Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL BOOK REPORT

“ OSEANOGRAFI DAN KELAUTAN ”

NAMA : Irfan Yesaya Situmorang

NIM : 3213131021

KELAS : Geografi - C

DOSEN PENGAMPU : M. Ridha Syafi M.Sc

Muhammad Farouq Ghazali Matondang, S.Pd, M.Sc

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas critical journal review ini. Dan juga tidak
lupa saya berterima kasih kepada Dosen mata kuliah Oseanorafi yang telah
membimbing saya dalam mengerjakan tugas ini.
Penulis sangat berharap tugas critical journal ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan pembaca. Penulis juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan dari pembaca demi
menjadikan critical journal ini menjadi lebih baik lagi.

Sekiranya laporan ini telah saya selesaikan,jika ada kesalahan dalam penulisan
maupun penyusunan, penulis mengucapkan mohon maafyang sebesar besar nya.

Medan, 12 April 2021

Irfan Yesaya Situmorang


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN................................................................................................................................iv
A. Latar Belakang..........................................................................................................................iv
B. Tujuan dan Manfaat..................................................................................................................iv
C. Informasi Bibliografi................................................................................................................iv
BAB II...................................................................................................................................................v
RINGKASAN ISI JURNAL..................................................................................................................v
A. Jurnal Utama..............................................................................................................................v
B. Jurnal Pembanding...................................................................................................................12
BAB III................................................................................................................................................17
PENILAIAN JURNAL........................................................................................................................17
A. KELEBIHAN..........................................................................................................................17
B. KEKURANGAN.....................................................................................................................18
BAB IV...............................................................................................................................................19
PENUTUP...........................................................................................................................................19
C. Kesimpulan..............................................................................................................................19
D. Saran........................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jurnal merupakan suatu sumber referensi pembelajaran,oleh karena itu mahasiswa
diharapkan dapat mengkritisi sebuah jurnal dengan baik guna meningkatkan
kemampuan mahasiswa untuk menganalisa,membandingkan,dan menilai sebuah
jurnal yang dapat mendukung proses pembelajaran.

B. Tujuan dan Manfaat


 Untuk memenuhi tugas mata kuliah kepemimpinan
 Mempermudah memahami hasil dari sebuah penelitian
 Menambah pengetahuan dari jurnal hasil penelitian.

C. Informasi Bibliografi
 JURNAL UTAMA
1. Judul Jurnal : Distribusi Suhu, Salinitas Dan Oksigen Terlarut
Terhadap Kedalaman Di Perairan Teluk Prigi Kabupaten
Trenggalek
2. Penulis : Evy Afriyani Sidabutara, Aida Sartimbula,dan Muliawati
Handayani
3. Volume/No : 3/1
4. Tahun : 2019
5. Halaman : 46-52
6. Kata Kunci : Batimetri, Oksigen Terlarut, Salinitas, Suhu, Teluk Prigi

 JURNAL PEMBANDING

1. Judul Jurnal : Sebaran Horizontal Suhu, Salinitas Dan


Kekeruhan Di Pantai Dumoga, Sulawesi Utara
2. Penulis : M. Furqon Azis Ismail dan Ankiq Taofiqurohman S
3. Volume/No : 5/1
4. Tahun : 2012
5. Halaman : 51-56
6. ISSN : 2087-121X
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

A. Jurnal Utama
1. ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Perairan Teluk Prigi pada bulan Mei 2017 di 18 stasiun.
Parameter suhu, salinitas dan oksigen terlarut diukur secara in situ dengan menggunakan
multi sensor kualitas air AAQ 1183 pada kedalaman 1, 5 dan 10 meter, sedangkan parameter
kedalaman diukur menggunakan Echosounder GPS Map 585. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui distribusi suhu, salinitas dan oksigen terlarut dalam hubungannya
dengan kedalaman di Perairan Teluk Prigi. Hasil menunjukkan bahwa kedalaman perairan
tidak hanya mempengaruhi distribusi suhu, namun juga distribusi salinitas dan oksigen
terlarut. Terdapat perbedaan distribusi parameter perairan yang cukup ekstrem pada 18
stasiun tersebut, terutama pada stasiun 2 dan 5, yang masing-masing terletak pada muara
sungai dan Pantai Pasir Putih.
Perbedaan ekstrem pada distribusi suhu, oksigen terlarut, dan salinitas antara stasiun 2
dan 5 terjadi karena adanya pengaruh internal yaitu perbedaan batimetri dan kontur
kedalaman pada kedua stasiun tersebut. Stasiun 2 memiliki kedalaman yang sangat dangkal
(sekitar 4 meter), sedangkan stasiun 5 memiliki kedalaman yang relatif dalam (sekitar 24
meter). Penelitian ini menyarankan tentang pentingnya informasi batimetri dan distribusi
kualitas air sebagai dasar untuk pemanfaatan perikanan dan pembangunan pelabuhan.
2. PENDAHULUAN
Secara administratif Teluk Prigi terletak di wilayah Kabupaten Trenggalek, Provinsi
Jawa Timur. Perairan Teluk Prigi dikenal sebagai tempat rekreasi, ekowisata, pariwisata
danjuga sebagai Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN Prigi). Selain itu, teluk ini merupakan
pusat berbagai aktivitas perikanan yang ada di Kabupaten Trenggalek. Banyaknya aktivitas
dan adanya aliran sungai, menjadi salah satu faktor eksternal yang berpotensi menyebabkan
terjadinya perubahan kualitas perairan. Faktor eksternal dapat berasal dari laut lepas yang
mengelilinginya, maupun dari daratan yang berupa aliran sungai. Sedangkan secara internal
dapat dipengaruhi oleh bentuk perairan maupun bentuk topografi dasar perairan.
Bagian penting dari gambaran kualitas perairan laut adalah deskripsi dari penyebaran
atau distribusi parameter suhu, salinitas dan oksigen terlarut. Pengamatan suhu, salinitas dan
oksigen terlarut merupakan parameter yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap penelitian di
laut. Faktor internal yang mempengaruhi distribusi suhu, salinitas dan oksigen terlarut adalah
kedalaman maupun bentuk topografi dasar perairan.
Informasi mengenai distribusi suhu, salinitas dan oksigen terlarut terhadap kedalaman di
perairan Teluk Prigi belum pernah dilakukan, sehingga diperlukan untuk informasi dasar
dalam pemanfaatan perikanan, pembangunan pelabuhan, dan lainnya.

3. METODE

Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan menggunakan 2 alat ukur.


Parameter kedalaman diukur menggunakan Echosounder GPS Map 585, sedangkan
parameter suhu, salinitas dan oksigen terlarut diukur dengan menggunakan multi sensor
kualitas air AAQ 1183 pada kedalaman hingga 10 meter, hal ini dilakukan karena
mempertimbangkan keamanan alat AAQ yang digunakan. Hasil pengukuran kemudian diolah
menggunakan aplikasi MS Excel, selanjutnya diplotkan dalam bentuk peta kontur
menggunakan aplikasi Surfer. Berdasarkan hasil ploting Surfer tersebut, kemudian dianalisis
terkait distribusi suhu, salinitas dan oksigen terlarut terhadap kedalaman perairannya.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Kedalaman Perairan
Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa nilai kedalaman perairan Teluk Prigi bagian
dalam berkisar antara 2-38 meter. Stasiun 2 memiliki kedalaman sekitar 4meter dan stasiun 5
memiliki kedalaman sekitar 24 meter. Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin ke selatan
(tengah teluk) kedalaman perairan semakin meningkat.
(Peta distribusi kedalaman Perairan Teluk Prigi bagian dalam. Semakin ke Selatan (ke
tengah) kedalaman semakin meningkat)

Distribusi Suhu
Berdasarkan hasil pengukuran, distribusi suhu pada kedalaman 1, 5 dan 10 meter di
perairan Teluk Prigi (Gambar 3) berkisar antara 25,79±0,09 - 28,18±0,01oC. Pada kedalaman
1 meter suhu tinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu 28,18 oC dan suhu rendah terdapat pada
stasiun 5 yaitu 26,72 oC. Perbedaan nilai suhu yang ekstrem antara stasiun 2 dan stasiun 5
terjadi karena adanya perbedaan kedalaman perairan. Stasiun 2 memiliki kedalaman yang
dangkal (sekitar 4 meter) sedangkan stasiun 5 memiliki kedalaman yang relatif lebih dalam
(sekitar 24 meter). Hal ini berpengaruh terhadap intensitas cahaya matahari yang masuk ke
dalam perairan, dimana pada perairan dangkal cahaya akan lebih mudah masuk hingga ke
dasar perairan dibandingkan dengan perairan yang lebih dalam. Perbedaan suhu perairan
tersebut dapat disebabkan oleh topografi atau kedalaman yang berhubungan dengan
perbedaan penetrasi cahaya matahari pada lapisan permukaan dan lapisan yang lebih dalam.
Selain karena faktor kedalaman dan intensitas cahaya matahari, tingginya suhu pada
stasiun 2 dipengaruhi oleh letak titik stasiun. Stasiun 2 terletak di kawasan muara sungai
sehingga tingginya nilai suhu diperkirakan karena adanya pergerakan massa air tawar dari
aliran sungai yang masuk ke perairan. Gerakan massa air tersebut dapat menimbulkan panas,
akibat dari gesekan antar molekul air, sehingga suhu air laut menjadi lebih hangat.

Distribusi Salinitas
Berdasarkan hasil pengukuran, distribusi salinitas pada kedalaman 1, 5 dan 10 meter di
perairan Teluk Prigi (Gambar 4) berkisar antara 32,31±0,10 – 34,18±0,02 ‰. Pada
kedalaman 1 meter, salinitas tinggi terdapat pada stasiun 5 yaitu 34,18 ‰ dan salinitas rendah
terdapat pada stasiun 2 yaitu 32,31 ‰. Perbedaan nilai salinitas pada kedua stasiun ini
dikarenakan perbedaan kedalaman dan kaitannya dengan berkurangnya pengaruh sumber
masukan air tawar dari daratan. Stasiun 2 merupakan stasiun terdangkal (4 meter) dan terletak
di dekat muara sungai. Rendahnya nilai salinitas disebabkan oleh adanya pengaruh dari
daratan seperti percampuran. dengan air tawar yang terbawa aliran sungai. Salah satu faktor
yang mempengaruhi distribusi diperairan yaitu sumbangan jumlah air tawar yang masuk ke
perairan laut. Pada perairan yang lebih dangkal, intrusi air tawar dapat tersebar hingga ke
dasar perairan, sehingga salinitas menjadi rendah.
Nilai salinitas tertinggi terdapat pada stasiun 5 yang terletak di kawasan pantai Pasir
Putih. Pada umumnya, nilai salinitas disekitar pantai akan cenderung lebih rendah . Namun
hal ini tidak terjadi pada stasiun 5 meskipun terletak di dekat daratan dan membuktikan
bahwa kemungkinan sumber masukan dari daratan berpengaruh sangat kecil atau dengan kata
lain asupan massa air dari laut termasuk lebih tinggi. Hal ini juga terjadi pada penelitian
,dimana nilai salinitas pada ujung Teluk Ambon Dalam memiliki salinitas tinggi, meskipun
terdapat banyak muara sungai disekitarnya.
Pada kedalaman 5 meter terjadi peningkatan nilai salinitas dengan salinitas tertinggi
terdapat pada stasiun 5. Sedangkan pada kedalaman 10 meter tersebar salinitas tinggi dengan
stasiun 5 sebagai salinitas tertinggi. Peningkatan salinitas ini dikarenakan berkurangnya
pengaruh masukan air tawar dari daratan seiring dengan bertambahnya kedalaman. Air tawar
yang masuk ke perairan memiliki massa air yang lebih rendah, sehingga massa air tersebut
akan berada di atas massa air yang bersalinitas tinggi .
Distribusi Oksigen Terlarut
Berdasarkan hasil pengukuran, distribusi oksigen terlarut pada kedalaman 1, 5 dan 10
meter di perairan Teluk Prigi (Gambar 5) berkisar antara7,51±0,05 – 8,85±0,03 ppm. Pada
kedalaman 1 meter, kadar oksigen tinggi terdapat pada stasiun 12 yaitu 8,85 ppm dan kadar
oksigen rendah terdapat pada stasiun 5 yaitu 7,99 ppm. Tingginya kadar oksigen pada stasiun
12 diperkirakan karena optimalnya proses fotosintesa karena suplai cahaya matahari yang
cukup dan sumber nutrien dari sungai. Optimalnya proses fotosintesa dikarenakan pada
daerah pantai, air di dasar perairan yang banyak mengandung nutrien mudah teraduk ke
badan air yang lebih atas sehingga nutrien tersebut dapat dimanfaatkan dalam proses
fotosintesis dan menghasilkan oksigen.
Rendahnya kadar oksigen pada stasiun 5 diperkirakan karena lokasi stasiun 5 berada di
dekat kawasan pantai dan pada saat pengukuran sedang terjadi surut, sehingga lokasi di
sekitar stasiun 5 menjadi sedikit keruh karena material yang terbawa air dari pesisir pantai.
Kadar oksigen terendah terdapat pada stasiun 5, baik itu di kedalaman 1, 5 dan 10 meter.
Rendahnya kadar oksigen tersebut erat kaitannya dengan banyaknya kadar oksigen terlarut
yang dibutuhkan oleh mikro-organisme dalam proses penguraian zat organik menjadi zat
anorganik, sedangkan proses fotosintesis semakin berkurang. Selain itu, faktor lain penyebab
rendahnya kadar oksigen pada stasiun 5, diperkirakan karena banyaknya biota yang
memanfaatkan oksigen untuk proses respirasi. Pada saat proses respirasi, oksigen akan
berkurang dan digunakan untuk mengoksidasi bahan organik.
Hubungan keterkaitan suhu, salinitas dan oksigen terarut terhadap kedalaman
Analisis statistik regresi linier digunakan untuk mengehatui ada pengaruh antara 1
variabel bebas terhadap 1 variabel terikat. Pada penelitian ini variabel bebas yaitu kedalaman
dan variabel terikat yaitu suhu, salinitas dan oksigen terlarut. Berdasarkan hasil statistik pada
Gambar 6 diketahui bahwa nilai koefisien determinasi pada variabel suhu terhadap
kedalaman sebesar 0,627. Hal ini menunjukkan bahwa, kedalaman berpengaruh terhadap
suhu yaitu penurunan nilai suhu seiring dengan bertambahnya kedalaman. Pada Gambar 7
diketahui bahwa nilai koefisien determinasi pada variabel salinitas terhadap kedalaman
sebesar 0,220. Hal ini menunjukkan bahwa kedalaman berpengaruh terhadap salinitas
meskipun tidak signifikan yaitu nilai salinitas akan bertambah seiring dengan bertambahnya
kedalaman. Berdasarkan Gambar 7 terdapat beberapa titik yang jauh dari garis linear (32-
33‰), titik-titik tersebut merupakan nilai salinitas pada stasiun 2 yang terletak pada muara
sungai, tempat terjadinya percampuran massa air.
Percampuran antara massa air tawar dan air laut dapat menyebabkan nilai salinitas
menjadi rendah Pada Gambar 8 diketahui bahwa nilai koefisien determinasi pada variabel
oksigen terlarut terhadap kedalaman sebesar 0,282. Hal ini menunjukkan bahwa kedalaman
berpengaruh terhadap oksigen terlarut meskipun tidak signifikan yaitu nilai oksigen terlarut
akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman. Berdasarkan Gambar 8
terlihat bahwa ada beberapa titik-titik yang berada jauh dari garis linear, hal ini dikarenakan
titik-titik tersebut merupakan titik stasiun 5 yang terletak di kawasan pantai Pasir Putih yang
memiliki substrat pasir halus hingga pasir sedang, dimana ketika terjadi pergerakan air maka
substrat tersebut dapat terbawa kepermukaan dan menyebabkan perairan menjadi keruh
sehingga kadar oksigen menjadi rendah.
Studi Kasus Pada Stasiun 2 dan Stasiun 5
Berdasarkan Gambar 9 pada kedua stasiun (2 dan 5) terlihat bahwa pada parameter
suhu terjadi penurunan nilai suhu dengan nilai R2> 0,5 yang berarti penurunan nilai suhu
dipengaruhi oleh pertambahan kedalaman. Pada Gambar 10 terlihat bahwa terjadi
peningkatan nilai salinitas dengan nilai R2> 0,7 yang berarti peningkatan nilai salinitas
dipengaruhi oleh pertambahan kedalaman. Pada Gambar 11 terlihat bahwa terjadi penurunan
kadar oksigen terlarut dengan R2> 0,7 yang berarti penurunan kadar oksigen terlarut
dipengaruhi oleh pertambahan kedalmaan.
Ketiga pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan [14] yaitu nilai suhu akan
menurun seiirng dengan bertambahnya kedalaman perairan. Nilai salinitas akan meningkat
seiring dengan bertambahnya kedalaman. Kadar oksigen terlarut akan menuurn seiring
dengan bertambahnya kedalaman perairan.
5. KESIMPULAN

Kesimpulan
Studi ini menyimpulkan bahwa suhu tertinggi terjadi pada stasiun 2 sebesar
28,18 oC, dan suhu terendah terjadi stasiun 5 sebesar 26,72 oC. Salinitas tertinggi
terdapat pada stasiun 5 sebesar 34,10 ‰, dan terrendah pada stasiun 2 sebesar 32,31
‰. Kadar oksigen terlarut tinggi terdapat pada stasiun 12 sebesar 8,40 ppm dan
terrendah pada stasiun 5 sebesar 7,99 ppm. Perbedaan distribusi suhu, salinitas dan
oksigen terlarut pada stasiun 2 dan 5, dikarenakan adanya perbedaan batimetri/kontur
kedalaman, dimana stasiun 2 memiliki kedalaman yang sangat dangkal (4 meter),
sedangkan stasiun 5 dengan kedalaman yang relatif dalam (24 meter).

B. Jurnal Pembanding

1. ABSTRAK
Pengamatan parameter kualitas air yang meliputi suhu, salinitas dan kekeruhan air telah
dilakukan di perairan Pantai Dumoga pada bulan Juli 2006. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui sebaran horisontal suhu, salinitas dan kekeruhan yang selanjutnya dapat
digunakan untuk mendapatkan informasi kelayakan lahan perairan Pantai Dumoga untuk
budidaya perikanan. Metode pengukuran yang digunakan adalah pengamatan lapangan
dengan menggunakan alat sistem sensor CTD SBE 19. Hasil dari penelitian ini
memperlihatkan bahwa parameter kualitas air di perairan Pantai Dumoga tidak terdapat
lapisan termoklin dengan suhu air antara 24,33 °C – 28,53 °C, sedangkan masukan air tawar
dari Sungai Dumoga ke tepi laut Sulawesi mempunyai salinitas bervariasi dari 4,66 psu –
33,89 psu. Kekeruhan perairan Pantai Dumoga cukup tinggi dengan nilai antara 8,33 NTU
272,59 NTU. Ditinjau dari suhu, salinitas dan kekeruhan air, perairan Pantai Dumoga masih
berada dalam batas-batas toleransi bagi budidaya perikanan tropis.
2. PENDAHULUAN
Perairan Pantai Dumoga merupakan perairan estuari yang terletak antara 0,88°– 0,96°
Lintang Utara dan 124,06° - 124,14° Bujur Timur. Perairan ini berbatimetri dangkal (< 30 m)
yang berhubungan langsung dengan Laut Sulawesi dibagian utara serta Estuari Dumoga
dibagian selatan. Pada perairan dipengaruhi oleh dinamika massa air dari laut dan darat
(Dyer, 1973). Perairan Pantai Dumoga secara administrasi masuk kedalam pemerintahan
Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara. Perairan pantai ini dikenal kaya
akan hasil perikanannya. Akhir-akhir ini kegiatan budidaya ikan di perairan Pantai Dumoga
mulai banyak menarik perhatian masyarakat dan pemerintah.
Pengembangan kegiatan budidaya ikan disebabkan oleh beberapa kondisi diantaranya
mahalnya biaya operasional dalam penangkapan ikan di laut serta meningkatnya permintaan
akan protein hewan. Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan tata guna lahan
disepanjang daerah aliran sungai Dumoga akan berpengaruh terhadap kondisi kualitas
perairan Pantai Dumoga. Menurunnya kualitas perairan pantai akan mengancam potensi
pengembangan budidaya ikan di perairan Pantai Dumoga.Suhu, salinitas dan kekeruhan air
merupakan parameter fisik kualitas air yang diketahui mempengaruhi kehidupan organisme
perairan (Boyd & Craig,1998) .

3. METODE
Metode penelitian yang digunaka pada penelitian ini menggunakan metode pengukuran
langsung (in situ) di lapangan. Pengukuran parameter fisik kualitas air meliputi suhu, salinitas
dan kekeruhan dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2006 di 19 stasiun pengamatan yang tersebar
mulai dari muara sampai ke arah Laut Sulawesi (Gambar 1) yang dilaksanakan pada saat
kondisi pasang surutnya pasang menuju surut sampai air terendah (Gambar 2). Pengamatan
pasang surut dilakukan di Pantai Dumoga selama tujuh hari dari tanggal 3 Juli sampai dengan
9 Juli 2012. Koordinat pengambilan stasiun lapangan dicatat dengan bantuan alat Global
Positioning System (GPS).
Peralatan yang digunakan untuk mengukur suhu, salinitas dan kekeruhan adalah CTD
Tipe SBE 19 yang dapat merekam secara kontinyu profil menegak suhu, salinitas dan
kekeruhan dari lapisan permukaan sampai dengan lapisan dekat dasar perairan. Untuk
akuisisi data digunakan paket program yang dikeluarkan oleh Sea-Bird Electronics Inc. yaitu
SEASAVE dan konversinya menggunakan program BINAVG. Selanjutnya data diproses
dengan menggunakan program DATCNV untuk mendapatkan nilai rata-rata parameter
dengan interval per meter dalam arah vertikal dari permukaan sampai dekat dasar perairan
(Sea-Bird Electronic Inc 1998). Untuk menggambarkan peta tematik dari data suhu, salinitas
dan untuk mengukur suhu, salinitas dan kekeruhan adalah CTD Tipe SBE 19 yang dapat
merekam secara kontinyu profil menegak suhu, salinitas dan kekeruhan dari lapisan
permukaan sampai dengan lapisan dekat dasar perairan. Untuk akuisisi data digunakan paket
program yang dikeluarkan oleh Sea-Bird Electronics Inc. yaitu SEASAVE dan konversinya
menggunakan program BINAVG. Selanjutnya data diproses dengan menggunakan program
DATCNV untuk mendapatkan nilai rata-rata paramete dengan interval per meter dalam arah
vertikal dari permukaan sampai dekat dasar perairan (Sea-Bird Electronic Inc,1998). Untuk
menggambarkan peta tematik dari data suhu, salinitas dan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Suhu
Distribusi horisontal suhu air laut di perairan Pantai Dumoga, Sulawesi Utara pada bulan
Juli 2006 menunjukan adanya gradien suhu perairan secara horisontal serta daerah front yang
menjorok ke arah laut (Gambar 3 dan 4). Fenomena ini diduga disebabkan oleh adanya
tekanan dari aliran massa air relatif dingin yang berasal dari Sungai Dumoga. Hasil
pengukuran suhu di lapisan permukaan perairan Pantai Dumoga berkisar antara 24,62 °C
sampai 28,53 °C dengan ratarata sebesar 28,14 °C. Kisaran suhu terendah lapisan permukaan
terdapat pada stasiun dekat muara yaitu sebesar 24,62°C sedangkan suhu tertinggi yaitu
sebesar 28,53 °C terdapat pada stasiun 19 yang berbatasan langsung dengan Laut Sulawesi.

(g.4)
(g.3)
Suhu dilapisan dekat dasar berkisar antara 24,33°C sampai 28,39°C dengan rata-rata
sebesar 28,03°C. Suhu terendah lapisan dekat dasar sama seperti pada lapisan permukaan
yaitu pada stasiun dekat muara hanya saja untuk suh tertinggi lapisan dekat dasar berbeda
dengan lapisan permukaan dimana suhu tertinggi lapisan dekat dasar terdapat pada stasiun 6
(28,20°C). Perbedaan ini terjadi karena distribusi suhu air laut di perairan pantai dipengaruhi
oleh klimatologi, tipe pasang surut serta morfologi perairan (Duxbury et al.,2002).
Salinitas
Distribusi horisontal salinitas lapisan permukaan dan dekat dasar perairan di perairan
Estuari Dumoga, Sulawesi Utara disajikan dalam gambar 4 dan 5. Gambar-gambar tersebut
menunjukan bahwa nilai salinitas yang bervariasi secara spasial dengan nilai rendah yaitu
kurang dari 18 psu,ditemukan di depan muara Sungai Dumoga.
Distribusi nilai salinitas kurang dari 18 psu ini dikarenakan adanya aliran massa air tawar
yang dominan menuju ke laut yang berasal dari daratan bercampur dengan massa air laut.
Proses percampuran kedua massa air ini menyebabkan perairan Pantai Dumoga mengalami
stratifikasi sempurna (salt wedge estuary). Suhu dilapisan dekat dasar berkisar antara 24,33°C
sampai 28,39°C dengan rata-rata sebesar 28,03°C. Suhu terendah lapisan dekat dasar sama
seperti pada lapisan permukaan yaitu pada stasiun dekat muara hanya saja untuk suhu
tertinggi lapisan dekat dasar berbeda dengan lapisan permukaan dimana suhu tertinggi
lapisan dekat dasar terdapat pada stasiun 6 (28,20°C). Perbedaan ini terjad karena distribusi
suhu air laut di perairan pantai dipengaruhi oleh klimatologi, tipe pasang surut serta
morfologi perairan (Duxbury et al.,2002). Selisih perbedaan suhu dilapisan permukaan
dengan lapisan
dekat dasar yang kurang dari 1°C mengindikasikan tidak adanya daerah termoklin. Tidak
adanya daerah termoklin tersebut karena kedalaman perairan Pantai Dumoga relatif dangkal
sehingga proses percampuran massa air dari lapisan permukaan sampai dekat dasar oleh
angin (wind stress) masih dapat terjadi. Secara umum, rata-rata suhu air laut di perairan
Pantai Dumoga masih dalam batas-batas toleransi beberapa organisme perairan dan
mendukung untuk kegiatan budidaya perikanan tropis.
Salinitas
Distribusi horisontal salinitas lapisan permukaan dan dekat dasar perairan di perairan
Estuari Dumoga, Sulawesi Utara disajikan dalam gambar 4 dan 5. Gambar-gambar tersebut
menunjukan bahwa nilai salinitas yang bervariasi secara spasial dengan nilai rendah yaitu
kurang dari 18 psu,ditemukan di depan muara Sungai Dumoga. Distribusi nilai salinitas
kurang dari 18 psu ini dikarenakan adanya aliran massa air tawar yang dominan menuju ke
laut yang berasal dari daratan bercampur dengan massa air laut. Proses percampuran kedua
massa air ini menyebabkan perairan Pantai Dumoga mengalami stratifikasi sempurna (salt
wedge estuary). Menurut Duxbury et al. (2002) ciriciri dari perairan estuari yang mengalami
statifikasi sempurna adalah adanya aliran sungai yang lebih besar dari pada pasang surut
sehingga mendominasi sirkulasi perairan estuari.
Distribusi salinitas di perairan estuari dipengaruhi oleh batimetri, arus pasang surut,
penguapan dan sumbangan jumlah air tawar yang masuk ke perairan laut (Prandle, 2009).
Kondisi Sungai Dumoga yang mengalami banjir pada saat pengukuran dan kondisi pasang
surut dalam keadaan pasang menuju surut memperkuat dugaan akan terjadinya stratifikasi
sempurna di perarian Pantai Dumoga ini. Perairan Pantai Dumoga berhubungan langsung
dengan Laut Sulawesi. Kondisi ini memungkinkan sifat massa air, seperti suhu dan salinitas
disekitar daerah penelitian mempunyai potensi untuk terjadinya pertukaran massa air dengan
laut Sulawesi. Adanya aliran Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) bersalinitas tinggi (±34 psu)
yang melalui Laut Sulawesi dari Samudera Pasifik, yang kemudian membalik ke timur
menyusuri pesisir Pantai Minahasa (Woworontu, 1999) akan turut mempengaruhi salinitas di
perairan Estuari Dumoga.
Kekeruhan
Kekeruhan merupakan derajat kegelapan didalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan
tersuspensi. Material penyebab kekeruhan sendiri antara lain berupa partikel organik maupun
anorganik yang berasal dari daerah aliran sungai dan resuspensi sedimen di dasar.
Karakteristik distribusi horisontal kekeruhan air di perairan Pantai Dumoga pada bulan Juli
2006 diperlihatkan dalam Gambar 7 dan 8. Pada permukaan laut, nilai kekeruhan bervariasi
antara 8,33 NTU sampai 149,64 NTU dengan nilai rata-rata 33,81 NTU.

(7)
(8)

5. Kesimpulan
 Suhu air di perairan Pantai Dumoga cukup rendah yang bervariasi antara 24,33 °C –
28,53 °C. Kisaran suhu tersebut masih dalam batas-batas toleransi untuk budidaya
perikanan tropis.
 Selisih perbedaan suhu di lapisan permukaan dengan dekat dasar kurang dari 1 °C
menjadi indikasi tidak adanya daerah termoklin.
 Perairan Estuari Dumoga termasuk kedalam klasifikasi estuari stratifikasi sempurna
(salt wedge estuary).
 Salinitas di perairan Pantai Dumoga bervariasi antara 4,66 psu – 33,89 psu dengan
nilai rata-rata di atas 27 psu. Nilai rata-rata salinitas tersebut dalam batas layak bagi
usaha budidaya perikanan tropis.
 Perairan Pantai Dumoga tergolong keruh dengan nilai kekeruhan berkisar 8,33 NTU –
272,59 NTU.
 Secara umum jika ditinjau dari suhu, salinitas dan kekeruhan air, perairan Pantai
Dumoga pada bulan Juli 2006 masih berada dalam batas-batas toleransi budaya
perikanan.
BAB III
PENILAIAN JURNAL

A. KELEBIHAN
1. Jurnal Utama
- Penggunaan bahasa yang jelas dan baik dalam penyusunan materinya,sehingga
pembaca dengan mudah memahami isi yang disampaikan
- Terdapat grafik-grafik mengenai pendistribusian suhu salinitas,dan kekeruhan
yang menjadikan isinya lebih lengkap
- Terdapat stasiun-stasiun yang dijadikan sumber informasi penelitian,dan hal ini
tentunya menjadikan informasi yang ingin diambil lebih lengkap dan terperinci.
2. Jurnal pembanding
- Penggunaan bahasa yang jelas dan baik dalam penyusunan materinya,sehingga
pembaca dengan mudah memahami isi yang disampaikan
- Penjabaran materinya mengenai salinitas,suhu,dan kekeruhan disampaikan secara
terperinci,yang diamana dimulai dari pengertiannya masing-masing lalu
pengaruhnya terhadap distribusinya. Hal ini tentunya menjadikan pembaca
mengerti dengan baik
- Terdapat grafik-grafik mengenai pendistribusian suhu salinitas,dan kekeruhan
yang menjadikan isinya lebih lengkap
B. KEKURANGAN
1. Jurnal utama
- Tidak adanya penjelasan secara lengkap data seperti apa yang di dapatkan dari
masing-masing stasiun,misalnya pada stasiun utama data yang didapatkan dalam
waktu tertentu adalah sekian persen,dan begitu seterusnya pada stasiun-stasiun
lainnya.

2. Jurnal pembanding
- Dalam penelitiannya tidak menggunakan stasiun-stasiun seperti pada jural
utama,sehingga pengambila datanya mungkin kurang akurat karena diambil secara
keseluruhan
BAB IV
PENUTUP

C. Kesimpulan
Hasil pada jurnal utama menunjukkan bahwa kedalaman perairan tidak hanya
mempengaruhi distribusi suhu, namun juga distribusi salinitas dan oksigen terlarut. Terdapat
perbedaan distribusi parameter perairan yang cukup ekstrem pada 18 stasiun tersebut. Hal
tersebut terjadi karena adanya pengaruh internal yaitu perbedaan batimetri dan kontur
kedalaman pada kedua stasiun tersebut. Sama hal nya dengan urnal pembanding yakni
adanya perbedaan distribusi parameter perairan yang cukup ekstrem dari beberapa percobaan.
Penelitian yang dillakukan di perairan teluk Prigi dan pantai Dumoga sama-sama masih
berada dalam batas-batas toleransi bagi budidaya perikanan tropis.
Dan kedua jurnal ini cukup baik dan jelas dalam memaparkan hasil penelitian mengenai
distribusi suhu,salinitas,dan kekeruhan terhadap kedalaman perairan yang bertujuan untuk
membudidayakan kegiatan perikanan dan pembangunan pelabuhan.

D. Saran
Adapun saran saya sebagai reviewer,kedua jurnal ini sangat baik dan jelas dalam
memaparkan distribusi suhu,salinitas,dan kekeruhan terhadap kedalaman perairan dan saya
merasa kedua jurnal ini dapat dijadikan sebagai referensi oleh pembaca untuk menambah
pengetahuan ataupun sebagai teori dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya. Dan saya
juga mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca terhadap penyusunan laporan ini agar
saya dapat membuat lebih baik lagi di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Sisabutar,Evi Afriyani,dkk.2019. Distribusi Suhu, Salinitas Dan OksigenTerlarut Terhadap


Kedalaman Di Perairan Teluk Prigi Kabupaten Trenggalek. 3(1),46-52.

Ismail,M.Furqon Aziz dan Ankiq Taofiqurohman S.2012.sebaran horizontal


suhu,dalinitas,dan kekeruhan di pantai Dumoga,Sulawesi Utara. 5(1),51-56.

Anda mungkin juga menyukai