Risiko Bencana
Longsor
1. Hujan 9. Pengikisan/Erosi
2. Lereng terjal 10. Adanya material timbunan pada tebing
3. Tanah yang kurang padat dan tebal 11. Bekas longsoran lama
4. Batuan yang kurang kuat 12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang
5. Jenis tata lahan tidak sinambung)
6. Getaran 13. Penggundulan hutan
7. Susut muka air danau atau bendungan 14. Daerah pembuangan sampah
8. Adanya beban tambahan
Pra Bencana Tanah Longsor
Berikut merupakan hal-hal yang dapat dilakukan sebelum terjadinya bencana tanah longsor menurut BNPB (2019):
1. Mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan maupun air tanah.
2. Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling
3. Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman dan fasilitas utama lainnya.
4. Terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras - teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke
dalam tanah).
5. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat
6. Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat.
7. Melakukan pemadatan tanah di sekitar perumahan. Pengenalan daerah rawan longsor.
8. Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
9. Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat ke dalam tanah.
10. Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya liquefaction (infeksi cairan).
11. Utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel.
12. Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan. Menanami kawasan yang gersang dengan tanaman yang memiliki
akar kuat
13. Tidak mendirikan bangunan permanen di daerah tebing dan tanah yang tidak stabil (tanah gerak).
14. Membuat selokan yang kuat untuk mengalirkan air hujan.
15. Waspada ketika curah hujan tinggi.
16. Jangan menggunduli hutan dan menebang pohon sembarangan.
Saat Bencana Tanah Longsor
1. Hindari wilayah longsor karena kondisi tanah yang labil. Apabila mendengar
suara sirine peringatan longsor, segera evakuasi
2. Apabila hujan turun setelah longsor terjadi, antisipasi longsor
susulan.
Daerah Rawan longsor
Ciri-ciri wilayah rawan longsor:
1. Daerah bukit, lereng dan pegunungan dengan kelerengan lebih dari 20 derajat.
2. Kondisi lapisan tanah tebal di atas lereng.
3. Sistem tata air dan tata guna lahan yang buruk.
4. Lereng terbuka atau gundul akibat penebangan pohon secara brutal.
5. Adanya retakan pada bagian atas tebing.
6. Terdapat mata air atau rembesan air pada tebing yang disertai dengan longsoran kecil.
7. Pembebanan yang berlebihan pada lereng seperti adanya bangunan rumah atau sarana
lainnya.
Gambar Peta wilayah rawan Longsor
Indonesia
Tindakan Pasca Longsor
1. Relokasi
• Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk tempat-tempat hunian, antara lain:
a. Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap).
b. Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan).
c. Vegetasi kembali lereng-lereng.
d. Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi hunian.
• Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi
kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah
longsor hampir 100%.
4. Tindakan Lanjut Pasca Rekonstruksi
• Hasil studi/penelitian pasca bencana merupakan salah satu pertimbangan dasar untuk perencanaan dan pengembangan pengelolaan bencana.
Investigasi Lapangan.
Pengumpulan data primer dan sekunder.
Analisis dan kajian penyebab bencana.
Kesimpulan.
Rekomendasi untuk Action Plan (Pengertiannya mulai 1 tahap studi lanjut yang komprehensif, 2. perencanaan, 3. pelaksanaan pemban -
gunan (perbaikan, pemeliharaan, pembangunan baru), 4. proses operasional dan 5. pemeliharaan, 6. monitoring dan evaluasi).
• Hasil penelitian merupakan salah satu referensi dalam menentukan pola pengelolaan bencana spasial secara lokal, regional, kabupaten/kota, propinsi
maupun nasional dan temporal untuk jangka pendek, menengah dan panjang.