Anda di halaman 1dari 12

PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

STUDI ANALISA KETERDAPATAN AIRTANAH PADA TAMBANG UTARA DAN


SELATAN POMALAA DENGAN PENDEKATAN WATERSHED MODELLING SYSTEM
1)
Reza Riezqi Ramadhan*, 2)Pramudya Septian, 3)M Arief Wicaksono dan 4)Febri Prihasto
1)
Engineer, PT Aneka Tambang Tbk,
2)
Engineer, PT Aneka Tambang Tbk,
3)
Engineer, PT Aneka Tambang Tbk,
4)
Senior Engineer, PT Aneka Tambang Tbk,
*E-mail: rezariezqi.ramadhan@gmail.com

ABSTRAK

Airtanah merupakan salah satu aspek penting dalam aktivitas penambangan yang perlu
untuk diidentifikasi dan diketahui baik pola aliran permukaan maupun pola atau model aliran air
bawah permukaan. Hal tersebut dikarenakan, dengan kita mengetahui pola aliran air baik
permukaan maupun bawah permukaan perencanaan penambangan akan semakin detil dan
komprehensif sehingga dapat mengantisipasi dan memitigasi risiko yang akan muncul
dikemudian hari akibat airtanah tersebut. Penelitian dilakukan untuk melakukan identifikasi
keterdapatan air tanah pada tambang utara, pit Everest, Pomalaa dan tambang selatan dengan
pendekatan awal berupa watershed modelling system. Metode penelitian menggunakan data
primer berupa data muka airtanah, pendekatan geolistrik serta topografi atau kontur sebagai
acuan. Analisa yang digunakan menggunakan pendekatan delineasi basin airtanah permukaan
sebagai indikasi awal lalu dikonfirmasi dengan data bawah permukaan berupa model 2D dan 3D
muka airtanah serta pemodelan resistivitas untuk mengetahui sebaran akuifer. Hasil penelitian
menunjukan dengan pendekatan watershed dapat diketahui indikasi awal seepage atau rembesan
pada Pit Everest, Tambang utara lalu dikonfirmasi dengan data bawah permukaan bahwa pada
titik seepage elevasi topografi dan elevasi model muka airtanah berada pada level yang sama
sehingga titik tersebut merupakan titik luahan sesuai dengan kenampakan aktual lapangan pada
Pit Everest.
Sementara pada area tambang selatan, baik model muka airtanah serta model resistivitas
menunjukan level airtanah berada dibawah topografi sehingga tidak ada rembesan atau seepage
yang menghambat aktivitas penambangan tambang selatan. Dengan pendekatan ini maka dapat
diketahui keterdapatan airtanah serta pola aliran air baik pada permukaan maupun
bawahpermukaan pada tambang utara dan selatan site Pomalaa. Selain itu paradigma preventif
dapat diterapkan pada lokasi lain agar dapat memitigasi risiko akibat airtanah lebih awal.

Keywords: Watershed, Muka Airtanah, Model resistivitas, delineasi

ABSTRACT

Groundwater is one of the most important aspects of mining activities that need to be identified and
known, both in surface and subsurface water flow patterns. Mine planning requires surface and
subsurface water flow patterns identification to anticipate and mitigate the risks that will arise from
groundwater so that more detailed and comprehensive results can be obtained. The study was
conducted to identify groundwater availability in the northern mine (Pit Everest, Pomalaa) and the
southern mine with an initial approach in the form of Watershed Modelling System. This research
method used primary data, such as groundwater level data, geoelectric approach-based data, and
topographic or contours data as references. This analysis used the delineation approach of the surface
water basin as an initial indication, then correlated it with subsurface data in the form of 2D and 3D
models of groundwater levels and resistivity modelling to determine the distribution of the aquifer.
The results showed that the Watershed Modelling System approach could determine the initial
indication of the seepage at the Pit Everest (northern mine), then it was confirmed with subsurface

519
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

data that the topographic elevation seepage point and groundwater level model elevation were at the
same level so that these points were discharge points in accordance with the actual field on the
Everest Pit. Meanwhile, in the southern mining area, both the groundwater level model and the
resistivity model showed the groundwater level was below the topography so that there was no
seepage that impedes the mining activities of the southern mine. With this approach, groundwater
availability and water flow patterns could be seen both on the surface and below the surface at the
northern and southern mines of the Pomalaa site. In addition, the preventive paradigm can be applied
to other locations in order to mitigate risks of groundwater earlier.

Keywords: Watershed, Groundwater, Resistivity Model, Delineation

A. PENDAHULUAN

Penelitian dilakukan pada salah satu wilayah operasi PT. Aneka Tambang yang memiliki
area pertambangan yang cukup terdiversifikasi dan terintegrasi dari hulu ke hilir dengan komoditas
mulai dari emas, bauksit dan juga nikel. Pada karya ilmiah ini penulis meneliti salah satu tambang
aktif komoditas nikel laterit yang berada di provinsi Sulawesi Tenggara.

Dalam proses penambangan air merupakan salah satu aspek penting yang harus menjadi
perhatian lebih. Hal tersebut dikarenakan air dalam pertambangan adalah suatu hambatan dan isu
tersendiri untuk bisa dikontrol dengan baik. Penambangan dengan skema Open Pit/Cast maupun
Underground Mining air menjadi satu hal yang unik untuk bisa diketahui sifat serta pencegahan
resikonya.

Secara Administratif, lokasi penelitian berada pada daerah Pomalaa, Kabupaten Kolaka,
Sulawesi Tenggara. Daerah penelitian secara umum memiliki kontur permukaan yang relatif landai
bergelombang. Adapun daerah penelitian merupakan daerah dengan aktivitas penambangan.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk melakukan studi mengenai keterdapat air tanah pada lokasi
penambanga aktif sehingga dapat diketahui dan disusun pendekatan untuk tindakan pencegahan
secara dini dalam aktivitas penambangan.

Gambar 1. Lokasi Administratif Tambang Pomalaa

520
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

Salah satu masalah yang kerap terjadi pada operasional tambang Pomalaa adalah
keterdapatan air pada titik terendah pit yang memiliki konten warna yang berbeda (Hijau). Hal ini
terindikasi bahwa air yang berada pada dasar pit bukan merupakan air permukaan (Mud Content).
Dari warna menjadi indikasi bahwa air yang muncul merupakan air yang berasal dari lapisan batuan
yang melalui batuan dasar pembawa unsur Nikel. Perlu dilakukan kajian teknis mengenai
keterdapatan airtanah pada dasar pit sehingga dapat diketahui kondisi muka airtanah dan
kehidrogeologian pada tambang utara Pomalaa.

Gambar 2. Foto udara pit everest

Untuk mengetahui akumulasi airtanah dilakukan dua pendekatan yakni pendekatan analisa
permukaan dengan Watershed Modelling System serta pendekatan bawah permukaan dengan
pemodelan muka airtanah serta prediksi lapisan airtanah secara 3D. Selain itu, dalam melakukan
analisa penulis melakukan dengan perangkat lunak pemodelan aquaveo sehingga dalam melakukan
analisa dan iterasi yang banyak dapat dilakukan secara cepat dan akurat. Dengan melakukan analisa
ini dapat diketahui sebaran dan sifat aliran airtanah baik diatas permukaan maupun dibawah
permukaan.

Tabel 1. Foto udara pit everest


No Pihak Manfaat Konsekuensi
1 Mine Plan Menghasilkan rencana Dapat mendelienasi
tambang dan area tambang yang
perhitungan cadangan lebih prospek
yang lebih
komprehensif
2 Mine Production Mengetahui daerah Dapat mencegah
yang berpotensi terjadinya kerugian
terendam sehingga pada tahap
membutuhkan operasional
perlakuan lebih lanjut

521
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

B. METODOLOGI PENELITIAN
Geologi Regional Daerah Penelitian

Secara regional, kondisi geologi daerah penelitian berada pada lembar Kolaka
(Simandjuntak dkk, 1993) menunjukkan bahwa susunan batuan utama pada daerah penelitian yakni
berupa Kompleks Ultramafik (Gambar 3). Berdasarkan peta geologi lokal, daerah Pomalaa tersusun
oleh batuan ultramafik antara lain batuan peridotit, hasburgit, dunit dan serpentinit (Kusuma, dkk.,
2015). Batuan ultramafik adalah batuan yang kaya akan mineral mafik (ferromagnesian) dan minim
bahkan absen kuarsa, feldspars dan feldspathoid. Batuan ini pada dasarnya terdiri atas olivin,
piroksen, hornblenda dan mika (Ahmad, 2008).

Batuan ultramafik yang ada di Pomalaa memiliki komposisi olivin yang baik bahkan
tergolong melimpah sehingga menjadikan Kompleks Ultramafik merupakan sumber pembentukan
endapan laterit nikel yang cukup baik. Komposisi mineral ferromagnesian yang melimpah terlebih
mineral olivin menjadikan akumulasi endapan memiliki ciri warna kehijauan yang cukup kuat.

Gambar 3. Geologi Regional Lembar Kolaka

Cekungan Airtanah Daerah Penelitian

Dari Aspek Hidrogeologi regional, kondisi hidrogeologi daerah penelitian berada pada
cekungan airtanah Kolaka, hal ini menjadi indikasi awal bahwa konsentrasi airtanah mungkin terjadi
sehingga perlu diketahui lebih lanjut kondisi aktual airtanah berdasarkan data serta dihubungkan
dengan kenampakan aktual yang terjadi pada Pit Everest, Tambang Utara, Pomalaa. Adapun kriteria
cekungan airtanah disebutkan pada pasal 8 dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2008 tentang Air Tanah sesuai dengan tabel 2.

Tabel 2. Syarat Cekungan Air Tanah sesuai PP No. 43 Tahun 2008

522
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

Gambar 4. Cekungan Air Tanah kolaka

Dalam melakukan analisa keterdapatan airtanah dan korelasi dengan data permukaan
berdasarkan pendekatan Watershed Modelling System, penulis membagi langkah penyelidikan
menjadi 2, yakni Pemodelan Permukaan & Pemodelan Bawah Permukaan.

 Pemodelan permukaan
Pada pemodelan permukaan selain melihat aspek dari geologi dan hidrogeologi regional,
penulis melakukan analisa pola aliran permukaan atau trajectory pattern sehingga dapat
diketahui titik titik konsentrasi air dan Daerah Aliran Sungai (DAS) disekitar Pit Everest,
Tambang Utara, Pomalaa. Adapun pemodelan dengan melakukan delineasi catchment basin
di sekitar Pit Everest.

 Pemodelan bawah permukaan


Untuk menkonfirmasi hipotesa dari analisa regional dan analisa permukaan dari Watershed
Modelling, maka perlu dilakukan pemodelan bawah permukaan baik 2D dan 3D. Selain itu,
dilakukan analisa data pendukung berupa data resistivitas sebagai pembanding untuk
mengkonfirmasi analisa terutama data di tambang selatan.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemodelan Permukaan
 Delineasi Cekungan Airtanah
Pada tahap ini dilakukan simulasi aliran sungai dengan data topografi sebagai input utama
sehingga dengan dilakukan delineasi dapat diketahui bahwa Pit Everest diapit oleh 2 DAS
yang cukup besar serta pada titik rembesan atau Seepage diatasnya terdapat catchment basin
seluas 57 Ha. Hal ini menjadi indikasi awal bahwa titik rembesan airtanah terkontribusi dari
infiltrasi air permukaan seluas 57 Ha yang berada diatasnya. Dengan adanya konsentrasi air

523
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

permukaan diatas Pit Everest baik secara geologi maupun topografi membuat probabilitas
adanya rembesan didasar pit cukup tinggi.

Gambar 5. Delineasi Basin Tambang Utara

Sementara itu, jika dibandingkan dengan kondisi tambang selatan, daerah teliti tidak
termasuk/berhimpit dengan cekungan airtanah serta setelah dilakukan delineasi permukaan,
pola aliran airpermukaan mengalir secara radial keluar Pit Tambang Selatan sehingga tidak
adanya konsentrasi air yang melalui area penambangan aktif.

Gambar 6. Delineasi Basin Tambang Selatan

Dari kedua watershed baik pada Pit Everest, Tambang Utara maupun dari Tambang Selatan
dapat dilihat bahwa dengan pendekatan permukaan dapat diketahui gejala gejala konsentrasi
air dan akumulasi catchment basin. Namun hal ini merupakan indikasi awal, perlu
dibuktikan dengan pemodelan dan data bawah permukaan untuk mengkonfirmasi hubungan
level muka airtanah terhadap topografi aktual.

524
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

Pemodelan Bawah Permukaan


 Model Muka Airtanah
Pada Tambang Utara dan Selatan dilakukan analisa pola muka airtanah untuk memastikan
hubungan terhadap elevasi topografi. Pemodelan muka airtanah diambil dari data muka
airtanah yang direkam saat dilakukan pengeboran eksplorasi dan di ekstrapolasi
menggunakan software surfer dengan krigging method.

Gambar 7. Kontur muka airtanah pada Tambang Utara

Pada area Tambang Utara, dapat dilihat bahwa pola aliran air secara radial mengalir menuju
area luahan yakni laut secara langsung. Tidak ditemukan aliran airtanah yang bersifat
anomali pada area Tambang Utara.

Gambar 8. Kontur muka airtanah pada Tambang Selatan

Pada area Tambang Selatan, dijumpai kondisi yang mirip dengan Tambang Utara, bahwa
aliran airtanah tidak ditemukan pola anomali. Aliran airtanah secara radial mengalir menuju
daerah luahan atau laut. Sehingga dari data topografi dan kontur muka airtanah bisa
dilakukan overlay untuk mengetahui kondisi muka airtanah terhadap topografi aktual.

525
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

 Pola Hubungan Muka Airtanah dengan topografi


Setelah diketahui pola aliran airtanah serta topografi aktual dari daerah penelitian,
dilakukan penggabungan antara kedua data untuk memastikan pola hubungan antara airtanah
dengan topografi sehingga dapat diketahui kondisi aktual dan titik potensial rembesan aliran
air tanah. Pada Tambang Utara, dapat dilihat pada Gambar 9, dijumpai pada titik muka
airtanah PML2090, elevasi dari muka airtanah dan elevasi topografi di titik tersebut adalah
sama. Sehingga memunculkan adanya seepage atau rembesan tepat dititik aktual
penambangan. Terlebih level muka airtanah tersebut tepat sesuai dengan kondisi
penambangan saat ini dimana sisi timur Pit Everest dijumpai genangan airtanah. Hal ini
mengkonfirmasi bahwa benar adanya pada timur Pit Everest dijumpai titik rembesan
diakibatkan level airtanah memang berada diatas dari topografi aktual.

Gambar 9. Hubungan muka airtanah dengan topografi Tambang Utara

Sementara untuk Tambang Selatan, setelah dilakukan penggabungan dan hubungan


antara kedua data diketahui bahwa semua titik data muka airtanah berada dibawah dari
topografi aktual penambangan, sehingga tidak dijumpai genangan atau seepage pada area
penambangan Tambang Selatan. Hal ini korelatif dengan pendekatan Watershed awal bahwa
dari segi Daerah Aliran Sungai maupun Basin Delineament tidak ditemukan indikasi
konsentrasi aliran airtanah pada Pit.

Gambar 10. Hubungan muka airtanah dengan topografi Tambang Selatan

526
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

 Pemodelan 3D Bawah Permukaan


Setelah diketahui data permukaan maupun bawahpermukaan, penulis membuat sebuah
model 3D hubungan antara topografi dan aliran airtanah untuk memperjelas pola hubungan
kedua data tersebut. Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa shading berwarna biru
menjelaskan bahwa terdapat area area yang secara empiris memiliki muka airtanah diatas
dari topografi, termasuk Pit Everest. Sehingga, besar kemungkinan hal ini yang
menyebabkan terdapat seepage pada sisi timur Pit Everest.

Gambar 11. Model 3D bawah permukaan Tambang Utara

Sementara, pada tambang selatan dapat diihat bahwa tidak ada shading biru diatas
permukaan atau topografi. Memperkuat argumentasi bahwa kenampakan tidak adanya seepage yang
mengganggu aktivitas penambangan diakibatkan level air berada jauh dibawah dari topografi aktual.
Sehingga benar adanya bahwa dengan pendekatan Watershed diatas permukaan dan bawah
permukaan sesuai dengan gejala aktual di lapangan.

Gambar 11. Model 3D bawah permukaan Tambang Selatan

527
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

 Analisa Data Geolistrik


Untuk memperkuat data bawahpermukaan dilakukan pengambilan data geolistrik, untuk data
geolistrik yang tersedia hanya Tambang Selatan, sehingga korelasi dan konfirmasi data
dilakukan dengan jelas pada Tambang Selatan. Pada Gambar 12 dapat dilihat terdapat 2 Line
geolistrik yang menjadi contoh korelasi baik dengan data permukaan maupun data aliran
airbawah permukaan. Pada model 3D resistivitas tersebut, tidak dijumpai Low Resistivity Zone
yang cukup dominan melainkan Ore Resistivity Zone yang ada dipermukaan yang
diinterpretasikan sebagai zona limonit (Sebaran mengikuti permukaan sebagai endapan laterit).

Gambar 12. Garis 13 – 14 Model Resistivitas Tambang Selatan

D. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari keseluruhan analisa yang telah penulis lakukan pada Tambang Utara &
Selatan Pomalaa sebagai berikut:

1. Pada Tambang Utara, Pit Everest diapit oleh 2 Daerah Aliran Sungai serta berada di Peripher
dari Cekungan Air Tanah Kolaka
2. Pada Tambang Utara, dengan pendekatan watershed dijumpai catchment basin seluas 57 Ha
yang diduga berkontribusi sebagai Infiltration Zone.
3. Dengan pendekatan bawahpermukaan dijumpai bahwa sisi timur Pit Everest berada se-level
dengan Muka Air Tanah sehingga mengakibatkan adanya seepage atau rembesan pada area
tersebut.
4. Setelah dilakukan pemodelan 3D didapatkan hubungan antara topografi dan model muka
airtanah sehingga diketahui area area yang memerlukan perhatian khusus sebelum melakukan
penambangan di Tambang Utara.
5. Pada Tambang Selatan seluruh Zona relative aman karena tidak ada level muka airtanah yang
berada diatas topografi dalam desain penambangan.
6. Dari pemodelan resistivitas 3D berdasarkan data geolistrik yang diperoleh tidak ditemukan
low resistivity zone yang diinterpretasikan sebagai akuifer yang berada diatas topografi
sehingga hal tersebut sesuai dengan hipotesa dari analisa permukaan serta pendekatan
watershed.

528
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada karyawan dan manajemen PT.
Antam Unit Geomin, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara serta tim eksplorasi
Pomalaa dan semua pihak atas seluruh dukungannya hingga makalah ilmiah ini dapat selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, W. (2008). Nickel Laterites: Fundamental of Chemistry, Mineralogy, Weathering Processes,


Formation, and Exploration. Vale Inco – VITSL.

Indra Kusuma, R., Kamaruddin, H., Wibawa, R., & Kamil, M. (2015). Geological Prospect, Resource
and Ore Reserve Estimation in Pomalaa, Kolaka, Southeast Sulawesi. Proceedings MGEI
Annual Convention 2015, Balikpapan.

Simandjuntak T.O, Surono, S. (1993). Peta Geologi Lembar Kolaka, Sulawesi. Bandung: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Peta Cekungan Airtanah lembar Kolaka, data diperoleh melalui situs internet:
http://pamsimas.org/data-aplikasi/data-peta/cekungan-air-tanah. Diunduh pada tanggal 1
September 2020

529
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

530

Anda mungkin juga menyukai