Anda di halaman 1dari 22

4

BAB II
TINJAUAN UMUM DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum


2.1.1 Studi Terdahulu
Pada penelitian ini memaparkan beberapa penelitian terdahulu sebagai
penunjang yang berhubungan dengan analisis terhadap variabel saringan putar
tanah pada BWD Kundur I.
1. Darmawan (2014) dalam Prosiding TPT XXIII PERHAPI yang berjudul Studi
Peningkatan Produksi Revolving Screen pada Kapal Isap Produksi Timah 12
Berdasarkan Laju Pemindahan Tanah (LPT) Target Rata-Rata di Daerah
Perairan Laut Tempilang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memaparkan
tentang penelitian dan analisis data dengan metode penelitian yang digunakan
berupa pengumpulan data primer yang meliputi kecepatan putar, sudut
kemiringan dan diameter saringan putar kemudian dilakukan perhitungan
dengan mnggunakan persamaan rumus rumus yang diperlukan untuk
mengetahui kapasitas produksi saringan putar pada KIP Timah 12 dan
selanjutnya dilakukan analisis data untuk mengentahui pengaruh dari
kecepatan putar dan sudut terhadap produktivitas saringan putar yang
selanjutnya ditingkatkan berdasarkan jumlah laju pemindahan tanah rata - rata
kip timah 12. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan
hasilnya bahwa produktivitas revolving screen dengan kecepatan putar drum
sebesar 10,81 rpm, sudut kemiringan 6 0 dan diameter drum 2 m maka
didapatkan produktivitas material dalam drum sebesar 141 m3 / jam sedangkan
dalam mencapai produktivitas rata-rata laju pemindahan tanah pada saringan
putar yang telah ditargetkan oleh perusahaan sebesar 158 m3 / jam , maka
dilakukan penambahan terhadap kecepatan saringan putar menjadi 12,06 rpm
atau dengan menambahkan sudut kemiringan saringan menjadi 7,050 serta
menambahkan kecepatan rpm mesin hydraulic saringan putar dari 1500 rpm
menjadi 1647 rpm.
5

2. Bonita (2016) dalam Skripsi Jurusan Teknik Pertambangan Universitas


Bangka Belitung yang berjudul Optimalisasi Kinerja Saringan Putar pada
Kapal Keruk 21 Singkep 1 di Laut Air Kantung PT Timah Tbk, Unit Laut
Bangka memaparkan tentang penelitian dan analisis data dengan metode
penelitian yang digunakan berupa deskriptif dan kuantitatif dengan melakukan
percobaan pada tekanan air pipa pancar dan tekanan pipa monitor serta
perbandingan lumpur perkedalaman 41,00 m, 42,80 m, 43,80 m dengan
jumlah sampel sebanyak 6 yaitu 3 sampel undersize dan 3 sampel oversize.
Pengolahan data dapat dilakukan dengan menggunakan analisis mikroskop
dan perhitungan menggunakan persamaan yang diperoleh dari bahan pustaka.
Hasil penelitian dari pengolahan data didapatkan hasil perbandingan nilai
recovery yang diperoleh dengan tekanan air pipa pancar sebesar 22 mka dan
pipa monitor sebesar 21 mka adalah sebesar 22,00 %, kemudian setelah
tekanan air dinaikkan sesuai dengan standar operational procedure yaitu
tekanan air pipa pancar sebesar 26 mka dan pipa monitor sebesar 25 mka nilai
recorvery yang diperoleh meningkat menjadi 98,81 %.
3. Fitri (2018) dalam laporan seminar tambang Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Bangka Belitung yang berjudul evaluasi kinerja saringan putar
terhadap kapasitas feed jig primer di kapal isap produksi (kip) indo siam
phuket 1 unit laut Bangka PT Timah Tbk, memaparkan tentang penelitian dan
analisis data dengan metode penelitian yang dilakukan dengan pengumpulan
data primer dan sekunder yang meliputi penentuan LPT aktual, penentuan
feed yang masuk pada jig primer, penentuan kapasits jig primer, menentukan
variabel tetap dan variabel tidak tetap pada saringan putar tersebut.
Berdasarkan perhitungan aktual diperoleh LPT aktual pada KIP Indo Siam
Phuket 1 sebesar 178 m3/jam dengan persentase 89 % pada bulan Januari 2018
selama 42 jam operasi, sehingga belum memenuhi target yang direncanakan
perusahaan sebesar 200 m3/jam. Sedangkan kemampuan kapasitas jig primer
terhadap LPT aktual sebesar 205 m3/jam dengan efisiensi sebesar 83%.
6

2.1.2 Geologi Pulau Bangka


Secara fisiografi Pulau Bangka merupakan pulau terbesar pada Paparan
Sunda (Sunda-Shelf) dan merupakan Sunda Peneplain (Van Bemmellen, 1970).
Bila ditinjau dari sudut geologi penyebaran bijih timah di Indonesia masih
merupakan kelanjutan dari Granit Belt yang berumur Yura–Kapur yang
membentang mulai dari Burma, Muangthai, Malaysia, Kepulauan Riau (Pulau
Singkep, Pulau Karimun dan Pulau Kundur), Pulau Bangka dan Pulau Belitung
hingga Pulau Karimata.
Granite Belt sendiri merupakan deretan formasi batuan granit kaya akan
mineral kasiterit yang akan kemudian dikenal dengan sebutan The Tin Belt. Pulau-
pulau dari The Tin Belt diinterpretasikan merupakan sisa bagian resisten dari
gunung yang muncul pada masa terbentuknya Sunda Shelf. Malaysia, Kepulauan
Riau, dan Bangka berada dalam kelompok elemen tektonik yang sama. Evolusi
tektonik di wilayah ini telah dimulai sejak Paleozoikum Bawah dimana
berdasarkan teori tektonik lempeng bahwa daerah penunjaman (subduction zone)
berada di bagian timur Malaysia dan pada Mesozoikum bawah-tengah
menghasilkan busur gunung api dalam bentuk deretan pulau Kundur, Pulau
Singkep, Pulau Bangka, Pulau Belitung dan sebagainya dari Kalimantan Barat.
Pulau Bangka merupakan daerah dengan erosi tingkat lanjut, hal ini
dicirikan dengan keadaan yang umumnya relatif datar dan adanya bukit-bukit sisa
erosi. Bukit-bukit sisa erosi tersebut tersusun atas batuan beku granit yang
umumnya menempati bagian tepi Pulau Bangka. Adapun susunan batuan beku
granit di Pulau Bangka adalah sebagai berikut:
a. Dibagian utara: Granit Klabat, yang berorientasi ke arah barat dan timur
melewati Teluk Klabat. Granit yang ada disekitarnya terdiri atas Granit
Pelangas, Granit Menumbing, Granit Mangkol.
b. Di bagian Selatan: Tersusun atas pluton yang lebih kecil yaitu Pluton Koba,
Pluton Bebuluh, Pluton Permis, dan Granit Toboali, serta pluton yang lain yang
terletak diantaranya.
Daerah dataran menempati±80% luas seluruh daerah. Daerah inilah
merupakan tempat endapan alluvial yang mengandung konsentrasi bijih timah.
7

Umumnya sungai-sungai yang ada mengalir di atas endapan-endapan muda


(Plistosen/Pliosen) kecuali pada hulu-hulu sungai atau dekat pada daerah
perbukitan. Batuan-batuan yang dijumpai di Pulau Bangka terdiri atas batuan pra-
Tersier diantaranya, batupasir, batulempung, lapisan-lapisan pasir, lempung
mengandung sisa tanaman, campuran antara lempung-pasir-lanau. Kemudian
granit dan batuan metamorf seperti sekis (Katili, 1967). Menurut Mangga dan
Djamal (1994), terdapat enam formasi utama yang terdapat pada peta geologi
bangka. Susunan formasi batuan dan endapan yang menyusun wilayah Bangka
dari tua ke muda (Tabel 2.1) adalah sebagai berikut :
1. Kompleks Pemali (CPp) : terdiri dari filit dan sekis dengan sisipan kuarsit dan
lensa batu gamping; terkekarkan, terlipat, tersesarkan dan diterobos oleh Granit
Klabat (TRJkg). Pada Kompleks Pemali dijumpai fosil berumur Perm pada
batu gamping, didekat Air Duren sebelah selatan – tenggara Pemali. Umur
satuan ini diduga Perem dengan lokasi tipe di daerah Pemali.
2. Diabas Penyabung (PTRd) : terdiri dari diabas, terkekar dan tersesarkan,
diterobos oleh Granit Klabat (TRJkg) dan menerobos Kompleks Malihan
Pemali (CPp). Umur Diabas Penyabung diperkirakan sekitar Perm.
3. Formasi Tanjung Genting (TRt) : formasi ini terdiri dari perselingan batu malih,
batupasir, batupasir lempungan dan batulempung dengan lensa batugamping,
daerah setempat dijumpai oksida besi. Berlapis baik, terlipat kuat, terkekarkan
dan tersesarkan, tebalnya 250 – 1.250 m. Didalam batugamping dijumpai fosil
Monlivaultia molukkana, J. Wanner, Entrochus sp. dan Encrinus sp. kumpulan
fosil ini menunjukkan umur Trias dengan lingkungan pengendapan
diperkirakan berupa laut dangkal. Lokasi tipe terdapat di Tanjung Genting dan
dapat dikorelasikan dengan Formasi Bintan. Tanjung Genting ini diterobos
oleh Formasi Granit Klabat dan menindih tak selaraskan Kompleks Pemali.
4. Granit Klabat (TRJkg) : terdiri dari granir, granodiorit, adamalit, diorit dan
diorit kuarsa. Pada Granir Klabat setempat dijumpai retas aplit dan pegmatit.
Formasi ini terkekarkan dan tersesarkan dan menerobos Diabas Penyabung
(PTRd). Umur dari hasil radiometri menunjukkan umur Trias Akhir.
8

5. Formasi Ranggam (TQr) : formasi ini terdiri dari perselingan batupasir,


batulempung, dan batutufan dengan sisipan tipis batulanau dan bahan organik,
berlapis baik, sturktur sedimen berupa perlapisan silang siur. Fosil yang
dijumpai antara lain moluska, Amonia sp., Quinqueloculina sp. dan Triloculina
sp., yang berumur tidak lebih tua dari Miosen Akhir. Lokasi tipe terdapat di
daerah Ranggam dapat dikorelasikan dengan Formasi Kasai di daerah
Sumatera.
6. Formasi Aluvium (Qa) : formasi yang berumur kuarter ini merupakan endapan
permukaan yang terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lempung dan
gambut.
2.1.3 Genesa Timah
Sutedjo (2007) menyatakan bahwa proses pembentukan mineral timah
disebut juga dengan genesa endapan timah. Selama proses mineralisasi
berlangsung ditentukan oleh keadaan lingkungan pengendapan yang ada disekitar
timah. Maka dapat digolongkan menjadi dua bagian dalam genesa endapan timah,
yaitu endapan primer dan endapan sekunder.
1. Endapan Timah Primer
Proses pembentukan endapan timah primer berasal dari magma cair yang
mengandung mineral cassiterite. Batuan pembawa mineral ini adalah batuan
granit yang berhubungan dengan magma asam dan menembus lapisan sedimen
(intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan intrusi, terjadi peningkatan
konsentrasi elemen di bagian atas, baik dalam bentuk gas maupun cair, yang
akan bergerak melalui pori – pori atau retakan. Karena tekanan dan temperatur
berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan membentuk deposit dan
batuan samping. Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi, maka
akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk mineral – mineral bijih yang
berharga diantaranya mineral yang mengandung timah. Mineral ini
terakumulasi dan terisolasi pada batuan granit maupun di dalam batuan yang
diterobosnya, yang akhirnya membentuk vein – vein, yaitu pada batuan granit
dan pada batuan samping yang diterobosnya. Secara keseluruhan endapan
timah yang membentang dari Myanmar Tengah hingga Paparan Sunda
9

merupakan keseluruhan sejumlah intrusi granit. Batuan induk yang


mengandung bijih timah adalah granit, adamelit, dan granodiorit.
2. Endapan Timah Sekunder
Endapan timah sekunder berasal dari endapan timah primer yang
mengalami pelapukan yang kemudian terangkut oleh aliran air dan akhirnya
terkonsentrasi secara selektif berdasarkan perbedaan berat jenis dengan bahan
lainnya. Berdasarkan tempat atau lokasi pengendapannya endapan bijih timah
sekunder dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Endapan Elluvial
Endapan elluvial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat pelapukan
secara intensif. Proses ini diikuti dengan disentegrasi batuan samping dan
perpindahan mineral cassiterite secara vertikal sehingga terjadi konsentrasi
residual. Ciri - ciri endapan elluvial adalah sebagai berikut :
 Keterdapatannya dekat sekali dengan batuan sumbernya
 Tersebar pada batuan sedimen atau batuan granit yang telah lapuk
 Ukuran butir agak besar dan angular
b. Endapan Kolluvial
Endapan kolluvial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat peluncuran
hasil pelapukan endapan bijih timah primer pada suatu lereng dan terhenti
pada suatu gradien yang agak mendatar diikuti dengan pemilahan. Ciri - ciri
endapan kolluvial adalah sebagai berikut :
 Butiran agak besar dengan sudut runcing
 Biasanya terletak pada lereng suatu lembah
c. Endapan Alluvial
Endapan alluvial adalah endapan bijih yang terjadi akibat proses
transportasi sungai, dimana mineral berat dengan ukuran butiran yang lebih
besar diendapkan dekat dengan sumbernya, sedangkan mineral – mineral
yang berukuran lebih kecil diendapkan jauh dari sumbernya. Ciri – ciri
endapan alluvial adalah sebagai berikut :
 Terdapat di daerah lembah
10

 Mempunyai bentuk butiran yang membundar


d. Endapan Miencan
Endapan miencan adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat
pengendapan yang selektif secara berulang-ulang pada lapisan tertentu.
Ciri - ciri endapan miencan adalah sebagai berikut :
 Endapan terbentuk lensa – lensa
 Bentuk butiran halus dan bundar
e. Endapan Disseminated
Endapan disseminated adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat
transportasi oleh air hujan. Jarak transportasi sangat jauh sehingga
menyebabkan penyebaran yang luas tetapi tidak teratur. Ciri-ciri endapan
disseminated adalah :
 Tersebar luas, tetapi bentuk dan ukurannya tidak teratur
 Ukuran butir halus karena jarak transportasi jauh
 Terdapat pada lapisan pasir atau lempung

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Definisi kapal Bucket Wheel Dredge
Kapal Bucket wheel dredge merupakan kapal produksi timah yang sistem
pemberaian materialnya menggunakan bucket wheel. BWD ini dapat dikatakan
sebagai kombinasi antara KK dan KIP. Hal ini dikarenakan sistem penambangan
yang sama dengan kapal keruk dan sistem pemberaian material yang
menggunakan pompa hisap seperti pada KIP. Hal ini dikarenakan sistem
penambangan yang sama dengan kapal keruk dan sistem pemberaian material
yang menggunakan pompa hisap seperti pada KIP. Dengan kombinasi antara
kedua sistem ini, BWD dapat memindahkan tanah sebesar 1000 m 3/jam dengan
hasil produksi sekitar mencapai 8 ton Sn/hari. BWD Kundur I menggali endapan
material secara uppercut dengan bucket wheel yang diujungnya terdapat kuku.
Endapan material yang terkeruk akan masuk kedalam lidah yang dinamakan
scrapper yang kemudian akan dihisap oleh pompa tanah. Kapal ini juga memiliki
11

instalasi pencucian yang dapat menghasilkan 20-30% Sn dengan recovery


mencapai 97%. (PT. Timah Tbk, 2018).
BWD Kundur I dikepalai oleh seorang kepala kapal yang bertugas
mengawasi seluruh pegawainya mulai dari pegawai harian, pegawai shift, nahkoda
dan tata usaha. Bagian harian bertugas melakukan pengecekan kapal sedangkan
bagian pegawai shift bertugas untuk mengoperasikan kapal. Untuk bagian tata
usaha mempunyai tugas untuk berkoordinasi dengan petugas transportasi dalam
mengurus keperluan logistik, menyuplai makanan dan air tawar ke kapal.
Kapal BWD terdapat jam kerja per hari yang terdiri dari bagian Harian dan
Shift. Dimana pegawai shift dibagi menjadi 4 yaitu Aplos A, B, C dan D. Setiap
Aplos dikepalai oleh kapten Aplos dan terdiri dari petugas yang mengawasi
jalannya peralatan operasional kapal, seperti masinis, juru mudi, petugas
pencucian, petugas mesin dan petugas listrik. Setiap harinya jumlah jam kerja
Aplos dibagi menjadi 3 shift jam kerja, yaitu dari pukul 06.00 - 14.00 WIB, 14.00
- 22.00 WIB serta 22.00 - 06.00 WIB. BWD juga mempunyai sistem kerja 6 hari
kerja dan 3 hari libur. Selama 6 hari kerja pegawai akan menginap di kapal. Kapal
juga tetap beroperasi pada hari libur nasional atau hari-hari libur lainnya agar
dapat mencapai target produksi yang lebih baik. Untuk menggerakkan BWD dan
semua peralatannya, BWD menggunakan tenaga HPU sebagai sumber tenaga
pembangkit dan untuk pergerakan kapal BWD Kundur I menggunakan kawat-
kawat jangkar sebanyak 6 kawat.
12

Gambar 2.1 Bucket wheel dredge (PT Timah Tbk, 2018)

2.2.2 Peralatan Pencucian Kapal Bucket Wheel Dredge


Pencucian merupakan proses yang dilakukan setelah proses penggalian
berlangsung yang dilakukan guna memisahkan mineral berharga dari mineral
pengotornya. Pada Kapal BWD Kundur 1 dalam rangkaian pencucian untuk
memperoleh konsentrat timah, diawali melalui pemisahan material oleh
Stationary yang membagi mterial dari pompa tanah menuju saringan Putar
(Rotary Screen), dan selanjutnya dilakukan proses pencucian melalui jig Peralatan
pencucian yang digunakan pada Pada Kapal BWD Kundur 1 antara lain :
1. Stationary
Stationary merupakan alat yang berfungsi untuk melakukan proses Sizing
material feed dengan membagi kuantitas material feed menjadi 2 bagian sama
besar yang akan dialirkan melewati Bandar Lounder di bagian kiri & kanan serta
menambah viskositas material feed sehingga terjadi proses pemberaian material
yang lebih tercampur merata. Dalam stationary ini terjadi proses screening
melalui grizzly screen akan melakukan pemisahan material feed menjadi
undersize dan oversize dari pergerakan aliran Feed/ Laju Pemindahan Tanah
(LPT) oleh BWD Kundur 1. Material undersize (< 10 mm) akan menuju bak
tadah & oversize ( > 10 mm) menuju Saringan Putar untuk dilakukan screening
13

lagi. ukuran rangkaian grizzly screen adalah panjang 4 m, lebar 1,5 m, & diameter
batangan 16 mm.

Gambar 2.2 Grizzly screen (stationary) (PT Timah Tbk, 2018)


2. Saringan Putar
Menurut Basuki (2012), Saringan putar adalah alat konsentrasi pertama kali
di kapal keruk yang memiliki kemiringan 1:12 atau sekitar 5° sampai 7 berfungsi
memisahkan material-material dari feed ember kapal keruk berdasarkan ukuran
material. Material hasil penggalian akan masuk melalui stort bak kemudian
mengalami proses penghancuran menggunakan semprotan air dari monitor dan
pipa pancar yang berada didalam saringan putar.
Material tersebut akan mengalami penyaringan, material yang lolos dari
saringan putar berupa undersize yaitu material yang mengandung bijih timah dan
mineral berharga lainnya. Material yang lolos sebagai undersize kemudian akan
mengalami proses pencucian selanjutnya, sedangkan material yang tidak
mengandung bijih timah yang berupa oversize akan dibuang sebagai tailing.
14

Gambar 2. 3 Saringan putar (PT Timah Tbk, 2018)

Saringan putar yang dipakai di kapal keruk berbentuk bulat panjang dengan
ukuran tertentu dan saringannya menggunakan saringan dari karet atau rubber
screen dengan ukuran diameter lubang berbentuk connis 6 - 9 mm dan 9 -12 mm
(Basuki, 2012). Menurut Usman dan Soepriyanto (2008), Adapun fungsi dari
saringan putar ini adalah :
a. Desintegrasi
Merupakan penghancuran tanah atau material yang mengandung bijih timah
atau cassiterit dan mineral ikutan yang berharga. Feed dari mangkok yang
masuk ke drop chute jatuh kebandar ayun dan kemudian meluncur kebandar
tetap. Material yang dating ini harus selalu diperhatikan. Untuk kelancaran,
ditempat ini digunaklan semprotan air supaya tidak lengket pada plat yang
dapat menyebabkan kebuntuan. Didalam saringan putar materiola dihancurkan
dengan pancaran air yang keluar dari pipa pancar, untuk membantu
penghancuran dipasang juga monitor dibelakang saringan putar.
b. Washing
Pencucian bijih timah dan mineral ikutan yang berharga yang masih diselimuti
oleh lapisan tanah hingga terpisah satu sama lainnya. Kedua pancaran tadi
15

tidak hanya mengahancurkan material tetapi juga berfungsi untuk mencuci


bijih timah dan mineral ikutan lainnya yang berharga dan kotoran yang
melekat. Dengan adanya pancaran air dari monitor dibelakang saringan putar
dapat menahan material agar tidak terlalu cepat lolos dari plat saringan,
sehingga dengan ini akan menambah kesempatan melepaskan bijih timah dan
mineral berharga lainnya dari material yang mengikatnya.
c. Sizing
Penyaringan materian kasar sebagai oversize saringan putar dengan material
yang dominan sebagai undersize untuk kemudian menjadi bahan atau feed
pada proses-proses selanjutnya.
4. Bak Pembagi
Menurut Wachid Usman dan Syoni Soepriyanto (2008), Bak pembagi yaitu
alat yang berfungsi untuk menampung material undersize dari saringan putar
kemudian disalurkan keseluruh jig primer secara merata melalui pipa pembagi
yang berjumlah 8 atau 10 buah dengan ukuran 12’’ atau 14’’. Pipa-pipa pembagi
ini harus diperhatikan kondisinya jangan sampai terjadi pembuntuan sebab bila ini
terjadi maka akan menambah beban jig yang lain yang kemungkinan akan meluap
sehingga jig tidak bekerja dengan baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kelancaran aliran dalam pipa pembagi adalah :
a. Kondisi dari lubang plat saringan putar
b. Kondisi lapangan kerja
c. Kemiringan dan kekasaran dari pipa pembagi.
16

Gambar 2.4 Spine kop (PT Timah Tbk, 2018)

5. Jig
Jig merupakan alat konsentrasi yang berfungsi memisahkan mineral-mineral
berharga (sebagai konsentrat) dan mineral-mineral yang tidak berharga yaitu
tailing dengan munggunakan media utama air. Prinsip pemisahan di jig adalah
pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ) ,dimana mineral yang
mempunyai berat jenis yang lebih besar akan lebih cepat turun dibandingkan
dengan mineral yang mempunyai berat jenis yang lebih ringan. Jig yang dipakai
oleh PT Tambang Timah yang ada di Kapal BWD Kundur 1 adalah tipe Jig
circular dan Pan American jig.
a. Jig primer
Jig primer jenis IHC Circular Jigs merupakan Jig primer yang terdapat di
kapal BWD kundur 1 dengan sistem pergerakan pencucian menggunakan sistem
hidrolik/sirkulasi dengan media penggeraknya adalah Mechanical Hidrolic Jig
(MHJ) berupa fluida (oli). Jumlah Jig primer berupa 11 unit dengan posisi 1 unit
di dekat Spine kop, 5 unit kanan (SB) dan 5 unit kiri (BB) dimana Jig primer
terdiri 12 kompartemen yang material feed berasal dari Spine knop. Pada Jig
primer menggunakan sistem hidrolik sebagai media penggerak membran dan
diafragma dalam Jig primer dimana Seluruh Konsentrat yang dihasilkan berupa
Slurry yang dikumpulkan ke Bak Middling dan akan dipompa oleh Pompa Pasir
17

menuju ke Cyclone pada Jig sekunder, sedangkan untuk Tailing dibuang ke


Bandar tailing.

Gambar 2.5 Jig Primer jenis IHC Circular Jigs


(PT Timah Tbk, 2018)

b. Jig sekunder
Jig sekunder jenis Pan American Jigs (PA) merupakan Jig sekunder yang
terdapat di kapal BWD kundur 1 dengan sistem pencuciannya menggunakan
media penggerak Eksentrik yang digerakkan oleh Motor listrik. Jumlah Jig
sekunder ada 6 unit jenis Pan American Jigs dalam posisi 3 unit kanan dan 3 unit
kiri dimana Jig sekunder mempunyai 4 kompartemen yang feednya berasal dari
Cyclone. Pada jig sekunder ini menggunakan Eksentrik sebagai penggerak
membran dan diafragmanya melalui Motor listrik. Semua konsentrat yang
dihasilkan pada pencucian ini masih berupa slurry, untuk yang kompartemen A &
B masuk ke Jig Clean Up dan Kompartemen C & D masuk ke Jig Tersier melalui
Bandar Konsentrat, sedangkan Tailing akan langsung dibuang ke Bandar Tailing.
18

Gambar 2.6 Jig sekunder jenis pan american jigs (PT Timah Tbk, 2018)

c. Jig Clean Up Dan Jig Tersier


Jig Clean Up dan Jig Tersier merupakan Jig jenis Pan American Jigs (PA)
dimana jig clean up yang mengolah hasil dari kompartemen A dan B dari Jig
sekunder dengan material feed lebih kasar dan lebih berat dimana ukuran Wire
Screen 3x10 mm sedangkan Jig Tersier mengolah hasil dari kompartemen C dan
D dari Jig sekunder dengan material feed lebih halus dan lebih ringan dengan
ukuran Wire Screen 3x10 mm.

Gambar 2.7 Jig clean up jenis pan american jigs (PT Timah Tbk, 2018)
19

6. Cylone
Cylone adalah alat yang berfungsi mengurangi kandungan air dan sekaligus,
menghilangkan material halus (slime). Dikapal BWD cylon dipasang pada aliran
konsentrat jig dari jig primer komportemen A yang akan menjadi umpan jig clean
up dan dari jig primer kompertemen B dan C yang akan menjadi umpan jig
sekunder. Pada dua hal tersebut siklon berfungsi mengurangi air pada umpan jig
clean up dan jig sekunder sehingga umpan kedua jig tersebut mengandung air (%
padatan) yang sesuai, sehingga jig beroperasi sebagamana semestinya (Wachid
Usman dan Syoni Soepriyanto, 2008).

Gambar 2.8 Cyclone (PT Timah Tbk, 2018)

2.2.3 Laju Pemindahan Tanah


Laju Pemindahan Tanah (LPT) adalah besarnya volume tanah yang digali
oleh kapal isap produksi dalam periode waktu tertentu, besarnya produksi
pemindahan tanah pada kapal isap produksi ditentukan dari kapasitas pompa tanah
yang dipilih vlasblom (2005).
2.2.3.1 Menghitung Persentase Laju Pemindahan Tanah
Persentase pemindahan tanah yaitu untu mengetahui nilai persentase
pemindahan tanah yang ditransportasi pompa tanah ke saringan putar untuk
dijadikan feed. Untik menghitung persentase pemindahan tanah dapat dihitung
dengan menggunakan rumus efisiensi volumetrik pada Persamaan 2.1 yang
dikutip dari Wibowo (2012).
20

Output Aktual
Efisiensi Volumetrik = x 100 % ..............................................(2.1)
Output Teoritis

2.2.3.2 Menghitung Debit Pompa Tanah


Pada prinsipnya pompa tanah memindahkan material dalam bentuk pulp
kemudian dipindahkan ke saringan putar. Debit pemompaan sangat tergantung
pada diameter pipa yang digunakan dan kecepatan yang direncanakan. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam perhitungan debit pompa tanah yaitu:
a. Hitung berapa kecepatan angkut pulp tercapai
b. Hitung berapa diameter pipa tekan yang digunakan dan hitung luas
penampangnya
untuk memindahkan pulp ke instalasi pencucian dipengaruhi oleh kecepatan
aliran. Kecepatan aliran pulp dapat dihitung melalui Persamaan 2.2.
s
v= .........................................................................................................(2.2)
t
Keterangan :
v = Kecepatan Angkut (m/s)
s = Jarak Lintasan (m)
t = Waktu Tempuh (s)
Debit yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh luas penampang pipa yang
digunakan. Untuk menghitung luas penampang pipa yang digunakan dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.2.
A = π x r2 ..................................................................................................................................................................... (2.3)
Keterangan :
A = Luas Penampang Pipa m2
π = Phi (3,14)
r = Jari-jari (m)
Untuk menghitung produksi pompa tanah dapat menggunakan Hukum
Darcy pada Persamaan 2.3.
Q = V x A ................................................................................................(2.4)
Keterangan :
Q = Debit (m3/jam)
21

V = Kecepatan angkut (m/jam)


A = Luas penampang pipa tekan (m2)
2.2.4 Mekanisme Pemisahaan di Dalam Saringan Putar
Mekanisme pemisahan mineral pada kapal keruk menggunakan metode
konsentrasi gravimetri. Konsentrasi gravimetri merupakan metode pemisahaan
antara mineral berharga dan mineral tidak berharga sehingga didapat kadar
mineral yang lebih tinggi dan mengguntungkan dari segi ekonomi. Salah satu
pemisahan yang berdasarkan sifat fisik mineral yang dilakukan di kapal keruk
yaitu dengan menggunakan saringan putar (Basuki, 2016).
Pada saring putar inilah material mengalami proses pemisahaan pertama kali
berdasarkan perbedaan ukuran dan hasilnya pemisahan adalah penyeragaman
ukuran (sizing), bukan pemisahaan berdasarkan perbedaan berat jenis (dencity)
dari mineral tersebut. Berdasarkan mekanisme pemisahaan, konsentrasi
gravimetri, apabila partikel-partikel dimasukan ke dalam saring putar, maka
material tersebut akan mengalami (Basuki, 2012) :
1. Transportasi
Transportasi disini adalah proses perjalanan feed dari storbak jatuh kedalam
saring putar, dimana material yang berasal dari bucked kecepatan daya luncur
yang tidak sama tergantung dari jenis material yang digali. Berdasarkan proses
yang terjadi kecepatan transportasi dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
a. Jenis Material
Pada umunya jenis lapisan tanah yang digali oleh kapal keruk sangat
bervariasi tergantung lokasi cadangan yang digali. Lapisan terdiri dari
humus ,lumpur, lempung lemah, lempung liat, tanah liat, pasir halus, pasir kasar,
kerikil, lapisan kaksa. Masing-masing jenis material tersebut mempunyai
karakteristik yang berbeda dalam hal kecepatan luncur dalam saring putar,
diamana dalam hal ini lempung lemah akan mempunyai daya luncur lebih cepat
dibandingkan dengan lempung berpasir karena permukaan yang licin.
b. Kemiringan Saring Putar
Kemiringan atau slope dari saring putar sudah ditetapkan dan diatur sesuai
dengan ketetapan yaitu 1 : 12. Bila kemiringan berlebihan maka feed akan
22

melucur lebih cepat dari semestinya ,hal ini tidak diinginkan karena akan
mengakibatkan loses lebih banyak di oversize, sedangkan jika kemiringan
berkurang maka feed akan meluncur lebih lamban dan akan terjadi penumpukan
dalam saring putar terjadilah kelebihan beban atau over load yang mengakibatkan
saring putar berhenti berputar.
c. Putaran Saring Putar
Apabila putaran saring putar terlalu cepat maka kecepatan luncur dari
material akan lebih cepat akibatnya waktu yang diperlukan dalam saring putar
lebih cepat dan menyebabkan material loses menjadi oversize . Sebaliknya apabila
kemiringan saring putar sudut kemiringan lebih kecil maka material mengalami
daya luncur lebih lambat. Secara teori ini akan lebih baik, karena meterial
bertahan di dalam saring waktunya lebih lama sehingga akan mengalami proses
pemberaian lebih lama. Namun hal ini menyebabkan saring putar akan kelebihan
beban (over load), sehingga dapat mempengaruhi hasil material undersize yang
masuk kedalam saringan tersebut.
d. Permukaan Bidang Jalan
Permukaan bidang jalan pada saring putar juga mempengaruhi kecepatan
material yang diolah, saringan yang digunakan dalam saring putar adalah :
 Saringan dari plat besi (screen plate) dimana saringan bulat berbentuk connis
tetapi saringan ini tidak digunakan lagi.
 Saringan dari karet (rubber screen) saringan yang digunakan di kapal keruk
dimana lubang saringan berbentuk segi empat.
Permukaan saringan yang dari plat akan memberikan daya luncur yang lebih cepat
dibangdingkan dengan permukaan karet.
e. Pengaruh Air
Pengaruh air yang dimaksud disini adalah jumlah yang digunakan untuk
mendorong material dari mulai masuk sampai keluar menjadi over size . Makin
banyak air yang mendorong material,makin cepat daya luncur material keluar dari
saring putar, dan pulp yang berupa undersize akan lebih encer dibandingkan bila
air pendorong kurang maka % solid akan lebih kecil material akan lebih kental
atau pekat.
23

2. Penghancuran (Disintegrasi)
Penghancuran dalam hal ini adalah proses pemberaian material didalam
saringan putar, pemberaian material ini sangat bergantung dengan tekanan air
yang dihasilkan pipa pancar dan pipa monitor. Proses pemberaian dilakukan
seoptimal mungkin karena bijih timah yang dihasilkan tergantung dengan optimal
atau tidak nya proses pemberaian yang terjadi pada material. Optimal atau
tidaknya proses pemberaian tergantung dengan:
a. Tekanan Air Pancar
Tekanan air pancar yang dimaksud disisni adalah tekanan air dari pipa
pancar yang berada didalam saring putar yang berasal dari pompa saring atau
screen pump. Fungsi dari air pancar yang berasal dari pipa pancar tersebut antara
lain:
 Sebagai media pengancur material hasil galian dari ember keruk sehingga
material tersebut benar-benar terberai hancur dan butiran bijih timah yang
menyatu dalam kaksa terlepas atau terpisah.
 Memberikan gaya dorong sehingga material dapat masuk masuk melalui
lubang saringan sehingga bijih timah yang sudah terpisah atau terberai akan
lolos dan mengalami proses screening dan menjadi undersize.
 Sebagai pengatur persen solid terhadap material yang diolah.
 Membantu kelancaran daya luncur material keluar dari saring putar menjadi
over size.
24

Gambar 2.8 Pipa pancar pada saringan putar


(PT Timah Tbk, 2018)
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi air pancar supaya hasil
pemberian material dalam saring putar optimal sebagai berikut:
a. Tekanan air dalam pipa pancar
Tekanan ini sangat penting agar material dapat terberai dengan sempurna
dimana butiran bijh timah benar-benar terlepas dari ikatan diantara pasir dan
lempung untuk itu berdasarkan penelitian untuk tekanan air pancar ini minimal
betekanan ≥ 2,5 Bar atau 2,5 Atm.
b. Jumlah dan Diameter (ɸ) Nozzle
Untuk mendapatkan tekanan yang diinginkan maka jumlah nozzle dan
diameter nozzle ditentukan berdasarkan perhitungan. Berdasarkan perhitungan
jumlah dan diameter nozzle dengan jumlah 110 – 150 pc diamater nozzle yang
ideal adalah antara 12 – 14 mm. Setiap keausan diameter nozzle akan
berpengaruh pada besarnya tekanan air yang keluar. Jika tekanan menurun maka
akan mengakibatkan proses pemberaian menjadi tidak sempurna, upaya-upaya
yang dapat dilakukan yaitu:
 Mengganti diameter nozzle yang mengalami keausan.
 Mengurangi jumlah nozzle yang terpasang.
 Memeriksa bilamana ada nozzle yang lepas.
25

c. Sudut Kemiringan Nozzle


Pemasangan sudut kemiringan nozzle harus disesuaikan dengan arah
material, sehingga air semprot dari nozzle tepat mengenai material dan tidak
mengenai tempat yang kosong. Berdasarkan pengamatan besarnya sudut
pemasangan nozzle terhadap pergerakan material ± 15°.
Besar kecilnya tekanan yang dihasilkan dari pipa pancar dapat dilihat dari
manometer. Manometer dipasang pada bagian belakang pipa pancar, gunanya
untuk mengetahui tekanan yang keluar dari mulut nozzle pada pipa pancar.
b. Pipa Monitor
Pipa monitor di operasikan pada saat penggalian kaksa, pipa monitor
mempunyai diameter 4 meter dan ujung nya makin mengecil dengan mulut nozzle
berdiameter 2,5 meter. Tekanan air yang keluar dari nozzle tersebut adalah
sebesar 2 bar. Pipa monitor mempunyai fungsi antara lain adalah:
a. Membantu pemberaian material dalam saring putar.
b. Membantu menahan agar material dalam saring putar dapat bertahan agak lama
mengalami pemberaian terutama pada saat menggali kaksa.
2.2.5 Prinsip Saringan Putar
Saringan putar adalah alat yang digunakan untuk memisahkan material bijih
timah dengan pengotornya dengan cara pemisahan material kasar yang tidak lolos
saringan sebagai oversize ke bandar tailing dan material halus yang lolos dari
saringan sebagai undersize ke jig sehingga ketika masuk ke jig material pengotor
seperti kayu dan batu – batu sudah banyak terbuang (Effendi, 2012).
Prinsip screening atau penyaringan adalah untuk meloloskan butiran yang
lebih kecil melalui lubang saringan dan menahan butiran yang lebih besar dari
lubang saringan. Dalam hal ini material yang akan disaring (diayak) harus dibuat
terjadi kontak dengan lubang saringan agar butiran-butiran tersebut dengan
kecepatan dan arah tertentu dapat menerobos lubang saringan tanpa hambatan,
sedangkan butiran-butiran yang lebih besar tertahan di atas saringan. Butiran yang
lolos dari saringan disebut undersize dan yang tertahan disebut oversize.

Anda mungkin juga menyukai