Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL JURNAL REVIEW

MK. HIDROLOGI

PRODI S1 PG-FIS

SKOR NILAI :

(Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Rezim Hidrologi DAS (Studi

Kasus : DAS Komering & Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap

Karakteristik Hidrologi Di Das Bulok)

Nama Mahasiswa : Klarita Dwijayanti Waruwu

NIM : 3213331036

Dosen Pengampu : Drs.Nahor Manahat Simanungkalit,M.Si

Mata Kuliah : Hidrologi

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

JUNI 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME karena atas hidayah dan

karunia serta inayah penulis dapat menyelesaikan Critical Journal Review ini dengan

penuh kemudahan dan tanpa pertolongannya mungkin penulis tidak akan sanggup

Menyusun Critical Journal Review ini dan syukur tersusun dengan baik. Untuk

membahas seputar Mata Kuliah Critical Journal Review.

Makalah ini disusun dengan penuh rintangan oleh penulis baik itu yang diluar

maupun di dalam. Namun, dengan kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah

SWT akhirnya CJR ini dapat terselesaikan dengan baik dan ucapan terima kasih kepada

orang tua yang selalu mendukung di saat senang maupun susah.

Penulis menyadari bahwa CJR ini masih terdapat kesalahan serta kekurangan

di dalamnya, untuk itu perlu adanya saran dan kritik dari pembaca untuk saling

melengkapi hal-hal yang kurang dari CJR ini.

Medan, 1 Juni 2022

Klarita Dwijayanti Waruwu


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR.......................................................................................1

B. Tujuan Penulisan CJR........................................................................................................1

C. Manfaat CJR........................................................................................................................2

D. Identitas Jurnal.....................................................................................................................2

BAB II..............................................................................................................................................3

RINGKASAN JURNAL...............................................................................................................3

A. JURNAL UTAMA..........................................................................................................3

B. JURNAL PEMBANDING.................................................................................................9

BAB III..........................................................................................................................................14

PEMBAHASAN..........................................................................................................................14

A. Kelebihan Dan Kekurangan Jurnal Utama.....................................................................14

B. Kelebihan Dan Kekurangan Jurnal Pembanding...........................................................15

BAB IV..........................................................................................................................................16

PENUTUP....................................................................................................................................16

A. Kesimpulan.........................................................................................................................16

B. Saran.....................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR

Critical Journal Review (CJR) merupakan kegiatan mengkritisi atau mereview dan

membandingkan jurnal untuk mengetahui dan memahami apa yang disajikan dalam

sebuah jurnal. Kritik jurnal sangat penting bagi komunitas pendidikan karena dengan

mengkritisi jurnal mahasiswa dapat mempelajarinya sehingga dapat melihat jurnal

mana yang perlu ditingkatkan dan mana yang baik untuk digunakan berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan oleh penulis jurnal.

Kemudian dengan mengkritisi jurnal dapat melatih kemampuan siswa dalam

menganalisis dan mengevaluasi diskusi yang disajikan peneliti, sehingga menjadi

masukan berharga untuk proses penulisan kreatif lainnya. Kritik jurnal ini dijadikan

sebagai salah satu referensi ilmiah yang bermanfaat untuk menambah wawasan

mahasiswa dalam mengetahui manfaat jurnal, sebagai bahan pertimbangan dan juga

untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Geografi Regional Indonesia di

Universitas Negeri Medan.

B. Tujuan Penulisan CJR

1. Penyelesaian salah satu tugas pada mata kuliah Hidrologi

2. Sebagai rujukan bagaimana untuk menyempurnakan sebuah jurnal dan mencari

sumber bacaan yang relevan

3. Membuat saya sebagai penulis dan mahasiswa lebih terarah dalam mengkritisi

sebuah jurnal

4. Menambah pengetahuan tentang Pengaruh Penggunaan Lahan


C. Manfaat CJR

1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Geografi Regional Indonesia

2. Menambah wawasan pembaca tentang Pengaruh Penggunaan lahan

3. Untuk meningkatkan kemampuan dalam membaca dan mengkrtisi jurnal

D. Identitas Jurnal

a. Jurnal Utama

Nama Jurnal : Jurnal Teknik Sipil

Judul : Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Rezim

Hidrologi DAS (Studi Kasus : DAS Komering

Tahun : 2017

Penulis : Rosmalinda Permatasari, Arwin, Dantje Kardana Natakusumah

Volume : 24

Nomor : 1

ISSN : 0853-2982

b. Jurnal Kedua

Nama Jurnal : Jurnal Sylva Lestari

Judul : Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik

Hidrologi Di Das Bulok

Tahun : 2016

Penulis : Willy Pratama dan Slamet Budi Yuwono

Volume : 4

Nomor : 3

ISSN : 2339-0913
BAB II

RINGKASAN JURNAL

A. JURNAL UTAMA

Abstrak

Daerah tangkapan sungai Komering Hulu memberi kontribusi nyata terhadap daerah

aliran sungai Komering Sumatera Selatan. Perubahan penggunaan lahan memberi

dampak pada pengurangan kapasitas resapan, akibatnya terjadi ekstrimitas debit

seperti banjir dan kekeringan wilayah hilir sungai. Adaptasi dan mitigasi terhadap

perubahan penggunaan lahan merupakan upaya untuk mengantissipasi terjadinya

kerusakan fungsi hidrologi daerah aliran sungai. Tujuan penulisan adalah

mengevaluasi perubahan penggunaan lahan di DAS Hulu terhadap hidrologi daerah

aliran sungai. Terjadi perubahan debit rencana 5 tahun kering 126,38 m3/det menjadi

135,88 m3/det (1971-1991 dan 1992-2010). Kenaikan penggunaan lahan terbesar untuk

lahan sawah pertanian, tegalan dan kebun sebesar 80,516% yang mengurangi luas

hutan menjadi 28%. Perubahan tutupan lahan terutama hutan mengindikasikan

kemampuan DAS Komering Hulu untuk menyimpan air. Nilai koefesien limpasan c =

0,399 dan nilai base flow 43,262 didapat trend kenaikkan nilai c dan penurunan nilai b

sepanjang tahun 1971-2010. Berdasarkan peta sebaran erosi tahun 1980 dan 2005

menggambarkan DAS Komering Hulu termasuk klasifikasi erosi berat.

PENDAHULUAN

Tinjauan sumber air dan hidrologi DAS diperlukan dalam menjamin keberlanjutan

sumber air dimana dalam hal tersebut dikaji permasalahan siklus hidrologi,

permodelan hidrologi DAS, proses degradasi lahan terhadap profil sungai, keandalan

sumber air serta dampak degradasi rezim hidrologi tehadap sumber air.
Perubahan pola penggunaan lahan memberi dampak pada pengurangan kapasitas

resapan, terutama dilihat dari proporsi perubahan luasan pertanian ini/ dikawasan

Danau Ranau, sehingga akan meningkatkan laju limpasan permukaan yang dapat

berpotensi menghasilkan banjir di kawasan hilir, seperti halnya di DAS Komering

terjadi banjir dari hulu ke hilir yang mengakibatkan perpindahan alur sungai yang

dikenal dengan Terusan Randu.

Menurut Van Noordwijk, et al. (2003) daerah pegunungan dan hutan berperan

menahan dan menyimpan air hujan, serta menghindari terjadinya banjir dan

kekeringan, serta hal yang perlu dipertahankan adalah tutupan vegetasi dan lapisan

serasah dan tidak semata dalam bentuk hutan.

Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi dalam (1)

intersepsi air hujan, (2) mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak

hujan dan aliran permukaan, (3) pengaruh akar, bahan organik sisa-sisa tumbuhan

yang jatuh dipermukaan tanah, dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan

dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap stabilitas struktur porositas

tanah dan, (4) transpirasi yang mengakibatkan berkurangnya kandungan air tanah

(Arsyad, 2010).

Dalam Pawitan (1999) menyatakan bahwa perubahan pola penggunaan lahan

berdampak pada penurunan ketersediaan air wilayah akibat meningkatnya fluktuasi

musiman dengan gejala banjir dan kekeringan yang semakin ekstrim, dan ukuran DAS

serta kapasitas sistem storage DAS, baik di permukaan (tanaman, sawah, rawa,

danau/waduk, dan sungai) maupun bawah permukaan (lapisan tanah dan air bumi),

akan merupakan faktor dominan yang menentukan kerentanan dan daya dukung

sistem sumber daya air wilayah terhadap perubahan iklim.

Penilaian kepekaan dan daya dukung sistem hidrologi DAS akibat perubahan

penggunaan lahan dapat dilakukan dalam tiga tahapan berikut: (i) pengembangan

skenario perubahan penggunaan lahan; (ii) simulasi hidrologi wilayah; dan (iii)
evaluasi dampak dari variasi hidrologi yang dihasilkan sistem sumber daya air yang

meliputi aspek pengembangan dan pengelolaan serta menilai kinerja sistem akibat

bencana seperti banjir dan kekeringan, operasi waduk, saluran, mutu air, serta berbagai

isu lingkungan.

METODOLOGI

2.1 Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggumpulkan data hidrologi dan data spasial.

Data hidrologi yang dikumpulkan berupa data debit dan data curah hujan. Terdapat

tiga stasiun curah hujan di DAS Komering Hulu yaitu St. Banding Agung, St. Muara

Dua dan St. Martapura, sedang data debit diambil dari pengukuran debit di Bendung

Perjaya. Data hujan dan data debit yang dipergunakan pada rentang tahun 1971-2010.

Data Spasial yang digunakan diantaranya adalah Peta batas administratif, Peta Jenis

Tanah, Peta Klasifikasi Erosi dan Peta Penggunaan Lahan (Tahun 1980 dan 2005).

2.2 Debit andalan dan debit rencana

Debit andalan adalah debit yang diharapkan tersedia sepanjang tahun dengan resiko

kegagalan yang di rencanakan sekecil mungkin (Hadisusanto, 2011). Untuk

mendapatkan hasil perhitungan debit andalan yang baik diperlukan pencatatan debit

dengan jangka waktu yang panjang untuk mengurangi terjadinya penyimpangan data

perhitungan yang terlalu besar. Perhitungan debit andalan dilakukan dengan cara

merangking data debit rata-rata bulanan. Metode ini biasa disebut metode seri data

historis (ranking dan statistik). Perhitungan debit andalan dan debit rencana

menggunakan Persamaan 1 Weillbull : (1)

dimana :

P(Xm) = Peluang terjadinya kumpulan nilai yang di-harapkan selama periode

pengamatan

M = Nomor urut kejadian, atau peringkat kejadian

N = Jumlah pengamatan dari variat X


2.3 Penutupan lahan

Analisis perubahan rezim hidrologi dilakukan untuk mengetahui degradasi rezim

hidrologi yang terjadi akibat ekstrimitas hujan dan konversi lahan. Analisis terhadap

perubahan ini dilakukan dengan membandingkan trend/kecenderungan data curah

hujan pada masa yang lalu dengan data pada masa sekarang. Analisis yang digunakan

adalah korelasi hujan wilayah dengan debit pos, analisis trend perubahan curah hujan

dan debit untuk ekstrimitas maksimum dan minimum, analisis perubahan trend hujan

rencana dan debit banjir rencana pada periode tertentu, dan analisis perubahan trend

baseflow dan koefisien limpasan c yang dibangkitkan dari data kapasitas hujan bulanan

dan debit bulanan dalam satu tahun.

2.4 Perubahan rezim hidrologi

Perubahan rezim hidrologi dalam suatu DAS dianalisis dengan menggunakan

pendekatan regresi linear sederhana hasil penjabaran dari suatu model hidrologi

dimana ditunjukan dengan Persamaan 2 (Arwin, 2009): (2)

dimana :

Q = Debit sungai (m3/det)

c = Koefisien limpasan (runoff)

P = Curah hujan (mm)

A = Luas DAS (km2)

b = Aliran dasar (Baseflow)

2.5 Perbandingan nilai baseflow dan totalflow

Berdasarkan Persamaan 2 didapat nilai baseflow dan nilai totalflow berdasarkan output

sungai yang dipergunakan untuk perhitungan Baseflow Index (BFI) (Chow,1992) : (3)

dimana :

BFI = Baseflow index

BF = Index baseflow

TF = Totalflow (discharge)
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran wilayah studi

Iklim pada daerah pengaliran Sungai Komering pada umumnya adalah beriklim tropis.

Lokasi pengamatan data klimatologi dan curah hujan yang berada di DAS Komering

yaitu Stasiun Banding Agung (Sta. No 217), Stasiun Muara Dua (Sta. No. 216), Stasiun

Martapura (Sta. No. 215), Stasiun Belitang (Sta. No. 214), Stasiun Menanga, Stasiun

Cilika. Data klimatologi yang di dapat dari stasiun klimatologi Belitang, rata-rata

temperatur bulanan di daerah datar adalah 28,40–32,20C, kelembaban udara relatif

tahunan rata-rata 80%. Lama penyinaran matahari bulanan rata-rata 29%. Curah hujan

merupakan tolok ukur dalam mengevaluasi potensi sumber air di suatu daerah. Total

curah hujan pertahun pada Sub DAS Komering berkisar antara 2.523 hingga 2.670

mm/tahun, dengan musim hujan terjadi pada bulan Oktober s.d. Mei dan musim kering

pada bulan Juni hingga September (Rusman, 2004); BBWS VIII, 2010; Puslitbang SDA

Bandung, 2012). Debit Sungai Komering dibagian hulu dikendalikan bendung gerak

yaitu Bendung Perjaya di desa Martapura, sedang sumber air di hulu Bendung Perjaya

diatur oleh regulacy Danau Ranau. Debit tersebut diatur untuk memenuhi kebutuhan

air di daerah irigasi dan untuk pemeliharaan sungai dilepas debit 35m3/det. Stasiun

curah hujan dan pengukuran debit disimulasikan pada Gambar 1.

Pengembangan sumber daya air Sungai Komering dengan mengembangkan seluruh

lahan potensial yang ada di DAS Komering. Debit Sungai Komering bagian hulu

dikendalikan bendung gerak yaitu Bendung Perjaya, dimana dalam pemanfaatannya

Sungai Komering dipergunakan sebagai sumber air irigasi, kebutuhan air baku

domestik, perikanan dan pemeliharaan sungai (BBWS VIII, 2010; Puslitbang SDA,

2012). Penggunaan lahan di DAS Komering sebagai hutan lindung, hutan suaka, lahan

kebun pertanian dan pemukiman.

3.2 Perubahan penggunaan lahan DAS


Menurut Asdak, 2002 dan Triatmodjo, 2009 kegiatan tata guna lahan yang bersifat

mengubah bentang lahan dalam suatu DAS seringkali dapat mempengaruhi hasil air,

terutama pengelolaan vegetasi dimana hutan sebagai regulator mempengaruhi waktu

dan penyebaran aliran air. Faktor lain yang mempengaruhi limpasan adalah tanah,

iklim dan persentase luas DAS. Semakin besar perubahan tata guna lahan semakin

besar pula limpasan yang terjadi. Perubahan penggunaan lahan pada tahun 1980 dan

2005 pada lokasi penelitian dijelaskan pada Tabel 1.

Berdasarkan hasil dari Tabel 1 terjadi perubahan penggunaan lahan, terjadi

peningkatan luas rawa semula 19.559,128 Ha menjadi 147.420,221 Ha, hasil tersebut

sesuai dengan perhitungan kerapatan drainase DAS Komering hanya 0,106 sehingga

DAS mengalami penggenangan yang dimungkinkan membentuk rawa.

Perubahan pemanfaatan lahan terlihat terbesar untuk sawah pertanian, tegalan dan

kebun, hal tersebut mengurangi jumlah hutan lebat yang merupakan regulator air

limpasan. Penggunaan lahan tahun 1980 didominasi oleh perkebunan rakyat sekitar

47,69 %, dan persawahan sekitar 10,05 % dari total luas lahan. Ini disebabkan kawasan

hulu DAS Komering merupakan daerah yang cukup berpotensi untuk lahan

perkebunan dan persawahan. Kondisi ini memungkinkan untuk diusahakan karena

didukung oleh kondisi fisik wilayah dan aspek sosial ekonomi wilayah di sekitar hulu

kawasan DAS Komering. Disamping itu wilayah inipun masih dijadikan sebagai

wilayah konservasi baik sebagai daerah tangkapan air (resapan air) maupun sebagai

daerah tempat pengaturan tata air bagi daerah hilir. Penggunaan lahan pada tahun

2005 sektor pertanian masih mendominasi, khususnya perkebunan kelapa sawit sebagai

sektor andalan yang memberikan tingkat perdapatan bagi petani dan daerah di sekitar

kawasan hulu DAS.


KESIMPULAN

1. Perubahan pola penggunaan lahan ini memberi dampak pada pengurangan

kapasitas resapan, terutama dilihat dari proporsi perubahan luasan pertanian ini

dikawasan DAS Komering Hulu, sehingga akan meningkatkan laju limpasan

permukaan.

2. Penggunaan lahan di DAS Komering terus mengalami penurunan akan keberadaan

kawasan hutan, dengan dominasi tata guna lahan untuk aktivitas pertanian seperti

perladangan/tegalan dan perkebunan.

3. Penurunan kualitas sumberdaya air dan lingkungan di kawasan DAS Komering pada

umumnya karena diakibatkan ulah manusia yang dalam pemanfaatan sumberdaya

alam tersebut tidak dilakukan secara bijaksana berdasar kaedah konservasi

sumberdaya alam dalam fungsi perlindungan kawasan.

4. Pengelolaan DAS harus dilakukan melalui satu sistem yang dapat memberikan,

produktivitas lahan yang tinggi, kelestarian DAS dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat.(Permatasari, 2017)

B. JURNAL PEMBANDING

ABSTRAK

Penggunaan lahan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap fungsi tata

air suatu daerah aliran sungai (DAS). Kondisi hidrologi DAS Bulok pada saat ini

mengalami degradasi. Penelitian ini menganalisis curah hujan, debit sungai, perubahan

penggunaan lahan, fluktuasi debit dan koefisien aliran permukaan. Untuk menganalisis

perubahan penggunaan lahan terhadap karakteristik hidrologi digunakan metode

analisis deskriptif dan tabulasi. Hasil penelitian menunjukkan telah terjadi perubahan

penggunaan lahan DAS Bulok meliputi penurunan luas hutan dan pertanian lahan

kering bercampur semak, serta peningkatan luas pemukiman dan pertanian lahan

kering. Hal tersebut berpengaruh terhadap debit sungai dan koefisien aliran
permukaan. Fluktuasi debit DAS Bulok tahun 2001 sebesar 12,45 tahun 2006 menjadi

51,27 dan tahun 2011 menjadi 129,96. Koefisien aliran permukaan DAS Bulok tahun 2001

sebesar 6% tahun 2006 menjadi 35% dan tahun 2011 sebesar 41%. Peningkatan fluktuasi

debit dan aliran permukaan tahun 2001-2011 men njukkan DAS Bulok telah mengalami

degradasi.

PENDAHULUAN

Seiring dengan peningkatan jumlah dan aktivitas manusia, maka kebutuhan terhadap

lahan juga mengalami peningkatan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia

cenderung memanfaatkan lahan kearah penggunaan yang lebih tinggi daya gunanya

maupun meningkatkan potensi lahannya. Usaha peningkatan daya guna tersebut

menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan khususnya hutan. Penggunaan

lahan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap fungsi tata air suatu

DAS. DAS Bulok merupakan bagian dari DAS Sekampung di Provinsi Lampung.

Kondisi hidrologi DAS Bulok pada saat ini mengalami perubahan karakteristik

hidrologi DAS yang ditandai dengan meningkatnya potensi banjir karena peningkatan

debit sungai pada musim penghujan serta kekeringan pada musim kemarau.

Berdasarkan pada salah satu fungsi lahan sebagai pengatur siklus tersebut, maka

pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap karakteristik hidrologi perlu

dipelajari. Karakteristik hidrologi yang dijadikan parameter dalam penelitian ini adalah

fluktuasi debit dan koefisien aliran permukaan sekaligus menjadi tujuan penelitian ini.

Parameter lain yang digunakan adalah data penggunaan lahan di wilayah DAS tersebut

pada tahun-tahun pengamatan ang meliputi tahun 2001, 2006, dan 2011.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014-Maret 2015 di DAS Bulok yang

mencakup wilayah kabupaten Pringsewu dan sekitarnya. Alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), kamera, dan perangkat komputer

dengan Software pendukung meliputi ArcGIS 10.3 dan Mirosoft Excel. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini berupa data curah hujan, data debit air dan peta

penggunaan lahan di DAS Bulok tahun 2001, 2006, dan 2011. Penelitian ini dilakukan

dengan beberapa tahapan. Tahap pertama adalah mempersiapkan data. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan bulanan dan debit bulanan

pada stasiun SPAS Bulukarto Kabupaten pringsewu, data penggunaan lahan di DAS

Bulok, serta kondisi biofisik (topografi). Tahap kedua adalah melakukan cek lapang dan

analisis terhadap peta digital. Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan data

penggunaan lahan di wilayah DAS Bulok dan di setiap stasiun pengamatan yang ada di

Bulok. Dalam data penggunaan lahan, jenis penggunaan lahan yang dianalisis dengan

cara membandingkan kondisi penggunaan lahan adalah hutan, kebun campuran, lahan

kering, semak, pemukiman dan sawah. Tahap ketiga adalah melakukan analisis data

terhadap data curah hujan bulanan dan debit bulanan pada tahun 2001, 2006 dan 2011.

Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan data fluktuasi debit dan koefisien aliran

permukaan. Tahap keempat adalah melakukan analisis hubungan terhadap fluktuasi

debit dan koefisien aliran permukaan pada tahun 2001, 2006 dan 2011 yang kemudian

dihubungkan dengan keadaan perubahan penggunaan lahan di setiap DAS Bulok.

Terdapat dua analisis data yang dilakukan pada penelitian ini. Pertama, Fluktuasi debit

yaitu perbandingan debit maksimum (Qmaks) dengan debit minimum (Qmin) pada

DAS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Curah Hujan

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson dalam Arsyad (2010) diukur dari tahun

2001-2011, curah hujan DAS Bulok memiliki perbandingan rata-rata bulan kering

(<100mm/bulan) sebanyak 7 bulan dengan bulan basah (>100mm/bulan) sebanyak 5

bulan, dengan demikian maka DAS Bulok memiliki tipe iklim sedang.

Kondisi ini menunjukkan potensi air yang berasal dari curah hujan cukup besar. Curah

hujan tahun 2001 sebesar 1527 mm dengan curah hujan tertinggi berada pada bulan
Januari sebesar 248 mm sedangkan hujan terendah terjadi pada bulan Juni sebesar 51

mm dan memiliki curah hujan rata-rata 127,3 mm dengan jumlah hari hujan di tahun

2001 sebanyak 90 hari.

Curah hujan tahun 2006 sebesar 1215,2 mm dan curah hujan rata-rata 101,3 mm, dengan

curah hujan tertinggi berada pada bulan Januari sebesar 260 mm dan hujan terendah

terjadi pada bulan September sebesar 3,9 mm dengan jumlah hari hujan di tahun 2006

sebanyak 104 hari. Curah hujan total pada tahun 2011 sebesar 1342 mm dan curah hujan

rata-rata111,8 mm, dengan curah hujan tertinggi berada pada bulan Desember sebesar

286 mm dan hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 1,5 mm dengan jumlah

hari hujan di tahun 2011 sebanyak 109 hari.

2. Penggunaan Lahan

DAS Bulok memiliki luas 87.670 Ha yang terdiri dari 7 penggunaan lahan yaitu hutan,

pemukiman, perkebunan, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campuran,

sawah dan semak

3. Debit Aliran

Debit aliran menggambarkan respon sistem DAS terhadap input curah hujan secara

keseluruhan. Besarnya debit aliran sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, luas tutupan

vegetasi, topografi, dan curah hujan yang terjadi (BPDAS, 2008). Pada interval 10 tahun

pengamatan terlihat fluktuasi debit menurun cukup besar. Hal ini terlihat pada tahun

2001 sebesar 12,45 yang termasuk dalam kelas sangat rendah dan mengalami kenaikan

pada tahun 2006 menjadi 51,27 yang termasuk kelas sedang serta semakin naik di tahun

2011 menjadi 129,96 yang termasuk kelas sangat tinggi (Permenhut P.61, 2014).

4. Koefisien aliran permukaan (Runoff Coefficient)

Daerah aliran sungai merupakan suatu ekosistem yang terdiri dari komponen biotik dan

abiotik. Aktifitas komponen ekosistem selalu memberi pengaruh terhadap komponen

ekosistem yang lain. Aktifitas dalam DAS yang menyebabkan perubahan ekosistem

misalnya perubahan tata guna lahan (Asdak, 1995).


KESIMPULAN

Konversi hutan menjadi areal penggunaan lain seperti berkurangnya lahan hutan dan

pertanian lahan kering bercampur semak berganti dengan areal pemukiman dan

pertanian lahan kering mempengaruhi karakteristik hidrologi yaitu penurunan debit air

khususnya pada musim kemarau dan meningkatnya aliran permukaan pada curah

hujan tinggi di DAS Bulok. Hal ini terlihat dari fluktuasi debit pada 2001 sebesar 12,45

yang termasuk dalam kelas sangat rendah dan mengalami kenaikan pada 2006 menjadi

51,27 yang termasuk kelas sedang serta semakin naik di 2011 menjadi 129,96 yang

termasuk kelas sangat tinggi. Curah hujan yang tinggi dengan kondisi penutupan lahan

yang semakin buruk maka menyebabkan sebagian besar air yang jatuh akan menjadi

aliran permukaan. DAS Bulok mengalami peningkatan nilai koefisien aliran permukaan

yang dari 2001 sebesar 6% yang termasuk dalam kelas sangat rendah menjadi 35% yang

tergolong kelas sedang pada 2006 serta lebih tinggi pada 2011 sebesar 41% yang

termasuk dalam kelas tinggi.(Pratama & Budi Yuwono, 2016)


BAB III

PEMBAHASAN

A. Kelebihan Dan Kekurangan Jurnal Utama

a. Kelebihan

 Dilihat dari aspek ruang lingkup isi artikel, sudah cukup baik. Diberikan

pendapat para ahli di bidangnya.

 Dari aspek tata letak tulisan dan tata bahasa juga sudah cukup baik. Artikel

tersusun dengan rapi dan membuat nyaman saat membacanya. Bahasa yang

digunakan menyampaikan materinya mudah dimengerti dan hanya sedikit

terdapat kata-kata yang sulit.

 Dalam Artikel disimpulkan bahwa Perubahan pola penggunaan lahan ini

memberi dampak pada pengurangan kapasitas resapan

b. Kekurangan

 Dari aspek penulisan masalah banyak kesalahan penulisan kata dan penyusunan

 Dari aspek ruang lingkup masih banyak kekurangan penyusunan laporan tidak

rapi yang membeuat pembaca kurang tertarik

 Dari aspek isi artikel banyak menggunakan bahasa asing (Inggris) yang membuat

pembaca kurang memahami.

B. Kelebihan Dan Kekurangan Jurnal Pembanding

a. Kelebihan

 Dilihat dari aspek ruang lingkup isi artikel, sudah cukup baik. Diberikan

pendapat para ahli di bidangnya.


 Dari aspek tata letak tulisan dan tata bahasa juga sudah cukup baik. Artikel

tersusun dengan rapi dan membuat nyaman saat membacanya. Bahasa yang

digunakan menyampaikan materinya mudah dimengerti dan hanya sedikit

terdapat kata-kata yang sulit.

 Dalam Artikel disimpulkan bahwa Curah hujan yang tinggi dengan kondisi

penutupan lahan yang semakin buruk maka menyebabkan sebagian besar air

yang jatuh akan menjadi aliran permukaan.

b. Kekurangan

 Dari Aspek Isi Artikel banyak menggunakan bahasa asing ( Inggris) yang

membuat pembaca agak kurang memahami.

 Dari aspek tata tulisan sudah cukup baik tetapi masih ada sedikit kesalahan

pengetikan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Iklim pada daerah pengaliran Sungai Komering pada umumnya adalah beriklim

tropis. Lokasi pengamatan data klimatologi dan curah hujan yang berada di DAS

Komering yaitu Stasiun Banding Agung (Sta. No 217), Stasiun Muara Dua (Sta. No.

216), Stasiun Martapura (Sta. No. 215), Stasiun Belitang (Sta. No. 214), Stasiun Menanga,

Stasiun Cilika. Data klimatologi yang di dapat dari stasiun klimatologi Belitang, rata-

rata temperatur bulanan di daerah datar adalah 28,40–32,20C, kelembaban udara relatif

tahunan rata-rata 80%. Lama penyinaran matahari bulanan rata-rata 29%. Curah hujan

merupakan tolok ukur dalam mengevaluasi potensi sumber air di suatu daerah. Total

curah hujan pertahun pada Sub DAS Komering berkisar antara 2.523 hingga 2.670

mm/tahun, dengan musim hujan terjadi pada bulan Oktober s.d. Mei dan musim kering

pada bulan Juni hingga September (Rusman, 2004); BBWS VIII, 2010; Puslitbang SDA

Bandung, 2012).

Konversi hutan menjadi areal penggunaan lain seperti berkurangnya lahan hutan

dan pertanian lahan kering bercampur semak berganti dengan areal pemukiman dan

pertanian lahan kering mempengaruhi karakteristik hidrologi yaitu penurunan debit

air khususnya pada musim kemarau dan meningkatnya aliran permukaan pada curah

hujan tinggi di DAS Bulok. Hal ini terlihat dari fluktuasi debit pada 2001 sebesar 12,45

yang termasuk dalam kelas sangat rendah dan mengalami kenaikan pada 2006 menjadi

51,27 yang termasuk kelas sedang serta semakin naik di 2011 menjadi 129,96 yang

termasuk kelas sangat tinggi.


B. Saran

Adapun saran yang dapat saya berikan bagi penulis jurnal agar kedepannya bisa

lebih baik lagi ialah, agar penulis lebih meningkatkan atau lebih menekankan lagi pada

bagian pembahasan supaya pembahasannya lebih lengkap atau lebih rinci lagi dan

mampu menggunakan gaya bahasa yang baku dan sesuai dengan EYD yang sesuai

supaya tidak membinggungkan si pembaca jurnal dari si penulis. Serta lebih

menjelaskan dengan lengkap lagi pada bagian penjelasan dari diagram atau tabel agar

pembaca dapat dengan mudah memahami pembahasan dari isi jurnal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Permatasari, R. (2017). Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Rezim

Hidrologi DAS (Studi Kasus : DAS Komering). Jurnal Teknik Sipil ITB, 24(1), 91–98.

https://doi.org/10.5614/jts.2017.24.1.11

Pratama, W., & Budi Yuwono, S. (2016). Analisis Perubahan Penggunaan Lahan

Terhadap Karakteristik Hidrologi Di Das Bulok. Jurnal Sylva Lestari, 4(3), 11.

https://doi.org/10.23960/jsl3411-20

Anda mungkin juga menyukai