Anda di halaman 1dari 15

Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal.

1 - 15

ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN VOLUMETRIK


HIDROKARBON PADA BATUGAMPING FORMASI KAIS
LAPANGAN WIRIAGAR, CEKUNGAN BINTUNI
Muhammad Taqwim Edmundo1*, Warto Utomo2 dan Muhammad Thariq Almuqtadir3
1
Teknik Perminyakan, Akamigas Balongan,Indramayu, Jawa Barat, 45212
2
KSO Pertamina EP – Petroenergy Utama Wiriagar
3
Pertamina EP Regional 4

*E-mail: taqwim86@gmail.com

ABSTRAK

Lapangan Wiriagar merupakan salah satu lapangan minyak dan gas yang berada di Cekungan Bintuni
Provinsi Papua Barat. Oil discovery tahun 1981, gas discovery tahun 1994 dengan reservoir mulai dari
pra-tersier (gas) hingga tersier (oil) yang potensial untuk dikembangkan dan diproduksikan. Penelitian
ini bertujuan untuk melakukan analisis petrofisika dan perhitungan cadangan menggunakan metode
volumetric pada batugamping tersier Formasi Kais. Analisis menggunakan Sumur TG-3 dengan
membagi Formasi Kais menjadi tujuh (7) interval kedalaman, yaitu ; Kais IA, IB, II, III, IVA, IVB dan
IVC. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak Interactive Petrophysics (IP 3.6) dan Microsoft
Excel, adapun analisis telah dilakukan validasi dengan data special core analysis (SCAL), routine core
analysis (RCAL) dan drill stem test (DST). Hasil penelitian ini sebagai berikut; pertama, diperoleh
rata-rata Vshale sebesar 22%, net reservoir 16 ft, throw 45 ft dengan nilai shale gouge ratio 38%
(sealing). Kedua, nilai porositas 14-24% (cukup-sangat baik), saturasi air 44-66% dan net pay sebesar
85 ft. Ketiga, kontak fluida untuk oil water contact (OWC) -1686 ft SSTVD ditentukan berdasarkan
gradient pressure data repeat formation test (RFT). Lowest closing contour (LCC) -2000 ft SSTVD
ditentukan berdasarkan Peta Struktur Kedalaman Top Formasi Kais. Keempat, diperoleh stock-tank oil
initially in place (STOIIP) P1 sebesar 7,5 MMSTB (Kais IA, IB, III), P2 sebesar 0,3 MMSTB (Kais II)
dan P3 sebesar 22,2 MMSTB (Kais IVA, IVB, IVC).

Kata kunci: shale gouge ratio, porositas, saturasi air, volumetrik.

1. PENDAHULUAN

Adanya potensi hidrokarbon pada suatu area didapat dari penelitian geologi dan geofisika
(seismik, magnetik, dan gravitasi). Data yang diperlukan untuk membuktikan ada atau tidaknya
potensi cadangan minyak pada suatu area, yaitu data permukaan (peta geologi dan measured
stratigraphy atau stratigrafi terukur) dan data di bawah permukaan (seismic, logging, coring dan
cutting). Data permukaan seismik kemudian dilakukan untuk mendapatkan data di bawah
permukaan berupa litologi batuan, jika litologi batuan mengindikasikan adanya suatu reservoir,
maka untuk membuktikan ada tidaknya cadangan minyak dilakukan pemboran lubang sumur
serta serangkaian pengukuran di dalam sumur (logging) dan evaluasi data hasil rekaman untuk
memastikan ada tidaknya cadangan minyak di dalam reservoir.
Penelitian dilakukan pada batugamping Formasi Kais Lapangan Wiriagar, Cekungan
Bintuni. Analisis petrofisika menggunakan software interactive petrophysic 3.6 dengan data
yang didapat dari lapangan yang akan diteliti. Hasil data yang sudah diolah kemudian di
interpretasikan seperti nilai volume shale, shale gouge ratio, porosity, saturation water, cutoff
and summation, terakhir perhitungan cadangan volumetrik berdasarkan zona yang sudah
diinterpretasikan untuk mengetahui cadangannya seberapa besar dari reservoir tersebut.
1
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15

2. METODELOGI PENELITIAN

Pendahuluan ini dilakukan di Pertamina EP KSO Petroenergy Utama Wiriagar durasi


Tugas Akhir 3 bulan dan dilakukan secara online oleh pihak perusaahaan, studi pustaka dilanjut
dengan wawancara dosen pembimbing maupun dosen lapangan terakhir observasi lapangan
perusahaan yang akan diteliti. Data yang didapat kemudian divalidasi sebelum dilanjut
finalisasi data.
Pengambilan data yang diperlukan dalam penghitungan harus didapatkan terlebih dahulu
dari perusahaan seperti data sumur dan data confidential report. Langkah pertama adalah
membaca hasil pembacaan chart log secara quicklook untuk menentukan apakah lapisan yang
ditentukan memiliki zona produktif migas. Pembacaan chart log dikorelasikan bersama dengan
penampang seismik dan peta kontur reservoir untuk menentukan kedalaman zona produktif.
Pengolahan data yang didapatkan pada saat pembacaan chart log akan diinterpretasikan
untuk mencari rata-rata volume shale dengan metode single clay indicator yang
diperbandingkan dengan volume clay gamma ray (VCLGR) dan penentuan shale gouge ratio
untuk penyekatan reservoir sealing atau non-sealing. Setelah data didapat seluruhnya,
dilakukan penghitungan porosity dan saturation water menggunakan setting NPHI untuk
limestone/dolomite, densitas RHOB, dan initial porosity model neutron – density karena data
perbandingan porosity dengan routine core analysis (RCAL) paling mendekati adalah neutron
density.
Metode Archie dipilih hasil dari pembacaan gamma ray yaitu clean sand, metode ini dipilih
karena saturasi water hasilnya terkecil dan mendekati, nantinya dapat diketahui jenis fluida
yang terkandung pada reservoir lapisan tersebut. Penelitian terakhir yaitu menggunakan cutoff
dan summation dari pembagian 7 zona Formasi Kais kemudian dianalisis seberapa besar net
res dan net pay di tiap zona, dilanjutkan dengan penentuan kontak fluida serta tahap perhitungan
cadangan menggunakan metode volumetrik. Diagram alir Tugas Akhir ditunjukkan dalam
Gambar 1.

Gambar 1. Diagran Alir Penelitian


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2021)

2
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15

3. PEMBAHASAN

A. Review Lapangan Wiriagar


Penelitian Lapangan Wiriagar yang ditemukan pada tahun 1981. Minyak terperangkap
pada bagian Formasi Upper Miocene Kais berlitologi limestone yang tersedimentasi pada
reefal, lagoonal and shore facies. Trap pada Wiriagar terbentuk dari kombinasi structural,
stratigrapic dan diagnetic processes. The reefs juga berkembang pada yang dihasilkan dari late
oligocene folding. Arah dari subsequent ke east-west karna kompresi pada Pliocene yang
terbentuk di structural trap.
Lapangan Wiriagar terletak di onshore Papua Barat, tepatnya barat di lokasi Cekungan
Bintuni. Lapangan ini berlokasi 3 kilometer dari pantai Utara Teluk Bintuni. Penemuan ini
dengan pengeboran Wiriagar-3 pada tahun 1981, minyak di produksikan dari Formasi Upper
Miocene Kais berlitologi limestone dan aliran rata rata sampai 6000 Barrel Oil Per Day
(BOPD). 2 sumur appraisal kemudian dibor oleh Conoco Irian Jaya, dimana terkonfirmasi
akumulasi minyak dan kontak antara minyak dengan air pada lapangan tersebut. (Paul dan
Hermany, 1988).

B. Petroleum System
Cekungan Bintuni, tersusun oleh beberapa komponen yang membentuk petroleum system
meliputi batuan induk, reservoir, migration time, perangkap, dan seal atau penutup. Pengenalan
bagaimana stratigrafi dan Peta Geologi Regional Kepala Burung terdapat Gambar 2 dan
Gambar 3.

Gambar 2. Stratigrafi Cekungan Bintuni. Poligon merah source rock, orange reservoir,
hijau seal/cap rock.
(Sumber: diperbaharui dari Chevallier dan Bordenave 1986 Patra Nusa Data, 2006)

3
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15

Gambar 3. Peta Geologi Regional Kepala Burung (KB).


(Sumber : Dumex, dkk 2007, BP Indonesia)

Berdasarkan Chevallier dan Bordenave 1986 dalam Utomo dkk, 2015 dua source rock yang
berpotensial ditunjukkan pada masa pra-tersier sedimen dengan analisis geokimia langsung.
Terdiri dari shallow marine shale pada Upper Jurassic tengah Formasi Tipuma, dan paralic
coals dan dark shale dari Formasi Ainim Upper Permian. Kandidat ketiga yang berpotensi
marine shales pada permian Formasi Aifat, diindikasikan oleh korelasi tentative source rock.
Sumber pra-tersier batuan sebagai gas prone (termasuk kondensat) yang diproduksikan daerah
Lapangan Tangguh.
Batuan reservoar pada Lapangan Wiriagar yaitu ada 2, batuan pertama shallow marine
shale pada Upper Jurassic tengah Formasi Tipuma, dan paralic coals dan dark shale dari
Formasi Ainim Upper Permian. Kedua batugamping pada Formasi Kais berumur Middle
Miocene. Batugamping ini berfungsi sebagai reservoar karena memiliki pori-pori yang baik.
Sehingga minyak yg bersumber dari batuan induk dapat terperangkap dan terakumulasi pada
batugamping ini.
Migrasi hidrokarbon, merupakan proses perpindahan hidrokarbon dari lapisan batuan
induk menuju ke lapisan resevoar untuk dikonsentrasikan didalamnya. Arah migrasi yaitu dari
cekungan menuju ke perangkap yaitu suatu perangkap antiklin. Migrasi tersebut melewati suatu
adanya sesar normal yang terbentuk pada daerah Bintuni.
Perangkap pada Cekungan Bintuni berupa perangkap struktur yaitu antiklin yang berumur
lebih muda dari batuan reservoir diperkirakan berumur miosen akhir-pliosen awal.
Batuan penutup adalah suatu batuan sedimen yang kedap air sehingga hidrokarbon yang
ada dalam reservoar tidak dapat keluar lagi. Batuan penutup pada Cekungan Bintuni berupa
serpih pada Formasi Klasafet dan Steenkool berumur Miosen Akhir.

C. Data Lapangan Wiriagar


Penelitian dilakukan pada sumur TG - 3 , TG - 4 , TG - 5, TGD - 1. Data LAS yang didapat
dari perusahaan diolah menggunakan software Interactive Petrophysics (IP 3.6) menghasilkan
data sebagai berikut :

4
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15

Tabel 1. Data Lapangan Wiriagar

D. Analisis Petrofisika
Perhitungan dalam petrofisika dilakukan dengan lengkap karena nantinya akan mengolah
shale gouge ratio dan harus dilakukan normalisasi data termasuk gamma ray, resistivity,
density-neutron. Kalkulasi terhadap gradien temperatur dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui suhu formasi pada kedalaman tertentu, hal ini perlu dilakukan karena adanya
pengaruh gradien temperatur bottom hole temperature (BHT) yang selalu berubah terhadap
fungsi dari kedalaman, perubahan temperatur ini akan mempengaruhi perubahan nilai
resistivitas yang akan digunakan. Analisis yang tidak lengkap menyebabkan data yang nanti
digunakan gagal saat penentuan metode.

E. Penentuan Volume Shale


Shale mengidentifikasi batuan berbutir halus yaitu batupasir sangat halus, batulanau dan
batulempung. Volume serpih (Vsh) reservoir mewakili kualitas reservoir. Nilai Vsh yang kecil
menunjukkan reservoir yang lebih bersih sehingga memudahkan fluida bergerak mengisi pori-
pori dan sebaliknya. Perhitungan Vsh pada penelitian ini menggunakan log Gamma Ray (GR).
Vsh dari log GR diambil dengan menentukan garis minimum (pasir baseline) dan garis
maksimum (shale baseline) dari nilai GR pada setiap interval kedalaman.

GRmax

GRmin

Gambar 4. Penarikan GRmin dan GRmax dari Gamma Ray.


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2021)

5
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15

F. Penentuan Shale Gouge Ratio


Perhitungan shale gouge ratio pada Formasi Kais limestone, maka didapatkan perhitungan
yaitu secara regional Formasi Kais dengan net reservoir yang nanti dijumlahkan total
keseluruhan untuk hasil akhir sealing. Pembagian zonasi pada Formasi Kais yaitu
menggunakan interactive petrophysic 3.6 mulai dari Kais IA hingga IV pada Gambar 5.5
Berdasarkan Shale Gouge Ratio Regional Formasi Kais Tabel 2. sebesar 38% sifat patahannya
yaitu sealing fluida akan tertahan dan diketahui semakin tebal formasi maka bisa sealing
semakin kuat.

Tabel 2. Data Shale Gouge Ratio

G. Penentuan Porosity
Perhitungan porositas ditentukan dari log density (RHOB) dan neutron (NPHI). Proses
penentuan porositas selain dilakukan dengan mengolah data LAS yang dimiliki, juga diper-
lukan validasi oleh data porositas yang didapat dari laboratorium RCAL (Routine Core Analy-
sis). Data dari laboratorium diinput dalam software interactive petrophysics 3.6, kemudian
dibandingkan untuk mendapatkan metode pembacaan log yang tepat. Hasil validasi mem-
berikan gambaran bahwa log density-neutron mempunyai peran yang dominan terhadap nilai
porositas Formasi Kais. Dimana nilai matrix density (RhoMa) yang digunakan sebesar 2,70
gr/cc (limestone).

Gambar 5. Penentuan Porositas dengan Model Neutron Density. Poligon merah


menunjukkan pendekatan model porositas yang digunakan.
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2021)

6
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15

H. Penentuan Saturation Water


Perhitungan saturation water menggunakan kalkulasi Archie karena saat awal penentuan
volume shale menunjukkan shale brake yang hanya kecil dan bisa dikatakan sebagai clean lime.
Data ini berfungsi untuk menentukan resistivity water dan mengetahui salinitas air pada formasi
yang di teliti.

Gambar 6. Tampilan Log Saturasi dengan Kalkulasi Archie.


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2021)

Gambar 7. Tampilan Log Saturasi dengan Kalkulasi Archie.


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2021)

7
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15

Schlumberger Chart Gen-9 digunakan dalam konversi salinitas berdasarkan data Rw dan
temperatur yang sudah diperoleh sebelumnya di laboratorium. Perpotongan antara garis Rw dan
temperatur (degF) dalam chart gen-9 kemudian ditarik garis ke kanan yang menunjukkan ppm
salinitas, (Gambar 5.11). Salinitas yang diperoleh sekitar 6.300 ppm , nilai tersebut berada di-
interval lingkungan pengendapan transisi (5.000-20.000 ppm), (Tabel 5.4). Sesuai dengan in-
formasi dari regional geologi Formasi Kais diendapkan pada lingkungan marine tetapi angka
pada Gambar 5.11 kondisi dipengaruhi meteoric water dan transgression maka menjadi tran-
sisi.

Gambar 8. Penarikan Schlumberger Chart Gen-9.


Poligon hijau menunjukkan hasil salinitas.
(Sumber: Modifikasi Schlumberger Chart Gen-9, 2021)

8
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15

Tabel 3. Konsentrasi Salinitas Beberapa Lingkungan Pengendapan.


(Bachtiar, dkk, 2010).

I. Penentuan Saturation Water


Cutoff reservoir ditentukan dari plot effective porosity (ϕeff) terhadap wet shale volume
(Vwsh). Sedangkan cutoff pay ditentukan dari tiga (3) parameter dalam plot antara effective
porosity (ϕeff) terhadap water saturation (Sw) terhadap wet shale volume (Vwsh).Parameter
Cutoff yang digunakan, yaitu wet shale volume (Vwsh) = 0,5 v/v effective porosity (ϕeff) =
0,10 v/v atau 10%, dan water saturation (Sw) = 0,70 v/v. Cutoff tersebut masih dalam interval
yang masih dapat diterima dari yang dianjurkan oleh SKK Migas 2003.

Gross Gross Net


Formation Limestone Limestone Pay

1 2 3 4

Reservoir Pay

Limestone

Shale
Kais

Limestone

Gambar 9. Pembagian Cutoff & Summation.


(Sumber: Modifikasi Schlumberger Chart Gen-9, 2021)

J. Perhitungan Cadangan Metode Volumetrik


Parameter yang diperoleh dari analisis petrofisika, meliputi netpay, porositas dan saturasi
digunakan untuk menghitung volume hidrokarbon yang dapat di stock-tank oil initially in place
(STOIIP). Data membutuhkan formation factor (Boi) untuk menghitung volume hidrokarbon
yaitu 1,0384 RVB/STB hasil laboratorium, parameter lain yang diperlukan untuk menghitung
MMSTB yaitu luas area (A) dalam acre.

9
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15

Pertama masukkan data 7758, data tersebut didapatkan dari korversi faktor yaitu acre-ft to
bbl. Kedua luas area ditentukan dari peta struktur hasil interpretasi yang sudah diplot juga garis
oil water contact (OWC) dengan kedalaman 1686 ft subsea true vertical depth (SSTVD) dan
untuk lowest closing contour (LCC) pada kedalaman 2000 ft subsea true vertical depth
(SSTVD) . Hasil analisis pressure gradient dari sumur TG-5 yang garis tebal putih oil water
contact, daerah yang ada didalam garis tebal putih posisinya dangkal dari garis kontaknya dan
berpotensi besar minyaknya berkumpul diarea tersebut yang dihitung luas dan volumenya yaitu
sebesar 248 acre, dipilihnya oil water contact (OWC) karena kepastian cadangan lebih masuk
akal dan hanya menghitung minyak yang terkumpul pada luasan tersebut dibandingkan dengan
lowest closing contour (LCC) yang tidak pasti yang menghitung total seluruh luas reservoir
termasuk yang tidak ada hidrokarbon walaupun nilai volume cukup besar yaitu 1183,3 acre.
Ketiga yaitu ketebalan/height dari payzone dari hasil analisis petrofisika yang sudah dilakukan
sesuai zona 1,2,3,4. Keempat kemudian mencari porosity dengan data log dan routine core
analysis pada zona 1,2,3,4 dari analisis petrofisika. Kelima mencari saturation water dengan
data log dan special core analysis hingga water analysis yang dianalisis oleh petrofisika. Tera-
khir jika sudah terkumpul semua data kemudian dikalkulasikan yang nanti akan menghasilkan
cadangan volumetric (STOIIP) dengan sampel sumur TG-3

Gambar 10. Gambar Repeat Formation Test (RFT) TG-5.


(Sumber: Confidential Report , 1986)

10
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15

Contour Interval 50
ft
Gambar 11. Peta Seismik Depth Structure dan Area Volumetrik Hidrokarbon Formasi
Kais. Garis putih tebal oil water contact (OWC) dan garis putih putus-putus
lowest closing countour (LCC).
(Sumber: Dokumen Andreas , 2021)

Tabel 4. Luas Acre Formasi Kais.

11
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15

Gambar 12. Gambar Korelasi Antar Sumur Sesuai Kontak Fluida.


(Sumber: Muhammad Taqwim dan Dimas Andreas, 2021)

Gambar 13. Gambar Korelasi Keempat Sumur dan Parameter.


(Sumber: Dokumen Pribadi , 2021)

12
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15

Tabel 5. Hasil Perhitungan Cadangan Volumetrik Rata-Rata Pada Keempat Sumur.


.

K. Penjelasan Analisis
Berdasarkan pengamatan secara berurutan dari zona Formasi Kais IA, Kais IB, Kais II,
Kais III, Kais IVA, Kais IVB, dan Kais IVC terjadi pola penurunan nilai porositas berdasarkan
kedalaman. Zona Kais IA memiliki porositas terbesar karena berada pada posisi teratas pada
zona formasi yang diamati. Berikut dilanjutkan penurunan porositas yang cukup signifikan
pada zona Formasi Kais IB bisa disebabkan oleh proses dimana butiran-butiran sedimen
direkatkan oleh material lain, dapat berasal dari air tanah atau hasil pelarutan mineral-mineral
dalam sedimen (cementation) pada saat proses diagenesis batuan karbonat yang akhirnya
menurunkan porositas. Kais III mengalami kenaikan porositas jika dibandingkan dengan zona
Formasi Kais yang berada diatasnya. Hal ini bisa disebabkan oleh rekahan pada saat proses
pembebanan berlangsung, karena pada dasarnya batuan karbonat khususnya jenis dolomit
merupakan batuan yang rapuh sehingga tidak menutup kemungkinan terbentuk porositas
sekunder pada saat proses burial yang dapat menaikkan nilai porositas efektifnya. Kais IVB
dan IVC memiliki porositas yang tidak jauh berbeda tetapi bernilai lebih rendah dari porositas
zona Kais III. Hal ini juga dapat disebabkan oleh efek cementation pada saat proses diagenesis
batuan karbonat.
Berdasarkan nilai STOIIP pada Formasi Kais dan kasus oil water contact (OWC), ca-
dangan yang terbukti (reserves proven) dapat diproduksikan hidrokarbonnya yang pertama ada-
lah zona Formasi Kais IA, porositas tergolong sangat baik yaitu lebih dari 24%, dan parameter
lain seperti volume shale tidak lebih dari 20%. Cadangan terbukti (reserves proven) kedua yang
berpotensi dapat diproduksikan adalah pada Formasi Kais IB, akan tetapi nilai porositas yang
tergolong cukup dengan nilai 15%. Cadangan terbukti (reserves proven) ketiga yang berpotensi
dapat diproduksikan adalah Kais III. Porositas tergolong baik, meski volume shale yang cukup
besar yaitu 42% dan nilai saturasi air 58% dari keseluruhan saturasi fluida pengisi reservoir.
Sehingga masih memungkinkan untuk diproduksi.
Cadangan (resources) ada dua kasus yaitu oil water contact (OWC) pada Kais II dan lowest
closing contour (LCC) pada Kais IVA, IVB dan IVC perlu dilakukan kajian tentang
keekonomisan zona ini sebelum dilakukan produksi. Hal ini dikarenakan tingkat ketidakpastian
yang sangat tinggi walaupun cadangannya besar karena zona tersebut sudah dibawah oil water
contact dan menghitung luas keseluruhan yang terdapat air maupun hidrokarbon.

13
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15

4. SIMPULAN

Berdasarkan hasil dari analisis pada penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut, diperoleh rata-rata Vshale sebesar 22%, net reservoir 16 ft, throw 45 ft dengan
nilai shale gouge ratio 38% (sealing). Kedua, nilai porositas 14-24% (cukup-sangat baik),
saturasi air 44-66% dan net pay sebesar 85 ft. Ketiga, kontak fluida untuk oil water contact
(OWC) -1686 ft SSTVD ditentukan berdasarkan gradient pressure data repeat formation test
(RFT). Lowest closing contour (LCC) -2000 ft SSTVD ditentukan berdasarkan Peta Struktur
Kedalaman Top Formasi Kais. Keempat, diperoleh stock-tank oil initially in place (STOIIP) P1
sebesar 7,5 MMSTB (Kais IA, IB, III), P2 sebesar 0,3 MMSTB (Kais II) dan P3 sebesar 22,2
MMSTB (Kais IVA, IVB, IVC).

5. DAFTAR PUSTAKA

[1] Agriandita, Isnani., dan Sismanto. 2019. “Analisa Sekatan Sesar Berdasarkan Perhitungan Shale
Gouge Ratio (SGR) Pada Lapangan “IAD” Cekungan Sumatera Selatan”. Makalah dalam Jurnal
Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398 Vol. 4, No. 12 Desember 2019.
[2] Ardiansyah, Ghifari Ahmad., Bagus S., Nandi H., Humbang P. 2018. “Karakterisasi Sesar Sealing
Dan Non Sealing Dengan Metode Seismik Inversi Impedansi Akustik Dan Shale Gouge Ratio Pada
Lapangan Teapot Dome U.S.A”. Dalam Jurnal 2018.
[3] Andreas, Dimas. 2021. “Analisis Struktur, Persebaran dan Volume Cadangan Hidrokarbon, Studi
Kasus : Lapangan "X", Cekungan Bintuni, Papua Barat”. Universitas Brawijaya.
[4] Carrasco, J,. 2012. “Methodology of the Juxtaposition Analysis for Fault Structural Traps”. This
paper was prepared for presentation at the SPE Latin American and Caribbean Petroleum
Engineering Conference held in Mexico City, Mexico, 16–18 April 2012.
[5] Chevallier, B., and Bordenave, M, L., 1986. “Contribution of Geochemistry to the Exploration in
the Bintuni Basin, Irian Jaya, Proceeding Indonesian Petroleum Association 15th Annual
Convention, p.439-444.
[6] Dolan, J. Paul, Hermany. 1988. “The Geology Of The Wiriagar Field, Bintuni Basin. Irian Jaya”.
Proceedings Indonesiaf Petroleum Association, Seventeenth Annual Convention, October 1988.
[7] Ellies, V. Darwin., Julian M. Singer. 2007. “Well Logging for Earth Scientists”. Published P.O. Box
17, 3300 AA Dordrecht, The Netherlands.
[8] Freeman, B,. G. Yielding, D. T. Needham and M. E. Badley. 1998. “Fault seal prediction: the gouge
ratio method”. Geological Society, London, Special Publications 1998; v. 127; p. 19-25
doi:10.1144/GSL.SP.1998.127.01.03.
[9] Fahdie, Muhammad., Asri N., dan Samsol. 2015. “Evaluasi Formasi SUMURGJN untuk Penentuan
Cadangan Gas Awal (OGIP) Pada Lapangan X”. Makalah dalam Seminar Nasional Cendekiawan
2015.
[10] Harsono, Adi. 1997. “Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”. Schlumberger Oilfield Service: Jakarta.
[11] Hartanto, Sri., Benyamin Sapiie., Indra Gunawan., Bintoro Wibowo. 2018. “Analisis Sekatan Dan
Karakteristik Sesar Pada Formasi Kujung Reef Di Kompleks Lapangan KE, Cekungan Jawa Timur
: Implikasi Terhadap Migrasi Hidrokarbon”. Dalam Journal Bulletin Of Geology, Vol. 2, NO. 1,
2018.
[12] Kosoemadinata, R.P., 1980. “Geologi Minyak dan Gas Bumi”. Institute Teknologi Bandung.
[13] Lemigas, 2009. “Paleogeografi dan Potensi Hidrokarbon Cekungan Pratersier Daerah Kepala
Burung”. Program Penelitian dan Pengembangan Teknologi Eksplorasi Migas. Lemigas Jakarta.
[14] Patra Nusa Data, 2006. “Indonesia Basin Summaries (IBS)”, Inameta Series, XIV-1-10.
[15] Perkins, T.W. dan Livsey, A.R., 1993. “Geology of the Jurassic gas discoveries in Bintuni Bay,
western Irian Jaya”. Proceedings 22nd Annual Convention IPA, 793-830.

14
Muhammad Taqwim Edmundo, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 1 - 15

[16] Pertamina EP KSO Petroenergy Utama Wiriagar. 1988. “Laporan Plan of Development Lapangan
Wiriagar”. Confidential Report.
[17] Pertamina EP KSO Petroenergy Utama Wiriagar. 1981. “Laporan Sumur Lapangan Wiriagar”.
Confidential Report.
[18] Pertamina EP KSO Petroenergy Utama Wiriagar. 2019. “Profile Perusahaan”. Confidential Report.
[19] Utomo, Warto. 2019. “Sejarah Lapangan Wiriagar Pertamina EP KSO Petroenergy Utama
Wiriagar”. Confidential Report.
[20] Utomo, Warto., Martha Bagus K., Djoko W., Iwan P., Yan W., Fatchur Z., Nyoman W. 2015. “The
Geology of The Mogoi Wasian Fields, Bintuni Basin, West Papua”. Proceedings Join Convention
Balikpapan HAGI-IAGI-IAFMI-IATMI 5-8 Oktober 2015.
[21] Watts, N., L., 1987. “Theoretical aspects of cap-rock and fault seals for single and two-phase
hydrocarbon columns: Marine and Petroleum Geology”. Vol. 4, no. 4, p. 274–307., 10., 1016/0264-
8172(87)90008-0.
[22] Yielding, G., B. Freeman, and D. T. Needham. 1997. “Quantitative Fault Seal Prediction”. The
AAPG/Datapages Combined Publications Database.

15

Anda mungkin juga menyukai