1 - 15
*E-mail: taqwim86@gmail.com
ABSTRAK
Lapangan Wiriagar merupakan salah satu lapangan minyak dan gas yang berada di Cekungan Bintuni
Provinsi Papua Barat. Oil discovery tahun 1981, gas discovery tahun 1994 dengan reservoir mulai dari
pra-tersier (gas) hingga tersier (oil) yang potensial untuk dikembangkan dan diproduksikan. Penelitian
ini bertujuan untuk melakukan analisis petrofisika dan perhitungan cadangan menggunakan metode
volumetric pada batugamping tersier Formasi Kais. Analisis menggunakan Sumur TG-3 dengan
membagi Formasi Kais menjadi tujuh (7) interval kedalaman, yaitu ; Kais IA, IB, II, III, IVA, IVB dan
IVC. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak Interactive Petrophysics (IP 3.6) dan Microsoft
Excel, adapun analisis telah dilakukan validasi dengan data special core analysis (SCAL), routine core
analysis (RCAL) dan drill stem test (DST). Hasil penelitian ini sebagai berikut; pertama, diperoleh
rata-rata Vshale sebesar 22%, net reservoir 16 ft, throw 45 ft dengan nilai shale gouge ratio 38%
(sealing). Kedua, nilai porositas 14-24% (cukup-sangat baik), saturasi air 44-66% dan net pay sebesar
85 ft. Ketiga, kontak fluida untuk oil water contact (OWC) -1686 ft SSTVD ditentukan berdasarkan
gradient pressure data repeat formation test (RFT). Lowest closing contour (LCC) -2000 ft SSTVD
ditentukan berdasarkan Peta Struktur Kedalaman Top Formasi Kais. Keempat, diperoleh stock-tank oil
initially in place (STOIIP) P1 sebesar 7,5 MMSTB (Kais IA, IB, III), P2 sebesar 0,3 MMSTB (Kais II)
dan P3 sebesar 22,2 MMSTB (Kais IVA, IVB, IVC).
1. PENDAHULUAN
Adanya potensi hidrokarbon pada suatu area didapat dari penelitian geologi dan geofisika
(seismik, magnetik, dan gravitasi). Data yang diperlukan untuk membuktikan ada atau tidaknya
potensi cadangan minyak pada suatu area, yaitu data permukaan (peta geologi dan measured
stratigraphy atau stratigrafi terukur) dan data di bawah permukaan (seismic, logging, coring dan
cutting). Data permukaan seismik kemudian dilakukan untuk mendapatkan data di bawah
permukaan berupa litologi batuan, jika litologi batuan mengindikasikan adanya suatu reservoir,
maka untuk membuktikan ada tidaknya cadangan minyak dilakukan pemboran lubang sumur
serta serangkaian pengukuran di dalam sumur (logging) dan evaluasi data hasil rekaman untuk
memastikan ada tidaknya cadangan minyak di dalam reservoir.
Penelitian dilakukan pada batugamping Formasi Kais Lapangan Wiriagar, Cekungan
Bintuni. Analisis petrofisika menggunakan software interactive petrophysic 3.6 dengan data
yang didapat dari lapangan yang akan diteliti. Hasil data yang sudah diolah kemudian di
interpretasikan seperti nilai volume shale, shale gouge ratio, porosity, saturation water, cutoff
and summation, terakhir perhitungan cadangan volumetrik berdasarkan zona yang sudah
diinterpretasikan untuk mengetahui cadangannya seberapa besar dari reservoir tersebut.
1
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15
2. METODELOGI PENELITIAN
2
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15
3. PEMBAHASAN
B. Petroleum System
Cekungan Bintuni, tersusun oleh beberapa komponen yang membentuk petroleum system
meliputi batuan induk, reservoir, migration time, perangkap, dan seal atau penutup. Pengenalan
bagaimana stratigrafi dan Peta Geologi Regional Kepala Burung terdapat Gambar 2 dan
Gambar 3.
Gambar 2. Stratigrafi Cekungan Bintuni. Poligon merah source rock, orange reservoir,
hijau seal/cap rock.
(Sumber: diperbaharui dari Chevallier dan Bordenave 1986 Patra Nusa Data, 2006)
3
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15
Berdasarkan Chevallier dan Bordenave 1986 dalam Utomo dkk, 2015 dua source rock yang
berpotensial ditunjukkan pada masa pra-tersier sedimen dengan analisis geokimia langsung.
Terdiri dari shallow marine shale pada Upper Jurassic tengah Formasi Tipuma, dan paralic
coals dan dark shale dari Formasi Ainim Upper Permian. Kandidat ketiga yang berpotensi
marine shales pada permian Formasi Aifat, diindikasikan oleh korelasi tentative source rock.
Sumber pra-tersier batuan sebagai gas prone (termasuk kondensat) yang diproduksikan daerah
Lapangan Tangguh.
Batuan reservoar pada Lapangan Wiriagar yaitu ada 2, batuan pertama shallow marine
shale pada Upper Jurassic tengah Formasi Tipuma, dan paralic coals dan dark shale dari
Formasi Ainim Upper Permian. Kedua batugamping pada Formasi Kais berumur Middle
Miocene. Batugamping ini berfungsi sebagai reservoar karena memiliki pori-pori yang baik.
Sehingga minyak yg bersumber dari batuan induk dapat terperangkap dan terakumulasi pada
batugamping ini.
Migrasi hidrokarbon, merupakan proses perpindahan hidrokarbon dari lapisan batuan
induk menuju ke lapisan resevoar untuk dikonsentrasikan didalamnya. Arah migrasi yaitu dari
cekungan menuju ke perangkap yaitu suatu perangkap antiklin. Migrasi tersebut melewati suatu
adanya sesar normal yang terbentuk pada daerah Bintuni.
Perangkap pada Cekungan Bintuni berupa perangkap struktur yaitu antiklin yang berumur
lebih muda dari batuan reservoir diperkirakan berumur miosen akhir-pliosen awal.
Batuan penutup adalah suatu batuan sedimen yang kedap air sehingga hidrokarbon yang
ada dalam reservoar tidak dapat keluar lagi. Batuan penutup pada Cekungan Bintuni berupa
serpih pada Formasi Klasafet dan Steenkool berumur Miosen Akhir.
4
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15
D. Analisis Petrofisika
Perhitungan dalam petrofisika dilakukan dengan lengkap karena nantinya akan mengolah
shale gouge ratio dan harus dilakukan normalisasi data termasuk gamma ray, resistivity,
density-neutron. Kalkulasi terhadap gradien temperatur dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui suhu formasi pada kedalaman tertentu, hal ini perlu dilakukan karena adanya
pengaruh gradien temperatur bottom hole temperature (BHT) yang selalu berubah terhadap
fungsi dari kedalaman, perubahan temperatur ini akan mempengaruhi perubahan nilai
resistivitas yang akan digunakan. Analisis yang tidak lengkap menyebabkan data yang nanti
digunakan gagal saat penentuan metode.
GRmax
GRmin
5
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15
G. Penentuan Porosity
Perhitungan porositas ditentukan dari log density (RHOB) dan neutron (NPHI). Proses
penentuan porositas selain dilakukan dengan mengolah data LAS yang dimiliki, juga diper-
lukan validasi oleh data porositas yang didapat dari laboratorium RCAL (Routine Core Analy-
sis). Data dari laboratorium diinput dalam software interactive petrophysics 3.6, kemudian
dibandingkan untuk mendapatkan metode pembacaan log yang tepat. Hasil validasi mem-
berikan gambaran bahwa log density-neutron mempunyai peran yang dominan terhadap nilai
porositas Formasi Kais. Dimana nilai matrix density (RhoMa) yang digunakan sebesar 2,70
gr/cc (limestone).
6
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15
7
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15
Schlumberger Chart Gen-9 digunakan dalam konversi salinitas berdasarkan data Rw dan
temperatur yang sudah diperoleh sebelumnya di laboratorium. Perpotongan antara garis Rw dan
temperatur (degF) dalam chart gen-9 kemudian ditarik garis ke kanan yang menunjukkan ppm
salinitas, (Gambar 5.11). Salinitas yang diperoleh sekitar 6.300 ppm , nilai tersebut berada di-
interval lingkungan pengendapan transisi (5.000-20.000 ppm), (Tabel 5.4). Sesuai dengan in-
formasi dari regional geologi Formasi Kais diendapkan pada lingkungan marine tetapi angka
pada Gambar 5.11 kondisi dipengaruhi meteoric water dan transgression maka menjadi tran-
sisi.
8
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15
1 2 3 4
Reservoir Pay
Limestone
Shale
Kais
Limestone
9
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15
Pertama masukkan data 7758, data tersebut didapatkan dari korversi faktor yaitu acre-ft to
bbl. Kedua luas area ditentukan dari peta struktur hasil interpretasi yang sudah diplot juga garis
oil water contact (OWC) dengan kedalaman 1686 ft subsea true vertical depth (SSTVD) dan
untuk lowest closing contour (LCC) pada kedalaman 2000 ft subsea true vertical depth
(SSTVD) . Hasil analisis pressure gradient dari sumur TG-5 yang garis tebal putih oil water
contact, daerah yang ada didalam garis tebal putih posisinya dangkal dari garis kontaknya dan
berpotensi besar minyaknya berkumpul diarea tersebut yang dihitung luas dan volumenya yaitu
sebesar 248 acre, dipilihnya oil water contact (OWC) karena kepastian cadangan lebih masuk
akal dan hanya menghitung minyak yang terkumpul pada luasan tersebut dibandingkan dengan
lowest closing contour (LCC) yang tidak pasti yang menghitung total seluruh luas reservoir
termasuk yang tidak ada hidrokarbon walaupun nilai volume cukup besar yaitu 1183,3 acre.
Ketiga yaitu ketebalan/height dari payzone dari hasil analisis petrofisika yang sudah dilakukan
sesuai zona 1,2,3,4. Keempat kemudian mencari porosity dengan data log dan routine core
analysis pada zona 1,2,3,4 dari analisis petrofisika. Kelima mencari saturation water dengan
data log dan special core analysis hingga water analysis yang dianalisis oleh petrofisika. Tera-
khir jika sudah terkumpul semua data kemudian dikalkulasikan yang nanti akan menghasilkan
cadangan volumetric (STOIIP) dengan sampel sumur TG-3
10
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15
Contour Interval 50
ft
Gambar 11. Peta Seismik Depth Structure dan Area Volumetrik Hidrokarbon Formasi
Kais. Garis putih tebal oil water contact (OWC) dan garis putih putus-putus
lowest closing countour (LCC).
(Sumber: Dokumen Andreas , 2021)
11
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15
12
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15
K. Penjelasan Analisis
Berdasarkan pengamatan secara berurutan dari zona Formasi Kais IA, Kais IB, Kais II,
Kais III, Kais IVA, Kais IVB, dan Kais IVC terjadi pola penurunan nilai porositas berdasarkan
kedalaman. Zona Kais IA memiliki porositas terbesar karena berada pada posisi teratas pada
zona formasi yang diamati. Berikut dilanjutkan penurunan porositas yang cukup signifikan
pada zona Formasi Kais IB bisa disebabkan oleh proses dimana butiran-butiran sedimen
direkatkan oleh material lain, dapat berasal dari air tanah atau hasil pelarutan mineral-mineral
dalam sedimen (cementation) pada saat proses diagenesis batuan karbonat yang akhirnya
menurunkan porositas. Kais III mengalami kenaikan porositas jika dibandingkan dengan zona
Formasi Kais yang berada diatasnya. Hal ini bisa disebabkan oleh rekahan pada saat proses
pembebanan berlangsung, karena pada dasarnya batuan karbonat khususnya jenis dolomit
merupakan batuan yang rapuh sehingga tidak menutup kemungkinan terbentuk porositas
sekunder pada saat proses burial yang dapat menaikkan nilai porositas efektifnya. Kais IVB
dan IVC memiliki porositas yang tidak jauh berbeda tetapi bernilai lebih rendah dari porositas
zona Kais III. Hal ini juga dapat disebabkan oleh efek cementation pada saat proses diagenesis
batuan karbonat.
Berdasarkan nilai STOIIP pada Formasi Kais dan kasus oil water contact (OWC), ca-
dangan yang terbukti (reserves proven) dapat diproduksikan hidrokarbonnya yang pertama ada-
lah zona Formasi Kais IA, porositas tergolong sangat baik yaitu lebih dari 24%, dan parameter
lain seperti volume shale tidak lebih dari 20%. Cadangan terbukti (reserves proven) kedua yang
berpotensi dapat diproduksikan adalah pada Formasi Kais IB, akan tetapi nilai porositas yang
tergolong cukup dengan nilai 15%. Cadangan terbukti (reserves proven) ketiga yang berpotensi
dapat diproduksikan adalah Kais III. Porositas tergolong baik, meski volume shale yang cukup
besar yaitu 42% dan nilai saturasi air 58% dari keseluruhan saturasi fluida pengisi reservoir.
Sehingga masih memungkinkan untuk diproduksi.
Cadangan (resources) ada dua kasus yaitu oil water contact (OWC) pada Kais II dan lowest
closing contour (LCC) pada Kais IVA, IVB dan IVC perlu dilakukan kajian tentang
keekonomisan zona ini sebelum dilakukan produksi. Hal ini dikarenakan tingkat ketidakpastian
yang sangat tinggi walaupun cadangannya besar karena zona tersebut sudah dibawah oil water
contact dan menghitung luas keseluruhan yang terdapat air maupun hidrokarbon.
13
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15
4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil dari analisis pada penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut, diperoleh rata-rata Vshale sebesar 22%, net reservoir 16 ft, throw 45 ft dengan
nilai shale gouge ratio 38% (sealing). Kedua, nilai porositas 14-24% (cukup-sangat baik),
saturasi air 44-66% dan net pay sebesar 85 ft. Ketiga, kontak fluida untuk oil water contact
(OWC) -1686 ft SSTVD ditentukan berdasarkan gradient pressure data repeat formation test
(RFT). Lowest closing contour (LCC) -2000 ft SSTVD ditentukan berdasarkan Peta Struktur
Kedalaman Top Formasi Kais. Keempat, diperoleh stock-tank oil initially in place (STOIIP) P1
sebesar 7,5 MMSTB (Kais IA, IB, III), P2 sebesar 0,3 MMSTB (Kais II) dan P3 sebesar 22,2
MMSTB (Kais IVA, IVB, IVC).
5. DAFTAR PUSTAKA
[1] Agriandita, Isnani., dan Sismanto. 2019. “Analisa Sekatan Sesar Berdasarkan Perhitungan Shale
Gouge Ratio (SGR) Pada Lapangan “IAD” Cekungan Sumatera Selatan”. Makalah dalam Jurnal
Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398 Vol. 4, No. 12 Desember 2019.
[2] Ardiansyah, Ghifari Ahmad., Bagus S., Nandi H., Humbang P. 2018. “Karakterisasi Sesar Sealing
Dan Non Sealing Dengan Metode Seismik Inversi Impedansi Akustik Dan Shale Gouge Ratio Pada
Lapangan Teapot Dome U.S.A”. Dalam Jurnal 2018.
[3] Andreas, Dimas. 2021. “Analisis Struktur, Persebaran dan Volume Cadangan Hidrokarbon, Studi
Kasus : Lapangan "X", Cekungan Bintuni, Papua Barat”. Universitas Brawijaya.
[4] Carrasco, J,. 2012. “Methodology of the Juxtaposition Analysis for Fault Structural Traps”. This
paper was prepared for presentation at the SPE Latin American and Caribbean Petroleum
Engineering Conference held in Mexico City, Mexico, 16–18 April 2012.
[5] Chevallier, B., and Bordenave, M, L., 1986. “Contribution of Geochemistry to the Exploration in
the Bintuni Basin, Irian Jaya, Proceeding Indonesian Petroleum Association 15th Annual
Convention, p.439-444.
[6] Dolan, J. Paul, Hermany. 1988. “The Geology Of The Wiriagar Field, Bintuni Basin. Irian Jaya”.
Proceedings Indonesiaf Petroleum Association, Seventeenth Annual Convention, October 1988.
[7] Ellies, V. Darwin., Julian M. Singer. 2007. “Well Logging for Earth Scientists”. Published P.O. Box
17, 3300 AA Dordrecht, The Netherlands.
[8] Freeman, B,. G. Yielding, D. T. Needham and M. E. Badley. 1998. “Fault seal prediction: the gouge
ratio method”. Geological Society, London, Special Publications 1998; v. 127; p. 19-25
doi:10.1144/GSL.SP.1998.127.01.03.
[9] Fahdie, Muhammad., Asri N., dan Samsol. 2015. “Evaluasi Formasi SUMURGJN untuk Penentuan
Cadangan Gas Awal (OGIP) Pada Lapangan X”. Makalah dalam Seminar Nasional Cendekiawan
2015.
[10] Harsono, Adi. 1997. “Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”. Schlumberger Oilfield Service: Jakarta.
[11] Hartanto, Sri., Benyamin Sapiie., Indra Gunawan., Bintoro Wibowo. 2018. “Analisis Sekatan Dan
Karakteristik Sesar Pada Formasi Kujung Reef Di Kompleks Lapangan KE, Cekungan Jawa Timur
: Implikasi Terhadap Migrasi Hidrokarbon”. Dalam Journal Bulletin Of Geology, Vol. 2, NO. 1,
2018.
[12] Kosoemadinata, R.P., 1980. “Geologi Minyak dan Gas Bumi”. Institute Teknologi Bandung.
[13] Lemigas, 2009. “Paleogeografi dan Potensi Hidrokarbon Cekungan Pratersier Daerah Kepala
Burung”. Program Penelitian dan Pengembangan Teknologi Eksplorasi Migas. Lemigas Jakarta.
[14] Patra Nusa Data, 2006. “Indonesia Basin Summaries (IBS)”, Inameta Series, XIV-1-10.
[15] Perkins, T.W. dan Livsey, A.R., 1993. “Geology of the Jurassic gas discoveries in Bintuni Bay,
western Irian Jaya”. Proceedings 22nd Annual Convention IPA, 793-830.
14
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15
[16] Pertamina EP KSO Petroenergy Utama Wiriagar. 1988. “Laporan Plan of Development Lapangan
Wiriagar”. Confidential Report.
[17] Pertamina EP KSO Petroenergy Utama Wiriagar. 1981. “Laporan Sumur Lapangan Wiriagar”.
Confidential Report.
[18] Pertamina EP KSO Petroenergy Utama Wiriagar. 2019. “Profile Perusahaan”. Confidential Report.
[19] Utomo, Warto. 2019. “Sejarah Lapangan Wiriagar Pertamina EP KSO Petroenergy Utama
Wiriagar”. Confidential Report.
[20] Utomo, Warto., Martha Bagus K., Djoko W., Iwan P., Yan W., Fatchur Z., Nyoman W. 2015. “The
Geology of The Mogoi Wasian Fields, Bintuni Basin, West Papua”. Proceedings Join Convention
Balikpapan HAGI-IAGI-IAFMI-IATMI 5-8 Oktober 2015.
[21] Watts, N., L., 1987. “Theoretical aspects of cap-rock and fault seals for single and two-phase
hydrocarbon columns: Marine and Petroleum Geology”. Vol. 4, no. 4, p. 274–307., 10., 1016/0264-
8172(87)90008-0.
[22] Yielding, G., B. Freeman, and D. T. Needham. 1997. “Quantitative Fault Seal Prediction”. The
AAPG/Datapages Combined Publications Database.
15