Malang,
Mengetahui,
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun sampaikan kepada Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan
2 (KKL) Geografi UM pada tahun 2016. Laporan ini dibuat sebagai
pertanggungjawaban kami dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan 2 pada
tanggal 23 - 26 November 2016 yang dilaksanakan di Karangsambung,
Nglanggran, Prangkusumo Jogjakarta.
1. Dr. Singgih Susilo M,S, M.Si selaku ketua jurusan Geografi Universitas
Negeri Malang
2. Bagus Setiabudi Wiwoho, S.Si,M.Si selaku Pembimbing Kuliah Kerja
Lapangan 2
3. Drs. Rudi Hartono, M.Si selaku Pembimbing Kuliah Kerja Lapangan 2
4. Dra. Yuswanti Ariani Wirahayu, M.Si selaku pembimbing Kuliah Kerja
Lapangan 2
5. Drs. Rudi Hartono, M.Si selaku pembimbing Kuliah Kerja Lapangan 2
6. Edy Widodo, S.Pd selaku laboran Geografi
7. Teman – teman panitia Kuliah Kerja Lapangan 2
Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan laporan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………4
BAB I PENDAHULUAN
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................... 20
DAFTAR RUJUKAN................................................................................. 23
3
DAFTAR GAMBAR
4
PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS
KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK PENDUGAAN POTENSI
AIR TANAH DI KAWASAN PESISIR PARANGTRITIS
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat ini yang paling dibutuhkan dalam dunia kerja adalah individu yang
memiliki kualitas maupun kuantitas yang tinggi baik dari segi pengalaman kerja
maupun kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan setiap masalah yang
dihadapi. Oleh karena itu, banyaknya pengalaman kerja akan membuat individu
tersebut akan semakin berkembang baik dari segi kemampuan maupun
berpikirnya.
Kondisi faktor fisik dapat dilihat dari banyak faktor seperti iklim, tenaga
endogen, proses geologi, tekstur atau ukuran butiran tanah, dan kondisi geologi
daerah tersebut. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang
lain dan kesemuanya saling mempengaruhi dan tidak dapat terpisahkan.
Parang Tritis merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Tengah yang
memiliki banyak potensi baik dari segi kondisi alamnya maupun kondisi sosial
masyarakatnya yang beragam. Parang Tritis dengan seluruh sumber daya yang ada
pastinya sudah memiliki kelebihan tersendiri apalagi segi pengembangan
wisatanya yaitu Gumuk Pasir.
5
Seperti sudah diketahui bahwa di Parang Tritis ini memiliki potensi alam
yang sangat langaka dan tidak semua tempat memilikinya karena memiliki
kondisi morfologi yang sangat unik dan langka khususnya di daerah pantainya.
Kondisi morfologi ini tentunya tidak hanya menarik minat para wisatawan baik
lokal maupun luar namun juga menarik perhatian bagi sebagian besar ilmuan yang
berkaitan dengan fenomena-fenomana alam.
Daerah Kajian yang akan dikaji adalah daerah Kretek dan Parangkusumo.
Pemilihan daerah ini berdasarkan sistem akuifer yang ada pada daerah tersebut.
Pada daerah Kretek merupakan daerah satuan akuifer Merapi III sedangkan pada
daerah Parangkusumo merupakan daerah satuan akuifer Gumuk Pasir. Dari dua
sistem akuifer yang berbeda ini nantinya dijadikan sebagai perbandingan dari
sistem akuifer itu sendiri.
Yang menjadi sorotan dalam dari penelitian ini adalah pada daerah
parangkusumo. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut merupakan daerah
wisata dan juga daerah penelitian, sehingga air juga memiliki kontribusi terhadap
perkembangan daerah tersebut, yang mana dalam setiap aktivitas manusia tidak
terlepas dari air. Disini tidak hanya wisatawan dan peneliti yang membutuhkan air
namun para masyarakat yang ada di daerah tersebut juga bergantung terhadap
ketersediaan air. Hal ini yang mendasari peneliti untuk mengkaji potensi air tanah
yang ada pada daerah Parangkusumo.
6
Aktivitas perekonomian masyarakat sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan fisik di daerah tersebut. Jika dibandingkan daerah Kretek dengan
Parangkusumo masih lebih maju Daerah Kretek hal ini dikarenakan pada daerah
Kretek sumber daya alamnya mendukung untuk aktivitas perekonomian
masyarakatnya berbeda dengan daerah Parangkusumo yang merupakan daerah
sulit air sehingga mempengaruhi kehidupan dan perekonomiannya.
1.2 Permasalahan
1.3 Tujuan
Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan Penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.4 Manfaat
1. Secara Teoritis dapat memprediksi potensi air tanah pada pesisir Parang
Tritis menggunakan metode Geolistrik Schlumberger.
7
1.5 Waktu Pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini yaitu:
a) Penentuan lokasi penelitian
b) Pembuatan peta geologi daerah penelitian
c) Penentuan arah penelitian
d) Penentuan panjang penelitian
e) Pembekalan materi oleh dosen pembimbing
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) II ini dilaksanakan pada tanggal
23-26 Oktober 2016. Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu pengukuran
air tanah dengan metode Geolistrik Schlumberger
3. Tahap Evaluasi
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu;
a) Bimbingan Pembuatan Laporan akhir KKL
b) Pembuatan laporan akhir KKL
c) Seminar laporan Penelitian KKL
1. Kawasan yaitu Kretek dan Parang Kusumo yang termasuk dalam kawasan
pesisir Parang Tritis. Di wilayah ini akan diteliti potensi air tanah dengan
menggunakan metode Geolistrik Schlumberger.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Apabila terdapat dua Elektroda arus yang dibuat dengan jarak tertentu seperti
gambar 2, potensial pada titik-titik dekat permukaan akan dipengaruhi oleh
kedua elektroda arus tersebut
Gambar 1 Dua pasang elektroda arus dan potensial pada permukaan medium
homogen
Aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat di golongkan menjadi
tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik,
dan konduksi secara dielektrik.
9
c. Konduksi secara elektronik
10
D. Resistivitas Batuan
11
Akuifer sendiri berasal dari kata aqua yang berarti air dan fere yang
berarti mengandung. Jadi akuifer dapat juga diartikan sebagai lapisan batuan
bawah permukaan yang dapat menyimpan dan melepaskan air (lapisan
permeabel) dalam jumlah yang cukup berarti. Misalnya kerikil,pasir, batu kapur,
batuan gunung berapi (Suharyadi, 1984).
Akuifer sering pula disebut waduk air atau formasi air. Formasi batuan
yang merupakan kebalikan dari akuifer adalah akuifug, seperti misalnya granit.
Akuifug merupakan formasi batuan yang tidak dapat menyimpan dan melalukan
air (Fetter 1988).
Sifat batuan lain yang berhubungan dengan airtanah adalah akuiklud dan
akuitard. Menurut Walton (1970), akuiklud adalah formasi batuan yang dapat
menyimpan air tetapi tidak dapat melalukannya dalam jumlah yang berarti,
misalnya liat, serpih, tuf halus dan batuan lain yang butirannya berukuran liat,
sedangkan akuitard adalah formasi batuan dengan susunan sedemikian rupa,
sehingga dapat menyimpan air, tetapi hanya dapat melalukannya dalam jumlah
terbatas seperti misalnya pada rembesan atau kebocoran.
Pada akuifer tertekan, airtanah terletak di bawah lapisan kedap air dan
mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan udara. Akuifer jenis ini sering
pula disebut akuifer artesis. Airtanah pada akuifer ini, di bagian atas ditekan oleh
12
lapisan batuan kedap air, sehingga tekanannya melebihi tekanan atmosfir. Bila
sumur menembus lapisan akuifer ini, airtanah akan naik melebihi lapisan
penekannya atau bahkan muncul di permukaan tanah (Chorley 1969).
Disamping kedua jenis akuifer tersebut, ada pula yang disebut akuifer
semi tertekan dan akuifer semi tidak tertekan yang merupakan kombinasi dari
kedua jenis akuifer tersebut (Kruseman dan de Ridder 1970). Akuifer semi
tertekan sering dijumpai di daerah lembah aluvial dan dataran, yang airtanahnya
terletak di bawah lapisan yang setengah kedap.
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. GPS
2. Geolistrik
3.Peta Geologi Lembar Yogyakarta
4.Pita Ukur
14
ke dalam software Progress untuk kemudian datanya dapat di interpretasi
dari data ketebalan dan kedalaman batuan.
BAB IV
15
Gambar 4.2 Hasil Resistivity Lokasi 2
16
17
Gambar 4.3 Peta Geologi Daerah Penelitian
18
19
Gambar 4.4 Peta Kedalaman Air Tanah Wilayah Penelitian
20
4.2 Pembahasan
Pengukuran geo listrik di daerah Kali Opak dilakukan di jalan kecil yang
menjadi pembatas antara sawah dan tegal. Penggunaan lahan di sekitar Kali Opak
yang kita gunakan sebagai lokasi penelitian yaitu sebagai tegal dan sawah. Pada
tegalnya terdapat tanaman semak belukar, pisang, dan tumbuhan besar lainnya.
Sedangkan pada sawahnya ada yang ditanami padi dan juga ada yang ditanami
jagung. Di sawah ini petani menggunakan sumur bor untuk mengairi sawahnya,
hal ini terlihat nampak saat dilakukannya pengukuran geo listrik. Pada lokasi ini
penancapan elektroda geo listrik tergolong mudah karena tanahnya berstruktur
granuler agak kasar. Ketebalan tanah lumayan tebal, hal ini terbukti saat
penancapan elektroda tidak banyak terganggu oleh adanya batuan keras yang
menyulitkan.
21
Lokasi penelitian dipilh berdasarkan perbedaan geologi pada wilayah
tersebut. Lokasi penelitian berdasarkan Peta Geologi memiliki symbol Tmn dan
Qa. Lokasi yang pertama memiliki kondisi geologi berada pada formasi
Ngelanggeran yang tersusun atas lithologi breksi gunung api, breksi aliran
konglomerat, lava dan tuff berasal dari kala tersier. Lokasi kedua memiliki
kondisi geologi tersusun atas lithologi kerakal, pasir, lanau dan lempung yang
berada di sepanjang sungai besar dan dataran pantai berasal dari kala quarter.
22
dengan nilai resistivitasnya. Hasil distribusi resistivitas atau tahanan jenis
sebenarnya pada penampang vertikal ditunjukkan pada Gambar . Berdasarkan
hasil interpretasi peta geologi dan kedalaman CAT , menunjukkan bahwa lapisan
pembawa air (akuifer) di lokasi penelitian tergolong akuifer dengan tingkat
produktivitas sedang yang menyebar secara luas. Pada akuifer ini potensi air tanah
yang dapat dimanfaatkan kurang dari 5 liter/detik.
23
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
24
DAFTAR RUJUKAN
25