Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Studi Terdahulu
Penelitian ini memaparkan 2 penelitian terdahulu yang sesuai dengan
permasalahan yang akan diteliti yaitu mengenai Aktivitas Pengolahan Bijih Timah
Tahap 1 di Tb 1.42 Pemali Kabupaten Bangka. Adapun penelitian terdahulu adalah
sebagai berikut :
1. Fathiya, Machmud, dan Restu (2014) dalam Jurnal Rekayasa Sriwijaya,
Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya Palembang yang
berjudul Kajian Teknis Pengaruh Ketebalan Lapisan Bed Pada Pan
American Jig Terhadap Recovery Timah di TB 1.42 Pemali PT. TIMAH
(Persero) Tbk, Bangka Belitung.
2. Adiyatma, Irvani, dan Janiar Pitulima (2018) dalam Jurnal Mineral, Jurusan
Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung yang berjudul Kajian
Teknis Pengaruh Panjang Pukulan Terhadap Recovery Pencucian Bijih
Timah Menggunakan Alat Pan American Jig Skala Laboratorium Jurusan
Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung.
2.1.2 Sejarah Perusahaan
Penambangan timah secara primitif dimulai pertama kali di Pulau Bangka
pada tahun 1709. Pada waktu itu rakyat Pulau Bangka diwajibkan membayar pajak
kepada kesultanan Palembang dengan bijih timah. Pada tahun 1711 didalangkan
ahli-ahli penambangan dari Malaka dan Siam dengan memperkenalkan teknik
penambangan sistem sumur, yang dikenal dengan Teknik "Sulnur Palembang".
Pada tahun 1819 tambang-tambang timah dikuasai oleh Belanda dengan
mendatangkan pekerja-pekeja dari Canton daratan China. Peralatan-peralatan
untuk tambang di darat yang cukup maju baru diperkenalkan berupa mesin semprot
(pompa air) dan back hoe pada tahun 1909, pompa tanah pada tahun 1917 dan jig
pada tahun 1920. Selanjutnya pada tahun 1917 diperkenalkan juga penambangan
dengan Kapal Keruk di Pulau Singkep dan Pulau Bangka tahun 1926.

4
5

Pada waktu Perang Dunia II (1942-1945) penguasaan penambangan timah


beralih kepada pendudukan Jepang. Karena Jepang kalah perang, maka dari tahun
1946-1949 penambangan timah sepenuhnya dikuasai kembali oleh perusahaan
Belanda yang bernama Bangka Tin Winning (Bangka, Gemeens chaappelijke
Mynbouw Maatschaappij Billiton (Belitung), dan Singkep Exploitatie
Maatschappy (Singkep).
Pada tahun 1949 tejadi pemulihan kedaulatan ke tangan Republik Indonesia,
tetapi penguasaannya masih tetap di tangan perusahaan Belanda sampai berakhir
masa kontrak tanggal 28 Februari 1952. Sejak berakhirnya masa kontrak hingga
saat ini, maka sepenuhnya penguasaan dan pengelolaannya dilakukan oleh
perusahaan negara Indonesia PT Timah Persero Tbk. Puncak dari masa transisi itu
adalah tahun 1960 dengan dibuatnya Undang-undang Nomor 19 dimana telah
ditetapkan oleh Badan Pimpinan Perusahaan Tambang Timah dan Perusahaan
Negara dengan 3 unit-unit produksinya yang berada di Bangka PN Tambang Timah
Bangka, Belitung PN Tambang Timah Belitung, dan Singkep PN Tambang Timah
Singkep.Tahun1976 status perusahaan telah berubah menjadi PT Tambang Timah
Persero Tbk, yang merupakan status perusahaan resmi dimana pemerintah
Indonesia sebagai satu-satunya pemegang saham. Perjalanan panjang PT Timah
Persero Tbk untuk terus berbenah dan menyehatkan kondisi perusahaan terus-
menerus diupayakan secara maksimal.
Melewati masa-masa sulit saat restrukturisasi digulirkan tahun 1992 telah
berhasil meninggkatkan kualitas perusahaan . PT Timah Persero Tbk berhasil
menjadi perusahaan yang sehat kembali dan pada tahun 1995 mampu melakukan
go public dengan mencatatkan penjualan sahamnya di bursa dalam negeri. Pada
tahun 1998 PT Tambang Timah Persero Tbk merubah anggaran dasar perseroan
dan merubah menjadi PT Timah Tbk dan juga melakukan diversifikasi usah dengan
membentuk anak anak perusahaan, diantaranya adalah:
1. PT Tambang Timah (Persero) Tbk, bergerak dibidang pertambangan timah
dan mineral ikutan lainnya, serta bidang jasa dan perdagangan.
2. PT Timah industri (Persero), bergerak dalam bidang usaha perdagangan.
perekayasaan, keteknikan industri, dan jasa.
6

3. PT Timah Eksplomin (Persero), bergerak dalam menyediakan jasa dibidang


penyeledikan tambang, eksplorasi, analisis laboratorium contoh mineral
bahan galian, pembuatan studi kelayakan, penyelidikan geologi teknik, dan
penyelidikan geohidrologi.
4. PT Timah Investasi Mineral (Persero), bergerak dalam bidang jasa investasi
dan konsultasi usaha pertambangan
5. PT Dok dan Perkapalan Air KantungPersero, menyediakan jasa
perbengkelan, galangan kapal, serta jasa pelayanan kapal penumpang untuk
karyawan timah.
6. Indo mental London Ltd, bergerak sebagai agen penjualan timah Indonesia
untuk kawasan Eropa dan Amerika Serikat.
Pada tahun 2003, Kerjasama Operasi (KSO) antara PT Timah dan PT Sarana
Karya (SAKA) dalam pengolahan Aspal di pulau Buton. Anak perusahaan PT
Timah Tbk, PT Timah industri mendivestasikan 275.000 sahamnya di Plimsoll
Corporation, Pte, Ltd, Singapore kepada Sky Alliance Global Holding, Ltd pada
tahun 2006. Pada tahun tersebut juga, terjadi penghentian pencatatan (listening
cacellation) atas Global Depositary Receipt (GDR) di London Stock Exchange
(LSE) dan sejak itu saham perseroan hanya tercatat di Bursa Efek di Indonesia.
Pada tahun 2009, tepatnya 17 Januari 2009, Peletakan batu pertama pembangunan
pabrik Tin Chemical sebagai salah satu usaha Perseroan dalam pembangunan
produk hilir. Hingga pada tahun 2012, terbentuknya INATIN dimana PT Timah
Tbk dan anak perusahaan menjadi anggotanya.
Tambang Open pit Pemali merupakan satu-satunya tambang primer di Pulau
Bangka sesudah PD-II. Sebelumnya terdapat tambang Sambunggiri dan Merawang.
Sebagaimana umumnya penemuan cadangan primer, maka tambang Pemali pada
awalnya adalah tambang kolong yang bekerja di sungai limpur yang berhulu di
Bukit Pemali (± 48 m). Mengingat cebakan timah primer didapatkan dalam kondisi
lapuk, maka tambang ini dibuka dengan sistem open pit. (Sujitno, 2007).
2.1.3 Keadaan Geologi Dan Tektonik Regional
Secara fisiografi Pulau Bangka merupakan pulau terbesar pada Paparan
Sunda (Sunda-Shelf) dan merupakan Sunda Peneplain (Van Bemmellen, 1970).
7

Bila ditinjau dari sudut geologi penyebaran bijih timah di Indonesia masih
merupakan kelanjutan dari Granit Belt yang berumur Yura–Kapur yang
membentang mulai dari Burma, Muangthai, Malaysia, Kepulauan Riau (Pulau
Singkep, Pulau Karimun dan Pulau Kundur), Pulau Bangka dan Pulau Belitung
hingga Pulau Karimata. Granite Belt sendiri merupakan deretan formasi batuan
granit kaya akan mineral kasiterit yang akan kemudian dikenal dengan sebutan The
Tin Belt.
Pulau-pulau dari The Tin Belt diinterpretasikan merupakan sisa bagian
resisten dari gunung yang muncul pada masa terbentuknya Sunda Shelf. Malaysia,
Kepulauan Riau, dan Bangka berada dalam kelompok elemen tektonik yang sama.
Evolusi tektonik di wilayah ini telah dimulai sejak Paleozoikum bawah dimana
berdasarkan teori tektonik lempeng bahwa daerah penunjaman (subduction zone)
berada di bagian timur Malaysia dan pada Mesozoikum bawah-tengah
menghasilkan busur gunung api dalam bentuk deretan pulau Kundur, Pulau
Singkep, Pulau Bangka, Pulau Belitung dan sebagainya dari Kalimantan Barat.
Pulau Bangka merupakan daerah dengan erosi tingkat lanjut, hal ini dicirikan
dengan keadaan yang umumnya relatif datar dan adanya bukit-bukit sisa erosi.
Bukit-bukit sisa erosi tersebut tersusun atas batuan beku granit yang umumnya
menempati bagian tepi Pulau Bangka.
a. Dibagian utara : Granit Klabat, yang berorientasi ke arah barat dan timur
melewati Teluk Klabat. Granit yang ada disekitarnya terdiri atas Granit
Pelangas, Granit Menumbing, Granit Mangkol.
b. Di bagian Selatan : Tersusun atas pluton yang lebih kecil yaitu Pluton, Koba,
Pluton Bebuluh, Pluton Permis, dan Granit Toboali, serta pluton yang lain
yang terletak diantaranya.
Daerah dataran menempati +80% luas seluruh daerah. Daerah inilah
merupakan tempat endapan alluvial yang mengandung konsentrasi bijih timah.
Umumnya sungai-sungai yang ada mengalir di atas endapan-endapan muda
(Plistosen/Pliosen) kecuali pada hulu-hulu sungai atau dekat pada daerah
perbukitan.
8

Menurut Katili (1967), batuan-batuan yang dijumpai di Pulau Bangka terdiri


atas batuan pra-Tersier diantaranya, batupasir, batulempung, lapisan-lapisan pasir,
lempung mengandung sisa tanaman, campuran antara lempung-pasir-lanau.
Kemudian granit dan batuan metamorf seperti sekis.
Berikut formasi yang merupakan penyusun Stratigrafi daerah Pulau Bangka
menurut Osberger (1965) dari tua ke muda:
a. Kelompok Pemali (CpP)
Terdiri dari skiss, philit, batu lempung, rijang, tuff, gneiss, sisipan kuarsit dan
lensa batugamping. Batuan tersebut berstruktur sedimen masif, dengan kandungan
fosil berupa Fusulinidae dan Radiolaria. Batuannya terlipat kuat, terkekarkan dan
terpatahkan. Kompleks yang berumur Perm ini secara umum diterobos oleh Granit
Klabat.
b. Formasi Tanjung Genting (Trt)
Berupa persilangan batupasir termetamorfkan dan batupasir lempungan
dengan lensa batugamping. Batuan berumur Trias tersebut berstruktur sedimen
silang siur dan mengandung fosil Montilvaltia moluccana, Perodinella sp.,
Entrochus sp. dan Encrinus sp. Formasi ini terlipat kuat, terkekarkan, terpatahkan,
dan berada tidak selaras di atas Kelompok Pemali serta diterobos pula oleh Granit
Klabat.
c. Satuan Granit Klabat (TrJkg)
Terdiri dari granit, granodiorit, diorit dan diorit kuarsa. Granit berumur Trias
Akhir - Yura Awal ini menerobos Kelompok Pemali dan Formasi Tanjung genting
di atasnya. Terkadang dijumpai singkapan granit yang telah lapuk. Terdapat pula
granit segar yang tersingkap sebagai tonjolan blok-blok (boulder) granit yang
tersebar di pantai.
d. Formasi Ranggam (TQr)
Terdiri dari perselingan batupasir, batulempung, dengan sisipan lapisan tipis
batulanau dan organic matter. Batuan tersebut memiliki struktur sedimen
perlapisan dan silang siur serta mengandung fosil Molusca berupa Turitellaterbra
sp., Olivia tricement mzrt., cypraea sonderavamart dan fosil Foraminifera Bentos
berupa Celathus creticulatus, Ammonia sp., Celcarina sp. dan Triculina sp. serta
9

geraham gigi gajah berumur Pleistosen. Formasi berumur Miosen Akhir ini berada
tidak selaras di atas Granit Klabat.
e. Alluvium (Qa)
Berupa endapan rawa dan endapan sungai yang terdiri dari material lepas dan
tersebar mengikuti aliran sungai di sepanjang lembah maupun pantai. Satuan yang
berumur Quarter ini berada tidak selaras di atas Formasi Ranggam.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Pengolahan Bahan Galian
Menurut Tobing (2002), pengolahan bahan galian adalah istilah umum yang
biasa dipergunakan untuk mengolah semua jenis bahan galian hasil tambang yang
berupa mineral, batuan, bijih atau bahan galian lainnya yang ditambang/diambil
dari endapan–endapan alam pada kulit bumi, untuk dipisahkan menjadi produk–
produk berupa satu macam atau lebih bagian mineral yang dikehendaki dan bagian
yang lain yang tidak dikehendaki, yang terdapatnya bersama–sama di alam. Mineral
yang dikehendaki biasanya disebut juga mineral berharga karena nilai
ekonomisnya, sedangkan mineral yang tidak dikehendaki disebut mineral buangan.
Pengelolahan bahan galian yang dapat juga disebut sebagai mineral processing
technology dan dapat dibagi dalam 3 macam, yaitu:
a. Mineral Dressing, yaitu proses pengolahan bahan galian/mineral untuk
memisahkan mineral berharga dari mineral pengotornya yang tak berharga
dengan memanfaatkan sifat fisik dari mineral–mineral tersebut, tanpa
mengubah identitas kimia dan fisiknya.
b. Extractive Metallurgy, juga merupakan proses pengolahan bahan galian/
mineral dimana dalam prosesnya memanfaatkan reaksi kimia untuk
memisahkan mineral berharga berupa logam dari mineral tak berharga,
sehingga terjadi perubahan dalam sifat – sifat fisik dan kimia dari mineral –
mineral tersebut.
c. Fuel Technology, yaitu proses pengolahan bahan galian/mineral organik
dengan memanfaatkan reaksi kimia untuk memisahkan fraksi–fraksinya,
10

sehingga terjadi perubahan dalam sifat–sifat fisik dan kimia dari mineral–
mineral tersebut.
Pada umumnya mineral tersebut terbentuknya di alam secara bersamaan
dengan batuan induknya, sehingga mineral berharga dan mineral tidak berharga
sebagai pengotor terdapat bersama–sama. Keberadaan mineral yang terdapat di
alam yang selalu bersama/berasosiasi dengan mineral lain, membuat mineral–
mineral tersebut tidak dapat langsung dipakai dalam industri. Untuk itu diperlukan
suatu proses untuk memisahkan mineral yang diinginkan dari mineral lainnya agar
kualitas mineral tersebut dapat memenuhi persyaratan sebagai bahan baku untuk
industri atau sebagai bahan baku untuk proses ekstrasi logam selanjutnya.
Menurut Tobing (2002), proses pengolahan bahan galian tediri dari beberapa
langkah operasi, yaitu:
1. Comminution
Merupakan proses pengecilan ukuran, dilakukan dengan cara memecah
bongkah batuan besar yang dperoleh dari tambang menjadi butiran–butiran yang
lebih kecil sehingga terjadi pelepasan (liberasi) dari mineral–mineral yang berbeda
atau yang diperoleh ukuran butiran yang digunakan. Hal ini dapat dilakukan dengan
crushing atau grinding. Grinding digunakan untuk proses basah dan kering,
sedangkan crushing digunakan untuk proses kering saja.
2. Sizing
Merupakan proses pemisahan butiran mineral–mineral menjadi bagian–
bagian (fraksi) yang berbeda dalam ukurannya, sehingga setiap fraksi terdiri dari
buturan–butiran yang hampir sama ukurannya. Dalam pengelompokan mineral ini
dapat dilakuakn dengan cara :
a. Screening ialah pemisahan besar butir mineral berdasarkan lubang ayakan,
sehingga hasilnya seragam.
b. Classifying ialah pemisahan butir mineral yang berdasarkan kecepatan jatuh
material dalam suatu media (air atau udara), sehingga hasilnya tidak seragam.
Proses ini mengahasilkan Over Flow dan Under Flow.
11

3. Concentration
Merupakan proses untuk memisahakan butiran–butiran mineral berharga dari
mineral pengotornya yang kurang berharga, yang terdapat bersama–sama. Proses
ini dilakukan untuk peningkatan kadar sehingga bisa menguntungkan. Produk dari
proses konsentrasi ada 3 (tiga), yaitu :
- Konsentrat (concentrate) yang terdiri dari kumpulan mineral berharga dengan
kadar tinggi.
- Amang (middling) yaitu konsentrat yang masih kotor.
- Ampas (tailing) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang harus
dibuang.
Pemisahan ada beberapa cara yang mendasar atas sifat fisik mineral,
diantaranya adalah:
a. Warna, kilap dan bentuk kristal
Warna, kilap dan bentuk kristal adalah konsentrasi yang dilakukan dengan
tangan biasa (hand picking).
b. Specific gravity (gravity concentration)
Specific gravity (gravity concentration) adalah konsentrasi berdasarkan berat
jenisnya. Dalam hal ini gravity concentration ada tiga macam, yaitu :
- Flowing Film Concentration
Flowing Film Concentration adalah proses konsentrasi berdasarkan berat
jenisnya melalui aliran fluida mendatar (horizontal) yang tipis.
- Jigging
Jigging merupakan proses konsentrasi bijih/mineral yang memanfaatkan
berat jenisnya dalam suatu cairan berdasarkan kemampuan butiran-butiran mineral
tertentu untuk menembus lapisan-lapisan campuran mineral, sehingga butiran-
butiran mineral tersebut mengatur diri dan mengambil kedudukan (berstratifikasi)
dalam beberapa lapisan sesuai dengan berat jenisnya dan dilarutkan dengan
pemisahan antara mineral yang diinginkan dengan mineral pengotornya sehingga
didapatkan konsentrat. Pada proses pemisahan partikel mineral dalam proses
jigging, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi, yaitu:
12

1. Differential acceleration, adalah partikel berat atau spesific gravity tinggi


akan mempunyai kecepatan jatuh lebih besar, maka partikel berat akan lebih
cepat mengendap daripada partikel ringan.
2. Hindered settling, adalah formasi jatuh atau pengendapan dari material
dengan spesific gravity yang besar dengan ukuran yang kecil akan sama
dengan spesific gravity yang kecil dengan ukuran yang besar.
3. Interstitial trickling, adalah suatu proses dimana partikel halus menerobos
melalui bed (partikel dengan ukuran diantara partikel berat dengan partikel
ringan) pada waktu akhir pulsion.

Gambar 2.1 Differential acceleration, Hindered settling, Interstitial trickling


(Sumber : Anonim, 2017)

Berdasarkan 3 faktor diatas, maka terjadi proses pemisahan mineral


berdasarkan berat jenis. Partikel atau mineral yang memiliki spesific gravity yang
besar dengan ukuran yang kecil ataupun spesific gravity yang kecil dengan ukuran
yang besar yang melalui celah-celah bed dan masuk ke dalam saringan akan
dianggap sebagai konsentrat. Sedangkan yang mengalir di permukaan bed akan
dianggap sebagai tailing.
13

- Heavy Media Separation dan Heavy Liquid Separation


Heavy Media Separation dan Heavy Liquid Separation adalah pemisahan
berdasarkan atas cairan media yang berat dan umumnya tidak bereaksi langsung
dengan material yang akan dipisahkan.
c. Magnetic Susceptibility
Magnetic Susceptibility adalah proses konsentrasi berdasarkan perbedaan
sifat kemagnetan. Setiap mineral akan mempunyai sifat kemagnetan yang berbeda
yakni ada yang kuat, lemah dan ada yang tidak sama sekali tertarik oleh magnet.
d. Conductivity.
Mineral itu ada yang bersifat konduktor dan tidak konduktor. Untuk
memisahkan mineral jenis ini diperlukan alat yang disebut High Tension Separator
dan hasil yang didapat adalah mineral yang konduktor dan tidak konduktor.
e. Sifat permukaan mineral.
Permukaan mineral itu ada yang bersifat senang dan tidak senang terhadap
gelembung udara. Mineral yang senang terhadap udara akan menempel pada
gelembung udara sedangkan mineral yang senang terhadap air tidak akan
menempel pada gelembung udara.
4. Dewatering
Merupakan proses pemisahan antara cairan dengan padatan. Proses ini tidak
dapat dilakukan sekaligus, tetapi harus secara bertahap, yaitu dengan jalan :
a. Thickening
Thickening adalah proses pemisahan antara padatan dengan cairan yang
mendasar atas kecepatan mengendap partikel atau mineral tersebut dalam suatu
pulp sehingga solid factor yang dicapai sama dengan satu (% solid = 50 %).
b. Filtration
Filtration adalah proses pemisahan antara padatan dengan cairan dengan
jalan menyaring (dengan filter) sehingga didapatkan solid factor sama dengan
empat (% solid = 80 %).
c. Drying
Drying adalah proses penghilangan air dari padatan dengan jalan pemanasan,
sehingga padatan itu betul–betul bebas dari cairan atau kering (% solid = 100%).
14

2.2.2 Jig
Menurut Mular dan Bhappu (1980), jig merupakan alat yang berperan sangat
penting dalam peningkatan kadar bijih timah. Jig adalah suatu alat pemisah bijih
timah berdasarkan perbedaan berat jenis dari bijih timah dan mineral-mineral
ikutan lainnya.
Jig yang digunakan pada TB 1.42 Pemali adalah tipe Pan American Jig yang
digunakan dalam proses pemisahan mineral dengan berdasarkan pada perbedaan
berat jenis . proses jigging memanfaatkan aliran fluida vertikal dengan gaya tekanan
(pulsion) dan gaya hisapan (suction) sehingga terjadinya stratifikasi atau perlapisan
pada partikel yang akan dipisahkan berdasarkan berat jenisnya dengan pemisah
yang diletakan diatas saringan tetap disebut bed berupa batu hematit dengan berat
jenis 5,26 gram/cm3 yang lebih kecil dari berat jenis bijih timah, yaitu 7,3 gram/cm3
namun lebih besar dari berat jenis mineral pengotor yang terdapat pada proses
pencucian bijih timah.
Ada dua gaya yang bekerja pada Pan American Jig, yaitu gaya tekanan
(pulsion) dan gaya hisapan (suction).
1. Tekanan (pulsion)
Tekanan (pulsion) atau desakan adalah kejadian dimana air menembus atau
bergerak ke atas melalui saringan jig, mengangkat bahan–bahan atau butiran yang
berada di atas saringan. Pada saat terjadi tekanan, butiran yang ringan akan
terangkat lebih tinggi, dalam hal ini bed akan terbuka karena ada gerakan. Dengan
demikian bijih yang berat seperti bijih timah akan masuk di selah pori–pori bed dan
melalui saringan.
15

Gambar 2.2 Proses pultion (Sumber : Alfonsus, 2012)


2. Hisapan (suction)
Hisapan (suction) merupakan suatu kejadian dimana air menembus ke bawah
melalui saringan membawa material yang dapat melewati saringan ke dasar jig.
Dimana pada saat hisapan, batuan bed akan kembali merapat sehingga material
yang memiliki massa jenis lebih ringan dibandingkan bed akan mengalir
dipermukaan jig menuju tempat tailing.

Gambar 2.3 Proses suction (Sumber : Alfonsus, 2012)


Material yang tercampur dengan air mengalir di atas jig, akibat terjadinya
tekanan dan hisapan yang berulang–ulang sehingga di atas jig berbentuk susunan
lapisan–lapisan mineral dimana butiran–butiran dengan berat jenis yang lebih besar
akan lebih cepat mengendap dan melewati saringan untuk kemudian diambil
16

sebagai konsentrat. Dengan adanya aliran air di atas permukaan jig, butiran yang
lebih ringan akan terbawa dan terbuang sebagai tailing.

Dalam proses jigging kemungkinan dapat terjadi beberapa keadaan antara


lain sebagai berikut :

a. Tekanan dengan banyak hisapan


Dalam keadaan ini akan lebih banyak terjadi hisapan, dimana bed jig seolah–
olah menjadi padat. Keadaan ini kurang baik dan harus dihindarkan karena bijih–
bijih timah akan membentuk lapisan yang padat dimana hal ini akan mengurangi
kemungkinan penerobosan bijih timah yang akan turun. Hal ini terjadi terutama
apabila kekurangan air tambahan (under water) dan dapat diatasi dengan
memperbesar panjang dorongan atau menggerakkan hematit.
b. Tekanan dengan sedikit hisapan
Hisapan pada proses ini tidak terlalu kuat untuk menjadikan kompaknya batu
bed, hal seperti ini adalah baik. Batu bed dan lapisan bijih tetap lepas dan bergerak
pada keadaan bahan masuk cukup, maka bila kita memasukkan tangan ke dalam
akan terasa turunnya bahan – bahan tersebut dari tangan kita.
c. Tekanan dengan tidak ada hisapan
Dalam keadaan seperti ini tidak baik dan tidak diinginkan karena banyak
kesalahan, bila bocor atau sobek tekanan masih akan terasa karena air tambahan.
Tetapi disini hisapan tidak akan terjadi karena air akan mengalir melewati bagian
yang bocor. Keadaan seperti ini tidak baik dan harus dihindarkan dengan mengganti
membran.
Berikut komponen-komponen pada Pan American Jig :
1. Kompartemen
Kompartemen pada jig merupakan tempat dimana bijih timah akan
dipisahkan dari material pengotornya dan dialirkan ke tahap selanjutnya. Ukuran
kompartemen pada jig primer dan jig sekunder adalah sama, namun pada jig Primer
terdapat 4 kompartemen pada satu jalur dan jig sekunder terdapat 3 kompartemen
pada satu jalur. Total kompartemen pada pada jig primer yang memiliki 12 jalur
adalah 48 kompartemen dan jig sekunder yang memiliki 4 jalur adalah 12
17

kompartemen.setiap kompasrtemen memiliki ukuran 125 cm x 107 cm x 10 cm (P


x L x T).

kompartemen
nn

Gambar 2.4 Kompartemen


2. Kisi-Kisi (Rooster)
Rooster adalah alat yang berguna untuk menjepit saringan jig dan menahan
bed agar tetap di tempat. Rooster dibuat berpetak-petak supaya bed tersebar merata
diseluruh permukaan jig sesuai kompartemennya. Dalam 1 kompartemen, terdapat
4 kisi-kisi yang memiliki jarak yang sama antar kisi-kisi.
Rooster

Gambar 2.5 Rooster


18

3. Saringan
Saringan gunanya untuk menahan bed jangan sampai turun kebawah dan
melewatkan atau meloloskan bijih timah. Ukuran lubangnya harus lebih kecil dari
hematite dan lebih besar dari bijih timah dengan ukuran 1 cm x 0,5 cm.

Gambar 2.6 Saringan


4. Membran
Membran merupakan alat yang berfungsi memberikan gaya hisapan (suction)
dan tekanan (pulsion) dengan menutup rapat antara tangki dan torak yang digerakan
oleh motor penggerak. Membran berbahan dasar karet agar dapat bergerak dengan
elastis untuk dapat menciptakan gaya tekanan dan gaya hisapan pada jig.

Gambar 2.7 Membran pada jig


19

5. Spigot
Spigot memiliki fungsi sebagai tempat keluarnya material hasil dari
kompartemen pada jig yang memiliki diameter lubang sebesar 2,8 cm. Jika terjadi
kebuntuan, maka aka menyebabkan lolosnya bijih timah dan lepasnya membran.

Gambar 2.8 Spigot pada jig


6. Pipa Air Tambahan
Pipa ini berfungsi mendistribusikan air dari Afsluiter Under Water ke dalam
jig untuk membantu proses penyaringan material timah dari material pengotornya.

Gambar 2.9 Pipa air tambahan


7. Eksentrik
Alat ini berfungsi untuk mengkonversikan gerakan memutar yang dihasilkan
motor penggerak menjadi gerakan naik turun pada jig yang menyebabkan
terjadinya gaya dorong (pulsion) dan hisapan (suction).
20

Gambar 2.10 Eksentrik


8. Motor Listrik Penggerak Jig
Motor listrik digunakan sebagai penggerak di pencucian, salah satunya untuk
menggerakan eksentrik yang berfungsi merubah gerakan berputar yang ditimbulkan
oleh gear box menjadi gerakan turun naik. Motor listrik ini menggerakan eksentrik
untuk menghasilkan suction dan pulsion.

Gambar 2.11 Motor listrik penggerak jig

Anda mungkin juga menyukai