PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah lingkungan hidup dewasa ini telah berkembang sebagai isu global,
sehingga menjadi penting untuk ditelaah lebih jauh mengenai aspek perlindungan
hukumnya. Berbagai negara di dunia semakin meningkatkan keperduliannya
terhadap masalah-masalah lingkungan hidup, sebagai bentuk perwujudan
keprihatinan terhadap semakin merosotnya kondisi lingkungan global, karena
menjadi tanggung-jawab semua negara untuk memperbaikinya.
Permasalahan lingkungan yang sering terjadi di sekitar kita berupa
pencemaran dan perusakan lingkungan misalnya, dalam hal ini terkurasnya
sumber daya alam. Dampak negatif dari menurunnya kualitas lingkungan hidup
karena terjadinya pencemaran dan terkurasnya sumber daya alam adalah
timbulnya ancaman atau dampak negatif terhadap kesehatan, menurunnya nilai
estetika, kerugian ekonomi dan terganggunya system alami.
Usaha pertambangan pada dasarnya merupakan kegiatan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam tambang (bahan galian) yang
tedapat di dalam bumi Indonesia.3 Pengertian pertambangan sendiri berdasarkan
Pasal 1 butir 1 Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan
Mineral Dan Batu Bara adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang
meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pasca tambang. Wilayah pertambangan sendiri meliputi tanah permukaan
maupun sub tanah permukaan maupun atau berada di wilayah laut atau pantai.
Kegiatan pertambangan dan pengelolaan sumber daya alam banyak yang
mengakibatkan kerusakan lingkungan dan ekosistem. Untuk mengetahui
kerusakan lingkungan diperlukan adanya kriteria baku kerusakan lingkungan.
1
Pengertian kriteria baku kerusakalingkungan hidup sebagaimana dirumuskan
dalam Pasal 1 butir 15 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah ukuran batas perubahan
sifat fisik, kimia, dan atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh
lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikannya.
1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui karakteristik industri pertambangan
2. Untuk mengetahui Kasus lingkungan apa saja dari industri pertambangan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Industri Pertambangan
2.1.1 Karakteristik Industri Pertambangan
Pada hakekatnya industri pertambangan mempunyai karakteristik khusus di
banding dengan Industri umum lainnya, diantaranya :
1. Remote Location/Jauh dari kota merupakan gambaran bahwa industri
pertambangan memilki akses yang cukup jauh dari kota.
2. Cadangan tidak dapat ditentukan maksud dari hal ini disadari bahwa
kepastian tentang cadangan yang dapat ditambang, baik dari segi jumlah
maupun kualitasnya, merupakan salah satu kunci utama bagi usaha
pertambangan. Mengingat sifat dari sumberdaya mineral yang tersebar
tidak merata baik secara kuantitatif maupun kualitatif, maka sistem
pengkavlingan tidak dapat dilakukan sebagaimana pada kawasan industri.
3
6. Resiko Banyak dan besar ( padat resiko ) yaitu dalam dunia pertambangan
pastinya memilki resiko baik sebelum atau ketika memulai kegiatan
pertambangan.
4
lingkungan akibat kegiatan pertambangan dapat bersifat permanen, atau tidak
dapat dikembalikan kepada keadaan semula.
5
3. Tanah yang turun kemudian diendapkan di dalam karpet yang kedua
sisinya disanggah menggunakan beberapa kayu balok. Tanah yang
terperangkap di dalam karpet kemudian diangkat dan dimasukan kedalam
kuali. Tanah yang masuk kedalam kuali kemudian digoyanggoyang
bersama air, untuk mengeluarkan butiran-butiran tanah kasar. Setelah
digoyang-goyang akan tampak pasir hitam yang menurut penambang
disebut "pasir penghantar emas". Setelah digoyang-goyang lama-kelamaan
akan nampak serbuk-serbuk halus berwarna agak kekuning-kuningan.
6
ditaruh diatas sendok lalu dipanaskan dengan api hingga warna keemasan
tampak lebih cerah, serta pengotor yang ikut menempel bersama serbuk
emas hilang.
5. Kemudian serbuk emas hasil pembakaran ini dikemas dalam kertas rokok.
Kalau hasil dulang penambang sudah banyak atau bernilai ekonomis,
langsung dijual ke toko emas atau perhiasan. Serbuk emas ini jika
dikumpulkan mencapai 1 kaca, maka harganya ditaksir mencapai sekitar
Rp. 40.000 dan kalau hasil dulangan penambang bisa mencapai 1 gram,
maka harganya ditaksir mencapai sekitar Rp 400.000. Karena
penambangan ini dilakukan secara berkelompok, maka uangnya akan
dibagi bersama.
7
ancaman tanah longsor. Dilihat dari teknik penambangan, dimana penambang
menggali bukit tidak secara berjenjang (trap-trap), namun asal menggali saja dan
nampak bukaan penggalian yang tidak teratur dan membentuk dinding yang lurus
dan menggantung (hanging wall) yang sangat rentan runtuh (longsor) dan dapat
mengancam keselamatan jiwa para penambang.
8
b. Air
Penambangan secara langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari
limbah tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian
tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, asam,
dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara
tersebut. Limbah pencucian batubara setelah diteliti mengandung zat-zat yang
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut
mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam slarida (HCn), mangan (Mn), asam
sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb merupakan logam berat yang dapat
menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.
9
2) Hutan
Penambangan dapat menghancurkan sumber-sumber kehidupan rakyat
karena lahan pertanian yaitu hutan dan lahan-lahan sudah dibebaskan oleh
perusahaan. Hal ini disebabkan adanya perluasan tambang sehingga
mempersempit lahan usaha masyarakat, akibat perluasan ini juga bisa
menyebabkan terjadinya banjir karena hutan di wilayah hulu yang semestinya
menjadi daerah resapan aitr telah dibabat habis. Hal ini diperparah oleh buruknya
tata drainase dan rusaknya kawan hilir seperti hutan rawa.
3) Laut
Pencemaran air laut akibat penambangan terjadi pada saat aktivitas bongkar
muat dan tongkang angkut batubara. Selain itu, pencemaran juga dapat
mengganggu kehidupan hutan mangrove dan biota yang ada di sekitar laut
tersebut.
10
kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat seperti arsenik,
timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium, cromium,
tembaga, molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang sangat berbahaya
jika dibuang di lingkungan.
c. Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan
emas juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang
cukup parah, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air Penambangan
Batubara secaralangsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah
penducian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur.
Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai
menjadi keruh, Asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat
endapan pencucian emas tersebut. Limbah pencucian emas setelah diteliti
mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika
airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri
(Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg
dan Pb merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit
pada manusia seperti kanker kulit.
11
(injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang
tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman,
tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya, tanah tersebut disimpan di
bak/tangki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki
tersebut. Selanjutnya, zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian
diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih
mahal danrumit.
Kedua, bioremediasi, yaitu proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun
atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Ketiga, penggunaan alat (retort-amalgam) dalam pemijaran emas perlu
dilakukan agar dapat mengurangi pencemaran Hg.
Keempat, perlu adanya kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan atau kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan
pertambangan. Sebelum dilaksanakannya, kegiatan penambangan sudah dapat
diperkirakan dahulu dampaknya terhadap lingkungan. Kajian ini harus
dilaksanakan, diawasi dan dipantau dengan baik dan terus-menerus
implementasinya, bukan sekedar formalitas kebutuhan administrasi.
Kelima, penyuluhan kepada masyarakat tentang bahayanya Hg dan B3
lainnya perlu dilakukan. Bagi tenaga kesehatan perlu ada pelatihan surveilans
risiko kesehatan masyarakat akibat pencemaran B3 di wilayah penambangan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil tambang batu bara
terbesar di dunia.Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan
dapat merusak ekosistem hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan
dapat menyebabkan kerusakan lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk
pencemaran air, tanah dan udara.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://bahangaliantambang.blogspot.com/2011/12/karakteristik-industri
pertambangan.html
https://media.neliti.com/media/publications/100643-ID-kajian-dampak-kerusakan-
lingkungan-akiba.pdf
http://kumpulaninfotambang.blogspot.com/2012/01/karakteristik-industri-
pertambangan.html
https://id.scribd.com/doc/289503811/Dunia-Tambang-Karakteristik-Industri-
Pertambangan
file:///C:/Users/Amsal/Downloads/30-66-1-PB.pdf
https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article/Kerusakan%20Lingkungan%20Akiba
t%20Pertambangan.pdf
14