Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagaimana kita ketahui, pada saat sekarang ini persaingan kerja
meningkat dengan pesat. Tak hanya dengan para pencari kerja dalam negri
tetapi juga dari luar negri.Untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi. Untuk mendapatkan hal tersebut, mahasiswa diharapkan
mampu memiliki daya saing dan kemampuan yang lebih. Khususnya
dibidang pertambangan.
Mahasiswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi-materi
perkuliahan namun juga dituntut memiliki skill dalam penggunaan alat
ataupun proses-proses pertambangan. Untuk itu, selain perkuliahan di
kelas dan pratikum di laboratorium diperlukan praktek langsung
kelapangan. Salah satu caranya dengan mengadakan kuliah lapangan.
Dengan diadakannya kuliah lapangan ini diharapkan mahasiswa
mampu menguasai penggunaan alat geologi dan mendeskripsikan alam
secara langsung.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dari laporan ini ialah,
1. Untuk memenuhi tugas geologi fisik
2. Memahami penggunaan alat-alat geologi
3. Menerapkan ilmu praktis dilapangan

C. MANFAAT
Adapun manfaat dari laporan ini ialah memberikan pemahaman lebih
mengenai ilmu praktis dari teori-teori yang telah dipelajari saat
perkuliahan.

Page | 1
BAB II
TEORI

A. Bukit Tui Padang Panjang


1. Deskripsi Daerah
Bukit tui terletak di daerah padang panjang dengan koordinat
9947643 UTM
S : 00.47355 derjat E : 100.40238 derajat. Bukit tui terletak pada
ketinggian 753 mdpl.

Gambar 1. Bukit tui padang Panjang

Bukit tui merupakan perbukitan batu gamping yang ditumbuhi


pepohonan. Di bukit tui sendiri ada penambangan rakyat batu gamping
yang sampai saat ini masih beroperasi. Pada awalnya hanya tambang
rakyat yang kemudian hingga saat ini sudah di tambang oleh
perusahaan-perusahaan tambang.

Gambar 2. Penambangan kapur


tradisional di bukit tui

Gambar 3. Penambangan kapur


modern di bukit tui

Page | 2
2. Kesampaian Daerah
Berangkat dari kota padang pukul 09.15 dan sampai di bukit tui
pukul 10.45 dengan menempuh jarak 64 KM menggunakan bus
pariwisata. Namun dapat juga ditempuh menggunakan sepeda motor
dan mobil.

3. Stuktur Geologi
Bentang alam di Bukit Tui Padang Panjang yang lebih dominan
adalah bentang alam struktural, kemudian juga dipengaruhi oleh
bentang alam vulkanik:
a) Bentang Alam Struktural
Merupakan bentang alam yang dihasilkan oleh
aktivitas tektonik seperti lipatan atau patahan. Bumi ini
terdiri dari lempeng tektonik yang berada di atas magma
sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan morfologi
diatas permukaan bumi akibat gaya endogen tersebut.
Di Bukit Tui ditandai dengan bukit dan tersusun
dari batuan sedimen dengan arah kemiringan yang seragam.
Monoklin dapat berupa bagian sayap dari sebuah antiklin
dan sinklin. Maka dapat dikatakan bahwa bentang alam di
Bukit Tui adalah structural monoclonal ridges.
b) Bentang Alam Vulkanik
Bentang alam vulkanik pembentukannya dikontrol
oleh proses keluarnya magma dari dalam bumi. Gunung api
adalah morfologi bentang alam hasil dari vulkanisme, atau
tempat keluarnya magma, bahan rombakan batuan padat
dan gas dari dalam bumi ke permukaan bumi.
Selain bentang alam structural, di Bukit Tui juga
dipengaruhi oleh bentang alam vulkanik. Hal ini ditandai
dengan adanya terdapat bekas semburan magma oleh
letusan gunung berapi yang diperkirakan ribuan tahun lalu.
Pada Bukit Tui terdapat batuan sedimen. Hal ini diperkirakan
bahwa batuan sedimen tersebut berasal dari pelapukan batuan beku hasil
aktifitas vulkanis. Yang mana bentang alam vulkanis lebih dahulu terjadi
daripada bentang alam structural.
Selain itu juga didapat batu gamping, yang jika ditetesi HCl akan
beraksi. Merupakan ciri dari batuan laut yang mengandung karbonat.
Maka dapat di katakana di bukit tui ini dahulunya juga merupakan laut
yang menyusut.

Page | 3
B. Ngarai Sianok Bukittinggi
1. Deskripsi Daerah
Ngarai sianok merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di
kecamatan IV koto, kabupaten agam, Sumatra barat yang
menyuguhkan panorama alam yang sangat memukau. Ngarai sianok
terletak di koordinat 9965822 UTM dengan ketinggian 841 mdpl.

Gambar 4. Ngarai sianok

2. Kesampaian Daerah
Berangkat dari bukit tui, ngarai sianok dapat ditempuh dengan jarak
yang cukup dekat yakni 22,7 KM. perjalanan ke ngarai sianok kembali
ditempuh dengan menggunakan bus pariwisata. Jika berangkat dari
kota padang, ngarai sianok ditempuh dengan jarak 96 KM. dapat juga
menggunakan motor atau mobil pribadi.

3. Stuktur Geologi
a. Bentang Alam Vulkanik
Bentang alam vulkanik adalah Bentang alam yang
pembentukannya dikontrol oleh proses keluarnya magma dari
dalam bumi. Daerah Ngarai Sianok terbentuk dari semburan letusan
gunung api purba yang terjadi ribuan tahun yang lalu, yang
kemudian mengalami berbagai proses hingga terliat seperti saat
sekarang ini.
Salah satu buktinya ialah ditemukannya batuan tuff yang
merupakan batuan pitoklastik dari letusan gunung merapi dan
gunung singgalang. Batuan Piroklastik merupakan batuan yang
berasal dari abu vulkanik yang terlempar jauh dari akibat letusan
gunung berapi kemudian terendapkan dan terjadi litifikasi batuan.
b. Bentang alam Struktural

Page | 4
Ngarai sianok merupakan daerah patahan yang termasuk
dalam daerah patahan semangko. Ngarai sianok merupakan salah
satu patahan semangko terbuka.Berdasarkan hasil penelitian ahli
geologi ITB bahwa pada ngarai sianok terjadi pergeseran secara
horizontal, dengan jarak pergeseran 2 mm per hari, ini
menunjukkan bagaimana pergerakan yang aktif pada ngarai sianok
secara khusus atau deretan patahan semangko pada umumnya.
Patahan semangko ini terbentang di bagian selatan pulau Suamtera
yang biasanya dikenal dengan deretan bukit barisan. Patahan
semangako ini terjadi akibat tumbukan dua lempeng yaitu lempeng
India dan lempeng Indo- Australia.
Struktur sesar normal yang terlihat pada nagarai sianok
adalah adanya gores garis pada dinding foot wallnya, adanya
bidang sesar, adanya cermin sesar, adanya foot wall, adanya
hanging wall. Batuan tuff pada ngarai sianok di bagian atasnya
bewarna abu-abu terang dan bagian bawahnya ada yang bewarna
kehitam-hitaman akibat termetamorfosa, teroksidasi, dan tereduksi.
Patahan terjadi ketika suatu batuan mengalami retakan
terlebih dahulu yang kejadian ini berkaitan erat dengan tekanan dan
kekuatan batuan yang mendapatkan gaya sehingga timbul adanya
retakan. Tekanan yang diberikan mampu memberikan perubahan
pada batuan dengan waktu yang sangat lama dan hingga
memberikan gerakan sebesar seperseratus sentimeter bahkan
sampai beberapa meter. Ketika ini terjadi, maka akan timbul sebuah
gaya yang sangat besar yang berdampak getaran bagi sekitarnya
saat suatu batuan mengalami patahan atau yang sering kita sebut
dengan gempa. Arah pergerakkan pada suatu patahan tergantung
pada kekutan batuan. Patahan diakibatkan oleh batuan yang
ditekankan atau mendapatkan gaya yang pada umumnya dalam
bentuk tekanan (pada umumnya membentuk lipatan) yang
kemudian batuan dapat pecah.

Page | 5
C. Lembah Harau Kabupaten 50 Kota
1. Deskripsi Daerah
Lembah harau merupakan objek wisata yang menyuguhkan berbagai
macam suguhan yang menarik. Mulai dari wisata air, berbagai macam
atraksi dan banyaknya spot foto yang bagus. Lembah harau terletak di
kabupaten 50 kota, Sumatra barat dengan koordinat 9987540 UTM , S
= 00.11268 derjat,
E = 100.65928 derjat serta elevasi 507 mpdl.

Gambar 5. Lembah harau

2. Kesampaian Daerah
Lembah harau dapat ditempuh dengan menggunakan bus, mobil
pribadi, maupun motor. Jika dilanjutkan perjalanan dari ngarai sianok,
perjalanannya akan menempuh jarak 49,4 KM, sedangkan jika
perjalanan dari kota padang akan menempuh jarak 137,9 KM.

3. Stuktur Geologi
a. Bentang alam stuktural
Lembah harau terbentuk karena adanya patahan naik dan
patahan turun berjuta-juta tahun lalu. Hal ini dibuktikan oleh
endapan-endapan batuan di tebing-tebingnya yang
mengandung endapan sungai. Endapan ini pada awalnya
terletak di daratan yang kemudian terangkat hingga saat
sekarang ini menjadi tebing. Hal lain yang membuktikan teori
ini adalah adanya air terjun. Air terjun pada awalnya merupakan
sebuah sungai yang dimana terjadi patahan turun yang
membelah sungai tersebut, sehingga terbentuklah air terjun.

Page | 6
b. Bentang Alam Denudasional
Denudasi adalah kumpulan proses yang mana, jika
dilanjutkan cukup jauh, akan mengurangi semua ketidaksamaan
permukaan bumi menjadi tingkat dasar seragam. Dalam hal ini,
proses yang utama adalah degradasi, pelapukan, dan pelepasan
material, pelapukan material permukaan bumi yang disebabkan
oleh berbagai proses erosi dan gerakan tanah. Kebalikan dari
degradasi adalah agradasi, yaitu berbagai proses eksogenik yang
menyebabkab bertambahnya elevasi permukaan bumi karena
proses pengendapan material hasil proses degradasi.
Di lembah harau sendiri merupakan bentang alam
denudasional. Hal ini dibuktikan dengan licinnya permukaan
tebing- tebing di lembah harau. Tebing- tebing tersebut licin
dikarenakan adanya proses erosi yang cukup lama sehingga dapat
membentuk tebing dengan baik.

Page | 7
BAB III

PEMBAHASAN

A. GPS

Gambar 6. GPS
Prinsip kerja GPS dalam menentukan posisi adalah dengan
menghitung delay waktu transmisi suatu signal dicapai oleh receiver,
dikalikan dengan kecepatan perambatan signal maka akan didapat jarak
receiver relatif terhadap satelit. Untuk mendapatkan koordinat x, y, dan z,
receiver membutuhkan pengamatan dari tiga satelit, dan satu pengamatan
dari satelit keempat dibutuhkan untuk keakuratan prediksi.
Satelit GPS secara kontinu mem-broadcast signal (microwave) yang
berisi data orbital, posisi saat itu dan waktu, serta signal lainnya yang
berguna untuk mencirikan satu satelit dari yang lain, dan signal yang
digunakan sebagai penanda jarak (disebut pseudo-random codes) itu
sendiri.
Walaupun signal satelit merambat pada kecepatan cahaya, tetap saja
terdapat delay transmisi ke receiver, delay ini dihitung oleh receiver untuk
dikalikan dengan kecepatan rambat (dalam hal ini kecepatan cahaya)
menghasilkan jarak receiver relatif terhadap satelit. Karena receiver juga
mengetahui posisi x, y dan z satelit (dari signal satelit) maka dari ketiga
persamaan ini didapat koordinat x, y dan z receiver. Cara ini
mengharuskan receiver tidak hanya mengetahui mengetahui dengan pasti
waktu satelit mentransmisikan signal pertama kali untuk dibandingkan
dengan waktu sampainya signal ke receiver, juga dibutuhkan sinkronisasi
antara waktu di satelit dan di receiver.
Satelit GPS dilengkapi dengan jam atom dengan keakuratan yang
tinggi, namun amat mahal sehingga tidak mungkin receiver juga memakai
jam atom. Ini mengakibatkan perhitungan posisi dengan cara seperti itu
saja tidak akurat. Untuk itu diperlukan persamaan dari satelit keempat
untuk mempertimbangkan faktor error pada jam receiver. Dengan cara ini

Page | 8
selain diperoleh data tentang posisi juga diperoleh data waktu yang sangat
akurat.
Satelit sebagai acuan perhitungan tidak perlu selalu berada statik
terhadap receiver (dalam hal ini berarti mengorbit secara geostationer),
jika pada suatu saat kita tetap dapat ‘melihat’ minimal empat satelit dan
telah mengetahui lokasinya secara pasti.

Gambar 7. Space segment GPS

GPS mempunyai 3 bagian: space segment, the user segment, dan the
control segment. Space segment terdiri atas 24 satelit, masing-masing pada
orbitnya 11,000 nautical mile di atas bumi. User segment teridiri atas
receiver, yang dapat dipegang di tangan atau dipasang di mobil. Control
segment terdiri atas ground station (lima di antaranya terletak mengelilingi
bumi)yang memastikan ia bekerja dengan semestinya.
Sekali perjalanan mengelilingi bumi di angakasa luar berarti satu
orbit. Satelit GPS membutuhkan waktu 11 jam dan 58 menit untuk
mengelilingi bumi. Setiap satelit dilengkapi dengan clock yang akurat
sehingga ia mem-broadcast signal dengan pesan waktu yang tepat. Ground
unit menerima signal satelit, yang bergerak dengan kecepatan cahaya.
Tetapi signal masih tetap membutuhkan waktu untuk mencapai receiver.
Perbedaan antara waktu signal dikirim dan signal diterima, dikalikan
dengan kecepatan cahaya, memungkinkan receiver menghitung jarak ke
satelit. Untuk menghitung latitude, longitude, dan altitude yang tepat,
receiver menghitung waktu yang dibutuhkan untuk signal dari empat
satelit yang berbeda untuk mencapai receiver.
GPS sistem dapat memberitahukan lokasi di atas bumi sampai sekitar
3000 kaki, dan keakuratan, biasanya kurang dari tiga kaki, dapat diperoleh
dengan koreksi yang dihitung oleh receiver GPS pada tempat tetap yang
diketahui.
GPS space system terdiri atas 24 satelit, 11,000 nautical mile di atas
bumi, yang membutuhkan 12 jam untuk sekali mengelilingi bumi (satu

Page | 9
orbit). Mereka diposisikan sehingga kita dapat menerima signal dari enam
diatantaranya hampir 100 persen dari waktu pada titik manapun di bumi.
Satelit dilengkapi dengan clock yang memiliki keakuratan dalam
nanosekon 0.000000003, atau sepertiga milyar, detik. Receiver
menggunakan informasi ini untuk menghitung posisinya. SatelitGPS
pertama diluncurkan pada 1978.Sepuluh satelit pertama adalah satelit
pengembangan, disebut Block I. Sejak1989 sampai 1993, 23 satelit
produksi, disebut Block II, diluncurkan.Peluncuran satelit ke-24 pada
1994 melengkapi keseluruhan sistem.
GPS receiver mengkonversi signal SV menjadi posisi, kecepatan, dan
waktu estimasi. Empat satelit dibutuhkan untuk menghitung keempat
dimensi X, Y, Z (posisi) dan waktu. GPS receiver digunakan untuk
navigasi, positioning, time dissemination, dan riset lainnya.
Peran GPS Receiver :
GPS receiver harus mendeteksi dan mengkonversi signal yang
ditransmisikan dari semua satelit ke dalam perhitungan yang berguna.
Selam propagasi dari signal melalui atmosfir, muncul kehilangan kekuatan
signal, dan karena ini maka spread spectrum dan properti korelasi signal
dibuthkan
Format pesan Satelit GPS :
Receiver yang biasanya baru digunakan umumnya adalah semua-
dalam-pandangan, dalam arti mencoba mencari di antara satelit dengan
tampilan kontinyu. Receiver menunjukkan pesan navigasi terus menerus,
mencari isi data subframe perubahan 1, 2, atau 3.
Manfaat : Untuk wilayah-wilayah yang belum dipetakan dengan
cermat, GPS dapat membantu menentukan lokasi dengan tepat (walaupun
tidak dapat menunjukkan petanya) sehingga orang-orang yang
mengadakan survey tidak akan tersesat. Dengan bantuan GPS juga
seseorang dapat membuat peta suatu wilayah dengan lebih mudah.

Page | 10
B. KOMPAS

Gambar 8. Kompas geologi

Kompas merupakan alat bantu penunjuk arah (mata angin), karena


mempunyai gaya magnet maka jarum kompas akan menunjukkan arah
Utara – Selatan asalkan tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet
lain selain gaya magnet bumi. Sewaktu digunakan, kompas harus dalam
posisi horizontal (rata) dan tidak boleh miring, dimana disesuaikan
dengan arah garis medan magnet bumi. Selain itu, kompas harus
dijauhkan dari pengaruh benda-benda logam yang mempunyai sifat
menarik gaya magnet, seperti: besi, baja, dll. Sebab bila berdekatan, akan
mempengaruhi jarum penunjuk arah kompas sehingga ketepatan dari arah
yang ditunjukkannya akan terganggu.
Ada beberapa jenis kompas seperti kompas bidik dan kompas
orientasi, namun karena kita berkecimpung dalam bidang geologi yang
akan kita kenal lebih jauh adalah mengenai kompas geologi. Ada dua
tipe kompas geologi yang dikenal, yaitu kompas empat kuadran dimana
lemengan skala dibagi menjdi empat kuadran, kuadran NE (North-East),
NW (North-West), SE (South-East), dan SW (SouthWest), masing-
masing besarnya 00 sampai dengan 900 diukur dari North (utara) dan
South (selatan) baik kearah East (timur) maupun West (barat). Sedangkan
tipe yang kedua adalah kompas tipe azimuth atau tipe 3600, dimana
lempengan skala dibagi menjadi 3600 diukur dari North ke East.

Page | 11
Bagian-bagian Kompas Geologi Kompas Klinometer dan ”hand
level” merupakan alat-alat yang dipakai dalam berbagai kegiatan survei,
dan dapat digunakan untuk mengukur kedudukan unsur-unsur struktur
geologi. Kompas geologi merupakan kombinasi dari ketiga fungsi alat
tersebut. Bagian-bagian utama kompas geologi terdiri dari :
1. Jarum Kompas Ujung utara dari jarum ini selalu mengarah ke
kutub utara magnetik bumi. Jadi walaupun kompas diputar ke arah
mana saja 2 jarum kompas selalu menunjuk ke utara bumi. Untuk
mengoreksi aklinasi dilakukan dengan menggeser pemberat yang
ada pada jarum tersebut ( berupa lilitan kabel/kawat ). Sedangkan
untuk mengoreksi deklinasi dilakukan dengan menggeser
lingkaran pembagian derajat.
2. Lingkaran Pembagian Derajat P Lingkaran pembagian derajat
dibagi 2 yaitu :
a. Kompas Azimuth, mempunyai pembagian derajat mulai
dari 0 derajat (utara) sampai 360 derajat (kembali ke
utara ) yang ditulis berlawanan dengan arah jarum jam,
pembacaannya juga demikian.
b. Kompas Kwadran, mempunyai pembagian derajat dari 0
derajat pada arah utara dan selatan hingga 90 derajat
pada arah timur dan barat. Pembacaan dimulai dari arah
utara atau selatan ke arah timur atau barat sesuai
kedudukan jarum kompas. 3. Klinometer Merupakan
rangkaian alat yang digunakan untuk mengukur besarnya
kemiringan bidang. Rangkaian alat tersebut terdiri dari :
 Nivo tabung
 Penunjuk skala
 Busur setengah lingkaran berskala.
Pada bagian atas busur bernilai 0 derajat di
tengahnya. Pada bagian tepinya bernilai 90
derajat. Pada bagian bawah busur, skala bernilai

Page | 12
0% dan di tengah dan 100% tepat pada 45 derajat
( tan 45 = 1 = 100 %).
3. Klinometer dapat digerakkan dengan menggerakkan tangkai di
belakang kompas.
4. Pengatur Horizontal
5. Pengaruh Arah Rangkaian alatnya terdiri dari :
 sighting arm
 peep sigh
 axial line
 folding sight
 sight window
Alat-alat diatas dibantu dengan cermin, dan bila ditembakan ke
sasaran, semua rangkaian tersebut harus berada segaris sasaran.

Bagian-Bagian Kompas Geologi :


1. Adjusting screw : sekrup penggerak lingkaran pembagian derajat
2. Axial Line : garis sumbu penyearah objek
3. Bull’s eye level : nivo bulat pengatur horizontal
4. Clinometer level : nivo tabung
5. Compas needle : jarum kompas

Cara Pembacaan Kompas Geologi:

Kita mengenal adanya dua jenis skala kompas, yaitu azimuth dan
kwadran. Pada kompas Azimuth ( pembagian lingkaran 360o ) selalu
dibaca jarum Utara melalui timur, dan kemudian diamati angka yang
ditunjukannya. Biasnya jarum utara dibedakan dengan jarum selatan
dengan diberi tanda putih atau merah pada ujungnya.

Inklinasi Dan Deklinasi Sebelum kompas digunakan di lapangan,


hendaknya diperiksa trelebih dahulu apakah inklinasi dan deklinasinya telah

Page | 13
disesuaikan dengan keadaan tempat pekerjaan. Inklinasi adalah kecondongan
jarum kompas yang disebabkan oleh perbedaan letak geografis suatu daerah
terhadap kutub bumi. Sudut kecondongan akan hampir 0 ( horizontal ) apabila
kita berada di dekat / di sekitar Equator, dan semakin bertambah besar apabila
mendekati kutub-kutub bumi.Dua macam pembagian derajat pada kompas
geologi:

a. pembagian Kwuadran (0o-90o)

b. Pembagian Azimuth (0o-360o) Perhatikan arah mata angin E danW


yang dibalik

diatas muka bumi ini akan mempunyai sudut deklinasi yang


berbedabeda. Pada dasarnya, sebelum kompas geologi itu dapat
digunakan dengan baik, kedudukan jarum harus horizontal. Untuk
menanganinya, bisa digunakan beban ( biasanya ada ) yang dapat digeser
sepanjang jarum kompas dan diletakan pada bagian jarum yang
bermagnet.

Pengukuran Strike Dan Dip Dengan Kompas Geologi

Pengukuran Strike :

1. Kompas ditempelkan pada bidang perlapisan yang akan diukur. Posisi kompas
horizontal dan sisi timur berada pada bidang yang akan diukur.

2. Lalu gerakan kompas agar gelembung udara yang berada dalam bull’s eye
level tepat berada di tengah.

3. Setelah itu tekan lift pin agar jarum kompas terkunci.

4. Baca kedudukan jarum kompas dan catat hasilnya, lalu tandai tempat kompas
tadi ditempelkan untuk mengukur kemiringan struktur.

Pengukuran Dip :

1. Tempelkan kompas pada garis yang telah dibuat pada pengukuran strike.

2. Sisi barat kompas berada pada bagian yang diukur dan kompas dalam posisi
vertikal atau tegak lurus terhadap garis yang telah dibuat tadi.

Page | 14
3. Lalu gerakan tangkai yang berada di belakang kompas. Untuk menggerakan
nivo tabung 4. Usahakan agar gelembung udara yang terdapat pada nivo tabung
tepat berada di tengah nivo tabung.

5. Setelah gelembung udara tepat berada ditengah, baca besar sudut yang terdapat
pada busur setengah lingkaran lalu catat

6.hasilnya dengan penulisan menggunakan sistem azimuth N.......0E/.......0 yang


penulisannya dibelakang penulisan strike.

Pengukuran Kelerengan Dengan Kompas Geologi

1. Tutup kompas dibuka kira-kira 45o, sighting arm dibuka dan peep sight
ditekuk 90o.

2. Kompas dipegang dengan tangan kanan ( dibantu dengan tangan kiri ) yang
ditekuk pada posisi vertikal.

3. Sasaran dibidik melalui peep sight dan sighting window

4. Klinometer di horizontalkan ( dilihat lewat cermin ) dengan menutar tangkai


dibelakang kompas.

5. Baca sudut pada busur setengah derajat lingkaran.

Pengukuran Kelurusan Dengan Kompas Geologi Kedudukan suatu garis


biasanya dapat berupa poros lipatan, perpotongan 2 bidang, lineasi mineral, gores
garis cermin sesar, lineasi fragmen pada breksi. Pada prinsipnya pengukuran ini
sama dengan pengukuran strike.

Orientasi Medan Dalam orientasi medan kita akan menggunakan kompas untuk
mengetahui posisi kita berada pada peta. Caranya adalah dengan menembak
suatu titik acuan yang kenampakannya terlihat di peta. Ada dua metode yang
dilakukan yaitu resection dan intersection.

a. Resection Dipergunakan untuk menentukan posisi pada peta dengan


bantuan tanda-tanda medan yang sudah dikenali sebelumnya, dimana

Page | 15
tanda medan tersebut bisa terlihat pada medan sebenarnya dan
diketahui posisinya di peta. Tanda-tanda medan tersebut bisa berupa
titik-titik ekstrim (puncak gunung atau bukit), belokan sungai atau
garis pantai, percabangan sungai atau jalan, dan lain sebagainya.
namun yang perlu diingat adalah hasil yang didapat dari resection
tidaklah mutlak kebenarannya maka untuk memastikannya harus
kembali melakukan orientasi medan. Langkah-langkah dalam
melakukan Resection adalah sebagai berikut: Samakan Utara Peta
dengan Utara Magnetis dengan menggunakan Kompas.
 Ukur besar Azimuth dari posisi kita berada
dengan salah satu tanda medan sasaran yang
dapat kita lihat pada sebenarnya dan diketahui
posisinya di peta.
 Hitung Back Azimuth dari sudut yang kita dapat
dari tanda medan tersebut.
 Tarik garis pembantu berdasarkan besar Back
Azimuth yang didapat dari titik sasaran yang
terdapat pada peta.
 Lakukan hal yang sama untuk titik sasaran kedua
atau titik selanjutnya (jika dibutuhkan).
 Titik perpotongan dari garis-garis pembantu
yang dibuat pada peta merupakan posisi tempat
kita berada di peta.

b. Intersection Adalah kebalikan dari resection yaitu untuk menentukan


suatu kedudukan atau suatu titik yang tidak diketahui posisinya di peta,
dengan menggunakan bantuan dua atau lebih titik atau tanda medan yang
diketahui posisinya di peta.

Cara menentukan arah dengan kompas geologi Arah yang dimaksud


disini adalah arah dari titik tempat pengukuran ketempat yang dibidik

Page | 16
atau yang dituju. Cara menembakkan kompas untuk menentukan arah
dapat dengan cara:
a. Kedudukan kompas setinggi pinggang atau dada Cara kerjanya :
1. Kompas dipegang setinggi pinggang atau dada
2. Kompas dibuat horizontal dan dipertahankan sedemikian ruoa, selama
penembakan
3. Cermin diatur sedemikian rupa sehingga terbuka kira-kira 135o
menghadap sasaran dan sighting arm dibuka horizontal dengan peep sight
ditegakan.
4. Kompas diputar sedemikian rupa sehingga sasaran tampak pada cermin
dan berhimpit dengan ujung sighting arm dan garis pad cermin
5. Baca ujung utara kompas setelah jarum tidak bergerak, hasil
pembacaan adalah arah sasaran yang dimaksud.

b. Kedudukan kompas setinggi mata Cara kerjanya :


1. Tutup kompas dibuka kira-kira 45o, sighting arm dibuka dan peep
sighn ditekuk 90o.
2. Kompas dipegang dengan tangan kanan yang ditekung pada posisi
horizontal
3. Bidik sasaran melalui peep sigh dan sighting window
4. Kompas dihorizontalkan nivo dilihat melalu cermin.

Page | 17
C. DESKRIPSI BATUAN

Breksi

Gambar 9. Batuan breksi

Breksi adalah batuan yang terdiri dari fragmen - fragmen mineral rusak atau
batuan yang disemen secara bersama-sama oleh matriks berbutir halus yang dapat
mirip dengan atau berbeda dari komposisi fragmen. breksi juga termasuk dalam
kelompok batuan sedimen klastik. Breksi memiliki butiran-butiran yang bersifat
coarse yang terbentuk dari sementasi fragmen-fragmen yang bersifat kasar dengan
ukuran 2 hingga 256 milimeter. Fragmen-fragmen ini bersifat runcing dan
menyudut. Fragmen-fragmen dari Breksi biasanya merupakan fragmen yang
terkumpul pada bagian dasar lereng yang mengalami sedimentasi, selain itu
fragmen juga dapat berasal dari hasil longsoran yang mengalami litifikasi.
Komposisi dari breksi terdiri dari sejenis atau campuran dari rijang, kuarsa, granit,
kuarsit, batu gamping, dan lain-lain.
Warna : Coklat kemerahan
Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik
Struktur : Masif
Tekstur :
- Ukuran besar butir : Kerakal/ 64-4 mm
- Derajat pemilahan: Pemilahan buruk
- Derajat pembundaran : Menyudut
- Kemas : Terbuka
Komposisi Mineral :
- Fragmen : rijang
- Matrik : Pasir kuarsa
- Semen : Carbona

Page | 18
Tuff

Gambar 10. Batuan tuff


Tuf, atau batu putih, adalah jenis batuan piroklastik yang mengandung debu
vulkanik yang dikeluarkan selama letusan gunung berapi. Tuf sebenarnya sama
dengan tufa. Namun, istilah "tufa" lebih sering digunakan di bidang konstruksi
sedangkan "tuf" digunakan di bidang geologi.
Warna : Putih
Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik
Struktur : Masif
Tekstur :
- Ukuran besar butir : Lempung /mm
- Derajat pemilahan : Pemilahan baik
- Derajat pembundaran : Membundar baik
- Kemas : Tertutup
Komposisi Mineral :
- Fragmen : -
- Matrik : Ash
- Semen : Silika

Page | 19
Batu Gamping

Gambar 11. Tebing batu gamping

Gamping (bahasa Inggris: limestone, istilah komersial : batu kapur)


(CaCO3) adalah sebuah batuan sedimen yang terdiri dari mineral kalsit dan
aragonit, yang merupakan dua varian yang berbeda dari CaCO3 (kalsium
karbonat). Sumber utama dari calcite adalah organisme laut.
Warna : Putih
Jenis Batuan : Batuan Sedimen Non Klastik
Struktur : Masif
Tekstur : Krisatalin
Komposisi Mineral : Monomineralik (CaCO3)

Batuan Rijang

Gambar 12. Tebing batu rijang

Page | 20
Rijang atau batuapi adalah batuan endapan silikat kriptokristalin dengan
permukaan licin. Disebut "batu api" karena jika diadu dengan baja atau batu lain
akan memercikkan bunga api yang dapat membakar bahan kering. Rijang
biasanya berwarna kelabu tua, biru, hitam, atau coklat tua.
Warna : Coklat
Jenis Batuan : Batuan Sedimen Non Klastik
Struktur : Masif
Tekstur : Amorf
Komposisi Mineral : Monominerallik (SiO2)

Page | 21
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari laporan ini ialah sebagai berikut,
1. Bukit tui merupakan bukit dengan kandungan batuan gamping. Bukit
ini memiliki bentang alam stuktural dan vulkanik.
2. Ngarai sianok merupakan panorama yang terbentuk karena adanya
sesar dan erupsi gunung api. Buktinya dapat dilihat dari breksituffan
yang ditemukan di tebing-tebing nya.
3. Lembah harau merupakan lembah yang terbentuk karna aktifitas sesar
dan kekar . dengan bentang alam stuktural dan denudasional. Hal ini
dibuktikan dari batuan breksi dan rijang yang ditemukan di lembah
harau.

B. SARAN
Adapun saran dari laporan ini ialah,
1. Sebelum melakukan pratikum sebaiknya memahami materi yang
bersangkutan.
2. Persiapkan peralatan dan safety yang akan digunakan untuk pratikum
3. Cermat dalam pratikum
4. Deliti dalam pembuatan laporan pratikum.

Page | 22

Anda mungkin juga menyukai