MK. HIDROLOGI
PRODI S1 PG-FIS
SKOR NILAI :
NIM : 3213331036
JUNI 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME karena atas hidayah dan
karunia serta inayah penulis dapat menyelesaikan Critical Journal Review ini dengan
penuh kemudahan dan tanpa pertolongannya mungkin penulis tidak akan sanggup
Menyusun Critical Journal Review ini dan syukur tersusun dengan baik. Untuk
Makalah ini disusun dengan penuh rintangan oleh penulis baik itu yang diluar
maupun di dalam. Namun, dengan kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
SWT akhirnya CJR ini dapat terselesaikan dengan baik dan ucapan terima kasih kepada
Penulis menyadari bahwa CJR ini masih terdapat kesalahan serta kekurangan
di dalamnya, untuk itu perlu adanya saran dan kritik dari pembaca untuk saling
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
C. Manfaat CJR........................................................................................................................2
D. Identitas Jurnal.....................................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................................3
RINGKASAN JURNAL...............................................................................................................3
A. JURNAL UTAMA..........................................................................................................3
B. JURNAL PEMBANDING.................................................................................................9
BAB III..........................................................................................................................................14
PEMBAHASAN..........................................................................................................................14
BAB IV..........................................................................................................................................16
PENUTUP....................................................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................................16
B. Saran.....................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
Critical Journal Review (CJR) merupakan kegiatan mengkritisi atau mereview dan
membandingkan jurnal untuk mengetahui dan memahami apa yang disajikan dalam
sebuah jurnal. Kritik jurnal sangat penting bagi komunitas pendidikan karena dengan
mana yang perlu ditingkatkan dan mana yang baik untuk digunakan berdasarkan
masukan berharga untuk proses penulisan kreatif lainnya. Kritik jurnal ini dijadikan
sebagai salah satu referensi ilmiah yang bermanfaat untuk menambah wawasan
mahasiswa dalam mengetahui manfaat jurnal, sebagai bahan pertimbangan dan juga
untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Geografi Regional Indonesia di
3. Membuat saya sebagai penulis dan mahasiswa lebih terarah dalam mengkritisi
sebuah jurnal
D. Identitas Jurnal
a. Jurnal Utama
Tahun : 2017
Volume : 24
Nomor : 1
ISSN : 0853-2982
b. Jurnal Kedua
Tahun : 2016
Volume : 4
Nomor : 3
ISSN : 2339-0913
BAB II
RINGKASAN JURNAL
A. JURNAL UTAMA
Abstrak
Daerah tangkapan sungai Komering Hulu memberi kontribusi nyata terhadap daerah
seperti banjir dan kekeringan wilayah hilir sungai. Adaptasi dan mitigasi terhadap
aliran sungai. Terjadi perubahan debit rencana 5 tahun kering 126,38 m3/det menjadi
135,88 m3/det (1971-1991 dan 1992-2010). Kenaikan penggunaan lahan terbesar untuk
lahan sawah pertanian, tegalan dan kebun sebesar 80,516% yang mengurangi luas
kemampuan DAS Komering Hulu untuk menyimpan air. Nilai koefesien limpasan c =
0,399 dan nilai base flow 43,262 didapat trend kenaikkan nilai c dan penurunan nilai b
sepanjang tahun 1971-2010. Berdasarkan peta sebaran erosi tahun 1980 dan 2005
PENDAHULUAN
Tinjauan sumber air dan hidrologi DAS diperlukan dalam menjamin keberlanjutan
sumber air dimana dalam hal tersebut dikaji permasalahan siklus hidrologi,
permodelan hidrologi DAS, proses degradasi lahan terhadap profil sungai, keandalan
sumber air serta dampak degradasi rezim hidrologi tehadap sumber air.
Perubahan pola penggunaan lahan memberi dampak pada pengurangan kapasitas
resapan, terutama dilihat dari proporsi perubahan luasan pertanian ini/ dikawasan
Danau Ranau, sehingga akan meningkatkan laju limpasan permukaan yang dapat
terjadi banjir dari hulu ke hilir yang mengakibatkan perpindahan alur sungai yang
Menurut Van Noordwijk, et al. (2003) daerah pegunungan dan hutan berperan
menahan dan menyimpan air hujan, serta menghindari terjadinya banjir dan
kekeringan, serta hal yang perlu dipertahankan adalah tutupan vegetasi dan lapisan
Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi dalam (1)
intersepsi air hujan, (2) mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak
hujan dan aliran permukaan, (3) pengaruh akar, bahan organik sisa-sisa tumbuhan
tanah dan, (4) transpirasi yang mengakibatkan berkurangnya kandungan air tanah
(Arsyad, 2010).
musiman dengan gejala banjir dan kekeringan yang semakin ekstrim, dan ukuran DAS
serta kapasitas sistem storage DAS, baik di permukaan (tanaman, sawah, rawa,
danau/waduk, dan sungai) maupun bawah permukaan (lapisan tanah dan air bumi),
akan merupakan faktor dominan yang menentukan kerentanan dan daya dukung
Penilaian kepekaan dan daya dukung sistem hidrologi DAS akibat perubahan
penggunaan lahan dapat dilakukan dalam tiga tahapan berikut: (i) pengembangan
skenario perubahan penggunaan lahan; (ii) simulasi hidrologi wilayah; dan (iii)
evaluasi dampak dari variasi hidrologi yang dihasilkan sistem sumber daya air yang
meliputi aspek pengembangan dan pengelolaan serta menilai kinerja sistem akibat
bencana seperti banjir dan kekeringan, operasi waduk, saluran, mutu air, serta berbagai
isu lingkungan.
METODOLOGI
Pengumpulan data dilakukan dengan menggumpulkan data hidrologi dan data spasial.
Data hidrologi yang dikumpulkan berupa data debit dan data curah hujan. Terdapat
tiga stasiun curah hujan di DAS Komering Hulu yaitu St. Banding Agung, St. Muara
Dua dan St. Martapura, sedang data debit diambil dari pengukuran debit di Bendung
Perjaya. Data hujan dan data debit yang dipergunakan pada rentang tahun 1971-2010.
Data Spasial yang digunakan diantaranya adalah Peta batas administratif, Peta Jenis
Tanah, Peta Klasifikasi Erosi dan Peta Penggunaan Lahan (Tahun 1980 dan 2005).
Debit andalan adalah debit yang diharapkan tersedia sepanjang tahun dengan resiko
mendapatkan hasil perhitungan debit andalan yang baik diperlukan pencatatan debit
dengan jangka waktu yang panjang untuk mengurangi terjadinya penyimpangan data
perhitungan yang terlalu besar. Perhitungan debit andalan dilakukan dengan cara
merangking data debit rata-rata bulanan. Metode ini biasa disebut metode seri data
historis (ranking dan statistik). Perhitungan debit andalan dan debit rencana
dimana :
pengamatan
hidrologi yang terjadi akibat ekstrimitas hujan dan konversi lahan. Analisis terhadap
hujan pada masa yang lalu dengan data pada masa sekarang. Analisis yang digunakan
adalah korelasi hujan wilayah dengan debit pos, analisis trend perubahan curah hujan
dan debit untuk ekstrimitas maksimum dan minimum, analisis perubahan trend hujan
rencana dan debit banjir rencana pada periode tertentu, dan analisis perubahan trend
baseflow dan koefisien limpasan c yang dibangkitkan dari data kapasitas hujan bulanan
pendekatan regresi linear sederhana hasil penjabaran dari suatu model hidrologi
dimana :
Berdasarkan Persamaan 2 didapat nilai baseflow dan nilai totalflow berdasarkan output
sungai yang dipergunakan untuk perhitungan Baseflow Index (BFI) (Chow,1992) : (3)
dimana :
BF = Index baseflow
TF = Totalflow (discharge)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Iklim pada daerah pengaliran Sungai Komering pada umumnya adalah beriklim tropis.
Lokasi pengamatan data klimatologi dan curah hujan yang berada di DAS Komering
yaitu Stasiun Banding Agung (Sta. No 217), Stasiun Muara Dua (Sta. No. 216), Stasiun
Martapura (Sta. No. 215), Stasiun Belitang (Sta. No. 214), Stasiun Menanga, Stasiun
Cilika. Data klimatologi yang di dapat dari stasiun klimatologi Belitang, rata-rata
tahunan rata-rata 80%. Lama penyinaran matahari bulanan rata-rata 29%. Curah hujan
merupakan tolok ukur dalam mengevaluasi potensi sumber air di suatu daerah. Total
curah hujan pertahun pada Sub DAS Komering berkisar antara 2.523 hingga 2.670
mm/tahun, dengan musim hujan terjadi pada bulan Oktober s.d. Mei dan musim kering
pada bulan Juni hingga September (Rusman, 2004); BBWS VIII, 2010; Puslitbang SDA
Bandung, 2012). Debit Sungai Komering dibagian hulu dikendalikan bendung gerak
yaitu Bendung Perjaya di desa Martapura, sedang sumber air di hulu Bendung Perjaya
diatur oleh regulacy Danau Ranau. Debit tersebut diatur untuk memenuhi kebutuhan
air di daerah irigasi dan untuk pemeliharaan sungai dilepas debit 35m3/det. Stasiun
lahan potensial yang ada di DAS Komering. Debit Sungai Komering bagian hulu
Sungai Komering dipergunakan sebagai sumber air irigasi, kebutuhan air baku
domestik, perikanan dan pemeliharaan sungai (BBWS VIII, 2010; Puslitbang SDA,
2012). Penggunaan lahan di DAS Komering sebagai hutan lindung, hutan suaka, lahan
mengubah bentang lahan dalam suatu DAS seringkali dapat mempengaruhi hasil air,
dan penyebaran aliran air. Faktor lain yang mempengaruhi limpasan adalah tanah,
iklim dan persentase luas DAS. Semakin besar perubahan tata guna lahan semakin
besar pula limpasan yang terjadi. Perubahan penggunaan lahan pada tahun 1980 dan
peningkatan luas rawa semula 19.559,128 Ha menjadi 147.420,221 Ha, hasil tersebut
sesuai dengan perhitungan kerapatan drainase DAS Komering hanya 0,106 sehingga
Perubahan pemanfaatan lahan terlihat terbesar untuk sawah pertanian, tegalan dan
kebun, hal tersebut mengurangi jumlah hutan lebat yang merupakan regulator air
limpasan. Penggunaan lahan tahun 1980 didominasi oleh perkebunan rakyat sekitar
47,69 %, dan persawahan sekitar 10,05 % dari total luas lahan. Ini disebabkan kawasan
hulu DAS Komering merupakan daerah yang cukup berpotensi untuk lahan
didukung oleh kondisi fisik wilayah dan aspek sosial ekonomi wilayah di sekitar hulu
kawasan DAS Komering. Disamping itu wilayah inipun masih dijadikan sebagai
wilayah konservasi baik sebagai daerah tangkapan air (resapan air) maupun sebagai
daerah tempat pengaturan tata air bagi daerah hilir. Penggunaan lahan pada tahun
2005 sektor pertanian masih mendominasi, khususnya perkebunan kelapa sawit sebagai
sektor andalan yang memberikan tingkat perdapatan bagi petani dan daerah di sekitar
kapasitas resapan, terutama dilihat dari proporsi perubahan luasan pertanian ini
permukaan.
kawasan hutan, dengan dominasi tata guna lahan untuk aktivitas pertanian seperti
3. Penurunan kualitas sumberdaya air dan lingkungan di kawasan DAS Komering pada
4. Pengelolaan DAS harus dilakukan melalui satu sistem yang dapat memberikan,
masyarakat.(Permatasari, 2017)
B. JURNAL PEMBANDING
ABSTRAK
Penggunaan lahan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap fungsi tata
air suatu daerah aliran sungai (DAS). Kondisi hidrologi DAS Bulok pada saat ini
mengalami degradasi. Penelitian ini menganalisis curah hujan, debit sungai, perubahan
penggunaan lahan, fluktuasi debit dan koefisien aliran permukaan. Untuk menganalisis
analisis deskriptif dan tabulasi. Hasil penelitian menunjukkan telah terjadi perubahan
penggunaan lahan DAS Bulok meliputi penurunan luas hutan dan pertanian lahan
kering bercampur semak, serta peningkatan luas pemukiman dan pertanian lahan
kering. Hal tersebut berpengaruh terhadap debit sungai dan koefisien aliran
permukaan. Fluktuasi debit DAS Bulok tahun 2001 sebesar 12,45 tahun 2006 menjadi
51,27 dan tahun 2011 menjadi 129,96. Koefisien aliran permukaan DAS Bulok tahun 2001
sebesar 6% tahun 2006 menjadi 35% dan tahun 2011 sebesar 41%. Peningkatan fluktuasi
debit dan aliran permukaan tahun 2001-2011 men njukkan DAS Bulok telah mengalami
degradasi.
PENDAHULUAN
Seiring dengan peningkatan jumlah dan aktivitas manusia, maka kebutuhan terhadap
cenderung memanfaatkan lahan kearah penggunaan yang lebih tinggi daya gunanya
lahan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap fungsi tata air suatu
DAS. DAS Bulok merupakan bagian dari DAS Sekampung di Provinsi Lampung.
Kondisi hidrologi DAS Bulok pada saat ini mengalami perubahan karakteristik
hidrologi DAS yang ditandai dengan meningkatnya potensi banjir karena peningkatan
debit sungai pada musim penghujan serta kekeringan pada musim kemarau.
Berdasarkan pada salah satu fungsi lahan sebagai pengatur siklus tersebut, maka
dipelajari. Karakteristik hidrologi yang dijadikan parameter dalam penelitian ini adalah
fluktuasi debit dan koefisien aliran permukaan sekaligus menjadi tujuan penelitian ini.
Parameter lain yang digunakan adalah data penggunaan lahan di wilayah DAS tersebut
pada tahun-tahun pengamatan ang meliputi tahun 2001, 2006, dan 2011.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014-Maret 2015 di DAS Bulok yang
mencakup wilayah kabupaten Pringsewu dan sekitarnya. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), kamera, dan perangkat komputer
dengan Software pendukung meliputi ArcGIS 10.3 dan Mirosoft Excel. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini berupa data curah hujan, data debit air dan peta
penggunaan lahan di DAS Bulok tahun 2001, 2006, dan 2011. Penelitian ini dilakukan
dengan beberapa tahapan. Tahap pertama adalah mempersiapkan data. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan bulanan dan debit bulanan
pada stasiun SPAS Bulukarto Kabupaten pringsewu, data penggunaan lahan di DAS
Bulok, serta kondisi biofisik (topografi). Tahap kedua adalah melakukan cek lapang dan
analisis terhadap peta digital. Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan data
penggunaan lahan di wilayah DAS Bulok dan di setiap stasiun pengamatan yang ada di
Bulok. Dalam data penggunaan lahan, jenis penggunaan lahan yang dianalisis dengan
cara membandingkan kondisi penggunaan lahan adalah hutan, kebun campuran, lahan
kering, semak, pemukiman dan sawah. Tahap ketiga adalah melakukan analisis data
terhadap data curah hujan bulanan dan debit bulanan pada tahun 2001, 2006 dan 2011.
Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan data fluktuasi debit dan koefisien aliran
debit dan koefisien aliran permukaan pada tahun 2001, 2006 dan 2011 yang kemudian
Terdapat dua analisis data yang dilakukan pada penelitian ini. Pertama, Fluktuasi debit
yaitu perbandingan debit maksimum (Qmaks) dengan debit minimum (Qmin) pada
DAS.
1. Curah Hujan
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson dalam Arsyad (2010) diukur dari tahun
2001-2011, curah hujan DAS Bulok memiliki perbandingan rata-rata bulan kering
bulan, dengan demikian maka DAS Bulok memiliki tipe iklim sedang.
Kondisi ini menunjukkan potensi air yang berasal dari curah hujan cukup besar. Curah
hujan tahun 2001 sebesar 1527 mm dengan curah hujan tertinggi berada pada bulan
Januari sebesar 248 mm sedangkan hujan terendah terjadi pada bulan Juni sebesar 51
mm dan memiliki curah hujan rata-rata 127,3 mm dengan jumlah hari hujan di tahun
Curah hujan tahun 2006 sebesar 1215,2 mm dan curah hujan rata-rata 101,3 mm, dengan
curah hujan tertinggi berada pada bulan Januari sebesar 260 mm dan hujan terendah
terjadi pada bulan September sebesar 3,9 mm dengan jumlah hari hujan di tahun 2006
sebanyak 104 hari. Curah hujan total pada tahun 2011 sebesar 1342 mm dan curah hujan
rata-rata111,8 mm, dengan curah hujan tertinggi berada pada bulan Desember sebesar
286 mm dan hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 1,5 mm dengan jumlah
2. Penggunaan Lahan
DAS Bulok memiliki luas 87.670 Ha yang terdiri dari 7 penggunaan lahan yaitu hutan,
3. Debit Aliran
Debit aliran menggambarkan respon sistem DAS terhadap input curah hujan secara
keseluruhan. Besarnya debit aliran sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, luas tutupan
vegetasi, topografi, dan curah hujan yang terjadi (BPDAS, 2008). Pada interval 10 tahun
pengamatan terlihat fluktuasi debit menurun cukup besar. Hal ini terlihat pada tahun
2001 sebesar 12,45 yang termasuk dalam kelas sangat rendah dan mengalami kenaikan
pada tahun 2006 menjadi 51,27 yang termasuk kelas sedang serta semakin naik di tahun
2011 menjadi 129,96 yang termasuk kelas sangat tinggi (Permenhut P.61, 2014).
Daerah aliran sungai merupakan suatu ekosistem yang terdiri dari komponen biotik dan
ekosistem yang lain. Aktifitas dalam DAS yang menyebabkan perubahan ekosistem
Konversi hutan menjadi areal penggunaan lain seperti berkurangnya lahan hutan dan
pertanian lahan kering bercampur semak berganti dengan areal pemukiman dan
pertanian lahan kering mempengaruhi karakteristik hidrologi yaitu penurunan debit air
khususnya pada musim kemarau dan meningkatnya aliran permukaan pada curah
hujan tinggi di DAS Bulok. Hal ini terlihat dari fluktuasi debit pada 2001 sebesar 12,45
yang termasuk dalam kelas sangat rendah dan mengalami kenaikan pada 2006 menjadi
51,27 yang termasuk kelas sedang serta semakin naik di 2011 menjadi 129,96 yang
termasuk kelas sangat tinggi. Curah hujan yang tinggi dengan kondisi penutupan lahan
yang semakin buruk maka menyebabkan sebagian besar air yang jatuh akan menjadi
aliran permukaan. DAS Bulok mengalami peningkatan nilai koefisien aliran permukaan
yang dari 2001 sebesar 6% yang termasuk dalam kelas sangat rendah menjadi 35% yang
tergolong kelas sedang pada 2006 serta lebih tinggi pada 2011 sebesar 41% yang
PEMBAHASAN
a. Kelebihan
Dilihat dari aspek ruang lingkup isi artikel, sudah cukup baik. Diberikan
Dari aspek tata letak tulisan dan tata bahasa juga sudah cukup baik. Artikel
tersusun dengan rapi dan membuat nyaman saat membacanya. Bahasa yang
b. Kekurangan
Dari aspek penulisan masalah banyak kesalahan penulisan kata dan penyusunan
Dari aspek ruang lingkup masih banyak kekurangan penyusunan laporan tidak
Dari aspek isi artikel banyak menggunakan bahasa asing (Inggris) yang membuat
a. Kelebihan
Dilihat dari aspek ruang lingkup isi artikel, sudah cukup baik. Diberikan
tersusun dengan rapi dan membuat nyaman saat membacanya. Bahasa yang
Dalam Artikel disimpulkan bahwa Curah hujan yang tinggi dengan kondisi
penutupan lahan yang semakin buruk maka menyebabkan sebagian besar air
b. Kekurangan
Dari Aspek Isi Artikel banyak menggunakan bahasa asing ( Inggris) yang
Dari aspek tata tulisan sudah cukup baik tetapi masih ada sedikit kesalahan
pengetikan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Iklim pada daerah pengaliran Sungai Komering pada umumnya adalah beriklim
tropis. Lokasi pengamatan data klimatologi dan curah hujan yang berada di DAS
Komering yaitu Stasiun Banding Agung (Sta. No 217), Stasiun Muara Dua (Sta. No.
216), Stasiun Martapura (Sta. No. 215), Stasiun Belitang (Sta. No. 214), Stasiun Menanga,
Stasiun Cilika. Data klimatologi yang di dapat dari stasiun klimatologi Belitang, rata-
rata temperatur bulanan di daerah datar adalah 28,40–32,20C, kelembaban udara relatif
tahunan rata-rata 80%. Lama penyinaran matahari bulanan rata-rata 29%. Curah hujan
merupakan tolok ukur dalam mengevaluasi potensi sumber air di suatu daerah. Total
curah hujan pertahun pada Sub DAS Komering berkisar antara 2.523 hingga 2.670
mm/tahun, dengan musim hujan terjadi pada bulan Oktober s.d. Mei dan musim kering
pada bulan Juni hingga September (Rusman, 2004); BBWS VIII, 2010; Puslitbang SDA
Bandung, 2012).
Konversi hutan menjadi areal penggunaan lain seperti berkurangnya lahan hutan
dan pertanian lahan kering bercampur semak berganti dengan areal pemukiman dan
air khususnya pada musim kemarau dan meningkatnya aliran permukaan pada curah
hujan tinggi di DAS Bulok. Hal ini terlihat dari fluktuasi debit pada 2001 sebesar 12,45
yang termasuk dalam kelas sangat rendah dan mengalami kenaikan pada 2006 menjadi
51,27 yang termasuk kelas sedang serta semakin naik di 2011 menjadi 129,96 yang
Adapun saran yang dapat saya berikan bagi penulis jurnal agar kedepannya bisa
lebih baik lagi ialah, agar penulis lebih meningkatkan atau lebih menekankan lagi pada
bagian pembahasan supaya pembahasannya lebih lengkap atau lebih rinci lagi dan
mampu menggunakan gaya bahasa yang baku dan sesuai dengan EYD yang sesuai
menjelaskan dengan lengkap lagi pada bagian penjelasan dari diagram atau tabel agar
pembaca dapat dengan mudah memahami pembahasan dari isi jurnal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hidrologi DAS (Studi Kasus : DAS Komering). Jurnal Teknik Sipil ITB, 24(1), 91–98.
https://doi.org/10.5614/jts.2017.24.1.11
Pratama, W., & Budi Yuwono, S. (2016). Analisis Perubahan Penggunaan Lahan
Terhadap Karakteristik Hidrologi Di Das Bulok. Jurnal Sylva Lestari, 4(3), 11.
https://doi.org/10.23960/jsl3411-20