Daftar Kelompok
Aditya Mahendra
12106013
12106023
TIMAH ALLUVIAL
SnO2, yang dikenal dengan kassiterit adalah senyawa Sn yang utama, dan
merupakan mineral timah ekonomis. Daerah penyebaran timah primer ada 3 variasi:
• Pada bagian teratas/terluar dari sisi batuan granit, daerah kontak dimana
akumulasi fluida terjadi. Disini timah ditemukan tersebar dan tersegresi dalam
batuan yang granitik, metasedimen sampai greisen.
Pada batuan greisen, timah terdapat dalam kristal kassiterit dari bentuk halus
hingga kasar
Pada vein maupun pada bedding plane yang berlangsung proses
pyrometasomatik. Tipe deposit ini umumnya berada jauh dari sumber
granitnya dan berproses dalam temperatur rendah.
Sumber timah Indonesia merupakan bagian jalur timah Asia Tenggara, jalur
timah terkaya di dunia yang membentang dari selatan Cina – Thailand – Birma –
Malaysia hingga Indonesia. Di Indonesia, jalur timah ini 2/3 bagian tertutup oleh laut,
sedangkan daratan berupa deretan pulau-pulau yang bertebaran sejak dari arah
barat laut, Pulau Karimun Kundur, Bangka, hingga Belitung dan jejak granit bertimah
terakhir terdapat di Pulau Karimata. Pulau-pulau tersebut diperkirakan terbentuk
3
dalam proses erosi residual dan merupakan sisa bagian yang resisten dari mountain
ranges yang berlangsung pada masa-masa terbentuknya Sunda Shelf. Di Bangka,
Singkep, dan Pulau Karimun Kundur , mineralisasi berlangsung di badan granit,
dengan demikian deposit ditemukan didaerah kontak. Sedangkan di Belitung,
mineralisasi terjadi jauh dari badan granite, dimana fluida berada dalam temperatur
rendah dan mampu mengisi dari celah-celah dari hostrock termasuk bedding plane.
Tingkat erosi terhadap deposit primer berlangsung dengan tingkat intensitas
yang berbeda antara satu pulau timah dengan pulau timah lainnya. Pulau Bangka
dalam massa tersier dan periode kwarter, berada dalam altitute yang tinggi, oleh
karena itu erosi nampaknya berjalan sangat intensif, sehingga terbentuk cebakan
timah sekunder di sungai sungai purba, selain kaya, tetapi juga dalam jumlah besar
dan dapat ditemukan di banyak tempat, baik daratan maupun lautan. Sedangkan
deposit timah primer sedikit saja tersisa. Lain halnya dengan belitung, dimana pada
massa itu kedudukan pulau itu pada latitute yang rendah, yang menyebabkan
proses pembentukan endapan sekunder tidak seintensif di Bangka, sedangkan
endapan primer dapat diketemukan indikasinya di banyak tempat.
Penyebaran konsentrasi lapisan pasir bertimah baik vertikal maupun lateral
sangat dipengaruhi oleh gejala naik turunnya permukaan laut.
Kegiatan Eksplorasi
Karakteristik genesa dari timah alluvial dapat dijadikan sebagai acuan untuk
metoda kegiatan eksplorasi yang dilakukan. Genesa endapan timah berupa mendala
metalogenik yang membentang dari selatan Cina – Thailand – Birma – Malaysia
hingga Indonesia, kontrol pembentukan bijih sehingga terjadi endapan sedimenter
(placer), dan komposisi mineral, serta gejala geologi yang dapat berupa tatanan
tektonik regional atau lokal, struktur geologi, susunan stratigrafi, dan jenis batuan.
Dari peristiwa tersebut akan diketahui tipe dan karakteristik endapan yang berupa
keadaan umum bentuk, ukuran, dan pola sebaran bijih, proses dan zona
pengkayaan, sifat fisik dan kimia endapan, karakteristik mineralogi, karakteristik
batuan induk/samping. Kegiatan eksplorasi akan dibagi kedalam beberapa tahapan :
pertama akan dilakukan peninjauan lapangan berupa survey geologi dan
pengambila sampling secara acak, dari langkah ini kita akan mendapat keadaan
model regional endapan.
Langkah kedua, dilakukan kegiatan eksplorasi pendahuluan, yaitu survey
geokimia dan geofisika, dan pemetaan, baik peta topografi maupun peta geologi.
Survey geofisika, diantaranya dilakukan kegiatan kegiatan sebagai berikut :
Seismik
Metoda Geofisika yang cocok dilakukan untuk endapan timah alluvial dalam (50 m
hingga diatas 100 m) adalah metoda geofisika aktif yaitu seismik. Hal ini dilakukan
untuk mendeliniasi batas-batas lembah. Kegiatan ini dilakukan oleh PT Tambang
Timah untuk pengembangan cadangan alluvial darat.
Survey Mineral Berat
Menurut Sanny et al. (1997), survei gaya berat digunakan untuk menggambarkan
bentuk (struktur) geologi bawah permukaan berdasarkan variasi medan gravitasi
bumi yang ditimbulkan oleh perbedaan densitas (rapat massa) antar batuan.
Geolistrik
Survei geolistrik menggunakan konduktivitas mineral dan batuan atau kebalikannya
(tahanan jenis), untuk memperkuat informasi geologi dekat permukaan. Metode
tersebut
digunakan
untuk
menyelidiki
kondisi
bawah
permukaan
dengan
mempelajari sifat aliran listrik pada batuan di bawah permukaan bumi. Penyelidikan
tersebut meliputi pendeteksian besarnya medan listrik yang mengalir di dalam bumi
baik secara alamiah (metode pasif) maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi
(metode aktif) dari permukaan.
Dari langkah langkah ini akan didapat sifat fisik dan sifat kimia dari endapan,
tatanantektonik, model genetic dan sebagainya. Langkah ketiga yang dilakukan
adalah Eksplorasi lanjut sampai Eksplorasi detail. Kegiatan yang dilakukan yaitu
pemboran, sampai pemboran detail.
Pemboran memberikan penentuan akhir, dan sebagai pelengkap data
geologi. Pemboran yang dilakukan di Pertambangan Timah Bangka dilakukan
menggunakan Bor Bangka. Ditemukan dan dibuat oleh seorang Insinyur Belanda
yang bekerja di Pertambangan TImah Bangka pada tahun 1859. Bor Bangka terdiri
dari pipa, dan didalamnya ada pompa, untuk mengambil contoh dan dioperasikan
secara manual. Pemboran dilakukan dalam pola melintang pada poros lembah (20
meter satu sama lain) dan dalam jarak antara 20-40 m antara satu lintang dengan
lintang lainnya. Data yang didapat dari pemboran adalah kadar, batas cebakan,
geometri endapan, sebaran kadar. Dari data-data tersebut dapat dilakukan
pemodelan endapan. Dengan berdasar kepada keadaan ekonomi dan keadaan
teknologi pada saat ini serta perkiraan biaya
pengendapan
dan
konsentrasi
oleh
perbedaan
berat
jenis.
Pengupasan tanah atas (overburden) atau pelepasan cebakan menurut keperluan
dan efisiensi dibantu dengan alat-alat berat terutama dengan menggunakan
bulldozer.
Tambang alluvial besar yang menggunakan alat-alat besar untuk penggalian
dan untuk mengangkut dari front penambangan ketempat pengolahan, sering
dikombinasikan dengan cara penyemprotan. Sistem ini biasa dilakukan untuk
endapan yang mempunyai kedalaman yang dalam (15 m) dan skala penambangan
lebih besar. Karena itulah PT Tambang Timah yang menggunakan bantuan alat
besar disebut dengan tambang besar. Tambang-tambang dengan endapan yang
lebih dangkal seperti elluvial dan kulit, dengan penggalian dan pengangkutan yang
berskala lebih kecil, dengan alat-alat besar, yaitu dengan menggunakan shovel
loader dan truk disebut dengan tambang kering.
Sistem penambangan dengan mesin gali mangkok (MGM) atau yang biasa
disebut dengan kapal keruk, alat penggalian dan pengolahan primer ditempatkan
diatas panton (kapal), di Indonesia seluruhnya menggunakan tipe ember dengan
kapasitas 7 ft3-24cu3. Pada waktu lalu, ada juga kapal keruk tipe pisau (cutter),
yang seiring dengan perkembangan waktu dan teknologi, dinilai tidak sesuai lagi
dipakai untuk proses penambangan timah, karena recovery dari cebakan tidak baik.
Kapal
keruk
dioperasikan
di
lembah-lembah
darat
dengan
system
Sistem usaha tambang semprot dari dahulu dikembangkan dengan dua cara,
yaitu seluruh pengurusan dan personil diambil langsung oleh perusahaan,
sedangkan untuk sistem control, dimana penyediaan tenaga dan operasi sehari-hari
dilakukan oleh kontraktor, sedang pengendalian, pengawasan dan pengurusan
lainnya dilaksanakan oleh PT Tambang Timah. Tambang tersebut lazim disebut
dengan Tambang Karya. Sistem tambang semprot, masih dinggap intensif tenaga
kerja, dan sistem teknologi menengah. Karena itu terdapat keunggulan bila tambang
sedemikian diolah oleh kontraktor penyediaan tenaga kerja.
Efisiensi dari tambang semprot tergantung pada efektivitas monitor, daya
semprot, dan daya membelah (shearing) lapisan-lapisan, dan juga sangat
tergantung pada sifat-sifat lapisan. Lapisan clay utuh dank eras (tough clay), lapisan
sementasi berbesi, konglomerat dan batu-batu besar sulit dipecah oleh semprot
(monitor) dan dingkut dengan pompa tanah. Secara umum, produktivitas tambang
semprot relatif rendah, dan dengan demikian kadar timah yang ekonomis ditambang
dengan tambang semprot harus lebih tinggi.
menggunakan
shovel
kemudian
diangkut
dengan
truk
ketempat
pembuangan. Sebagai contoh (model) dari tambang alluvial besar dibawah ini
diuraikan secara singkat operasi sebuah tambang besar PT Koba Tin. Pada gambar
3 dapat dilihat diagram kolong dengan aliran air dan limbah, dengan tahapan
pengisian kolong dari tahap pertama sampai pada tahap yang berikutnya. Pada
gambar 4
dapat dilihat
diagram tahap
Gambar 5. Diagram air limbah padat dan limbah cair dan sirkulasi air tertutup
11
dibandingkan
dengan
tambang
semprot,
dimana
alat-alat
penggalian dan pengolahan primer dibangun diatas sebuah kapal (pontoon) yang
mobilitasnya untuk operasi dan perpindahan sudah dimekanisasi.
Sejarah kapal keruk untuk penambangan timah di Indonesia dimulai pada
permulaan abad 20, dan menurut catatan, kapal keruk sederhana pertama
diintroduksikan di Singkep pada tahun 1927. Pengembangan kapal keruk timah di
Indonesia, terutama kapal keruk untuk laut merupakan pionir dengan teknologi yang
sebagian besar berasal dari Belanda dan Negara Eropa lainnya.
Kapal keruk adalah istilah penamaan untuk semua tipe kapal keruk, sedang
mesin gali mangkok (MGM) adalah istilah kapal keruk dengan tipe ember (bucket
dredge), yang pada awalnya adalah tipe utama yang beroperasi di pertambangan
timah di Indonesia. Pada waktu yang lalu ada tipe kapal keruk isap (cutter dredge)
yang saat ini banyak digunakan untuk pengerokan pasir pada pelabuhan, sedang
kapal keruk tipe roda mangkok (bucket wheel) dipergunakan tambang emas.
Penggalian dilakukan dengan rantai ember yang berjalan dari ujung bawah ember,
menggali dengan tekanan dan bergerak diatur oleh kawat depan dan kawat
samping, sedangkan gerakan ujung tangga ember vertical terjadi dengan kawat
tangga.
Penggalian dan pengisian mangkok terjadi pada ujung bawah dan ujung
depan dan tingkat pengisian mangkok dapat dimaksimumkan dengan alat-alat
pengontrol kawat depan, samping dan kawat tangga (ladder hoist). Untuk tanah
alluvial yang bersifat clay coefficient isi mangkok dapat mencapai 150%. Rantai
mangkok berjalan yang berisi tanah timah, diangkat (dibawa) ke atas roda putar atas
(top tumbler) dan dibuang ke chute dan kemudian jatuh kesaringan putar dan
seterusnya mengikuti flow sheet pencucian. Bila ada tanah atas yang tidak perlu
dicuci, maka didalam saring putar dipasang talang tailing (overburden chute) yang
mengalirkan tanah langsung kebelakang MGM.
12
DAFTAR PUSTAKA
Simatupang, Marangin dan Soetaryo, Sigit. Pengantar Pertambangan
Indonesia. Asosiasi Pertambangan Indonesia. Jakarta. 1991
Macdonal, Eoin H. Alluvial Mining The Geology, Technology, and
Economic of Placers. Chapman and Hall 733 third Avenue. New York. 1983.
Sulistianto, Budi. Sistem Penambangan. Departemen Teknik
Pertambangan. Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral-ITB.2005
Anthony M. evans. Ore geology and Industrial Mineral.1994
Guilberg,J.M. and Park,C.F.Jr. The Geology of Ore Deposits. W. H.
Freeman. 1986
14