KELOMPOK 1
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Timah merupakan salah satu bahan galian yang dimiliki tanah air indonesia
yang tidak dapat diperbaharui keberadaannya. Pertambangan timah Indonesia hingga
saat ini merupakan produsen timah nomor dua di dunia setelah Cina dan
menghasilkan salah satu produk komoditi ekspor terbesar di dunia. Belakangan
ini harga timah di pasaran dunia cenderung naik, sehingga menjadikan timah
merupakan barang jenis logam yang dicari keberadaannya, Sehingga negara-negara
penghasil timah berusaha untuk menyediakan stok di pasaran dunia sesuai dengan
kebutuhannya.
Di indonesia sendiri pertambangan timah hanya tersisa di Pulau Bangka dan
Pulau Belitung serta di daerah sekitar Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat.
Sedangkan perusahaan milik Negara yang melakukan penambangan timah adalah PT.
Timah (Persero).
Industri pertambangan timah mempunyai tahapan kegiatan yang tidak
sederhana, mulai dari kegiatan pra-penambangan, kegiatan penambangan dan
kegiatan pasca penambangan. Dalam perkembangan terakhir, PT. Tambang Timah
Unit Kundur telah menitik beratkan operasi penambangan pada cadangan timah
alluvial yang berada di laut dengan mengoperasikan Kapal Keruk dan Kapal Isap
Produksi.
Kapal Isap Produksi dapat dikatakan seperti pabrik terapung karena selain alat
penggalian umumnya dilengkapi dengan mesin-mesin unit pencucian. Dengan
memperhatikan besarnya peranan Kapal Isap Produksi di sektor industri
pertambangan timah dewasa ini, maka perencanaan kerja dan evaluasi pada Kapal
Isap Produksi perlu dilaksanakan dengan baik dan terukur.
Hasil Produksi bijih timah yang dihasilkan oleh Kapal Isap Produksi Timah II
di instalasi pencucian akan menghasilkan bijih timah dengan kadar Sn 60 % sampai
70 % yang kemudian akan di proses lebih lanjut lagi di Pusat Pengolahan Bijih Timah
(PPBT) untuk ditingkatkan kadarnya hingga mencapai > 72% Sn sebagai syarat
utama peleburan.
b. Suhu udara rata-rata bulanan pulau Kundur 27oC. Tertinggi pada bulan Juli sebesar
33oC, dan terendah pada bulan Januari temperatur udara rata-rata bulanan mencapai
23,20oC. Pengukuran di daerah pantai menunjukkn suhu udara berkisar antara 28,5 –
31,4o.
c. Kelembapan udara nisbi di atmosfer sekitar P.Karimun-Kundur pada umunya
tinggi sepanjang tahun atau rata-rata bulanan sekitar 86%. Kelembapan relatif
terendah pada bulan Mei dan Juli 2010 yaitu 59% sedangkan kelembaan relatif
tertinggi dicapai 99% (Tabel II.3). tekanan udara rata-rata pada sepanjang tahun
2010 adalah 1010,4 mb, terendah sebesar 1006,5 mb pada bulan Mei dan bergerak
mencapai tekanan tinggi 1013,4 mb di awal 2010.
d. Arah dan kecepatan pergerakan mata angin relatif setimbang selatan dan utara, pada
bulan Juni – Oktober angin bertiup dari selatan dengan kecepatan 3 – 6 knot (1,5 –
2,5 m/det) kemudian periode bulan Januari – April angin bergerak dari arah utara
dengan kecepatan 3 – 5 knot. Kecepatan maksimum terjadi pada bulan Oktober –
November mencapai 20 knot (Tabel II.2)
TABEL II.2
KELEMBAPAN UDARA, ARAH DAN KECEPATAN ANGIN BULANAN
RATA-RATA
Kelembapan udara (%) Arah dan kecepatan angin
humidity (knot)
Rata- Rata-
Bulan
rata Maximu Minimu rata Maximu minimu
haria m m haria m m
n n
Januari 82 98 63 5 18 Utara
Febuary 82 100 62 5 11 Timur
Maret 87 100 67 3 8 Utara
April 85 100 66 5 10 Utara
Mei 89 98 59 5 10 Timur
Juni 87 98 64 6 9 Selatan
July 88 100 59 5 18 Selatan
Agustus 87 98 67 6 17 Selatan
Septembe 87 100 62 3 20 Selatan
r
Oktober 88 100 69 3 20 Selatan
November 88 100 65 4 7 Barat
Desember 86 100 66 5 9 Barat
Rata-rata
86 99 64 5 13
2010
Rata-rata Timur
86 99 63 4 20
2009 laut
Rata-rata
86 97 62 6 15 Selatan
2008
Rata-rata
85 97 61 4 20 Selatan
2007
Rata-rata
84 98 60 3 15
2006
Sumber BMG Kepri 2010
2.4. Fisiografi dan Morfologi
Secara regional Pulau Karimun-Kundur dan pulau sekitarnya dimasukkan
kedalam fisiografi pulau-pulau lepas pantai (offshore island). Kondisi geologi
gugusan pulau-pulau ini berbeda dengan daratan bagian timur laut pulau Sumatra
yang dimasukkan dalam fisiografi daratan pantai (coastal pain). Karakteristik pulau-
pulau lepas pantai adanya perbukitan yang biasanya terbentuk dari batuan dasar
(granit) baik batuan beku maupun batuan metasedimen dari kerak benua paparan
sunda yang berumur pra tersier. Sedangkan daratan pantai umumnya berupa dataran
rendah berawa dan ditempati oleh batuan sedimen yang mengisi cekungan sumatra
tengah yang berumur tersier dan lebih mudah selain itu gugusan pulau-pulau ini
merupakan jalur timah asia tenggara (The south east asia tin belt) yang membentang
dari Cina-Thailand-Myanmar-Malaysia-P.Karimun-Kundur hingga berakhir di
Bangka-Belitung dan Kalimantan. Keberadaan granit yang menempati gugus pulau-
pulau ini menjadi menarik karena mengandung mineral ogam, non logam dan
mineral jarang yang memiliki nilai ekonomis.
Morfologi, topografi kundur relatif lebih rendah dengan kelerengan sedang
hingga landai-datar dengan ketinggian kurang dari 125 m dpl. Dengan kekerasan
batuan granit lebih lembek dibanding P.karimun. keadaan sungai umunya pendek,
beberapa bersifat musiman dan relatif berpola dendrik, yakni mengikuti lembah-
lembah perbukitan. Perairan diwilayah kundur merupakan perairan selat yang berada
di antara pulau-pulau dan berada didepan muara sungan kampar, sehingga kondisi
perairan wilayah tersebut dipengaruhi oleh sistem estuari muara sungai. Secara umum
kedalaman dasar laut perairan kundur kurang dari 25 meter dari muka laut.
2.5. Stratigrafi dan Struktur Geologi
Stratigrafi P.Karimun-Kundur dan pulau sekitar dengan urutan stratigrafi tua
ke muda sebagai berikut:
1. Formasi papan tersingkap di P.Kundur dan pulau sekitarnya, terdiri dari serpih, batu
pasir, konglomerat kuarsa kontak dengan granit, berumur karbon akhir – trias.
2. Formasi malam tersingkap di P.Karimun terdiri dari serpih, konglomerat, batu
gamping dan batu gunung api riodasitik, berumus trias awal.
3. Formasi duriangkang lebih tersingkap kearah P.Batam-Bintan, terdiri dari serpih
karbonat dan batu pasir, trias tengah
4. Granit Kundur terdiri dari granit biotit, muskovit, turmalin aplit, pegmatit dan
graisen timah dan tungsten. Berumur trias tengah.
5. Granit Karimun terdiri dari granit biotit, muskovit, turmalin aplit, pegmatit dan
graisen timah dan tungsten. Berumur trias tengah.
6. Granit tak terbedakan, tidak diketahui apakah masuk granit karimun, atau kundur
7. Endapan permukaan tua (aluvial tua) terdiri dari lempung lanau, kerikil lempungan,
sisa tumbuhan dan pasir granit, berumur plistosen akhir
8. Endapan permukaan muda (aluvial muda ) terdiri dari lempung, lanau, kerikil, sisa
tumbuhan, rawa gambut dan terumbu koral berumur holosen.
Sedimen permukaan dasar laut yang berada di wilayah studi termasuk dalam
aluvium muda. Pengelompokan sedimen permukaan dasar laut didasarkan pada
prosentase besar butir klasifikasi folk (1980) yang dapat dibedakan menjadi beberapa
satuan sedimen dengan fraksi kasar (kerikil-pasir) tersebar lebih kearah dekat pantai,
sedangkan kearah lepas pantai lebih didominasi oleh sedimen berfraksi halus
(lempung dan lumpur)
Berdasarkan batuan yang tersingkap menunjukkan struktur geologi berarah
barat laut-tenggara yang sama dengan arah struktur bentong suture di Malaysia.
Sejarah geologi diawali dengan dijumpainya batuan dasar metasedimen era peleozoik
kelompok tapanuli (Put) yang berumur karbon-perm. Kelompok ini tersingkap di
daratan pulau sumatara sedangkan didaerah karimun kundur terbentuk formasi papan
(Mpt). Pada waktu yan bersamaan terjadi pengangkatan kala permo-triass dengan
munculnya batuan magmatik granit yang berbentuk batholit.
Pada era mesozoikum didaerah P.Karimun-Kundur hanya dijumpai batuan
sedimen/metasedimen formasi malang dan duriangkang. Tidak banyak yang diketahui
pada proses yang terjadi di daerah karimun-kundur pada era kenozoik khusunya kala
tersier. Sedangkan didaerah daratan sumatra, pada kala tersier diendapkan formasi
pematang, sihapas, telisa, petani dan minas yang merupakan cekungan sumatra
tengah dan berpotensi migas. Pada kala kuarter 2 juta tahun lalu terendapkan aluvial
tua (Qp) dan hingga saat ini aluvial muda (Qh).
Pada proses endapan timah melalui beberapa fase penting yang sangat
menentukan keberadaan timah itu sendiri, fase tersebut adalah, pertama adalah fase
pneumatolitik, selanjutnya melalui fase kontak pneumatolitik-hidrotermal tinggi dan
fase terakhir adalah hipotermal sampai mesotermal.Fase yang terakhir ini merupakan
fase terpenting dalam penambangan karena mempunyai arti ekonomi, dimana larutan
yang mengandung timah dengan komponen utama silica (Si02) mengisi perangkap
pada jalur sesar, kekar dan bidang perlapisan.
2.6. Endapan Timah
Endapan timah di Indonesia terletak pada jalur timah terkaya di dunia, yang
membujur mulai dari Cina selatan, Birma, Muangthai, Malaysia dan berlanjut ke
Indonesia. Jalur di Indonesia mengarah dari utara ke selatan yaitu dari pulau
Karimun, P. Kundur, P. Singkep, P. Bangka, Bangkinang (Sumatera bagian
tengah)serta terdapat tanda-tanda di kepulauan Anambas, Natuna dan Karimata.
Sampai ini ada dua jenis utama timah yang berdasarkan proses terbentuknya yaitu
timah primer dan timah sekunder,kedua timah jenis tersebut dibedakan atas dasar
proses terbentuknya (genesa). Endapan timah primer pada umumnya terdapat pada
batuan granit daerah sentuhannya, sedangkan endapan timah sekunder kebanyakan
terdapat pada sungai-sungai tua dan dasar lembah baik yang terdapat di darat maupun
di laut.
Produksi delapan puluh persen dari endapan timah sekunder yang merupakan
hasil proses pelapukan endapan timah primer, sedangkan sisanya ada dua puluh
persen berasal dari endapan timah primer itu sendiri. Penyebaran cadangan timah
terdapat di Negara-negara yang berada di jalur mineralisasi, seperti Negara-negara
tersebut di atas. Di Indonesia bahan tambang timah merupakan komoditi andalan
untuk ekspor, selain minyak bumi dan batu bara, dan kemungkinan masih cukup
banyak endapan timah yang masih belum ditemukan.
Bentuk - Bentuk Pengendapan Timah
Batchelor. D, (1980), dan Worojati. D, (1994), menjelaskan bahwa bentuk-
bentuk pengendapan (depositional form) yang potensial terhadap konsentrasi endapan
timah dibagi kedalam 5 (lima) kelompok :
a. Pengendapan eluvial dan kolovial
Gejala pengendapan eluvial dan kolovial di lapangan dapat dikenali
dengan memperhatikan perubahan secara berangsur-angsur pada interval bawah
hingga ke atas tanpa dipisahkan oleh bidang erosi.
b. Kipas Aluvial (Aluvial fan)
Secara umum model kipas aluvial dibagi atas :
1) Bagian Proksimal (dekat dengan sumber), tersusun atas batupasir
kasar yang mempunyai struktur masif dan berlapis.
2) Bagian tengah kipas aluvial (mid fan) terusun atas batupasir kasar hingga
sedang.
3) Bagian ujung kipas aluvial (distal fan) tersusun atas batupasir berukuran
sedang hingga batulempung.
c. Brainded Stream
Merupakan pola pengaliran yang bancuh / simpang siur, yang
menghasilkan banyak point bar.
d. Meandering Stream
Merupakan pengendapan yang dibagi atas endapan dasar sungai dan
endapan point bar.
e. Endapan pantai
Fasies endapan pantai secara umum mempunyai nilai ekonomi terhadap kandungan
mineral bijih.
2. 7. Sifat Fisik dan Karakteristik Mineral Dalam Bijih Timah
b. Mineral ikutan berharga
Secara umum mineral berharga yang terbawa
oleh mineral kasiterit, dan mineral ikutan berharga yang diproses di Pusat Pencucian
Bijih Timah (PPBT) Unit Kundur antara lain:
1. Ilmenit (FeTiO3)
Umumnya ilmenit berwarna hitam besi atau hitam keabu-abuan, memiliki
berat jenis 4,5 – 5 dan bersifat konduktor dan sifat magnetik kuat. Biasa digunakan
sebagai rutil (TiO2) untuk industri keramik pigmen dan konsentrat titanium.
2. Zircon
Memiliki warna merah pucat atau orange dengan berat jenis 4,2 –
4,7. zircon bersifat non konduktor dan non magnetik digunakan sebagai
bahan zirkonia untuk industri keramik.
1. Cutter
Cutter adalah alat gali atau alat potong dan alat yang mampu memberai,
mengiris(menggali) lapisan tanah. Dibuat dari bahan besi baja yang keras sehingga
tidak mudah haus karna gesekan dengan tanah, didalam cutter terdiri dari 6 buah
pisau dan tiap pisau terdiri dari 8 kuku yang bertugas memotong lapisan tanah, cutter
ditempatkan pada ujung ladder.
2. Ladder.
Berfungsi untuk penempatan cutter,pompa tanah,pipa isap dan pipa
tekan.panjang ladder sangat menentukan untuk mencapai kedalaman gali,setiap KIP
mempunyai panjang ladder yang berbeda-beda.Kontruksi ladder terdiri dari besi siku
dan plat sebagai dinding.ujung ladder dipasang cutter dan pangkal ladder dipasang as
sebagai tumpuan bagi naik turunnya ladder. Pompa tanah diletakkan di ladder dengan
jarak 9-12 meter dari cutter.
Dalam proses penggalian, Ladder digerakan oleh kawat ladder untuk naik
turun ladder dalam proses penggalian. Kinerja ladder sangat ditentukan oleh keahlian
operator yang mengendalikan kawat Lader sesuai dengan kedalaman
pengalian. Kawat lader bisa saja putus bila ada arus dan longsoran. Panjang ladder
sangat menetukan untuk mencapai kedalaman gali, kedalaman gali maksimum
mencapai 35 m.Konstruksi ladder terdiri dari besi siku dan plat sebagai dinding.
Ujung ladder dipasang cutter dan pangkal ladder dipasang as sebag tumpuan naik
turunnya ladder.
3. Pipa Hisap
Pipa hisap adalah pipa yg berbentuk mulut bebek yg berfungi untuk
menghisap tanah yang telah di hancurkan oleh cutter akan tetapi yg memberikan daya
hisap adalah pompa tanah karena pipa hisap alat bantu pompa tanah.
4. Pompa Tanah
Pompa tanah berfungsi menghisap material hasil gali dari
cutter yang selanjutnya ditransportasi ke saring putar melalui pipa keong, pipa press
dan pipa spiral menuju ke saring putar. Pompa tanah di letakkan pada ladder dengan
jarak sekitar 9-12 meter dari cutter,untuk memindahkan campuran tanah dan air yang
sudah digali dengan cutter,melalui pipa isap dan pipa tekan dialirkan ke saringan
putar.
Kinerja cutter dan pompa tanah harus betul2 dikuasai oleh operator dalam
operasional penggalian KIP. Pompa tanah juga dapat menghisap tanah yang
terberai oleh cutter, dapat memperlemah dinding tanah sehingga mudah tuk dihisap.
5. GPS
Peralatan dalam proses penggalian dibantu oleh adanya GPS yang dapat
memonitor koordinat posisi kapal isap dengan ketelitian hingga 1 m setiap saat dan
juga kedalaman penggalian. Kapten menyimpan titik-titik lokasi yang pernah digali
sehingga kemungkinan akan tergalinya tanah yang sudah digali sangat kecil.
6. Mesin dorong/propeller
Mesin dorong berfunsi sebagai menggerakkan kapal untuk belayar,dalam
operasional penggalian berfungsi untuk memberi dorongan kapal kekiri dan
kekanan,agar bisa berputar 360o mendorong untuk menekan ujung cutter terhadap
tanah yang akan digali.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Pencucian
Pencucian merupakan proses akhir dari rangkaian kegiatan penambangan,
sehingga besar kecilnya perolehan sangat ditentukan oleh kegiatan pencucian,
Pencucian yang digunakan dengan pemisahan menggunakan media air laut.
4.2. Fungsi Pencucian
Fungsi pencucian dalam suatu kegiatan penambangan adalah untuk mencuci
atau mengolah atau memisahkan bahan galian dari mineral-mineral pengotor, untuk
mendapatkan mineral utama dan mineral-mineral ikutan berharga lainnya. Setelah
dilakukan pencucian bijih timah pada kapal isap produksi timah II kadar sn yang
didapatkan adalah ± 60-70 %.
4.3. Fungsi Peralatan Pencucian
Pencucian dapat berfungsi dengan baik apabila peralatan maupun prosesnya
berfungsi dengan baik pula. Apabila Posisi instalasi peralatan pencucian yang kurang
baik maka akan mengakibatkan kehilangan mineral timah dan mineral-mineral
berharga lainnya. Peralatan pencucian inilah sebagai media pembersih timah yang di
bantu oleh air. Alat pencucian merupakan media atau alat bantu dalam pencucian.
4.4.2. JIG
Jig adalah suatu alat pemisah bijih timah berdasarkan perbedaan berat
jenis ( BJ ) dari bijih timah dan mineral-mineral ikutan lainnya. Seperti halnya
sakan, jig juga menggunakan prinsip gravitasi. Butiran bijih timah akan turun secara
gravitasi akibat adanya gaya isap (suction)dan tekan (pushion) dari air yang berada
dalam kompartemen jig akibat gerakkan dari penggerak jig dengan sistem hidrolik.
Proses pencucian bijih timah di kapal isap dilakukan dengan menggunakan
alat Jig tipe Pan America, yaitu tipe jig diafragma dengan posisi membran berada di
bawah. Gerakan membran-nya dari atas ke bawah dengan gerakan tekanan isap.
Tiap kompartemen dapat diatur panjang dorongannya (stroke) masing-masing Pada
kapal isap produksi peralatan pencuciannya menggunakan jig tipe Pan America, yaitu
suatu tipe peralatan pencucian yang terjadi akibat adanya gaya tekan dan gaya isap
dengan bersumber dari media air yang didorong dari atas ke bawah peralatan jig.
Kapal isap produksi hanya menggunakan 2 tingkatan, yaitu jig primer dan jig clean
up. Jig primer menerima umpan / feed dari undersize grizzly dan saring
putar (revolving screen). Oversize jig primer berupa material kasar akan terbuang
sebagai tailing melalui bandar tailing sedangkan undersize berupa material halus
campuran bijih timah dan pasir kemudian diolah lebih lanjut melalui jig clean up.
4.4.2.1. Saringan (Rubber Screen)
Saringan gunanya untuk menahan jig bed (hematite) jangan sampai turun
ke bawah dan melewatkan atau meloloskan bijih timah. Pada umumnya saringan
dibuat dari bahan yang tahan terhadap korosi seperti pospor brons, baja tahan karat
dan karet. Ukuran lubangnya harus lebih kecil dari hematite dan lebih besar dari bijih
timah, biasanya dipakai dengan ukuran 4 x 10 mm untuk kompartemen A dan ukuran
3 x 10 mm untuk kompartemen BC, ukuran lubang 6-10. Saringan berukuran lebih
besar diletakan melintang terhadap arah aliran, dengan tujuan agar lubang saringan
tidak mudah buntu atau tersumbat.
4.4.2.2. Bed
Bed adalah lapisan material diatas saringan jig, yang terdiri dari
batu hematite yang berfungsi sebagai bahan perantara dalam memisahkan bijih timah
yang berat jenisnya lebih tinggi dengan bijih yang berat jenisnya lebih rendah.
Ukuran pada jig primer = 25 – 40 mm
Ukuran pada jig clean up = 8 – 10 mm
Contoh perhitungan kebutuhan batu hematite sebagai bed jig :
PA jig dengan opening area/cell = 1,25 m x 1,25 m
Luas area/cell = 1,25 m x 1,25 = 1,5625 m2
Tinggi rooster = 100 mm = 0,1 m
Volume = 1,5625 m2 x 0,1 m = 0,15625 m3
BJ pure = 2,3 ton/m3
Berat bed jig = 0,15625 m3 x 2,3 ton/m3 = 0,359 ton/cell
Jadi kebutuhan bed jig untuk 1 unit jig PA 2 x 3 cell
(2 x 3 cell/unit) x 0,359 ton/cell = 2,154 ton/unit dibulatkan menjadi 2,2 ton/unit.
4.4.2.3. Afsluiter Underwater
Berfungsi sebagai pengatur cross flow dan mengatur pemasukan air ke tiap
tangki jigdan menjaga keseimbangan air dalam jig, maka air perlu ditambahkan dan
dimasukkan ke dalam jig dari sebelah bagian bawah
saringan (Hutch), disebut underwater atau hutchwater. Selain itu fungsi yang
terpenting adalah untuk mengontrol pemisahan konsentrat dan tailing,
sehingga tailing yang sudah masuk ke dalam jig bed dapat didorong kembali ke atas
dan keluar sebagai tailing.
4.4.2.4. Kisi – Kisi (Rooster)
Kisi-kisi (rooster) adalah alat yang berguna untuk menjepit saringan jig dan
menahan bedagar tetap di tempat. Kisi-kisi dibuat berpetak-petak supaya bed tersebar
merata di seluruh permukaan jig sesuai kompartemen. Bahan kisi-kisi terbuat dari
kayu (papan) dan dari plat (besi) yang di lapisi oleh karet.
4.4.2.5. Alat Penggerak
Untuk membuat gerakan isapan dan tekanan secara terus
menerus (continuitas). Alat yang digunakan sebagai penggerak
adalah menggunakan pompa hidrolik yang dihubungkan dengan satu
sumbu eksentrik yang dibagi untuk 3 kompartemen ABC dengan panjang stang yang
sama secara mekanis. Stang balance diafragma merupakan salah satu alat penggerak
untuk proses pencucian, yang dipergunakan pada jig type Pan America. Stang
balancediafragma ini berfungsi untuk merubah gerakan berputar yang ditimbulkan
oleh pompa hidrolikmenjadi gerakan atas bawah. Alat ini fungsinya untuk
menimbulkan isapan (Suction) dan tekanan (Pushion) pada permukaan bed
jig. Gerakan atas bawahnya dapat disetel (diubah-ubah) disesuaikan dengan
kebutuhan.
4.4.2.6. M e m b r a n
Gunanya adalah untuk memberikan gaya isapan (Suction) dan
dorongan (Pushion)dengan menutup rapat antara tangki dan torak yang digerakan
oleh motor penggerak. Membranini harus diklem dengan kuat, sehingga tidak terjadi
kebocoran atau lepas dan tidak boleh di cat karena akan mengakibatkan mudah retak
dan pecah.
4.4.2.7. Pushion
Torak mendorong air di mana ada pengendapan atau bed sehingga
terjadi pushion atau dorongan, sehingga partikel di atas saringan bergerak
mengembang dan bed akan terbuka. Ukuran saringan lebih kecil dari ukuran bed,
tetapi lebih besar dari ukuran partikel yang disaring sehingga material yang
mempunyai berat jenis besar akan disaring dan terpisah dengan berat jenis kecil.
4.4.2.8 Suction
Apabila terjadi suction, maka di dalam hutch terjadi penyedotan
terhadap partikel-partikeldi dalam atau diatas saringan, bila penyedotan ini besar
maka material akan ikut tertarik. Untuk memperkecil penyedotan ini diberikan air
tambahan ( underwater ) agar air dalam hutch tenang, sehingga terjadi pemisahan.
Pada waktu Pushion, bed akan terangkat dan merenggang, maka material berat akan
menerobos masuk melalui sela - sela bed, yang biasanya
berupa hematitedan material dengan berat jenis besar akan masuk
kedalam hutch sebagai produk, dan pada waktu suction, bed akan menutup
dan material ringan terus mengikuti aliran air bagian atas sebagai tailing.
4.4.2.9. S p i g o t
Spigot merupakan alat untuk mengeluarkan konsentrat yang keluar
melewati saringan dan untuk mengatur jumlah air di dalam tangki jig. Bentuk
dari Spigot ialah kerucut yang berbahan dari karet.
4.4.2.10. Spesifikasi Jig
1. Revolving Screen /Trommel :
- 1 set dia 2000 x 4860, steel construction
- Trommel drive hydraulic,torque 38 NM/MPA,10 RPM
2. Primary Jigs :
- 25 cell Pan American Jigs 1250 x 1250
- Jig drive hydraulic,torque 411NM,speed 192 RPM
3. Clean-up Jigs
- 16 cell Pan American Jigs 900 x 900
- Jig drive hydraulic torque 411NM,speed 192 RPM
4.2.4. Bandar Tailing
Bandar tailing merupakan jalur atau bandar pembuangan material yang
tidak berharga seperti pasir, batuan dan lain-lain. Sistem buangan limbah dari masing-
masing proses pencucian KIP dengan cara tailing dipisahkan dan langsung dibuang
ke laut melalui buritan kapal, dan dimanfaatkan untuk menutup kembali lubang bekas
galian. Untuk limbah hidrokarbon ditampung dan diamankan dari TPS limbah B3
Prayun, sesuai dengan izin PSL-B3 kepmen LH No. 360/2007 tentang izin
penyimpanan limbah bahan berbahaya beracun.
4.5. Tahapan Operasi Penambangan dan Pencucian Timah di Kapal Isap Produksi
Sistem pencucian untuk KIP memiliki prinsip kerja yakni Mekanisme KIP,
pengisapan yang dilakukan sistem kombinasi tekan dan memutar/melingkar. Gerakan
isap dilakukan pada lapisan melalui tekanan ladder yang ujungnya dilengkapi pipa
hisap dan cutter, gerakan berhenti optimasi bila tekanan lapisan keras. Kemajuan
tambang relatif mengikuti putaran KIP bergerak dari suatu titik ke titik lain sesuai
dengan peta rancangan kerja material yang terhisap tersebut kemudian masuk ke bak
penampungan/bejana tuang untuk proses pencucian. Material dari pompa tanah
diteruskan ke saringan putar, didalam bejana saringan putar yang sedang berputar
ini material sekaligus disemprotkan oleh pipa hisap dan dilengkapi oleh air tambahan
untuk mengalirkan batu-batu besar kebandar batu menuju bandar tailing. Hasil dari
saringan putar merupakan material yang berupa pulb yang dalam hal ini
merupakan feed. Feed tersebut dialirkan ke instalasi pencucian melalui bak
pembagi (boil box), material pengotor (keras) sebagai tailling dibuang melalui bandar
batu atau bandar tailling. Sedangkan pulb (feed) dicuci lebih lanjut dengan
menggunakan jig primer, jig sekunder . Bijih timah bersih yang telah terpisah
dari material pengotor/lumpur dibagi menjadi dua golongan, masing-masing
berupa konsentrat A high grade dan B low grade dengan kadar 20 – 30% (basah).
Pada kapal isap adanya penambahan alat pencucian yang akan meningkatkan kadar
dari bijih timah tersebut yaitu shakan. konsentrathasil pencucian jig akan dicuci
pada shakan untuk menghasilkan konsentrat dengan kadar berkisar Sn 60 – 70%.
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penulisan laporan ini penulis menyimpulkan faktor-faktor yang
harus diperbaiki dalam pencucian bijih timah menggunakan alat pencucian pada
Kapal Isap Produksi dalam pemisahan mineral berharga dengan mineral
pengotor sehingga mendapatkan kadar sn ± 60-70 % adalah :
1. Setelan arus air yang tepat/sesuai, arus air tidak boleh terlalu deras karena apabila arus
airnya terlalu deras maka bijih timah akan ikut terbuang bersama tailing.
2. Ukuran ruber screen yang digunakan adalah <10 mm karena apabila ukuran ruber
screen >10 mm maka mineral pyrite, kuarsa dan batuan akan mudah masuk
kedalam Jig Primer dan Jig Clean Up atau dapat disimpulkan semakin besar
lubangnya, makin besar ruang antara batu-batu bed dan makin besar butir yang
melaluinya. Jika lubang saringan kecil <10 mm, maka kecil juga material yang
masuk seperti bijih timah sehingga konsentrat menjadi lebih bersih. Pada saat final
konsentrat melalu shakan Kadar sn yang didapatkan adalah 60-70%.
5.2. Saran
Dari hasil pengamatan dan pencarian data dilapangan bahwa penulis memberi
saran yaitu :
1. Pada KIP Timah II berat bijih timah perkaleng susu yang diambil adalah >1,2
kg/kaleng susu, sedangkan bijih timah yang berat 0,9 - 1,1 kg/kaleng susu di buang,
saran saya ada baiknya bijih timah yang di buang tersebut diambil untuk diolah dan
diambil mineral ikutannya.
2. Untuk menghindari off kerja karena kerusakan alat ada baiknya setiap satu minggu
dua kali bagian perawatan melakukan pengecekan alat-alat penggalian dan pencucian
KIP Timah II agar dapat mengetahui keausan dan kerusakan alat.
DAFTAR PUSTAKA
Irwan Ir.; Pengolahan Bahan Galian, Pemisahan Bijih Timah Dengan Jig, mesh ruber
screen; Universitas Bangka Belitung; Balunijuk 2012.
Daftar isi
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan dan manfaat
1.3 Ruanglingkup
BAB II