Besaran upah
Usaha penambangan sirtu di desa Toyamarto melibatkan beberapa pihak terkait dengan
berbagai kepentingan sesuai dengan kedudukan dan perannya di masyarakat. Selengkapnya
rincian dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Identifikasi kelompok kepentingan pertambangan
Dari hasil survei lapangan untuk pertanyaan yang terkait dengan persepsi masyarakat
terhadap kawasan pertambangan teridentifikasi 94,0% responden menyatakan setuju atau
mendukung keberadaan pertambangan, peryataan tidak mendukung tidak ada atau 0,0%
sedang 6,0% menjawab tidak tahu. Tingginya dukungan terhadap keberadaan penambangan
berkorelasi dengan jawaban responden dimana sebanyak 98,0% menyatakan penambangan
memberi manfaat kepada masyarakat dan tidak ada jawaban yang menyatakan tidak, sedang
2,0% menjawab tidak tahu. Hal itu juga ditegaskan lagi dengan rendahnya prosentase
jawaban responden yang menyatakan bahwa pertambangan berdampak terhadap lingkungan
yaitu sekitar 12,0% saja sedang jawaban pertambangan tidak berdampak ada 86,0% dan
sisanya 2,0% menjawab tidak tahu. Selengkapnya rincian dapat dilihat pada Tabel berikut ini
:
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap kawasan
pertambangan adalah positif dan dibutuhkan oleh mereka. Namun hal itu tidak didukung
dengan kesadaran akan dampak yang ada terkait dengan pelestarian lingkungan kawasan
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat
yang menyatakan bahwa kawasan pertambangan merupakan sumber utama mata pencaharian
masyarakat yang dapat secara langsung dinikmati sehingga mereka dapat melupakan beratnya
beban kehidupan yang harus mereka jalani.
Persepsi masyarakat terkait kegiatan pertambangan dari survei lapangan teridentifikasi 98,0%
menjawab pernah terjadi kecelakaan kerja dari kegiatan pertambangan, menjawab tidak 0,0%
dan 2,0% menjawab tidak tahu. Untuk pertayaan keamanan bekerja di pertambangan
teridentifikasi 72,0% menjawab aman, menjawab tidak aman 12,0% sedang 16,0% menjawab
tidak tahu. Sedang untuk pertayaan peluang pindah profesi sebagai penambang bila ada
peluang usaha lain, sebanyak 36,0% responden menjawab ya, menjawab tidak 22,0% dan
sebanyak 42,0% responden lainnya menjawab tidak tahu. Selengkapnya rincian dapat dilihat
pada Tabel berikut ini :
Tingkat resiko kecelakaan kerja pertambangan yang pernah terjadi teridentifikasi sebanyak
64% responden menjawab berkibat paling fatal yaitu meninggal dunia, sebanyak 22%
menjawab luka parah (cacat fisik) dan hanya 14% saja yang menjawab luka biasa (tidak
cacat).
Tingkat Resiko Kecelakaan Pertambangan
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa persepsi terhadap kegiatan pertambangan
mengambarkan sikap yang saling bertolak belakang disatu sisi menyatakan kegiatan
pertambangan rawan terhadap kecelakaan namun juga menyatakan kalau kegiatan tersebut
adalah aman. Mayoritas responden juga dengan sadar memahami resiko terburuk yang di
hadapi yaitu kematian dengan sadar pula mengidentifikasi penyebab dari kecelakaan yang
pernah terjadi. Hal ini adalah cerminan kepasrahan masyarakat terhadap kenyataan realita
yang mereka hadapi atas pilihan yang tersedia. Yang dengan jelas ternyatakan pada peryataan
seorang tokoh masyarakat yang mengatakan bila orang kaya untuk bertahan hidup dengan
menagandalkan kekayaannya (modal) maka untuk orang miskin, apalagi kalau bukan
mengandalkan kenekatanya sebagai pegangan untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya.
Landasan Hukum
Peraturan perundangan yang digunakan sebagai dasar hukum yang mengatur dan
merupakan landasan dalam pengelolaan lingkungan pertambangan ini antara lain :
a) Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertambangan
b) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan UU Nomor 11
Tahun 1967.
d) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Pengelolaan Bahan Galian
golongan C.
e) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1986 tentang Penyerahan Sebagian Urusan
Pemerintahan di Bidang Pertambangan kepada Pemerintah Daerah Tingkat I.
f) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
g) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12/MENLH/3/1994 tentang
Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan.
h) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3/MENLH/2000 tentang
Kegiatan-kegiatan yang wajib AMDAL.
i) Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 388.K/008/MPE/1995 tentang
Pedoman Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan untuk Kegiatan Pertambangan Bahan Galian Golongan C.
j) Intruksi Mendagri Nomor 6 Tahun 1989 tentang Pengelolaan Lingkungan Lahan
Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C.
k) Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 1995 tentang Pertambangan Bahan Galian
Golongan C di Jawa Timur.
l) Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Jawa Timur Nomor 155 Tahun 1994 tentang
Pedoman Umum Penyusunan Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
m) Keputusan Kepala Dinas Pertambangan Daerah Propinsi Daerah tingkat I Jawa
Timur Nomor 06 Tahun 1997 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Dokumen UKL dan
UPL Pertambangan Bahan Galian Golongan C di Jawa Timur.
Komponen Lingkungan
Secara umum wilayah Kecamatan Singosari dan sekitarnya mempunyai iklim tropis
dengan musim penghujan dan kemarau secara bergantian. Curah hujan rata rata
antara 1800 2105 mm/tahun dengan suhu udara antara 28 33o C. Di lokasi rencana
penambangan tingkat kebisingan dan pendebuan sangat tinggi dan berarti.
Penumpukan debu ini terlihat pada jalan akses (makadam) yang menuju lokasi
tambang, dimana ketebalan debu penutup mencapai 5-10cm.
Topografi lokasi penambangan sirtu dan sekitarnya merupakan perbukitan
bergelombang/berelief kuat dengan kemiringan lereng antara 15 90o. Litologi utama
penyusun daerah tersebut adalah batuan endapan / sedimen piroklastik yaitu berupa
endapan lahar dingin dari Gunung Arjuno-Welirang. Terdiri dari kesatuan material
bongkah batuan beku dalam masa dasar pasir-kerikilan.
Penggunaan lahan pada dan disekitar lokasi penambangan adalah sebagai lahan
pertanian, perkebunan teh, dan perladangan. oleh pemilik lahan diharapkan bentuk
akhir penambangan berupa lahan/tanah yang datar, sehingga akan memudahkan
dalam pemanfaatan dan pengolahannya. Di sekitar lokasi rencana penambangan tidak
terdapat adanya bangunan penting.
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi wilayah pertambangan dan sekitarnya jenis
serta jumlah tanaman dan hewan yang terdapat di lokasi tersebut sangat terbatas dan
tidak dijumpai jenis tanaman maupun hewan yang dilindungi. Jenis tanaman yang ada
adalah tanaman budidaya dan beberapa tanaman keras lain. Sedang fauna atau hewan
yang ada berupa hewan liar seperti aneka burung, aneka serangga dan lain lain.
Mata pencaharian penduduk di daerah pertambangan adalah sebagai petani dan buruh
tani, pengrajin batu cowek, buruh perkebunan teh dan pedagang, serta ada sebagian
kecil sebagai PNS. Penghasilan penduduk yang bekerja sebagat petani khususnya di
sekitar daerah rencana penambangan sangat kecil dan tidak tetap setiap hari, karena
kegiatan pertanian yang berupa sawah dan tegalan tidak dapat dilakukan sepanjang
tahun, sehingga banyak tenaga kerja yang tidak dapat terserap pada sektor pertanian
tersebut. Dengan adanya kegiatan penambangan tersebut dapat membuka lapangan
kerja baru bagi penduduk yang belum bekerja atau petani yang berminat bekerja di
bidang pertambangan untuk meningkatkan/menambah penghasilan.
Sarana dan prasarana kesehatan dilokasi penambangan dan sekitamya terdapat di
permukiman / desa berupa unit Puskesmas Pembantu dan bidan desa, sehingga
masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara cepat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan aparat desa dan masyarakat sekitar lokasi
wilayah pertambangan diketahui bahwa masyarakat setuju dengan adanya kegiatan
penambangan Pasir Kuarsa di daerah tersebut. Persetujuan masyarakat tersebut
karena kegiatan penambangan mempunyai dampak positif yang cukup besar
khususnya dapat membuka lapangan kerja sehingga meningkatkan penghasilan dan
kesejahteraan, penduduk.
B. Aspek Biologi
B.1. Flora dan fauna
Dampak yang terjadi terhadap tanaman dan hewan yang ada dapat dikategorikan
sangat kecil karena tanaman yang ada hanya merupakan tanaman budidaya dan
sedikit tanaman keras dengan kondisi lahan tidak subur serta satwa yang ada tidak
terdapat jenis yang dilindungi, sehingga dampaknya dikategorikan negatif tidak
penting.
C. Aspek Sosekbud
C.1. Kesempatan Kerja
Kegiatan penambangan sirtu di Singosari akan berdampak positif terhadap terbuka
lapangan kerja.Kegiatan kegiatan yang diperkirakan akan menyerap tenaga kerja
tersebut adalah persiapan lahan, penambangan, dan pengangkutan serta reklamasi.
Disamping itu juga akan terbuka peluang usaha lain yang terkait baik langsung
maupun tidak langsung terhadap kegiatan penambangan. Dampak tersebut dapat
dikategorikan dampak positif dan akan berlangsung selama kegiatan penambangan.
C.2. Pendapatan
Pendapatan penduduk di sekitar lokasi penambangan diperkirakan akan meningkat
dengan adanya kegiatan penambangan sirtu yang akan dilakukan. Kegiatan yang
berdampak positif terhadap pendapatan masyarakat adalah penambangan,
pengangkutan, dan reklamasi serta peluang usaha lain yang sangat terkait dengan
kegiatan penambangan tersebut. Adanya perubahan lahan pasca penambangan yang
dapat berubah menjadi lahan perkebunan mangga juga berdampak positif terhadap
pendapatan penduduk. Dampak tersebut termasuk dampak positif dan akan
berlangsung dalam waktu yang tidak terbatas. Sedang diakhir penambangan
pemutusan hubungan kerja akan berdampak negatif terhadap pendapatan masyarakat
khususnya pekerja tambang dan pekerjaan informal baik secara langsung maupun
tidak langsung terkait dengan kegiatan penambangan.
C.3. Persepsi Masyarakat
Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan penambangan selama ini sangat positif.
Persepsi masyarakat yang positif tersebut dapat tercapai karena prioritas kerja
diberikan kepada penduduk setempat serta terbinanya hubungan baik antara
penambang dengan aparat dan penduduk setempat disamping upaya pengelolaan
lingkungan hidup yang baik.
C.4. Kesehatan
Dampak terhadap kesehatan masyarakat kemungkinan dapat terjadi khususnya
terhadap para pekerja tambang. Dampak yang kemungkinan dapat mengganggu
kesehatan antara lain terjadinya pendebuan akibat kegiatan pembersihan lahan dan
penambangan. Namun sampai dengan saat ini belum ada keluhan sakit para pekerja
tambang yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan.
b. Overlay zona layak industri tambang tersebut dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Lamongan untuk menghasilkan area/wilayah yang sesuai untuk
kegiatan pertambangan.
Alur pengolahan data spasial dalam tahapan analisa penataan kawasan pertambangan
ini dapat dirumuskan dalam bentuk diagram berikut :