Anda di halaman 1dari 28

ANALISA MEKANISME SWING DIVICE PADA

EXCAVATOR KEIHATSU 921 C

KELOMPOK 1

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

1. DONEL RAJAGUKGUK (18306005)


2.LEONARDO ALEXIUS SIREGAR (18306011)
3. ANDICO LEONARDO SINAGA (18306015)
4. BRYAN JONATHAN MANURUNG (18306037)
5.ANDI NAINGGOLAN (18306032)
BAB I. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang

            Timah merupakan salah satu bahan galian yang dimiliki tanah air indonesia
yang tidak dapat diperbaharui keberadaannya. Pertambangan timah Indonesia hingga
saat ini merupakan produsen timah nomor dua di dunia setelah Cina dan
menghasilkan salah satu produk komoditi ekspor terbesar di dunia.          Belakangan
ini harga timah di pasaran dunia  cenderung naik, sehingga menjadikan timah
merupakan barang jenis logam yang dicari keberadaannya, Sehingga negara-negara
penghasil timah berusaha untuk menyediakan stok di pasaran dunia sesuai dengan
kebutuhannya.
            Di indonesia sendiri pertambangan timah hanya tersisa di Pulau Bangka dan
Pulau Belitung serta di daerah sekitar Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat.
Sedangkan perusahaan milik Negara yang melakukan penambangan timah adalah PT.
Timah (Persero).
            Industri pertambangan timah mempunyai tahapan kegiatan yang tidak
sederhana, mulai dari kegiatan pra-penambangan, kegiatan penambangan dan
kegiatan pasca penambangan. Dalam perkembangan terakhir, PT. Tambang Timah
Unit Kundur telah menitik beratkan operasi penambangan pada cadangan timah
alluvial yang berada di laut dengan mengoperasikan Kapal Keruk dan Kapal Isap
Produksi.
            Kapal Isap Produksi dapat dikatakan seperti pabrik terapung karena selain alat
penggalian umumnya dilengkapi dengan mesin-mesin unit pencucian. Dengan
memperhatikan besarnya peranan Kapal Isap Produksi di sektor industri
pertambangan timah dewasa ini, maka perencanaan kerja dan evaluasi pada Kapal
Isap Produksi perlu dilaksanakan dengan baik dan terukur.
Hasil Produksi bijih timah yang dihasilkan oleh Kapal Isap Produksi Timah II
di instalasi pencucian akan menghasilkan bijih timah dengan kadar Sn 60 % sampai
70 % yang kemudian akan di proses lebih lanjut lagi di Pusat Pengolahan Bijih Timah
(PPBT) untuk ditingkatkan kadarnya hingga mencapai > 72%  Sn sebagai syarat
utama peleburan.

1. 2. Tujuan dan Manfaat


            Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
harus diperbaiki dalam pencucian bijih timah menggunakan Kapal Isap Produksi
yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan pencucian
timah selanjutnya dan juga agar mengetahui alat-alat yang digunakan dalam kegiatan
aktivitas pencucian bijih timah dengan menggunakan Kapal Isap Produksi,
Khususnya pada Kapal Isap Produksi Timah II.
                Manfaat dari penulisan laporan ini adalah memperoleh wawasan dan
ilmu pengetahuan mengenai Aktivitas Pencucian Bijih Timah Menggunakan
Kapal Isap Produksi khususnya pada Kapal Isap Produksi Timah II.

1.3. Ruang Lingkup


BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Sejarah PT. Tambang Timah (Persero)


            Daerah cadangan timah di Indonesia merupakan suatu bentangan wilayah
sejauh lebih dari 800 km, disebut sebagai “The Indonesian Tin Belt” yang merupakan
bagian dari “The South East Asia Tin Belt” yang membujur sejauh kurang lebih
3.000 km dari daratan  Asia kearah Thailand semenanjung Malaysia dan Indonesia
yang mencakup wilayah Pulau-pulau Karimun, Kundur, Singkep dan sebagian
didaratan Sumatera (Bangkinang) di utara terus kearah selatan yaitu Pulau-pulau
Bangka, Belitung dan Karimata hingga ke daerah sebelah barat Kalimantan.
            Penambangan timah di Indonesia sudah berlangsung lebih dari 200 tahun,
yaitu di Bangka mulai tahun 1711, di Singkep tahun 1812 dan di Belitung sejak tahun
1852. Dengan kekayaan cadangan yang melimpah, Indonesia merupakan salah satu
Negara produsen timah terbesar di dunia.
            Bijih timah di Indonesia pertama gali digali pada tahun 1709 di sungai olim,
Toboali, Pulau Bangka. Pengerjaannya dilakukan secara primitif oleh penduduk
dengan cara pendulangan dan mencangkul dengan dengan system penggalian sumur
Palembang atau system kolong/parit. Bijih timah yang dihasilkan pada waktu itu
dijual kepada pedagang-pedagang yang dating dari Portugis, Spanyol, dan juga dari
Belanda. Keadaan ini berubah ketika belanda dating ke Indonesia, pada saat mana
penggalian timah mulai lebih digiatkan. Sejak tahun 1720 penggalian timah dilakukan
secara besar-besaran dibiayai oleh para pengusaha belanda yang tergabung
dalam VOC yang kemudian monopoli dan mengawasi seluruh tambang di pulau
Bangka.
            Pada tahun 1816 Pemerintah Belanda mengambil alih tambang-tambang di
pulau Bangka dan dikelola oleh badan yang diberi nama "Bangka Tin” Winning
Bedrijf" (BTW). Sedangkan di Pulau Belitung dan Pulau Singkep diserahkan kepada
pengusaha swasta Belanda, masing-masing kepada Gemeenschappelijke Mijnbouw
Maatschappij Biliton (Biliton Mij.) atau lebih dikenal dengan nama GMB di Pulau
Belitung, dan NV Singkep Tin Exploitatie Maatschappij atau dikenal dengan nama
NV SITEM di Pulau Singkep.
            Secara historis pengusahaan pertambangan timah di Indonesia dibedakan
dalam dua masa pengelolaan. Yang pertama sebelum tahun 1960 dikenal dengan
masa pengelolaan Belanda, di mana Bangka, Belitung dan Singkep merupakan badan
usaha yang terpisah dan berdiri sendiri. Bangka dikelola oleh badan usaha milik
Pemerintah Belanda sedangkan Belitung dan Singkep oleh perusahaan swasta
Belanda. Status kepemilikan usaha ini memberikan ciri manajemen dan organisasi
yang berbeda satu dengan yang lain. Ciri perbedaan itu diwujudkan dalam perilaku
organisasi dalam arti luas, baik struktur maupun budaya kerjanya.
            Masa yang kedua adalah masa pengelolaan Negara Republik Indonesia. Status
berdiri sendiri dari ketiga wilayah tersebut masih terus berlangsung tetapi dalam
bentuk Perusahaan Negara (PN) berdasarkan Undang-undang No. 19 PRP tahun
1960, yaitu PN Tambang Timah Bangka, PN Tambang Timah Belitung dan PN
Tambang Timah Singkep.          Selanjutnya berdasarkan PP No. 87 tahun 1961
ketiga Perusahaan Negara tersebut dikoordinasikan oleh Pemerintah dalam bentuk
Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tambang-tambang Timah Negara (BPU
Tambang Timah) dengan pembagian tugas dan wewenang seperti bentuk "holding
company".
            Perubahan selanjutnya terjadi pada tahun 1968 di mana ketiga PN dan BPU
ditambah Proyek Pabrik Peleburan Timah Mentok dilebur menjadi satu dalam bentuk
PN Tambang Timah, yang terdiri dari Unit Penambangan Timah (UPT) Bangka,
Belitung, dan Singkep serta Unit Peleburan Timah Mentok (Unit Peltim).
            Dengan pertimbangan memberi keleluasaan bergerak di sektor ekonomi
umumnya, terutama dalam menghadapi persaingan, status PN Tambang Timah ini
pada tahun 1976 diubah lagi menjadi bentuk Perseroan yaitu PT Tambang Timah
(Persero) dengan Bangka, Belitung, Singkep dan Peleburan Timah Mentok tetap
sebagai unit kegiatan operasi yang dipimpin masing-masing oleh Kepala Unit
sedangkan Kantor Pusat berada di Jakarta sehingga secara manajemen perubahan
dimaksud belum terintegrasi dalam arti sebenarnya.
            PT. Tambang Timah Unit Kundur merupakan unit PT.Timah yang bergerak
dalam bidang penambangan, ekplorasi serta peleburan dari bijih timah. Hal ini dapat
terlihat dari adanya dua tanur smelter yang terdapat di pulau Kundur dan satu unit
system pabrikan solder.

            Secara historis pengusahaan pertambangan timah di Indonesia dibedakan


dalam dua masa pengelolaan. Yang pertama sebelum tahun 1960 dikenal dengan
masa pengelolaan Belanda, di mana Bangka, Belitung dan Singkep merupakan badan
usaha yang terpisah dan berdiri sendiri. Bangka dikelola oleh badan usaha milik
Pemerintah Belanda sedangkan Belitung dan Singkep oleh perusahaan swasta
Belanda. Status kepemilikan usaha ini memberikan ciri manajemen dan organisasi
yang berbeda satu dengan yang lain. Ciri perbedaan itu diwujudkan dalam perilaku
organisasi dalam arti luas, baik struktur maupun budaya kerjanya.
            Masa yang kedua adalah masa pengelolaan Negara Republik Indonesia. Status
berdiri sendiri dari ketiga wilayah tersebut masih terus berlangsung tetapi dalam
bentuk Perusahaan Negara (PN) berdasarkan Undang-undang No. 19 PRP tahun
1960, yaitu PN Tambang Timah Bangka, PN Tambang Timah Belitung dan PN
Tambang Timah Singkep.          Selanjutnya berdasarkan PP No. 87 tahun 1961
ketiga Perusahaan Negara tersebut dikoordinasikan oleh Pemerintah dalam bentuk
Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tambang-tambang Timah Negara (BPU
Tambang Timah) dengan pembagian tugas dan wewenang seperti bentuk "holding
company".
            Perubahan selanjutnya terjadi pada tahun 1968 di mana ketiga PN dan BPU
ditambah Proyek Pabrik Peleburan Timah Mentok dilebur menjadi satu dalam bentuk
PN Tambang Timah, yang terdiri dari Unit Penambangan Timah (UPT) Bangka,
Belitung, dan Singkep serta Unit Peleburan Timah Mentok (Unit Peltim).
            Dengan pertimbangan memberi keleluasaan bergerak di sektor ekonomi
umumnya, terutama dalam menghadapi persaingan, status PN Tambang Timah ini
pada tahun 1976 diubah lagi menjadi bentuk Perseroan yaitu PT Tambang Timah
(Persero) dengan Bangka, Belitung, Singkep dan Peleburan Timah Mentok tetap
sebagai unit kegiatan operasi yang dipimpin masing-masing oleh Kepala Unit
sedangkan Kantor Pusat berada di Jakarta sehingga secara manajemen perubahan
dimaksud belum terintegrasi dalam arti sebenarnya.
            PT. Tambang Timah Unit Kundur merupakan unit PT.Timah yang bergerak
dalam bidang penambangan, ekplorasi serta peleburan dari bijih timah. Hal ini dapat
terlihat dari adanya dua tanur smelter yang terdapat di pulau Kundur dan satu unit
system pabrikan solder.

2.3.   Iklim dan Suhu regional


            Berdasarkan data badan BMG tanjung balai karimun, dengan periode
pencatatan tahun 2006-2010 dapat diketahui komponen iklim.
a. Curah hujan rata-rata tahunan di perairan P. Karimun-Kundur adalah 2.400 mm.
Curah hujan bulanan rata-rata tercatat sebesar 230,4 dengan jumlah hari hujan 17 hari
dalam sebulan (Tabel II.1). Curah hujan harian tertinggi terjadi pada bulan Oktober
yaitu sebesar 509,3 mm dengan hari hujan sebanyak 19 hari sedangkan terendah
adalah pada bulan Januari sebesar 30,7 mm dengan hari hujan sebanyak 13 hari.
a.       TABEL II.1
CURAH HUJAN DAN PENYINARAN MATAHARI BULANAN
RATA-RATA
Penyinaran Curah Hujan Jumlah Hari
Bulan
Matahari (%) (mm) Curah Hujan
Januari 67 30,7 13
Febuari 84 76,2 8
Maret 49 128,1 18
April 55 330,4 21
Mei 46 152,0 21
Juni 53 141,5 17
July 45 180,3 17
Agustus 47 499,1 20
Septembe
46 287,1 19
r
Oktober 50 509,3 19
November 43 255,0 10
Desember 48 175,0 20
Rata-rata
53 230,4 17
2010
Rata-rata
49 226,7 18
2009
Rata-rata
53 226,6 15
2008
Rata-rata
57 233,2 -
2007
Rata-rata
62 163,8 -
2006
Sumber BMG Kepri 2010

b.      Suhu udara rata-rata bulanan pulau Kundur 27oC. Tertinggi pada bulan Juli sebesar
33oC, dan terendah pada bulan Januari temperatur udara rata-rata bulanan mencapai
23,20oC. Pengukuran di daerah pantai menunjukkn suhu udara berkisar antara 28,5 –
31,4o.
c.       Kelembapan udara nisbi di atmosfer sekitar P.Karimun-Kundur pada umunya
tinggi sepanjang tahun atau rata-rata bulanan sekitar 86%. Kelembapan relatif
terendah pada bulan Mei dan Juli 2010 yaitu 59% sedangkan kelembaan relatif
tertinggi dicapai 99% (Tabel II.3). tekanan udara rata-rata pada  sepanjang tahun
2010 adalah 1010,4 mb, terendah sebesar 1006,5 mb pada bulan Mei dan bergerak
mencapai tekanan tinggi 1013,4 mb di awal 2010.
d.      Arah dan kecepatan pergerakan mata angin relatif setimbang selatan dan utara, pada
bulan Juni – Oktober angin bertiup dari selatan dengan kecepatan 3 – 6 knot (1,5 –
2,5 m/det) kemudian periode bulan Januari – April angin bergerak dari arah utara
dengan kecepatan 3 – 5 knot. Kecepatan maksimum terjadi pada bulan Oktober –
November mencapai 20 knot (Tabel II.2)

TABEL II.2
KELEMBAPAN UDARA, ARAH DAN KECEPATAN ANGIN BULANAN
RATA-RATA
Kelembapan udara (%) Arah dan kecepatan angin
humidity (knot)
Rata- Rata-
Bulan
rata Maximu Minimu rata Maximu minimu
haria m m haria m m
n n
Januari 82 98 63 5 18 Utara
Febuary 82 100 62 5 11 Timur
Maret 87 100 67 3 8 Utara
April 85 100 66 5 10 Utara
Mei 89 98 59 5 10 Timur
Juni 87 98 64 6 9 Selatan
July 88 100 59 5 18 Selatan
Agustus 87 98 67 6 17 Selatan
Septembe 87 100 62 3 20 Selatan
r
Oktober 88 100 69 3 20 Selatan
November 88 100 65 4 7 Barat
Desember 86 100 66 5 9 Barat
Rata-rata
86 99 64 5 13
2010
Rata-rata Timur
86 99 63 4 20
2009 laut
Rata-rata
86 97 62 6 15 Selatan
2008
Rata-rata
85 97 61 4 20 Selatan
2007
Rata-rata
84 98 60 3 15
2006
Sumber BMG Kepri 2010
 
2.4.  Fisiografi dan Morfologi
Secara regional Pulau Karimun-Kundur dan pulau sekitarnya dimasukkan
kedalam fisiografi pulau-pulau lepas pantai (offshore island). Kondisi geologi
gugusan pulau-pulau ini berbeda dengan daratan bagian timur laut pulau Sumatra
yang dimasukkan dalam fisiografi daratan pantai (coastal pain). Karakteristik pulau-
pulau lepas pantai adanya perbukitan yang biasanya terbentuk dari batuan dasar
(granit) baik batuan beku maupun batuan metasedimen dari kerak benua paparan
sunda yang berumur pra tersier. Sedangkan daratan pantai umumnya berupa dataran
rendah berawa dan ditempati oleh batuan sedimen yang mengisi cekungan sumatra
tengah yang berumur tersier dan lebih mudah selain itu gugusan pulau-pulau ini
merupakan jalur timah asia tenggara (The south east asia tin belt) yang membentang
dari Cina-Thailand-Myanmar-Malaysia-P.Karimun-Kundur hingga berakhir di
Bangka-Belitung dan Kalimantan. Keberadaan granit yang menempati gugus pulau-
pulau ini menjadi menarik  karena mengandung mineral ogam, non logam dan
mineral jarang yang memiliki nilai ekonomis.
Morfologi, topografi kundur relatif lebih rendah dengan kelerengan sedang
hingga landai-datar dengan ketinggian kurang dari 125 m dpl. Dengan kekerasan
batuan granit lebih lembek dibanding P.karimun. keadaan sungai umunya pendek,
beberapa bersifat musiman dan relatif berpola dendrik, yakni mengikuti lembah-
lembah perbukitan. Perairan diwilayah kundur merupakan perairan selat yang berada
di antara pulau-pulau dan berada didepan muara sungan kampar, sehingga kondisi
perairan wilayah tersebut dipengaruhi oleh sistem estuari muara sungai. Secara umum
kedalaman dasar laut perairan kundur kurang dari 25 meter dari muka laut.

2.5.  Stratigrafi dan Struktur Geologi
            Stratigrafi P.Karimun-Kundur dan pulau sekitar dengan urutan stratigrafi tua
ke muda sebagai berikut:
1.    Formasi papan tersingkap di P.Kundur dan pulau sekitarnya, terdiri dari serpih, batu
pasir, konglomerat kuarsa kontak dengan granit, berumur karbon akhir – trias.
2.    Formasi malam tersingkap di P.Karimun terdiri dari serpih, konglomerat, batu
gamping dan batu  gunung api riodasitik, berumus trias awal.
3.    Formasi duriangkang lebih tersingkap kearah P.Batam-Bintan, terdiri dari serpih
karbonat dan batu pasir, trias tengah
4.    Granit Kundur terdiri dari granit biotit, muskovit, turmalin aplit, pegmatit dan
graisen timah dan tungsten. Berumur trias tengah.
5.    Granit Karimun terdiri dari granit biotit, muskovit, turmalin aplit, pegmatit dan
graisen timah dan tungsten. Berumur trias tengah.
6.    Granit tak terbedakan, tidak diketahui apakah masuk granit karimun, atau kundur
7.    Endapan permukaan tua (aluvial tua) terdiri dari lempung lanau, kerikil lempungan,
sisa tumbuhan dan pasir granit, berumur plistosen akhir
8.    Endapan permukaan muda (aluvial muda ) terdiri dari lempung, lanau, kerikil, sisa
tumbuhan, rawa gambut dan terumbu koral berumur holosen.
            Sedimen permukaan dasar laut yang berada di wilayah studi termasuk dalam
aluvium muda. Pengelompokan sedimen permukaan dasar laut didasarkan pada
prosentase besar butir klasifikasi folk (1980) yang dapat dibedakan menjadi beberapa
satuan sedimen dengan fraksi kasar (kerikil-pasir) tersebar lebih kearah dekat pantai,
sedangkan kearah lepas pantai lebih didominasi oleh sedimen berfraksi halus
(lempung dan lumpur)
            Berdasarkan batuan yang tersingkap menunjukkan struktur geologi berarah
barat laut-tenggara yang sama dengan arah struktur bentong suture di Malaysia.
Sejarah geologi diawali dengan dijumpainya batuan dasar metasedimen era peleozoik
kelompok tapanuli (Put) yang berumur karbon-perm. Kelompok ini tersingkap di
daratan pulau sumatara sedangkan didaerah karimun kundur terbentuk formasi papan
(Mpt). Pada waktu yan bersamaan terjadi pengangkatan kala permo-triass dengan
munculnya batuan magmatik granit yang berbentuk batholit.
            Pada era mesozoikum didaerah P.Karimun-Kundur hanya dijumpai batuan
sedimen/metasedimen formasi malang dan duriangkang. Tidak banyak yang diketahui
pada proses yang terjadi di daerah karimun-kundur pada era kenozoik khusunya kala
tersier. Sedangkan didaerah daratan sumatra, pada kala tersier diendapkan formasi
pematang, sihapas, telisa, petani dan minas yang merupakan cekungan sumatra
tengah dan berpotensi migas. Pada kala kuarter 2 juta tahun lalu terendapkan aluvial
tua (Qp) dan hingga saat ini aluvial muda (Qh).
            Pada proses endapan timah melalui beberapa fase penting yang sangat
menentukan keberadaan timah itu sendiri, fase tersebut adalah, pertama adalah fase
pneumatolitik, selanjutnya melalui fase kontak pneumatolitik-hidrotermal tinggi dan
fase terakhir adalah hipotermal sampai mesotermal.Fase yang terakhir ini merupakan
fase terpenting dalam penambangan karena mempunyai arti ekonomi, dimana larutan
yang mengandung timah dengan komponen utama silica (Si02) mengisi perangkap
pada jalur sesar, kekar dan bidang perlapisan.

2.6. Endapan Timah
            Endapan timah di Indonesia terletak pada jalur timah terkaya di dunia, yang
membujur mulai dari Cina selatan, Birma, Muangthai, Malaysia dan berlanjut ke
Indonesia. Jalur di Indonesia mengarah dari utara ke selatan yaitu dari pulau
Karimun, P. Kundur, P. Singkep, P. Bangka, Bangkinang (Sumatera bagian
tengah)serta terdapat tanda-tanda di kepulauan Anambas, Natuna dan Karimata.
Sampai ini ada dua jenis utama timah yang berdasarkan proses terbentuknya yaitu
timah primer dan timah sekunder,kedua timah jenis tersebut dibedakan atas dasar
proses terbentuknya (genesa). Endapan timah primer pada umumnya terdapat pada
batuan granit daerah sentuhannya, sedangkan endapan timah sekunder kebanyakan
terdapat pada sungai-sungai tua dan dasar lembah baik yang terdapat di darat maupun
di laut.
            Produksi delapan puluh persen dari endapan timah sekunder yang merupakan
hasil proses pelapukan endapan timah primer, sedangkan sisanya ada dua puluh
persen berasal dari endapan timah primer itu sendiri. Penyebaran cadangan timah
terdapat di Negara-negara yang berada di jalur mineralisasi, seperti Negara-negara
tersebut di atas. Di Indonesia bahan tambang timah merupakan komoditi andalan
untuk ekspor, selain minyak bumi dan batu bara, dan kemungkinan masih cukup
banyak endapan timah yang masih belum ditemukan.
            Bentuk -  Bentuk Pengendapan Timah
            Batchelor. D, (1980), dan Worojati. D, (1994), menjelaskan bahwa bentuk-
bentuk pengendapan (depositional form) yang potensial terhadap konsentrasi endapan
timah dibagi kedalam 5 (lima) kelompok :
a.         Pengendapan eluvial  dan kolovial
Gejala pengendapan eluvial dan kolovial di lapangan dapat dikenali
dengan  memperhatikan perubahan secara berangsur-angsur pada interval bawah
hingga ke atas tanpa dipisahkan oleh bidang erosi.
b.        Kipas Aluvial  (Aluvial fan)
Secara umum model kipas aluvial dibagi atas :
1)        Bagian Proksimal (dekat dengan sumber), tersusun atas batupasir
kasar yang  mempunyai struktur masif dan berlapis.
2)        Bagian tengah kipas aluvial (mid fan) terusun atas batupasir kasar     hingga
sedang.
3)        Bagian ujung kipas aluvial (distal fan) tersusun atas batupasir berukuran
sedang hingga batulempung.
c.             Brainded Stream
Merupakan pola pengaliran yang bancuh / simpang siur, yang
menghasilkan    banyak  point bar.
d.            Meandering Stream
Merupakan pengendapan yang dibagi atas endapan dasar sungai dan
endapan   point   bar.
e.         Endapan pantai
Fasies endapan pantai secara umum mempunyai nilai ekonomi terhadap kandungan
mineral bijih.
 
2. 7. Sifat Fisik dan Karakteristik Mineral Dalam Bijih Timah

            Kasiterit (SnO2) merupakan mineral utama yang mengandung


unsur Sn. Dalam pembentukannya, mineral ini disertai dengan beberapa mineral berat
berharga serta sekelompok mineral pengganggu. Endapan bijih timah
didalam kasiterit pada umumnya berasal dari magma granitik, yaitu magma dari
larutan yang bersifat asam (pembentukan granit), sehingga keterdapatan endapan
bijih Timah berhubungan erat dengan terdapatnya batuan granit. Kandungan rata-rata
kadar Sn dalam batuan sebagai indikasi pegangan eksplorasi mineral dalam
menentukan nilai latar belakang yang  diberikan oleh Hawkess dan Webb (1962).
Harga rata-rata ini untuk batuan beku adalah 32 ppm Sn, dengan kandungan Sn yang
kecil sebesar 6 ppm pada batuan beku mafik dan dengan maksimum 45 ppm pada
batuan fesilik, sedangkan untuk batuan sedimen serpih dapat mencapai 40 ppm. Nilai
rata-rata yang digunakan ditentukan oleh Onishi dan Sandell (1957) dan Hamaguchi
(1964) dengan kisaran nilai yang dikumpulkan oleh Wedepohl (1974) dan Durasova
(1967).
1) Mineral berat berharga.
a. Mineral Utama

            Mineral utama yang diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (PPBT) Unit


Kundur adalah kasiterit (SnO2). Warna kasiterit ini bermacam-macam yaitu kuning
coklat, kuning kemerahan, coklat kehitaman dan coklat tua dengan berat jenis 6,8 –
7,1. Mineral kasiterit permukaannya mengkilap dan berminyak. Umumnya tidak
tembus cahaya, tetapi lapisan permukaan kristalnya berkilau. Keberadaannya ada
yang primer ada pula yang aluvial. Dengan sistem kristal tetragonal4/m 2/m
2/m. Mineral mineral bersifat konduktor.

b. Mineral ikutan berharga
            Secara umum mineral berharga yang terbawa
oleh mineral kasiterit, dan mineral ikutan berharga yang diproses di Pusat Pencucian
Bijih Timah (PPBT) Unit Kundur antara lain:
1. Ilmenit (FeTiO3)
            Umumnya ilmenit berwarna hitam besi atau hitam keabu-abuan, memiliki
berat jenis 4,5 – 5 dan bersifat konduktor dan sifat magnetik kuat. Biasa digunakan
sebagai rutil (TiO2) untuk industri keramik pigmen dan konsentrat titanium.
2.  Zircon
                 Memiliki warna merah pucat atau orange dengan berat jenis 4,2 –
4,7. zircon bersifat non konduktor dan non magnetik digunakan sebagai
bahan zirkonia untuk industri keramik.

3.      Monazit [(Ce, La, Y, Th)PO4]


            Umunya memiliki warna kuning atau jaring-jaring hijau. Berat
jenis monazite antar 4,6 – 5,3  dan bersifat non
konduktor dan megnetik lemah. Mineral ini dijual secara berkala tergantung pesanan
konsumen.
2.)  Mineral ikutan lainnya.
            Mineral – mineral lainnya yang sangat berpengaruh dalam bijih timah, yang
memiliki perbedaan warna, kekerasan, berat jenis, sifat kelistrikan dan
sifat magnetic (Tabel II-1). Dari hasil kondisi lapangan, pada penambangan kapal
isap produksi (KIP TIMAH II) Timah diperoleh beberapa mineral ikutan yang utama
antara lain: Pyrite/ Marcasite, ilmenit, zircone, anatase, turmalin,
siderit dan mineral pengotor utama pasir kuarsa.

3.3. Peralatan Pengoperasian Penggalian


            Untuk mendukung operasional penggalian di KIP,ada beberapa peralatan
sangat dominan:
1.    Cutter
2.    Ladder
3.    Pipa Hiap
4.    Pompa tanah
5.    GPS
6.    Mesin dorong/propeller
7.    Mesin (Engine)

1.    Cutter
            Cutter adalah alat gali atau alat potong dan alat yang mampu memberai,
mengiris(menggali) lapisan tanah. Dibuat dari bahan besi baja yang keras sehingga
tidak mudah haus karna gesekan dengan tanah, didalam cutter terdiri dari 6 buah
pisau dan tiap pisau terdiri dari 8 kuku yang bertugas memotong lapisan tanah, cutter
ditempatkan pada ujung ladder.

2.    Ladder.
            Berfungsi untuk penempatan cutter,pompa tanah,pipa isap dan pipa
tekan.panjang ladder sangat menentukan untuk mencapai kedalaman gali,setiap KIP
mempunyai panjang ladder yang berbeda-beda.Kontruksi ladder terdiri dari besi siku
dan plat sebagai dinding.ujung ladder dipasang cutter dan pangkal ladder dipasang as
sebagai tumpuan bagi naik turunnya ladder. Pompa tanah diletakkan di ladder dengan
jarak 9-12 meter dari cutter.
            Dalam proses penggalian, Ladder digerakan oleh kawat ladder untuk     naik
turun ladder dalam proses penggalian. Kinerja ladder sangat ditentukan oleh keahlian
operator yang mengendalikan kawat Lader sesuai dengan kedalaman
pengalian. Kawat lader bisa saja putus bila ada arus dan longsoran. Panjang ladder
sangat menetukan untuk mencapai kedalaman gali,  kedalaman gali maksimum
mencapai 35 m.Konstruksi ladder terdiri dari besi siku dan plat sebagai dinding.
Ujung ladder dipasang cutter dan pangkal ladder dipasang as sebag tumpuan naik
turunnya ladder.

3.    Pipa Hisap
            Pipa hisap adalah pipa yg berbentuk mulut bebek yg berfungi untuk
menghisap tanah yang telah di hancurkan oleh cutter akan tetapi yg memberikan daya
hisap adalah pompa tanah karena pipa hisap alat bantu pompa tanah.

4.    Pompa Tanah
            Pompa tanah berfungsi menghisap material hasil gali dari
cutter yang selanjutnya  ditransportasi ke saring putar melalui pipa keong, pipa press
dan pipa spiral menuju ke saring putar. Pompa tanah di letakkan pada ladder dengan
jarak sekitar 9-12 meter dari cutter,untuk memindahkan campuran tanah dan air yang
sudah digali dengan cutter,melalui pipa isap dan pipa tekan dialirkan ke saringan
putar.
            Kinerja cutter dan pompa tanah harus betul2 dikuasai oleh operator dalam
operasional penggalian KIP. Pompa tanah juga dapat menghisap tanah yang
terberai oleh cutter, dapat memperlemah  dinding tanah sehingga mudah tuk dihisap.
5.    GPS
            Peralatan dalam proses penggalian dibantu oleh adanya GPS yang dapat
memonitor koordinat posisi kapal isap dengan ketelitian hingga 1 m setiap saat dan
juga kedalaman penggalian. Kapten menyimpan titik-titik lokasi yang pernah digali
sehingga kemungkinan akan tergalinya tanah yang sudah digali sangat kecil.

6.    Mesin dorong/propeller
            Mesin dorong berfunsi sebagai menggerakkan kapal untuk belayar,dalam
operasional penggalian berfungsi untuk memberi dorongan  kapal   kekiri dan
kekanan,agar bisa berputar 360o mendorong untuk menekan ujung cutter terhadap
tanah yang akan digali.

5 . Mesin (engine)

Mesin (engine) KIP terdiri dari.

1. Engine For gravel  pump, mesin  funsinya untuk


menggerakkan   pompa  tanah.                  

2. Engine for  hydrolic  pump  for  cutter  and  ladder wich,  mesin  yang  fungsinya


untuk menggerakkan cutter and ladder.
3. Engine for water pump & hydrolic plant
,mesin  yang  fungsinya  menggerakkan Saringan putar,penggerak Jig dan pompa
onderwater.
4. Engine for operation dredge (engine for propeller swing),mesin yang  fungsinya untuk
menggerakkan propeller,janggka labuh.  
5. Engine for sailing dredge(propeller moving engine),mesin yang berfungsi
untuk Menggerakkan propeller ketika berlayar.
6. Electric  Generator ,  mesi   yang   fungsinya   untuk   menggerakkan   generator
Penerang dan motor las.
3.4. Peralatan pencucian/pemisahan                                                                      
          Peralatan pencucian yang digunakan kapal isap produksi timah II , ada
beberapa peralatan yang sangat berperan penting antara lain :
1.    Saringan Putar
2.    Jig primer
3.    Jig Clean Up
4.    Sakan
5.    bandar tailing

3.5. Latar Belakang KIP Timah II


1.    Riwayat KIP Timah II
            KIP Timah II Dirancang oleh PT. Timah (Persero) Tbk pada tahun 2008, yang
lokasinya di Air Kantung Sungailiat Kabupaten Bangka. Uji coba operasi pada
tanggal 22 Mei 2009 di perairan Bangka dan di resmikan pada tanggal 31 Desember
2009 oleh Direktur PT. Timah (Persero) Tbk.  Bapak Wachid Usman.
            KIP Timah II beroperasi mulai dari September 2010 sampai  sekarang di
wilayah Laut Kundur Kepulauan Riau pada saat ini operasional KIP Timah II berada
di wilayah Kuasa Penambangan (KP-6183) pada koordinat  310000 - 310200 LU dan
10093400 - 10093600 BT.
2. Konstruksi KIP Timah II
            Konstruksi KIP Timah II ada dua. yaitu konstruksi Atas dan Bawah. Untuk di
atas yaitu:
3.   Atas            : Merupakan Tempat Operasional KIP Timah II. Yang terdiri
atas                              Dua dek. Dan berisi peralatan mesin, pencucian, Ruang
komando,                        dan ruang karyawan dan lain-lain.
   Bawah        : Merupakan Konstruksi dari pada seluruh KIP Timah II. Di
mana                              konstruksi berbentuk tabung dengan berdiameter 1,8 m
yang merupakan gabungan beberapa Konstruksi seluruh sebagai pondasi bawah yang
berfungsi Sebagai tempat penyimpanan  bahan bakar dalam air tawar.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Pencucian
          Pencucian merupakan proses akhir dari rangkaian kegiatan penambangan,
sehingga besar kecilnya perolehan sangat ditentukan oleh kegiatan pencucian,
Pencucian yang digunakan dengan pemisahan menggunakan media air laut.

4.2. Fungsi Pencucian
          Fungsi pencucian dalam suatu kegiatan penambangan adalah untuk mencuci
atau mengolah atau memisahkan bahan galian dari mineral-mineral pengotor, untuk
mendapatkan mineral utama dan mineral-mineral ikutan berharga lainnya. Setelah
dilakukan pencucian  bijih timah pada kapal isap produksi timah II kadar sn yang
didapatkan adalah ± 60-70 %.
4.3. Fungsi Peralatan Pencucian
          Pencucian dapat berfungsi dengan baik apabila peralatan maupun prosesnya
berfungsi dengan baik pula. Apabila Posisi instalasi peralatan pencucian yang kurang
baik maka akan mengakibatkan kehilangan mineral timah dan mineral-mineral 
berharga lainnya. Peralatan pencucian inilah sebagai media pembersih timah yang di
bantu oleh air. Alat pencucian merupakan media atau alat bantu dalam pencucian.

4.4. Peralatan Pencucian


            Peralatan pencucian terdiri dari:
4.4.1. Saringan putar (grizzly)
            Merupakan alat pemisahan material bahan galian awal, dimana material halus
bertimah sebagai undersize dan material kasar seperti bongkahan tanah besar, batu,
dan kerang-kerangan, dan lain-lain sebagai oversize. Untuk ukuran undersize adalah
<10 mm sedangkan oversize >10 mm, dan kemiringan sudut saring putar pada KIP
Timah II adalah 6o.

4.4.2. JIG
                Jig adalah suatu alat pemisah bijih timah berdasarkan perbedaan berat
jenis ( BJ ) dari bijih timah dan mineral-mineral ikutan lainnya. Seperti halnya
sakan, jig juga menggunakan prinsip gravitasi. Butiran bijih timah akan turun secara
gravitasi akibat adanya gaya isap (suction)dan tekan (pushion) dari air yang berada
dalam kompartemen jig akibat gerakkan dari penggerak jig dengan sistem hidrolik.
                Proses pencucian bijih timah di kapal isap dilakukan dengan menggunakan
alat Jig   tipe Pan America, yaitu tipe jig diafragma dengan posisi membran berada di
bawah. Gerakan membran-nya dari atas ke bawah dengan gerakan tekanan isap.
Tiap kompartemen dapat diatur panjang dorongannya (stroke) masing-masing Pada
kapal isap produksi peralatan pencuciannya menggunakan jig tipe Pan America, yaitu
suatu tipe peralatan pencucian yang terjadi akibat adanya gaya tekan dan gaya isap
dengan bersumber dari media air yang didorong dari atas ke bawah  peralatan jig.
Kapal isap produksi hanya menggunakan 2 tingkatan, yaitu jig primer dan jig clean
up. Jig primer menerima umpan / feed dari undersize grizzly dan saring
putar (revolving screen). Oversize jig primer berupa material kasar akan terbuang
sebagai tailing melalui bandar tailing sedangkan undersize berupa material halus
campuran bijih timah dan pasir kemudian diolah lebih lanjut melalui jig clean up.
4.4.2.1.  Saringan (Rubber Screen)
                Saringan gunanya untuk menahan jig bed (hematite) jangan sampai turun
ke bawah dan melewatkan atau meloloskan bijih timah. Pada umumnya saringan
dibuat dari bahan yang tahan terhadap korosi seperti pospor brons, baja tahan karat
dan karet. Ukuran lubangnya harus lebih kecil dari hematite dan lebih besar dari bijih
timah, biasanya dipakai dengan ukuran 4 x 10 mm untuk kompartemen A dan ukuran
3 x 10 mm untuk kompartemen BC, ukuran lubang 6-10. Saringan berukuran lebih
besar diletakan melintang terhadap arah aliran, dengan tujuan agar lubang saringan
tidak mudah buntu atau tersumbat.
4.4.2.2.  Bed
                Bed adalah lapisan material diatas saringan jig, yang terdiri dari
batu hematite yang berfungsi sebagai bahan perantara dalam memisahkan bijih timah
yang berat jenisnya lebih tinggi dengan bijih yang berat jenisnya lebih rendah.
Ukuran pada jig primer                       =  25 – 40 mm
Ukuran pada jig clean up                    =  8 – 10 mm
Contoh perhitungan kebutuhan batu hematite sebagai bed jig :
PA jig dengan opening area/cell          = 1,25 m x 1,25 m
Luas area/cell   = 1,25 m x 1,25 = 1,5625 m2
Tinggi rooster  = 100 mm = 0,1 m
Volume            = 1,5625 m2 x 0,1 m = 0,15625 m3
BJ pure            = 2,3 ton/m3
Berat bed jig    = 0,15625 m3 x 2,3 ton/m3 = 0,359 ton/cell
Jadi kebutuhan bed jig untuk 1 unit jig PA 2 x 3 cell
(2 x 3 cell/unit) x 0,359 ton/cell = 2,154 ton/unit dibulatkan menjadi 2,2 ton/unit.

4.4.2.3. Afsluiter Underwater
            Berfungsi sebagai pengatur cross flow dan mengatur  pemasukan air ke tiap
tangki jigdan menjaga keseimbangan air dalam jig, maka air perlu ditambahkan dan
dimasukkan ke dalam jig dari sebelah bagian bawah
saringan (Hutch), disebut underwater atau hutchwater. Selain itu fungsi yang
terpenting adalah untuk mengontrol pemisahan konsentrat dan tailing,
sehingga tailing yang sudah masuk ke dalam jig bed dapat didorong kembali ke atas
dan keluar sebagai tailing.
4.4.2.4. Kisi – Kisi (Rooster)
                Kisi-kisi (rooster) adalah alat yang berguna untuk menjepit saringan jig dan
menahan bedagar tetap di tempat. Kisi-kisi dibuat berpetak-petak supaya bed tersebar
merata di seluruh permukaan jig sesuai kompartemen. Bahan kisi-kisi terbuat dari
kayu (papan) dan dari plat (besi) yang di lapisi oleh karet.
4.4.2.5. Alat Penggerak
            Untuk membuat gerakan isapan dan tekanan secara terus
menerus (continuitas). Alat yang digunakan sebagai penggerak
adalah menggunakan pompa hidrolik yang dihubungkan dengan satu
sumbu eksentrik yang dibagi untuk 3 kompartemen ABC dengan panjang stang yang
sama secara mekanis. Stang balance diafragma merupakan salah satu alat penggerak
untuk proses pencucian, yang dipergunakan pada jig type Pan America. Stang
balancediafragma ini berfungsi untuk merubah gerakan berputar yang ditimbulkan
oleh pompa hidrolikmenjadi gerakan atas bawah. Alat ini fungsinya untuk
menimbulkan isapan (Suction) dan tekanan (Pushion) pada permukaan bed
jig. Gerakan atas bawahnya dapat disetel (diubah-ubah) disesuaikan dengan
kebutuhan.
4.4.2.6. M e m b r a n
            Gunanya adalah untuk memberikan gaya isapan (Suction) dan
dorongan (Pushion)dengan menutup rapat antara tangki dan torak yang digerakan
oleh motor penggerak. Membranini harus diklem dengan kuat, sehingga tidak terjadi
kebocoran atau lepas dan tidak boleh di cat karena akan mengakibatkan mudah retak
dan pecah.
4.4.2.7. Pushion
            Torak mendorong air di mana ada pengendapan atau bed sehingga
terjadi pushion atau dorongan, sehingga partikel di atas saringan bergerak
mengembang dan bed akan terbuka. Ukuran saringan lebih kecil dari ukuran bed,
tetapi lebih besar dari ukuran partikel yang disaring sehingga material yang
mempunyai berat jenis besar akan disaring dan terpisah dengan berat jenis kecil.
4.4.2.8 Suction
                Apabila terjadi suction, maka di dalam hutch terjadi penyedotan
terhadap partikel-partikeldi dalam atau diatas saringan, bila penyedotan ini besar
maka material akan ikut tertarik. Untuk memperkecil penyedotan ini diberikan air
tambahan ( underwater ) agar air dalam hutch tenang, sehingga terjadi pemisahan.
Pada waktu Pushion, bed akan terangkat dan merenggang, maka material berat akan
menerobos masuk melalui sela - sela bed, yang biasanya
berupa hematitedan material dengan berat jenis besar akan masuk
kedalam hutch sebagai produk, dan pada waktu suction, bed  akan menutup
dan material ringan terus mengikuti aliran air bagian atas sebagai tailing.
4.4.2.9. S p i g o t
                Spigot merupakan alat untuk mengeluarkan konsentrat yang keluar
melewati saringan dan untuk mengatur jumlah air di dalam tangki jig. Bentuk
dari Spigot ialah kerucut yang berbahan dari karet.
4.4.2.10. Spesifikasi Jig
1.    Revolving Screen /Trommel                :
            - 1 set dia 2000 x 4860, steel construction
            - Trommel drive hydraulic,torque 38 NM/MPA,10 RPM
2.    Primary Jigs  :
                 - 25 cell Pan American Jigs 1250  x  1250
             - Jig drive hydraulic,torque 411NM,speed 192 RPM 
3.    Clean-up Jigs
             -  16 cell Pan American Jigs 900 x 900
             -  Jig drive hydraulic torque 411NM,speed 192 RPM

4.2.3. SHAKAN (sluice box)


            Shakan  atau yang disebut sluice box yaitu suatu saluran yang dasarnya rata
dan di atasnya dialirkan air bersama butiran-butiran mineral. Pada dasar saluran
dipasang beberapa kayu penahan ( riffles) tegak lurus arah aliran air dengan jarak
tertentu. Proses pemisahannya berdasarkan berat jenis melalui suatu aliran air yang
tipis di atas sebuah permukaan yang sedikit miring berupa papan
atau deck. Sakhan atau palong yang digunakan pada instalasi pencucian berjumalah
1 unit  dengan panjang bervariasi antara 4 – 6 m lebar perjalur sekitar 1 - 1,5
m Dengan tinggi dinding 40 – 80 cm dan kemiringan 5o – 6o. Fungsi alat ini adalah
untuk mencuci konsentrat bijih timah yang  dialirkan melalaui pipa spigot  pada jig
clean up kompertemen A dengan pasir halus untuk menghasilkan kadar Sn 60 – 70
%. Final konsentratnya yaitu konsentrat tersebut dimasukkan kedalam karung dan
takaran berat konsentrat adalah 50 kg/karung.

4.2.4. Bandar Tailing
                Bandar tailing merupakan jalur atau bandar pembuangan material yang
tidak berharga seperti pasir, batuan dan lain-lain. Sistem buangan limbah dari masing-
masing proses pencucian KIP dengan cara tailing dipisahkan dan langsung dibuang
ke laut melalui buritan kapal, dan dimanfaatkan untuk menutup kembali lubang bekas
galian. Untuk limbah hidrokarbon ditampung dan diamankan dari TPS limbah B3
Prayun, sesuai dengan izin PSL-B3 kepmen LH No. 360/2007 tentang izin
penyimpanan limbah bahan berbahaya beracun.
4.5. Tahapan Operasi Penambangan dan Pencucian Timah di Kapal Isap Produksi
            Sistem pencucian untuk KIP memiliki prinsip kerja yakni Mekanisme KIP,
pengisapan yang dilakukan sistem kombinasi tekan dan memutar/melingkar. Gerakan
isap dilakukan pada lapisan melalui tekanan ladder yang ujungnya dilengkapi pipa
hisap dan cutter, gerakan berhenti optimasi bila tekanan lapisan keras. Kemajuan
tambang relatif mengikuti putaran KIP bergerak dari suatu titik ke titik lain sesuai
dengan peta rancangan kerja material yang terhisap tersebut kemudian masuk ke bak
penampungan/bejana tuang untuk proses pencucian. Material dari pompa tanah
diteruskan ke saringan putar, didalam bejana saringan putar yang sedang berputar
ini material sekaligus disemprotkan oleh pipa hisap dan dilengkapi oleh air tambahan
untuk mengalirkan batu-batu besar kebandar batu menuju bandar tailing. Hasil dari
saringan putar merupakan material yang berupa pulb yang dalam hal ini
merupakan feed. Feed tersebut dialirkan ke instalasi pencucian melalui bak
pembagi (boil box), material pengotor (keras) sebagai tailling dibuang melalui bandar
batu atau bandar tailling. Sedangkan pulb (feed) dicuci lebih lanjut dengan
menggunakan jig primer, jig sekunder . Bijih timah bersih yang telah terpisah
dari material pengotor/lumpur dibagi menjadi dua golongan, masing-masing
berupa konsentrat A high grade dan B low grade dengan kadar 20 – 30% (basah).
Pada kapal isap adanya penambahan alat pencucian yang akan meningkatkan kadar
dari bijih timah tersebut yaitu shakan. konsentrathasil pencucian jig akan dicuci
pada shakan untuk menghasilkan konsentrat dengan kadar berkisar Sn 60 – 70%.

4.6. Sistem Kerja Pencucian Kapal Isap Produksi


Proses pencucian pada Kapal Isap Produksi adalah sebagai berikut:
1.  Cutter memotong lapisan tanah yang mengandung pasir timah kemudian lapisan
tanah yang terberai dihisap oleh pompa isap tanah.
2.  Pompa isap tanah menghisap feed dan kemudian menyemprotkannya kedalam saring
putar.
3.  Saring putar yang berbentuk grizzly berfungsi sebagai alat
pemisah                     ( sizing ), oversize saring putar keluar sebagai tailing melalui
bandar tailing sedangkan undersizedialirkan oleh bandar saring putar ke dua unit  jig
primer.
4.  Jig primer berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan berat jenis
mineral. Oversize jig primer keluar sebagai tailing sedangkan undersize jig
primer dari semua kompartemen ( A,B,C,) dialirkan langsung ke jig clean up.
5.  Jig clean up berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan berat
jenis. Oversize jig clean up keluar sebagai tailing, sedangkan undersize jig clean
up kompartemen A dialirkan ke penampung konsentrat A Sn = 45-50 %
6.  Konsentrat A diproses di shakan untuk menghasilkan konsentrat akhir dengan
kadar Sn > 70 % yang dikemas dalam karung dan ditimbang dengan berat ± 50
kg/karung.
7.  Undersize jig clean up kompartemen B dan C ditampung di penampung konsentrat  B
dan C itu sendiri  kemudian disirkulasi kembali ke kompartemen A  jig clean up.
8.  Oversize dari shakan juga ditampung dan disirkulasi kembali ke kompartemen A jig
clean up. Konsentrat akhir yang dihasilkan harus mempunyai kadar Sn > 60 - 70 %.
 
4.7. Hasil Produksi Yang di Dapatkan
            Hasil produksi merupakan jumlah bijih timah atau cassiterite yang didapatkan
tiap bulan dimana pada Kapal Isap Produksi Timah II ditargetkan perbulannya untuk
menghasilkan 30 ton/bulan atau 600 kampil/50kg, sedangkan hasil yang dicapai pada
Kapal Isap Produksi Timah II adalah ± 30 - 45 ton/bulan. Bijih timah yang telah di
kumpulkan tiap empat hari, bijih timah tersebut diangkut oleh kapal penjangkaran
untuk di bawa ke pusat pengolahan bijih timah unit kundur untuk dileburkan menjadi
timah balok ingot, tin ball, tin soldier, dan lain-lain.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
            Dari hasil penulisan laporan ini penulis menyimpulkan faktor-faktor yang
harus diperbaiki dalam pencucian bijih timah menggunakan alat pencucian pada
Kapal Isap Produksi dalam pemisahan mineral berharga dengan mineral
pengotor  sehingga mendapatkan kadar sn ± 60-70 % adalah :
1. Setelan arus air yang tepat/sesuai, arus air tidak boleh terlalu deras karena apabila arus
airnya terlalu deras maka bijih timah akan ikut terbuang bersama tailing.
2. Ukuran ruber screen yang digunakan adalah <10 mm karena apabila ukuran ruber
screen >10 mm maka mineral pyrite, kuarsa dan batuan akan mudah masuk
kedalam Jig Primer dan Jig Clean Up atau dapat disimpulkan semakin besar
lubangnya, makin besar ruang antara batu-batu bed dan makin besar butir yang
melaluinya. Jika lubang saringan kecil <10 mm, maka kecil juga material   yang
masuk seperti bijih timah sehingga konsentrat menjadi lebih bersih. Pada saat final
konsentrat melalu shakan  Kadar sn yang didapatkan adalah 60-70%.

5.2. Saran
            Dari hasil pengamatan dan pencarian data dilapangan bahwa penulis memberi
saran yaitu :
1. Pada KIP Timah II berat bijih timah perkaleng susu yang diambil adalah >1,2
kg/kaleng susu, sedangkan bijih timah yang berat 0,9 - 1,1 kg/kaleng susu di buang,
saran saya ada baiknya bijih timah yang di buang tersebut diambil untuk diolah dan
diambil mineral ikutannya.
2. Untuk menghindari off kerja karena kerusakan alat ada baiknya setiap satu minggu
dua kali bagian perawatan melakukan pengecekan alat-alat penggalian dan pencucian
KIP Timah II agar dapat mengetahui keausan dan kerusakan alat.

DAFTAR PUSTAKA

TAMBANG TIMAH PT.,STRATEGI PERUSAHAAN, 1995 – 2004 ; PT.


TIMAH, Pangkalpinang 1994 (unpublished document).

Mirza Ibrahim Drs.; Sejarah dan Perkembangan Penambangan Timah di wilayah Kundur;


PT. Tambang Timah (Persero) Tbk. Unit Penambangan Timah Kundur; Kundur 1990
(unpublished).

Badan Meteorologi dan Geofisika Kepulauan Riau 2010.


Tambang Timah PT.; Pedoman Teknik Kerja, Data-data, laporan-laporan, serta buku-
buku yang diijinkan, PT. Tambang Timah.

Irwan Ir.; Pengolahan Bahan Galian, Pemisahan Bijih Timah Dengan Jig, mesh ruber
screen; Universitas Bangka Belitung; Balunijuk 2012.
Daftar isi

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan dan manfaat
1.3 Ruanglingkup
BAB II

Anda mungkin juga menyukai