Anda di halaman 1dari 41

BAGIAN 1

PENEMUAN DAN RISIKO

Kelompok 1 : Dosen :
• M. Alfarizqi Ilham L. Bapak Supriyadi, M. Eng. Sc, Ph. D
• Ahmad Faqih
• Ardan Aulia Mahsyar
• Citra Zulmita Putri
• M. Rifqi Haidari
• Rivaldi Auditya S.
• M. Muhammad Alasyari
• Fiky Hendrawan
Freeport dan Irian Jaya
Pegunungan Kapur Berdiri Tegak Yang Menyimpan Kekayaan Mineral Tersembunyi Berharga lebih
dari $77Milyar yaitu Pegunungan Grasberg Di beri nama Oleh Jaquez Doyz

Tahun 1936 Jacquez Dozy Mengenali Sebuah Gunung dan


Gunung tersebut ia berikan nama Grasberg atau Gunung
Rumput.
Dozy Menganalisa lapisan Batuan di labotarium dan
mendapatkan Analisa yang kemudian ia membuat sebuah
jurnal bernama Geologi Leiden (Leidsche Geologische
Mededeelingen)

Pada Tahun 1950 Forbes Wilson Sebagai Pejabat eksplorasi Freeport Sulphur menemukan laporan Jurnal
Dozy,ia Terkesan akan penemuan Dozy Tersebut yang kemudian pada tahun 1960 Mengadakan ekspedisi
untuk melihat kejaiban tersebut.
Karena Apa yang Di beritahu Dozy Dalam Jurnal Tersebut.Pada saat itu pun Wilson Mengabarkan kepada
direktur Freeport untuk menambang endapan Bijih.Kemudian Etsberg memberikan Produksi pertamanya
pada tahun 1972
Masalah Operasi 1.Harga Tembaga yang Terus Menurun
Tambang Freeport 2.Mulai digunakan serat optik dan alluminium sebagai
Setelah 10 tahun pengganti kawat tembaga
Berdiri 3.Investor Ber’anggapan masa depan tembaga sudah
Ber’akhir

“Jim Bob”Moffet
Dalam ambang kerugian pihak dewan mulai memikirkan untuk menjual operasi di Irian jaya dan mencari
Peluang bisnis lain.Namun Seorang CEO Freeport Bernama “Jim Bob”Moffet Menjabat Memerintahkan
Geolog Bernama Dave Potter Untuk meningkatkan upaya eksplorasi.

Pada Tahun 1987 Dave Potter Medarat di dataran puncak Gunung dan Mengumpulkan Contoh Batuan Permukaa
Menghasilkan Uji laboratorium bahwa batuan memiliki kandungan emas Tinggi.

Pada Tahun 1988 Minat Investor tinggi membawa pemikiran Jim Bob Moffet Untuk melakukan pem’boran
di lima titik.
• Kemudian Melakuan Pemboran 5 titik.Dari Semua titik,titik kelima lah yang paling
berhasil,karena dari 611 meter ,591 meter menembus lapisan bijih yang mengandung kadar
tembaga 1,69% dan kadar emas 1,77 gram per ton.Hasil pemboran tersebut mungkin paling
hebat yang pernah ada dalam sejarah industry pertambangan.

• Hal Ini membawa Cadangan Yang dimiliki Freeport dalam tahun 1995 adalah 40,3 Milyar Pon
Tembaga dan 52,1 juta ons (troy) emas.

Freeport-McMoran Copper&Gold
Freeport-McMoran Copper&Gold yang Merupakan anak perusahaan PT.Freeport
Indonesia melakukan sebuah usaha denan perusahaan belerang yang
ber’operasi di sekitar Gulf Coast di Amerika Serikat.Belerang sudah digunakan
manusia selama 2000 tahun lebih.

-Pada Tahun 1894 seorang imigran Jerman bernama Herman Frasch,berhasil


melakukan sebuah percobaan yang akan mengubah industri Belerang.Sebuah
Teknik Penambangan menggunakan penyemprotan air bersuhu tinggi.Air panas
yang si semprotkan lapisan bawah tanah akan meleburkan endapan
belerang.kemudian belerang cair di angkut ke permukaan dengan cara
pemompaan.
Nicaro Nikel Company
Sebuah Perusahaan Penambangan Nikel yang di ambil alih oleh
Freeport Sebagai Pengembangan Penambangan Galian lain selain
Belerang dan Tembaga,yaitu American Cuba Manganese
Corporation.Pada Tahun 1940 Nicaro Nikel Company merupakan anak
perusahaan dari Freeport. Diproyeksikan untuk permintaan selama
peperangan dan kemudian ditutup pada tahun 1947,dan total sudah
memproduksi sebesar 63 juta pon nikel.

Freeport Dalam Beberapa Tahun ke Tahun

1960 Proyek Grand Isle Mulai memproduksi Belerang

Produksi 2,5 juta ton,membuat Freeport Penghasil Belerang


1963
terbesar di Dunia.

1972 Proyek Nikel-Kobal di Greenvale Australia Mulai ber’operasi


Management Freeport Mulai Risau dengan cadangan mineral
1986
menipis di alami banyak anak perusahaan

Dalam Kasus ini Freeport Indonesia beruntung karena masih


dapat melakukan eksplorasi di beberapa daerah produktif dalam
wilayah kontrak kerja.
Awal baru bagi Freeport Indonesia untuk berkembang hampir
1990
secara eksponensial.

Batuan di olah capai 125.000 perhari sekaligus menghasilkan


1995
500.000 ton limbah per hari
FREEPORT DAN IRIAN JAYA
New Guinea
Bagian Timur Tahun 1985
(Daerah koloni Negara Papua
Inggris & Jerman) New Guinea

New Guinea
(792.540 km2)

Bagian Barat
Propinsi Papua
(Daerah koloni
Negara Indonesia
Belanda)

Luas Irian Jaya adalah 421.8981 km2. Di Irian Jaya terdapat pegunungan kapur yang
tinggi berelief curam dengan ketinggian rata-rata 3000 meter. Pegunungan ini diapit
oleh daerah alluvial landau di sisi utara dan selatan. Seluruh deretan pegunungan
menunjukkan tanda-tanda adanya mineralisasi, terutrama bagi tembaga dan emas.
Jan Carstenz

Pada tahun 1623, Jan Carstensz melihat sebuah puncak yang tertutup salju
dilerengnya, yang sekarang menjadi daerah pertambangan Freeport. Laporan
Cartensz diperolokkan oleh orang di Eropa karena cerita tentang adanya gletser
digaris khatulistiwa dianggap sebagai sesuatu yang tidak mungkin.
Penjelajahan Irian Abad 17-18
Beberapa nama besar dalam navigasi dan penjajahan yang pernah berlayar
atau singgah di Irian adalah : William Dampier (1700), Louis Antoine de
Bougainville (1768), James Cook (1770) dan Dumont D’Urville (1827). Tidak
satupun dari mereka tinggal untuk waktu yang lama, karena :

Hutan pantai yang lebat dan penuh


malaria.

Penduduk asli yang tidak bersahabat.

Tidak diketemukannya rempah-rempah


atau komoditi perdagangan lain.
Misionaris

Misionaris adalah salah satu penjelajah perintis di Irian. Pada tahun 1852
dua orang pendeta yang dipekerjakan oleh Gereja Protestan Belanda
menjalankan misi di Teluk Dorei. Jumlah pendeta yang meninggal karena
malaria lebih banyak dari pada jumlah penduduk asli yang dikristenisasikan.
Untuk mencegah terjadinya benturan antar agama, pada tahun 1912
diciptakan “batas wilayah”, yang menetapkan penyebaran agama Protestan
di bagian utara dan penyebaran agama Katholik di selatan, persis seperti
pembagian di negeri Belanda.
Cargo Cult

Setelah Perang Dunia Kedua, misionaris Protestan dari Amerika yang dibiayai oleh
gereja-gereja Amerika Barat Tengah mulai berdatangan. Mereka menggunakan
obat-obatan, kepala kapak besi, manik-manik berharga dan tembakau sebagai
sarana untuk mendekati penduduk asli yang akan dipengaruhi.
Gabungan antara penyebaran agama baru dengan kekuatan politik dan keonomi
yang ada pada misionaris, menanamkan cara berpikir “kepercayaan kargo” (cargo
cult). Cargo Cult mengajarkan kepercayaan, bahwa roh dunia telah memberi
kesehatan dan kebendaan, obat-obatan barat, radio serta keajaiban teknologi.
Persengketaan New Guinea

Persengketaan Indonesia Mendukung 1963


New Guinea Keluar dari PBB Amerika Indonesia atas 1962 Diserahkan
antara Belanda dan melakukan Khawatir New Guinea PBB kepada
dan Indonesia peperangan Belanda Indonesia
OPM dan Kesejahteraan Masyarakat
Papua
Sebelum meninggalkan New Guinea, Belanda menciptakan perasaan anti
Indonesia dan mengorbankan keinginan untuk berdiri sendiri. Terbentuklah
Organisasi Papua Merdeka (OPM), suatu kelompok politik dan militer kecil
yang menentang Indonesia. Sekarang ini kadang masih terjadi serangan
dan kemarahan lokal, sebagai akibat dari adanya kesenjangan sosial antara
transmigran dari Indonesia bagian barat.
Pemerintah menyadari bahwa memerlukan pendidikan kesadaran dan
peningkatan ekonomi daerah untuk mengikis habis kekecewaan
masyarakat asli.
PENEMUAN ERTSBERG
Kunjungan Mengejutkan

Tahun 1959, Manajer eksplorasi Freeport Sulphur yang menjadi


Presiden Freeport Sulphur yaitu Forbes K.Wilson pertama kali menemui Jean
Jacques Dozy untuk menanyakan pertanyaan yang sudah 23 tahun dipendam
yaitu cebakan bijih & besarnya berapa, lalu dozy menjawab ketinggian dan
lebar cebakan bijih itu sama yaitu 75 meter. Setelah membuktikan sendiri lalu
forbes menemui dozy untuk mengatakan ternyata benar ada cebakan bijih
bahkan lebih besar dari yang disebutkan.
Terra Incognita

Abad ke-20, garis pantai New Guinea sudah di petakan dengan teratur.
Namun daerah perdalaman tetap menjadi terra incognita atau daerah tak
dikenal membuat para peneliti putus asa tapi tetap menantang yaitu puncak
bersalju yang selalu tertutup awan.
Tanggal 16 Februari 1623, Kapten Jan Carstensz berlayar sepanjang
pantai selatan New Guinea dan mencatat bahwa deretan gunung yang sangat
tinggi, tempat yang kelihatan putih karena salju, dan dekat dengan daerah
khatulistiwa tetap menjadi daerah yang tak dikenal dalam peta dunia.
Awal abad ke-17 sampai akhir abad-19, Belanda menganggap walaupun
New Guinea pulaunya besar tapi pulau ini kurang penting dalam segi ekonomi,
beban biaya berat bagi pemerintah karena jauh dan penduduk yang suka
melakukan kekerasan.
Ahli Burung Inggris
Tahun 1960-an, Pemerintahan Belanda bangga karena orang Belanda dapat menjadi
orang pertama yang berhasil mencapai puncak bersalju di Irian Jaya karena membuka jalan bagi
pihak lain.
Setelah itu Pemerintahan Belanda memberi izin kepada perkumpulan Ornitologis (Ilmuan
Burung) inggris untuk melakukan penelitian di Gunung Bersalju atau Gletser Carstensz. Kisah
Ekspedisi pertama Persatuan Ornitologi Inggris sebelum adanya pesawat terbang, jalan dan
akomodasi memiliki kendala yang besar yaitu masalah bahasa yaitu Melayu, masalah hujan
lebat, banjir yang tiada henti, dan penyakit masalah perbekalan.
Meskipun Pada akhirnya rombongan orang inggris gagal mencapai tujuan tetapi
pengetahuan dunia barat yang disumbangkan kepada New Guinea sangat berarti.
Para ornitologis membawa pulang 2.200 kulit burung terdiri dari 225 spesies bagi ilmu
pengetahuan, kulit hewan menyusui seperti reptil dan serangga, membawa barang-barang
ernografis yang sangat berharga. Dan yang paling berharga yaitu batubara bermutu rendah,
indikasi kehadiran minyak bumi, tanda-tanda kandungan timah putih, tembaga, dan bijih besi.
Dan hasil ekspedisi adalah sebuah peta setempat dengan skala 1: 250.000 yang dibuat rawling
dan E. Marshall sebagai tambahan ilmu pengetahuan geografis yang sangat besar tentang
daerah yang di jelajah.
Berlomba menuju salju
■ Perasaan yang tertantang setelah mendapat tawaran untuk memimpin ekspedisi Perkumpulan
Ornitologi Inggris ke-2, Wollaston langsung mengambil kesempatan itu, kali ini ia membawa orang-
orang dayak yang sudah terbiasa dengan hutan belantara, setelah 4 bulan menyelusuri sungai
otakwa dan sungai Tsing, rombongan Wollaston mulai mendaki pegunungan sepanjang tebing-
tebing yang curam yang terletak antara sungai Nosolanogong dan Beanogong yaitu anak dari
Sungai Tsing.
■ Saat mencapai dataran tinggi, mereka di sambut dengan tari kegembiraan dari orang-orang
amungme yang kemudian menyerang terpaksa rombongan ekspedisi menggunakan tembakan
senjata untuk menghalau orang-orang amungme.
■ Setelah mencapai daaerah tinggi di sebelah selatan gletser pendakian menjadi lebih mudah tapi
kabut asap dan hujan tetap menjadi penghalang. Tanggal 30 Januari 1913, pendaki seudah dekat
dengan gletser sehingga pembawa barang lokal mencapai puncak dan kembali di hari yang sama.
Dua rombongan meninggalkan perkemahan, yang satu di pimpin Willaston dan lainnya oleh Letnan
Van de Water. Awalnya mereka terpisah tapi Van de water setengah jam lebih dulu sampai dari
Wallaston. Penjelajahan ini memandang Puncak Cock’s Comb dan Puncak Carstensz yang
menjulang kearah barat.
Eksplorasi Minyak
■ Tanda-tanda adanya minyak di Semanjung Kepala Burung, yaitu antara tahun 1929-1930
dilakukan eksplorasi lebih detail oleh dua orang ahli geologi dari Bataafsche Petroloem
Maatschappij (BPM) yaitu anak perusahaan kelompok royal Ducth/Shell di Hindia Timur.
■ Tahun 1930, BPM siap melakukan eksplorasi tapi pemerintahan tidak memberi izin konsesi
secara individual tetapi secara eksklusif meliputi seluruh wilayah New Guinea kepada satu badan
usaha. Untuk menolak perusahaan jepang yang mulai mendekati pemerintah agar mendapatkan
konsesi minyak. Sebagai konsekwensi dari kebijakan ini maka 3 perusahaan yang aktif di Hindia
Timur menyatukan kekuatan sebagai Nederlands Nieuw Guinea petroleum Maatschappij atau
NNGPM.
■ Tahun 1935, NNPM mendapat konsesi seluas 100.000 kilometer persegi meliputi wilayah pantai
daratan rendah New Guinea Belanda. Tahun 1936, melakukan pemboran percobaan cebakan
antiklin Klamono di Kepala Burung Barat, berhasil menembus lapisan minyak yang cukup
memberi harapan. Eksplorasi dan pemboran berlangsung di Misool yaitu salah satu di Kepulauan
Raja Ampat di Ujung Barat New Guinea. Tapi seluruh kegiatan terhenti oleh perang dunia kedua
dan konsorsium melanjutkan setelah perang. Kegiatan eksplorasi hanya sumur Klamono yang
berhasil diproduksi itupun hanya dalam skala kecil. Seluruh kegiatan terhenti tahun 1960 setelah
menghabiskan dana sebesar 575 juta gulden Belanda.
Ekspedisi Colijn

Setelah melakukan esplorasi di daerah Babo Papua Barat, semakin dekat


menuju penemuan kandungan mineral terbesar di New Guinea Belanda. Pada tahun
1936, Jean Jacques Dozy pernah datang di daerah Babo Papua Barat untuk
melakukan pemetaan udara di daerah eksplorasi minyak bumi oleh perusahaan
perminyakan pemerintahan belanda, atau yang disingkat NNGPM (Nederlands Nieuw
Guinea Petroleum Maatschappij). Jean Jacques Dozy merupakan ahli geologi
eksplorasi dan salah satu ahli pemotretan geologi yang pertama di dunia. Dia pernah
melakukan pemetaan di bagian tertinggi gunung Bergamasque Alps di kota Bergamo,
Italia Utara dalam rangka penelitian untuk mencapai gelar doktornya. Tugas pertama
dia adalah melakukan pemetaan di Hindia Timur daerah pedalaman Kalimantan Timur
di Kota Minyak Balikpapan. Pada saat pertama kali datang ke New Guinea, Dozy
mengatakan bahwa daerah pemetaan di daerah pantai sudah bagus, hanya daerah
pedalaman yang masih banyak belum dipetakan.
Gunung Bijih
Pada hari Senin tanggal 23 tahun 1936, akhirnya Dozy mencapai Carstenszweide.
Menjelang pukul satu, rombongan turun dari “Padang” yang dalam kenyataannya berupa
rawa yang ditumbuhi oleh rumput besar. Setelah mendekati kemah, mereka berteriak
sebagai tanda bahwa mereka sudah berhasil sampai Weide atau Padang. Wissel segera
menyusul rekan – rekannya, dan pada tanggal 26 November rombongan memindahkan
kemah ke Carstenszweide. Dua hari kemudian, untuk pertama kalinya dilakukan penelitian
terhadap Ertsberg. Dozy kemudian menamakan cebakan bijih ini “Ertsberg”, sebuah kata
dalam Bahasa belanda yang artinya “gunung bijih”. Dozy berkata “dengan sebelah matapun
saya dapat mengetahui apa yang saya lihat, bercah – bercah warna hijau dan biru sangat
mudah dikenali. Jelas itu adalah bijih tembaga. Dalam laporan yang diterbitkan pada tahun
1939, Dozy juga membuat catatan tentang Grasberg dan berbagi kenyataan geologi yang
penting disekitar daerah ini. Pada saat Dozy melihat Ertsberg, ia mengatakan “saya
menyadari tidak banyak yang dapat dilakukan orang karena tidak ada jalan, tidak ada
pelabuhan, tidak ada pabrik. Ertsberg bagaikan gunung emas di bulan.”
Laporan yang terlupakan
■ Perang dunia kedua menghentikan semua kegiatan eksplorasi mineral yang ada di irian jaya.
■ Laporan Dozy yang diterbitkan oleh Universitas Leiden dalam edisi kecil, tergeletak begitu
saja di perpustakaan saat tentara Jerman menduduki Negeri Belanda.
■ Sebuah perusahaan belanda bernama Oost Borneo Maatschappi (OBM) mengoperasikan
pertambangan batubara dan nikel di kalimantan dan sulawesi, setelah kemerdekaan
tambang ini diambil alih oleh Indonesia, sedangkan mereka mempunyai sisa dana sebesar
7000 gulden, dengan dana ini mereka ingin mencari nikel di New Guinea Belanda.
Kemudian seorang insiyur pertambangan bernama Jan van Gruisen melakukan studi
keperpustakaan dan menemukan laporan Dozy Tahun 1939 yaitu Geological Results of the
Cartensz Expedition 1936 (Penemuan) Geologis Ekspedisi Cartensz tahun 1936) ,
sebenarnya dia tidak terlalu terkesan tapi karna biaya nya tidak mahal dia berpikir tidak ada
ruginya.
■ Gruisen kosensi sebesar sepuluh kali sepuluh kilo meter persegi tepat ditengah-tengah
Ertsberg yang ditunjukan Dozy. OBM menerima permohonan tersebut tapi dia tidak
mempunyai dana cukup untuk eksplorasi apalagi buka tambang.
Forbes Wilson
■ Forbes Wilson yang kemudian hari menjadi pimpinan Eksplorasi di Freeport Sulphur, merupakan
teman dari Gruisen
■ Tahun 1959, Wilson berapa di eropa dalam perjalanan bisnis, beberapa minggu gruisen
menemukan laporan dozy, dia menunjukan beberapa halaman laporan dozy ke Wilson dan
meminta pendapatnya, ternyata Wilson terkesan bukan karena ertsberg saja melainkan kondisi
geologis yang di ceritakan dalam laporan dozy.
■ Wilson tidak membuang waktu lagi untuk menemui Dozy di Den Haag. Geologi belanda
memastikan bahwa terdapat deposit bijih tembaga dalam jumlah yang besar dan kadar yang
tinggi terhampar dipermukaan ditengah rimba New Guinea. Karena terkesan Wilson pun melihat
sendiri Erstberg dan ternyata benar.
■ Gruisen mengatakan bahwa OBM tidak menyediakan dana sendiri untuk eksplorasi, tapi
bersedia patungan dengan Freeport. Wilson langsung mengirim tilgram ke New York yang
menjadi markas besar Freeport. Wilson dapat kewenangan menggunakan dana sebesar
120.000 dollar untuk mengevaluasi dan mengambil contoh deposit di Ertsberg.
■ Perjuangan forbes menuju Ertsberg merupakan inti dari buku yang ditulisnya dengan Judul the
Conquest of the Copper Mountain (Penaklukan Gunung Tembaga).
MEMBANGUN TAMBANG
■ Pada 1960 Forbes Wilson memerlukan 17 hari untuk mencapai gunung. Untuk
membawa peralatan bor yang beratnya beberapa ton, mereka menggunakan
helikopter mesin piston. Helikopter tersebut hanya dapat terbang ke Ertsberg
dengan ketinggian 3.600 meter, dan hanya mampu mengangkat satu orang
dengan beban barang 210 kg.

■ Pada tahun 1960-an, helikopter dengan mesin turbo yang kuat sudah tersedia dan
sanggup mengangkat beban sampai 450 kilogram untuk penerbangan dengan
ketinggian Ertsberg.

■ Dalam tahun 1960, Ertsberg masih terletak di New Guinea Belanda, namun
dalam tahun 1963 Ertsberg berada di Irian Jaya. Sepanjang tahun 1950-an,
Presiden Soekarno mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa agar Negeri
Belanda ditekan untuk menyerahkan Irian Barat kepada Republik Indonesia.
■ Pada tahun 1963, hampir semua usaha asing diusir dan Indonesia keluar sebagai
anggota PBB. Pada tahun 1965, situasi politik di dalam negeri Indonesia berubah
dengan dramatis. Pengaruh Soekarno lenyap setelah terjadinya pemberontakan
yang gagal.

■ Pada tabun 1966 babak baru mulai terbuka bagi Freeport untuk meneruskan
proyek Ertsberg. Pimpinan tertinggi Freeport pada saat itu Langbourne William,
mendengar tentang perubahan keadaan di ındonesia yang menggembirakan dari
dua pejabat Texaco yang mempertahankan usahanya di Indonesia tetap berjalan,
yang ditentukan oleh peran salah satu manajer Indonesia, yaitu Julius Tahija.
■ Tahija menunjuk Ali Budiarjo untuk mewakili FreePort untuk berunding
dengan pemerintah Indonesia.
■ Pada tahun 1966 beliau mendirikan biro pengacara dan Freeport menjadi
pelanggan asing pertama.
■ Pada tahun 1974 Ali Budiarjo mengambil alih pimpinan dari tangan Forbes
Wilson sebagai Presiden Freeport Indonesia.
■ Para pejabat Freeport pertama kalinya datang di Jakarta pada bulan Juni 1966.
Pada awalnya Menteri Pertambangan Indonesia menawarkan kepada Freeport
kontrak "bagi hasil"
■ Namun diubah menjadi “kontrak karya”
■ Pada bulan Januari 1967, Budiarjo mendapat dukungan lebih kuat lagi dengan
diterbitkannya Undang-Undang Penanaman Modal Asing. Undang-Undang ini
merupakan titik awal perubahan wajah perekonomian Indonesia ciptaan Soekarno
yang selama ini cenderung kekiri-kirian dan tertutup.

■ Pada tanggal 5 April 1967, dibawah sorotan kamera televisi, Menteri Pertambangan
Slamet Bratanata dan Pet-wakilan Freeport menandatangani Kontrak Karya selama
30 tahun untuk pengernbangan tambang Ertsberg. Inilah Kontrak Karya pertama
yang pernah ditandatangani oleh Indonesia dibawah UU Penanaman Modal Asing.
■ Ron Grossman yang bertugas dalam perpajakan dan masalah-masalah keuangan
untuk Freeport, pada saat menghadapi masalah-masalah keuangan yang sulit baik
bagi perusahaan maupun bagi Pemerintah dalam babak awal pelaksanaan kontrak,
kedua belah pihak selalu berhasil duduk bersama mencari jalan keluar.
1. Pada tahun pertama operasi dimana Perusahaan sedang menikmati tax holiday,
harga tembaga mencapai $1.40 setiap pon. Sebenarnya Freeport mendapat banyak
uang sedang Pemerintah tidak menerima apapun. Namun permasalahan tersebut
dapat diselesaikan berdasarkan musyawarah yang saling menguntungkan sehingga
hubungan benar-benar sangat baik.
2. Pada tahun 1970-an harga tembaga jatuh dan perusahaan menghadapi masalah
keuangan yang berat. Sebaliknya Pemerintah Indonesia membantu meyelesaikan
permasalahan ini
■ Free Port melakukan pengaturan dengan Pemerintah Indonesia agar kami dapat
mengatasi kesulitan keuangan dalam waktu dua tahun.
■ Sebagai kontrak karya pertama dibawah Undang-Undang baru Indonesia, perjanjian
Freeport membuka pengalaman baru bagi Pemerintah Indonesia. Bagian
perpajakan Freeport membantu Pemerintah Indonesia menyusun sistem
pemungutan pajak orang asing dimana Indonesia belum mempunyai pengalaman.
Kontrak Karya

■ Penanda tangani kontrak karya, Perusahaan mempersiapkan langkah langkah


berupa pemboran inti untuk mengambilan contoh batuan di kedalaman erstberg.
■ Kegiatan pemboran ini dipimpin oleh sahabat wilson bernama, Balfour Darnell
■ Lalu Darnell yang menentukan posisi titik-titik bor yang ditetapkan jarak 100 m,
disepanjang kaki gunung ertsberg.
■ Rencana awal, Pemboran dilakukan dari satu sisi gunung yang menembus ke sisi
yang lain, lalu memotong lapisan bijih kemudian diteruskan menembus lapisan
kapur.
■ Operator bor pertama yaitu seorang Canada Perancis, ia seorang operator yang
handal.
■ Pemerintah Indonesia, meminta kepada perusahaan untuk melibatkan 4 insinyur
Indonesia dalam identifikasi inti bor dan dalam proses pencatan hasil pemboran
dilapangan.
■ Hasil pemboran diproses dengan menyusutkan inti bor yang panjangnya 3 m, menjadi
contoh seberat seperempat ton dalam bentuk tepung batuan halus.
■ Freeport memutuskan untuk memproses separuh inti bor sedang, yang separuhnya lagi
diserahkan kepada pemerintah untuk disimpan.
■ Keputusan tersebut bertujuan seandainya freeport tidak jadi mengambangkan tambang
di Ertsberg, maka pemerintah memiliki data objektif tentang kandungan Ertsberg, Cara
ini masih digunakan sampai sekarang.

■ Darnell selain memimpin pemboran, Darnell juga mencari lokasi untuk pelabuhan,
lapangan udara, kota, pabrik pengolahan, jalan akses serta sumber tenaga air.
■ Pada saat program pemboran berakhir, ternyata dapat dihasilkan "inti" bor dengan
jumlah panjang lebih dari 7.500 meter.
■ Hasil program pemboran pun menunjukkan bahwa perkiraan semula terdapat bijih
tembaga sebanyak 50 juta ton dengan kadar tembaga 3,5%.
■ Setelah hasil pemboran dihitung, ternyata hanya terdapat 33 juta ton bijih dengan
kadar tembaga rata-rata 2,5%.
■ Kenyataan ini merupakan kabar buruk.
■ Tahap selanjutnya adalah tahap Studi Kelayakan yang menghabiskan biaya tidak
kurang dari $2 juta.
■ Untuk mengembangkan Ertsberg diperlukan pendanaan yang luar biasa besar,
sedangkan depositnya tidak cukup untuk menjamin investasi yang
menguntungkan.
■ Memang beresiko, tetapi proyek Ertsberg yang diusulkan Wilson sangat
menjanjikan.
■ Dewan dan Wilson mendapatkan $2 juta yang dia perlukan untuk Studi Kelayakan.
■ Masalah wilson selanjutnya adalah mendapatkan contoh batuan secukupnya dari
Ertsberg untuk penelitian berskala besar.
■ Tujuan penelitian metalurgi adalah untuk menetapkan apakah batuan bijih dapat
diolah secara komersial dan selanjutnya juga untuk menentukan rancang bangun
proses pengolahan.
■ Menurut rencana, penambangan dilakukan dengan sistem
penambangan terbuka dan pemecahan serta penggerusan batuan
dilakukan dekat tambang.
■ Pengolahan dilakukan di tepi pantai. Hasil dari sistem ini berupa dua
macam konsentrat. yaitu konsentrat tembaga dengan kandungan
sedikit emas dan perak serta konsentrat besi.
■ Sistem ini dianggap mahal karena akan memakan biaya sampai $160
juta.
■ Selama tahun 1969, vice president Freeport Minerals Paul Douglas
berusaha untuk mendapatkan kontrak jangka panjang dari perusahaan
peleburan tembaga di Jerman dan Jepang.
■ Direktur Keuangan Nils Kindwall, salah seorang pendukung proyek Gras-
berg yang paling gigih, terbang keseluruh dunia mencari pinjaman dana.
■ Upaya kedua orang ini menghasilkan sebuah paket pinjaman sebesar $100
juta yang dikumpulkan dari partisipasi 30 penyandang dana.
■ Freeport sendiri menuangkan $20 juta.
■ menjelang proyek selesai, biaya membengkak dari $120 juta menjadi $200
juta akibat inflasi, perubahan rekayasa dan berbagai kesulitan dalam
pembangunan jalan.
■ Akses sepanjang 101 kilometer yang menghubungkan daerah rawa sekitar
Sungai Jaramaya dengan lokasi pabrik pengolahan, merupakan pekerjaan
konstruksi yang paling sulit.
■ Kondisi tanah disana juga tidak mudah menerima peralatan.
■ Pada dua gunung juga dijumpai kesulitan karena tidak terdapat cukup ruang untuk
membuat jalan mengelilingi puncaknya;
Yaitu di Gunung Hanekam yang terletak 6 kilometer dari Mile 50, dan Gunung Zaagkam yang
terletak antara Tembagapura dengan pabrik pengolahan.
■ Kesulitan di kedua gunung tersebut diatasi dengan mendatangkan Korea untuk membuat
terowongan sepanjang 1.100 m menembus Hanekam dan 845 mdi Zagkaam yang
terletak pada ketinggian 4.150.
■ Menjelang akhir tahun 1972, jalan rampung dibangun, kereta
kabel berjalan dengan lancar dan jalur pipa konsentrat terpasang
dengan baik.
■ Pada bulan Desember, 10.000 ton bijih Ertsberg yang pertama
berhasil dikapalkan menuju Jepang.
■ Tambang pun berjalan dengan lancar dan membanggakan.

Anda mungkin juga menyukai