Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KERJA MAHASISWA

KIMIA ANORGANIK LOGAM


PERTAMBANGAN EMAS

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK I ( SATU)

KRISNADES (A25120038)

KRISTINA D (A25120046)

SITTI HAJAR YUNDAWATI (A25120014)

LBERTO REPI LAHE (A25120026)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
TAMBANG EMAS POBOYA

Kelurahan Poboya merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Palu
Timur Kota Palu Propinsi Sulawesi Tengah yang berada di bagian timur dari wilayah kecamatan
tersebut. Kelurahan ini terletak sekitar ± 7 km dari pusat kecamatan.
Wilayah Poboya dari segi topografi merupakan dataran tinggi, suhu udara rata-rata 30 -
32 ºC dan curah hujan 150 mm/tahun dengan ketinggian dari permukaan laut ± 200 m. Lalu
keadaan tanah dilihat dari jenis tumbuhan yang tumbuh memiliki tingkat kesuburan tanah yang
baik.
Kini Poboya telah menjadi area aktifitas pertambangan emas yang tak terkendali. Poboya
yang dahulunya merupakan kawasan pertanian dengan hamparan sawa, ladang dan kebun-kebun
masyartakat, kini dipenuhi dengan mesin-mesin tromol pengolah emas dan lubang-lubang
menganga bekas galian para penambang. Ironisnya, beberapa diantaranya adalah milik sejumlah
oknum aparat keamanan dan elit perusahan.
Sesungguhnya kandungan emas Poboya telah diketahui sejak lama, namun model
penambangan tradisional dengan cara mendulang saat itu tidak memberikan pengharapan yang
berlebihan bagi para pendulang lokal. Geger emas poboya berawal dari masuknya beberapa
penambang yang berasal dari luar kota Palu dengan membawa serta teknologi dan pengetahuan
yang mereka gunakan di beberapa lokasi penambangan emas dengan menggunakan Mesin
Tromol. Mesin ini memang menjadikan proses penambangan jauh lebih cepat, akibatnya proses
penambangan emas Poboya berlangsung dengan sangat massif dan kian tak terkendali.
Aktifitas penambangan yang tidak terkontrol tersebut, telah mengundang kekhawatiran
banyak pihak, satu persatu persoalan mulai timbul sebagai akibat dari aktifitas tersebut.
Kerusakan dan pencemaran lingkungan merupakan masalah terdepan yang muncul, kerusakan
areal hutan dan sungai akibat penggalian, serta penggunaan bahan kimia berbahaya seperti
sianida.
A. Peraturan Pemerintah

1. Tambang Rakyat

Tambang rakyat secara resmi terdapat pada, Undang-Undang Nomor 11 Tahun


1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, selanjutnya diubah
menjadi UU Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Pemerintah Kota Palu, mengupayakan memberikan Surat Izin sebagai Bentuk
Legalitas Kegiatan Pertambangan emas rakyat di Poboya dengan menerbitkan Izin
Pertambangan Rakyat (IPR) seluas 30 hektar. rencana penerbitan izin
tersebut dilakukan agar tambang emas di Poboya itu dapat diolah oleh masyarakat
setempat guna mendukung ekonomi masyarakat sekitarnya dan bisa menjadi
sumber pendapatan asli bagi daerah.

2. Perusahaan Tambang Berizin (PT. CITRA PALU MINERAL)


CPM merupakan pemilik kawasan kontrak karya pertambangan emas di
Kelurahan Poboya, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, seluas 85 ribu hektar. Luas
kontrak karya tersebut, terbagi di wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. Di
Sulteng, di antaranya pada Blok I di Poboya, Blok II di Sulsel, Blok III sudah
dikembalikan ke negara, Blok IV di Tolitoli, Blok V di Moutong, dan Blok VI di
Labuan. PT CPM secara resmi mengelola kawasan itu melalui Keputusan Menteri
(Kepmen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 422.K/30.DJB/2017. Di
mana, Kepmen ESDM tertanggal 14 November 2017 tentang persetujuan
peningkatan tahap operasi produksi kontrak karya PT Citra Palu Mineral
ditandatangani Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Bambang Gatot Ariyono atas
nama Menteri ESDM Ignatius Jonan.
Dalam Kepmen dijelaskan sejumlah poin di antaranya tahap kegiatan operasi
produksi CPM pada wilayah seluas 85.180 hektar. Jangka waktu tahap kegiatan
operasi produksi diberikan sampai tanggal 30 Desember 2050, dengan ketentuan
jangka waktu kegiatan konstruksi selama tiga tahun serta jangka waktu kegiatan
operasi produksi selama 30 tahun.
B. Proses Pertambangan Emas

Adapun tahap awal pembuatan emas, yaitu dengan mengambil bahan utama yang
terletak di tambang masyarakat adapun proses penggalian batu menggunakan dua metode
penggalian manual ( menggunakan palu,pahat, dan sekop ) dan penggalian dengan menggunakan
eksafator. Adapun pekerja-pekerja yang masih menggunakan alat manual ( palu dan pahat ) di
bagi dalam beberapa lokasi yang terdiri dari 2-3 orang di dalamnya,adapun penjualan bahan
utama sekitar lima ribu rupiah per kubik yang membuat para pekerja harus lembur untuk dapat
mencukupi kebutuhan sehari-hari. Bahan utama yang telah di kumpulkan di angkut
menggunakan truk .

Gambar.Penggalian Manual Gambar. Penggalian Menggunakan Alat

Material-material mas yang telah angkut di bawa di lahan kosong dan bentuk seperti
gundukan, setelah itu material-material tersebut di taburi kapur, lalu di sirami dengan larutan
H2O dan di diamkan selama 3 X 24 jam.

Gambar. Gunddukan Material


Lalu setelah itu gundukan material tersebut di cek kadar ph nya, apakah sudah mencapai
pH 11-12 ( kondisi basa ), ketika persyaratan telah terpenuhi gundukan material tersebut di
campurkan dengan larutan H2O2 dan gostik ( pemanas soda ) lalu di diamkan selama 2 X 24 jam.
Kemudian larutan tersebut di tambahkan dengan sianida. Setalah itu material-material masuk ke
dalam pipa menuju ke wadah yang berisi air karbon. Fungsi karbon yaitu untuk menangkap
material emas yang berada di material. Setelah itu air di dalam wadah di buang dan hasil
endapan di jemur hingga kering. Setelah itu lanjut ke proses pemanasan.

Gambar. Kapur Gambar.Sianida

Gambar. Wadah yang berisi air karbon


Hasil endapan yang telah di jemur di angkat dan bawa ke tempat pemanasan, dan hasil
endapan material emas di panaskan menggunakan tunggku, pemanasan ini di lakukan sebanyak 3
kali pengulangan untuk mendapatkan emas yang benar- benar murni

Gambar. Proses Pembakaran Gambar. Emas Yang Di Hasilkan

Adapun proses pembuatan emas di atas ,berupa bagian dari proses Proses
Pirometalurgi. Metode penambangan emas modern selanjutnya disebut dengan proses
Pirometalurgi. Kali ini pengolahan emas dilakukan dengan memfokuskan pada pemberian suhu
panas dari proses pembakaran. Terdapat 5 tahapan yang dijalankan pada proses Pirometalurgi,
yaitu tahapan pengeringan, kalsinasi, pemanggangan, peleburan dan yang terakhir pemurnian.

• Tahap pengeringan
Dilakukan dengan memasukkan batuan campuran emas ke dalam alat yang bersuhu 120
derajat selsius, dengan tujuan untuk menghilangkan kandungan air yang maish tersimpan.
• Tahap kalsinasi
Dikerjakan menggunakan tungku khusus, yang bertujuan untuk melakukan dekomposisi
atas panas batuan campuran emas yang telah diproses sebelumnya.
• Tahap pemanggangan
Pemanggangan dilakukan dengan bantuan senyawa kimia. Pada tahapan ini suhu
pemanggangan disesuaikan dengan titik didih emas, sebab suhu harus berada di bawah
titik didih material terkait agar tidak merusak kondisinya.
• Tahap peleburan
Proses ini bertujuan untuk melelehkan semua jenis batuan yang telah diproses
sebelumnya. Pada saat peleburan suhu justru harus berada di atas titik didih material, agar
bisa dilelehkan dengan sempurna.
• Tahap pemurnian
Disinilah emas murni dan batuan yang dianggap pengotor dipisahkan secara sempurna.
Sebagai catatan, proses pemurnian ini tak menggunakan tenaga manual ya, melainkan
masih berbasis temperatur panas.

C.Dampak yang Ditimbulkan

1) Dampak Sosial dan Ekonomi


Sekitar 50% masyarakat disana bekerja di tambang masyarakat poboya ada masyarakat
asli disana hingga pendatang, beberapa masyarakat yang kami wawancarai memiliki
dampak yang baik dan ada juga yang tidak. Salah satunya mempunyai dampak baik
yaitu semenjak adanya tambang masyarakat disana mudah mendapatkan pekerjaan yaitu
dengan menambang emas upah yang didapatkan tidak terlalu banyak tetapi sangat
bermanfaat untuk keluarganya hingga dapat menyekolahkan anaknya dan membangun
rumah dan juga hasil yang didapatkan selama menambang emas sudah bisa membeli
kendaraan roda dua. Selain itu juga peluang ibu rumah tangga membuka usaha untuk
berjualan makanan seperti kue kepada para pekerja. Dampak yang tidak baik yaitu ada
seorang bapak yang dulunya mempunyai mobil untuk menyediakan sarana pengangkut
batu dari tambang tetapi sekarang usahanya bangkrut dikarenakan rugi, karena
memborong material batuan tetapi hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan uang yang
telah dikeluarkan untuk membeli merkuri dan menyewa alat tromol.
2) Dampak Pendidikan
Semenjak ada tambang orang tua mampu mengsekolahkan anaknya, tetapi ada beberapa
yang putus sekolah bukan penyebab dari tambang tersebut. Di poboya sendiri hanya
memiliki sekolah paud dan sekolah dasar sehingga beberapa orang tua menyekolahkan
anaknya ke jenjang yang lebih diatas harus mencari sekolah yang diluar kelurahan
poboya itu sendiri.
3) Dampak Lingkungan
• Pencemaran air
Terhadap pencemaran air, merkuri telah menjadi masalah yang serius. Air sungai kini
berdampak buruk bila dikomsumsi.
• Pencemaran Tanah
Merkuri yang terkontaminasi dengan tanah telah terakumulasi di dalam tubuh
tumbuhan yang berada didaerah tercemar dan akan terakumulasi pula dalam tubuh
manusia dan hewan yang mengkomsumsi tumbuhan tersebut. Selain merkuri sampah
rumah tangga juga berperan dalam pencemaran tanah dikawasan pertambangan.
• Hewan ternak mati
Di Poboya sudah terjadi kasus ternak mati. Seperti yang telah diberitakan bahwa
ternak sapi yang mati tiba-tiba. Sapi tersebut diduga mati akibat minum limbah
penambangan emas.
• Rusaknya Taman Hutan Raya(Tahura)
Kelurahan bagian timur kota Palu ini, berbatasan langsung dengan wilayah kabupaten
Parimo dimana sebagian wilayahnya berada dalam wilayah Taman Hutan
Raya(Tahura), dengan luas areal ± 200 hektar, keadaan hutan di poboya habis
tergunduli oleh penambang-penambang liar.

D.Solusi dari Dampak Negatif yang Ditimbulkan

a. Mengurangi penggunaan bahan-bahan berbahaya dalam kegiatan pertambangan atau


menggantinya dengan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan. Atau diharuskan
membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah pertambangan, sehingga limbah bisa diolah
terlebih dahulu menjadi limbah yang lebih ramah lingkungan, sebelum dibuang keluar
daerah pertambangan.
b. Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbon dioksida dan air). untuk zat pencemar merkuri menggunakan bakteri
Pseudomonas pseudomallei ICBB 1512 berdasarkan hasil temuan Dosen Departemen
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB, Dwi Andreas Santoso.
c. Pengawasan Yang harus dilakukan oleh Pemerintah, pihak-pihak berwajib dalam hal ini
kepolisian serta dinas-dinas terkait terhadap penambang penambang yang mengunakan
Merkuri(Hg), dan bila perlu adanya tindakan tegas berupa Penutupan segala aktivitas
pertambangan di Poboya karena dengan menutup segala aktivitas pertambangan di
Poboya merupakan solusi yang paling efektif untuk menyelamatkan lingkungan.
Walaupun pada kenyataannya sangat dilematis, namun pemerintah harusnya lebih
memikirkan jaminan kesehatan lebih tiga ratus ribu penduduk kota Palu dibanding
mementingkan segelintir orang yang meraup untung dari kepingan emas Poboya.

REFERENSI :

• https://www.academia.edu/6735176/ILMU_LINGKUNGAN
• https://id.scribd.com/document/386158535/Laporan-Xplorasi-poboya
• https://duniatambang.co.id/Berita/Read/824/Mengintip-Proses-Pemisahan-Emas-
Dari-Batuan-Asalnya.
• Ruslan dan Khairuddin. (2010). Studi Potensi Pencemaran Lingkungan dari
KegiatanPertambangan Emas Rakyat Poboya Kota Palu. Indonesia Chimica Acta,
3(1): 27 & 30
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai