Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH EKONOMI MINERAL

SUMMARY BUKU “GRASBERG” BY GEORGE A. MEALEY

Dosen Pengampu :
Supriyadi Ph.D

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Muhammad Iqbal Asada 11170980000006
Dinda Angelia Biya 11170980000009
Safitri Ayu Anjani 11170980000010
Haiqal Zalfa Sanabil 11170980000011
Anrischa Pujiyana 11170980000019
Hana Tyas Ratnanggana 11170980000024
Din Fatha Assidqi 11170980000030
Salman Mufiy Dhiyauddin 11170980000033

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
Bagian I
FREEPORT DAN IRIAN JAYA

1. Freeport dan Irian Jaya

Pada tahun 1936 Jacquez Dozy mengenali sebuah gunung yang dinamai Grasberg atau
Gunung Rumput. Dozy Menganalisa lapisan batuan di labotarium dan mendapatkan analisa
yang kemudian ia membuat sebuah jurnal bernama Geologi Leiden (Leidsche Geologische
Mededeelingen). Pada tahun 1950 Forbes Wilson sebagai pejabat eksplorasi Freeport Sulfur
menemukan laporan jurnal Dozy,ia terkesan akan penemuan Dozy tersebut yang kemudian
pada tahun 1960 mengadakan ekspedisi untuk melihat kejaiban tersebut.Pada saat itu pun
Wilson Mengabarkan kepada direktur Freeport untuk menambang endapan Bijih.Kemudian
Etsberg memberikan produksi pertamanya pada tahun 1972.Tambang Freeport mengalami
beberapa masalah operasi setelah 10 tahun berdiri , diantaranya harga tambang yang terus
menurun , penggunaan serat optik dan aluminium sebagai pengganti kawat tembaga , dan
asumsi negatif dari investor yang beranggapan masa depan tembaga sudah berakhir .

Timeline Freeport dalam tahun tahun yakni , tahun 1960 proyek grand isle mulai
memproduksi belerang , tahun 1963 produksi 2,5 juta ton , membuat freeport penghasil
belerang terbesar di dunia , tahun 1972 proyek nikel-kobalt di greenvale australia mulai
beroperasi , tahun 1986 management freeport mulai risau dengan cadangan mineral menipis di
alami banyak anak perusahaan dalam kasus ini freeport indonesia beruntung karena masih
dapat melakukan eksplorasi di beberapa daerah produktif dalam wilayah kontrak kerja , tahun
1990 awal baru bagi freeport indonesia untuk berkembang hampir secara eksponensial , tahun
1995 batuan di olah capai 125.000 perhari sekaligus menghasilkan 500.000 ton limbah per hari

Sementara itu di Papua New Guinea terdapat pegunungan kapur yang tinggi berelief
curam dengan ketinggian rata-rata 3000 meter. Pegunungan ini diapit oleh daerah alluvial
landau di sisi utara dan selatan. Seluruh deretan pegunungan menunjukkan tanda-tanda adanya
mineralisasi, terutrama bagi tembaga dan emas. Pada tahun 1623, Jan Carstensz melihat sebuah
puncak yang tertutup salju dilerengnya, yang sekarang menjadi daerah pertambangan Freeport.
Laporan Cartensz diperolokkan oleh orang di Eropa karena cerita tentang adanya gletser digaris
khatulistiwa dianggap sebagai sesuatu yang tidak mungkin. Beberapa nama besar dalam
navigasi dan penjajahan yang pernah berlayar atau singgah di Irian adalah : William Dampier
(1700), Louis Antoine de Bougainville (1768), James Cook (1770) dan Dumont D’Urville
(1827). Misionaris adalah salah satu penjelajah perintis di Irian. Untuk mencegah terjadinya
benturan antar agama, pada tahun 1912 diciptakan “batas wilayah”, yang menetapkan
penyebaran agama Protestan di bagian utara dan penyebaran agama Katholik di selatan, persis
seperti pembagian di negeri Belanda.

2. Penemuan Ertsberg
Tahun 1959, Forbes K.Wilson mengatakan ternyata benar ada cebakan bijih Abad ke-20, garis
pantai New Guinea sudah di petakan dengan teratur. Namun daerah perdalaman tetap menjadi
terra incognita atau daerah tak dikenal membuat para peneliti putus asa tapi tetap menantang
yaitu puncak bersalju yang selalu tertutup awan. Para ornitologis membawa pulang 2.200 kulit
burung terdiri dari 225 spesies bagi ilmu pengetahuan, kulit hewan menyusui seperti reptil dan
serangga, membawa barang-barang ernografis yang sangat berharga. Dan yang paling berharga
yaitu batubara bermutu rendah, indikasi kehadiran minyak bumi, tanda-tanda kandungan timah
putih, tembaga, dan bijih besi. Dan hasil ekspedisi adalah sebuah peta setempat dengan skala
1: 250.000 yang dibuat rawling dan E. Marshall sebagai tambahan ilmu pengetahuan geografis
yang sangat besar tentang daerah yang di jelajah. Tanda-tanda adanya minyak di Semanjung
Kepala Burung, yaitu antara tahun 1929-1930 dilakukan eksplorasi lebih detail oleh dua orang
ahli geologi dari Bataafsche Petroloem Maatschappij (BPM) yaitu anak perusahaan kelompok
royal Ducth/Shell di Hindia Timur.Tahun 1935, NNPM mendapat konsesi seluas 100.000
kilometer persegi meliputi wilayah pantai daratan rendah New Guinea Belanda. Tahun 1936,
melakukan pemboran percobaan cebakan antiklin Klamono di Kepala Burung Barat, berhasil
menembus lapisan minyak yang cukup memberi harapan. Pada tahun 1936, Jean Jacques Dozy
pernah datang di daerah Babo Papua Barat untuk melakukan pemetaan udara di daerah
eksplorasi minyak bumi . Pada hari Senin tanggal 23 tahun 1936, akhirnya Dozy mencapai
Carstenszweide . Dua hari kemudian, untuk pertama kalinya dilakukan penelitian terhadap
Ertsberg. Dozy kemudian menamakan cebakan bijih ini “Ertsberg”, sebuah kata dalam Bahasa
belanda yang artinya “gunung bijih”. Dozy berkata “dengan sebelah matapun saya dapat
mengetahui apa yang saya lihat, bercah – bercah warna hijau dan biru sangat mudah dikenali.
Jelas itu adalah bijih tembaga.

3. Membangun Tambang
Pada 1960 Forbes Wilson memerlukan 17 hari untuk mencapai gunung. mereka menggunakan
helikopter mesin piston untuk membawa peralatan. Helikopter tersebut hanya dapat terbang ke
Ertsberg dengan ketinggian 3.600 meter, dan hanya mampu mengangkat satu orang dengan
beban barang 210 kg. Dalam tahun 1960, Ertsberg masih terletak di New Guinea Belanda,
namun dalam tahun 1963 Ertsberg berada di Irian Jaya. Sepanjang tahun 1950-an, Presiden
Soekarno mendesak PBB agar Belanda ditekan untuk menyerahkan Irian Barat kepada
Republik Indonesia. Pada tabun 1966 babak baru mulai terbuka bagi Freeport untuk
meneruskan proyek Ertsberg. Pada tahun 1966 Ali Budiarjo mendirikan biro pengacara dan
Freeport menjadi pelanggan asing pertama dan mengambil alih pimpinan dari tangan Forbes
Wilson sebagai Presiden Freeport Indonesia pada tahun 1974 . Para pejabat Freeport pertama
kalinya datang di Jakarta pada bulan Juni 1966. Pada awalnya Menteri Pertambangan Indonesia
menawarkan kepada Freeport kontrak "bagi hasil" , yang diubah menjadi “kontrak karya” .
Pada tanggal 5 April 1967 , Menteri Pertambangan Slamet Bratanata dan Pet-wakilan Freeport
menandatangani Kontrak Karya selama 30 tahun untuk pengernbangan tambang Ertsberg.
Inilah Kontrak Karya pertama yang pernah ditandatangani oleh Indonesia dibawah UU
Penanaman Modal Asing. Pada tahun pertama operasi dimana Perusahaan sedang menikmati
tax holiday, harga tembaga mencapai $1.40 setiap pon. Pada tahun 1970-an harga tembaga
jatuh dan perusahaan menghadapi masalah keuangan yang berat. Sebaliknya Pemerintah
Indonesia membantu meyelesaikan permasalahan ini Sebagai kontrak karya pertama dibawah
Undang-Undang baru Indonesia, perjanjian Freeport membuka pengalaman baru bagi
Pemerintah Indonesia. Bagian perpajakan Freeport membantu Pemerintah Indonesia menyusun
sistem pemungutan pajak orang asing dimana Indonesia belum mempunyai pengalaman.Titik
bor ditetapkan berjarak 100m disepanjang kaki gunung Ertsberg Rencana awal, Pemboran
dilakukan dari satu sisi gunung yang menembus ke sisi yang lain, lalu memotong lapisan bijih
kemudian diteruskan menembus lapisan kapur. Pada saat program pemboran berakhir, ternyata
dapat dihasilkan "inti" bor dengan jumlah panjang lebih dari 7.500 meter. Setelah hasil
pemboran dihitung, ternyata hanya terdapat 33 juta ton bijih dengan kadar tembaga rata-rata
2,5% hal ini merupakan hal buruk. Tahap selanjutnya adalah tahap Studi Kelayakan yang
menghabiskan biaya tidak kurang dari $2 juta. Menurut rencana, penambangan dilakukan
dengan sistem penambangan terbuka dan pemecahan serta penggerusan batuan dilakukan dekat
tambang. Menjelang akhir tahun 1972, jalan rampung dibangun, kereta kabel berjalan dengan
lancar dan jalur pipa konsentrat terpasang dengan baik. Pada bulan Desember, 10.000 ton bijih
Ertsberg yang pertama berhasil dikapalkan menuju Jepang. Tambang pun berjalan dengan
lancar dan membanggakan.
Bagian II

KRISIS DAN EKSPANSI

4. Era Bawah Tanah

Era bawah tanah ini secara singkat adalah sebagai berikut: Pada tahun 1976,
program bawah tanah Freeport disetujui dengan dana awal sebesar $12 juta dan sepanjang
tahun 1976, dimanfaatkan untuk menganalisa data pemboran dengan hasil pemborannya
diketahui terdapat 40 juta ton bijih dalam cadangan GBT dengan kadar rata-rata 2,5%.
Selanjutnya, pada tahun 1977, dilakukan pertama kali peledakan untuk pembuatan
adit/terowongan pada Ertsberg East/GBT. Pada tahun 1978, telah selesainya pelaksanaan
studi kelayakan dan tes metalurgi yang menyatakan bahwa batuan bijih GBT dapat
menghasilkan konstrat yang bagus.

Lalu, pada tahun 1979, Freeport mendapatkan dukungan dari Bank Internasional
dan merekomendasi pelanjutan proyek dengan mencari manajer ahli underground yang
benama Les Acton dan pada tahun 1982, dimulainya Tambang Bawah Tanah GBT yang
mencapai kapasitas terpasang berdasarkan metode penambangan yang dinamakan block
caving (dilakukan dengan memotong batuan bijih dengan blok-blok berukuran 120 x 120
meter persegi lalu blok tersebut dibiarkan runtuh dengan berat sendirinya maka hasil
reruntuhan tersebut selanjutnya digaruk dengan alat gali dan dikirim ke pabrik pengolahan).

Selanjutnya, pada tahun 1985 produksi mencapai 14.500 ton per hari. Akibat dari
membuat trowongan pada ketinggian yang sama dengan pabrik pengolahan yaitu 2.900
meter maka bijih yang jatuh kebawah ditampung oleh sistem conveyor yang kemudian
diangkut ke pabrik pengolahan dengan biaya yg lebih ekonomis. Pada tahun 1986,
cadangan bijih di GBT berjumlah 100 juta ton. Pada tahun 1987, diusulkan produksi 20.000
ton perhari dengan biaya $158 juta untuk perluasan pabrik, termasuk bangunan dan
konsentrator, peningkatan sarana tambang dan sarana di tembagapura serta membangun
pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Bawah tanah dan pada tahun 1988 usul tersebut baru
disetujui. Endapan bijih Erstberg merupakan skarn atau endapan kontak metasomatik,
secara teoritis penambangan jenis cadangan skarn tidaklah mudah. Sayangnya, meskipun
kadar tembaga sangat tinggi (mencapai 15%) tetapi hasil pemboran menunjukkan potensi
cadangan mineral hanya sebesar 75.000 ton.
Dilihat dari potensi geologisnya, Freeport dapat meningkatkan cadangan bijih
hingga 133 juta ton. Adapun faktor meningkatnya produksi tembaga adalah Sistem saluran
bijih (Ore Passes). Konsentrat di Freeport mengandung sedikit elemen arsen, antimoni,
bismut dan fluorin. PTFI merupakan perusahaan dengan komoditi asal yaitu tembaga dan
selanjutnya beralih ke emas.

5. Era Grasberg

Era Grasberg ini secara singkat adalah sebagai berikut: Pada tahun 1970, Bob
Stewart mengusulkan Grassberg sebagai sasaran eksplorasi yang potensial. Pada tahun
1983, Potter pertama kali sampai di Irian Jaya dan selanjutnya pada tahun 1985 dilakukan
lubang bor pertama kali di Grasberg, lalu pada tahun 1988 pemboran akhir dari eksplorasi
awal. Pada tahun 1989, bijih pertama dari tambang Grasberg tiba di pabrik pengolahan.

Intrusi pembentuk Grasberg terdiri dari tiga intrusi, intrusi pertama, menghasilkan
diatreme dalam bagian bawah bertekstur standar batuan intrusi. Lebih keatas, teksturnya
berubah menjadi tekstur batuan gunung berapi. Intrusi kedua disebut Grasberg Utama,
terjadi tepat di tengah-tengah intrusi pertama. Intrusi membentuk gumpalan berbentuk
silinder dalam badan Diatreme Dalam dan ini merupakan bagian dari endapan Grasberg
yang paling kaya. Dan intrusi ketiga, batuan hanya sedikit mengalami sedikit alterasi dan
tidak banyak terjadi mineralisasi, sehingga mengandung tembaga dan emas dengan kadar
rendah.

Adapun daerah lain yang memiliki potensi adalah pada kontrak karya blok A,
DOM, Wanagog dan Gossan besar. Letak Kontrak karya blok A pada rentang patahan Irian
Jaya-Papua dari daerah Freeport yang mana patahan merupakan bagian yang mudah
ditembus aliran magma sehingga merupakan daerah utama mineralisasi. DOM berlokasi 1
km arah selatan dari GBT. Pemboran untuk menetapkan batas batas cadangan berlangsung
dari 1985 – 1989 dikepalai oleh Nelson. Selanjutnya, Wanagog yang terletak di danau
dataran tinggi sebelah barat Grasberg dan Gossan Besar dekat dengan pabrik pengolahan.
Pada tahun 1980 – 1982 pemborannya dilakukan. Dan terakhir adalah Gossan besar yang
merupakan kelanjutan dan kekayaan endapan Gossan dapat dipastikan setelah dilakukan
pemboran 10 lobang yang dimulai pada tahun 1991. Hasilnya cadangan sebesar 6 juta ton
bijih, yang terletak 300 – 800 meter di bawah permukaan bumi.

6. Menuju 115.000 Ton Per Hari


Menuju 115.000 Ton Per Hari secara singkat adalah sebagai berikut: Sejak era tambang
bawah tanah pada tahun 1981 – 1988 cadangan bijih Grasberg 100 juta ton dengan kapasitas
produksi dari 7.500 ton menjadi 20.000 ton per hari. Pada akhir tahun 1988 cadangan Grasberg
di perkirakan sebesar 600 – 800 juta ton dengan kapasitas produksi mencapai 900.000 ton per
hari. Dengan meningkatnya penelitian geologi dan pemboran, terbukti Grasberg mengandung
bijih lebih dari 1 miliar ton, sehingga kapasitas produksi menjadi 115.000 ton per hari.

Untuk mencapai target produksi yang di inginkan, terdapat beberapa permasalahan


yang di hadapi, salah satunya pembuatan akses jalan yang di lakukan pada bulan oktober 1990
hingga juli 1992, untuk mencapai produksi 115.000 ton perhari, di perlukan pelebaran dan
harus di perpanjang agar sampai ke pelabuhan, dengan jarak kurang lebih 9 mil yang
membutuhkan biaya sebesar $10 juta dan biaya perluasan mencapai $953 juta. Sistem
pengangkutan batuan menggunakan conveyor dengan system kereta gantung yang semakin
lama makin membuat masalah kemudian dibuat sistem pengangkutan baru menggunakan
conveyor dengan ban ganda sebesar 84 inci dan menelan dana sebesar $250 juta.

Dalam rangka mencapai target produksi 115.000 ton per hari, maka di perlukan sistem
pengolahan bijih yang lebih besar pula. Oleh karena itu di gunakan SAG. SAG (Semi
Autogenous Grinding Mill) adalah alat penggerus batuan yang dilengkapi dengan peraturan
kecepatan variable sehingga memberikan flesibelitas dan serta sangat ekonomis dalam proses
pengolahan batuan bijih. Dalam membantu pengolahan bijih SAG-mill dibantu dengan Ball-
mill dan mesin-mesin flotasi

Untuk memenuhi dana pembiayaan sebesar $953 juta yang di gunakan untuk perluasan
pabrik pengolahan, alat-alat berat, dan untuk sistem pengangkutan batuan, melalui Freeport-
McMoran Copper&Gold perusahaan melepaskan saham yang dikaitkan dalam komoditi,
dimana nilai saham pada suatu keadaan ditentukan oleh harga emas dan pada keadaan lain
ditentukan oleh harga perak. Dari cara tersebut Freeport berhasil mengumpulkan $500 juta dan
setengahnya digunakan untuk program perluasan.

Privatisasi adalah cara lain yang dilakukan Freeport agar mendapat tambahan dana
untuk program perluasan 115k. Aset-asset yang dijual Freeport adalah asset yang tidak begitu
berkaitan dengan pertambangan di antaranya pelayanan transportasi, rumah sakit, pembangkit
listrik, hotel, perumahan, toko-toko, pabrik roti rumah makan dan bangunan mess. Secara
keseluruhan program privatisasi menghasilkan dana sebesar $830 juta.
Bagian III

Bisnis Pertambangan

3.1 Penjualan Tembaga

Freeport menjual produk nya dalam bentuk konsentrat tembaga yang dijual di
pasar konsentrat atau lebih dikenal dengan nama “custom Concentrate Market” sampai
sekarang ini. Dipasar ini perusahaan menjual konsentrat kepada pabrik peleburan yang
tidak melakukan aktivitas penambangan secara terpadu

Penjualan tembaga hasil penambangan dunia dijual ke negara-negara barat


kepada pabrik peleburan sebesar 2,8 juta ton atau 40% pada tahun 1995. Jumlah tersebut
adalah hasil dari keseluruhan 8,4 jutat on yang mereka produksi.Freeport menghasilkan
500.000 ton tembagaa tau setara dengan 1,6juta ton. Sekitar 450.000 ton konsentratnya
dijual keperusahaan peleburan yang berkejasama dengan freeport dispanyol. Sisanya
sebesar 1,15 juta ton dijual ke pasar konsentrat internasional. Jumlah konsentrat yang
terjual di pasar mewakili 13,6 persen dari seluruh penjualan konsentrat tembaga di pasar
dunia pada tahun 1995.

Dalam hal volume , jumlah penjualan freeport masih dibawah


perusahaantambang di chile, escondida penjualannya meliputi 17 persendari penjualan
pasar, disusul oleh PT.Freeport Indonesia kemudian tempat ketiga Ok Tedi (7,8%) di
papua nugini.

Penjualan konsentrattembaga dibawahi oleh dua jenis kontrak, kontrak “jangka


Panjang” dan kontrak “spot”. Kontrak jangka Panjang dalam hal ini adalah dua tahun atau
lebih lama, sedang kan kontrak spot adalah kontrak untuk sekali pengapalan
(pengangkutan) atau berlaku kurang dari dua tahun. Kontrak jangka Panjang
ditandatangani oleh perusahaan peleburan dan berisikan kewajiban untuk PT.Freeport
Indonesia, bagi sebagian kecil 25% penjualan dilakukan dengan para pedagang atau
“trader”.

Secara komersial transaksi konsentrat tembaga terdiri dari dua bagian, untuk
logam-logam yang terkandung dalam konsentrat freeport mendapat bayaran berdasarkan
harga rata-rata sebulan yang ditetapkan London metal exchange sebagai harga acuan dasar.
Bagian kedua transaksinya melibatkan negosiasi antara biaya peleburan dan pemurnian
logam. Biaya ini dalam industri pertambangan dikenal dengan istilah TC/RC, singkatan
dari treatment charge (biaya pengolahan) dan refining charge (biaya pemurnian). TC/RC
layaknya seperti harga komoditi, yang besarnya berubah sesuai dengan hokum permintaan
dan persediaan.

Konsumsi tembaga mengalami kenaikan karena mengikuti pertumbuhan


ekonomi dunia.Kenaikan konsumsi tembaga dapat dijadikan tolak ukur tingkat hidup,
dapat dikatakan bahwa intensitas penggunaan tembaga disebuah negara merupakan
cerminan tingkat hidup bangsa tersebut.Penggunaan tembaga diseluruh dunia saat
inimencapai 10 juta ton pertahun. Jika pertumbuhannya seperti sekarang ini, maka dunia
membutuhkan cadangan seperti di grasberg tiap tiga tahun sekali belum lagi adanya
indikasi penurunan kekayaan cadangan apabila terus menerus di tambang.

Menurut statistik tahun 1991, cadangan tembaga dunia berada dinilai 321 juta
ton metrik dengan laju konsumsi seperti saat ini dapat dipastikan cadangan tersebut hanya
untuk 30 tahun.Kurang nya ketersediaan tembaga berdampak baik bagi industri tembaga.
Jika terjadi kekurangan persediaan tembaga, maka harga akan tinggi. Sebaliknya jika
kelebihan persediaan, maka harga akan cenderung turun. Oleh karena itu keadaan pasar
dengan kurang ketersediaan tembaga berdampak pada harga yang tinggi.

3.2 Penggunaan Tembaga

Selain dalam hal penjualan, tembag juga memiliki banyak sekali kegunaan.
Bahkan sejak zaman purbakala atau lebih tepat nya 10.000 tahun yang lalu, tembaga
berperan besar dalam sejarah manusia dan termasuk logam yang pertama kali di tambang.
Dimana pada zaman itu di Pulau Siprus terdapat endapan mineral malasit dan azurite yang
mengandung 50% tembaga. Siprus menjadi sumber tembaga dan perunggu yang sangat
penting. Pada waktu itu proses peleburannya menggunakan arang kayu, hal ini
menyebabkan Pulau Siprus mengalami 6 kali penanaman hutan kembali atau biasa disebut
reboisasi. Produksi tembaga di Pulau ini mencapai 200.000 ton tembaga dan perunggu.
Produksi tersebut sama dengan produksi Grasberg milik Freeport selama lima bulan.

Tembaga merupakan salah satu hasil bumi yang banyak dicari dan dibutuhkan
sehingga tanah yang mengandung tembaga sangat bernilai artinya. Untuk penggunaan
tembaga, banyak yang bisa dijadikan untuk bisnis pertambangan. Karena penggunaan pada
tembaga ini sangat banyak sekali, dan tingkat produksi penjualan yang sangat baik.
Tembaga memiliki banyak kegunaan untuk hidup manusia sehari hari seperti yang akan
di jelaskan berikut ini :
1 . Penghantar Listrik
Pada lapisan luar dari kabel, bagian dalam kabel tersebut terdapat sebuah kabel berwarna
emas agak mengkilap dan itu merupakan tembaga.
2. Menghantarkan Panas
Selain berguna sebagai penghantar listrik yang baik, tembaga juga bisa digunakan sebagai
penghantar listrik yang bagus Beberapa peralatan rumah tangga juga terbuat dari campuran
besi dengan tembaga sehingga akan menghasilkan panas yang sangat baik.
3. Sarana Transportasi
Tembaga juga digunakan sebagai sarana transportasi baik darat, laut serta udara. Dimana
pesawat terbang, kereta api, kapal laut, serta kendaraan bermotor dan juga bus yang sering
digunakan sebagai alat transportasi juga menggunakan tembaga sebagai bahan
pembuatannya. Bahkan, mesin otomotif dalam kendaraan beserta dengan bahan bakarnya
juga menggunakan tembaga.
4. Bahan Bangunan
Penggunaan tembaga juga banyak digunakan dalam bahan bangunan yang bisa disentuh
seperti kenop pintu karena memiliki sifat anti mikroba untuk mengurangi perpindahan
kuman penyebab penyakit akibat sentuhan.
5. Bahan Uang Logam
Kegunaan dari tembaga lainnya adalah sebagai bahan dasar pembuatan mata uang logam
seperti koin bersama dengan emas dan juga perak. Karena, tembaga sangat mudah
dicampur dengan logam lain sekaligus tahan akan karat.

BAGIAN IV
SUMBER DAYA & MASA DEPAN
4.1. Pengelolaan Lingkungan
4.2. Hubungan Masyarakat

4.3. Timika dan Kota Baru


Timika ada pada tahun 1600 an pada saat freeport membuka tambang di
Eastburg. Pada tahun 1981 dan 1982, penduduk Timika berkembang setelah pemerintah
merelokasi tiga desa dari daerah pantai ke daerah sekitar Timika. Pada tahun 1985,
Freeport membeli lahan pertanian orang Amungme untuk menjadi pemukiman bagi
karyawan Freeport yang dinamakan Timika Indah.

Pada tanggal 15 Desember 1995 Presiden Soeharto datang untuk meresmikan


kota baru yang beliau namakan Kuala Kencana. Kuala Kencana memiliki area seluas
17.000 hektar. Pembangunan selesai pada pertengahan tahun 1996, sejumlah karyawan
yang tidak terkait langsung dengan operasi tambang sudah dapat menempati perumahan
di Kuala Kencana, termasuk kelompok akuntan, kepegawaian, departemen hubungan
dengan pemerintahan, dan karyawan dari bagian administrasi lainnya.

Kuala kencana menyediakan berbagai sarana untuk kebutuhan keluarga,


diantaranya sekolah nasional dan internasional khusus asing, klinik pelayanan kesehatan
dan pada tahap akhir akan dibangun rumah sakit, berbagai sarana olahraga, sarana
perbelanjaan dan hiburan. Selain itu, dilengkapi prasarana yang memadai, seperti listrik,
air minum, dan sistem pembuangan limbah. Salah satu sarana yang dapat dibanggakan di
Kuala Kencana, yaitu sebuah padang golf bertaraf internasional.

4.4. Masa Depan

Prospek pertumbuhan PT Freeport Indonesia memasuki abad ke-21 Biaya


produksi konsentrat tembaga yang semakin murah, Pembangunan smelter di Gresik, Jawa
Timur dimulai, Pengembangan sarana dan prasarana produksi, Pengembangan kegiatan
eksplorasi di sekitar Grasberg maupun daerah-daerah terpencil di Irian Jaya, Kemampuan
Freeport dalam memanfaatkan kesempatan semakin meningkat yang diukur dengan
kemampuan produksi yang terus meningkat

Anda mungkin juga menyukai