SKRIPSI
DEPIYANTO SITANGGANG
180805043
SKRIPSI
DEPIYANTO SITANGGANG
180805043
SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya.
Depiyanto Sitanggang
180805043
PENGESAHAN SKRIPSI
Disetujui di
Medan, Juli 2022
Dr. Yurnaliza, S.Si., M. Si Prof. Dr. Ing Ternala Alexander Barus, M.Sc
NIP. 197107181999032001 NIP. 195810161987031003
i
POLA PERTUMBUHAN DAN FAKTOR KONDISI IKAN OSKAR
(Amphilophus citrinellus Gunther, 1864) DI PERAIRAN DANAU TOBA,
SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Kata Kunci : Danau Toba, ikan oskar, pola pertumbuhan, faktor kondisi,
ii
GROWTH PATTERN AND CONDITION FACTOR OF OSKAR FISH
(Amphilophus citrinellus Gunther, 1864) IN LAKE TOBA, NORTH
SUMATERA
ABSTRACT
Oscar fish (Amphilophus citrinellus) is a foreign fish that was introduced into
the waters of Lake Toba and can be found around the waters of Lake Toba and has
the potential to be invasive. This research was carried out in the waters of Lake Toba
around Ajibata, Balige, Muara, Palipi and Tongging in January 2022. This study
aims to determine the growth pattern and condition factors of Oscar fish and the
relationship of fish density to physical and chemical factors in the waters of Lake
Toba. Determination of research location points using the "Purposive Sampling"
method based on activities around the lake. Data analysis includes growth patterns
and condition factors of Oscar fish as well as physical and chemical factors of the
waters. Based on the results of the research at the five stations, the growth pattern at
stations 1, 2, and 4 was allometric positive (b>3) while at stations 3 and 5 was
allometric negative (b<3). The value of the condition factor ranged from 1.007015-
1.025093, with this value, the fish, including the value of K < 2, stated that the fish
body was classified as less flat. The results of the correlation test showed that there
was a very strong influence, namely temperature, turbidity, phosphate and light
intensity on the density of Oscar fish.
iii
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang
berjudul ‘‘Pola Pertumbuhan dan Faktor Kondisi Ikan Oskar (Amphilophus
citrinellus Gunther, 1864) di Perairan Danau Toba, Sumatera Utara’’.
iv
sampaikan kepada laboratorium Shafera Environment beserta staff yang telah
banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan penulisan hasil penelitian ini. Dan
juga EKOPER 18 (Okana, Enike, Tia, dan Risdayanti), TRANSPOSON dan
PKBKB USU yang memberi semangat, bantuan, Doa, dan motivasi kepada penulis
dalam pengerjaan hasil penelitian ini.
Terimakasih kepada seluruh rekan yang tidak tersebut namanya. Penulis
menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Penulis sangat mengharapkan hasil penelitian ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan hasil penelitian ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan hasil penelitian ini. Semoga
hasil ini bermanfaat bagi kita semua amin. Demikian yang dapat penulis sampaikan,
atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Depiyanto Sitanggang
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR SINGKATAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2
vi
3.4 Pengukuran Faktor Fisik-Kimia Perairan 15
3.4.1 Dissolved Oxigen (DO) 15
3.4.2 Biochemical Oxigen Demand (BOD) 15
3.4.3 Temperatur 15
3.4.4 pH 15
3.4.5 Intensitas Cahaya 16
3.4.6 Kekeruhan (NTU) 16
3.4.7 Penetrasi Cahaya 16
3.4.8 Kadar Nitrat 16
3.4.9 Kadar Fosfat 16
3.4.10 Kejenuhan Oksigen 16
3.5 Analisis Data 17
3.5.1 Pola Pertumbuhan Ikan 17
3.5.2 Faktor Kondisi 17
3.5.3 Kepadatan Populasi 18
3.5.4 Analisis Korelasi 18
DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN 37
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
lampiran
1 Peta Lokasi Penelitian 36
2 Poto Kerja 37
4 Bagan Kerja Mengukur BOD5 38
5 Bagan Kerja Menganalisis Nitrat (NO3) 38
6 Bagan Kerja Menganalisis Fosfat (PO4) 39
7 Hasil Uji Pengukuran BOD5, Nitrat dan Fosfat 40
8 Analisis Data Hubungan Panjang-Bobot Ikan 42
9 Analisis Kepadatan Ikan 52
x
DAFTAR SINGKATAN
DO = Dissolved Oxygen
BOD = Biologycal Oxygen Demand
pH = Potencial Of Hydrogen
ATP = Adenosine Triphosfate
ADP = Adenosine Diphosphate
LU = Lintang Utara
BT = Bujur Timur
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
dilakukan penelitian terkait bagaimana pola pertumbuhan dan faktor kondisi ikan
oskar di Danau Toba khususnya perairan Ajibata, Balige, Muara, Palipi dan
Tongging.
1.2 Permasalahan
Perairan Danau Toba merupakan sumber daya alam hayati yang tinggi dilihat
dari biodiversitas biota air. Perairan Danau Toba sebagai habitat berbagai jenis biota
air, Salah satunya ikan oskar sebagai ikan asing baru dan berpotensi invasif di
perairan Danau Toba. Adanya permasalahan ini, maka perlu dilakukan penelitian
tentang pola pertumbuhan dan faktor kondisi dan faktor fisika-kimia perairan
berdampak bagi perkembangan dan pertumbuhan ikan oskar di Perairan Danau Toba.
terbatas dalam memanfaatkan wilayah periaran Danau Toba, danau masih tergolong
oligotrofik (miskin nutrisi) dengan penetrasi mencapai 22 m. Keramba jaring apung
didirikan pada tahun 1988 dan dikelola oleh masyarakat setempat dan pihak swasta.
Sejak saat itu, kegiatan perikanan meningkat disekitaran Danau Toba (Barus et al,
2022). Aktivitas aktivitas tersebut berpotensi memberikan masukan baik berupa
bahan organik maupun anorganik kedalam perairan. Bahan organik yang masuk
kedalam perairan mengalami proses penguraian yang akan menghasilkan unsur hara.
Bahan organik merupakan faktor yang sangat berpotensi memengaruhi dinamika
fitoplankton melalui peningkatan variabilitas kekeruhan dan juga bahan organik
dapat menyebabkan eutrofikasi. Beberapa indikasi terjadinya eutrofikasi di Danau
Toba adalah peningkatan unsur hara fosfat dan perubahan kesuburan tanah. Diantara
penyebab terjadinya eutrofikasi di Danau Toba diduga berasal dari adanya aktivitas
budidaya ikan di KJA dan pencemaran limbah domestik. Salah satu dampak
eutrofikasi adalah dapat memengaruhi keberadaan fitoplankton di perairan (Rahman
et al., 2016)
Danau Toba banyak tumbuh berbagai jenis tumbuhan air, khususnya eceng
gondok. Hal ini terjadi akibat proses eutrofikasi (penghayaraan) yang merupakan
suatu gejala peningkatan unsur hara, terutama unsur fosfor dan nitrogen dalam
ekosistem air. Kondisi kualitas Danau Toba telah mengalami degradasi terutama
pada lokasi danau yang banyak terkena pembuangan limbah dari berbagai aktivitas
manusia. Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan di Ekosistem Danau Toba
menunjukkan bahwa populasi plankton di Danau Toba sangat rendah. Komunitas
plankton merupakan dasar dari terbentuknya suatu rantai makanan, oleh sebab itu
plankton memegang peranan yang penting dalam suatu ekosistem danau. Dengan
demikian maka dapat dimaklumi bahwa keanekaragaman ikan di Danau Toba juga
tidak terlalu tinggi (Barus, 2020).
Danau Toba yang merupakan suatu ekosistem air telah banyak mengalami
perubahan terutama akibat dari berbagai aktivitas manusia yang terdapat disekitar
ekosistem air ini. Permasalahan utama yang dialami ekosistem danau toba adalah
penurunan kualitas air akibat dari berbagai limbah yang dibuang kedalam danau
sehingga menimbulkan pencemaran. Hal ini terutama dapat dilihat dikawasan sekitar
Parapat dan Balige (Barus, 2004)
5
merupakan faktor yang lebih penting dari pada suatu perairan untuk pertumbuhan
ikan didaerah trofik. Keberhasilan mendapatkan makanan dan pertama kali ikan
matang gonad dapat menentukan dan mempengaruhi pertumbuhan. Faktor kondisi
merupakan suatu cara untuk mengetahui keadaan atau kemontokan ikan yang
dinyatakan dalam angka angka berdasarkan panjang dan berat. Faktor kondisi yang
tinggi pada ikan menunjukkan ikan dalam perkembangan gonad, sedangkan faktor
kondisi yang rendah menunjukkan ikan kurang dalam mendapatkan asupan makanan
(Aisyah, 2017). Faktor kondisi juga akan berbeda tergantung jenis kelamin ikan,
musim atau lokasi penangkapan. Perbedaan laju pertumbuhan ikan dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal yang terdiri dari faktor genetik yang secara
langsung membatasi ukuran maksimum ikan dan ukuran tubuh ikan (Laila, 2018).
Pertumbuhan ikan sering kali dikaitkan dengan berbagai kondisi lingkungan,
seperti makanan, kompetisi , predasi, dan berbagai pengaruh lingkungan seperti suhu
permukaan, level trofik dan lainnya. Pengaruh ini terefleksi pada kondisi
pertumbuhan ikan. Jika pertumbuhan baik,biasanya kana menghasilkan ikan dengan
pertumbuhan panjang dan berat yang baik pula. Salah satu hal yang penting bagi
pertumbuhan ialah faktor kondisi atau sering disebut pula faktor K. faktor kondisi ini
menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival
dan bereproduksi (Yonvitner et al, 2020).
sebagian organisme air. Pengaruh oksigen terlarut terhadap fisiologis organisme air
terutama adalah dalam proses respirasi. Nilai oksigen terlarut diperairan sebaiknya
berkisar 6-8 mg/l, sehingga dapat mendukung kehidupan organisme air secara
optimal (Barus, 2020). Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan
kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar
oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan organik
dan anorganik (Mainassy, 2017).
2.5.3 Temperatur
Suhu memegang peranan penting dalam mempengaruhi laju pertumbuhan
organisma air tawar. Suhu air dapat mempengaruhi terhadap sistem kerja enzim dan
derajat metabolisme ikan (Kurniasih, 2008). Suhu sangat mempengaruhi keberadaan
ikan. Apabila suhu terlalu tinggi maka akan menimbulkan kondisi stress pada ikan.
Peningkatan suhu juga dapat meningkatkan laju metabolisme hewan air (Mainassy,
2017). Akibat meningkatnya laju metabolisme, akan menyebabkan konsumsi oksigen
meningkat, sementara dilain pihak dengan naiknya temperatur akan menyebabkan
kelarutan oksigen dalam air berkurang. Hal ini dapat menyebabkan organism air
akan mengalami kesulitan untuk melakukan respirasi. Temperatur juga
mempengaruhi laju pertumbuhan ikan, masa hidup ikan, dan frekuensi denyut
jantung (Barus , 2020)
9
2.5.4 pH
Derajat keasaman atau pH air menunjukkan aktivitas ion hydrogen dalam
larutan dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hydrogen (dalam mol per liter). Pada
suhu tertentu pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena
mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan berkurang produktif,
bahkan malah membunuh ikan. Pada pH rendah kandungan oksigen terlarut akan
berkurang. Akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas pernapasan naik, dan
selera makan akan menurun (Kordi, 2010).
Kondisi perairan yang bersifat asam dan basa akan membahayakan
kelangsungan hidup organisme, karena akan mengakibatkan terjadinya gangguan
metabolisme dan respirasi. Batas toleransi organisme terhadap pH bervariasi dan
pada umumnya sebagian besar organisme akuatik sensitive terhadap perubahan pH
(Mainassy, 2017). Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan
mobilitas berbagai senyawa logam berat terutama ion aluminium yang bersifat
toksik, semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup
organisme air. Sedangkan pH yang tinggi akan menyebabkan keseimbangan antar
ammonium dan amoniak dalam air akan terganggu. Kenaikan pH diatas netral akan
meningkatkan konsentrasi amoniak yang juga bersifat toksik bagi organisme (Barus,
2020)
dalam ekosistem air. Dalam ekosistem fosfor akan membentuk suatu rangkaian
interaksi yang kompleks yang disebut siklus fosfor (Barus, 2020)
3.2.1 Stasiun 1
Stasiun ini terletak di Perairan Danau Toba sekitar Ajibata, Kecamatan
Ajibata kabupaten Toba, secara geografis terletak pada N; 02° 39’11,9” dan E;
98°56’07,4”. Daerah ini dekat dengan muara sungai.
3.2.2 Stasiun 2
Stasiun ini terletak di Perairan Danau Toba sekitar Balige, Kecamatan Balige,
Kabupaten Toba, secara geografis terletak pada N;02° 20’29,7” dan E;099° 03’47”.
Daerah ini dekat dengan pemukiman warga.
3.2.3 Stasiun 3
Stasiun ini terletak di Perairan Danau Toba sekitar Muara Huta lottung,
Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, secara geografis terletak pada N;02°
20’24,7” dan E;0,98° 52’14,5”. Daerah ini jauh dari pemukiman warga.
3.2.4 Stasiun 4
Stasiun ini terletak di Perairan Danau Toba sekitar Simbolon Purba Palipi,
Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir. secara geografis terletak pada N;02°
30’25,32” dan E; 98°46’47”. Daerah ini dekat pertanian warga.
14
3.2.5 Stasiun 5
Stasiun ini terletak di Perairan Danau Toba sekitar Tongging, Kecamatan
Merek Kabupaten Karo. Secara geografis terletak pada N;02° 53’42,81” dan E; 98°
31’26,29”. Daerah ini jauh dari pemukiman warga..
3.4.2 BOD5
Pengukuran BOD5 dilakukan dengan metode winkler dan inkubasi. Sampel
air yang diambil dari perairan dimasukkan dalam botol winkler, kemudian di
inkubasi selama 5 hari pada suhu 20°C. Setelah 5 hari dihitung kadar BOD5 dengan
cara mengurangkan DO awal dengan DO akhir.
3.4.3 Suhu
Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan DO meter YSI Multiprobe.
DO meter dimasukkan kedalam badan air dan dibiarkan beberapa saat , kemudian
dibaca hasil yang terdapat pada skala DO meter tersebut dan dicatat hasilnya
3.4.4 pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan DO meter YSI Multiprobe.
DO meter dimasukkan kedalam badan air dan dibiarkan beberapa saat , kemudian
dibaca hasil yang terdapat pada skala DO meter tersebut dan dicatat hasilnya
16
(Carlander, 1969)
Keterangan :
W = Berat ikan (gr)
L = Panjang ikan (cm)
a = Konstanta
b = Koefisien pertumbuhan
Nilai b merupakan untuk menduga laju pertumbuhan kedua parameter yang
dianalisis. Hipotesis yang digunakan adalah (Effendie, 1992) :
1. Jika b=3 disebut isometric (pola pertumbuhan panjang sama dengan pola
pertumbuhan berat)
2. Jika b≠3 disebut allometrik dimana,
a. b>3 allometrik positif (pertumbuhan berat lebih dom inan)
b. b<3 allometrik negatif (pertumbuhan panjang lebih dominan)
18
Keterangan :
K = Faktor Kondisi
W = Berat Tubuh Ikan
L = Panjang ikan (cm)
a dan b = Konstanta
apabila nilai K berkisar antara 2-4 , maka tubuh ikan tergolong agak pipih
dan nilai K< 2 menyatakan tubuh ikan tergolong kurang pipih.
(Effendie , 1997).
3.4.3 Kepadatan Populasi
Kepadatan populasi merupakan jumlah individu dari suatu jenis yang terdapat
dalam satu satuan luas atau volume. Perhitungan kepadatan populasi dapat dihitung
menggunakan rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
K= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
teknik sampling (Jenning et al, 2001). Faktor biologis meliputi perkembangan gonad,
kebiasaan makan, fase pertumbuhan dan jenis kelamin (Tarkan et al, 2006).
Menurut Effendie (1997), faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ikan meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor faktor internal terdiri atas genetik
(keturunan), jenis kelamin, umur, kematangan gonad, parasit, dan penyakit. Faktor
faktor eksternal terdiri atas makanan dan suhu perairan. Pertumbuhan allometrik
adalah perubahan yang tidak seimbang didalam tubuh ikan dan dapat bersifat
sementara.
160
140
120 y = -5.29129x3.234
Bobot ikan (g)
100 R² = 0.786
80 N = 113
60
40
20
0
0 50 100 150 200 250
Panjang ikan (mm)
Gambar 4.1. Hubungan Panjang Bobot Ikan pada Stasiun 1 Perairan Ajibata.
21
80 y = -5.37782 x3.284
Bobot ikan (g)
R² = 0.937
60
N =63
40
20
0
0 50 100 150 200
Panjang ikan (mm)
Gambar 4.2. Hubungan Panjang Bobot Ikan pada Stasiun 2 Perairan Balige.
Hubungan panjang bobot ikan oskar (Amphilophus citrinellus) pada stasiun 2
Perairan Balige dapat dilihat pada Gambar 4.2 Hubungan panjang bobot ikan oskar
dengan jumlah n= 63 ditunjukkan melalui persamaan Log W= -5.37782 + 3.284 (Log
L), dengan nilai b= 3,284 dan R2= 0.937.Hal ini menunjukkan adanya hubungan
koefisien korelasi antara variabel panjang dan bobot memiliki hubungan yang kuat
atau adanya hubungan antara panjang dan bobot ikan (Irianto dalam Nurhayati,
2016). Berdasarkan persamaan koefisien determinasi R2 diatas diketahui bahawa
panjang ikan oskar (variabel x) yang merupakan faktor utama yang mempengaruhi
bobot ikan oskar (variabel y) sebesar 0.937 yang berarti nilai panjang total ikan oskar
(Amphilophus citrinellus) dapat menjelaskan nilai bobot tubuh sebesar 93,7%.
Sedangkan 6,3% sisanya adalah faktor faktor lain yang mempengaruhi bobot ikan
22
yang berada diluar persamaan. Faktor faktor lain yang dimaksud adalah faktor fisika
kimia perairan, yaitu suhu, penetrasi cahaya, intensitas cahaya, pH, DO, BOD5, NO3
dan PO4.
120
100
y = -4.481x2.869
Bobot ikan (g)
80 R² = 0.848
60 N= 50
40
20
0
0 50 100 150 200
Panjang ikan (mm)
Gambar 4.3. Hubungan Panjang Bobot Ikan pada Stasiun 3 Perairan Muara.
Hubungan panjang bobot ikan oskar (Amphilophus citrinellus) pada stasiun 3
Perairan Muara dapat dilihat pada Gambar 4.3 Hubungan panjang bobot ikan oscar
dengan jumlah n= 50 ditunjukkan melalui persamaan Log W= -4.481 + 2.869 (Log
L), dengan nilai b= 2.869 dan R2= 0.848. Berdasarkan persamaan koefisien
determinasi R2 diatas diketahui bahwa panjang ikan oskar (variabel x) yang
merupakan faktor utama yang mempengaruhi bobot ikan oskar (variabel y) sebesar
0.848 yang berarti nilai panjang total ikan oskar (Amphilophus citrinellus) dapat
menjelaskan nilai bobot tubuh sebesar 84,8%. Sedangkan 15,2% sisanya adalah
faktor faktor lain yang mempengaruhi bobot ikan yang berada diluar persamaan.
Faktor faktor lain yang dimaksud adalah faktor fisika kimia perairan, yaitu suhu,
penetrasi cahaya, intensitas cahaya, pH, DO, BOD5, NO3 dan PO4.
200
R² = 0.901
100 N=32
50
0
0 50 100 150 200 250
Panjang ikan (g)
Gambar 4.4 Hubungan Panjang Bobot Ikan pada Stasiun 4 Perairan Palipi.
23
250
200
Bobot ikan (g)
y = -4.52658 x2.892
150 R² = 0.862
N = 71
100
50
0
0 50 100 150 200 250
Panjang ikan (mm)
Gambar 4.5. Hubungan Panjang Bobot Ikan pada Stasiun 5 Perairan Tongging.
Hubungan panjang bobot ikan oskar (Amphilophus citrinellus) pada stasiun 5
Perairan Tongging dapat dilihat pada Gambar 4.5 Hubungan panjang bobot ikan
oscar dengan jumlah n= 71 ditunjukkan melalui persamaan Log W= -4.52658 +
2.892 (Log L), dengan nilai b= 2.892 dan R2= 0.862. Berdasarkan persamaan
koefisien determinasi R2 diatas diketahui bahawa panjang ikan oskar (variabel x)
yang merupakan faktor utama yang mempengaruhi bobot ikan oskar (variabel y)
sebesar 0.862 yang berarti nilai panjang total ikan oskar (Amphilophus citrinellus)
dapat menjelaskan nilai bobot tubuh sebesar 86,2%. Sedangkan 13,8% sisanya
adalah faktor faktor lain yang mempengaruhi bobot ikan yang berada diluar
persamaan. Faktor faktor lain yang dimaksud adalah faktor fisika kimia perairan,
yaitu suhu, penetrasi cahaya, intensitas cahaya, pH, DO, BOD5, NO3 dan PO4.
24
4.5.2 pH
Dari hasil pengukuran pH pada setiap stasiun penelitian diperoleh nilai pH
berkisar antara 7,1-7,58. Nilai pH tertinggi didapat pada stasiun 1 dengan nilai 7,58
dan yang paling rendah terdapat pada stasiun 5 dengan nilai 7,1. Secara keseluruhan
nilai pH pada kelima stasiun masih mendukung kehidupan ikan sesuai dengan
kriteria baku mutu air kelas III berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 yang menetapkan
menetapkan kisaran pH normal untuk kehidupan organisme perairan adalah 6 – 9.
Kondisi pH yang rendah dapat menyebabkan ikan menjadi lemah dan mudah
terserang penyakit dan diiukuti kematian pada ikan (Kordi, 2003). Toleransi untuk
kehidupan akuatik terhadap pH bergantung pada banyaak faktor meliputi suhu,
27
konsentassi oksigen terlarut, jenis dan daur hidup biota perairan basa (7-9)
merupakan perairan yang produktif dalam mendorong proses perubahan bahan
organik dalam perairan menjadi mineral mineral yang dapat diasimilasi oleh
fitoplanton, pH air yang tidak optimal berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembang biakan ikan (Haetami et al, 2015)
4.5.3 Suhu
Dari hasil pengukuran suhu pada setiap stasiun penelitian diperoleh nilai suhu
berkisar antara 20,7°C-27,4°C. Nilai suhu tertinggi didapat pada stasiun 5 dengan
nilai 27,4 dan yang paling rendah terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 20,7°C.
Menurut Kordi dan Baso (2010), menyatakan kisaran suhu optimal bagi kehidupan
ika diperairan tropis adalah antara 28°C-32°C. sedangkan pada suhu 18-25°C ikan
masih mampu bertahan hidup namun mengalami penurunan nafsu makan. Sementara
dibawah suhu tersebut ikan akan mengalami kematian diwilayah tropis, karean
kedinginan. Kondisi suhu yang ideal menyebabkan ikan aktif memakan makanannya
dan pertumbuhannya semakin baik (DKP, 2007). Suhu memegang peranan penting
dalam mempengaruhi laju pertumbuhan organisme air tawar. Suhu air dapat
berpengaruh terhadap sistem kerja enzim dan derajat metabolisme dalam tubuh
organisme ikan. Suhu yang melebihi kisaran suhu optimal dapat meningkatkan
komsumsi oksigen yang disebabkan peningkayan suhu tubuh serta laju metabolisme
(Kurniasih, 2008)
4.5.6 Kekeruhan
Dari hasil pengukuran kekeruhan pada setiap stasiun penelitian diperoleh
nilai kekeruhan berkisar antara 0,26-5,95. Nilai kekeruhan tertinggi didapat pada
stasiun 1 dengan nilai 5,95 dan yang paling rendah terdapat pada stasiun 1 dengan
nilai 0,26. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yaitu banyaknya cahaya yang
diserap dan dipancarkan oleh bahan bahan yang terdapat dalam air (Barus, 2001)
Menurut Supriyadi dalam Isnaini (2011), menyatakan batas standar turbiditas air
untuk keperluan rekreasi dan olahraga air adalah < 25 JTU, sedangkan untuk
keperluan sumber baku air bersih adalah < 20 JTU. Menurut Odum(1993), kekeruhan
dapat mempengaruhi habitat organisme perairan. Tingginya tingkat kekeruhan dapat
meyebabkan stress bahkan kematian pada ikan. Kekeruhan yang tinggi dapat
menyebabkan terganggunya sistem osmoregulasi, pernafasan dan menghambat
penetrasi cahaya kedalam air.
4.5.7 BOD 5
Dari hasil pengukuran BOD5 pada setiap stasiun penelitian diperoleh nilai
BOD5 berkisar antara 0,2-5,1 mg/l. Nilai BOD5 tertinggi didapat pada stasiun 2
dengan nilai 5,1 mg/l dan yang paling rendah terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 0,2
mg/l. Nilai ini menunjukkan pada stasiun 3 kondisi perairannya masih baik untuk
organisme air. Menurut PP 82 tahun 2001 bahwa nilai BOD untuk air kelas 3 adalah
6 mg/l. WHO (1993), memberikan standar kadar maksimum BOD5 yang
29
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
a. Pola pertumbuhan ikan oskar (Amphilophus citrinellus) pada stasiun 1, 2 dan
4 adalah allometrik positip (b > 3) dan pada stasiun 3 dan 4 bersifat
allometrik negatif (b < 3). Nilai faktor kondisi berkisar 1,007015 - 1,025093,
tergolong tubuh ikan kurang pipih.
b. Suhu, kekeruhan, fosfat, intensitas cahaya berkorelasi sangat kuat terhadap
kepadatan ikan oskar (Amphilophus citrinellus) di perairan Danau Toba.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis berharap perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan penambahan titik stasiun sampling dan
periode sampling sesuai musim agar mengasilkan data yang lengkap terkait pola
pertumbuhan dan faktor kondisi ikan oskar di perairan Danau Toba.
33
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah S, Darma B, Desrita. 2017. Pola Pertumbuhan Dan Faktor Kondisi Ikan
Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) di Sungai Belumai Deli Serdang
Provinsi Sumatera Utara. Acta Aquatica 4(1):8-12
Barus TA.2001. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Sungai dan di
Danau. USU Press. Medan
Barus TA. 2004. Faktor-Faktor Lingkungan Abiotik dan Keanekaragaman Plankton
Sebagai Indikator Kualitas Danau Toba. Manusia dan lingkungan 11(2):64-
72
Barus TA. 2020. Limnologi. Nas Media Pustaka. Makassar
Barus TA, Wahyuningsih H, Hartanto A. 2022. Water Quality and Trophic Status of
Lake Toba, North Sumatera, Indonesia. Hydrobiological Journal 58(2) :34-
43
Carlander KD. 1969. Handbook of freshwater fishery biology. Arnes lowa state
university press. North Amerika
Dewantoro GW & Rachmatika. (2016). Jenis Ikan Introduksi dan Invasif Asing di
Indonesia (p,210). Jakarta: LIPI Press
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP). 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Kerapu,
Banten: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten
Dina R, Lukman, Jasalesmana, Imroatushoolikbah. 2017. Kondisi Terkini Perikanan
Tangkap di Danau Toba, Sumatera Utara. Di dalam : Peran Masyarakat
Menuju Ekosistem Perairan Darat yang Sehat. Prosiding Pertemuan Ilmiah
Masyarakat Limnologi Indonesia Tahun 2017: Bogor, 31 oktober 2017.
Bogor:Masyarakat Limnologi Indonesia.130-135
Fardiaz S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius . Yogyakarta
Fauziah A, Bengen DG, Kawaroe, Effendie, Krisanti. 2019. Hubungan antara
Ketersediaan Cahaya Matahari dan Konsentrasi Pigmen Fotosintetik di
Perairan Telat Bali. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 11(1): 37-48
Effendie MI. 1979. Metode biologi perikanan. Penerbit Yayasan Dewi Sri . Bogor
Effendie MI. 1992. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Agromedia. Bogor
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta
Effendie MI. 2002. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan pustaka nusantara. Bogor
Effendie MI. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius: Yogyakarta
Gani A, Achmad AB, Devita TA, Novalina S, Nurtjirana, Herjayanto, Nur , Dawam
Heksa Satria, Jusmanto, Adam MI. Hubungan Panjang Bobot dan Faktor
Kondisi Ikan sicyopus zosterophorum (bleeker, 1856) di Sungai Bohi,
Kabupaten Banggal, Sulawesi Tengah. Prosiding Simposium Nasional VII
Kelautan dan Perikanan . Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin , Makassar.
Haetami K, Junianto, Yuli. 2005. Tingkat Penggunaan Gulma Air Azolla pinnata
dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan dan Konversi Pakan Ikan Bawal Air
Tawar. [SKRIPSI]. Bandung ;Universitas Padjadjaran
34
Isnaini A. 2011. Penilaian Kualitas Air dan Kajian Potensi Situ Salam sebagai
Wisata Air di Universitas Indonesia, Depok. [Tesis]. Program srudi biologi
Pasca Sarjana Universitas Indonesia
Jennings S, Kaiser Mj, Reynolds Jd.2001. Marine Fishery Ecology. Blackwell
sciences, oxford.417p.
Kartamihardja ES, Kunto Purnomo, dan Chairulwan Umar. 2009. Sumber Daya
Ikan Perairan Umum Daratan Di Indonesia Terabaikan. J.Kebijak. Perikan.
Ind. 1 (1) :1-15
Kartamihardja ES. 2009. Pengelolaan Sumberdaya Ikan Bilih (Mystacoleucus
padangensis) Introduksi Di Danau Toba, Sumatera Utara. J. Kebijak.
Perikanan. Ind 1(2) :87-89
King M. 2007. Fisheries Biology, Assesment and Management. Second Edition.
Blackwell scientific publication. Oxford. 381 p.
Kordi, K dan Ghufran, HM. 2003. Usaha Pembenihan Ikan Kerapu Skala Rumah
Tangga. Yogyakarta: Kanisius
Kordi KMG. 2010. Pintar Budidaya Ikan Di Tambak Secara Intensif. Lily
Publisher.Yogyakarta
Kordi KMG dan Baso AT. 2010. Pengeloalaan Kualitas Air Dalam Budidaya
Perairan. Rineka cipta. Jakarta
Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoadmodjo S. 1993. Fresh Water Fishes
of Western Indonesia and Sulawesi. Edition 2 Bahasa. Periplus Editions
Kurniasih T. 2008. Peranan Pengapuran Dan Faktor Fisika Kimia Air Terhadap
Pertumbuhan Dan Sintasan Lobster Air Tawar (Cherax sp). Media
Akuakultur 3(2) :126-132
Laila K. 2018. Pertunbuhanikan Tawes (Puntius javanicus) di Sungai Linggahara
Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Jurnal pionir LPPM universitas
asahan 2(4):1-5
Lehtonen TK, McCrary, A. Meyer. 2010. Territorial Aggression Can be Sensitive to
The Status of Heterospesific Intruders. Behavioural process 8(4): 598-601
Mainassy ME. 2017. Pengaruh Parameter Fisika dan Kimia Terhadap Kehadiran
Ikan Lompa (Thryssa baelama forsskal) di Perairan Pantai Apui Kabupaten
Maluku Tengah. Jurnal Perikanan UGM .19 (2): 61-66
Manik N. 2009. Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Ikan Layang
(Decapterus russeli) dari Perairan Sekitar Teluk Likupang Sulawesi Utara.
Oseanologi dan limnologi di indonesia 35(1):65-74
Melianawati R, Retno A. 2009. Hubungan Panjang Bobot, Pertumbuhan, Dan Faktor
Kondisi Ikan Kakap Merah, Lutjanus argentimaculatus Dari Hasil Budi Daya.
J. Ris. Akuakultur 4 (2) :169-178
Merta, IGS. 1993. Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Ikan Lemuru
(Sardinella lemuru Bleeker, 1853 dari Perairan Selat Bali. Jurnal penelitian
perikanan laut 73(1):35-44
Muhtadi A, Orbita RD, Desrita D, Toibullah S, Muammar. 2017. Kondisi Habitat
Dan Keragaman Nekton di Hulu Daerah Aliran Sungai Wampu, Kabupaten
Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Jurnal ilmu-ilmu perairan, pesisir da
perikanan 6(2):90-99
Mustofa A. 2020. Pengelolaan Kualitas Air Untuk Akuakultur. Jepara: UNISNU
Press
35
Nair PG, Joseph S, Pillai VN. 2015. Length-weight relationship anda relative
condition factor of Stolephorus commersonii (Lacepede, 1803) exploited
along Kerala coast. J. Mar. Bio. Ass. India.57(2
Nurhayati , Fauziyah, dan Siti MN. 2016. Hubungan Panjang-berat dan Pola
Pertumbuhan Ikan di Muara Sungai Musi Kabupaten Banyuasin Sumatera
Selatan. Maspari journal 8(2):111-118
Nur , M. Dahlan MA. 2015. Hubungan Panjang Bobot Ikan Endemik Pirik (lagusia
micracanthus, bleeker ,1860) di Sungai Sanrego, Sulawesi Selatan. Torani,
25(3):164-168
Odum EP . 1993. Dasar Dasar ekologi. Terjemahan samigan dan B. srigadi. Gajah
mada Univ. press. Yogyakarta
Peraturan Pemerintah. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82
Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
Rahman A, Niken TMP, Sigid H. 2016. Struktur Komunitas Fitoplankton di Danau
Toba, Sumatera Utara. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI) 21(2):120-127
Richter TJ. 2007. Development and Evaluation of Standard Weight Equations for
Bridgelip Sucker and Large scale Sucker. North american jornal of fisheries
managemenet 27:936-939.
Ricker , WE .1975. Computation and Interpretation of Biological Statistic of Fish
Population. Ottawa: department of the environment. Fisheries and marine
service. Pasific biological station.
Rustini HA., Lukman, Iwan R. 2014. Pendugaan Pola Arus Dua Dimensi di Danau
Toba. Limnotek 21(1):21-29
Samudra SR, Tri RS, Munifatul I. 2013. Komposisi, Kelimpahan dan
Keanekaragaman Fitoplankton Danau Rawa Pening Kabupaten Semarang.
Bioma 15(1):6-13
Sastrawijaya, T. 2009. Pencemaran Lingkungan. Rneka Cipta. Jakarta
Santoso S. 2010. Statistik multivariat konsep dan aplikasi dengan SPSS. Jakarta:PT
Elex Media Komputindo
Sellang H. 2020. Biologi Perairan. Penerbit Lakeisha. Jawa Tengah
Sihombing TB. 2021. Potensi Ikan Introduksi Menjadi Ikan Invasif di Perairan
Danau Toba Kecamatan Onan Runggu. [SKRIPSI]. Program Studi Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU. Medan
Suin NM. 2002. Metoda Ekologi. Universitas Andalas. Padang
Tarkan AS, Gaygusuz O, Acipinar P, Gursoy C, Ozulug M. 2006. Length-weight
Relationship of Fisheries From Marmara Region (NW- Turkey). Journal of
apllied icthyology 22(4):271-283
Umar C, Endi SK, Aisyah. 2015. Dampak Invasif Ikan Red Devil (Amphilophus
citeinellus) Terhadap Keanekaragaman Ikan di Perairan Umum Daratan di
Indonesia. J. kebijakan perikanan indonesia 7(1):55-61
Yonvitner , Setiobudiandi, Yunizar E, Zairion, Ali M, Ahmad MR,Surya GA. 2020.
Biologi Perikanan dan Pengelolaan. IPB Press. Bogor
Warman I. 2015. Uji Kualitas Air Muara Sungai Lais Untuk Perikanan di Bengkulu
Utara. Jurnal Agroqua 13(2):24-33
WHO (World Health Organization). 1993. Guidelies for Drinking Water Quality 2nd
edition. Vol 1
36
LAMPIRAN
Sampel Air
Diinkubasi
Dihitung nilai
selama 5 hari
pada temperatur DO awal
20°C
(Suin, 2002)
5 ml Sampel Air
1 ml NaCl (dengan
pipet volume) 5 ml
H2SO4 75%
4 tetes brucine sulfat
sulfanic acid
Larutan
Dipanaskan selama
25 menit pada suhu
95oC
Larutan
39
Didinginkan
Diukur dengan
menggunakan
spektrofotometer
pada λ= 410 nm
(Suin, 2002)
5 ml sampel air
2 ml Amstrong reagen
1 ml Ascorbic Acid
Larutan
Diukur dengan
menggunakan
spektofotometer
Hasil (Konsentrasi Fosfat) pada λ= 880 nm
(Suin, 2002)
40
Log a = -5,29129
b = 3,23491
45
L = Panjang Ikan
W = Berat Ikan
cLog a = -5,37782
B = 3,28491
47
L = Panjang Ikan
W = Berat Ikan
Log a = -4,48106
b =2,86991
L = Panjang Ikan
W = Berat Ikan
Log a = -5,96721
B = 3,57607
L = Panjang Ikan
W = Berat Ikan
Log a = -4,52658
b =2,89211
52