Anda di halaman 1dari 8

Pertemuan 4 20.10.

2020

Dr. Ir. Agus Mirwan, ST., MT., IPM.

October
2020

• Istilah lahan rawa digunakan untuk


lahan-lahan yang dipengaruhi oleh
rezim air dan umumnya lekat dengan
adanya kondisi genangan air, luapan
pasang, banjir, dan
• lumpur. Lahan rawa adalah salah satu
ekosistem lahan basah (wetland) yang
terletak antara wilayah dengan sistem
daratan (terrestrial) dengan sistem
perairan dalam (aquatic).
• Wilayah ini dicirikan oleh muka air
tanahnya yang dangkal atau
tergenang tipis. 2

Dr. Ir. Agus Mirwan, ST., MT., IPM. 1


Pertemuan 4 20.10.2020

Menurut Tim Koordinasi P2NPLRB


(Penyusunan Perencanaan Nasional
Pengelolaan Lahan Rawa Berkelanjutan)
disebut lahan rawa apabila memenuhi 4
(empat) unsur utama berikut, yaitu:
1. jenuh air sampai tergenang secara terus-
menerus atau berkala yang menyebabkan
suasana anaerobic,
2. topografi landai, datar sampai cekung,
3. sedimen mineral (akibat erosi terbawa aliran
sungai) dan atau gambut (akibat tumpukan
sisa vegetasi setempat),
3
4. dan ditumbuhi vegetasi secara alami
(WACLIMAD, 2011)

Dalam Pertemuan Nasional


Pengembangan Pertanian Lahan
Rawa yang diadakan Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan
tahun 1992 di Cisarua, Bogor
disepakati bahwa lahan rawa dibagi
dalam 2 (dua) tipologi rawa, yaitu:
(1) rawa pasang surut dan
(2) rawa lebak.
Dalam pembagian di atas rawa pantai
masuk ke dalam bagian lahan rawa 4

pasang surut

Dr. Ir. Agus Mirwan, ST., MT., IPM. 2


Pertemuan 4 20.10.2020

• Lahan rawa pasang surut digolongkan


sebagai wilayah rawa yang dipengaruhi
oleh adanya luapan pasang (spring tide)
dan surut (neap tide) dari sungai atau
laut baik langsung maupun tidak
langsung.
• Berdasarkan pengaruh luapan pasang,
khususnya pada musim hujan, wilayah
rawa pasang surut dibagi dalam 4
(empat) wilayah tipe luapan, yaitu tipe
luapan A, B, C, dan D.
6

Dr. Ir. Agus Mirwan, ST., MT., IPM. 3


Pertemuan 4 20.10.2020

Berdasarkan tinggi luapan pasang


(hidrotopografi) dan tinggi muka air tanah,
wilayah rawa pantai dan rawa pasang surut
dibagi ke dalam empat tipologi sebagai berikut:
 Tipe luapan A: wilayah pasang surut yang
selalu mendapat luapan pasang, baik pasang
tunggal (purnama) maupun pasang ganda
(perbani), dan mengalami pengatusan secara
harian. Wilayah tipe luapan ini meliputi pesisir
pantai dan sepanjang tepian sungai.
 Tipe luapan B: wilayah pasang surut yang
mendapat luapan hanya saat pasang tunggal
(purnama), tetapi mengalami pengatusan
secara harian. Wilayah tipe luapan ini meliputi
wilayah pedalaman < 50-100 km dari tepian 7

sungai

 Tipe luapan C: wilayah pasang surut yang


tidak mendapat luapan pasang dan
mengalami pengatusan secara permanen.
Pengaruh ayunan pasang diperoleh hanya
melalui resapan (seepage) dan mempunyai
muka air tanah pada jeluk < 50 cm dari
permukaan tanah.
 Tipe luapan D: wilayah pasang surut yang
tidak mendapat pengaruh ayunan pasang
sama sekali dan mengalami pengatusan
secara terbatas. Muka air tanah mencapai
jeluk > 50 cm dari permukaan tanah.
Dalam satuan kawasan rawa pasang surut
terdapat sekitar 10-20% wilayah tipe luapan A,
20-30% wilayah tipe luapan B dan D, dan 60- 8

70% wilayah tipe luapan C

Dr. Ir. Agus Mirwan, ST., MT., IPM. 4


Pertemuan 4 20.10.2020

Berdasarkan sifat tanah dan kendalanya


dalam pengembangan pertanian, lahan rawa
dibagi dalam empat tipologi lahan, yaitu:
1. lahan potensial,
2. lahan sulfat masam,
3. lahan gambut,
4. dan lahan salin.

 Disebut lahan potensial karena mempunyai kendala lebih ringan dibandingkan dengan lahan sulfat masam
atau lahan gambut, antara lain kemasaman tanah sedang (pH tanah > 4,0-4,5), lapisan pirit ada pada
kedalaman > 100 cm, kadar aluminium, dan besi rendah.
 Disebut lahan sulfat masam karena mempunyai kendala lebih berat karena pirit berada pada kedalaman
antara 50-100 cm dan Sebagian pada kedalaman > 100 cm, pH tanah 4,0-4,5 yang apabila teroksidasi 9
menurunkan pH menjadi < 3,5. Selain itu, tipologi lahan sulfat masam ini juga mempunyai kadar aluminium
dan besi yang cukup tinggi

Berdasarkan jenis tanahnya (soil taxonomy),


tanah-tanah di lahan rawa dapat dimasukan ke
dalam kelompok besar (great group), yaitu:
1. tanah alluvial marin (Sulfaquent, Sulfaquept
Hydraquent, Fluvaquent),
2. tanah alluvial sungai (Endoaquent),
3. tanah gambut (Haplofibrist/hemist,
Sulfihemist/saprist, Sulfohemis/saprist)
(LAWOO & AARD, 1990; Subagyo et al. 2006).
Dari ketiga kelompok besar tanah tersebut di atas
kelompok tanah alluvial marin banyak ditemukan
pada tipologi rawa pasang surut dan rawa pantai,
kelompok tanah alluvial sungai banyak ditemukan
di rawa lebak, sedang kelompok tanah gambut 10
banyak ditemukan baik di rawa pasang surut
maupun rawa lebak, dan sedikit pada tipologi rawa
pantai

Dr. Ir. Agus Mirwan, ST., MT., IPM. 5


Pertemuan 4 20.10.2020

 Dalam pustaka asing:


o lahan rawa pasang surut disebut tidal swamp, fresh water swamp, atau
marsh,
o rawa lebak disebut inland waterlogged land atau inland wetland.
o lahan gambut disebut dengan banyak istilah antara lain diistilahkan dengan
bog, fen, peat, musked, mire, dan moor.
 Dalam bahasa daerah:
• lahan rawa pasang surut disebut juga lahan rawang (bahasa Melayu),
• rawa lebak disebut bonorowo (Jawa), paya-paya (Melayu Sumatera), baruh
(Melayu Banjar),
• gambut disebut sepuk (Melayu Kalbar) atau ambul (Melayu Hulu Sungai,11
Kalsel).

• “Bog” adalah rawa yang tergenang air dangkal, dimana


permukaan tanahnya tertutup lapisan vegetasi yang melapuk,
khususnya lumut spaghnum sebagai vegetasi dominan, yang
menghasilkan lapisan gambut (bereaksi) masam.
• “Peat/gambut” adalah histosol, lahan rawa yang mempunyai
ketebalan lapisan gambut > 50 cm dgn kadar bahan organik >20%
(12% C-organik), tergantung pada kadar liatnya
• “Fen” adalah rawa yang tanahnya jenuh air, ditumbuhi rumputan
rawa sejenis “reeds”, “sedges”, dan “rushes”, tetapi air tanahnya
ber-reaksi alkalis, biasanya mengandung kapur (CaCO3), atau
netral.
• Umumnya membentuk lapisan gambut subur yang ber-reaksi netral,
yang disebut “laagveen” atau “lowmoor”. 12

Dr. Ir. Agus Mirwan, ST., MT., IPM. 6


Pertemuan 4 20.10.2020

 Pengertian dari sifat dan kendala masing-masing tipologi lahan


rawa di atas penting untuk diketahui dan dipahami sehingga
pemanfaatan dan pengelolaan lahan rawa dapat menjadi
berkelanjutan dengan hasil yang optimal.
 Terlebih lagi, lahan rawa dikenal mempunyai sifat rapuh dan labil
yang sewaktu-waktu dapat mengalami kerusakan (degradation)
baik akibat kesalahan reklamasi dan pengelolaan maupun deraan
iklim seperti kekeringan atau drainase yang berlebihan (over
drainage)

13

• Buat ulasan dalam file power point (ppt) tentang:


Sejarah Penelitian Dan Pengembangan Lahan
Rawa di Indonesia dan Kalimantan Selatan
khususnya.
• Kumpulkan via elearning.ulm.ac.id pada tanggal
27 Oktober 2020 Jam 15.00 WITA
• Penilaian meliputi deskripsi isi, panambahan
gambar dan/atau video, serta kesesuaian isi dan
template power point nya.
14

Dr. Ir. Agus Mirwan, ST., MT., IPM. 7


Pertemuan 4 20.10.2020

Dr. Ir. Agus Mirwan, ST., MT., IPM. 8

Anda mungkin juga menyukai