Anda di halaman 1dari 10

I.

Pembahasan

A. Pengertian fosil
Fosil adalah sisa jejak atau organisme yang terawetkan secara alamiah dan
berumur lebih tua dari Holosen (10.000 tahun yang lalu)

B. Proses Pemfosilan
Proses pemfosilan atau fosilisasi adalah segala sesuatu yang yang melibatkan
penimbunan hewan atau tumbuhan dalam sedimen yang terakumulasi serta pengawetan
seluruh atau sebagian maupun pada jejak-jejaknya. Ilmu pengetahuan cabang
Paleontologi yang mempelajari bagaimana proses pemfosilan terjadi disebut dengan
Taphonomy. Terdapat syarat terjadinya pemfosilan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Organisme yang mati tidak menjadi mangsa organisme lain
2. Memiliki bagian tubuh yang keras (resisten)
3. Rongga-rongga pada bagian yang keras yang dimasuki zat kerisik sehingga
merubah struktur kimiawi tanpa mengubah struktur fisik
4. Diawetkan oleh lapisan es
5. Kejatuhan atau terlingkupi oleh getah
6. Organisme jatuh pada lingkungan anaerob

Berdasarkan sifat terubahnya adn bentuk yang terawetkan maka proses


pemfosilan dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu:

1. Fosil Tidak Termineralisasi


Golongan ini dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Fosil yang tidak mengalami perubahan secara keseluruhan
b. Fosil yang terubah sebagian
c. Amber
d. Destilasi
2. Fosil yang termineralisasi
a. Replacement
b. Histometabasis
c. Permineralisasi
d. Leaching
3. Fosil Jejak
a. Impression
b. Mold
c. Cast
d. Koprolit
e. Gastrolit
f. Trail
g. Track
h. Foot print
i. Burrow, borring, tubes

C. Fosil yang Tidak Termineralisasikan


1. Fosil yang tidak terubah secara keseluruhan
Fosil yang tidak terubah secara keseluruhan yaitu fosil yang ditemukan
dengan kondisi tubuh yang masih utuh dan anggota tubuhnya belum terubah
Contoh proses kejadiannya adalah pada Mammoth berbulu dan badak wol dari
Pleistocene kadang-kadang dapat ditemukan di lapisan es Alaska dan Siberia
Utara. Seluruh organisme terkadang diawetkan di tanah beku ini.
Selama Zaman Es terakhir beberapa hewan ini mati di daerah yang tetap
dingin. Akhirnya, dalam kasus yang jarang terjadi, organisme dimakamkan di
tanah yang menjadi lapisan es. Tulang, otot, organ dalam, makanan yang dicerna
sebagian, kulit dan rambut kadang-kadang dapat ditemukan. Baik rambut
penjaga dan underwool lembut mammoth diwakili dalam spesimen di atas.
Beberapa mammoth berbulu berusia 30.000 tahun yang ditemukan sangat segar
sehingga dapat dimakan oleh manusia dan hewan (Prothero, 2004, hlm. 9).
Pada musim semi 2007 Yuri Khudi, seorang gembala rusa Nenet,
menemukan seorang bayi Mammuthus primigenius yang terpapar di gundukan
pasir Sungai Yuribey di Siberia. Fosil raksasa berusia 40.000 tahun itu dinamai
Lyuba setelah istri Khudi. Lyuba, dijuluki Bayi Es, merupakan salah satu fosil
terawet terbaik yang ditemukan hingga saat ini di lapisan es Siberia. Lyuba
berusia satu bulan ketika dia tenggelam dalam endapan lumpur dan tanah liat
yang lembut. Paleontolog Dan Fisher telah menentukan bahwa lebih dari
sekedar lapisan es beku sangat penting dalam pelestarian Lyuba yang sangat
baik (Miller, 2009, hal. 41).
Lactobacilli menjajah jaringannya setelah kematian. Asam laktat yang
diproduksi oleh bakteri ini bertindak sebagai pengawet, pengawetan jaringan
Lyuba. Ketika sedimen baru terakumulasi di atas Lyuba, lapisan-lapisan di mana
dia dikubur berubah menjadi lapisan es. Akhirnya, air bah mengikis lapisan es
yang membungkus Lyuba dan membawanya ke hilir. Asam laktat yang semula
membantu melestarikan jaringan sekarang melindungi fosil dari pemulung saat
ini ketika terpapar pada bilah pasir. Jadi, untuk pengawetan Lyuba dengan cara
kimia dan pembekuan adalah faktor penting dalam proses fosilisasi.

Gambar 1.1 Fosil mammoth yang terbekukan di dalam es

2. Fosil yang terubah sebagian


Fosil yang terubah sebagian yaitu fosil yang dibentuk dari bagian tubuh
organisme yang resisten, sedangkan bagian tubuh yang lainnya akan hancur
sehingga yang terbentuk menjadi fosil hanya sebagian tubuhnya saja atau bagian
tubuh tertentu. Fosil yang terubah sebagian, contohnya gigi-gigi binatang buas,
tulang dan rangka Rhinoceros yang tersimpan di musium Rusia, serta cangkang
moluska.
Tipe Fosil Dari Organismenya Sendiri yang fosilnya terubah sebagian antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Pengawetan Bagian Lunak OrganismeProses pengawetan tipe fosil seperti ini
sangat jarang dijumpai dan terjadi padakondisi yang sangat khusus. Organisme
harus terkubur dalam suatu medium contohnya getah, tanah beku yang dapat
melindungi tubuh lunaknya dari pembusukan. Contohnyafosil serangga yang
terjebak dalam amber, fosil Mammoth di tanah beku Alaska danSiberia.
2. Pengawetan Bagian Keras Dari OrganismeProses pengawetan fosil dimana
bagian keras organisme harus tersusun atasmineral-mineral yang tahan / resisten
terhadap proses pelapukan dan reaksi kimia, sehingga memungkinkan
terbentuknya fosil, terdiri dari :
a. Fosil yang bersifat karbonatanFosil yang tersusun atas kalsium karbonat
misalnya cangkang, kerang, siput, dankoral. Banyak diantara mereka yang
terawetkan dalam bentuk aslinya.
b. Fosil yang bersifat fosfatan. Fosil yang tersusun atas kalsium fosfat
misalnya pada gigi, gading, dan beberapa rangka luar suatu organisme.
Senyawa ini sangat bagus untuk pengawetan sehinggabanyak yang
menjadi fosil yang bagus
c. Fosil yang bersifat silikatanFosil yang tersusun atas senyawa silikat seperti
pada golongan plankton.
d. Fosil yang bersifat khitinan, Fosil yang tersusun atas senyawa khitin
biasanya terdapat pada rangka luar organisme golongan arthropoda

Gambar 1.2 Fosil gigi dari organisme yang memfosil

3. Amber
Amber adalah getah dari tumbuhan yang telah mengalami proses pemfosilan.
Sedangkan fosil amber adalah organisme yang terperangkap dalam getah dari tumbuhan
tersebut. Binatang itu sendiri yang terawetkan/tersimpan. Dapat berupa
tulangnya, daun-nya, cangkangnya, dan hampir semua yang tersimpan ini adalah
bagian dari tubuhnya yang “keras”. Dapat juga berupa binatangnya yang secara
lengkap (utuh) tersimpan.
Gambar 1.3 Insekta yang terselubungi getah damar dalam endapan Oligosen di Teluk Baltik sebagai fosil
Resen.

4. Destilasi

Destilasi adalah menguapnya kandungan gas atau zat lain yang mudah
menguap dalam tumbuhan atau hewan karena tertekannya rangka atau tubuh
kehidupan tersebut dalam sedimentasi dan meninggalkan residu karbon berupa
lapisan-lapisan tipis dan kumpulan unsur C yang menyelubungi atau
menyelimuti sisa organisme yang tertekan tadi. Contohnya adalah batubara.
Salah satu contoh dari proses pemfosilan tidak termineralisasi yaitu
destilasi ini adalah proses pembentukan batubara. Batubara sendiri merupakan
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.
Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pembentukan
batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era
tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang
lalu, adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir
seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian
utara terbentuk. Pada Zaman Permian, kira-kira 270 juta tahun lalu, juga
terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian
selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 –
13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.
Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis
tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah
sebagai berikut:
 Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel
tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
 Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan
dari alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
 Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama
pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara.
Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan
tumbuh di iklim hangat.
 Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur
Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal
pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae
seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu
bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
 Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan
modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga,
kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum,
kurang dapat terawetkan.
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara
disebut dengan istilah pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2
tahap proses yang terjadi, yakni:

 Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman


terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam
proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan
biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi)
dan kompaksi material organik serta membentuk gambut. Ketika proses
kompaksi ini gas-gas lain dari material tanaman akan keluar karena
adanya kompaksi ini, dan akan meninggalkan residu karbon (C), dan
residu karbon ini akan menyelimuti sisa organisme tersebut dan dalam
waktu yang lama akan membentuk batubara
 Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit
menjadi bituminus dan akhirnya antrasit. Tingkat kualitas batubara akan
berbeda-beda jenisnya ini disebabkan karena semakin lama proses
penimbunan dan semakin kuat kompaksi maka akan semakin bagus
batubara yang dihasilkan sebab unsur karbon yang diasilkan akan
semain banyak, jadi batubara yan berada di lapisan paling bawah
memiliki kualitas paling bagus.
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan,
panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit,
bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.

 Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam


berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% – 98% unsur
karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
 Bituminus mengandung 68 – 86% unsur karbon (C) dan berkadar air
8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di
Australia.
 Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan
dengan bituminus.
 Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
 Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori
yang paling rendah.

Gambar 1.4 Genesa Batubara


D. Perbedaan antara satu proses dengan proses yang lainnya
Perbedaan antara satu proses pemfosilan dengan proses pmfosilan yang lainnya
adalah sebagai berikut :
1. Fosil yang tidak mengalami perubahan ini memiliki ciri khusus yaitu fosil masih
dalam bentuk utuh dari organisme tersebut, tidak ada dari tubuh organisme tersebut
yang rusak. Proses pemfosilannya dengan ditutupi oleh es
2. Fosil yang terubah sebagian, fosil ini berupa beberapa bagian tubuh dari organisme
yang sudah mati saja biasanya bagian tubuh yang resisten yang tersisa dan
terfosilkan, jadi fosil ini ditemukan tidak dalam bentuk utuh dari organisme tersebut
seperti yang terjadi pada fosil yang tidak terubah secara keseluruhan
3. Amber, amber ini terjadi karena pengaruh proses dari alam berupa getah, pada
amber ini yang mengalami proses pemfosilan adalah getah itu sendiri. Sedangkan
ada yang namanya fosil amber yaitu organisme yang terperangkap dalam suatu
getah tumbuhan tersebut, hal yang satu ini hampir sama dengan fosil yang tidak
terubah secara keseluruhan tadi yaitu sama-sama organisme tersebut ditutupi oleh
suatu bahan dari alam, hanya saja yang membedakannya pada bahannya saja.
4. Destilasi, proses pemfosilan ini disebabkan oleh bahan dari dalam tubuh organisme
itu sendiri yaitu berupa unsur karbon. Unsur karbon ini dapat menyebabkan
pemfosilan karena adanya proses alam yang terjadi yaitu proses sedimentasi, yang
mana proses sedimentasi ini akan menekan jasad organisme sehingga zat-zat dalam
tubuh organisme itu akan keluar, tetapi meninggalkan residu zat karbon sehingga
zat karbon ini akan menyelimuti jasad organisme tersebut dan terfosilkan dalam
waktu yang lama. Jadi yang menyebabkan pemfosilan dalam proses destilasi ini
tetap zat dari dalam tubuh organisme tersebut berupa karbon
II. Kesimpulan
Proses pemfosilan dapat dibagi menjadi fosil yang tidak termineralisasikan,
fosil yang termineralisasi, dan fosil jejak. Khusus fosil yang tidak termineralisasikan
terdapat fosil yang tidak terubah secara keseluruhan, artinya fosil ini ditemukan masih
dalam keadaan yang utuh. Lalu fosil yang terubah sebagian, fosil ini biasanya
ditemukan berupa bagian tubuh yang resisten dari organisme tersebut untuk terbentuk
fosil. Kemudian ada amber, berupa getah dari suatu tumbuhan yang memfosil.
Terakhir ada destilasi, yaitu proses pemfosilan yang disebabkan oleh kandungan
karbon yang dimiliki oleh suatu organisme tersebut. Dari semua itu,diketahui bahwa
fosil yang tidak termineralisasikan ini dalam proses nya tidak mengalami proses
pemineralisasian dalam pembentukannya
Daftar Pustaka
Miller, T. (2009). Ice Baby: Secrets of a Frozen Mammoth. National Geographic, May 2009,
vol. 215, No. 5, pp. 34-49.

Prothero, D.R. (2004). Bringing Fossils to Life: An Introduction to Paleobiology [2nd edition].
New York: McGraw-Hill.

Rich P.V., Rich T. H., Fenton, M.A., & Fenton, C.L. (1996). The Fossil Book: A Record of
Prehistoric Life. Mineola, NY: Dover Publications, Inc.

Thompson, I. (1982). National Audubon Society Field Guide to Fossils. New York: Alfred A.
Knopf.

Anda mungkin juga menyukai