Anda di halaman 1dari 8

Analisis Dampak Hilirisasi Tambang Mineral

Islam & Ilmu Pengetahuan

Ujian Akhir Semester

Dibuat oleh :

Muhammad Alfarizqi (11170980000002)

Dosen Pengampu :

Ir.Agus S.Djamil M.Sc

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020

A. PENDAHULUAN
Bagi Indonesia, keberadaan sektor pertambangan masih strategis dan bagi daerah
yang kaya sumberdaya pertambangannya merupakan tulang punggung pendapatan daerah.
Kegiatan industri pertambangan telah mendorong pertumbuhan ekonomi bagi sebagian
masyarakat dengan meningkatnya pendapatan sehingga mendapatkan kesempatan yang
lebih besar terhadap pendidikan dan peningkatan standar kehidupan yang lebih baik.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
mengandung pokok-pokok pikiran sebagai berikut:

1. Mineral dan batubara sebagai sumber daya yang tak terbarukan dikuasai oleh negara
dan pengembangan derta pendayagunaannya dilaksanakan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah bersama dengan pelaku usaha;
2. Pemerintah selanjutnya memberikan kesempatan kepada badan usaha yang berbadan
hukum Indonesia, koperasi, perseorangan, maupun masyarakat setempat untuk
melakukan pengusahaan mineral dan batubara berdasarkan izin, yang sejalan dengan
otonomi daerah, diberikan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya masing-masing;

Sebagaimanapun Menurut Islam,kita harus mendorong pemberdayaan tambang untuk mendorong


pertumbuhan ekonomi yang baik di masa depan.

Surat Ar-Ra'd, ayat 17

{ ٍ‫علَ ْي ِه فِي النَّ ِار ا ْبتِغَا َء ِح ْليَ ٍة أَ ْو َمتَاع‬


َ َ‫س ْي ُل َزبَدًا َرابِيًا َو ِم َّما يُوقِ ُدون‬ َّ ‫سالَتْ أ َ ْو ِديَةٌ بِقَد َِر َها فَاحْ ت َ َم َل ال‬
َ َ‫اء َما ًء ف‬ َّ ‫أَنز َل ِمنَ ال‬
ِ ‫س َم‬
ُ‫َّللا‬
َّ ‫ب‬ ْ َ‫ض َكذَ ِلكَ ي‬
ُ ‫ض ِر‬ ِ ‫األر‬ْ ‫ُث فِي‬ ُ ‫اس َفيَ ْمك‬ َ َّ‫ب ُج َفا ًء َوأ َ َّما َما يَ ْنفَ ُع الن‬ َّ ‫اط َل فَأ َ َّما‬
ُ ‫الزبَ ُد َفيَ ْذ َه‬ ِ َ‫َّللاُ ا ْلحَقَّ َوا ْلب‬
َّ ‫ب‬ ُ ‫ض ِر‬ْ َ‫َزبَ ٌد ِمثْلُهُ َكذَ ِلكَ ي‬
17( ‫األمثَا َل‬
ْ )}

Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut
ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur
dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah
Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai
yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.

Ayat yang mulia ini mengandung dua perumpamaan yang menggambarkan tentang keteguhan dan
kelestarian perkara hak dan kepudaran serta kefanaan perkara batil.
1. Dalam rangka penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah, pengelolaan
pertambangan mineral dan batubara dilaksanakan berdasarkan prinsip. eksternalitas,
akuntabilitas, dan efisiensi yang melibatkan pemerintah dan pemerintah daerah;

2. Usaha pertambangan harus memberi manfaat ekonomi dan sosial yang sebesar-besar bagi
kesejahteraan rakyat Indonesia;

3. Usaha pertambangan harus dapat mempercepat pengembangan wilayah dan mendorong


kegiatan ekonomi masyarakat/pengusaha kesil dan menengah serta mendorong tumbuhnya
industri penunjang pertambangan; dan

4. Dalam rangka terciptanya pembangunan berkelanjutan, kegiatan usaha pertambangan


lingkungan hidup, transparansi, dan partisipasi masyarakat.

Pentingnya peningkatan nilai tambah dari pemanfaatan mineral nasional telah


menjadi kesadaran bersama berbagai pihak dewasa ini. Pada tingkat normatif Pasal 33
UUD 45 telah mengamanatkan penguasaan kekayaan mineral oleh negara untuk
kemakmuran rakyat. Meskipun demikian, pada tataran yang lebih operasional terdapat
berbagai pandangan tentang bagaimana mengimplementasikan cita-cita tersebut. Menurut
Pasal 93 PP 23 tahun 2010 mengenai Pelaksanaan Kegiatan Pertambangan Mineral dan
Batubara dinyatakan bahwa kegiatan peningkatan nilai tambah dapat dilaksanakan secara
langsung ataupun bekerjasama dengan perusahaan pemegang IUP dan IUPK. Dengan
kebijakan ini diharapkan terjadi peningkatan nilai tambah dan produk jadi yang lebih besar
daripada ekspor produk mentah. Diharapkan pula mendorong investasi baru di sektor
pengolahan dan pemurnian konsentrat. Kebijakan ini diharapkan pula meningkatkan
ketersedian bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan Penerimaan
Negara. Upaya pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah pengolahan mineral melalui
UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan Permen ESDM
No. 7 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral dilakukan dengan adanya
kewajiban pengolahan dan/atau pemurnian mineral logam tentunya akan memberikan
dampak baik positif dan negatif bagi kegiatan pengusahaan pertambangan di Indonesia.

B.Isi

Pertambangan tanpa hilirisasi tentu sangat disayangkan, bak intan yang belum diolah
namun buru-buru diobral. Itulah sebabnya, hilirisasi pertambangan di Tanah Air harus segera
digenjot, mulai dari subsektor batu bara hingga mineral. Dampaknya nanti luar biasa, tak hanya
mengisi pundi-pundi pemasukan negara, namun juga memangkas impor, mendongkrak ekspor,
menyerap tenaga kerja, hingga mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan Program Hilirisasi Mineral

Sebagai komoditas tak terbarukan, komoditas tambang perlu dikelola secara bijak dengan
menerapkan prinsip berkelanjutan. Oleh karena itu, pengelolaannya harus dilakukan seoptimal
dan seefisien mungkin. Peningkatan nilai tambah pertambangan juga erat kaitannya dengan
upaya peningkatan penerimaan negara dan pengembangan masyarakat lokal. Dalam tiga tahun
terakhir setelah UU No. 4 Tahun 2009 diterbitkan, ekspor bijih mineral meningkat secara besar-
besaran. Misalnya, ekspor bijih nikel meningkat sebesar 800%, bijih besi meningkat 700%,
dan bijih bauksit meningkat 500%. Oleh karena itu, guna menjamin ketersediaan bahan baku
untuk pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri dan mencegah dampak negatif
terhadap lingkungan, maka mutlak diperlukan adanya pengendalian ekspor bijih mineral.

Sehubungan dengan upaya untuk mewujudkan peningkatan nilai tambah terutama untuk
komoditas mineral, pada tanggal 16 Februari 2012 telah diterbitkan Peraturan Menteri
ESDM Nomor 07 tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan
Pengolahan dan Pemurnian Mineral. Kemudian pada tanggal 16 Mei 2012 dilakukan
perubahan dengan diterbitkannya Peraturan Menteri ESDM No, 11 tahun 2012. Penerbitan
Peraturan tersebut yang sudah ditindaklanjuti dengan Permendag Nomor: 29/M-
DAG/PER/5/2012 tentang Ketentuan Ekspor Pertambangan dan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor: 75/PMK.011/2012 tentang Penetapan Barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar dan
Tarif Bea Keluar. Munculnya kebijakan tersebut merupakan upaya pemerintah untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga hilirisasi minerba dapat dilaksanakan.

Di tengah berbagai kendala program hilirisasi industri tambang ini, program tersebut pantang
untuk dimundurkan, karena kebijakan ini sangat penting dan strategis bagi Indonesia. Seiring
gejolak yang saat ini sedang menghantui perekonomian dalam negeri dimana defisit neraca
perdagangan luar negeri semakin lebar, nilai tukar rupiah yang semakin melemah terhadap
dollar Amerika (USS), dan indikator makro ekonomi yang melemah, penundaan untuk
menunda penghentian ekspor mineral mentah di 2014 tidak boleh diakomodasi.

Dampak Kebijakan Hilirisasi Mineral


Hilirisasi sektor pertambangan merupakan upaya untuk meningkatkan nilai kadar dari
suatu bahan galian dan salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan Pengolahan
Bahan Galian. Pengolahan Bahan Galian merupakan proses pemisahan mineral berharga dari
mineral tidak berharga (gangue), yang dilakukan secara mekanis, menghasilkan produk yang
kaya mineral berharga (konsentrat) dan produk yang mineralnya berkadar rendah (tailing).
Proses pemisahan ini didasarkan atas sifat fisik mineral maupun sifat kimia fisika permukaan
mineral dan diupayakan menguntungkan.

Kebijakan hilirisasi industri mendorong agar semakin banyak proses pengolahan barang
mentah dilakukan di Indonesia, sehingga keuntungan dalam bentuk penyerapan tenaga kerja,
pendapatan pajak dan lain-lain dinikmati oleh mereka yang berada di Indonesia. Studi
mendalam diperlukan untuk benar-benar mengukur besarnya potensi keuntungan dari program
hilirisasi industri.

Namun demikian contoh sederhana manfaat hilirisasi industri dapat terlihat darieksporbijih
tembaga dimana jika menjual bijih tembaga, maka jumlah tenaga kerja yang diperlukan serta
pendapatan pajak yang diperoleh hanya sedikit saja, namun jika menjual tembaga yang sudah
diproses, maka jumlah tenaga kerja yang terserap dan pendapatan pajak akan jauh lebih tinggi.
Selisih nilai tambah tersebut akan gagal ikut bersirkulasi dalam sistem ekonomi kita, jika masih
mengandalkan struktur ekonomi tradisional yakni hanya mengekspor bahan mentah. Jika
program hilirisasi industri berhasil diberlakukan, maka secara jangka menengah dan panjang
dampak positifnya tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga akan mampu
mengurangi defisit perdagangan dan menjaga nilai Rupiah yang belakangan fluktuatif terhadap
dolar Amerika Serikat.

Namun pemberlakuan hilirisasi mineral membutuhkan investasi tinggi, termasuk


ketersediaan energi yang besar, seperti pembangunan smelter (fasilitas pengolah barang
tambang mentah menjadi bernilai tambah) tentu membutuhkan investasi besar. Selain itu
smelter untuk tembaga, besi, nikel, dan emas terkenal sangat boros energi. Diperlukan
harmonisasi antar berbagai kebijakan, terutama kebijakan di sektor investasi, ekspor,
perbankan, transportasi, energi, termasuk fiskal agar produsen energi lebih tertarik untuk
menjual mineral ke dalam negeri untuk menjamin ketersediaan pasokan energi. Seluruh
investasi dan besarnya energi itu akan terbayar dengan hasil yang besar pula, tidak hanya bagi
pengusaha selaku eksportir namun juga bangsa yang pada gilirannya berdampak positif bagi
rakyat. Untuk perusahaan, hilirisasi industri biaya produksi justru akan menurun karena akan
terdapat potensi penghematan luar biasa salah satunya biaya transportasi, misalnya biaya
transportasi untuk mengekspor bijih tembaga atau emas, sudah pasti jauh lebih mahal daripada
biaya untuk mengangkut emas dan tembaga batangan. Indonesia sebagai negara penghasil
mineral dengan cadangan yang cukup besar, juga akan dimudahkan dengan biaya mengangkut
energi yang lebih murah jika fasilitas smelter ada di dalam negeri, bukan di luar negeri.

DAMPAK LANGSUNG

yaitu dampak langsung yang dialami oleh obyek pelaksana kebijakan hilirisasi industri
mineral yang dalam hal ini adalah perusahaan pertambangan. Beberapa dampak yang terjadi
dengan adanya hilirisasi mineral antara lain :

Dampak Positif

1. Secara Ekonomis

a. Mengurangi ongkos angkut tiap ton logam dari lokasi pengolahan ke pabrik peleburan,
karena sebagian mineral tidak berharga (waste mineral) telah terbuang selama proses
pengolahan dan kadar bijih sudah ditingkatkan.

b. Mengurangi jumlah Flux yang ditambahkan dalam proses peleburan serta mengurangi metal
yang hilang bersama Slag.

c. Mengurangi biaya peleburan tiap ton logam yang dihasilkan, sebab dalam peleburan tonase
logam yang dihasilkan lebih banyak (dalam waktu yang sama) bila dibandingkan dengan
peleburan tanpa diawali dengan Pengolahan Bahan Galian.

2. Secara Teknis

a. Pengolahan Bahan Galian akan menghasilkan konsentrat yang mempunyai kadar mineral
berharga relatif tinggi, sehingga lebih memudahkan untuk mengambil metalnya.

b. Ada kemungkinan konsentratnya mengandung lebih dari satu mineral berharga, sehingga
ada kemungkinan dapat diambil logam yang lain sebagai hasil sampingan.

Dampak Negatif

1. Secara Teknis

Analisis dampak negatif yang terjadi berkaitan dengan adanya proses Pengolahan Bahan
Galian (PBG) antara lain dapat terjadi pada tahap-tahap preparasi maupun tahap konsentrasi.
Tahap-tahap tersebut yaitu:
a. Pengecilan ukuran / Kominusi (Cominution), Pada tahap ini belum ada bagian bahan
galian yang sengaja dibuang. Kalau prosesnya kering, yang timbul adalah debu yang lolos di
sekitar titik-titik perpindahan (transfer points) material. Oleh sebab itu di daerah tersebut agar
ditutup dan dipasangi pengisap debu (dust collector). Tetapi jika prosesnya basah, biasanya tak
ada masalah, kecuali ceceran-ceceran lumpur (slurry) di titik-titik perpindahan. Berarti dampak
negatifnya tidak ada.

b. Pemisahan berdasarkan ukuran butir (Sizing), Pada tahap sizing belum ada bagian dari
proses yang disengaja dibuang, sehingga dampak negatifnya juga tidak ada.

c. Peningkatan kadar atau konsentrasi (Concentration), Produk dari proses konsentrasi


adalah :

 Konsentrat yang harus ditangani dengan sebaik-baiknya jangan ada yang tertumpah,
karena mengandung mineral berharga dengan kadar tinggi.
 Amang (middling) harus diproses lebih lanjut untuk “menangkap” sisa-sisa mineral
berharga yang masih dikandungnya.
 Ampas (tailing) yang harus dibuang dan banyak menimbulkan masalah pencemaran
lingkungan lebih-lebih bila mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun. Tetapi kadang-
kadang ampas bisa berguna bila dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengisi (filling material)
lubang-lubang bekas penambangan.

d. Pengurangan kadar air (Dewatering), Pada proses PBG yang harus diwaspadai adalah
pencemaran karena pembuangan air, dan belum tentu air buangan itu sudah bersih dan jernih,
sehingga perlu dipersiapkan kolam pengendap (settling pond) untuk mengurangi jumlah
padatan yang terkandung dalam air buangan sebelum dialirkan ke badan air bebas. Jika dalam
proses pengeringan (drying) ada gas-gas berbahaya atau beracun.

Al-Qasas Ayat 77

ِ ‫ك ۖ َو ََل ت َب ْغ‬ َ ْ ‫س ْن كَ َم ا أ َ ْح س َ َن َّللاه ُ إ ِ ل َ ي‬ِ ‫ك ِم َن ال د ُّ ن ْ ي َ ا ۖ َو أ َ ْح‬


َ َ ‫َص ي ب‬ ْ ‫ك َّللاه ُ ال د ها َر‬
َ ْ ‫اْل ِخ َر ة َ ۖ َو ََل ت َن‬
ِ ‫س ن‬ َ ‫َو ا ب ْ ت َغ ِ ف ِ ي َم ا آ ت َا‬
ِ ْ ‫ب ال ْ ُم ف‬
‫س دِ ي َن‬ ُّ ‫ض ۖ إ ِ هن َّللاه َ ََل ي ُِح‬ ْ ‫ال ْ ف َ س َ ا د َ ف ِ ي‬
ِ ‫اْل َ ْر‬

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.
Fatir Ayat 27

ُ‫اء َماء فَأ َ ْخ َرجْ نَا بِ ِه ث َ َم َرات ُم ْختَ ِلفا أَ ْل َوانُ َها ۚ َو ِمنَ ْال ِجبَا ِل ُجدَد بِيض َو ُح ْمر ُم ْخت َ ِلف أ َ ْل َوانُ َها َوغ ََرابِيب‬ ‫َّللاَ أ َ ْنزَ َل ِمنَ ال ه‬
ِ ‫س َم‬ ‫أَلَ ْم ت ََر أ َ هن ه‬
‫سود‬
ُ

Arti: Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami
hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-
gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula)
yang hitam pekat.

Tanggapan Terhadap Hilirisasi Tambang

Dunia sudah menuju kepada energi yang ramah lingkungan. Semuanya harus mulai
siap-siap dan hati-hati. Selain itu, dengan hilirisasi industri tambang, diharapkan akan
membantu pemerintah mengatasi defisit transaksi berjalan dan defisit neraca perdagangan yang
sudah berlangsung lama. Meskipun ekspor dari industri pertambangan sendiri. Oleh sebab itu
untuk memulai, memproses, barang-barang tambang kita ini menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi sehingga negara kita memiliki nilai tambah dan memiliki multiplier effect yang
besar ke mana-mana termasuk tentu saja dalam penciptaan lapangan kerja yang itu dibutuhkan
oleh masyarakat. tambang memiliki efek ekonomi yang tinggi bagi masyarakat di daerah, oleh
karena itu industri hilirisasi perlu didorong untuk memperbesar manfaat bagi masyarakat. Hal
ini juga sejalan dengan program pemerintah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai