Salam sebagai
Wisata Air di Universitas Indonesia, Depok. [Tesis]. Program srudi biologi
Pasca Sarjana Universitas Indonesia
Jennings S, Kaiser Mj, Reynolds Jd.2001. Marine Fishery Ecology. Blackwell
sciences, oxford.417p.
Kartamihardja ES, Kunto Purnomo, dan Chairulwan Umar. 2009. Sumber Daya
Ikan Perairan Umum Daratan Di Indonesia Terabaikan. J.Kebijak. Perikan.
Ind. 1 (1) :1-15
Kartamihardja ES. 2009. Pengelolaan Sumberdaya Ikan Bilih (Mystacoleucus
padangensis) Introduksi Di Danau Toba, Sumatera Utara. J. Kebijak.
Perikanan. Ind 1(2) :87-89
King M. 2007. Fisheries Biology, Assesment and Management. Second Edition.
Blackwell scientific publication. Oxford. 381 p.
Kordi, K dan Ghufran, HM. 2003. Usaha Pembenihan Ikan Kerapu Skala Rumah
Tangga. Yogyakarta: Kanisius
Kordi KMG. 2010. Pintar Budidaya Ikan Di Tambak Secara Intensif. Lily
Publisher.Yogyakarta
Kordi KMG dan Baso AT. 2010. Pengeloalaan Kualitas Air Dalam Budidaya
Perairan. Rineka cipta. Jakarta
Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoadmodjo S. 1993. Fresh Water Fishes
of Western Indonesia and Sulawesi. Edition 2 Bahasa. Periplus Editions
Kurniasih T. 2008. Peranan Pengapuran Dan Faktor Fisika Kimia Air Terhadap
Pertumbuhan Dan Sintasan Lobster Air Tawar (Cherax sp). Media
Akuakultur 3(2) :126-132
Laila K. 2018. Pertunbuhanikan Tawes (Puntius javanicus) di Sungai Linggahara
Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Jurnal pionir LPPM universitas
asahan 2(4):1-5
Lehtonen TK, McCrary, A. Meyer. 2010. Territorial Aggression Can be Sensitive to
The Status of Heterospesific Intruders. Behavioural process 8(4): 598-601
Mainassy ME. 2017. Pengaruh Parameter Fisika dan Kimia Terhadap Kehadiran
Ikan Lompa (Thryssa baelama forsskal) di Perairan Pantai Apui Kabupaten
Maluku Tengah. Jurnal Perikanan UGM .19 (2): 61-66
Manik N. 2009. Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Ikan Layang
(Decapterus russeli) dari Perairan Sekitar Teluk Likupang Sulawesi Utara.
Oseanologi dan limnologi di indonesia 35(1):65-74
Melianawati R, Retno A. 2009. Hubungan Panjang Bobot, Pertumbuhan, Dan Faktor
Kondisi Ikan Kakap Merah, Lutjanus argentimaculatus Dari Hasil Budi Daya.
J. Ris. Akuakultur 4 (2) :169-178
Merta, IGS. 1993. Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Ikan Lemuru
(Sardinella lemuru Bleeker, 1853 dari Perairan Selat Bali. Jurnal penelitian
perikanan laut 73(1):35-44
Muhtadi A, Orbita RD, Desrita D, Toibullah S, Muammar. 2017. Kondisi Habitat
Dan Keragaman Nekton di Hulu Daerah Aliran Sungai Wampu, Kabupaten
Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Jurnal ilmu-ilmu perairan, pesisir da
perikanan 6(2):90-99
Mustofa A. 2020. Pengelolaan Kualitas Air Untuk Akuakultur. Jepara: UNISNU
Press
35

Nair PG, Joseph S, Pillai VN. 2015. Length-weight relationship anda relative
condition factor of Stolephorus commersonii (Lacepede, 1803) exploited
along Kerala coast. J. Mar. Bio. Ass. India.57(2
Nurhayati , Fauziyah, dan Siti MN. 2016. Hubungan Panjang-berat dan Pola
Pertumbuhan Ikan di Muara Sungai Musi Kabupaten Banyuasin Sumatera
Selatan. Maspari journal 8(2):111-118
Nur , M. Dahlan MA. 2015. Hubungan Panjang Bobot Ikan Endemik Pirik (lagusia
micracanthus, bleeker ,1860) di Sungai Sanrego, Sulawesi Selatan. Torani,
25(3):164-168
Odum EP . 1993. Dasar Dasar ekologi. Terjemahan samigan dan B. srigadi. Gajah
mada Univ. press. Yogyakarta
Peraturan Pemerintah. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82
Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
Rahman A, Niken TMP, Sigid H. 2016. Struktur Komunitas Fitoplankton di Danau
Toba, Sumatera Utara. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI) 21(2):120-127
Richter TJ. 2007. Development and Evaluation of Standard Weight Equations for
Bridgelip Sucker and Large scale Sucker. North american jornal of fisheries
managemenet 27:936-939.
Ricker , WE .1975. Computation and Interpretation of Biological Statistic of Fish
Population. Ottawa: department of the environment. Fisheries and marine
service. Pasific biological station.
Rustini HA., Lukman, Iwan R. 2014. Pendugaan Pola Arus Dua Dimensi di Danau
Toba. Limnotek 21(1):21-29
Samudra SR, Tri RS, Munifatul I. 2013. Komposisi, Kelimpahan dan
Keanekaragaman Fitoplankton Danau Rawa Pening Kabupaten Semarang.
Bioma 15(1):6-13
Sastrawijaya, T. 2009. Pencemaran Lingkungan. Rneka Cipta. Jakarta
Santoso S. 2010. Statistik multivariat konsep dan aplikasi dengan SPSS. Jakarta:PT
Elex Media Komputindo
Sellang H. 2020. Biologi Perairan. Penerbit Lakeisha. Jawa Tengah
Sihombing TB. 2021. Potensi Ikan Introduksi Menjadi Ikan Invasif di Perairan
Danau Toba Kecamatan Onan Runggu. [SKRIPSI]. Program Studi Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU. Medan
Suin NM. 2002. Metoda Ekologi. Universitas Andalas. Padang
Tarkan AS, Gaygusuz O, Acipinar P, Gursoy C, Ozulug M. 2006. Length-weight
Relationship of Fisheries From Marmara Region (NW- Turkey). Journal of
apllied icthyology 22(4):271-283
Umar C, Endi SK, Aisyah. 2015. Dampak Invasif Ikan Red Devil (Amphilophus
citeinellus) Terhadap Keanekaragaman Ikan di Perairan Umum Daratan di
Indonesia. J. kebijakan perikanan indonesia 7(1):55-61
Yonvitner , Setiobudiandi, Yunizar E, Zairion, Ali M, Ahmad MR,Surya GA. 2020.
Biologi Perikanan dan Pengelolaan. IPB Press. Bogor
Warman I. 2015. Uji Kualitas Air Muara Sungai Lais Untuk Perikanan di Bengkulu
Utara. Jurnal Agroqua 13(2):24-33
WHO (World Health Organization). 1993. Guidelies for Drinking Water Quality 2nd
edition. Vol 1
36

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian


37

Lampiran 2. POTO KERJA

Mengukur DO Mengukur Intensitas cahaya

Pengambilan sampel air Menarik Jaring Ikan

Ikan oscar (Amphilophus citrinellus) Memasang Jaring Ikan


38

Lampiran 3. Bagan kerja mengukur BOD5

Sampel Air

Sampel Air Sampel Air

Diinkubasi
Dihitung nilai
selama 5 hari
pada temperatur DO awal
20°C

Dihitung nilai DO akhir


DO Akhir DO Awal
Keterangan :

Penghitungan nilai DO awal dan DO akhir sama dengan penghitungan Nilai DO


Nilai BOD5 = Nilai DO awal – Nilai DO akhir

(Suin, 2002)

Lampiran 4. Bagan kerja menganalisis Nitrat (NO 3)

5 ml Sampel Air

1 ml NaCl (dengan
pipet volume) 5 ml
H2SO4 75%
4 tetes brucine sulfat
sulfanic acid

Larutan

Dipanaskan selama
25 menit pada suhu
95oC
Larutan
39

Didinginkan

Diukur dengan
menggunakan
spektrofotometer
pada λ= 410 nm

Hasil (Konsentrasi Nitrat)

(Suin, 2002)

Lampiran 5. Bagan Kerja Untuk menganalisis Fosfat (PO 4)

5 ml sampel air

2 ml Amstrong reagen
1 ml Ascorbic Acid

Larutan

Dibiarkan selama 20 menit

Diukur dengan
menggunakan
spektofotometer
Hasil (Konsentrasi Fosfat) pada λ= 880 nm

(Suin, 2002)
40

Lampiran 6. Hasil uji Pengukuran BOD5, Nitrat dan Posfat


41
42

Lampiran 7. Analisis Hubungan Panjang Bobot Ikan

A. Stasiun 1 Perairan Ajibata


2
No L (mm) W (gr) Log L Log W Log L x Log W Log L
1 160 73.2 2.20412 1.864511 4.109606 4.858145
2 169 83.8 2.227887 1.923244 4.28477 4.963479
3 122 26.2 2.08636 1.418301 2.959087 4.352897
4 175 82.4 2.243038 1.915927 4.297498 5.03122
5 178 91.5 2.25042 1.961421 4.414021 5.06439
6 185 89.6 2.267172 1.952308 4.426218 5.140068
7 169 79.1 2.227887 1.898176 4.228922 4.963479
8 174 88.2 2.240549 1.945469 4.358918 5.020061
9 161 73.7 2.206826 1.867467 4.121176 4.87008
10 167 91.6 2.222716 1.961895 4.360737 4.940469
11 163 79.9 2.212188 1.902547 4.20879 4.893774
12 188 16.7 2.274158 1.222716 2.78065 5.171794
13 184 95.5 2.264818 1.980003 4.484347 5.1294
14 179 124.1 2.252853 2.093772 4.71696 5.075347
15 195 146.1 2.290035 2.16465 4.957124 5.244259
16 152 68.1 2.181844 1.833147 3.99964 4.760441
17 149 62.4 2.173186 1.795185 3.90127 4.722739
18 132 31.4 2.120574 1.49693 3.17435 4.496834
19 182 87.5 2.260071 1.942008 4.389077 5.107923
20 178 83.7 2.25042 1.922725 4.32694 5.06439
21 161 72.4 2.206826 1.859739 4.104119 4.87008
22 150 61.4 2.176091 1.788168 3.891218 4.735373
23 140 52.9 2.146128 1.723456 3.698757 4.605866
24 131 34.7 2.117271 1.540329 3.261295 4.482838
25 138 35.1 2.139879 1.545307 3.30677 4.579083
26 121 28.8 2.082785 1.459392 3.039601 4.337995
27 140 56.1 2.146128 1.748963 3.753498 4.605866
28 132 31.5 2.120574 1.498311 3.177278 4.496834
29 150 70.6 2.176091 1.848805 4.023168 4.735373
30 148 61.4 2.170262 1.788168 3.880793 4.710036
31 142 53.6 2.152288 1.729165 3.721661 4.632345
32 170 81.8 2.230449 1.912753 4.266299 4.974902
33 162 47.2 2.209515 1.673942 3.6986 4.881957
34 161 73.7 2.206826 1.867467 4.121176 4.87008
35 172 80.9 2.235528 1.907949 4.265273 4.997587
36 125 30.1 2.09691 1.478566 3.100421 4.397032
37 117 23.1 2.068186 1.363612 2.820203 4.277393
38 124 24.8 2.093422 1.394452 2.919175 4.382414
39 161 70.4 2.206826 1.847573 4.077271 4.87008
40 189 129.8 2.276462 2.113275 4.810789 5.182278
43

41 175 80.8 2.243038 1.907411 4.278396 5.03122


42 182 128.2 2.260071 2.107888 4.763977 5.107923
43 194 142.8 2.287802 2.154728 4.929591 5.234037
44 131 44.8 2.117271 1.651278 3.496204 4.482838
45 142 59.2 2.152288 1.772322 3.814547 4.632345
46 152 61.8 2.181844 1.790988 3.907657 4.760441
47 161 47.1 2.206826 1.673021 3.692066 4.87008
48 172 80.1 2.235528 1.903633 4.255625 4.997587
49 150 61.1 2.176091 1.786041 3.886589 4.735373
50 170 80.4 2.230449 1.905256 4.249576 4.974902
51 182 97.1 2.260071 1.987219 4.491257 5.107923
52 130 50.4 2.113943 1.702431 3.598842 4.468756
53 124 31.4 2.093422 1.49693 3.133705 4.382414
54 118 24.2 2.071882 1.383815 2.867102 4.292695
55 112 15.6 2.049218 1.193125 2.444972 4.199295
56 115 21.4 2.060698 1.330414 2.741581 4.246476
57 142 54.2 2.152288 1.733999 3.732066 4.632345
58 170 76.8 2.230449 1.885361 4.205202 4.974902
59 162 47.1 2.209515 1.673021 3.696565 4.881957
60 151 66.1 2.178977 1.820201 3.966177 4.747941
61 142 54.2 2.152288 1.733999 3.732066 4.632345
62 170 82.6 2.230449 1.91698 4.275726 4.974902
63 182 148.7 2.260071 2.172311 4.909578 5.107923
64 171 85.7 2.232996 1.932981 4.316339 4.986272
65 150 63.4 2.176091 1.802089 3.921511 4.735373
66 152 64.1 2.181844 1.806858 3.942282 4.760441
67 151 63.8 2.178977 1.804821 3.932663 4.747941
68 151 62.1 2.178977 1.793092 3.907105 4.747941
69 161 75.6 2.206826 1.878522 4.145571 4.87008
70 152 62.7 2.181844 1.797268 3.921357 4.760441
71 141 60.4 2.149219 1.781037 3.827839 4.619143
72 157 69.2 2.1959 1.840106 4.040688 4.821975
73 142 52.6 2.152288 1.720986 3.704058 4.632345
74 145 58.4 2.161368 1.766413 3.817868 4.671512
75 132 30.8 2.120574 1.488551 3.156582 4.496834
76 140 52.8 2.146128 1.722634 3.696993 4.605866
77 151 65.2 2.178977 1.814248 3.953204 4.747941
78 181 91.8 2.257679 1.962843 4.431468 5.097113
79 192 132.1 2.283301 2.120903 4.84266 5.213465
80 198 149.2 2.296665 2.173769 4.992419 5.274671
81 171 87.6 2.232996 1.942504 4.337604 4.986272
82 162 76.1 2.209515 1.881385 4.156948 4.881957
83 120 64.9 2.079181 1.812245 3.767985 4.322995
84 120 21.9 2.079181 1.340444 2.787026 4.322995
44

85 115 20.1 2.060698 1.303196 2.685493 4.246476


86 98 14.1 1.991226 1.149219 2.288355 3.964981
87 105 17.1 2.021189 1.232996 2.492119 4.085206
88 117 19.8 2.068186 1.296665 2.681745 4.277393
89 142 50.6 2.152288 1.704151 3.667823 4.632345
90 152 60.7 2.181844 1.783189 3.890639 4.760441
91 166 72.4 2.220108 1.859739 4.128821 4.92888
92 124 35.6 2.093422 1.55145 3.247839 4.382414
93 131 41.2 2.117271 1.614897 3.419176 4.482838
94 140 61.7 2.146128 1.790285 3.842181 4.605866
95 170 85.6 2.230449 1.932474 4.310284 4.974902
96 180 91.8 2.255273 1.962843 4.426745 5.086254
97 141 61.7 2.149219 1.790285 3.847715 4.619143
98 182 89.1 2.260071 1.949878 4.406863 5.107923
99 152 85.7 2.181844 1.932981 4.217462 4.760441
100 112 14.1 2.049218 1.149219 2.355001 4.199295
101 100 10.5 2 1.021189 2.042379 4
102 111 10.9 2.045323 1.037426 2.121872 4.183346
103 127 31.4 2.103804 1.49693 3.149246 4.42599
104 153 67.8 2.184691 1.83123 4.000672 4.772877
105 150 59.5 2.176091 1.774517 3.861511 4.735373
106 180 90.9 2.255273 1.958564 4.417095 5.086254
107 182 91.2 2.260071 1.959995 4.429728 5.107923
108 113 16.2 2.053078 1.209515 2.483229 4.215131
109 149 65.3 2.173186 1.814913 3.944144 4.722739
110 162 80.7 2.209515 1.906874 4.213266 4.881957
111 154 79.3 2.187521 1.899273 4.154699 4.785247
112 142 59.5 2.152288 1.774517 3.819272 4.632345
113 163 79.4 2.212188 1.899821 4.202759 4.893774
∑= 152.0177 64.64956 245.942 197.6061 431.8548 535.8345
Keterangan ;L = Panjang Ikan W = Berat Ikan

Log a = -5,29129

b = 3,23491
45

B. Stasiun 2 Perairan Balige


2
No L (mm) W (gr) Log L Log w Log L x Log W Log L
1 160 77.2 2.20412 1.887617 4.160535 4.858145
2 139 39.3 2.143015 1.594393 3.416807 4.592512
3 138 42.1 2.139879 1.624282 3.475767 4.579083
4 165 75.2 2.217484 1.876218 4.160483 4.917235
5 138 47.7 2.139879 1.678518 3.591826 4.579083
6 135 41.2 2.130334 1.614897 3.44027 4.538322
7 139 36.8 2.143015 1.565848 3.355635 4.592512
8 158 77.7 2.198657 1.890421 4.156388 4.834093
9 129 35.5 2.11059 1.550228 3.271896 4.454589
10 119 27.6 2.075547 1.440909 2.990674 4.307895
11 130 35.2 2.113943 1.546543 3.269304 4.468756
12 130 39.1 2.113943 1.592177 3.365771 4.468756
13 145 49.3 2.161368 1.692847 3.658865 4.671512
14 133 38.3 2.123852 1.583199 3.362479 4.510746
15 135 39.4 2.130334 1.595496 3.398939 4.538322
16 168 84.1 2.225309 1.924796 4.283266 4.952001
17 152 72.6 2.181844 1.860937 4.060273 4.760441
18 142 61.3 2.152288 1.78746 3.84713 4.632345
19 159 75.4 2.201397 1.877371 4.13284 4.846149
20 149 52.3 2.173186 1.718502 3.734624 4.722739
21 136 43.1 2.133539 1.634477 3.487221 4.551988
22 130 37.3 2.113943 1.571709 3.322503 4.468756
23 148 54.1 2.170262 1.733197 3.761492 4.710036
24 153 70.8 2.184691 1.850033 4.041752 4.772877
25 168 82.4 2.225309 1.915927 4.263531 4.952001
26 172 85.6 2.235528 1.932474 4.3201 4.997587
27 161 78.4 2.206826 1.894316 4.180426 4.87008
28 120 30.1 2.079181 1.478566 3.074208 4.322995
29 140 58.4 2.146128 1.766413 3.790948 4.605866
30 146 53.9 2.164353 1.731589 3.747769 4.684423
31 154 63.4 2.187521 1.802089 3.942108 4.785247
32 160 76.1 2.20412 1.881385 4.146798 4.858145
33 156 66.9 2.193125 1.825426 4.003387 4.809796
34 158 69.3 2.198657 1.840733 4.047141 4.834093
35 163 71.8 2.212188 1.856124 4.106095 4.893774
36 168 87.4 2.225309 1.941511 4.320463 4.952001
37 150 60.3 2.176091 1.780317 3.874133 4.735373
38 154 64.1 2.187521 1.806858 3.952539 4.785247
39 135 40.2 2.130334 1.604226 3.417537 4.538322
40 143 53.1 2.155336 1.725095 3.718158 4.645473
41 143 51.8 2.155336 1.71433 3.694957 4.645473
42 148 48.2 2.170262 1.683047 3.652653 4.710036
46

43 135 40.3 2.130334 1.605305 3.419836 4.538322


44 162 71.4 2.209515 1.853698 4.095774 4.881957
45 149 57.2 2.173186 1.757396 3.819149 4.722739
46 160 74.9 2.20412 1.874482 4.131583 4.858145
47 143 53.4 2.155336 1.727541 3.723432 4.645473
48 130 35.6 2.113943 1.55145 3.279677 4.468756
49 132 38.7 2.120574 1.587711 3.366858 4.496834
50 124 32.9 2.093422 1.517196 3.176131 4.382414
51 129 35.6 2.11059 1.55145 3.274474 4.454589
52 143 54.3 2.155336 1.7348 3.739077 4.645473
53 150 61.7 2.176091 1.790285 3.895824 4.735373
54 152 58.6 2.181844 1.767898 3.857276 4.760441
55 160 75.9 2.20412 1.880242 4.144278 4.858145
56 155 67.9 2.190332 1.83187 4.012402 4.797553
57 148 54.2 2.170262 1.733999 3.763232 4.710036
58 130 34.3 2.113943 1.535294 3.245525 4.468756
59 151 60.8 2.178977 1.783904 3.887085 4.747941
60 143 51.7 2.155336 1.713491 3.693148 4.645473
61 149 52.3 2.173186 1.718502 3.734624 4.722739
62 154 65.8 2.187521 1.818226 3.977407 4.785247
63 169 84.3 2.227887 1.925828 4.290526 4.963479
∑= 146.619 56.44127 136.3614 109.1331 236.527 295.2447
Keterangan ;

L = Panjang Ikan

W = Berat Ikan

cLog a = -5,37782

B = 3,28491
47

C. stasiun 3 Perairan Muara


2
No L (mm) W (gr) Log L Log w Log L x Log W Log L
1 124 30.2 2.093422 1.480007 3.098278629 4.382414
2 125 29.1 2.09691 1.463893 3.069651867 4.397032
3 129 35.6 2.11059 1.55145 3.274474402 4.454589
4 132 36.2 2.120574 1.558709 3.305356761 4.496834
5 156 63.4 2.193125 1.802089 3.95220628 4.809796
6 172 81.1 2.235528 1.909021 4.267670425 4.997587
7 142 58.4 2.152288 1.766413 3.801829782 4.632345
8 130 32.6 2.113943 1.513218 3.198856286 4.468756
9 152 60.8 2.181844 1.783904 3.892198586 4.760441
10 127 33.4 2.103804 1.523746 3.205663487 4.42599
11 134 39.2 2.127105 1.593286 3.389086438 4.524575
12 139 55.8 2.143015 1.746634 3.743062939 4.592512
13 150 60.7 2.176091 1.783189 3.880381324 4.735373
14 149 57.6 2.173186 1.760422 3.825725968 4.722739
15 162 69.4 2.209515 1.841359 4.068511397 4.881957
16 170 84.6 2.230449 1.92737 4.298901147 4.974902
17 182 93.4 2.260071 1.970347 4.453124599 5.107923
18 160 64.2 2.20412 1.807535 3.984024075 4.858145
19 137 56.2 2.136721 1.749736 3.738697573 4.565575
20 125 30.4 2.09691 1.482874 3.109452465 4.397032
21 140 54.7 2.146128 1.737987 3.729943327 4.605866
22 135 55.1 2.130334 1.741152 3.709234047 4.538322
23 160 65.6 2.20412 1.816904 4.004674059 4.858145
24 171 86.2 2.232996 1.935507 4.321980196 4.986272
25 165 67.1 2.217484 1.826723 4.050727859 4.917235
26 145 58.1 2.161368 1.764176 3.813033843 4.671512
27 162 66.8 2.209515 1.824776 4.031870992 4.881957
28 144 59.2 2.158362 1.772322 3.825312696 4.658529
29 130 38.1 2.113943 1.580925 3.341985843 4.468756
30 150 61.7 2.176091 1.790285 3.895823897 4.735373
31 161 69.2 2.206826 1.840106 4.060793744 4.87008
32 152 63.4 2.181844 1.802089 3.931876892 4.760441
33 142 58.1 2.152288 1.764176 3.797015727 4.632345
34 130 34.2 2.113943 1.534026 3.242844289 4.468756
35 129 30.4 2.11059 1.482874 3.129737727 4.454589
36 130 31.7 2.113943 1.501059 3.173154249 4.468756
37 143 60.8 2.155336 1.783904 3.844911672 4.645473
38 150 62.8 2.176091 1.79796 3.912524265 4.735373
39 163 66.9 2.212188 1.825426 4.03818503 4.893774
40 158 62.5 2.198657 1.79588 3.948524327 4.834093
41 156 64.7 2.193125 1.810904 3.971538723 4.809796
42 143 57.4 2.155336 1.758912 3.791046188 4.645473
48

43 149 56.8 2.173186 1.754348 3.812525713 4.722739


44 139 59.4 2.143015 1.773786 3.801250604 4.592512
45 142 55.7 2.152288 1.745855 3.757583788 4.632345
46 147 59.2 2.167317 1.772322 3.841183558 4.697264
47 156 63.9 2.193125 1.805501 3.959688344 4.809796
48 152 61.3 2.181844 1.78746 3.899959175 4.760441
49 149 55.3 2.173186 1.742725 3.787266325 4.722739
50 168 69.4 2.225309 1.841359 4.097594321 4.952001
∑= 147.16 56.56 108.289 86.72663 188.0809458 234.6173
Keterangan ;

L = Panjang Ikan

W = Berat Ikan

Log a = -4,48106

b =2,86991

D. stasiun 4 Perairan Palipi


2
No L (mm) W (gr) Log L Log w Log L x Log W Log L
1 150 54.2 2.176091 1.733999 3.773341 4.735373
2 145 56.4 2.161368 1.751279 3.785159 4.671512
3 152 60.3 2.181844 1.780317 3.884374 4.760441
4 143 58.8 2.155336 1.769377 3.813603 4.645473
5 146 60.2 2.164353 1.779596 3.851675 4.684423
6 135 54.3 2.130334 1.7348 3.695703 4.538322
7 137 57.4 2.136721 1.758912 3.758303 4.565575
8 128 43.7 2.10721 1.640481 3.456839 4.440334
9 154 62.2 2.187521 1.79379 3.923954 4.785247
10 143 59.1 2.155336 1.771587 3.818366 4.645473
11 157 62.1 2.1959 1.793092 3.937449 4.821975
12 163 76.3 2.212188 1.882525 4.164497 4.893774
13 182 165 2.260071 2.217484 5.011672 5.107923
14 184 148 2.264818 2.170262 4.915247 5.1294
15 179 121.4 2.252853 2.084219 4.695438 5.075347
16 160 77.3 2.20412 1.888179 4.161774 4.858145
49

17 174 112.4 2.240549 2.050766 4.594843 5.020061


18 142 72.3 2.152288 1.859138 4.001402 4.632345
19 175 92.3 2.243038 1.965202 4.408022 5.03122
20 152 71.4 2.181844 1.853698 4.04448 4.760441
21 122 32.4 2.08636 1.510545 3.15154 4.352897
22 165 84.5 2.217484 1.926857 4.272774 4.917235
23 140 45.3 2.146128 1.656098 3.554199 4.605866
24 193 166.4 2.285557 2.221153 5.076573 5.223772
25 154 72.6 2.187521 1.860937 4.070837 4.785247
26 153 70.1 2.184691 1.845718 4.032324 4.772877
27 186 165.3 2.269513 2.218273 5.034399 5.150689
28 177 123.8 2.247973 2.092721 4.70438 5.053384
29 145 67.3 2.161368 1.828015 3.951013 4.671512
30 133 35.3 2.123852 1.547775 3.287244 4.510746
31 129 30.4 2.11059 1.482874 3.129738 4.454589
32 163 78.3 2.212188 1.893762 4.189356 4.893774
∑= 155.0313 79.275 69.99701 59.36343 130.1505 153.1954
Keterangan ;

L = Panjang Ikan

W = Berat Ikan

Log a = -5,96721

B = 3,57607

E. stasiun 5 Perairan Tongging


2
No L (mm) W (gr) Log L Log W Log L x Log W Log L
1 215 204.3 2.332438 2.310268 5.388559 5.440269
2 161 80.2 2.206826 1.904174 4.202181 4.87008
3 162 89.7 2.209515 1.952792 4.314724 4.881957
4 165 81.3 2.217484 1.910091 4.235595 4.917235
5 215 203.7 2.332438 2.308991 5.385579 5.440269
6 203 162.1 2.307496 2.209783 5.099066 5.324538
7 155 61.6 2.190332 1.789581 3.919775 4.797553
50

8 143 56.1 2.155336 1.748963 3.769603 4.645473


9 180 92.6 2.255273 1.966611 4.435244 5.086254
10 167 70.2 2.222716 1.846337 4.103884 4.940469
11 160 68.2 2.20412 1.833784 4.041881 4.858145
12 153 61.7 2.184691 1.790285 3.911221 4.772877
13 160 66.1 2.20412 1.820201 4.011942 4.858145
14 179 87.8 2.252853 1.943495 4.378408 5.075347
15 142 60.4 2.152288 1.781037 3.833305 4.632345
16 132 54.6 2.120574 1.737193 3.683845 4.496834
17 125 29.8 2.09691 1.474216 3.091299 4.397032
18 182 94.7 2.260071 1.97635 4.466692 5.107923
19 160 70.5 2.20412 1.848189 4.073631 4.858145
20 171 85.1 2.232996 1.92993 4.309525 4.986272
21 165 75.2 2.217484 1.876218 4.160483 4.917235
22 151 66.7 2.178977 1.824126 3.974728 4.747941
23 156 68.9 2.193125 1.838219 4.031444 4.809796
24 143 59.8 2.155336 1.776701 3.829388 4.645473
25 149 58.4 2.173186 1.766413 3.838744 4.722739
26 150 60.2 2.176091 1.779596 3.872564 4.735373
27 168 71.8 2.225309 1.856124 4.130451 4.952001
28 174 80.5 2.240549 1.905796 4.27003 5.020061
29 160 70.2 2.20412 1.846337 4.069549 4.858145
30 152 62.5 2.181844 1.79588 3.918329 4.760441
31 140 61.8 2.146128 1.790988 3.843691 4.605866
32 132 38.2 2.120574 1.582063 3.354882 4.496834
33 134 39.8 2.127105 1.599883 3.403119 4.524575
34 131 35.4 2.117271 1.549003 3.27966 4.482838
35 128 27.6 2.10721 1.440909 3.036298 4.440334
36 129 29.7 2.11059 1.472756 3.108385 4.454589
37 140 60.8 2.146128 1.783904 3.828485 4.605866
38 152 64.1 2.181844 1.806858 3.942282 4.760441
39 153 65.8 2.184691 1.818226 3.972263 4.772877
40 160 69.4 2.20412 1.841359 4.058577 4.858145
41 179 82.2 2.252853 1.914872 4.313925 5.075347
42 183 89.9 2.262451 1.95376 4.420286 5.118685
43 163 70.4 2.212188 1.847573 4.087177 4.893774
44 151 65.1 2.178977 1.813581 3.951751 4.747941
45 160 68.7 2.20412 1.836957 4.048873 4.858145
46 142 59.9 2.152288 1.777427 3.825535 4.632345
47 137 42.6 2.136721 1.62941 3.481593 4.565575
48 160 67.9 2.20412 1.83187 4.037661 4.858145
49 151 63.1 2.178977 1.800029 3.922222 4.747941
50 128 47.2 2.10721 1.673942 3.527347 4.440334
51 132 58.2 2.120574 1.764923 3.74265 4.496834
51

52 140 43.4 2.146128 1.63749 3.514263 4.605866


53 150 63.9 2.176091 1.805501 3.928935 4.735373
54 162 63.7 2.209515 1.804139 3.986273 4.881957
55 168 69.2 2.225309 1.840106 4.094805 4.952001
56 170 76.2 2.230449 1.881955 4.197604 4.974902
57 162 65.7 2.209515 1.817565 4.015938 4.881957
58 170 74.8 2.230449 1.873902 4.179642 4.974902
59 142 47.2 2.152288 1.673942 3.602806 4.632345
60 150 58.2 2.176091 1.764923 3.840633 4.735373
61 140 43.4 2.146128 1.63749 3.514263 4.605866
62 152 63.9 2.181844 1.805501 3.93932 4.760441
63 160 67.4 2.20412 1.82866 4.030586 4.858145
64 170 72.1 2.230449 1.857935 4.14403 4.974902
65 161 69.8 2.206826 1.843855 4.069068 4.87008
66 150 62.7 2.176091 1.797268 3.911018 4.735373
67 142 48.2 2.152288 1.683047 3.622403 4.632345
68 132 32.4 2.120574 1.510545 3.203222 4.496834
69 138 55.1 2.139879 1.741152 3.725854 4.579083
70 129 31.5 2.11059 1.498311 3.162319 4.454589
71 134 36.8 2.127105 1.565848 3.330722 4.524575
∑= 155 67.72254 155.2965 127.7471 279.952 339.8607
Keterangan ;

L = Panjang Ikan

W = Berat Ikan

Log a = -4,52658

b =2,89211
52

lampiran 8. Kepadatan Populasi (K) ikan Oskar (Amphilophus citrinellus)


1. Kepadatan Populasi (K) Stasiun 1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
K Ampihilophus citrinellus = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐽𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔
113
= 5000
= 0,0226
2. Kepadatan Populasi (K) Stasiun 2
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
K Ampihilophus citrinellus = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐽𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔
63
= 5000
= 0,0126

3. Kepadatan Populasi (K) Stasiun 3


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
K Ampihilophus citrinellus = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐽𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔
50
= 5000
= 0,1

4. Kepadatan Populasi (K) Stasiun 4


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
K Ampihilophus citrinellus =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐽𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔
32
= 5000
= 0,0064

5. Kepadatan Populasi (K) Stasiun 5


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
K Ampihilophus citrinellus = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐽𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔
71
= 5000
= 0,0142

Anda mungkin juga menyukai