Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KERJA PRAKTIK

ANALISIS MIKROFAUNA FORAMINIFERA PADA SEDIMEN


PERAIRAN TARAKAN, KALIMANTAN TIMUR LP-1918

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir mata
kuliah Praktik Kerja Lapangan semester ganjil

Disusun Oleh:
Saeful Anwari
NPM.230210160060

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR

2018

LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS MIKROFAUNA FORAMINIFERA PADA SEDIMEN


PERAIRAN TARAKAN, KALIMANTAN TIMUR LP-1918

Oleh:
Saeful Anwari
NPM.230210160060

Disetujui tanggal

………,…………,……..

Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Pembimbing

Dr. sc. agr. Yudi Nurul Ihsan, S.Pi., M.Si. Donny Juliandri Prihadi, S.Pi., M.Sc., CPM
NIP. 19751201 200604 1 002 NIP. : 198007122008011012.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, Laporan Kerja Praktik ini dapat terselesaikan
dengan baik. Laporan Kerja praktik ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi
salah satu syarat mata kuliah Praktik kerja Lapangan. Terselesaikannya Laporan
kerja Praktik ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,
untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Ir. Hedi Hidayat, M.Si sebagai Kepala Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan.
2. Ibu Dr. Luli Gustiantini. sebagai pembimbing lapangan.
3. Ibu Dr. rer. nat. rina Zuraida dan Bapak Ir. Yusuf Adam Priohandono, M.Sc.
yang ikut membimbing dan banyak memberikan ilmu dan wawasan tentang
geologi kelautan
4. Bapak Donny Juliandri Prihadi, S.Pi., M.Sc., CPM sebagai pembimbing mata
kuliah Praktik Kerja Lapangan.
5. Bapak Ir. Andy Hermanto Sianipar, M.T. sebagai Kepala Bidang
Penyelenggaraan dan Sarana Penelitian dan Pengembangan beserta staf
terutama staf di Cirebon yang telah membantu dan membimbing selama
praktik pengambilan sampel di laboratorium sedimen PPPGL Cirebon.
6. Kapten kapal riset Geomarin III beserta seluruh crew kapal riset Geomarin III,
serta Kepala Tim dan anggota Tim Penelitian Geologi dan Geofisika di
Perairan Tarakan, Kalimantan Timur.
7. Rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis berharap Laporan Kerja Praktik ini dapat memberikan informasi yang
sistematis dan mudah dipahami serta bermanfaat. Kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya laporan ini. Akhir kata
penulis mengucapkan terimakasih dan mari dukung minat literasi.

Jatinangor, , Agustus, 2018


Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... 1
DAFTAR ISI ................................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... 3
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
ABSTRAK ......................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................


1.1 Latar Belakang ..............................................................................
1.2 Tujuan............................................................................................
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ...................................................

BAB II : PROFIL INSTANSI ....................................................................


2.1 Sejarah PPPGL ..............................................................................
2.2 Kegiatan Litbang ...........................................................................
2.3 Lokasi ............................................................................................
2.4 Profil Pembimbing ........................................................................
2.5 Struktur Organisasi .......................................................................

BAB III : METODE PELAKSANAAN ......................................................


3.1 Waktu dan tempat Pelaksanaan .....................................................
3.2 Materi Penelitian ...........................................................................
3.2.1 Alat..............................................................................................
3.2.2 Bahan ..........................................................................................
3.3 Prosedur Penelitian ........................................................................
3.3.1 Survey Lapangan ........................................................................
3.3.2 Preparasi......................................................................................
3.3.4 Penimbangan dan Pembagian sampel .........................................
3.3.5 Picking/Penjentikan ....................................................................
3.3.6 Koleksi Foraminifera...................................................................
3.3.7 Identifikasi Foraminifera .............................................................
3.4 Analisis Data .................................................................................
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
4.1 pembahasan Satu ...........................................................................
4.1.1 data ..............................................................................................

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................


5.1 Kesimpulan....................................................................................
5.2 Saran ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


KESAN DAN PESAN ....................................................................................
LAMPIRAN ....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


1 Gambar 1 ................................................................................ 1
2 Gambar 2 ................................................................................ 2
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


1 Tabel 1 .................................................................................... 1
2 Tabel 2 .................................................................................... 2
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


1 Lampiran 1.............................................................................. 1
2 Lampiran 2.............................................................................. 2
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Foraminifera berasal dari istilah latin foramen (rongga) dan ferre
(menghasilkan). Foraminifera merupakan organisme bersel tunggal yang
mempunyai kemampuan membentuk cangkang dari zat-zat yang berasal dari
dirinya sendiri atau dari benda asing yang ada di sekelilingnya (Nurdin dan
Afrizal, 2013). Foraminifera termasuk kedalam Filum Protozoa, kelas
Granuloreticulosea, dan Ordo foraminiferida. Pada umumnya, foraminifera
mensekresi materi cairan mineral sehingga menghasilkan cangkang (test)
berongga dan menjadi fosil dalam sedimen batuan (Albani, 1979 dalam Puspasari
dkk., 2012). Berdasarkan karakteristiknya, foraminifera merupakan bioindikator
potensial untuk memahami lingkungan perairan, baik purba (ancient) maupun
perairan modern (recent) (Puspasari dkk., 2012). Salah satu karakteristik yang
menonjol adalah struktur tubuhnya yang sederhana dan memiliki cangkang keras,
siklus hidupnya yang relatif singkat, dan sebarannya yang luas di perairan serta
kemampuannya yang tinggi dalam merespon lingkungan hidupnya (Nurruhwati
dkk., 2012). Foraminifera kecil merupakan salah satu proksi yang cukup potensial
untuk penelitian paleoekologi, paleoklimatologi dan paleoseanografi karena
sensitif terhadap perubahan lingkungan (Gustiantini dkk., 2015)
Penggunaan foraminifera sebagai petunjuk lingkungan telah digunakan
secara luas terutama dikalangan mikropaleontologis. Menurut Martin and
Maybeck (2006) dalam Rositasari dan Witasari (2011) informasi tentang
perubahan lingkungan perairan dan iklim dapat diperoleh dari hasil interpretasi
organisme yang ada dalam sedimen, seperti foraminifera. Foraminifera
bermanfaat sebagai sampel indikator yang mudah untuk ditangani, murah, dan
mencerminkan variasi kedinamisan lingkungan secara umum. Sampel
foraminifera cukup sensitif untuk bereaksi cepat terhadap variasi perubahan
lingkungan dan efek polutan. Dalam artian, dominansi dan diversitas pola
foraminifera dipakai secara luas dalam bidang mikropaleontologis karena mereka
merespon stres lingkungan dan sering dipakai pada area monitoring oseanografi
dan lingkungan (Murray, 1991 dalam Eichler et al, 2015). Data penelitian
menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak jaman Kambrium, yaitu lebih dari
500 juta tahun yang lalu, mereka berguna untuk berbagai tujuan, termasuk
paleoclimatology, paleoceanography, dan menemukan deposit sumber daya
mineral serta penelitian mengenai evolusi. Sedangkan penelitian terhadap ekologi
foraminifera resen merupakan kajian yang sangat berharga bagi penafsiran
pengaruh perubahan lingkungan akibat aktivitas manusia.
Menurut Loeblich dan tappen (1984) foraminifera memiliki ukuran yang
kecil, kelimpahan yang besar, mudah diawetkan dan merupakan mikroorganisme
bercangkang. Sehingga banyak digunakan untuk penentuan baik sebagai
organisme hidup yang menyediakan data ekologi maupun sebagai fosil yang
menyediakan catatan geokimia, seperti temperatur di masa lampau
(paleotemperature), luasnya lapisan es, dan kondisi geografis lampau lainnya.
Foraminifera banyak dipelajari karena memiliki cangkang yang kecil, sifat
morfologi cangkang yang mudah diamati, kelimpahan yang tinggi, kisaran hidup
relatif pendek dan penyebaran geografis yang luas. Kumpulan foraminifera dari
suatu daerah mencerminkan hubungan antar spesies yang dipengaruhi oleh faktor
ekologi dan kemampuan beradaptasi organisme tersebut terhadap lingkungannya
(Suhartati, 1988). Tahun 1966, Uchio dalam penelitiannya di San Diego,
California menyimpulkan bahwa suhu, tipe sedimen dan makanan merupakan
faktor-faktor penting bagi populasi foraminifera bentik. Dasar laut sebagai habitat
foraminifera bentik memiliki peranan penting. Penyebaran foraminifera bentik
dipengaruhi oleh material sedimen yang dominan di perairan tersebut. Sebaran
foraminifera sangat dipengaruhi oleh kondisi ekologi, sehingga spesies tertentu
akan mencerminkan kondisi ekologi tertentu. Oleh karena itu, foraminifera dapat
digunakan untuk mengetahui kondisi ekologi masa lalu (Sen Gupta, 2003).
Kota Tarakan merupakan suatu kota yang berada di Provinsi Kalimantan
Timur, memiliki perairan yang terhubung dengan Perairan Laut Celebes dan Selat
Makassar. Laut Celebes dan Selat Makassar merupakan wilayah perairan di
Indonesia yang dilalui oleh ARLINDO (Arus Lintas Indonesia) atau OCB (Ocean
Conveyor Belt) yang membawa massa air dari Samudera Pasifik menuju
Samudera Hindia (Permanawati dkk., 2016). Oleh karena itu, sifat dan kondisinya
dipengaruhi oleh kedua samudera tersebut (Natsir dkk., 2015).
Selain dipengaruhi oleh dua massa air yang berbeda Perairan Tarakan juga
dilalui oleh ALKI (Arus Laut Kepulauan Indonesia), yaitu aktivitas manusia di
laut yang berupa pelayaran menghasilkan limbah yang cukup signifikan sehingga
dapat mencemari lingkungan perairan laut dan organisme-organisme yang hidup
di dalamnya. Hal ini merupakan kajian yang menarik karena Perairan Tarakan
merupakan wilayah yang dinamis karena disebabkan oleh ARLINDO atau OCB
yang membawa dua massa air yang berbeda (faktor alami) dan sekaligus Perairan
Tarakan merupakan perairan yang dilalui oleh ALKI (faktor aktivitas manusia),
sehingga kajian ini mengindikasikan bahwa organisme yang terkandung dalam
perairan, sedimen Perairan Tarakan tersebut merupakan organisme yang dapat
beradaptasi dengan perubahan lingkungan baik perubahan karena faktor alamiah
maupun perubahan karena faktor aktivitas manusia. Dari penelitian-penelitian
tersebut dapat menjadi suatu referensi mengenai perlindungan lingkungan laut
dari ancaman pencemaran perairan. Perlindungan lingkungan laut dari ancaman
pencemaran yang bersumber dari aktivitas manusia sangat penting agar
lingkungan laut dapat dinikmati secara berkelanjutan, baik bagi generasi sekarang
maupun generasi yang akan datang. Dengan demikian, terdapat ketergantungan
pada sumber kekayaan alam di laut dalam jumlah dan kualitas yang memenuhi
syarat dan tersedia secara berkelanjutan. (Suhaidi, 2006).

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dilaksanakannya penelitian
ini adalah :
1) Inventarisasi foraminifera pada sedimen Perairan Tarakan, Provinsi
Kalimantan Timur.
2) Identifikasi diversitas mikrofosil foraminifera pada Perairan Tarakan,
Provinsi Kalimantan Timur.
3) Analisis mikrofosil foraminifera sebagai bio-indikator paleo-environment
sebagai indikasi pencemaran lingkungan dengan perbandingan ancient dan
resen.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup yang akan dibahas dalam laporan ini mengenai :
1) Penulis memfokuskan penelitian hanya pada foraminifera. Hal ini
dimaksudkan agar penulis dapat fokus dalam satu bagian, sehingga data
yang diperoleh valid, dan spesifik.
2) Lingkungan sebagai variabel yang dibahas dalam laporan ini.
3) Arus, suhu, salinitas, sebagai parameter yang akan dibahas dalam laporan
ini.
4) Pengaruh aktivitas manusia (pelayaran).

1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan


Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 2 Juli – 10 Agustus
2018 di Laboratorium Petrologi dan Mikropaleontologi Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung, Jawa barat. Sampel
foraminifera diambil dari proses penyidikan lapangan yang dilakukan selama 30
hari mulai tanggal 12 April – 12 Mei 2004 yang berlokasi di lepas pantai bagian
timur Perairan Berau dan bagian tenggara Perairan Tarakan. Dengan batas
kordinat antara 2o00’-3o00’Lintang Utara dan 117o30’-118o30 Bujur Timur.
BAB II
PROFIL INSTANSI

Gambar 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan


Sumber : www.mgi.esdm.go.id

2.1 Sejarah PPPGL


Sejarah Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL)
dimulai dengan dibentuknya Seksi Geologi Marin dan Seksi Geofisika Marin
pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) tahun 1979. Pada
tanggal 6 Maret 1984 kedua Seksi tersebut kemudian ditingkatkan menjadi Pusat
Pengembangan Geologi Kelautan (PPGL) di bawah Direktorat Jenderal Geologi
dan Sumber Daya Mineral berdasarkan SK Menteri Pertambangan dan Energi
No. 1092 Tahun 1984.
Pada awal berdirinya, PPGL didukung oleh empat bidang teknis, yaitu :
Bidang Geologi Kelautan, Bidang Geofisika Kelautan, Bidang Sarana Operasi
Kelautan, Bidang Manajemen Informasi dan Bagian Umum, dengan jumlah
sumber daya manusia 164 orang. Sarana dan prasarana yang dimiliki sebagian
berasal dari P3G.
Dalam perjalanannya, PPGL telah membangun Kapal Peneliti Geomarin I
dan memiliki berbagai peralatan survei pantai. Kapal Peneliti Geomarin I
diopeasikan untuk mendukung kegiatan pemetaan geologi kelautan bersistem
skala 1:250.000 di perariran dangkal. Peralatan survei pantai dioperasikan untuk
mendukung kajian geologi kelautan tematik di kawasan pesisir. Selanjutnya
berdasarkan SK Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 150 Tahun 2001,
PPGL dimekarkan menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Kelautan (PPPGL) di bawah Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral.

2.2 Kegiatan Litbang


1. Pemetaan Geologi Kelautan Sistematik Skala 1:250.0000
Merupakan rangkaian kegiatan inventarisasi data dasar geologi dan
geofisika kelautan wilayah Indonesia; meliputi peta batimetri, sebaran
sedimen permukaan dasar laut, ketebalan sedimen Resen, anomali magnet
total, gaya berat dan geologi bawah permukaan; yang diperlukan sebagai
bahan kajian potensi energi dan sumber daya mineral di dasar laut. Pemetaan
ini telah menyelesaikan 53 lembar peta atau hampir 15% dari seluruh
pemetaan untuk seluruh wilayah Perairan Indonesia yang berjumlah 365
lembar peta yang mencakup wilayah di Paparan Sunda, Laut Cina Selatan,
Laut Jawa, Selat Sunda, sebagian Perairan Selat Malaka dan Riau, Kalimantan
Barat dan sebagian Selat Makasar.

2. Kompilasi Geologi Kelautan Regional Skala 1:1.000.000


Merupakan upaya integrasi data geologi kelautan baik primer maupun
sekunder dengan memetakan pola struktur, stratigrafi dasar laut serta proses
geodinamikanya, sehingga diharapkan dapat mendukung kebutuhan akan
informasi geologi bagi evaluasi secara regional. Kegiatan ini telah
menyelesaikan 20 lembar peta atau 70% dari seluruh lembar peta yang
berjumlah 28 lembar peta seluruh Indonesia yang mencakup wilayah di Laut
Jawa, Selat Malaka dan Riau, Laut Cina Selatan, Selat Makasar dan Sulawesi,
Perairan Maluku, Sumba dan Banda.

3. Penyelidikan Geologi Kelautan Tematik


Kegiatan ini diarahkan pada penyelidikan geologi di wilayah pantai dan
perairan di sekitarnya, guna menunjang pengelolaan dan pelestarian potensi
lingkungan pantai dan perairan sekitarnya di wilayah pantai Indonesia,
terutama yang erat kaitannya dengan pengembangan kawasan secara terpadu
untuk mendukung pengelolaan wilayah di sektor perekonomian dan industri
strategis serta kerekayasaan. Penyelidikan ini dilakukan di daerah-daerah
prospek dan pusat pertumbuhan; berjumlah 83 lokasi, yaitu pantai utara Jawa,
sebagian pantai selatan Jawa Barat, Bali, Lombok, Sumbawa, Bengkulu,
Lampung, Riau dan sebagian Sulawesi.

2.3 Lokasi
1. Kantor Pusat
Puslitbang Geologi Kelautan (P3GL)
Jl. Jl. Dr. Djunjunan No.236 Pasteur- Bandung
Telp. +62-022-6032020, +62-022-6032201,
Fax. +62-022-6017887
Email : sekretariat.p3gl@esdm.go.id
2. Kantor Penunjang
Jl. Kalijaga No. 101 Cirebon – 45113
Telepon : (0231) 207037

2.4 Profil Pembimbing


Nama Pembimbing lapangan : Ibu Luli Gustiantini, S.T., M.T.
Bidang kelahlian : Mikropaleontologi
Kontak : +62821-2140-6575
E-mail : Gustiantini@gmail.com/Lgustiantini@yahoo.com

2.5 Struktur Organisasi


Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 13 Tahun 2016, PPPGL
merupakan salah satu unit yang berada di bawah Badan Penelitian dan
Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral. Struktur organisasi PPPGL
terdiri dari :
1. Bagian Tata Usaha;
2. Bidang Program;
3. Bidang Penyelenggaraan dan Sarana Penelitian dan Pengembangan;
4. Bidang Afiliasi dan Informasi
5. Jabatan Fungsional

STRUKTUR ORGANISASI PUSAT PENELITIAN DAN


PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN

Gambar 2 Struktur Organisasi PPPGL

Sumber : www.mgi.esdm.go.id
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 2 Juli – 10 Agustus
2018 di Laboratorium Petrologi dan Mikropaleontologi Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung, Jawa barat. Sampel
foraminifera diambil dari proses penyidikan lapangan yang dilakukan selama 30
hari mulai tanggal 12 April – 12 Mei 2004 yang berlokasi di lepas pantai bagian
timur Perairan Berau dan bagian tenggara Perairan Tarakan. Dengan batas
kordinat antara 2o00’-3o00’Lintang Utara dan 117o30’-118o30 Bujur Timur.

3.2 Materi Penelitian


Dalam Praktik Kerja Lapangan di Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi Kelautan menggunakan materi penelitian sebagai berikut :
3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan pada saat Praktik Kerja Lapangan meliputi
Mikroskop binokulerr, Kuas halus ukuran 0,005, Assemblage slide, Picking tray,
Foraminiferal slide koleksi, Kamera dengan software NISTelement, Komputer,
Kantong plastic, Kertas label, dan Alat tulis.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah sampel foraminifera yang berasal dari 6
stasiun hasil penyidikan lapangan tim riset PPPGL di Perairan Tarakan,
Kalimantan Timur pada tahun 2004, Tragacanth gum atau lem, dan Air tawar
bersih.

3.3 Prosedur Penelitian


Tahapan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini meliputi tahap
pengambilan sampel, preparasi sampel, pengamatan dalam laboratorium yang
meliputi penimbangan dan pembagian sampel, picking/Penjentikan, Identifikasi
spesies foraminifera, Koleksi spesies foraminifera, dan dilanjutkan dengan
analisis foraminifera sebagai bioindikator paleo-environment berdasarkan
referensi dan literatur-literatur hasil penelitian sebelumnya. Garis besar alur
Praktik Kerja Lapangan ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Survey lapangan

Grabsampler dan Gravity core

Sampel sedimen

Preparasi

Sampel sedimen yang telah terpisah


berdasarkan fraksi diameter

Penimbangan dan pembagian


sampel
Sampel sedimen dengan ±300
Individu

Picking

Sampel foraminifera

Identifikasi

Foraminifera teridentifikasi

Koleksi

Spesimen foraminifera

Gambar 3 Bagan prosedur Penelitian


3.3.1 Survey Lapangan
Pengambilan sampel dilakukan secara langsung dengan metode survey
lapangan/Sampling yang dilakukan di beberapa ttik lokasi sepanjang lintasan
seismik dengan menggunakan grabsampler dan gravity core. Dalam penyidikan
ini telah dilakukan pengambilan contoh sedimen secara keseluruhan di 28 lokasi
yang dianggap cukup representatif. Daerah penyidikan sebagian besar mempunyai
kedalaman laut diatas 1000 meter sehingga sebagian lokasi pengambilan sedimen
yang telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan hasil survey lapangan/penyidikan lapangan yang
dilakukan oleh Kapal Riset Geomarin III Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi Kelautan pada tanggal 12 April – 12 Mei 2004 yang berlokasi di lepas
pantai bagian timur Perairan Berau dan bagian tenggara Perairan Tarakan.

Gambar 4 Gravity core


Sumber : c2fn.dt.insu.cnrs.fr
Gambar 5 Peta Lokasi pengambilan contoh sedimen di perairan lembar 1918
(Tg. Selor) Tarakan, Kalimantan Timur
Sumber : Peta Indonesia hasil digitasi

Dengan batas kordinat antara 2o00’-3o00’Lintang Utara dan 117o30’-118o30


Bujur Timur. Penelitian ini mengambil sampel dari 6 stasiun yaitu stasiun dengan
nomor contoh 1918-04-04 yang diambil pada kedalaman 391,6 meter, 1918-04-06
pada kedalaman 171 meter, 1918-04-10 pada kedalaman 418, 1918-04-12 pada
kedalaman 71 meter, 1918-04-13 pada kedalaman 36,5 meter, 1918-04-14 pada
kedalaman 27,7 meter dan seluruh stasiun tersebut diambil menggunakan gravity
core.

3.3.2 Preparasi
Sampel sedimen hasil survey lapangan yang telah dilakukan oleh peneliti
dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan kemudian dibelah
menjadi dua bagian, bagian yang pertama digunakan untuk keperluan analisis
laboratorium dan bagian yang lainnya digunakan sebagai arsip sedimen yang
disimpan di cold storage yang berlokasi di Laboratorium Contoh Inti milik
Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL), KESDM di Cirebon, Jawa Barat.

Gambar 6 Sedimen hasil survey lapangan disimpan di cold storage


Sumber : Dokumentasi pribadi

Sampel sedimen dasar laut dari perairan Tarakan, Kalimantan Timur


dilakukan cuplikan sampel setiap interval 12 cm dengan ketebalan 2 cm sepanjang
sampel inti (core). kemudian dipreparasi di Laboratorium PPPGL Bandung, untuk
mengambil foraminifra kecil maka perlu dilakukan preparasi dengan metode
residu. Metode ini biasanya dipergunakan pada batuan sedimen klastik halus-
sedang, seperti lempung, serpih, lanau, batupasir gampingan dan sebagainya. Hal
pertama yang harus dilakukan sebelum preparasi yaitu mempersiapkan alat dan
bahan, kemudian mengambil ± 100 – 300 gram sedimen kering. Setelah itu
sedimen dimasukkan kedalam wadah dan dilarutkan dengan H2O2 (10 – 15%)
secukupnya untuk memisahkan mikrofosil dari matriks (lempung) yang
melingkupinya, lalu sampel dibiarkan selama ± 2-5 jam/ semalam hingga tidak
ada lagi reaksi yang terjadi, Setelah tidak terjadi reaksi, kemudian seluruh residu
tersebut dicuci dengan air yang deras diatas saringan. Residu yang tertinggal pada
saringan 80 & 100 mesh, diambil dan kemudian dikeringkan di dalam oven (±
600 C). Setelah kering, residu tersebut dikemas dalam plastik residu dan diberi
label sesuai dengan nomor sampel yang dipreparasi dan sampel siap
dideterminasi.
Gambar 7 Proses pelarutan sampel dengan H2O2
Sumber : Dokumentasi pribadi

3.3.3 Penimbangan dan Pembagian sampel


Sampel yang telah dipreparasi kemudian masuk dalam tahap penimbangan
dan pembagian sampel. Penimbangan sampel dilakukan dengan menggunakan
timbangan analitik dengan tujuan untuk mendapatkan berat bersih sampel. Setelah
didapatkan berat bersih sampel kemudian yang dilakukan adalah pembagian
sampel, pembagian sampel dilakukan dengan cara menempatkan sampel pada
wadah kemudian dipilah dengan membaginya menjadi empat bagian. Sampel
1 3
dengan pembagian dan dipisahkan dengan memasukkan kedalam kantong
4 4

plastik yang berbeda kemudian dilabeli menggunakan kertas label sesuai


1
pembagiannya. Sampel dengan pembagian kemudian dilakukan pembagian
4

kembali hingga dapat diestimasikan bahwa dalam sampel pembagian tersebut


terdapat jumlah individu foraminifera ±300 individu. Hal ini mengacu pada
penelitian Maryunani (1999) yang menyatakan bahwa angka 300 merupakan
jumlah diatas pemberhentian perhitungan rata-rata dimana spesies-spesies yang
jarang dapat muncul dan terhitung, sehingga biasanya jumlah yang dipakai untuk
perhitungan adalah 300 individu foraminifera.
Gambar 8 Pembagian sampel
Sumber : Dokumentasi Pribadi
3.3.4 Picking/ Penjentikan
Picking adalah metode untuk memisahkan individu foraminifera dengan
sedimen atau hasil pecahan cangkang lain. Pada saat tahapan picking dilakukan
menggunakan kuas dengan ukuran 0,005 untuk mengambil foraminifera kemudian
meletakannya kedalam foraminiferal slide dengan bantuan visualisasi
menggunakan mikroskop binokuler. Tahapan picking dilakukan pada seluruh
spesimen yang ada pada stasiun tersebut dengan jumlah individu foraminifera
±300 pada setiap stasiunnya. Apabila pada suatu stasiun didapatkan hasil -300
maka dilakukan pembagian kembali sesuai dengan tahapan pembagian sampel.

Gambar 9 Picking

Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.3.5 Koleksi Foraminifera


Setelah melakukan tahapan picking dan dikumpulkan pada foraminifera
slide, kemudian foraminifera dipisahkan setiap spesiesnya dan diletakkan pada
foraminiferal slide koleksi, pada tahapan ini dilakukan dengan mewakilkan 2
individu pada foraminiferal slide koleksi. Hal ini dilakukan dengan tujuan
Gambar 10 Koleksi Foraminifera

Sumber : Dokumentasi Pribadi

mengantisipasi hilang atau terjadi error pada penelitian, setelah itu foraminifera
dari setiap spesies dilakukan pengambilan gambar menggunakan kamera yang
terhubung secara langsung dengan computer (software NISelement).

3.3.6 Identifikasi Foraminifera


Proses identifikasi dilakukan untuk mengetahui nama spesies foraminifera
yang ditemukan. Identifikasi dilakukan dengan cara membandingkan foraminifera
yang terdapat dalam sampel dengan gambar yang terdapat pada referensi,
referensi yang dipakai dalam penelitian ini yaitu mengacu pada buku identifikasi
Loeblich dan Tappen (1988), Barker (1960), dan Posturna (1971). Alat yang
digunakan untuk proses identifikasi foraminifera adalah mikroskop binokuler.
Pada tahapan identifikasi terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu cangkang
(test), bentuk test, bentuk kamar, susunan kamar, bentuk suture, komposisi test,
jumlah putaran, jumlah kamar, aperture, dan ornamentasi.

Gambar 11 Identifikasi Foraminifera


Sumber : Dokumentasi Pribadi
3.4 Analisis Data
Pada penelitian ini analisis data dilakukan secara deskriptif, Karakterisasi
spesies foraminifera sebagai bio-indikator paleo-environment mengacu pada
literature yang ada dengan penentuan variabilitas perairan yaitu kondisi suhu,
lapisan air termoklin, dan kondisi perairan saat upweling. Kemudian analisis rasio
plankton juga digunakan dengan tujuan untuk mengetahui rasio plankton terhadap
keseluruhan jenis foraminifera (planktonik dan bentonik).

∑ 𝑆𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑃𝑙𝑎𝑛𝑘𝑡𝑜𝑛𝑖𝑘
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑃𝑙𝑎𝑛𝑘𝑡𝑜𝑛 = ∑ 𝑆𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑃𝑙𝑎𝑛𝑘𝑡𝑜𝑛𝑖𝑘+𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑘

Analisis data juga mengunakan grafik terhadap kelimpahan spesies dan


individu, untuk mengetahui rasio plankton dan untuk mengetahui karakteristik
foraminifera sebagai bio-indikator paleo-environment.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Albani, R.D. 1979. Recent Shallow Water Foraminifera from New South Wales.
Tidak ada kota. AMS Handbook No. 3.The Australian marine
Assosiation.Australian.

Gustiantini, L., Maryunani, K. A., Zuraida, R., Kissel, C., Bassinot, F., & Zaim,
Y. (2015). Distribusi foraminifera di Laut Halmahera dari glasial akhir
sampai resen. Bandung : Jurnal Geologi Kelautan.

Loebich, A. R. dan H. Tappan. 1994. Foraminifera Of The Sahul Shelf and Timor
Sea. Department Of Earth and Space Sciences.University of California. Los
Angeles. Skripsi. Amalia Kurnia Putri. Struktur Komunitas Foraminifera
Bentik Di Pasir Timbul Dan Gosong Susutan, Teluk Lampung. Bandar
Lampung : Universitas Lampung.

Martin & Maybeck. 2006. Formation and alteration of clay materials. Geological
Society.London : Engineering Geology Special Publications.

Murray, J.W. 1991. Palaeoecology of Ecology and Benthic Foraminifera.


Longman Scientific and Technical. New York.

Natsir, S. M., Firman, A., Riyantini, I., & Nurruhwati, I (2015). Struktur
komunitas foraminifera pada sedimen permukaan dan korelasinya terhadap
kondisi lingkungan perairan lepas Pantai Balikpapan, Selat Makassar.
Jakarta : Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis.

Nurdin,J. S.Afrizal. 2013. Kepadatan dan keanekaragaman Foraminifera di


Perairan laut Teluk Bayur Padang Sumatera barat. Lampung: Prosiding
FMIPA Universitas Lampung.

Nurruhwati, I. (2012). Evolusi perairan Teluk Jakarta berdasarkan sedimen dan


foraminifera. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Permanawati,Y., Prartono.T., Atmadipoera, A.S., Zuraida, R., dan Chang, Y.,


2016. Rekam Sedimen Inti Untuk Memperkirakan Perubahan Lingkungan di
Perairan Lereng Kangean. Tidak ada kota : Jurnal Geologi Kelautan.
Puspasari, R., Marsoedi, A. Sartimbul., & Suhartati. (2012). Kelimpahan
foraminifera bentik pada sedimen permukaan perairan dangkal pantai
timur Semenanjung Ujung Kulon, Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon,
Banten. Banten : Jurnal Penelitian Perikanan.

Sen Gupta, B. K. (2003). Introduction to modern foraminifera dalam Barun K.


Sen Gupta (ed), modern foraminifera. Tidak ada kota : Kluwer Academic
Publishers, Great Britain

Suhartati, M. N. 1988. First Note of Brackish Water Agglutinated Foraminifera


from Jawa. Tidak ada kota : Tropical Biodiv

Suhaidi.2006.Perlindungan Lingkungan Laut: Upaya Pencegahan Pencemaran


Lingkungan Laut Dengan Adanya Hak Pelayaran Internasional Di Perairan
Indonesia. Medan. Universitas Sumatera Utara
KESAN DAN PESAN
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai