Anda di halaman 1dari 16

Ancaman dan

Risiko Bencana
Longsor

Dr. Drs. Kusworo, M.Si/ Nadya Anggara Putri, S.E.,M.M


Tanah longsor dapat diartikan sebagai salah
satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,
ataupun percampuran keduanya, yang
menuruni atau keluar lereng akibat
terganggunya kestabilan tanah atau batuan
penyusun lereng (BNPB)
Jenis Tanah Longsor 6. Aliran Bahan
Rombakan
5. Rayapan
Tanah
Jenis-Jenis tanah Longsor 4. Runtuhan
menurut ESDM Batu
3. Pergerakan
Blok
2. Longsoran
Rotasi
1. Longsoran
Translasi
1. Longsoran Translasi 2. Longsoran Rotasi
Longsoran translasi adalah bergeraknya Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa
massa tanah dan batuan pada bidang tanah dan batuan pada bidang gelincir
gelincir berbentuk rata atau menggelombang berbentuk cekung.
landai.

3. Pergerakan Blok 4. Runtuhan Batu


Pergerakan blok adalah perpindahan batuan Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau
yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas.
rata. Longsoran ini disebut juga longsoran Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga
translasi blok batu. menggantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar
yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
5. Rayapan Tanah 6. Aliran Bahan Rombakan
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah
bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran
kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tergantung pada kemiringan lereng, volume dan
tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya
lama longsor jenis rayapan ini bisa terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai
menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa
rumah miring ke bawah. sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di
sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan
korban cukup banyak.
Gejala Umum Tanah Longsor

Berikut merupakan gejala-gejala umum munculnya tanah longsor:


• Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing
• Biasanya terjadi setelah hujan
• Munculnya mata air baru secara tiba-tiba
• Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
PENYEBAB TERJADINYA TANAH LONGSOR

1. Hujan 9. Pengikisan/Erosi
2. Lereng terjal 10. Adanya material timbunan pada tebing
3. Tanah yang kurang padat dan tebal 11. Bekas longsoran lama
4. Batuan yang kurang kuat 12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang
5. Jenis tata lahan tidak sinambung)
6. Getaran 13. Penggundulan hutan
7. Susut muka air danau atau bendungan 14. Daerah pembuangan sampah
8. Adanya beban tambahan
Pra Bencana Tanah Longsor
Berikut merupakan hal-hal yang dapat dilakukan sebelum terjadinya bencana tanah longsor menurut BNPB (2019):
1. Mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan maupun air tanah.
2. Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling
3. Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman dan fasilitas utama lainnya.
4. Terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras - teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke
dalam tanah).
5. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat
6. Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat.
7. Melakukan pemadatan tanah di sekitar perumahan. Pengenalan daerah rawan longsor.
8. Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
9. Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat ke dalam tanah.
10. Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya liquefaction (infeksi cairan).
11. Utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel.
12. Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan. Menanami kawasan yang gersang dengan tanaman yang memiliki
akar kuat
13. Tidak mendirikan bangunan permanen di daerah tebing dan tanah yang tidak stabil (tanah gerak).
14. Membuat selokan yang kuat untuk mengalirkan air hujan.
15. Waspada ketika curah hujan tinggi.
16. Jangan menggunduli hutan dan menebang pohon sembarangan.
Saat Bencana Tanah Longsor

1. Segera evakuasi untuk menjauhi suara gemuruh atau arah datangnya


longsoran.
2. Apabila mendengar suara sirine peringatan longsor, segera evakuasi
ke arah zona evakuasi yang telah ditentukan. (Beberapa wilayah di
Indonesia telah terpasang Sistem Peringatan Dini Longsor).
Pascabencana Tanah Longsor

1. Hindari wilayah longsor karena kondisi tanah yang labil. Apabila mendengar
suara sirine peringatan longsor, segera evakuasi
2. Apabila hujan turun setelah longsor terjadi, antisipasi longsor
susulan.
Daerah Rawan longsor
Ciri-ciri wilayah rawan longsor:
1. Daerah bukit, lereng dan pegunungan dengan kelerengan lebih dari 20 derajat.
2. Kondisi lapisan tanah tebal di atas lereng.
3. Sistem tata air dan tata guna lahan yang buruk.
4. Lereng terbuka atau gundul akibat penebangan pohon secara brutal.
5. Adanya retakan pada bagian atas tebing.
6. Terdapat mata air atau rembesan air pada tebing yang disertai dengan longsoran kecil.
7. Pembebanan yang berlebihan pada lereng seperti adanya bangunan rumah atau sarana
lainnya.
Gambar Peta wilayah rawan Longsor
Indonesia
Tindakan Pasca Longsor
1. Relokasi

• Menurut KBBI, rekolasi adalah pemindahan tempat.


• Prinsip-prinsip relokasi pengungsi adalah menjauhkan masyarakat dari bencana dan juga mempertimbangkan keinginan dari
masyarakat luas yaitu tempat yang aman dari bencana
• Dasar hukum ‘utama’ relokasi yang terdapat dalam UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana tidak memuat kaidah
yang mewajibkan atau memberi kuasa perintah bagi pemerintah melakukan relokasi
• Sehingga menegaskan bahwa relokasi merupakan pilihan ketika tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan untuk melakukan penang-
gulangan bencana.
• Artinya kegiatan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana lebih mengutamakan kegiatan pada setiap tahapannya daripada
melakukan relokasi. Relokasi dilakukan ketika memang suatu daerah memang tidak dapat ditoleransi rawan bencana atau potensi
terjadinya bencana sangat besar yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam kurun waktu yang lama.
2. Rehabilitasi
• Pelaksanaan kegiatan-kegiatan pemulihan - rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana harus dilaksanakan dalam kerangka
pengurangan risiko bencana yang akan datang.
• Oleh karena itu setelah kejadian bencana setiap kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi untuk memulihkan keadaan masyarakat supaya
bisa bangkit kembali dari keadaan keterpurukan harus dilakukan dalam kerangka PRB yang mengntisipasi terjadinya bencana yang
akan datang. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Melakukan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) berdasarkan analisis resiko bencana (termasuk rencana struktur, pola ruang
wilayah, dan penetapan kawasan dengan mempertimbangkan potensi resiko bencana yang telah ditetapkan lembaga berwenang)
2. Melaksanakan kegiatan pelatihan dan bantuan modal usaha untuk mengurangi ketergantungan masyarakat kepada sumber mata
pencarian yang tidak aman dan rawan bahaya.
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat pada pasca bencana untuk membangun kembali dan memperbaiki rumah, gedung dan
bangunan sejenisnya yang memenuhi standar teknis tata bangunan (arsitektur) dengan mempertimbangkan potensi resiko
bencana yang telah ditetapkan lembaga berwenang serta sesuai dengan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW).
4. Mengajak masyarakat pada pasca bencana untuk:
 Tidak membangun kembali rumah dan sejenisnya di tepi tebing, di kaki bukit, di lereng gunung berapi, di tepi sungai dan pinggir
pantai;
 Tidak menggantungkan kembali sumber mata pencariannya pada kegiatan yang tidak aman dan rawan bahaya (membuka lahan
dengan cara membakar, menambang batu/ pasir dan bahan tambang lain, membuang sampah di sungai atau saluran air dan
melakukan penebangan liar.
3. Rekonstruksi

• Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk tempat-tempat hunian, antara lain:
a. Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap).
b. Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan).
c. Vegetasi kembali lereng-lereng.
d. Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi hunian.
• Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi
kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah
longsor hampir 100%.
4. Tindakan Lanjut Pasca Rekonstruksi

• Hasil studi/penelitian pasca bencana merupakan salah satu pertimbangan dasar untuk perencanaan dan pengembangan pengelolaan bencana.
 Investigasi Lapangan.
 Pengumpulan data primer dan sekunder.
 Analisis dan kajian penyebab bencana.
 Kesimpulan.
 Rekomendasi untuk Action Plan (Pengertiannya mulai 1 tahap studi lanjut yang komprehensif, 2. perencanaan, 3. pelaksanaan pemban -
gunan (perbaikan, pemeliharaan, pembangunan baru), 4. proses operasional dan 5. pemeliharaan, 6. monitoring dan evaluasi).
• Hasil penelitian merupakan salah satu referensi dalam menentukan pola pengelolaan bencana spasial secara lokal, regional, kabupaten/kota, propinsi
maupun nasional dan temporal untuk jangka pendek, menengah dan panjang.

Anda mungkin juga menyukai