Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ILMU UKUR TAMBANG

Dosen Pengampu:

Disusun oleh:

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK


TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“ILMU UKUR TAMBANG“. Penulis mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan makalah ini sehingga
dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses pembuatan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, demikian
Penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga Makalah ini dapat diselesaikan.

Untuk kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang, kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangatlah diharapkan. Penulis berharap semoga laporan
ini bermanfaat bagi seluruh pembahasan.

Pontianak, 08 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

2.1. Pengertian Drone ....................................................................................3

2.2. Cara Kerja Drone ....................................................................................4

2.3. Kegunaan Drone .....................................................................................4

2.4. Perhitungan Volume Stockpile Menggunakan Drone ............................6

2.5. Menghitung Jarak Datar dan Miring .......................................................9

2.6. Menghitung Jarak dari Bacaan .............................................................10

2.7. Pemuaian dan Penyusutan Alat Ukur ...................................................11

BAB III KESIMPULAN.......................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Volume penggalian dan penimbunan suatu material merupakan hal yang
penting dalam banyak pekerjaan teknik dan pertambangan. Akurasi bentuk dan
estimasi volume dari material tersebut adalah penting dalam banyak aplikasi,
misalnya studi erosi, estimasi pengambilan bahan tambang, dan penilaian lahan
untuk konstruksi (Schulz dan Schachter 1980 dalam Yakara dan Yilmazb 2008).
Umumnya perhitungan volume menggunakan metode trapesium (segiempat atau
segitiga prisma), perpotongan melintang (trapezoidal, Simpson, and average
formula), dan metode lainnya (Simpson-based, Cubic spline, and Cubic Hermite
formula) telah ada dalam literatur (Yanalak 2005 dalam Yakara danYilmazb
2008).

Metode yang digunakan untuk melakukan pengukuran volume suatu


material adalah menggunakan metode tachymetri untuk mengetahui koordinat
suatu titik dengan menggunakan alat ukur Electronic Total Station (ETS). Untuk
mendapatkan bentuk permukaan tanah terbaik sangat bergantung pada bentuk
permukaan, distribusi titik dan metode interpolasi. Tetapi dengan bertambahnya
titik akan berarti menambah waktu dan biaya. Kadang-kadang untuk mendapatkan
titik geodetik dapat beresiko dan mustahil. Karena itu, bentuk permukaan tanah
tidak dapat diwakili dengan baik.

Dengan adanya perkembangan teknologi fotogrametri, diharapkan dapat


membuat kemudahan untuk melakukan pemodelan tiga dimensi dari suatu objek.
Dengan adanya teknologi otomatisasi image matching, mempermudah dalam
pengambilan titik sampel yang akan digunakan untuk pembuatan Digital Surface
Model (DSM).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Drone?
2. Bagaimana cara kerja drone?
3. Bagaimana Kegunaan Drone?
4. Bagaimana cara kerja drone dalam menghitung volume timbunan
tambang?
5. Hitung jarak miring dan jarak datar A-B?
6. Hitung jarak miring dan jarak datar A-B?
7. Bagaimana hasil ukur apabila alat ukur memuai atau mengkerut?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk media pembelajaran
kami agar lebih banyak mengetahui tentang Ilmu Ukur Tambang, serta
makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Ukur
Tambang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Drone


Drone merupakan pesawat tanpa pilot. Pesawat ini dikendalikan secara
otomatis melalui program komputer yang dirancang, atau melalui kendali jarak
jauh dari pilot yang terdapat di dataran atau di kendaraan lainnya. Awalnya UAV
merupakan pesawat yang dikendalikan jarak jauh, namun sistem otomatis kini
mulai banyak diterapkan. Drone, yang lebih dikenal Unmanned Aerial Vehicle
(UAV) awalnya dikembangkan untuk kebutuhan militer.Menurut sejarahnya, ide
pengembanganpesawat tanpa pilot sudah ada sejak 22Agustus 1849. Waktu itu,
Austria berusaha menyerang kota Venesia di Italiadengan menggunakan balon tak
berawak yang penuh akan bahan peledak. Cara kerja drone sederhana ini tidak
sepenuhnya berhasil. Beberapa balon mengenai sasaran, tetapi ada pula yang
terjebak angin dan berubah arah. Perkembangan teknologi membuat drone juga
mulai banyak diterapkan untuk kebutuhan sipil, terutama di bidang bisnis, industri
dan logistik. Amazon memulai persaingan industri ini melalui peluncuran layanan
Amazon Prime Air.
Pengangkutan barang menjadi lebih cepat, lebih praktis, minim human
error, dan mampu menjangkau lokasi terpencil. Bahkan pengadaan pesawat drone
menjadi salah satu program yang akan diwujudkan oleh Presiden Jokowi sebagai
salah satu alat untuk menjaga pertahanan,keamanan, dan kedaulatan wilayah
Republik Indonesia. Hal ini disampaikan beliau saat debat presiden tahun lalu.
Selanjutnya sesuai Rencana Strategis Kementerian Perindustrian 2015-2019 pada
Program Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi, salah satu
tahapannya dilaksanakan melalui kegiatan Penumbuhan Industri Berbasis
Kedirgantaraan. Pengembangan teknologi dan produksi drone sangat tepat sekali
terkait rencana strategis tersebut, ditinjau dari aspek efisiensi pendanaan dan
efektifitas pemanfaatannya.

3
2.2. Cara Kerja Drone
Drone merupakan pesawat nirawak atau pesawat tanpa awak. Pesawat ini
tidak membutuhkan seorang pilot untuk memandunya, serta sering disebut sebagai
pesawat UAV atau Unmanned Aerial Vehicle. Teknologi ini menjadi salah satu
yang berkembang pesat di dunia. Tidak hanya dimanfaatkan dalam dunia militer,
drone juga dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti kesehatan,
pengiriman barang dan bahkan berselfie ria. Tak jarang juga di masyarakat, model
pesawat tanpa awak menjadi mainan dan olahraga populer.
Sebagai pesawat tak berawak, tentunya tidak ada manusiapun di dalam
sebuah drone. Bentuknya bermacam-macam mengikuti tujuan utama
penggunaan.  penggunaan. Sedangkan Sedangkan cara kerja drone yaitu
memanfaat kendali jarak jauh atau sistem remote dimana pilot memegang kontrol
dari darat. Dengan semakin  berkembangnya teknologi, kini ada pula drone yang
memiliki kemampuan untuk mengendalikan dirinya secara mandiri setelah
diprogram menggunakan komputer onboard yang dipasangkan di drone itu
sendiri.

2.3 Kegunaan Drone


Kegunaan Kegunaan drone Dewasa ini pemanfaatan teknologi drone juga
menjalar ke area sipil (non-militer). Tujuan utama yang tadinya seperti rudal, kini
berubah sebagai alat yang bermanfaat untuk pemetaan wilayah, fotografi,
pemadam kebakaran, pemeriksaan jalur pemipaan dan sebagainya. Tentunya cara
kerja drone disesuaikan dengan fungsi dan tujuan penggunaan. Sampai saat ini,
drone telah dimanfaatkan pula dalam industri bisnis dan diaplikasikan ke dalam
berbagai layanan, seperti: 1. Pengiriman komersil 2. Pengawasan keamanan
komersil 3. Eksploras Eksplorasi tambang, minyak dan mineral ambang, minyak
dan mineral 4. Bantuan kesehatan darurat 5. Pembuatan film.

4
2.4 Perhitungan Volume Stockpile Menggunakan Drone
Fotogrametri jarak dekat (Close Range Photogrametri) merupakan teknik
fotogrametri non pemetaan dengan lokasi kamera berada di permukaan bumi
dengan jarak kamera ke obyek kurang dari 100 meter. Fotogrametri jarak dekat
pada umumnya digunakan sebagai pemodelan dari obyek tertentu. Karakteristik
lain yang membedakan dengan metode fotogrametri jarak jauh adalah
pengambilan gambar dilakukan pada sekeliling obyek.

Stockpile yang akan dihitung dengan metode close range


photogrammetry. Pada dasarnya konsep yang digunakan dalam fotogrametri jarak
dekat adalah konsep fotogrametri analitis yang diaplikasikan pada pemotretan
terestris. Prinsip yang digunakan dalam fotogrametri jarak dekat adalah prinsip
kolinearitas (kesegarisan) yang dapat didefinisikan bahwa titik utama kamera,
koordinat titik pada foto, dan posisi 3 dimensi titik tersebut pada ruang berada
pada satu garis lurus.

Kondisi kolinearitas ini tentu saja digunakan sebagai solusi umum saat
orientasi relatif baik secara aerial maupun terestris. Kondisi kolinearitas
(Atkinson, 1996)Sebelum melakukan perhtungan ada beberapa langkah yang
harus dilakukan yaitu :
1. Persiapan

Persiapan dalam hal apapun merupakan suatu hal yang sangat


penting dan tidak boleh terlewatkan, begitupun pada saat melakukan
pemetaan dengan menggunakan drone.Sebelum pelaksanaan
pemotretan foto udara terlebih dahulu dibuat persiapan, perencanaan
awal serta dilakukan survey pendahuluan.

Pada tahap ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai kondisi


dan situasi yang ada di area rencana proyek maupun situasi sekitarnya,
termasuk semua informasi mengenai lokasi batas area, lokasi take
off dan landing  pesawat, serta informasi lain yang diperkirakan akan
mempengaruhi perencanaan dan kemungkinan alternatif penanganan yang
akan diambil.Akuisisi data pada pemetaan menggunakan drone ini juga sangat

5
memperhatikan cuaca saat pelaksanaan pekerjaan.Pada tahapan persiapan ini,
hal-hal yang dilakukan antara lain koordinasi tim, mobilisasi tim dan peralatan
kerja yang akan digunakan dan yang paling penting, orientasi lapangan.

2. Penentuan, Pemasangan, dan Pengukuran Ground Control Point


(GCP)
Ground Control Point (GCP) adalah titik kontrol yang berada di
permukaan tanah (biasanya berupa patok atau premark) yang diukur dengan
metode terestris ataupun ekstra-terestris menggunanakan piranti Global
Network Sattelite System (GNSS) atau lebih dikenal dengan GPS Geodetik,

3. Akuisi Data

Dalam pelaksanaan pemotretan udara menggunakan wahana pesawat UAV


perlu dilakukan perencanaan misi terbang yang meliputi area/daerah
pemotretan. Pada foto terestris, sumbu x pada sistem koordinat foto sejajar
dengan sumbu X pada koordinat tanah, sumbu z pada sistem koordinat foto
sejajar dengan sumbu Y pada sistem koordinat tanah, dan sumbu y pada
sistem koordinat foto sejajar dengan sumbu Z pada sisitem koordinat tanah.
Hal tersebut yang menyebabkan perbedaan antara foto udara dan foto terstris.

Selanjutnya data foto akan diolah dengan perangkat lunak tertentu


untuk memodelkan obyek ke dalam bentuk tiga dimensi. Dari
pemodelan tersebut dapat dilakukan analisis untuk penentuan volume
dari objek. Dalam mengambl data harus memperhatikan beberapa hal
yaitu:

1] Menentukan jarak tanah mendatar dan besarnya sudut


berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada foto udara tegak.

Foto udara yang merupakan hasil perekaman menggunakan


kamera yang proyeksinya center, akan terjadi pergeseran letak relief
(relief displacement) yang diakibatkan oleh kondisi relief yang relatif
kasar atau bervariasi ketinggiannya. Adanya fenomena relief
displacement ini berdampak pada kurang akuratnya pengukuran
jarak mendatar dan ukuran sudut, oleh karena itu untuk memperoleh
ukuran yang lebih akurat diperlukan teknik-teknik fotogrametri.

6
2] Menentukan tinggi objek dari pengukuran pergeseran letak oleh
relief.

Perspektif foto udara yang menggunakan proyeksi center,


titik yang tidak mengalami penyimpangan adalah objek yang terletak
persis di atas titik pusat foto. Semakin jauh letak objek dari titik
pusat foto, semakin banyak mengalami penyimpangan atau
pergeseran letak secara radial. Objek yang tinggi seperti menara,
gedung-gedung bertingkat, cerobong dan lain-lain akan tampak
condong. Satu sisi gejala pergeseran letak ini seringkali menyulitkan
para penafsir foto udara, tetapi di sisi lain pergeseran bermanfaat
untuk mengukur ketinggian objek-objek tersebut. Besarnya
pergeseran letak oleh relief tergantung pada tinggi objek di
lapangan, tinggi terbang, jarak antar titik utama foto (titik tengah
foto) ke objek tertentu, dan sudut kamera saat pengambilan objek
tersebut. Karena faktor geometrik tersebut saling berkaitan, maka
pergeseran letak objek oleh relief dan posisi radialnya pada foto
udara dapat diukur

3] Menentukan tingi objek dan ketinggian tanah dengan pengukuran


paralaks citra.

Pengukuraan tinggi objek pada foto udara selain dapat


dilakukan secara monoskopik (satu foto) dapat juga dilakukan secara
stereoskopik atau pasangan foto udara. Posisi relatif suatu objek
yang dekat kamera (pada elevasi lebih tinggi) akan mengalami
perubahan lebih besar dari objek yang jauh dari kamera (pada elevasi
rendah). Selisih jarak relatif tersebut dinamakan paralaks. Besarnya
paralaks pada daerah tampalan dapat digunakan untuk mengukur
ketinggian objek dan ketinggian tanah.

4] Penggunaan titik kontrol tanah

Titik kontrol tanah adalah titik di tanah yang dapat diletakkan


secara tepat pada foto udara, dimana informasi koordinat tanah
dan/atau ketinggiannya diketahui. Informasi titik kontrol tanah ini
digunakan untuk acuan geometrik tanah untuk melakukan kalibrasi
pengukuran pada foto udara. Kontrol tanah menyajikan cara untuk
mengorientasikan atau menghubungkan foto udara dengan tanah.
Menentukan kontrol tanah yang baik merupakan hal penting dalam

7
keseluruhan kegiatan pemetaan fotogrametri. Untuk keperluan
penentuan titik kontrol tanah memerlukan survey lapangan.
Kegiatan survey dilakukan dalam dua tahap, yaitu [1] Pengadaaan
jaringan kontrol dasar di dalam wilayah kerja; dan [2] Pengadaaan
posisi keruangan objek bagi kontrol foto saat survey yang dimulai
dari jaringan kontrol dasar. Kegiatan penentuan kontrol tanah ini
menentukan kualitas peta yang dibuat.

5] Membuat peta di dalam plotter stereo

Plotter stereo adalah sebuah alat yang dirancang untuk


menghasilkan peta topografi yang bersumber dari foto udara stereo,
alat ini dapat memindah informasi peta tanpa distorsi dari foto
stereo. Alat ini dapat digunakan untuk mengorientasikan foto udara
secara tepat, sehingga dapat diperoleh model wilayah yang tepat
pula. Dengan demikian foto tersebut dapat digunakan untuk
membuat peta planimetrik tanpa distorsi dan ketinggian tempat
dapat ditentukan secara tepat, sehingga foto udara tersebut dapat
digunakan untuk membuat peta topografi. Kegiatan ini meliputi dua
tahap, yakni orinetasi dalam (interior orientation) atau orientasi
relative dan orientasi absolute.

6] Membuat orthofoto

Orthofoto pada dasarnya merupakan peta foto yang


dihasilkan dari foto konvensional melalui proses raktifikasi
diferensial, sehingga diperoleh ukuran yang benar.

 Metode Perhitungan Volume

8
2.5 Menghitung Jarak Datar dan Miring
 Bacaan benang atas BA dilakuksn pengukuran jarak dari patok A ke patok
B menggunakan tachimetri, alat ukur theodolite berdiri dipatok A bak ukur
berdiri diatas patok B bacaan benang atas 1,533 bacaan benang bawah
1.210 dengan sudut vertical -12°35’33’’. Berapa jarak datar dan jarak
miring dari A-B

9
2.6 Menghitung Jarak dari bacaan

10
2.7 Pemuaian dan Penyusutan Alat Ukur

11
 Pemuaian Pita Ukur
Pita ukur dibuat pada temperatur standar yang tertentu, sedangkan
pengukuran dilapangan temperaturnya bervariasi, sehingga panjang pita
ukur tidak sama dengan panjang standar.
dalam hal ini :

Kesalahan ini dinyatakan dalam rumus : ( l x c x t )

l : jarak terukur
c : koefisien muai panjang
t : beda temperatur terhadap temperatur standar

Pemuaian Panjang adalah bertambahnya ukuran panjang suatu


benda karena menerima kalor. Pada pemuaian panjang nilai lebar dan tebal
sangat kecil dibandingkan dengan nilai panjang benda tersebut. Sehingga
lebar dan tebal dianggap tidak ada. Contoh benda yang hanya mengalami
pemuaian panjang saja adalah kawat kecil yang panjang sekali.

Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor


yaitu panjang awal benda, koefisien muai panjang dan besar perubahan
suhu. Koefisien muai panjang suatu benda sendiri dipengaruhi oleh jenis
benda atau jenis bahan

12
BAB III
KESIMPULAN

1. Drone merupakan pesawat tanpa pilot. Pesawat ini dikendalikan secara


otomatis melalui program komputer yang dirancang, atau melalui kendali
jarak jauh dari pilot yang terdapat di dataran atau di kendaraan lainnya.
2. cara kerja drone yaitu memanfaat kendali jarak jauh atau sistem remote
dimana pilot memegang kontrol dari darat.
3. Fotogrametri jarak dekat (Close Range Photogrametri) merupakan teknik
fotogrametri non pemetaan dengan lokasi kamera berada di permukaan bumi
dengan jarak kamera ke obyek kurang dari 100 meter.
4. Pemuaian Panjang adalah bertambahnya ukuran panjang suatu benda karena
menerima kalor.
5. Stockpile yang akan dihitung dengan metode close range photogrammetry.
Pada dasarnya konsep yang digunakan dalam fotogrametri jarak dekat adalah
konsep fotogrametri analitis yang diaplikasikan pada pemotretan terestris.

13
DAFTAR PUSTAKA

Mulia, Defry, and Hepi Hapsari Handayani. "Studi Fotogrametri Jarak Dekat
dalam Pemodelan 3D dan Analisis Volume Objek." Geoid 10.1 (2014): 32-
39.

Suroso, Indreswari. "Peran Drone/Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Buatan


STTKD Dalam Dunia Penerbangan." Program Studi Teknik Aeronautika, Sekolah
Tinggi Teknologi Kedirgantaraan (2016).

Samsuriah, Samsuriah. "IMPLEMENTASI MENERBANGKAN DRONE


DENGAN TEKNOLOGI UNMANNED AERIAL VEHICLE (UAV)." SENSITIf:
Seminar Nasional Sistem Informasi dan Teknologi Informasi. 2019.

RAMBE, MIRWAN BACHRI. "TINJAUAN YURIDIS TERHADAP


PENGGUNAAN PESAWAT TANPA AWAK (UAV) DALAM MENJAGA
PERBATASAN NEGARA." Jurnal Hukum Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Untan (Jurnal Mahasiswa S1 Fakultas Hukum) Universitas Tanjungpura 4.3.

Halimi, Khairul. "PEMODELAN DAN PERHITUNGAN VOLUME


STOCKPILE DENGAN WAHANA UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE)
PADA WILAYAH PENAMBANGAN PT. LHOONG SETIA MINING." ETD
Unsyiah (2018).

SALSABILA, RACHMADHIYA. Perbandingan Perhitungan Volume Stockpile


Batu Bara Menggunakan Data Terrestrial Laser Scanner (TLS) dan Data Foto
Udara Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Diss. Universitas Gadjah Mada, 2017.

14

Anda mungkin juga menyukai