Anda di halaman 1dari 25

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kuliah Kerja Lapangan 2 dengan wilayah kajian Gunung


Nglanggran, Karangsambung dan Parangkusumo pada tangal 23– 26 Oktober
2016 telah di periksa dan disahkan oleh Pembimbing KKL 2 dan Ketua Jurusan
Geografi.

Malang,

Ketua Kelompok Pembimbing I

Muh. Rasnanda Asyari Bagus Setiabudi W., S.Si, M.Si


NIM 150722601732 NIP. 197303241999031003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Geografi

Dr. Singgih Susilo, M.S, M.Si


NIP. 195708151986031004

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun sampaikan kepada Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan
2 (KKL) Geografi UM pada tahun 2016. Laporan ini dibuat sebagai
pertanggungjawaban kami dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan 2 pada
tanggal 23 - 26 November 2016 yang dilaksanakan di Karangsambung,
Nglanggran, Prangkusumo Jogjakarta.

Dalam penyusunan laporan ini penyusun mendapat bantuan dan


bimbingan dari berbagai pihak sehingga semuanya dapat berjalan lancar. Untuk
itu kami mengucapkan terima kasih, kepada :

1. Dr. Singgih Susilo M,S, M.Si selaku ketua jurusan Geografi Universitas
Negeri Malang
2. Bagus Setiabudi Wiwoho, S.Si,M.Si selaku Pembimbing Kuliah Kerja
Lapangan 2
3. Drs. Rudi Hartono, M.Si selaku Pembimbing Kuliah Kerja Lapangan 2
4. Dra. Yuswanti Ariani Wirahayu, M.Si selaku pembimbing Kuliah Kerja
Lapangan 2
5. Drs. Rudi Hartono, M.Si selaku pembimbing Kuliah Kerja Lapangan 2
6. Edy Widodo, S.Pd selaku laboran Geografi
7. Teman – teman panitia Kuliah Kerja Lapangan 2

Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan laporan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Malang , 1 November 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................. 2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………... 3

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………4

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang …………………………………………… 5


1.2. Permasalahan……………………………………………... 7
1.3. Tujuan.................................................................................. 7
1.4. Manfaat................................................................................ 7
1.5. Waktu Pelaksanaan.............................................................. 8
1.6. Obyek Kajian....................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Geo Listrik..........................................................................9
2.2 Pengertian Aquifer..............................................................12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Alat dan Bahan....................................................................14
3.2 Lokasi Penelitian.................................................................14
3.3 Teknik Pengambilan Data...................................................14
3.4 Teknik Pengolahan Data.....................................................14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Penelitian.................................................................... 15
4.2. Pembahasan……………………..........................................
18

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................... 20

DAFTAR RUJUKAN................................................................................. 23

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Hasil Resistivity IPI2win titik 1 15

Gambar 4.2. Hasil Resistivity IPI2win titik 2 16

Gambar 4.3. Peta Geologi Daerah Penelitian 17

Gambar 4.4. Peta Kedalaman Air Tanah Daerah Penelitian 18

4
PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS
KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK PENDUGAAN POTENSI
AIR TANAH DI KAWASAN PESISIR PARANGTRITIS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini yang paling dibutuhkan dalam dunia kerja adalah individu yang
memiliki kualitas maupun kuantitas yang tinggi baik dari segi pengalaman kerja
maupun kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan setiap masalah yang
dihadapi. Oleh karena itu, banyaknya pengalaman kerja akan membuat individu
tersebut akan semakin berkembang baik dari segi kemampuan maupun
berpikirnya.

Mahasiswa sebagai calon penerus generasi bangsa sangat dituntut untuk


memiliki kemampuan yang memadai dalam memecahkan setiap permasalahan
yang ada. kegiatan semacam Kuliah Kerja Lapangan (KKL) akan sangat
membantu mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan tersebut. Melalui
kegiatan Kuliah Kerja lapangan ini nantinya diharapkan tiap mahasiswa mampu
mengaplikasikan semua teori yang telah didapat di kelas untuk diterapkan secara
langsung di lapangan. Dengan kegiatan ini mahasiswa dituntut dapat
mengembangkan kemampuan berpikir dalam memecahkan setiap permasalahan
yang ada.

Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) II ini mengambil tema” Pemanfaatan


Metode Geolistrik Schlumberger untuk Prediksi Potensi Air Tanah di Kawasan
Pesisir Parang Tritis”. Kegiatan KKL II ini akan mengkaji Daerah Objek Kajian
dilihat dari kondisi faktor fisik yang sangat mempengaruhinya .

Kondisi faktor fisik dapat dilihat dari banyak faktor seperti iklim, tenaga
endogen, proses geologi, tekstur atau ukuran butiran tanah, dan kondisi geologi
daerah tersebut. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang
lain dan kesemuanya saling mempengaruhi dan tidak dapat terpisahkan.

Parang Tritis merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Tengah yang
memiliki banyak potensi baik dari segi kondisi alamnya maupun kondisi sosial
masyarakatnya yang beragam. Parang Tritis dengan seluruh sumber daya yang ada
pastinya sudah memiliki kelebihan tersendiri apalagi segi pengembangan
wisatanya yaitu Gumuk Pasir.

5
Seperti sudah diketahui bahwa di Parang Tritis ini memiliki potensi alam
yang sangat langaka dan tidak semua tempat memilikinya karena memiliki
kondisi morfologi yang sangat unik dan langka khususnya di daerah pantainya.
Kondisi morfologi ini tentunya tidak hanya menarik minat para wisatawan baik
lokal maupun luar namun juga menarik perhatian bagi sebagian besar ilmuan yang
berkaitan dengan fenomena-fenomana alam.

Daerah Kajian yang akan dikaji adalah daerah Kretek dan Parangkusumo.
Pemilihan daerah ini berdasarkan sistem akuifer yang ada pada daerah tersebut.
Pada daerah Kretek merupakan daerah satuan akuifer Merapi III sedangkan pada
daerah Parangkusumo merupakan daerah satuan akuifer Gumuk Pasir. Dari dua
sistem akuifer yang berbeda ini nantinya dijadikan sebagai perbandingan dari
sistem akuifer itu sendiri.

Yang menjadi sorotan dalam dari penelitian ini adalah pada daerah
parangkusumo. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut merupakan daerah
wisata dan juga daerah penelitian, sehingga air juga memiliki kontribusi terhadap
perkembangan daerah tersebut, yang mana dalam setiap aktivitas manusia tidak
terlepas dari air. Disini tidak hanya wisatawan dan peneliti yang membutuhkan air
namun para masyarakat yang ada di daerah tersebut juga bergantung terhadap
ketersediaan air. Hal ini yang mendasari peneliti untuk mengkaji potensi air tanah
yang ada pada daerah Parangkusumo.

Sebagai sumberdaya alam, sumberdaya air mempunyai peranan yang


sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup. Ironisnya dari waktu ke waktu,
sumberdaya ini semakin mengkuatirkan keadaannya. Permasalahan air, baik itu
dari segi jumlah maupun kualitasnya hampir selalu dihadapi di setiap wilayah.

Airtanah sebagai bagian dari sumberdaya air juga menghadapi


permasalahan serupa. Ditinjau dari distribusinya di permukaan bumi, jumlah
ketersediaan airtanah di suatu daerah tidak selalu sama. Ada daerah dengan
potensi airtanah sangat besar, tetapi ada pula yang potensinya sangat kecil,
tergantung dari besar kecilnya curah hujan, banyak sedikitnya vegetasi,
kemiringan lereng serta derajat porositas dan permeabilitas batuan penyusunnya.

Selain oleh faktor-faktor alami tersebut, besar kecilnya ketersediaan


airtanah juga sangat tergantung dari laju pengambilannya, terutama untuk
berbagai keperluan hidup manusia (Purnama 2006)

Parangkusumo merupakan kawasan wisata dan penelitian sehingga


sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pedagang dan
pertanian dan daerah ini juga merupakan daerah tambak udang. Sedangkan untuk
daerah Kretek sebagian besar masyaraktnya bermata pencaharian sebagai petani.

6
Aktivitas perekonomian masyarakat sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan fisik di daerah tersebut. Jika dibandingkan daerah Kretek dengan
Parangkusumo masih lebih maju Daerah Kretek hal ini dikarenakan pada daerah
Kretek sumber daya alamnya mendukung untuk aktivitas perekonomian
masyarakatnya berbeda dengan daerah Parangkusumo yang merupakan daerah
sulit air sehingga mempengaruhi kehidupan dan perekonomiannya.

Daerah Kretek merupakan daerah pertanian. Adapun jenis vegetasi yang


di usahakan disana seperti halnya Berbagai Macam Sayuran seperti cabai, tomat
maupun berbagai macam jenis umbi-umbian. Kegiatan perekonomian primer
masyarakatnya masih didominasi dengan kegiatan pertanian. kedua daerah
tersebut memang melikiti aktivitas perekonomian yang berbeda sehingga tingkat
kesejahteraan kedua Masyarakat daerah tersebut juga berbeda

1.2 Permasalahan

Kondisi lingkungan alam yang selalu mempengaruhi kehidupan manusia


membuat potensi dari setiap daerah berbeda. Begitupun dengan kehidupan
masyarakatnya yang pastinya terjadi perbedaan mengikuti kondisi fisik
lingkungannya. Untuk itu dalam Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Bagaimana kondisi akuifer di daerah Kretek dan Parangkusumo.


2. Potensi apa sajakah yang berada di daerah Kretek dan Parangkusumo yang
juga dipengaruhi oleh kondisi akuifer pada daerah tersebut.

1.3 Tujuan

Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan Penelitian ini adalah
sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kondisi akuifer di daerah Kretek dan Parangkusumo.


2. Untuk mengetahui potensi yang berada di daerah Kretek dan
Parangkusumo yang juga dipengaruhi oleh kondisi akuifer pada daerah
tersebut.

1.4 Manfaat

Dengan adanya kegiatan Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan


manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis dapat memprediksi potensi air tanah pada pesisir Parang
Tritis menggunakan metode Geolistrik Schlumberger.

7
1.5 Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini yaitu:
a) Penentuan lokasi penelitian
b) Pembuatan peta geologi daerah penelitian
c) Penentuan arah penelitian
d) Penentuan panjang penelitian
e) Pembekalan materi oleh dosen pembimbing

2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) II ini dilaksanakan pada tanggal
23-26 Oktober 2016. Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu pengukuran
air tanah dengan metode Geolistrik Schlumberger

3. Tahap Evaluasi
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu;
a) Bimbingan Pembuatan Laporan akhir KKL
b) Pembuatan laporan akhir KKL
c) Seminar laporan Penelitian KKL

1.6 Obyek Kajian

Adapun obyek yang akan dikaji dalam Penelitian ini adalah:

1. Kawasan yaitu Kretek dan Parang Kusumo yang termasuk dalam kawasan
pesisir Parang Tritis. Di wilayah ini akan diteliti potensi air tanah dengan
menggunakan metode Geolistrik Schlumberger.

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Geo Listrik

Geolistrik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat


aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi.
Pendeteksian ini meliputi pengukuran beda potensial, arus, dan
elektromagnetik yang terjadi secara alamiah maupun akibat pengijeksian arus
ke dalam bumi (Kanata,dan Zubaidah., 2008).

Pengukuran geolistrik schlumberger menggunakan 4 elektroda, masing-


masing 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus
dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu, dapat ditentukan
variasi harga hambatan jenis masing-masing lapisan di bawah titik ukur
(titik sounding).Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda, dikenal beberapa jenis
konfigurasi resistivitas yaitu: (1) Konfigurasi Wenner, (2) Konfigurasi
Schlumberger, (3) Konfigurasi dipole-dipole, dan lain-lain. Masing-masing
konfigurasi elektroda di atas memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena
itu, sebelum dilakukan pengukuran harus terlebih dahulu diketahui dengan jelas
tujuannya sehingga kita dapat memilih jenis konfigurasi yang cocok dan efisien
untuk digunakan

a. Potensial Arus di permukaan

Apabila terdapat dua Elektroda arus yang dibuat dengan jarak tertentu seperti
gambar 2, potensial pada titik-titik dekat permukaan akan dipengaruhi oleh
kedua elektroda arus tersebut

Gambar 1 Dua pasang elektroda arus dan potensial pada permukaan medium
homogen

b. Sifat Listrik dalam Batuan

Aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat di golongkan menjadi
tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik,
dan konduksi secara dielektrik.

9
c. Konduksi secara elektronik

Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak


elektron bebas sehingga arus listrik di alirkan dalam batuan atau mineral
oleh elektronelektron bebas tersebut. Aliran listrik ini juga di pengaruhi
oleh sifat atau karakteristik masing-masing batuan yang di lewatinya. Salah
satu sifat atau karakteristik batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan jenis)
yang menunjukkan kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus listrik.
Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan
tersebut menghantarkan arus listrik,begitu pula sebaliknya. Resistivitas
memiliki pengertian yang berbeda dengan resistansi (hambatan), dimana
resistansi tidak hanya bergantung pada bahan tetapi juga bergantung pada
faktor geometri atau bentuk bahan tersebut,sedangkan resistivitas tidak
bergantung pada faktor geometri.Jika di tinjau suatu silinder dengan panjang
L, luas penampang A, dan resistansi R, maka dapat di rumuskan:

Gambar 2. Silinder Konduktor

- Konduksi secara elektrolitik

Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki


resistivitas yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya batuan biasanya
bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida, terutama air.
Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik, di mana
konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan
resistivitas batuan porus bergantung pada volume dan susunan pori-porinya.
Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan
bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika kandungan
air dalambatuan berkurang.

- Konduksi secara dielektrik

Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral bersifat dielektrik


terhadapaliran arus listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai
elektron bebas sedikit, bahkan tidak sama sekali. Elektron dalam batuan
berpindah dan berkumpul terpisah dalam inti karena adanya pengaruh medan
listrik di luar, sehingga terjadi poliarisasi.

10
D. Resistivitas Batuan

Dari semua sifat fisika batuan dan mineral, resistivitas


memperlihatkan variasi harga yang sangat banyak. Pada mineral-mineral logam,
harganya berkisar pada 10−8 Ωm hingga 107 Ωm. Begitu juga pada batuan-
batuan lain, dengan komposisi yang bermacam-macam akan menghasilkan
range resistivitas yang bervariasi pula. Sehingga range resistivitas maksimum
yang mungkin adalah dari 1,6 x 10-8 (perak asli) hingga 1016 Ωm (belerang murni).

Konduktor biasanya didefinisikan sebagai bahan yang memiliki


resistivitas kurang dari 10-8Ωm, sedangkan isolator memiliki resistivitas lebih
dari 107Ωm. Dan diantara keduanya adalah bahan semikonduktor Secara umum
berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan dan mineral dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

 Konduktor baik : 10-8< ρ < 1 Ωm


 Konduktor pertengahan : 1 < ρ < 107Ωm
 Isolator : ρ > 107Ωm

Air tanah secara umum berisi campuran terlarut yang dapat


menambah kemampuannya untuk menghantar listrik, meskipun air tanah
bukan konduktor yang baik Variasi resistivitas material bumi ditunjukkan sebagai
berikut:

2.2 Pengertian Aquifer

11
Akuifer sendiri berasal dari kata aqua yang berarti air dan fere yang
berarti mengandung. Jadi akuifer dapat juga diartikan sebagai lapisan batuan
bawah permukaan yang dapat menyimpan dan melepaskan air (lapisan
permeabel) dalam jumlah yang cukup berarti. Misalnya kerikil,pasir, batu kapur,
batuan gunung berapi (Suharyadi, 1984).

Air tanah tidak dijumpai di semua tempat. Keterdapatan air tanah


tergantung dari ada tidaknya lapisan batuan yang dapat mengandung airtanah
yang disebut akuifer. Akuifer adalah formasi batuan yang dapat menyimpan dan
melalukan air, seperti misalnya pasir dan kerikil lepas (Seyhan 1977, Simoen
2001, Purnama 2004).

Akuifer sering pula disebut waduk air atau formasi air. Formasi batuan
yang merupakan kebalikan dari akuifer adalah akuifug, seperti misalnya granit.
Akuifug merupakan formasi batuan yang tidak dapat menyimpan dan melalukan
air (Fetter 1988).

Sifat batuan lain yang berhubungan dengan airtanah adalah akuiklud dan
akuitard. Menurut Walton (1970), akuiklud adalah formasi batuan yang dapat
menyimpan air tetapi tidak dapat melalukannya dalam jumlah yang berarti,
misalnya liat, serpih, tuf halus dan batuan lain yang butirannya berukuran liat,
sedangkan akuitard adalah formasi batuan dengan susunan sedemikian rupa,
sehingga dapat menyimpan air, tetapi hanya dapat melalukannya dalam jumlah
terbatas seperti misalnya pada rembesan atau kebocoran.

Ada berbagai formasi geologi yang dapat berfungsi sebagai akuifer.


Formasi geologi tersebut adalah endapan aluvial, batu gamping, batuan vulkanik,
batu pasir serta batuan beku dan batuan metamorfose(Todd 1980). Sekitar 90%
airtanah terdapat pada endapan aluvial yang merupakan bahan lepas seperti pasir
dan kerikil.

Ditinjau dari muka airtanahnya, akuifer dikelompokkan menjadi akuifer


bebas dan akuifer tertekan (Bouwer 1978). Airtanah yang berasal dari akuifer
bebas umumnya ditemukan pada kedalaman yang relatif dangkal, kurang dari 40
meter. Tinggi permukaan air dan kemiringannya bervariasi, sedangkan fluktuasi
muka airtanah berhubungan erat dengan volume air dalam akuifer. Kasus khusus
dari akuifer bebas adalah adanya akuifer menggantung (perched aquifer), yang
terjadi akibat terpisahnya airtanah dari tubuh airtanah utama oleh suatu formasi
batuan yang kedap air (Kodoatie 1996). Lensa-lensa liat pada batuan endapan
seringkali membentuk akuifer menggantung.

Pada akuifer tertekan, airtanah terletak di bawah lapisan kedap air dan
mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan udara. Akuifer jenis ini sering
pula disebut akuifer artesis. Airtanah pada akuifer ini, di bagian atas ditekan oleh

12
lapisan batuan kedap air, sehingga tekanannya melebihi tekanan atmosfir. Bila
sumur menembus lapisan akuifer ini, airtanah akan naik melebihi lapisan
penekannya atau bahkan muncul di permukaan tanah (Chorley 1969).

Disamping kedua jenis akuifer tersebut, ada pula yang disebut akuifer
semi tertekan dan akuifer semi tidak tertekan yang merupakan kombinasi dari
kedua jenis akuifer tersebut (Kruseman dan de Ridder 1970). Akuifer semi
tertekan sering dijumpai di daerah lembah aluvial dan dataran, yang airtanahnya
terletak di bawah lapisan yang setengah kedap.

Selanjutnya, airtanah sebagai salah satu komponen dalam siklus hidrologi,


akan mengalami perubahan komposisi kimia, baik berupa penambahan maupun
pengurangan konsentrasi unsur kimia (Stauffer dan Canfield 1992). Adapun
proses-proses yang dapat mempengaruhi perubahan komposisi kimia tersebut
diantaranya adalah hujan, evaporasi dan transpirasi, pelarutan air fosil, pertukaran
kation, pelarutan mineral, proses oksidasi-reduksi serta aktivitas manusia.
Menurut Wagner, Shamir dan Nemati (1992) adanya airtanah asin di daratan
merupakan salah satu bentuk pencemaran air, yang umumnya disebabkan oleh
intrusi air laut. Aktivitas manusia merupakan penyebab utama fenomena ini,
terutama akibat eksploitasi airtanah yang berlebihan, pembangunan permukiman
yang sangat pesat di perkotaan, serta usaha tambak udang dan ikan di pantai.
Meskipun demikian, faktor lingkungan alami juga dapat mempermudah terjadinya
intrusi air laut, seperti karakteristik pantai dan batuan penyusun, kekuatan aliran
airtanah ke laut dan fluktuasi airtanah di daerah pantai.

13
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

1. GPS
2. Geolistrik
3.Peta Geologi Lembar Yogyakarta
4.Pita Ukur

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan tempat pengambilan data KKL kelompok 3


berada di Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul DIY.

3.3 Teknik Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam berupa data primer dan sekunder.Data


primer yang diperlukan adalah data lapangan.Data sekunder yang
diperlukan adalah data yang mendukung penelitian baik pra-
lapangan,lapangan dan pasca lapangan.Data primer diambil dengan cara
prinsip tahanan jenis yaitu dengan prinsip konfigurasi Schlumberger.
Data Sekunder diambil dari referensi yang terkait dengan
penelitian kami. Data ini diambil dari jurnal penelitian maupun publikasi
ilmiah.

3.4 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari Geolistrik (AB, MN, I dan V) di


input ke dalam Microsoft Excel lalu tabel terebut di olah di software ipi2win
untuk mencari Rho (Resistivity) dan Deep atau kedalaman sehingga data
awal dapat diperbaiki secara digital dan menghasilkan nilai error yang
rendah. Dari data tersebut dapat dihasilkan grafik dari titik-titik yang telah
di input. Setelah didapatkan data Rho dan Deep, data tersebut dimasukkan

14
ke dalam software Progress untuk kemudian datanya dapat di interpretasi
dari data ketebalan dan kedalaman batuan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Gambar 4.1 Hasil Resistivity Lokasi 1

15
Gambar 4.2 Hasil Resistivity Lokasi 2

16
17
Gambar 4.3 Peta Geologi Daerah Penelitian

18
19
Gambar 4.4 Peta Kedalaman Air Tanah Wilayah Penelitian

20
4.2 Pembahasan

Pada KKL 2 yang dilaksanakan di Daerah Istimewa Yogyakarta ini


kelompok kami melakukan penelitian dengan tema pemetaan potensi air tanah
yang kita ambil ruang lingkupnya di daerah sekitar Kali Opak dan daerah sekitar
Gumuk Pasir Parangkusumo. Pada penelitian ini kita menggunakan geo listrik
untuk mengetahui potensi air tanah di lokasi penelitian.

Pengukuran geo listrik di daerah Kali Opak dilakukan di jalan kecil yang
menjadi pembatas antara sawah dan tegal. Penggunaan lahan di sekitar Kali Opak
yang kita gunakan sebagai lokasi penelitian yaitu sebagai tegal dan sawah. Pada
tegalnya terdapat tanaman semak belukar, pisang, dan tumbuhan besar lainnya.
Sedangkan pada sawahnya ada yang ditanami padi dan juga ada yang ditanami
jagung. Di sawah ini petani menggunakan sumur bor untuk mengairi sawahnya,
hal ini terlihat nampak saat dilakukannya pengukuran geo listrik. Pada lokasi ini
penancapan elektroda geo listrik tergolong mudah karena tanahnya berstruktur
granuler agak kasar. Ketebalan tanah lumayan tebal, hal ini terbukti saat
penancapan elektroda tidak banyak terganggu oleh adanya batuan keras yang
menyulitkan.

Pengukuran geo listrik di daerah Gumuk Pasir Parangkusumo di lakukan


di seberang jalan dekat gumuk pasir. Penggunaan lahan di tempat ini yaitu sebagai
pemukiman, tegal dan sebagai tambak. Lokasi pengukuran ini berada tepat di
sebelah tambak ikan warga dan di belakang rumah warga. Tempat tersebut
merupakan tegal yang luas yang ditumbuhi tanaman semak belukar, tebu,
tumbuhan pagar dan juga pohon-pohon besar. Pengairan pada tambak ikan yang
ada menggunakan sumur bor. Struktur tanah pada lokasi ini adalah tanah berpasir
yang masih banyak terdapat batuan induknya. Hal ini terbukti dari saat
penancapan elektroda geo listrik sangat membutuhkan tenaga karena terganggu
oleh batuan yang keras. Sebelum melakukan pengukuran geo listrik di lokasi ini,
sebelumnya pengukuran dilakukan di tepat sebelah gumuk pasir. Di situ struktur
tanahnya benar-benar pasir dan batuan induk sehingga menyulitkan penancapan
elektroda. Maka dari itu memutuskan untuk pindah tempat ke lokasi yang dekat
tambak ikan tersebut.

21
Lokasi penelitian dipilh berdasarkan perbedaan geologi pada wilayah
tersebut. Lokasi penelitian berdasarkan Peta Geologi memiliki symbol Tmn dan
Qa. Lokasi yang pertama memiliki kondisi geologi berada pada formasi
Ngelanggeran yang tersusun atas lithologi breksi gunung api, breksi aliran
konglomerat, lava dan tuff berasal dari kala tersier. Lokasi kedua memiliki
kondisi geologi tersusun atas lithologi kerakal, pasir, lanau dan lempung yang
berada di sepanjang sungai besar dan dataran pantai berasal dari kala quarter.

Berdasarkan sifat lithologi pada formasi Ngelanggeran memiliki sifat


kelulusan air sedang.Hal ini terkait dengan kondisi lithology yang kurang memilki
celah butir dengan struktur batuan blocky sehingga air susah lolos terutama pada
lithology breksi gunung api.

Wilayah penelitian secara hidrogeologi termasuk ke dalam Cekungan Air


Tanah Sleman-Yogyakarta.Cekungan Air Tanah Sleman Yogyakarta memilki
luasan dari wilayah Gunung Merapi hingga pesisir selatan Parangtritis.CAT ini
dilewai oleh sungai utama kali Opak dengan Imbuhan berasal dari Wilayah
Gunung Merapi dan Baturagung.Akuifer. Akuifer produktifnya tinggi hingga
sedang dengan penyebaran yang luas. Akuifer dengan keterusan dan kisaran
kedalaman muka air tanah sangat beragam. Debit sumur umumnya kurang dari 5
liter/detik. Peta CAT lokasi penelitian.

Pengukuran tahanan jenis di lokasi penelitian merupakan pengukuran


tahanan jenis semu. Data tahanan jenis semu tersebut diolah atau diinversi dengan
persamaan matematis untuk mendapatkan nilai tahanan jenis yang sebenarnya.
Dalam penelitian ini input data tahanan jenis semu dioleh dengan menggunakan
perangkat lunak IPI2WIN. Hasil pengolahan data pseudosection berupa distribusi
tahanan jenis sebenarnya terhadap penampang melintang di bawah permukaan
tanah. Hasil pengolahan data yang diperoleh berupa penampang resistivitas yang
menggambarkan nilai distribusi lapisan bawah permukaan tanah pada masing-
masing titik sounding.

Penampang resistivitas tersebut, perubahan nilai resistivitas dinyatakan


dalam tabel yang menunjukkan kedalaman atau ketebalan lapisan tertentu sesuai

22
dengan nilai resistivitasnya. Hasil distribusi resistivitas atau tahanan jenis
sebenarnya pada penampang vertikal ditunjukkan pada Gambar . Berdasarkan
hasil interpretasi peta geologi dan kedalaman CAT , menunjukkan bahwa lapisan
pembawa air (akuifer) di lokasi penelitian tergolong akuifer dengan tingkat
produktivitas sedang yang menyebar secara luas. Pada akuifer ini potensi air tanah
yang dapat dimanfaatkan kurang dari 5 liter/detik.

Hasil distribusi nilai resistivitas secara vertikal secara kuantitatif


ditampilkan dalam tabel interpretasi kedalaman dan resistivitas.Hasil distribusi
nilai resistivitas secara vertikal didapatkan interpretasi kuantitatif yang
menggambarkan kondisi atau lapisan batuan bawah permukaan tanah di lokasi
penelitian. Pembacaan hasil distribusi secara vertikal dilihat pada kolom
kedalamanan atas dan kolom resistivity.

Berdasarkan tabel interpretasi resistvity penelitian dapat menunjukkan


bahwa lokasi penelitian titik 1 memiliki kondisi lapisan tersusun secara berurutan
dari permukaan yaitu top soil breksi,breksi gunung api,pasiran,breksi.Dari hal
tersebut menunjukkan bahwa yang terdapat kandungan air tanah berada pada
lapisan pasiran.Hal ini karena lapisan tersebut memiliki celah antar butir yang
dapat diisi air sehingga disebut lapisan permeable.Sedangkan lapisan breksi tidak
mampu menampung air karena sedikit celah yang terbentuk sehingga air tidak
lolos ke bawah sehingga disebut lapisan impermeable.Hal ini dapat juga terlihat
dari kolom nilai resistivity.Nilai resistivity air menurut tabel nilai resistivity
mineral bawah permukaan yaitu sebesar 0.5 – 3 x 10²Ωm yang berdasarkan tabel
interpretasi pada lapisan pasir air sehingga disebut lapisan permeable.

Pada lokasi penelitian 2, berdasarkan tabel interpretasi resistvity


menunjukkan bahwa daerah ini memiliki kondisi lapisan yang tersusun secara
berurutan dari permukaan yaitu top soil lanau,Pasir, Lanau pasiran, dan lumpur
Hal tersebut menunjukkan terdapat kandungan air tanah berada pada lapisan
pasiran. Hal ini karena lapisan tersebut memiliki celah antar butir yang dapat
disusupi air tidak sebanyak air tanah di lokasi penelitian 1. Sedangkan lapisan
lempung tidak mampu menampung air karena sedikit celah yang terbentuk
sehingga air tidak lolos ke bawah sehingga disebut lapisan impermeable.

23
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi akuifer di daerah Kretek


menunjukkan bahwa air tanah dangkal tersimpan pada kedalaman 2 meter
sedangkan air tanah dalam pada kedalaman 28,45 meter. Sedangkan pada
daerah parangkusumo menunjukkan bahwa air tanah dangkal tersimpan
pada kedalaman 0,65 meter sedangkan air tanah dalam pada kedalaman
19,70 meter.

2. Potensi yang berada di daerah Kretek terkait dengan kondisi akuifernya


adalah pada potensi pertaniannya. Kegiatan pertanian dapat dilakukan
dengan mudah karena ketersediaan air tanah di daerah Kretek cukup dan
terdapat simpanan air tanah dangkal . Sedangkan daerah Parangkusumo
tidak memiliki potensi yang signifikan dikarenakan kondisi air tanahnya
yang cukup sulit dijangkau menjadi daerah ini potensi pertanian sangat
kurang.

24
DAFTAR RUJUKAN

Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1996.

Anonim, 1992 .Standar Metode Eskplorasi Air Tanah dengan Geolistrik


Susunan Schlumberger , SNI 03 – 2818 – 1992, Departemen Pekerjaan
Umum Jakarta.

Anonim. 2010 .Peta Kedalaman Air Tanah CAT Sleman-Yogyakarta.


(unduhan).Diunduh pada tanggal 12 desember 2016 .Yogyakarta :
Fakultas Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada

Bemmelen , Van R.W., 1970, The Geology of Indonesia, Second Edition,


Martinus Nijhoff, The Hague.

Gustan,Halik. 2008 .Pendugaan Potensi Air Tanah dengan Metode Geolistrik


Konfigurasi Schlumberger di Kampus Tegal Boto Universitas
Jember.(unduhan.Diunduh pada tanggal 25 November 2016.Jember :
Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Jember.

Ir. Soetoto,S.U. 2013. Geologi Dasar. Yogyakarta: Ombak Dua

Iskandar.2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan


Kuantitatif).Jakarta : Gaung Persada Press.

Suharyadi. 1984. Geohidrologi. Yogyakarta : Fakultas Teknik Universitas


Gajah Mada

Verstappen, H. Th. 1983. Applied Geomorphology: Geomorphological Surveys

Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumber


daya Pesisir Berbasis Konservasi.Seminar Sains Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. IPB Bogor.

25

Anda mungkin juga menyukai