Anda di halaman 1dari 25

INVESTASI TAMBANG

Pengusahaan bahan galian logam di indonesia sebelum tahun 1965


masih terbatas, namun dewasa ini, setelah pemerintah mengeluarkan
berbagai kebijakan dan kemudahan di sub sektor pertambangan umum,
baik dari segi perizinan, penanaman modal asing, maupun penanaman
modal dalam negeri, pengusaha bahan galian logam telah meningkat
pesat.
Timah mendapatkan urutan pertama dalam mineral logam penghasil
devisa negara. Namun dalam 10 tahun terakhir, harga timah mulai
merosot,

maka

devisa

terbesar

dihasilkan

dari

ekspor

tembaga.

Selanjutnya menyusul timah, nikel, bauksit, dan mangan. Jika logam mulia
ikut dimasukan, maka dalam 10 tahun terakhir emas merupakan
penghasil devisa terbesar.
Minyak bumi dan gas bumi masih merupakan sumber devisa utama
bagi negara. Sedangan untuk mineral energi batubara masih dalam
pengembangan mineral energi selain minyak bumi, diharapkan mineral
batubara dapat mensubstitusi minyak di masa datang.
Sumberdaya mineral indonesia dapar dibagi dalam tiga kelompok
besar yaitu:
-

Mineral energi
Mineral logam

: minyak dan gas bumi, batubara, radioaktif


: timah, emas, perak, tembaga, nikel,

mangan, dan sebagainya


Mineral nonlogam
: Batu gamping, lempung, pasir kuarsa,
pualam, dan sebagainya

TIMAH
Pada tahun 1851 pertambangan timah di Bangka dilaksanakan oleh
Pemerintah Hindia Belanda, dan 9 tahun kemudian Biliton maatschappij
memperoleh konsesinya. Kemudian meluaskan perusahaannya, Singkep
tin

maatschappij.

Pada

maatschappij

diteruskan

Maatschappij

Biliton

tahun
oleh

(GMB)

1923
NV

yang

usaha

gemeen

penambangan
schappelijke

merupakan

Biliton

Mijinbouw

perkongsian

dengan

pemerintah. Di zaman pendudukan balatentara Jepang penambangan


timah dilaksanakan oleh Mitsubishi Kogyoka Kaisha tetapi kegiatan di
Singkep

praktis

berhentu.

Setelah

Proklamasi

kemerdekaan,

GMB

melanjutkan lagi penambangan hingga konsesinya berakhir tahun 1953.


Perpanjangan konsesi diperoleh untuk jangka waktu lima tahun
berikutnya, pertambangan yang kemudian menjadi BUPTAN. Penjualan
hasil timah Bangka dilakukan oleh Kantor Penjualan Hasil Tambang Negeri.
Tahun 1961 dibentuklah Badan Pimpinan Umum (BPU) Perusahaan
Tambang Timah Negara. Badan ini mengkoordinasi semua kegiatan
pertambangan timah di Pulau Bangka, Belitung, dan Singkep. Dengan
Reorganisasi yang dilaksanakan pada tahun 1968, pertambangan timah
tercakup dalam Perusahaan Negara Tambang Timah (PN Timah). Tahunn
1976 kedudukan PN Tambang Timah diubah menjadi perseroan terbatas
PT Tambang Timah (Persero).
Kebijaksanaan baru pemerintah memungkinkan masuknya modal
asing di bidang pertambangan dalam bentuk kontrak karya. Kontrak karya
pertama dibidang timah ditandatangani pada tanggal 6 Juli 1968 antara
pemerintah Indonesia dengan NV BEMI, Biliton Exploitatie Maatschappij.
Pada tanggal 29 Mei 1971 dilaksanakan Kontrak Karya antara
Pemerintah Indonesia dengan Broken Hill Propretary Indonesia (BHPI)
untuk mengadakan penambangan endapan timah primer di Belitung. PT
BHPI ini kemudian dijual kepada perusahaan Jerman PT Preusag, dan
selanjutnya menjual kepada perusahaan nasional yakni PT Gunung Kikara
Mining.
Pada tanggal 16 Oktober 1971 Pemerintah menandatangani Kontrak
Karya

dengan

PT

Koba

Tin

untuk

mengadakan

eksplorasi

dan

pengembangan endapan timah, baik sekunder maupun primer, di daerah


daratan dan lepas pantai. Penambangan dilakukan dengan cara tambang
semprot

dan

menggunakan

kapal

keruk

darat.

Perusahaan

melakukan pencucian ulang terhadap tailing sisa tambang lama.


GEOLOGI

juga

Endapan timah di Indonesia terletak pada jalur timah terkaya


didunia. Jalur ini membujur dari Cina Selatan, Birma, Thailand, Malaysia,
dan Indonesia. Endapan timah primer umumnya terdapat pada batuan
granit, dan pada batuan endapan malih. Jenis primer pertama terdapat di
Tikus, bagian barat laut Pulau Belitung. Jenis primer kedua terdapat di
Kelapa Kampit, Garumedang, Selumar, dan Mangkubang, Belitung. Selain
yang di Mangkubang, kadar timahnya tidak merata seperti di Garumedang
1,0-2,5%, Selumar 0,8-1,0% sedangkan Mangkuban dapat mencapai
4,5%.
Jenis endapan primer yang terpenting ditemukan sebagai jejaring
(stcok work) sebagai greisen dalam granit dan urat turmalin kasiterit yang
membujur sejajar daerah sentuhan atau di dekatnya. Endapan sekunder
terdapat di endapan aluvial, endapan primer yang mengalami pelapukan
den di endapkan di suatu tempat. Umumnya butiran kasiterit diendapkan
dibagian hilir lembah. Di zaman quarter, sungai-sungai purba ini
tergenang air laut karena naiknya permukaan laut menutupi daratan,
sehinggal endapan aluvial ini terdapat juga di daerah lepas pantai.
EKSPLORASI
Endapan timah sekunder di darat sudah sulit ditemukan dan
kadarnya

makin

menurun.

Sedangkan

endapan

primer,

yang

penambangannya lebih sulit, belum banyak dicari dan diusahakan.


Kemungkinan penemuan cadangan sekunder baru terletak di lautan.
Eksplorasi

pendahuluan

Tujuannya

untuk

menggunakan

memetakan

geofisaka

penyebaran

lapisan

dengan

seismik.

aluvial

sekaligus

memetakan sungai-sungai purba. Kegiatan pengeboran dilakukan pada


sungai-sungai purba dengan mengoperasikan Bor Banka, Bucket Drill, Bor
Ponton, dan Kapal Bor.
PENAMBANGAN
Penambangan oleh PT Timah, PT Koba Tin, dan PT Riau Tin Mining
(Ritin) umumnya dilakukan pada endapan aluvial. Endapan aluvial
dikerjakan secara tambang terbuka (kolong) dengan penyemprot air

(monitor). Lumpur dari penyemprotan diisap dengan pompa ke tempat


pencucian berupa (sluice box) sampai kadar Sn 30-40%.
Untuk menambang endapan aluvial di lembah-lembah purba, baik
yang di darat maupun dilaut, dipergunakan kapal keruk dengan mangkok
maupun kapal keruk isap yang masing-masing mempunyai alat pencuci
jig. Tahun 1966 diperkenalkan 10 kapal keruk yang dapat dibongkar
pasang

untuk

memudahkan

pengoperasian

yang

berpindah-pindah.

Namun kapal keruk jenis isap tersebut kurang cocook di indonesia, karena
tanah yang mengandung timah bercampur dengan akar dan potongan
batang bekas pepohonan.
Pencucian lebih lanjut untuk mendapatkan kadar timah (70%)
dilakukan dengan pencucian. Bijih timah primer ini sangat halus dan
mengandung sulfida, sehingga tidak dapat diambil hanya denga metode
pencucian gaya berat saja, tetapi diperlukan tambahan peralatan flotasi.
PELEBURAN
Sebelum Perang Dunia II terdapat beberapa peleburan timah tungku
tegak dengan arang kayu. Setelah tahun 1966 Peleburan Timah (PELTIM)
membuat tiga tanur putar panjang 9 meter. Yang mampu menghasilkan
25.000 ton/tahun. Tahun 1975 diadakan perluasan dengan menggunakan
tiga tanur konvensional dengan kapasitas 18.000 m ton/tahun. Kemudian
pada tahun 1993 dibangun tanur no. 6 dan diresmikan setahun kemudian
dengan total kapasitas 40.000m ton/tahun.
Produksi timah Indonesia terus meningkat sesudah Perang Dunia I.
Namun tahun 1932 produksi menurun dikarenakan terjadi resesi ekonomi.
Pada zaman jepang produksi timah pada titik terendah yaitu 1.050 m
ton/tahun. Dan produksi tertinggi tercatat tahun 1954 sebesar 35,861 m
ton/tahun, dan turun kembali ke titik 12.769 m ton/tahun, ini disebabkan
tidak cukupnya dana terutama dana devisa untuk pergantian mesin dan
alat.
PEMASARAN

Harga timah sering mengalami penurunan. Ini diakibatan turunnaiknya kegiatan ekonomi dunia, juga dipengaruhi faktor fluktuasi dan
investasi, terutama ketika terjadi gangguan ekonomi moneter, politik, dan
keamana dunia. Turun naik ini ikut dipertajam pula oleh sifat pelburan
produsen kecil, karena proses peleburan memerlukan jangka waktu, jika
harga cenderung naik, perusahaan pelebur lebih dahulu menaikan harga
di pasar. Sedangkan jika harga turun, pelebur terlebih dahulu menurunkan
harga

pembelian

konsentrat

dari

penambang-penambang

kecil.

Selanjutnya harga timah yang terlalu tinggi dibanding dengan logam


lainnya telah menyebabkan dorongan yang besar mencari subtitusi dan
telah menyebabkan oula menurunnya konsumsi timah. Demikian juga
miniaturisaso

produk

elektronika

sera

pemakaian

serat

optik

menyebabkan jatuhnya harga komoditas timah.


Pemakaian dalam negri umumnya adalah untuk logam campuran,
seperti solder 60% Sn), babit (20% Sn), dan lainnya, rata-rata 400 m ton
setahun hingga tahun 1983. Peningkatan pemakaian timah dalam negeri
selama 10 tahun terakhir terutama disebabkan berproduksinya pabrik plat
timah, PT Latinusa sejak 1985. Dalam dua tahun terakhir indonesia
menjadi pengekspor logam timah terbesar di dunia yang mencapai 34.535
ton pada tahun 1994. Sehingga produsen di dunia adalah China melebihi
50.000 ton.

Operasioanal PT ANTAM

Sumber : http://www.timah.com/v3/eng/operational-review-performancereport/
NIKEL
Pada tahun 1935, Bone Tolo Maatschappij, anak perusahaan Oost
Borneo Maatschappij,

melakukan eksplorasi di daerah sekitar Pomalaa

(Kolaka), Pulau Maniang, dan Pulau Lemo, berhasil menemukan endapan


bijih nikel yang cukup kaya. Endapan ini terdapat di dekat Tanjung Pakar
yang tak berapa jauh dan' pantai, mempunyai kadar Ni rata-rata 3-3,5%.
Tahun 1936 dimulailah penambangan secara sederhana dan hasilnya

dikirimkan ke Jepang. Ini berlangsung samapi tahun 1941 ketika perang


pasifik meletus. Setelah perang berakhir, minat pihak luar negeri seperti
Freeport Sulphur Company, Oost Borneo Maatschappij yang pada tahun
1947-1950 berusaha kembali. Usaha itu gagal karena keadaan keamanan
tidak mengizinkan. Tahun 1957 usaha pertambangan dapat dimulai ileh PT
PERTO, yang menambang bijih yang masih tertinggal dari zaman perang
untuk diekspor ke Jepang. Baru pada tahun 1959-1960 dilakukan
penggalian di pulau Maniang, sejalan dengan kebijakan pemerintah.
Pada tahun 1968 Pemerintah mendirikan Perusahaan Negara Aneka
Tambang. Dengan terciptanya iklim usaha yang memungkinkan modal
asing

untuk

bekerja

di

indonesia,

pada

tanggal

27

juli

1968

ditandatangani kontrk karya Pemerintah dengan PT International Nickel


Indonesia, disamping penambangan bijih nikle yang semula diekspor
seluruhnya keluar negeri, kini Indonesia telah muncul sebagai penghasil
logar nikel.
Pada 17 Desember 1973, PN Aneka Tambang memancangkan tiang
pertama pendirian pabrik feronikel di Pomala. Dan pada 14 April 1976
pabrik ini mulai berproduksi, dan pengapalan pertama ke Jepang pada 17
Juni 1976. Mulai Desember 1978, PT Aneka Tambang (Persero) membuka
tambang baru di pulau Gebe, Maluku. Bijih di tambang ini memiliki
kelebihan dibandingkan dengan bijih nikel dari Pomalaa.
GEOLOGI
Bijih nikel di Indonesia terdapat di Pomalaa dan sekitarnya (Sulawesi
Tenggara), Soroako (Sulawesi Selatan) dan Pulau Gebe (Halmahera
Tengah, Maluku). Bijih nikel di sini termasuk laterit nikel dan nikel silikat
(garnierit, krisopras) yang terjadi akibat pelapukan dan pelindian batuan
ultrabasa seperti peridotit dan serpentinit, atau endapan bertipe molasa
yang terdiri dari rombakan batuan ultrabasa.
Endapan

bijih

daerah

Pomalaa

mempunyai

medan

dengan

ketinggian rata-rata 250 meter di atas permukaan air laut. Batuan


dasarnya adalah peridotit dan sepentinit, dan sebaran bijih sangat tidak

merata. Karena dipengaruhi morfologi dan dipengaruhi keadaan tektonik


setempat. Meskipun berjenis sama, endapan nikel sangat berlainan
dengan endapan laterit nikel di Sulawesi Tenggara dan Selatan. Secara
struktur geologi, endapan initerletak pada jalur oregen lingkar pasifik.
Batuan ini terdiri atas Mesozoikum atas sampai Tersier Bawah. Melalui
retakan pada batuan dasar ini terjadilah terobosan batuan ultrabasa. Dan
pengaruh iklim tropika, terjadilah proses pelapukan pada batuan tersebut,
dan selanjutnya timbulah endapan laterit nikel. Sebagian dari batuan basa
dan ultrabasa ini tertindih batu gamping dan batupasir.
Saat ini penambangan bijih nikel dilakukan oleh dua perusahaan,
yaitu PT Aneka Tambang (Persero) dan PT Inco. Untuk penambangan bijih
nikel, PT ANTAM mempunyai dua unit produksi, yaitu unit Pertambangan
Nikel Pomalaa, dan unit Pertambangan Nikel Gebe. Perluasan usaha di unit
Pertambangan Nikel Pomalaa sdah sampai produksi feronikel dengan
kadar 22-25%.
UNIT PERTAMBANGAN NIKEL POMALAA
PENAMBANGAN
Penambangan

bijih

nikel

di

Pomalaa

dilakukan

dengan

cara

penambangan terbuka. Penambangan dimulai dengan penebangan pohon


dan semak-semak kemudian lapisan penutup disingkirkan dengan cara
didorong dengan buldoser. Lapisan tanah penutup ini tidak dibuang dan
digunakan lagi untuk bekas penambangan dalam kaitan reklamasi daerah
tambang. Bijih nikel digali dengan menggunakan power-shouel dan
diangkut

ke

tempat

penimbunan

untuk

diekspor

dan

ke

tempat

penimbunan untuk pengolahan feronikel. Untuk memenuhi persyaratan


ekspor, bijih nikel dari beberapa daerah penambangan dicampur sehingga
kandungan nikel paling rendah 2.1%.
Bijih

nikel

yang

diekspor,

dimuat

ke

dalam

tongkangyang

selanjutnya ditarik dengan kapal tunda ke kapal samudra. Pemuatan kapal


sangat dipengaruhi cuaca, dan kemampuan muat kapal sekitar 4.000 ton
per hari.

Dalam tahun 1995 produksi feronikel ditingkatkan menjadi 11.000


ton per tahun. Karena akhir tahun 1994 pabrik feronikel telah selesai
dibangun. Tahap peleburan bijih nikel adalah:

pencampuran bijih dilakukan untuk memenuhi persyaratan

peleburan, terutama nilai kebasaan sekitar 0,58;


penghancuran dan pengayakan untuk mendapatkan diameter

bijih nikel sekitar 50 mm;


kalsinasi, yaitu proses untuk menghilangkan kadar air, baik

dari bijih nikel maupun antrasit sebagai reduktornya;


peleburan dengan menggunakan dapur listrik berkekuatan 20

MVA;
pemurnian

untuk

menghilangkan

unsur

belerang,

silika,

karbon, dan fosfor.


Feronikel yang mengandung 22-25% Ni+Co diproduksi oleh PT
ANTAM yang proses peleburannya menggunakan proses Elkem dalam
tanur listrik. Feronikel hasil tanur ini kemudian dimurnikan dalam dua
tahap. Tahap pertama, dengan menggunakan karbid dan bubuk soda
sebagai bahan pembuang belerang. Pemurnian tahap kedua, adalah
pemurnian karbon tinggi yang dilakukan secara batch, yaitu feronikel cair
selagi masih dalam tanur goyang (Shaking conuenter), dihembusi dengan
oksigen untuk membuang berbagai unsur seperti karbon, silikon, krom,
dan fosfor. Pemurnian tahap kedua ini menghasilkan feronikel berkadar
karbon rendah.
UNIT PERTAMBANGAN NIKEL GEBE
Penambangan

di

pulau

Gebe

dilakukan

dengan

cara

penambangan terbuka. Bijih yang telah ditambang masuk ke tempat


penyaringan dan penghancuran sehingga berukuran kurang dari 20 cm.
Dari stasiun penggilingan, bijih diangkut dengan ban berjalan ke tempat
penimbunan, dan siap untuk dikapalkan. Pemuatan bijih ke kapal
dilakukan dengan tongkang. Bijih nikel Pulau Gebe berkadar tinggi
diekspor ke Jepang dan dikirim ke Unit Pertambangan Nikel Pomalaa PT

Aneka Tambang (Persero) untuk umpan pabrik feronikel, sedangkan bijih


berkadar rendah diekspor ke Australia.
Jumlah cadangan dan sumber daya mineral ANTAM saat ini adalah:
Cadangan dan Sumber Daya Mineral (000 wmt)*
Komoditas
Nikel Saprolit
Nikel Limonit

Jumlah Bijih
2012
2013
361,3
379,0
464,0
476,9

* Berdasarkan laporan Competent Person. Data per 31 Desember 2012. Estimasi pada tabel ini
termasuk estimasi sumber daya nikel PT Gag Nikel, estimasi sumber daya bauksit PT Borneo Edo
International dan PT Mega Citra Utama, estimasi cadangan dan sumber daya emas PT Cibaliung
Sumberdaya dan estimasi sumber daya tereka emas.

Cadangan Terbukti dan Terkira (000 wmt)**


Komoditas
Nikel Saprolit
Nikel Limonit

Jumlah Bijih
2012
2013
137,0
137,0
-

** Jumlah cadangan yang ada di tabel ini juga termasuk di tabel cadangan dan sumber daya mineral
dan termasuk estimasi cadangan PT Cibaliung Sumberdaya.
Sumber : http://antam.com/index.php?option=com_content&task=view&id=47&Itemid=52

PT INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA


PT INCO memproduksi nikel kasar berkadar 75%. Dengan kapasitas
produksi saat ini 43.800 ton nikel kasar. Untuk mendukung semua
kegiatannya, PT Inco telah membangun pusat listrik tenaga air dengan
membendung sungai Larona.
PENAMBANGAN
Bijih saprolitik yang mengandung nikel terdapat secara
terpencar, tertutup oleh lapisan penutup dan limonit yang berkadar nikel
rendah dengan ketebalan berbeda-beda. Penambangan dilakukan secara
terbuka dan produksi harian sekita 15.000 ton. Penambangan dilakukan
dengan menggali tebing-tebing 6-8 m, dimulai dari puncak bukit arah
bawah. Bijih diangkut ke pengayakan, dan yang berukuran kurang dari 15

cm diangkut ke pabrik peleburan atau ke tempat penimbunan sementara.


Tabel dibawah ini memperlihatkan perhitungan cadangan mineral yang
terbukti dan terkira terkait data per 31 Desember 2015 dan 2014.

Sumber

http://www.vale.com/indonesia/EN/investors/indonesia-

investors/information-market/annualreports/Pages/default.aspx#subsidiaries
PELEBURAN
Masa produksi bijih nikel dapat dibagi dalam tiga masa, yaitu
sebelum Perang Dunia II, masa pendudukan jepang (1942-1945), dan
sesudah tahun 1959. Sebelum Perang Dunia II, Bone Tolo Maatsschappij
memproduksi bijih nikel sejak tahun 1938 di daerah Pomalaa dan
sekitarnya.
Selama masa pendudukan Jepang, produksi dilakukan terus oleh
pihak Jepang untuk diekspor ke negerinya. Setelah Perang Dunia 11
sampai tahun 1958, praktis tidak ada produksi bijih nikel karena situasi
keamanan pada waktu itu.
Baru pada tahun 1959, PT PERTO memulai produksi lagi dengan
menambang bijih di daerah Pulau Maniang dan ini hanya berlangsung
sampai dengan tahun 1960. Selanjutnya, produksi bijih nikel dilaksanakan
berturut-turut oleh PT (Negara) Pertambangan Nikel lndonesia, BPU
PERTAMBUN, PN Aneka Tambang, dan perusahaan asing PT lnco.
Produksi bijih nikel terus meningkat sejak pertama kali ditambang
dan mengalami puncak produksi pada tahun 1981. Sampai dengan tahun
1978 semua bijih yang dihasilkan PT Aneka Tambang (Persero) diekspor ke
Jepang. Mulai tahun 1976, sebagian bijih dilebur menjadi feronikel dalam

bentuk batangan (ingor) dan butiran (shot), sedangkan PT lnco melebur


bijih nikel menjadi nikel kasar dalam bentuk butiran.
PRODUKSI NIKEL TAHUN 2011-2015

Sumber : PT Vale Indonesia Tbk Annual Report 2015


PEMASARAN
Salah satu khas industri nikel indonesia adalah ketergantungan
pada pasar di luar negeri. Statistik ekspor logam nikel indonesia dalam
kurun waktu 1976-1994, yang dikaitkan dengan keadaan permintaan
pasar. Bijih nikel merupakan mata perdagangan terlemah di antara ketiga
mata dagangan nikel indonesia. Bijih nikel indonesia yang di ekspor,
khusus yang berkadar tinggi, keseluruhannya untuk pasaran di jepang.
Untuk bijig nikel yang berkadar rendah diekspor ke austrlia. Pada
dasarnya ekspor bijih nikel yang mmepunyai nilai tambah rendah ini,
sifatnya hanya untuk sementara, sampai kemampuan pengolahan di
dalam negeri dianggap memadai, baik dalam aspek teknis maupun
ekonomis.
Posisi indonesia dalam memasarkan bijih nikel tidak cukup kuat,
karena harus berhadapan dengan negara pembeli tunggal. Sebagian
besar nikel kasar dan feronikel juga diekspor ke Jepang, karena jarak yang

relatif dekat, dan hubungan dagang yang baik antara indonesia dan
jepang. Usaha perluasan daerah pemasaran bijih nikel terus dilakukan
terutama pada industri nikel dikawasan ini yang akan memperoleh
keuntungan bersama. Feronikel biasanya digunakan untuk industri baja
tahan karat atau paduan baja, sedangkan nikel kasar harus diproses lagi
sebelum dapat digunakan pada industri yang lebih hilir.
TEMBAGA
Sebelum Perang Dunia II, tembaga pernah diperoleh sebagai hasil
sampingan penambangan emas di muara Sipongi, Sumatera Utara dan
Pandan, Kalimantan Barat. Pada tahun 1967 dilakukan usaha penemuan
dan pengusahaan tembaga secara besar-besaran yang dilakukan oleh
perusahaan Freeport Indonesia Incorporated di daerah Gunung Bijih, Irian
Jaya, yang menandatangani kontrak karya dengan pemerintah pada
tanggal 7 April 1967.
Bijih tembaga di Gunung bijih, ditemukan oleh J.J. Dozy tahun 1936,
bijih yang ditemukan berasal dari suatu tubuh yang pejal pada ketinggian
3460 m di atas permukaan laut, sehingga dinamakan Ertsber yang artinya
gunung bijih. Freeport diresmika oleh presiden Soeharto pada tanggal 3
Maret 1973.
TEMBAGA
Bijih tempaga di Indonesia terbentuk secara magmatik yang
terbentuk oleh proses metasomatik. Pada umumnya bijih tembaga di
lndonesia terbentuk secara magmatik yang terbentuk oleh proses
metasomatik. Endapan hidrotermal umumnya berupa urat-urat kecil yang
kurang ekonomis untuk ditambang. Namun demikian, di antara endapan
hidrotermal tersebut terdapat beberapa yang mempunyai nilai ekonomis,
seperti

cebakan

tembaga

di

Gunung

Limbung

(Jawa

Barat)

dan

Tapadaa/Tomboililato, Gorontalo (Sulawesi Utara). Jika proses hidrotermal


bertemu dengan lapisan sedimen laut ataupun sedimen gunung api akan
menghasilkan cebakan bijih jenis kuroko yang masif dan kompleks, seperti
yang ditemukan di Sangkaropi, Tana Toraja (Sulawesi Selatan).

Daerah mineralisasi di Gunung Bijih merupakan daerah intrusi


batuan bersifat granodiorit bertekstur porfir yang menerobos batu
gamping Formasi Faumi yang berumur Eosen. Gunung Bijih itu sendiri
merupakan masa batuan bersifat gampingan yang telah berubah karena
proses

metamorfosis

dan

metasomatis,

sedangkan

tubuh

bijihnya

merupakan masa berbentuk sumbat seperti gigi pada rahang yang


mempunyai akar yang panjang. Bagian yang tersingkap dan menjulang di
atas dasar lembah mencapai ketinggian 140 m, sedangkan akarnya
menunjam ke bawah hingga mencapai kedalaman 360 m. Cadangan
tembaga di Gunung Bijih sebesar 33 juta ton, dengan kandungan tembaga
rata-rata 25%, besi 41%, emas 0,75 g/ton, dan perak 9 g/ton. Selain di
Gunung Bijih, mineralisasi tembaga ditemukan pula di Gunung Bijih Timur
yang mengandung 45 juta ton bijih dengan kandungan tembaga 2,87%,
emas 0,9 gram/ton, dan perak 15 g/ton; DOM (30,89 juta ton bijih), Big
Gossan (8,49 juta ton bijih); dan Grasberg, yang merupakan bijih Au-Cu
dengan jumlah cadangan 976,6 juta ton bijih. Bijih tembaga pada
umumnya terdiri dari mineral kalkosit (Cu2S) dan bornit (Cu5FeS).
Selain irian jaya, beberapa daerah yang diperkerikan mempunyai
cadangan bijih tembaga berjumlah cukup besar dan bernilai ekonomis
antara lain:
-

Sungai mak, cabang kiri di Gorontalo, Sulawesi Utara yang


diperkirakan mengandung 100 juta ton bijih dengan kandungan

tembaga rata-rata 0,7% dan emas 0,5 g/ton.


Gunung Limbung, Jawa Barat yang diperkirakan mengandung 3,5
juta ton bijih sulfida kompleks dengan kandungan tembaga rata-rata
0,34%, timah hitam 1,99% dan seng 4,05%. Cadangan diperkirakan
dapat encapai 5-6 juta ton bijih, karena masih ada urat-urat bijih
yang belum diselidiki secara mendalam

PENAMBANGAN
Penambangan yang diterapkan di Tembagapura dapat dibedakan
dalam tiga cara, yaitu tambang terbuka tanpa pengupasan, tambang
terbuka dengan pengupasan, tambang dalam.

Tambang terbuka tanpa pengupasan diterapkan pada singkapan


bijih berbentuk bukit yang muncul di permukaan dengan sedikit tanah
penutup. Keran berbentuk bukit-bukit, maka dilakukan pengeboran dan
peledakan untuk pelepasan batuan dari batuan asal. Batuan hasil
peledakan kemudian dimuat dengan dump truck untuk diangkut ke pabrik
pengolahan.
Tambang terbuka dengan pengupasan diterapkan pada endapan
yang terdapat dekat dengan permukaan. Untuk mendapatkan bijih
tembaga, terlebih dahulu harus mengupas tanah penutup. Cara pelepasan
batuan dari batuan asalnya maupun pemuatan, sama dengan cara
pertama.
Tambang dalam diterapkan untuk endapan yang terdapat cukup
jauh dari permukaan, dan ditinjau dari faktor ekonomis serta faktor
keamanan, serta tidak memungkinkan secara tambang terbuka.
PENGOLAHAN
Proses

pengolahan

bijih

pertama

kali

bongkahan

diperkecil

ukurannya dengan alat peremukan (crushing), penggilingan (grinding),


dan penggerusan (milling) yang dikombinasikan dengan penyaringan
(screening)

lalu

tepung

tembaga

akan

dimasukan

ke

dalam

unit

pengapungan (flotasi) dengan menggunakan reagen kimia. Hasil dari


pengapungan merupakan hasil akhir dari pengolahan yang dinamakan
konsentrat.
Dari bijih yang diolah sekitar 22.500 ton perhari akan diperoleh
konsentrat tembaga sekitar 920 ton dengan kandungan tembaga 45%,
perak lebih dari 199 g/ton, dan Au (emas) 12.68 g/ton.
Pada akhir tahun 1994 produksi konsentrat sebesar 70.000 ton bijih/hari. Dan pada
tahun 1995 direncanakan sebesal 115.000. Berikut data produksi dan ekspor tembaga di
Indonesia.
Produksi tembaga indonesia
TAHUN

PRODUKSI

2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

817.796,00
796.898,00
998.530,37
879.696,85
545.262,70
8.653.408,49
505.553,00
166.500,64

Sumber:http://kip.esdm.go.id/pusdatin/images/pusdatin/pengolahan_data_mineral/statistik_
mineral/produksi_mineral_per_komoditas.pdf

PEMASARAN
Penjualan tembaga

di pasar dunia dapat berupa

konsentrat

tembaga dengan kontrak penjualan jangka panjang ataupun dalam


bentuk copper cathode yang biasanya dengan kontrak penjualan jangka
pendek. Penjualan konsentrat tembaga Indonesia diperhitungkan dengan
persentasi kandungan tembaga, emas, dan perak serta dikurangi dengan
kandungan air dalam konsentrat, kehilangan logam dalam peleburan, dan
biaya peleburan dan pemurnian. Ekspor tembaga ditujukan ke pabrikpabrik peleburan tembaga di Jepang , Jerman Barat, dan Korea.
BAUKSIT
Penambangan bauksit dilaksanakan oleh Unit Pertambangan Bauksit
Kijang, bagisa dari PT Antam, kepulauan bintan, dan sekitarnya dengan
cara tambang terbuka. Pada tanggal 17 November 1959, kementrian
perindustrian dasar dan pertambangan mendirikan PT Pertambangan
Bauksit Kijang (Perbaki). Terhitung tanggal 30 Desember 1974 dengan
berubahnya status PN Aneka Tambang menjadi PT Aneka Tambang
(persero), maka Unit Pertambangan Bauksit Kijang menjadi bagian dari PT
Aneka Tambang (Persero).
GEOLOGI
Sebagian besar yang ada didunia ditemukan dalam bentuk trihidrat,
hanya sebagian kecil yang monohidrat. Batuan yang memenuhi syarat

diantaranya syenit dan nefelin yang berasal dari batuan beku, batu
lempung, lempung dan serpih. Batuan-batuan ini akan mengalami
laterisasi, yaitu proses yang terjadi karena perubahan suhu secara terusmenerus sehingga batuan menagalami pelapukan dan terpecah-pecah.
Pada musim hujan, air memasuki rekahan-rekahan dan menghanyutkan
unsur yang mudah larut sementara unsur-unsur yang sukar larut
tertinggal dalam batuan induk. Setelah unsur-unsur yang mudah larut dari
batuan induk, seperti Na, K, Mg, dan Ca dihanyutkan oleh air, residu yang
ditinggalkan (laterit) menjadi kaya dengan alumunium hidroksida yang
kemudian diproses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit.
PENAMBANGAN
Penambangan bauksit dilakukan mula-mula dengan menyingkikan
tumbuh-tumbuhan penutup, disusul dengan pengupasan lapisan tanah
penutup setebal 20-100 cm. Lapisan bijih bauksit yang mempunyai
ketebalan 2-5 meter kemudian digali dengan singkup mesin, sekaligus
memuatnya ke dalam truk ungkit. Selanjutnya truk menuju ketempat
pencucian. Biji dari tambang tersebut dicuci di tempat pencucian dengan
maksud untuk menghilangkan tanah dan lumpur dan meningkatkan
kualitas bijh.
Bauksit yang telah dicuci ini dimasukan ke tempat penimbunan
untuk dimuat ke dalam kapal pelabuhan curah Kijang. Cara penambangan
ini cukup sulit, karena cadangan bijih itu besar dan kualitasnya tidak sama
besar. Bijih bauksit untuk kualitas ekspor harus memenuhi persyaratan
tertentu. Pencampuran antara kualitas yang kurang baik dengan bijih
kualitas baik, dimulai saat melakukan penambangan yang diambil dari
beberapa tempat, terakhir pencampuran kualitas dilakukan pada saat
pemuatan ke dalam kapal.
PRODUKSI
Seluruh hasil produksi bauksit Indonesia di ekspor ke luar negeri,
dengan negara tujuan Jepang dan beberapa negara Eropa. Pemuatan dan
pengapalan dilakukan di pelabuhan Kijang , Pulau Bintan, langsung

ketempat penimbuanan bauksit. Smpai saat ini pasar bauksit Indonesia


masih sangat tergantung kepada pembeli terbesar, yaitu Jepang.
Penjualan dan ekspor bauksit Indonesia ke Luar negeri dilakukan
berdasarkan kontrak jangka panjang, yang setiap tahun ditinjau kemabli
untuk merundingkan jumlah dan harga yang akan diberlakukan pada
tahun berikutnya. Untuk stabilisasi harga dan penyesuaian produksi
dengan turun naiknya permintaan, maka jika permintaan turun produksi
dikurangi, dan jika perlu diberi potongan harga. Dalam menghadapi
kenaikan permintaan selalu tersedia kapasitas cadangan dan jika perlu
dibangun kapasitas baru.
Pada tahun 2015, pendapatan dari komoditas bauksit yang dijual ke
ventura bersama milik ANTAM dan Showa Denko K.K. Jepang, PT Indonesia
Chemical Alumina, mencapai Rp66,06 miliar, naik 235% dibandingkan
tahun 2014 seiring dengan dimulainya fase pra produksi pabrik CGA
Tayan. Volume produksi bauksit tercatat turun 25% menjadi 201.517 wmt
sementara volume penjualan bauksit naik 200% menjadi 182.624 wmt.
Penurunan

produksi

bauksit

disebabkan

penjualan

bauksit

lebih

menggunakan stok yang sudah ditambang di tahun sebelumnya sehingga


level produksi disesuaikan dengan kebutuhan pabrik CGA Tayan. Produksi
eira tercatat 101% dari target internal 200.000 wmt sementara penjualan
mencapai 76% dari target 240.000 wmt. Pendapatan dari komoditas
bauksit memiliki kontribusi 0,6% dari pendapatan Perusahaan.

Kinerja Operasional PT ANTAM

Sumber: Annual Report PT ANTAM 2015

EMAS DAN PERAK


Di indonesia penambangan emas telah dikerjakan oleh rakyat sejak
beberapa abad yang lalu. Pada pertengahan abad ke-17, telah ada
tambang

emas

di

Sumatera

Barat

yang

dikerjakan

oleh

VOC.

Penambangan modern dimulai dengan dibukanya tambang primer di


Lebong Denok oleh Perusahaan Rejang Lebong di Bengkulu pada tahun
1897. Kemudian disusul dengan dibukanya tambang lain, seperti Lebong
Sulit dan Simau serta Lebong Simpang tahun 1921, dan Sawah tahun
1923.
Di Kalimantan, ada beberapa tambang yang hasilnya kurang
memadai dibandingkan dengan di Sumatra, dan pertambangan yang
berkembang adalah pertambangan rakyat. Umumnya, tambang-tambang
emas di Sulawesi Utara berskala kecil. Di pulau Jawa tambang Cikotok di
Banten Selatan diusahakan oleh perusahaan Zuid Bantam beberapa tahun
sebelum Perang Dunia II.
GEOLOGI
Di antara jalur mineralisasi yang mengandung emas dan perak di
Indonesia, maka jalur mineralisasi yang memanjang dari ujung Sumatra
ke selatan dan berlanjut ke Jawa, paling banyak dikenal. Selain emas dan
perak, pada beberapa tempat ditemukan juga platina. Daerah mineralisasi
ini mengandung endapan bijih epitermal sebagai hasil kegiatan magmatik
di zaman tertier tengah dan atas. Selain itu ada juga yang berasosiasi
dengan batuan dasitik, liparitik, dan granitik, serta mineralisasi kontak

metasomatik didalam batu gamping dan batu sabak dari zaman


paleozoikum.
Umumnya, daerah-daerah emas dan perak dapat dibagi menjadi
dua, yaitu endapan primer dan endapan sekunder.
1) Endapan Primer mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Urat kuarsa mengandung emas pada formasi sabak sebelum tersier
seperti Bulangsi, Cikotok,
b) Urat tersier muda andesit, dasit, trakhit dan riolit seperti daerah
emas Lebong dan daerah emas Sumatra Barat
c) Endapan kontak metamorfosa yang berhubungan dengan sulfida
pirit, kalkopirit, galena, dan splareit yang terjadi dalam urat di
daerah kontak seperti Muara Sipongi.
2) Endapan Sekunder, ciri-cirinya adalah
a) Endapan diluvial plistosin pada lapisan lapisan sungai tua ditutupi
oleh aglomerat dan tufa.
b) Endapan aluvial yang

berasal

dari

urat-urat

kuarsa

yang

mengandung emas lebih tua tetapi berasal juga dari urat-urat


tersier.
PENAMBANGAN
Kegiatan penambangan telah dimulai sejak akhir tahun 1992
dengan penambangan bawah tanah memakai cara gali-isi, dan bijihnya
diangkut dengan lori ke instalasi pengolahan. Urat bijih akan ditambang
dengan mempergunakan hand beld drill electric slusher dan rongga stope
akan diisi dengan sand slime tailing dari unit pengolahannya.
Jumlah cadangan dan sumber daya mineral ANTAM saat ini adalah:
Cadangan dan Sumber Daya Mineral (000 wmt)*
Komoditas
Emas
Bauksit

Jumlah Bijih
2012

1H13
9,0
473,8

9,5
546,8

* Berdasarkan laporan Competent Person. Data per 31 Desember 2012. Estimasi pada tabel ini
termasuk estimasi sumber daya nikel PT Gag Nikel, estimasi sumber daya bauksit PT Borneo Edo
International dan PT Mega Citra Utama, estimasi cadangan dan sumber daya emas PT Cibaliung
Sumberdaya dan estimasi sumber daya tereka emas.

Cadangan Terbukti dan Terkira (000 wmt)**


Jumlah Bijih

Komoditas

2012

Emas
Bauksit

1H13
6,2
108,8

6,2
111,9

** Jumlah cadangan yang ada di tabel ini juga termasuk di tabel cadangan dan sumber daya mineral
dan termasuk estimasi cadangan PT Cibaliung Sumberdaya.

PENGOLAHAN
Pengolahan bijih emas Gunung Pongkor melalui unit-unit proses
peremukan, penggerusan, sianidasi, carbon in pulp, desopsi karbon,
presipitasi,

dan

pemurnian.

Pada

tahun

1979

alat

flotasi

mulai

ditambahkan untuk mengambil logam timbel dan seng. Pabrik emas Unit
Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia merupakan bagian dari kegiatan
usaha PT Aneka Tambang (persero) dan merupakan satu-satunya unit
pengolahan dan pemurnian emas di indonesi. Sejak 1989, kapasitas
pemurnian pabrik ini, yang berlokasi di Pulogadung, Jakarta Timur,
ditingkatkan dari 30 ton emas dan 70 ton perak pertahun menjadi 50 ton
emas dan 120 ton perak pertahun, yakni untuk mengolah presipitat emas
produksi Unit Pertambangan Emas Pongkor dan perusahaan-perusahaan
kontrak karya. Pabrik yang menghasilkan produk dengan merek dagang
logam mulia ini memurnikan presipitat emas menjadi emas murni
berkadar 99,99% dan perak berkadar 99,95%

Sumber : Annual Report PT ANTAM 2015


BATUBARA

Pada tahun 1888, suatu perusahaan swasta memulai kegiatannya di


Pelarangan, yang terletak sekitar 10 km sebelah tenggara Samarinda.
Pada tahun 1868-1873 dilakukan penyelidikan geologi di daerah sungai
Durian, Sumatra Barat, dan ditemukan suatu lapangan batubara Ombilin
yang

potensial.

Sawahlunto

Pada

mulai

tahun

1892

beroperasi

Tambang

Batubara

bersamaan

dengan

Ombilin

di

selesainya

pembangunan jalan kereta api antara teluk Bayur Sawahlunto sepanjang


155 km. Pembangunan jalan kereta api tersebut dilaksanakan dari tahun
1888 sampai tahun 1892.
Selain tambang-tambang batubara tersebut, pada masa itu terdapat
pula beberapa perusahaan kecil yang berusaha di bidang pertambangan
batubara, namun pada umumnya tidak berumur panjang. Sehingga
tambang-tambang batubarayang dapat bertahan dan berkembang adalah
tambang batubara di Ombilin, Bukit Asam dan Mahakam.
Perkembangan industri batubara di indonesia mulai menigkat sejak
terjadinya krisis energi pada tahun 1973, yang dimulai dengan adanya
embargo minyak oleh negara-negara Arab daam Perang Timur Tengah.
Batubara mulai memegang peranan penting sebagai energi pengganti
setelah minyak bumi sejak dicanangkan kebijaksanaan energi nasional
pada tahun 1976
GEOLOGI
Secara umum batubara yang terdapat di indonesia berumur antara
Permo-Karbon sampai Pliosen, namun batubara yang potensial dan
mempunyai nilai ekonomis terdapat pada sedimen tersier yang berumur
Erosen sampai Miosen. Batubara Eosenditemukan dalam cekungan
Ombilin di Sumatra Barat, di Kalimantan bagian Timur dan Barat, Malawa
di Sulawesi Selatan, dan Bayah Jawab Barat, yang dicirikan oleh sifat
fisiknya, seperti halnya warna

yang hitam, keras dan mengkilat,

menyerupai batubara bituminus.


Cadangan batubara tersier muda yang terbesar terdapat di Sumatra
Selatan dan Kalimantan, dan diperkirakan terbentuk dalam lingkungan

pengendapan delta. Secara umum batubara tersebut dapat dimasukan ke


dalam jenis lignit sampai batubara berbitumen tanggung. Di beberapa
tempat, mutu batubara tersebut dapat meningkat menjadi batubara
bituminus, antrasit maupun kokas alam, yang di akibatkan oleh adanya
pengaruh panas dari aktivitas intrusi batuan beku.
PENAMBANGAN
Saar ini, Badan Usaha milik Negara pertambangan batubara adalah
PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), yang terdiri atasUnit Tambang
Batubara Bukit Asam di Tanjung Enim, Sumatra Selatan dan Unit Tambang
Batubara Ombilin di Sumatra Barat.
Penambangan dilakukan secara tambang terbuka, yang dilakukan di
Tambang

Air

Laya

dan

Non

Air

Laya.

Pada

tambang

Air

Laya

dikembangkan sistem penambangan menerus dengan menggunakan


buckhet wheel excavator. Pada tambang Non Air Laya, termasuk di Muara
Tiga

Besar

diterapkan

sistem

penambangan

konvensional

dengan

menggunakan shovel dan truck. Produksi batubara di tanjung enim,


Sumatra Selatan, diangkut dengan kereta api ke pelabuhan batubara
Tarahan di Lampung dan selanjutnya diangkut dengan kapal laut ke PLTU
Suralaya, Jawa Barat.
PRODUKSI DAN PENJUALAN
Produksi Batubara Indonesia sangat dipengaruhi oleh penggunaan
atau pemanfaatannya di dalam negeri. Sebelum Perang Dunia II,
umumnya

batubara

dipergunakan

sebagai

bahan

bakar

guna

menghasilkan uap untuk menggerakkan mesin, seperti halnya mesin


lokomotif kereta api, mesin kapal lau, dan mesin industri lainnya.
Konsumen Batubara yang terbesar di indonesia saat ini adalah PLTU
yang berbahan bakar batubara. Sesuai dengan rencana jangka panjang
PLN, sejumlah PLTU berbahan bakar batubara akan dibangun di berbagai
tempat di masa mendatang diperkirakan akan meningkat pula. Industri
semen merupakan konsumen batubara terbesar setelah PLTU, yang pada
tahun 1995 membutuhkan batubara sebanyak 3,3 juta ton. Kebutuhan

batubara ini diperkirakan akan meningkat hampir tiga kali lipat 7,8 juta
ton. Kebutuhan batubara untuk industri lainnya, seperti pembakaran
kapur, bata dan keramik, industri pulp, dan peleburan logam diperkirakan
sekitar 0,8 juta ton.
Pada tahun 2011, perusahaan meningkatkan produksi batubara
hingga 3,9%. Total material yang diproduksi perusahaan pun meningkat
hingga 32,2 %. Peningkatan produksi juga terjadi pada volume angkutan
kereta api yang mencapai 9,9 %. Di samping itu, perusahaan mendirikan
anak perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan batubara untuk
mengamankan pasokan ke konsumen.
Ikhtisar Operasional PT Bukit Asam

Sumber : http://www.ptba.co.id/id/about/business#production
Perkembangan ekonomi yang pesat di negara-negara Asia, seperti
Jepang, Taiwan, Malaysia, Hongkong, dan Korea, akan berpengaruh pula
terhadap peningkatan ekspor batubara uap Indonesia dari tahun ke tahun.
Ekspor batubara Indonesia telah pula mendapatkan pasaran yang cukup
baik di negara-negara Eropa, terutama Belanda. Batubara indonesia
dikenal didunia sebagai batubara yang aman dan bersahabt terhadap
lingkungan, karena kandungan belerang serta abunya yang sangat

rendah. Misalnya batubara produksi PT Adaro Indonesia yang lebih dikenal


sebagai Envirocoal, mendapatkan kepercayaan untuk digunakan sebagai
bahan PLTU di Tampa, Florida, U.S.A.

Anda mungkin juga menyukai