Anda di halaman 1dari 10

Dampak Pertambangan dan Energi

January 20, 2008jujubandung

Jenis Kegiatan Pembangunan Pertambangan Dan Dampaknya pada Lingkungan; serta


Perencanaan Reklamasi Tambang

Pengelompokan Pertambangan Mineral dan Batubara

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2010, BAB I Pasal 2, pertambangan
mineral dan batubara dikelompokan ke dalam 5 (lima) golongan komoditas tambang :

1. Mineral radioaktif meliputi radium, thorium, uranium, monasit, dan bahan galian
radioaktif lainnya;
2. Mineral logam meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium, emas,
tembaga, perak, timbal, seng timah, nikel, mangan, platina, bismuth, molibdenum,
bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium, kromit, antimoni, kobalt,
tantalum, cadmium, galium, indium, yitrium, magnetit, besi, galena, alumina,
niobium, zirkonium, ilmenit, khrom, erbium, ytterbium, dysprosium, thorium, cesium,
lanthanum, niobium, neodymium, hafnium, scandium, alumunium, palladium,
rhodium, osmium, ruthenium, iridium, selenium, telluride, stronium, germanium, dan
zenotin;
3. Mineral bukan logam meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa,
fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika,
magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentoriit,
gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu
kuarsa, perlit, garam batu, Clay, dan batu gamping untuk semen;
4. Batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatonic, tanah
serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, trakhit,
lousit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper,
krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry
besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa
pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), urukan tanah setempat,
tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung
unsur mineral logam atau unsur mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti
ditinjau dari segi ekonomi pertambangan; dan
5. Batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gambut.

Dampak dari Sektor Energi dan Sumberdaya Mineral


Jadi bahan tambang : bahan alam yang diperoleh/diambil dari bumi dengan cara digali,
dipompa, disedot dan disemprot

Proses analisis

Jenis tambang

Tipe endapan bijih

Massive/ vein : bijih logam


Berlapis : batubara, bijih besi, sulfida
Lepas lepas/ loose : kerikil, pasir, emas placer

Teknik penambangan bahan galian (padat)

Permukaan
o Open pit (T. Terbuka)
o Aluvial
Bawah permukaan
o Open stoping
o Filled stoping

Keuntungan dan Kerugian dari masing-masing teknik penambangan

Konsep penambangan yang berwawasan lingkungan

Komponen lingkungan berupa iklim/ udara dari penambangan

Komponen lingkungan : batuan


Komponen lingkungan : geomorfologi

Komponen lingkungan : air (air permukaan & air tanah)


Komponen lingkungan : tanah

Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Menempatkan aspek lingkungan sedini mungkin dlm proses


pembangunan, pencegahan timbulnya dampak negatif akan jauh lebih efektif daripada
penanggulangan,
Mempertimbangkan aspek lingkungan pada setiap tahapan pembangunan,
Menerapkan prinsip efisiensi dan konservasi sumberdaya alam dan energi.

Hukum keberlanjutan

Laju kerusakan hutan tidak lebih cepat dari regenerasinya,


Kepunahan jenis (spesies) tidak melampaui evolusinya,
Laju erosi tanah tidak lebih besar dari kecepatan pembentukan tanahnya,
Emisi karbon tidak lebih besar dari fiksasi karbonnya,
Penangkapan ikan tidak melebihi kemampuan regenerasinya,
Laju kelahiran manusia tidak lebih tinggi dari laju kematiannya (Brown, 1994).
Landasan Kebijakan

UUD 45 Pasal 33 Ayat 1 :


o Hak Mineral (Mineral Right): hak mineral, hak tanah dan hak ruang berada di
tangan Negara dan dilaksanakan oleh Pemerintah (Pusat dan Daerah) sesuai
dengan kewenangannya.
o Hak Penambangan (Mining Right): Pemerintah sebagai penyelenggara Negara
harus mengetahui potensi sumberdaya minerbapabum yang ada dan
melakukan penetapan kebijakan serta tanggungjawab pengelolaan.
o Hak Pengusahaan (Ekonomi Right): BUMN dan badan usaha lainnya
menerima misi dari Pemerintah untuk melakukan pengusahaan dan
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya minerbapabum untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Beberapa UU dan regulasi terkait dalam pelaksanaan Kebijakan Minerbapabum a.l:
UU No 4/2009, UU PMA No 25/2007, UU Otonomi Daerah No 32/2004, UU
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah No 34/2004; PP 75/2001, Kepmen
1453/2000, dll

Perubahan dan Tantangan Baru

UU 11/1967 telah mengawal investasi (KK, PKP2B dan KP) selama lebih 42 tahun
dengan nuansa sentralistik.
Tantangan dan kesempatan baru (sejak krisis ekonomi 1997-98), a.l:
o demokratisasi
o otonomi daerah
o HAM
o pemberdayaan masyarakat
o lingkungan hidup dan ekonomi
terjadinya perubahan akibat kebijakan desentralistik termasuk pengelolaan
sumberdaya mineral dan batubara
Lahirnya UU No 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (12 Januari
2009)

Prinsip Utama UU No 4/2009 Minerba (1)

Menggantikan UU No. 11/1967 (Sentralistik)


o Konsisten dengan UUD 1945 ayat 33
o Mengakhiri skema kontrak namun menghormati keberadaan kontrak yang ada
o Memberikan kepastian hukum kepada semua pelaku pertambangan
o Menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi
UU Minerba mengamanatkan optimalisasi penerimaan negara
Ditetapkan Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), Wilayah Pertambangan Rakyat
(WPR) dan Wilayah Pencadangan Negara (WPN)
Skema Perizinan berdasarkan UU Minerba:
Izin Usaha Pertambangan (IUP):
o IUP eksplorasi dan IUP Operasi Produksi
o Izin Pertambangan Rakyat
o IUP Khusus (IUPK) pada area eks Wilayah Cadangan Negara
o IUP dan IUPK terbuka baik untuk investor dalam dan luar negeri melalui
lelang
Penetapan IUP melalui sistem lelang. IUPK bisa diberikan oleh izin menteri di ex
WPN (WUPK)
Klarifikasi wewenang dan ruang lingkup Pemerintah Pusat, Propinsi dan
Kabupaten/Kota.
Kewajiban Pemrosesan dan pemurnian logam harus dilakukan di Indonesia (aspek
nilai tambah).
Pengembangan masyarakat difokuskan pada kesejahteraan rakyat.
Demi kepentingan nasional, Pemerintah menetapkan domestic market obligation
(DMO) untuk mineral dan batubara.
Perusahaan tambang dengan skema IUPK memiliki kewajiban untuk membagikan
keuntungan bersih setelah produksi: 4% kepada Pemerintah 6% kepada Pemda.
Adanya mekanisme sangsi untuk pelanggaran
Adanya ketentuan peralihan bagi perjanjian/kontrak yang sudah ada (KK/PKP2B)

Konsep / Paradigma Lama tentang Pertambangan

Industri pertambangan untung


Tetapi :
o Nilai ekonomi kewilayahan turun,
o Lingkungan rusak,
o Tanpa pemberdayaan masyarakat,
Inharmoni = Penambangan Tanpa Ijin (PETI) marak

Paradigma Baru tentang Pertambangan

Industri pertambangan tetap untung


Diikuti oleh :
o Nilai ekonomi kewilayahan naik,
o Lingkungan kondusif,
o Keberdayaan masyarakat tumbuh,
Harmoni = PETI tidak ada
Pertambangan = pemicu pembangunan

Paradigma yang perlu diwujudkan

Menuju keharmonisan 4 faktor


o pertambangan,
o kewilayahan,
o lingkungan, dan
o kesejahteraan masyarakat.
Wilayah pasca tambang tumbuh sentra kegiatan ekonomi baru
Keuntungan pertambangan keuntungan sektor-sektor terkait

Mengapa akhir penutupan tambang dan perencanaan reklamasi harus dibuat / diusulkan
sebelum memulai menambang / menggali?

Semua kemungkinan pilihan pasca tambang dapat direncanakan sejak awal.


Mengukur keberhasilan akan lebih mudah untuk semua faktor yang akan ditentukan
di awal memulai menambang.
Masyarakat lokal sejak awal tahu dan berharap apa yang dapat dilakukan begitu
berakhirnya usaha penambangan.

Kebutuhan Pemda terkait pasca tambang

Keberlanjutan masa depan masyarakat lokal sekitar tambang


Tata ruang wilayah
Stabilitas lahan secara berkelanjutan
o Penggunaan topografi dan penanaman kembali.
o Tidak ada longsoran lahan atau amblesan tanah
Kualitas dan kuantitas air secara berkelanjutan
o Air asam tambang atau tumpukan sedimen halus
o Pengaturan kembali drainase dan aliran air di sekitar lahan bekas tambang
o Jangan sampai ada banjir atau pembajiran pada bekas tambang

Memilih penggunaan lahan pasca tambang

Minta masukan pada masyarakat lokal :

Keputusan penggunaan lahan pasca tambang dapat ditentukan bersama dengan


masyarakat lokal yang hidup di sekitar lahan bekas tambang.
Diusahakan bahwa nilai / fungsi lahan pasca tambang lebih baik / lebih bagus
sebelum adanya penambangan.
Sesuai / sinergi dengan perencanaan ruang wilayah sekitarnya.
Secara teknis lahan pasca tambang diusahakan dapat memberikan atmosfer iklim
lokal, soil, keindahan topografi yang lebih baik.
Dapat dimanfaatkan oleh masyarakat lokal secara optimal

Program Persiapan
Penutupan Tambang dan Perencanaan Reklamasi

1. Kebijakan dan komitmen perusahaan

Kebijakan dan komitmen Pelaku Usaha dalam hal ini mencakup keputusan dan
komitmen jangka panjang tentang upaya antisipatif terhadap implikasi negatif
penutupan tambang. Kebijakan dan komitmen ini tergantung pada banyak faktor,
antara lain faktor bahan galian yang ditambang, metoda penambangan, transportasi,
kondisi lingkungan dan kondisi masyarakat di lokasi tambang dan lain sebagainya.
Sebagai contoh kebijakan dan komitmen Pelaku Usaha adalah tentang lubang bekas
tambang apakah akan ditimbun kembali atau tidak. Kalau faktor alam tidak
memungkinkan untuk dilakukan pengisian lobang bekas tambang (backfilling), maka
kebijakan dan komitmen apa yang akan diambil oleh perusahaan dalam rangka
antisipasi implikasi negatif dari penutupan tambang.
Contoh dalam kebijakan dan komitmen sosial mencakup upaya peningkatan
kesejahteraan dan kapasitas masyarakat. Kebijakan dan komitmen pelestarian
keragaman hayati mencakup upaya melakukan survei keragaman hayati asal dan
kemudian melakukan budidaya untuk melestarikan.

2. Program Pelestarian Fungsi Lingkungan


Program pelestarian fungsi lingkungan harus mulai dilaksanakan sebelum lahan
ditambang. Program ini mencakup penelitian dan identifikasi fungsi-fungsi
lingkungan dan upaya melestarikannya. Program berisi upaya dan biaya pelestarian
fungsi lingkungan.
Fungsi lingkungan yang berkaitan dengan operasi pertambangan, antara lain fungsi
keragaman hayati, fungsi air permukaan dan air tahan, fungsi hutan sebagai resapan
air, fungsi lahan dalam kehidupan sosial budaya dan sebagainya.

3. Program Transformasi Sosial Secara Berkelanjutan

Program ini merupakan realisasi dari kebijakan dan komitmen Pelalu Usaha Tambang
dalam jangka panjang terhadap tujuan transformasi sosial guna meningkatkan
kesejahteraan kapasitas masyarakat yang berlanjut sampai era pasca tambang. Dalam
praktek Program Transformasi Sosial ini dijabarkan dalam program Community
Development / CSR dengan menerapkan prinsip community based, resourse based
dan sustainable.

4. Program Reklamasi Lahan Bekas Tambang

Program Reklamasi Lahan adalah program yang berkelanjutan dari awal sampai akhir
proses pertambangan. Program ini merupakan implementasi fisik dari program-
program lain dalam Program Persiapan Penutupan Tambang. Program Reklamasi
Lahan Bekas Tambang ini pada dasarnya terdiri atas Survei Penetapan Tujuan
Reklamasi.

Hak kepemilikan tanah pasca tambang, transformasi sosial pasca tambang

Hak kepemilikan tanah setelah digunakan untuk pertambangan belum diatur dalam
peraturan perundangan di Indonesia. UU No. 11 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok
Pertambangan hanya mengatur penggunaan tanah untuk pertambangan dengan ganti
rugi, sedang kepemilikan tanah setelah digunakan untuk pertambangan tidak diatur.
Akibatnya status kepemilikan tanah, terutama tanah milik pribadi dan milik adat
setelah digunakan untuk pertambangan menjadi tidak jelas.
Sesuai dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Berwawasan Lingkungan yang
berpusat pada kesejahteraan umat manusia dan karena tanah merupakan asset
ekonomi dan budaya bagi masyarakat, maka harus ada jaminan bahwa kepemilikan
tanah tidak gugur karena digunakan untuk pertambangan yang sifatnya sementara itu.
Dengan demikian maka pemilik tanah memiliki hak untuk mendapatkan kembali
tanah miliknya dalam keadaan produktif (menghasilkan). Dengan demikian tanah
akan merupakan sumber daya yang dapat menjamin kesejahteraan masyarakat secara
berkelanjutan. Akibatnya, Pelaku Usaha harus menentukan dan mengupayakan
kegiatan pasca tambang di sekitar tapak (site) pertambangan secara kontinyu baik dari
sisi aktivias sosial maupun pemulihan lingkungan yang harus mendapatkan
pemantauan dan pengelolaannya

Beberapa contoh lahan pasca tambang

Untuk pertanian
Untuk habitat liar
Hutan tanaman sejenis
Perumahan / permukiman
Kawasan industri
Lapangan golf atau arena rekreasi
Pemakaman umum
Hijauan makanan ternak

https://jujubandung.wordpress.com/2008/01/20/dampak-pertambangan-dan-energi/

Anda mungkin juga menyukai