Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN

CALON AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI


“ASPEK BIDANG PEKERJAAN KONSTRUKSI & BIDANG PENGAWASAN
KESEHATAN DAN LINGKUNGAN KERJA”

Disusun Oleh :
1. I Dewa Nyoman Wira Prasidha
2. Budiyanto
3. Ahmad Mujayin
4. Ratno Timur
5. Sarah Kanuary Sembiring
6. Lukman Zaenudin Yusuf
7. Chusen Arif

Proyek Pembangunan Gedung Data Center HDC Cikarang

PT. Adhi Persada Gedung

Cikarang

1
2024

KATA PENGANTAR

Segala bentuk aktivitas konstruksi, meskipun merupakan langkah-langkah menuju


pembangunan dan kemajuan, tidak dapat diabaikan potensi risikonya terhadap kesehatan
dan keselamatan para pekerja yang terlibat di dalamnya. Pada kesempatan ini, kami
menghadirkan makalah yang mengupas secara mendalam tentang aspek kesehatan dan
keselamatan kerja di industri konstruksi.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan yang komprehensif mengenai risiko-
risiko yang mungkin dihadapi oleh para pekerja konstruksi, serta langkah-langkah
preventif dan tindakan pengendalian yang dapat diimplementasikan untuk memastikan
lingkungan kerja yang aman dan sehat.

Melalui pemahaman yang lebih baik terhadap dinamika di lapangan konstruksi,


diharapkan kita dapat bersama-sama berkontribusi dalam mengurangi insiden kecelakaan
dan penyakit yang terkait dengan pekerjaan konstruksi.

Melalui makalah ini, penulis berharap agar pembaca dapat memahami pentingnya
memprioritaskan kesehatan dan keselamatan kerja dalam setiap proyek konstruksi, serta
menjadi agen perubahan dalam memperjuangkan budaya kerja yang lebih aman dan
berkelanjutan.

Terima kasih atas perhatian dan dedikasi Anda untuk memahami serta meningkatkan
kesehatan dan keselamatan di industri konstruksi.

Salam,

Kelompok 2 Batch 109

Daftar Isi

2
BAB I............................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN............................................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................................4
B. Deskripsi Proyek.................................................................................................................................5
C. Standar Peraturan..............................................................................................................................5
D. Kebijakan Mutu K3L...........................................................................................................................7
E. Struktur Organisasi K3L Proyek Konstruksi terutama P2K3.........................................................8
BAB II............................................................................................................................................................10
MAKSUD DAN TUJUAN.............................................................................................................................10
BAB III...........................................................................................................................................................11
PERMASALAHAN DI LAPANGAN............................................................................................................11
A.Bidang Pekerjaan Konstruksi.............................................................................................................11
B Bidang Pengawasan Kesehatan dan Lingkungan Kerja.................................................................12
BAB IV...........................................................................................................................................................16
ANALISA.......................................................................................................................................................16
BAB V............................................................................................................................................................18
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................................................18
BAB VI...........................................................................................................................................................19
PENUTUP.....................................................................................................................................................19
LAMPIRAN...................................................................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan aktivitas kerja


manusia baik pada industri, manufaktur dan kontruksi, yang melibatkan mesin, peralatan,
penanganan material, alat kerja dan proses pekerjaannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Kesehatan kerja di dalam proyek
merupakan spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta praktiknya dengan mengadakan
penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit dalam lingkungan kerja melalui
pengukuran yang hasilnya digunakan untuk dasar tindakan korektif dan bila perlu
pencegahan kepada lingkungan tersebut, agar pekerja dan masyarakat sekitar
perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta dimungkinkan untuk mengecap
derajat kesehatan setinggi-tingginya.

Pembangunan gedung maupun infrastruktur sangat memerlukan penerapan


keselamatan kerja agar suatu pekerjaan berjalan dengan baik dan aman, jika penerapan
keselamatan yang buruk dapat merusak sistem manajemen di lapangan yang terkait
meliputi perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan keselamatan
dan kesehatan kerja (K3). Sistem Manajemen Keselamatan adalah bagian dari sistem
manajemen pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka menjamin terwujudnya
“keselamatan konstruksi”, yaitu pemenuhan standar keamanan, keselamatan, kesehatan
dan keberlanjutan yang menjamin keselamatan keteknikan konstruksi, keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja, keselamatan publik dan lingkungan.

Dengan adanya penerapan ini para pekerja diharapkan dapat melakukan


pekerjaannya dengan aman dan sehat serta meningkatkan kesadaran pekerja terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) agar tidak adanya kecelakaan kerja, oleh karena
itu untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan maka akan direncanakan
observasi penelitian di Proyek Pembangunan Gedung Data Center HDC Cikarang.

4
B. Deskripsi Proyek

Proyek Pembangunan Gedung Data Center HDC yang berada di Cikarang,


Bekasi,Jawa Barat yang membangun 4 lantai Gedung dikerjakan oleh Kontraktor PT. Adhi
Persada Gedung. Lokasi tempat pengambilan data – data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini yang dilakukan diproyek Proyek Pembangunan Gedung Data Center HDC
Cikarang. Berikut gambar lokasi yang diambil dari google earth untuk memperjelas letak
lokasi.

Gambar 1. Lokasi Proyek

C. Standar Peraturan

Standar dan peraturan perundang-undangan saat dibutuhkan untuk pekerjaan


Pembangunan Proyek Pembangunan Gedung Data Center HDC Cikarang. Berikut
resume Undang-undang dalam proyek Konstruksi

No Undang - Undang/Peraturan Menteri Tentang

1 UU No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja


SKB KEP 174/MEN/1986 & Kesehatan dan
2
104/KPTS/1986 keselamatan kerja
3 UU No.23 Tahun 1992 Kesehatan kerja
4 UU No.13 Tahun 2003 Ketenaga kerjaan
5 UU No.02 Tahun 2017 Jasa Konstruksi
6 Permenaker No 01/MEN/1980 Penggunaan Alat Perlindungan
Diri

5
7 Permenaker No 04/MEN/1980 Keselamatan & Kesehatan
Kerja pada Konstruksi
8 Permenaker No PER 09/MEN/2016 Keselamatan
Bangunan dan Kesehatan
Kerja dalam Pekerjaan Pada
Ketinggian
Tabel 1. Peraturan Perundang – Undangan
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat (2) Berbunyi “Tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
2. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3. Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
4. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
5. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2014 Pasal 16, Pasal 17 ayat (6), Pasal
25 ayat (3), Pasal 27 ayal (4), Pasal 28 ayat (4), Pasal 29 ayat (2), Pasal 31
ayat (3), Pasal 33, Pasal 56, dan Pasal 81 ayat (2) tentang Tenaga
Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012
Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang
Pengolahan Limbah Bahan Bahaya dan Beracun
8. Peraturan Presiden RI. No. 21 Tahun 2010 Tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan
9. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Lingkungan Kerja
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 4 Tahun 1987
Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) Serta
Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
11. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 2 Tahun 1992 tentang Tata Cara
Petunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3)
12. Peraturan Menteri Nomor PER-04/MEN/1995 tentang Perusahaan Jasa
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
13. Peraturan Menteri No. 03 Tahun 1978 tentang Peraturan Menteri Tenaga
Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Republik Indonesia Nomor: PER.
03/MEN/1978 Tentang Persyaratan Penunjukan dan Wewenang Serta

6
Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan Kerja dan Ahli Keselamatan
Kerja
14. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 1 Tahun 1980
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi
Bangunan
15. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 8 Tahun 2010
tentang Alat Pelindung Diri
16. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 9 Tahun 2016
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pekerjaan Ketinggian
17. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 9 Tahun 2020 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
18. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 6 Tahun 2017 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Elevator dan Eskalator
19. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per- 01/MEN/1976
tentang Wajib Latihan Hyperkes Bagi Dokter Perusahaan
20. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER 01/MEN/1979
Tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Bagi Paramedis Perusahaan
21. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per- 02/MEN/1992
Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
22. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010
23. Tentang Pedoman Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah
24. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. KEP-187/MEN/1999 Tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya
25. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor:
26. KEP-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan Pasal (1), Pasal
(2), Pasal (3), Pasal (4), Pasal (5), Pasal (6) dan Pasal (7)

D. Kebijakan Mutu K3L

Kebijakan Mutu K3L (Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan) adalah pernyataan


tertulis dari manajemen perusahaan yang menetapkan komitmen dan pendekatan
organisasi terhadap pencapaian tingkat mutu dan kinerja K3L yang tinggi. Kebijakan
ini menjadi landasan untuk mengembangkan tujuan dan program K3L di perusahaan.

7
Pembangunan Proyek Pembangunan Gedung Data Center HDC Cikarang
menerapkan kebijakan K3 mengacu kepada PP No. 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Gambar 2. Dokumentasi Kebijakan Mutu, K3L dan Anti Suap

E. Struktur Organisasi K3L Proyek Konstruksi terutama P2K3

Gambar 3. Struktur Organisasi P2K3

8
Tugas dan Tanggung Jawab
1. Ketua P2K3 mempunyai tugas yaitu :
- Memimpin seluruh rapat pleno P2K3 maupun menunjuk anggota untuk
memimpin rapat pleno
- Menentukan langkah serta kebijakan demi tercapainya pelaksanaan
berbagai program P2K3
- Bertanggung jawab kepada pelaksana K3 di suatu perusahaan ke
Disnakertrans Kota/Kabupaten setempat
2. Sekretaris P2K3 mempunyai tugas yaitu
- Melakukan pengelolaan administrasi surat-surat P2K3
- Mencatat data-data yang terkait dengan K3
- Memberikan bantuan dan saran demi suksesnya program K3 di suatu
perusahaan
3. Anggota P2K3 mempunyai peranan dalam melaksanakan program yang sudah
ada sesuai dengan divisi masing-masing. Selain itu juga bisa melaporkan
terhadap ketua terkait kegiatan yang sudah terlaksana

9
BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan yang dapat diambil dari hasil observasi lapangan yaitu;

1. Mengetahui apa saja penerapan K3 yang berada di Proyek Pembangunan Gedung


Data Center Cikarang
2. Mengetahui identifikasi bahaya dan risiko K3 yang berada di Proyek Pembangunan
Gedung Data Center Cikarang

Dengan dilaksanakannya Observasi lapangan akan menambah wawasan dan


pengetahuan dengan mengaplikasi di lapangan tentang bagaimana penting dan perlunya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi – aspek Kesehatan kerja dan
lingkungan kerja Proyek Pembangunan Gedung Data Center HDC Cikarang oleh PT. Adhi
Persada Gedung untuk memenuhi kelengkapan kurikulum Pelatihan Calon AHLI K3 yang
diselenggarakan oleh KEMENAKER RI bersama PT. MEDIATAMA ACADEMY selain
adanya materi kelas dan evaluasi maka perlu dilakukan observasi dilapangan tentang
pelaksanaan K3 untuk aspek kesehatan kerja dan lingkungan kerja, agar peserta dapat
dengan langsung mengimplementasikan kegiatan K3L.

10
BAB III

PERMASALAHAN DI LAPANGAN

A.Bidang Pekerjaan Konstruksi

a. Pekerjaan Pembesian
Kegiatan observasi lapangan dilakukan secara online melalui video pemaparan dan
juga wawancara dengan Bapak Dimas sebagai HSE Manager PT. Adhi Persada
Gedung di proyek tersebut. Proyek HDC Cikarang merupakan proyek yang berlokasi di
area Kawasan industri.
Dari hasil observasi yang kami lakukan pada proyek tersebut, kami mengamati bahwa
kegiatan konstruksi sudah menerapkan K3 dengan cukup baik seperti pada pekerjaan
pembesian, welder sudah menggunakan APD lengkap (Sarung tangan las, Kedok las,
Sepatu safety) ketika sedang bekerja di area fabrikasi dan juga memiliki kompetensi
sebagai juru las dari kemenaker. Untuk pekerjaan pengelasan (Hot Work) wajib adanya
Alat Pemadam Api Ringan (APAR), hanya saja penempatan APAR tersebut kurang
tepat karena posisinya berada di dalam box peralatan sehingga akan sulit dijangkau
saat diperlukan.

Gambar 4. Juru Las, Sertifikasi Juru Las, dan APAR

b. Mekanikal dan Eletrikal


Dari hasil observasi di lapangan, panel listrik sudah terpasang rambu-rambu
peringatan namun tidak menerapkan system LOTO.
LOTO merupakan singkatan dari "Lockout-Tagout," yang merujuk pada prosedur
pengunci dan penandaan untuk mengisolasi peralatan atau mesin yang sedang
dimatikan atau dinonaktifkan. Tujuan dari prosedur LOTO adalah untuk mencegah

11
energi yang berbahaya (seperti listrik, hidraulis, atau energi mekanis) dari peralatan
atau mesin yang dapat menyebabkan cedera serius atau fatal pada pekerja yang
sedang melakukan perawatan, perbaikan, atau perawatan preventif.

Gambar 5. Panel Listrik TC Tanpa LOTO


c. Pekerjaan Perancah
Dari hasil wawancara kami dengan narasumber, bahwa setiap pemasangan perancah
diawasi langsung oleh supervisor Perancah yang telah bersertifikasi. Material perancah
yang digunakan adalah jenis frame. Dari pengamatan kami, scaffolding yang
digunakan telah dilakukan inspkesi dengan ditandai terpasangnya tagging hujau. Akan
tetapi diarea lain ada yang tidak memiliki tagging dan sudah digunakan oleh pekerja
dan juga pemasangan perancah tidak sesuai dengan aturan seperti tidak ada transom,
ledger, toe board, mid rail dan hand rail, tangga, flatform kerja yang kurang memadai,
dll.

Tag hijau

Gambar 6. Penggunaan Perancah

B Bidang Pengawasan Kesehatan dan Lingkungan Kerja

a. Pemeriksaan Kesehatan Karyawan dan Pekerja


Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara kepada Pak Dimas, Project HSE
Manager yang bertugas saat itu dimana adanya pemeriksaan kesehatan terhadap para

12
pekerja di lapangan dan karyawan office dilakukan rutin setiap tahun. Pemeriksaan
rutin setiap tahun meliputi pemeriksaan Kolesterol, Gula Darah dan Asam Urat khusus
untuk karyawan yang berada di kantor proyek. Bagi pekerja dipersyaratkan yang
masuk ke area proyek wajib mempunyai surat keterangan sehat dari dokter.

Gambar 7. Regular Medical Check Up

b. Lingkungan Kerja (Kantin, TPS, Pekerja, Los Kerja)


Proyek telah menyediakan lokasi kantin untuk kebutuhan makan dan minum para
pekerja, termasuk barak pekerja untuk keperluan istirahat para pekerja yang lokasinya
berada dilingkungan proyek. Jadwal kebersihan area barak sudah dibuat dan
dilaksanakan dengan baik oleh kontraktor

Gambar 8. Jadwal Piket dan Area Kantin


c. Pembuangan Limbah Sampah Proyek
Dari observasi yang dilakukan terhadap limbah proyek, kontraktor telah melaksanakan
penanganan limbah dan juga bekerjasama dengan pihak ketiga sesuai dengan jadwal
yang telah disepakati. Untuk limbah B3, menurut keterangan dari narasumber, sudah
ditangani oleh pihak ketiga yang memiliki ijin pengelolaan limbah B3, namun kami tidak
mendapatkan bukti dokumen pengelolaan limbah B3 tersebut seperti dokumen
manifest limbah B3 dimana hal ini merujuk pada Permen LH No. 6 Tahun 2021 tentang
Tata cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah B3.

13
Temuan yang kami dapatkan terkait penanganan limbah di proyek HDC adalah limbah
di TPS proyek tidak dilakukan segregasi atau pemisahan sesuai dengan kategori
(Organik dan anorganik)

Gambar 9. Area TPS


d. Kebisingan Lingkungan
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi dan atau alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran. Pengukuran kebisingan sudah dilakukan oleh kontraktor
untuk memastikan lingkungan sekitar tidak terpapar suara bising yang melebihi nilai
ambang batas.

Gambar 10. Test Air dan Noise

e. Fasilitas Sanitasi, MCK dan Air Bersih


Pada Proyek ini pihak kontraktor telah membangun fasilitas MCK yang cukup memadai
(10 unit MCK) di area barak pekerja, serta sumber air bersih yang berasal dari air
tanah (Sumur Bor) yang ditampung di beberapa tangki penampungan air bersih. Pihak
kontraktor juga melakukan pengecekan terhadap kualitas air tanah yg di BOR sebelum
digunakan oleh para pekerja.

14
Gambar 11. MCK Temporary
Dari observasi fasilitas MCK yang disediakan kontraktor, kami melihat bahwa
pencahayaan yang kurang terutama dimalam hari dikarenakan jumlah lampu
penerangan yang tidak memadai.

15
BAB IV

ANALISA

Dari hasil observasi lapangan terkait dengan permasalahan di lapangan, kami


melakukan Analisa sebagai berikut :

A. Bidang Pekerjaan Konstruksi


1. Pada pekejaan pembesian, di area fabrikasi penggunaan APD wajib oleh welder
(Sarung tangan las, Kedok las dan sepatu safety) sudah sesuai dengan peraturan
dalam HSE Plan proyek HDC dan Permenakertrans No. 8 tahun 2010 tentang Alat
Pelindung Diri.
pekerja sudah mempunyai kompetensi juru las bersertifikat dari kemenaker no. 2
tahun 1982 tentang Kualifikasi Juru Las.
Penempatan APAR tidak sesuai dengan permenaker no. 4 tahun 1980 tentang
Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR Bab II Pemasangan, pasal 4
bahwa APAR harus mudah terlihat, diambil dan dilengkapi tanda pemasangan
2. Pemasangan panel listrik tower crane tidak terdapat barricade untuk mencegah
pekerja yang tidak berkepentingan mendekati area berbahaya dan sistem LOTO
tidak implementasikan. Hal ini penting diimplementasikan dilapangan sesuai denga
undang-undang no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja BAB III, Pasal 3
Syarat-syarat keselamatan kerja.
3. Pemasangan peracah tidak aman dan tidak sesuai dengan syarat-syarat
pemasangan menurut permenaker No. 1 tahun 1980 tentang K3 pada Konstruksi
Bangunan BAB III, Pasal 12 tentang Perancah. Dimana syarat- syarat tersebut
antara lain perancah haru diberi toe board, bracing, flatform kerja yang rapat dan
diperiksa sebelum digunakan dan diberi tag hijau.
Adanya inkonsistensi pada perancah di proyek HDC, ditemukan beberapa
scaffolding tidak terpasang tag hijau namun sudah digunakan oleh pekerja. Ada
juga perancah yang belum lengkap tetapi sudah digunakan.
4. Pemerikasaan kesehatan rutin dilakukan setiap tahun untuk staff PT. APG yang
sudah sesuai dengan permenaker no. 2 tahun 1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja. Namun untuk pekerja hanya dipersyaratkan surat
keterang sehat dari dokter, dimana seharusnya minimal pemeriksaan fisik lengkap,
rontgent paru-paru dan pemeriksaan laboratorium yang menyatakan Fit to Work.
5. Pengelolaan limbah B3 dan Non B3 sudah dilakukan oleh kontraktor dengan
menyediakan tempat sampah sesuai dengan jenis. Namun, pada saat observasi ke

16
lokasi TPS sampah tersebut tidak dilakukan segregasi atau pemisahan seperti yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah tangga, pada pasal
18 ayat 4 poin a diatur mengenai sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi
paling sedikit 5 jenis sampah, hal ini sebagai upaya untuk pemilahan sampah.
6. Dalam peraturan Menteri ketenagakerjaan No. 5 tahun 2018 tentang K3
Lingkungan Kerja pasal 2 terdapat syarat-syarat antara lain : pengendalian faktor
fisika, kimia agar berada di bawah NAB, pengendalian Faktor biologi, ergonomic
dan psikologi kerja agar memenuhi standar, penyediaan fasilitas kebersihan sarana
hygiene di tempat kerja.Terkait hal ini, :
- kontraktor telah mengimplentasikan program kebersihan secara rutin dengan
adanya jadwal kebersihan untuk memastikan kondisi kantin, barak, MCK, area
konstruksi tetap terjaga kebersihannya. Namun terkait dengan pengendalian
factor fisika dalam hal ini pencahayaan di area Kantin dan MCK masih kurang
memadai (standar pencahayaan area kantin adalah 100 lux).
- Pengujian kebisingan sudah rutin dilakukan untuk memastikan tingkat
kebisingan berada di bawah NAB (85 desible)
- Pengujian air bersih sudah dilakukan sebelum digunakan dan secara rutin diuji
setiap 6 bulan.
- Kontraktor telah menyediakan fasilitas MCK untuk para pekerja di area barak
sebanyak 10 unit. Jumlah tersebut mencukupi untuk pekerja berjumlah 250
orang dimana menurut regulasi untuk jumlah pekerja 81-100 orang adalah 6
toilet dan setiap penambahan 40 orang ditambahkan 1 toilet.

17
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
Secara keseluruhan berdasarkan observasi lapangan dan sesi tanya jawab yang
sudah dilakukan pada Proyek Gedung Data Center HDC PT. Adhi Persada Gedung
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ), serta Pengawasan K3 Kontruksi
di tempat kerja dilingkungan tersebut sudah sesuai dengan undang undang No. 1
Tahun 1970 tentang keselamatan Kerja.
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Konstruksi untuk Aspek kesehatan
kerja dan lingkungan kerja untuk proyek Pembangunan Gedung Data Center HDC
Cikarang hampir semua point yang diobservasi sudah mengikuti dan dijalankan sesuai
dengan regulasi yang ada hanya pada implementasinya di lapangan ada yang belum
terpenuhi, dimana terdapat beberapa, yaitu;
- Inkonsistensi pada pemasangan dan inspeksi perancah
- Pemsangan barricade untuk area-area berbahaya
- Pemasangan APAR tidak sesuai
- Masih ada pekerja yang tidak menggunakan APD yang sesuai pekerjaannya

B. SARAN
- Kontraktor harus lebih fokus terhadap implementasi penerapan K3 yang telah
disetujui bersama baik dari pihak Manajemen maupun seluruh pekerja.
- Temuan ketidaksesuaian dalam observasi dapat dijadikan pencatatan dan
masukan untuk manajemen Proyek Gedung Data Center HDC PT. Adhi Persada
Gedung

18
BAB VI

PENUTUP

Demikian hasil observasi yang telah kami lakukan di proyek Pembangunan Gedung
Data HDC 5 lantai di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat dan diharapkan dengan temuan -
temuan yang telah kami sampaikan dapat memberikan pembelajaran bagi kita semua
untuk tetap memperhatikan K3 dalam lingkungan kerja kita dan bisa juga kita terapkan
dalam kehidupan sehari - hari kita.

semoga laporan ini dapat memberikan manfaat untuk penulis selaku peserta
pembinaan Ahli Muda K3 Konstruksi, dan untuk para pembaca. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada para Instruktur, penyelenggara dan rekan-rekan peserta pembinaan
Ahli Muda K3 Konstruksi yang sudah Bersama-sama dalam menyelesaikan pelatihan ini.

19
LAMPIRAN

1. HSE PLAN

20

Anda mungkin juga menyukai