Anda di halaman 1dari 53

BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA INSAN


PONTIANAK -2016
BUKU PEDOMAN
PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA INSAN


PONTIANAK
2016
AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA INSAN

BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN


KESELAMATAN KERJA

NO. SK

PEDOMAN PELAKSANAAN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

TIM PENYUSUN :
Frengki Rixen, S. Kep, Ners
Amandus Punggak, SE
KATA PENGANTAR

Sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Sistem Manajemen K3) merupakan bagian dari sistem manajemen
secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Tujuan dan sasaran
Sistem Manajemen K3 adalah untuk menciptakan suatu sistem keselamatan dan
kesehatan di tempat kerja dengan melibatkan unsure manajemen, tenaga kerja, kondisi
dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif.
Barkaitan dengan hal tersebut diatas, maka diperlukan Pedoman Pelaksanaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) maupun penyediaan sarananya. Pedoman
Pelaksanaan K3 ini disusun dan ditujukan khususnya untuk kepentingan dosen,
mahasiswa dan karyawan di lingkungan Akper Dharma Insan dengan tujuan untuk
memastikan komitmen Akper Dharma Insan dalam hal penerapan K3 bisa terlaksana
secara rutin dan berkelanjutan.
Untuk itu seluruh dosen, mahasiswa dan karyawan maupun pihak-pihak terkait
diwajibkan melaksanakan dan mentaati ketentuan-ketentuan standar K3 yang
disyaratkan dalam buku pedoman ini, dengan demikian pencegahan terhadap hal-hal
yang tidak diinginkan dapat dihindari.
Atas perhatian dan kerjasama semua pihak, saya ucapkan terima kasih.

Pontianak, 24 Maret 2016

Penyusun
KEBIJAKAN K3

Sudah menjadi kebijaksanaan agar setiap dosen, mahasiswa dan karyawan


mendapatkan tempat yang aman dan sehat dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Pada
prinsipnya semua pihak harus berupaya serta mengambil langkah-langkah positif
sehingga seluruh dosen, mahasiswa dan karyawan terjamin dan bekerja dengan aman dan
sehat.
Secara garis besar, kebijakan ini adalah:
1. Meningkatkan kesadaran dan memberikan pengertian bahwa kecelakaan itu dapat
dicegah.
2. Memberikan pengertian bahwa target utama K3 adalah “zero accident”.
3. Mengutamakan keselamatan dosen, mahasiswa dan karyawan dari penggunaan
peralatan dan bahan di Laboratorium.
4. Menjamin bahwa semua dosen, mahasiswa dan karyawan telah mengetahui dan
melaksanakan pekerjaannya secara produktif yaitu dengan cara yang aman melalui
petunjuk yang benar, instruksi pekerjaan yang tepat, instruksi pemakaian peralatan
yang tepat, instruksi pemakaian bahan yang tepat melalui pengawasan yang tepat.
5. Menyediakan fasilitas, peralatan, perlengkapan keselamatan kerja yang layak dan
memadai serta menjamin akan digunakan secara tepat.
6. Memastikan bahwa yang diminta dan direkomendasikan dalam kebijakan K3 telah
diikuti.
7. Meningkatkan perlindungan dan pelestarian lingkungan dalam segala aktivitas dan
8. meminimumkan kerusakan yang mungkin terjadi akibat aktivitas tersebut.
Semua dosen, mahasiswa dan karyawan harus sudah mengetahui akan tanggung
jawabnya masing-masing termasuk peduli akan kesehatannya, keselamatannya dan
lingkungan ditempat kerja, sehubungan dengan kebijakan diatas.
DAFTAR ISI

Hal.
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... iv
KEBIJAKAN K3 ............................................................................................................................. v
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN .......................................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................................ ix
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Penjelasan Umum .............................................................................................. 1
B. Tujuan ...................................................................................................................... 2
C. Sasaran .................................................................................................................... 2
D. Ruang Lingkup ..................................................................................................... 3
E. Referensi ................................................................................................................. 3
F. Istilah dan Definisi .............................................................................................. 4
G. Alur K3 Akper Dharma Insan ......................................................................... 6
H. Diagram alur pengendalian bahaya potensial di
Laboratorium ........................................................................................................ 7
BAB 2 KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM
A. Program Pelayanan Kesehatan Kerja ......................................................... 8
B. Pelayanan Preventif ........................................................................................... 8
C. Pelayanan Promotif ............................................................................................ 8
D. Pelayanan Kuratif ................................................................................................ 9
E. Pelayanan Rehabilitatif ..................................................................................... 9
F. Bahaya Potensial Di Laboratorium Akper Dharma Insan .................. 10
G. Pengaturan Ruang di Laboratorium Akper Dharma Insan ................ 12
H. Alat Pelindung Diri (APD) ................................................................................ 13
I. Persyaratan Kesehatan Kerja Di Perkantoran ........................................ 22
BAB 3 MANAJEMEN K3 PADA GEDUNG PERKULIAHAN
A. Persyaratan Keselamatan Bangunan Gedung ......................................... 26
B. Persyaratan kemampuan bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran ............................................................................................................... 27
BAB 4 PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
A. Tahap Persiapan (Komitmen dan Kebijakan) ......................................... 33
B. Tahap Perencanaan ............................................................................................ 33
C. Tahap Pengorganisasian .................................................................................. 35
BAB 5 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR BAGAN

Nomor Judul Bagan

Bagan 1.1 Alur K3 Akper Dharma Insan


Bagan 1.2 Diagram Alur Pengendalian Bahaya Potensial
Bagan 4.1 Prinsip penerapan sistem manajemen K3
Bagan 4.2 Struktur Organisasi K3 Akper Dharma Insan
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul gambar

Gambar 2. 1 Respirator-Disposible paper mask


Gambar 2. 2 Pemakaian pelindung muka (face shields)
Gambar 2. 3 Pemakaian masker pada tindakan
Gambar 2. 4 Cara pembuangan masker
Gambar 2. 5 Sarung tangan (handscoon)
Gambar 2. 6 Penggunaan sarung tangan (handscoon)
Gambar 2. 7 Penggunaan skort
Gambar 2. 8 Penggunaan skort pada saat tindakan
Gambar 2. 9 Penggunaan jas laboratorium
Gambar 3. 1 Alat Pemadam kebakaran
Gambar 3. 2 Penanda jalur evakuasi
Gambar 3. 3 Jalur evakuasi
Gambar 3. 4 Penanda jalan licin
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Penjelasan Umum

Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan ba


masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang
faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (d
Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Se
kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau kronis (sementar
dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efe
dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan m
diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan
kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerj
Sasaran kesehatan kerja khususnya adalah para pekerja
lingkungan Akper Dharma Insan. Melalui usaha kesehatan penc
kerja masing-masing dapat dicegah adanya penyakit akibat
lingkungan maupun akibat aktivitas dan produk Akper Dha
masyarakat konsumen baik di lingkungan Akper Dharma Insan
luas.
Tujuan kesehatan kerja adalah:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyara
lapangan pekerjaan ke tingkat yang setinggi-tingginya, baik
kesehatan sosial.
metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja y
menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari
Pada hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari di
problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif t
yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu:
1. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-la
2. Beban kerja: fisik maupun mental.
3. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antar
debu, parasit, dan lain-lain.
Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai
yang optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat m
kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat ker
akan menurunkan produktifitas kerja.

B. Tujuan
Buku pedoman ini disusun dengan tujuan untuk memas
Akper Dharma Insan dalam hal penerapan K3 bisa terlaksa
berkelanjutan.

C. Sasaran
Sasaran kesehatan kerja di lingkungan Laboratorium
adalah Dosen, Mahasiswa dan Karyawan yang terlibat langsu
kerja dan material serta lingkungan sekitarnya. Sasaran yang di
K3 Akper Dharma Insan adalah:
1. Menghindari adanya kecelakaan kerja.
Dharma Insan menetapkan persyaratan untuk Sistem Manajeme
Dharma Insan dapat :
1. Mengendalikan resiko K3 dan meningkatkan kinerjanya.
2. Menetapkan sistem manajemen K3 untuk mengurangi
mahasiswa dan karyawan serta pihak lain yang berkepen
mengalami bahaya K3 akibat kegiatannya.
3. Menerapkan, memelihara dan melakukan perbaikan system
berkelanjutan. Tingkat penerapannya akan bergantung p
seperti kebijakan organisasi K3, sifat kegiatan dan resiko s
pekerjaan.

E. Referensi
Adapun dasar hukum yang terkait dengan pelaksanaan s
antara lain:
1. UU No.1 tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Ke
2. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1996 tenta
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagaker
5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-187/Men/1
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No: PER.05/MEN/1996 tent
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
7. Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit
hubungan Kerja.
1. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) adalah kondi
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pegawai atau p
pekerja sementara), pengunjung atau orang lain di daerah ke
2. Organisasi adalah unit kerja dan/atau unit kegiatan lainnya
Dharma Insan yang memiliki tugas dan administrasinya send
3. Manajemen puncak adalah seseorang yang memiliki wew
jawab tertinggi dalam organisasi.
4. Kinerja K3 adalah hasil yang dapat diukur dari risiko K3 p
organisasi. Pengukuran kinerja meliputi pengukuran efe
organisasi. Dalam konteks Sistem Manajemen K3, hasil juga d
kebijakan K3, sasaran K3, dan persyaratan kinerja K3 lainny
5. SMK3 (Sistem Manajemen K3) adalah bagian dari sistem m
yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan ke
risiko K3-nya serta menumbuhkembangkan budaya kesel
manajemen adalah rangkaian unsur saling terkait yan
menetapkan kebijakan dan sasaran, serta untuk mencap
Sistem manajemen meliputi struktur organisasi, kegiatan pe
penilaian risiko dan penetapan sasaran), tanggung jawa
proses dan sumber daya.
6. Perbaikan berkelanjutan adalah proses berulang untuk
untuk mencapai kesempurnaan dalam kinerja k3 secara k
dengan kebijakan organisasi dan kebijakan K3.
7. Risiko adalah gabungan dari kemungkinan terjadinya baha
keparahan luka atau gangguan kesehatan yang dapat dise
atau paparan.
kematian. Insiden tanpa terjadi cedera, gangguan keseh
disebut pula sebagai “kejedian nyaris celaka” (near-miss) ata
Keadaan darurat merupakan jenis tertentu dari insiden.
11. Audit adalah proses yang sistematis, independen dan te
memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara obyek
sejauh mana kriteria audit telah dipenuhi. Independen
organisasi. Dalam banyak hal, terutama pada organisa
independen dapat ditunjukkan dengan ketidakterlibatan d
ada kegiatan yang diaudit. Bukti audit adalah rekaman, per
atau informasi lain yang relevan dengan kriteria audit d
Kriteria audit adalah sekumpulan kebijakan, prosedur atau p
G. Alur K3 Akper Dharma Insan

K3

Pengendalian Pengendalian Administratif Penggunaan APD


Teknis
1. Praktek kerja sesuai dengan SOP 1. Gunakan baju laboratorium pada
yang ada. saat memasuki ruang praktikum.
Isolasi Ventilasi 2. Pemeliharan alat laboratorium 2. Gunakan masker pada saat
dan alat penunjang pelaksanaan tindakan yang
Ruang praktikum Tiap Ruang penanggulangan bahaya lainnya. memerlukan marker sesuai SOP.
berada pada lantai praktikum memiliki 3. Pendidikan dan latihan cara kerja 3. Gunakan sarung tangan karet pada
yang sama untuk Air Conditioner (AC) yang benar sesuai dengan SOP. saat bekerja dengan bahan kimia
menghindari untuk menjaga suhu 4. Pemantauan cara kerja dan yang bersifat iritatif dan human
adanya pajanan ruangan tempat kerja secara terus translation, misalnya: cairan
bahan yang penyimpanan alat menerus. desinfektan, cairan tubuh (darah,
beresiko terhadap dan ruang air kemih, dll).
ruang lainnya praktikum tetap 4. Gunakan skort pada pelaksanaa
stabil tindakan yang memerlukan skort
Bagan. 1. 1 sesuai SOP
Alur K3 Akper Dharma Insan
5. Gunakan alas kaki pada saat
memasuki laboratorium

K3 AKPER Dharma Insan| 6


H. Diagram alur pengendalian bahaya potensial di Laboratorium

Bahaya potensial dari


bahan dan peralatan
Laboratorium

Pengendalian Pengendalian Penggunaan


Teknis Administratif APD

Analisis Resiko

Berhasil Tidak
diperlukan
Pengendali
an lanjut

Tidak Berhasil Perlu


Pengendali
an lanjutan

Bagan 1.2
Diagram alur pengendalian bahaya potensial di Laboratorium

K3 AKPER Dharma Insan| 7


BAB 2
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

A. Program Pelayanan Kesehatan Kerja


Sebagaimana pelayanan kesehatan masyarakat pada umumnya, pelayanan
kesehatan masyarakat pekerja di Laboratorium dilaksanakan dengan pendekatan
menyeluruh (komprehensif) yaitu meliputi pelayanan preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif.

B. Pelayanan Preventif
Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja,
penyakit menular dilingkungan kerja dengan menciptakan kondisi pekerja dan mesin
atau tempat kerja agar ergonomis, menjaga kondisi fisik maupun lingkungan kerja
yang memadai dan tidak menyebabkan sakit atau mebahayakan pekerja serta
menjaga pekerja tetap sehat.
Kegiatannya antara lain meliputi:
1. Kesehatan lingkungan kerja.
2. Perlindungan diri terhadap bahaya dari pekerjaan.
3. Penyerasian manusia dengan mesin dan alat kerja.
4. Pengendalian bahaya lingkungan kerja agar ada dalam kondisi aman

C. Pelayanan Promotif
Peningkatan kesehatan (promotif) pada pekerja dimaksudkan agar keadaan
fisik dan mental pekerja senantiasa dalam kondisi baik. Pelayanan ini diberikan
kepada tenaga kerja yang sehat dengan tujuan untuk meningkatkan kegairahan kerja,
mempertinggi efisiensi dan daya produktifitas tenaga kerja di lingkungan
Laboratorium Akper Dharma Insan.
Kegiatannya antara lain meliputi:
1. Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan kerja.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja yang sehat.
3. Peningkatan status kesehatan (bebas penyakit) pada umumnya.
4. Perbaikan status gizi.

K3 AKPER Dharma Insan| 8


5. Konsultasi psikologi.
6. Olah raga dan rekreasi.

D. Pelayanan Kuratif.
Pelayanan pengobatan terhadap tenaga kerja yang menderita sakit akibat
kerja dengan pengobatan spesifik berkaitan dengan pekerjaannya maupun
pengobatan umumnya serta upaya pengobatan untuk mencegah meluas penyakit
menular dilingkungan pekerjaan. Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang
sudah memperlihatkan gangguan kesehatan/ gejala dini dengan mengobati
penyakitnya supaya cepat sembuh dan mencegah komplikasi atau penularan terhadap
keluarganya ataupun teman kerjanya.
Kegiatannya antara lain meliputi:
1. Pengobatan terhadap penyakit umum.
2. Pengobatan terhadap penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

E. Pelayanan Rehabilitatif.
Pelayanan ini diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau
kecelakaan parah yang telah mengakibatkan cacat, sehingga menyebabkan
ketidakmampuan bekerja secara permanen, baik sebagian atau seluruh kemampuan
bekerja yang baisanya mampu dilakukan sehari-hari.
Kegiatannya antara lain meliputi:
1. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang
masih ada secara maksimal.
2. Penempatan kembali tenaga kerja yang cacat secara selektif sesuai
kemampuannya.
3. Penyuluhan pada masyarakat dan pengusulan agar mau menerima tenaga kerja
yang cacat akibat kerja.

F. Bahaya Potensial Di Laboratorium Akper Dharma Insan


Bahaya potensial di Laboratorium Akper Dharma Insan dibagi menjadi lima
perantara diantaranya: Chemical agent, Physical agent, Biological agent, Psycological
agent.

K3 AKPER Dharma Insan| 9


1. Chemical agent
Bahan-bahan kimia yang berpotensi menimbulkan bahaya di Laboratorium Akper
Dharma Insan adalah:
a. Bahan mudah terbakar
Terdiri dari : Spiritus, alcohol, oksigen (gas)
b. Cairan elektrolit
Terdiri dari : Ringer Laktat, Ringer Asetat, Dextrose, cairan oralit.
c. Bahan cairan lainnya
Terdiri dari : Cairan transfusi darah, detol, wipol, H2O2, lisol, betadine,
savlon, minyak telon, baby oil, shampo, freshcare, obat sirup,
gliserin, vaselin, xylocain jelly, aquades, cairan pembersih
mata (insto), obat tetes mata, (erlamycetin), zalf
hidrocortison.
2. Physical agent
Bahan-bahan yang berpotensi menimbulkan bahaya di Laboratorium Akper
Dharma Insan adalah:
a. Bahan tajam beresiko
Terdiri dari : Set ganti verban (pinset anatomis dan cirurgis, nalpuder,
gunting jaringan, klem arteri), abocath, spuit, gunting tali
pusat, gunting anatomis, gunting plester, jarum heacting,
gunting kuku, alat cukur, bisturi.
b. Bahan tumpul beresiko
Terdiri dari : Senter, stethoscope, pnggaris, meteran, thermometer, piala
ginjal, tabung kimia, folley catheter, tourniquet, bak
instrument, pispot, urinal pot, spatel lidah, timbangan,
garputala, cermin mulut, corong NGT, gelas ukur, alat tamping
urine, kursi roda, alat EKG, infuse pump, syringe pump, mayo,
alat suction, lampu sorot, tabung, tensimeter, speculum
hidung, speculum telinga, alat tenun, hammer, sikat gigi,
handscoen, kaps, kassa, urine bag, plester, tiang infuse,
irrigator, piring, sendok dan gelas, selang NGT, selang oksigen,
masker oksigen, ambu bag, elastic bandage, nebulizer, kom,

K3 AKPER Dharma Insan| 10


catheter kondom, nampan, trolley, spuit gliserin, tabung
darah, dropller.
3. Biological agent
Faktor biologi dapat berupa bakteri, jamur dan mikroorganisme lain yang
dibutuhkan atau dihasilkan dari bahan laboratorium serta peralatan di dalamnya.
Contoh paparan biologi di Laboratorium Akper Dharma Insan adalah:
a. Sumber infeksi: terpapar mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan lain-
lain).
Misalnya:
1) Penggunaan phantom (manekin) dan pakaian pada manekin
2) Tempat tidur dan alas tempat tidur
3) Darah dan bahan habis pakai
4) Masker
5) Lantai
6) Handscoen
7) Neadle dan spuit
b. Bahan iritan: paparan bahan yang bisa menimbulkan iritasi pada kulit,
misalnya: penggunaan handscoen dari bahan karet dan plester.
4. Psycological agent.
Psycological agent meliputi: tanggung jawab pekerjaan terhadap orang lain, beban
kerja, ketrampilan, dan lain-lain.
Contoh: perasaan khawatir saat menunggu hasil setelah proses praktikum, dan
lain-lain.

G. Pengaturan Ruang di Laboratorium Akper Dharma Insan


1. Suhu Udara
Suhu tubuh manusia yang dapat kita raba/ rasakan tidak hanya didapat
dari metabolisme, tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan. Makin tinggi
panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh.
Sebaliknya semakin rendah suhu lingkungan, makin banyak pula panas tubuh
akan hilang. Dengan kata lain, terjadi pertukaran panas antara tubuh manusia
yang didapat dari metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai

K3 AKPER Dharma Insan| 11


kondisi panas lingkungan. Selama pertukaran ini serasi dan seimbang, tidak akan
menimbulkan gangguan, baik penampilan kerja maupun kesehatan kerja.
Tekanan panas yang berlebihan akan merupakan beban tambahan yang
harus diperhatikan dan diperhitungkan. Beban tambahan berupa panas
lingkungan dapat menyebabkan beban fisiologis misalnya kerja jantung menjadi
bertambah. Nilai ambang batas untuk cuaca (iklim) kerja adalah 21º-30ºC suhu
basah. Suhu efektif bagi pekerja di daerah tropis adalah 22º-27ºC. Yang dimaksud
dengan temperatur efektif adalah suatu beban panas yang dapat diterima oleh
tubuh dalam ruangan. Temperatur efektif akan memberikan efek yang nyaman
bagi orang yang berada diluar ruagan. Cuaca kerja yang diusahakan dapat
mendorong produktifitas antara lain dengan air conditioning di tempat kerja.
Kesalahan-kesalahan sering dibuat dengan membuat suhu terlalu rendah yang
berakibat keluhan-keluhan dan kadang diikuti meningkatnya penyakit
pernafasan. Sebaiknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Suhu diatur pada 25º-26ºC.
b. Penggunaan AC di tempat kerja perlu disertai pemikiran tentang keadaan
pengaturan suhu di rumah.
2. Pencahayaan
Pada umumnya pekerjaan memerlukan upaya penglihatan. Untuk melihat
manusia membutuhkan pencahayaan. Oleh sebab itu, salah satu masalah
lingkungan di tempat kerja yang harus diperhatikan adalah pencahayaan.
Pencahayaan yang kurang memadai merupakan beban tambahan bagi pekerja,
sehingga dapat menimbulkan gangguan performance (penampilan) kerja yang
akhirnya dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.
Hal ini sangat erat kaitannya dan mutlak harus ada karena berhubungan dengan
fungsi indera penglihatan, yang dapat mempengaruhi produktifitas bagi tenaga
kerja. Berdasarkan baku mutu lingkungan kerja, standar pencahayaan untuk
ruangan yang dipakai untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan ketelitian
adalah 500-1000 Lux.

K3 AKPER Dharma Insan| 12


H. Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut hirarki upaya pengendalian diri (controling), alat pelindung diri
sesungguhnya merupakan hirarki terakhir dalam melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja dari potensi bahaya yang kemungkinan terjadi pada saat
melakukan pekerjaan, setelah pengendalian teknik dan administratif tidak mungkin
lagi diterapkan. Ada beberapa jenis alat pelindung diri yang mutlak digunakan oleh
tenaga kerja pada waktu melakukan pekerjaan dan saat menghadapi potensi bahaya
karena pekerjaanya, antara lain seperti sarung tangan, pelindung pernafasan, dan
pakaian pelindung. Jenis alat pelindung diri yang digunakan harus sesuai dengan
potensi bahaya yang dihadapi serta sesuai denga bagian tubuh yang perlu dilindungi.
Sebagaimana tercantum dalam undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja, pasal 12 mengatur mengenai hak dan kewajiban tenaga kerja
untuk mamakai alat pelindung diri. Pada pasal 14 menyebutkan bahwa institusi wajib
menyediakan secara cuma-cuma sesuai alat pelindung diri yang diwajibkan pada
tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang
lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk yang diperlukan.
Potensi bahaya yang kemugkinan terjadi di tempat kerja, dan yang bisa
dikendalikan dengan alat pelindung diri adalah:
1. Terjatuh, terpeleset, kejatuhan benda, terantuk.
2. Kontak dengan bahan kimia baik padat maupun cair.
3. Terhirup gas, uap, debu, dan partikel cair .
4. Kemasukan benda asing, kaki tertusuk, terinjak benda tajam.
5. Bagian badan yang perlu dilindungi adalah kepala, alat pernafasan, alat
pendengaran, alat penglihatan, kulit, kaki maupun tubuh pada umumnya.
Bagian – bagian alat pelindung diri
1. Alat Pelindung Muka (Face Shield)
a. Fungsi
Mencegah membran mukosa terkena kontak dengan percikan darah, cairan
tubuh, serta bahan cairan lain seperti spiritus, cairan eletrolit dll, memberikan
perlindungan organ pernafasan akibat pencemaran udara oleh faktor kimia
seperti debu, uap, gas dan sebagainya (infeksi nosokomial).
b. Syarat penggunaan alat pelindung muka yang tepat :

K3 AKPER Dharma Insan| 13


1) Penutup muka yang benar adalah yang dapat dikenakan tanpa dipegang
dengan tangan pekerja.
2) Pilih ukuran penutup muka, sesuai dengan besarnya lingkar kepala
(kecil/small, sedang/medium, atau besar/large).
3) Periksa bagian luar dan dalam penutup muka, apakah sesuai dengan
spesifikasinya, apakah pelindung muka dalam keadaaan baik, tidak rusak
dan bersih.

Gambar 2.1. Respirator-Disposible paper mask


4) Atur posisi penutup muka sehingga menutupi seluruh permukaan wajah.

K3 AKPER Dharma Insan| 14


Gambar 2.2. Pemakaian pelindung muka (face shields)
c. Prinsip kerja
Respirator jenis ini dipakai bila pekerja terpajan bahan pencemar di udara
yang kadar toksisitasnya rendah. Prinsip kerja respirator ini adalah
membersihkan udara terkontaminasi dengan cara filtrasi, adsorbsi, atau
absorbsi.

Gambar 2. 3. Pemakaian masker pada tindakan


d. Tahap kerja
1) Pemasangan masker
a) Memasang masker menutupi hidung dan mulut, mengaitkan tali pada
telingga atau mengikat tali pada bagian belakang kepala jika
menggunakan masker dengan tali pemasang bukan pengait (bagian
atas tali melewati telinga, bagian bawah tali melewati belakang leher).
2) Melepaskan masker
a) Melepaskan masker dengan menanggalkan tali-talinya atau kaitan
pada telingga.
b) Masker dilipat dengan kedua permukaan dalamnya bertemu.

K3 AKPER Dharma Insan| 15


Gambar 2. 4. Cara pembuangan masker
e. Pemeliharaan.
Alat pelindung wajah yangdianjurkan digunakan satu kali penggunaan
(disposible).

2. Pelindung Tangan (handscoon)


a. Fungsi
Untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, panas, dingin,
listrik, bahan kimia, benturan dan pukulan, tergores, terinfeksi (infeksi
nosokomial).

Gambar 2. 5. Sarung tangan (handscoon)


b. Syarat penggunaan sarung tangan

K3 AKPER Dharma Insan| 16


1) Pilih jenis alat pelindung tangan yang sesuai dengan potensi bahaya
2) Pilih ukuran sesuai dengan ukuran tangan pemakai (x-small, small,
medium, large, x-large).
3) Tidak disarankan memasukkan ujung lengan baju panjang kedalam sarung
tangan.
c. Prinsip kerja
Handscoen terbagi menjadi 2 jenis :
1) Steril
Digunakan pada tindakan yang memerlukan kondisi aseptic (steril),
misalnya pada perawat luka, pemasangan catheter folley, dll.
2) Bersih
Digunakan pada tindakan yang tidak memerlukan kondisi steril namun
memiliki resiko terhadap jenis tindakan yang dilakukan. Misalnya pada
pemberian bantuan BAB, pemasangan infus, dll.
d. Tahap kerja
1) Cuci tangan
2) Memasukkan jari-jari sesuai dengan jari pada sarung tangan
3) Lakukan juga pada tangan yang lain.
4) Hal yang perlu diperhatikan yaitu selalu mencuci tangan sebelum dan
sesudah menggunakan sarung tangan, sarung tangan digunakan satu kali
untuk setiap tindakan.

K3 AKPER Dharma Insan| 17


Gambar 2. 6. Penggunaan sarung tangan (handscoon)

e. Pemeliharaan
Sarung tangan steril maupun bersih merupakan sarung tangan disposable
yang hanya digunakan satu kali, tidak dianjurkan untuk digunakan berulang-
ulang.

3. Pakaian Pelindung (Skort)


a. Fungsi
Perlindungan terhadap body/ badan pada saat pelaksanaan tindakan yang
berhubungan dengan cairan tubuh.

K3 AKPER Dharma Insan| 18


Gambar 2. 7. Penggunaan skort

b. Syarat penggunaan skort


1) Pilih jenis skort yang sesuai dengan potensi bahaya yang dihadapi.
2) Pilih ukurannya yang sesuai dengan ukuran tubuh pemakainya.
3) Cek keadaan fisiknya, apakah dalam keadaan rusak.
4) Kenakan pakaian pelindung dan ikatkan tali pada bagian belakang tubuh
sesuai urutannya.
5) Gerak-gerakkan anggota badan (kaki, tangan), untuk memastikan apakah
pakaian pelindung telah terpakai dengan nyaman.
c. Prinsip kerja
Skort digunakan pada tindakan-tindakan tertentu yang mengahruskan adanya
perlindungan pada pakaian luar pada saat dilakukan tindakan, misalnya pada
saat memandikan, membantu buang air besar, dll.

K3 AKPER Dharma Insan| 19


Gambar 2. 8. Penggunaan skort pada saat tindakan
d. Tahap kerja
1) Mencuci tangan
2) Memakai skort dan menutup semua pakaian luar, ikatkan tali sesuai
urutan tali satu persatu
3) Melepas skort dengan bagian dalam disebelah luar
4) Simpan pada tempat penyimpanan
5) Mencuci tangan
e. Pemeliharaan
Skort sehabis dikenakan dicuci, setelah dikeringkan diseterika, dilipat dan
disimpan ditempat yang bersih.

4. Jas laboratorium
1. Fungsi
Perlindungan terhadap body/ badan pada saat pelaksanaan praktik
laboratorium
2. Syarat penggunaan jas laboratorium

K3 AKPER Dharma Insan| 20


1) Pilih jenis pakaian pelindung yang sesuai dengan potensi bahaya yang
dihadapi.
2) Pilih ukurannya yang sesuai dengan ukuran tubuh pemakainya.
3) Cek keadaan fisiknya, apakah dalam keadaan rusak.
4) Kenakan pakaian pelindung dan kacingkan dengan seksama.
5) Gerak-gerakkan anggota badan (kaki, tangan), untuk memastikan apakah
pakaian pelindung telah terpakai dengan nyaman.

Gambar 2. 9. Penggunaan jas laboratorium


3. Prinsip kerja
Jas laboratorium digunakan pada saat akan dilaksanakannya praktik serta
ujian laboratorium.
4. Tahap kerja
1) Mencuci tangan
2) Memakai jas laboratorium dan menutup semua pakaian luar, kancingkan
jas laboratorium sesuai tempatnya
3) Melepas jas laboratorium dengan bagian dalam disebelah luar
4) Simpan pada tempat penyimpanan

K3 AKPER Dharma Insan| 21


5) Mencuci tangan
5. Pemeliharaan
Jas laboratorium sehabis dikenakan dicuci, setelah dikeringkan diseterika,
dilipat dan disimpan ditempat yang bersih.

I. Persyaratan Kesehatan Kerja Di Perkantoran.


1. Air Bersih.
a) Pengertian.
Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan
kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila
dimasak.
b) Tata cara pelaksanaan.
Air bersih dapat diperoleh dari PAM, sumber air tanah atau sumber lain yang
telah diolah sehingga memenuhi persyaratan.
c) Distribusi harus menggunakan perpipaan.
Sumber air bersih dan saran distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik,
kimia, dan bakteriologis.
2. Udara Ruangan.
Penyehatan udara ruangan adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan
kelembaban, debu, pertukaran udara, bahan pencemar dan mikroba di ruang kerja
memenuhi persyaratan kesehatan.

3. Suhu dan Kelembaban.


Agar ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan
upaya-upaya sebagai berikut:
a) Bila suhu > 280C perlu menggunakan alat penata udara seperti Air Conditioner
(AC), kipas angin, dan lain-lain.
b) Bila suhu udara luar < 180C perlu menggunkan pemanas ruangan.
Agar kandungan debu di dalam ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan
kesehatan maka perlu dilakukan upaya sebagai berikut:

K3 AKPER Dharma Insan| 22


a) Kegiatan membersihkan ruang kerja perkantoran dilakukan pada pagi dan
sore hari dengan menggunakan kain pel basah.
b) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik 2 (dua) kali dalam 1 (satu)
tahun dan dicat 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
4. Sistem ventilasi yang memenuhi syarat.
Agar pertukaran udara ruang perkantoran dapat berjalan dengan baik, perlu
dilakukan upaya sebagai berikut:
a) Ruang ber AC secara periodik harus dimatikan dan diupayakan mendapat
pergantian udara secara alamiah dengan cara membuka seluruh pintu dan
jendela atau dengan kipas angin.
b) Membersihkan saringan atau filter udara AC secara periodek 1 kali setahun
c) Pertukaran udara ruang diupayakan dapat berjalan dengan baik. Ruang kerja
tidak berhubungan langsung dengan dapur.
d) Dilarang merokok di dalam ruang kerja.
e) Tidak menggunakan bahan bangunan yang mengeluarkan bau yang
menyengat.
5. Mikroba.
Agar angka kuman di dalam ruang tdak melebihi batas persyaratan, perlu
dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut:
a) Karyawan yang menderita penyakit yang ditularkan melalui udara untuk
sementara waktu tidak boleh bekerja.
b) Lantai dibersihkan dengan antiseptik.
c) Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik. Memelihara sistem
AC sentral.
6. Limbah.
Limbah padat/sampah adalah sebuah buangan yang berbentuk padat termasuk
buangan yang berasal dari kegiatan perkantoran.
a) Setiap perkantoran harus dilengkapi dengan tempat sampah yang kuat, cukup
ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada
bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup.
b) Sampah kering dan sampah basah ditampung dalam tempat yang terpisah.
Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang memenuhi syarat.

K3 AKPER Dharma Insan| 23


c) Membersihkan ruang dan lingkungan perkantoran minimal 1 (satu) kali
sehari. Mengumpulkan sampah kering dan basah pada tempat yang berlainan
dengan menggunakan kantong plastik warna hitam.
d) Mengamankan limbah padat sisa kegiatan perkantoran.
7. Limbah cair.
Adalah buangan yang berbentuk cair termasuk tinja.
a) Kualitas effluen harus memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.
b) Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair dapat mengalir
dengan lancar dan tidak menimbulkan bau.
c) Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan lebih dahulu sebelum dibuang
kelingkungan minimal dengan septik tank.
8. Pencahayaan.
a) Jumlah penyinaran pada bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan secara efektif.
b) Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux.
c) Agar memenuhi persyaratan kesehatan, perlu dilakukan tindakan sebagai
berikut:
d) Pencahayaan alam atau buatan diupayakan tidak menimbulkan kesilauan dan
memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
e) Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan
bola lampu harus sering dibersihkan.
f) Bola lampu yang tidak berfungsi dengan baik segera diganti.
9. Ruang dan Bangunan.
a) Bangunan kuat, terpelihara, bersih, dan tidak memungkinkan terjadinya
gangguan kesehatan dan kecelakaan.
b) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin,
dan bersih.
c) Setiap orang mendapatkan ruang udara minimal 10 m3 / karyawan.
d) Dinding bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang selalu terkena
percikan air terbuat dari bahan yang kedap air.

K3 AKPER Dharma Insan| 24


e) Langit-langit kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 2,50 m dari
lantai.
f) Atap kuat dan tidak bocor.
g) Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal
1/6 kali luas lantai.
10. Toilet.
Toilet karyawan wanita dan pria terpisah. Setiap kantor harus memiliki toilet
dengan jumlah wastafel, jamban sesuai dengan setengah dari jumlah karyawan.
11. Instalasi
Instalasi adalah penjaringan pipa/kabel untuk fasilitas listrik, air limbah, air
bersih, telepon dan lain-lain yang diperlukan untuk menunjang kegiata industri.
a) Instalasi listrik, pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air limbah, air hujan
harus dapat menjamin keamanan sesuai dengan ketentuan teknis berlaku.
b) Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 m atau lebih tinggi dari bangunan
lain disekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir.
c) Jaringan instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat estetika.
d) Jaringan instalasi tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.

K3 AKPER Dharma Insan| 25


BAB 3
MANAJEMEN K3
PADA GEDUNG PERKULIAHAN

Gedung perkuliahan di Akper Dharma Insan merupakan gedung pembangunannya


menyesuaikan dengan ketentuan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
29/Prt/M/2006 Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, dimana terdapat
syarat-syarat yaitu sebagai berikut :
A. Persyaratan Keselamatan Bangunan Gedung
1. menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang
timbul akibat perilaku alam dan manusia;
2. menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau luka yang
disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan;
3. menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda yang
disebabkan oleh perilaku struktur;
4. menjamin perlindungan properti lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkan oleh
kegagalan struktur.
Fungsi gedung Akper Dharma Insan merupakan gedung dengan fungsi sosial dan
budaya merupakan bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai tempat manusia
melakukan kegiatan sosial dan budaya yang terdiri dari: bangunan pelayanan
pendidikan: sekolah tinggi/universitas.
Bangunan gedung tidak sederhana adalah bangunan gedung dengan karakter
sederhana dan memiliki kompleksitas dan teknologi tidak sederhana. Masa penjaminan
kegagalan bangunannya selama 10 (sepuluh) tahun. Gedung Akper Dharma Insan
termasuk klasifikasi tidak sederhana dimana bangunan gedung pendidikan tingkat
lanjut dengan jumlah lantai di atas 2 (dua) lantai atau bangunan gedung pendidikan
tinggi.
Tingkat Permanensi gedung yaitu pada klasifikasi bangunan permanen. Tingkat
resiko bahaya kebakaran gedung pada tingkat resiko bahaya kebakaran rendah.

B. Persyaratan kemampuan bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran


1. Sistem Proteksi Pasif

K3 AKPER Dharma Insan| 26


a. Setiap bangunan gedung, kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deret
sederhana, harus mempunyai sistem proteksi pasif terhadap bahaya
kebakaran yang memproteksi harta milik berbasis pada desain atau
pengaturan terhadap komponen arsitektur dan struktur bangunan gedung
sehingga dapat melindungi penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat
terjadi kebakaran.
b. Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi resiko
kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/atau jumlah dan
kondisi penghuni dalam bangunan gedung.
c. Pada sistem proteksi pasif yang perlu diperhatikan meliputi: persyaratan
kinerja, ketahanan api dan stabilitas, tipe konstruksi tahan api, tipe konstruksi
yang diwajibkan, kompartemenisasi dan pemisahan, dan perlindungan pada
bukaan.Sistem
2. Sistem Proteksi Aktif
a. Setiap bangunan gedung, kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deret
sederhana, harus dilindungi terhadap bahaya kebakaran dengan proteksi aktif.
b. Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas,
ketinggian, volume bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam
bangunan gedung.
c. Pada sistem proteksi aktif yang perlu diperhatikan pada gedung Akper
Dharma Insan yaitu dengan penggunaan sistem pemadam kebakaran dengan
penggunaan alat pemadam kebakaran (APAR)

C. Manajemen K3 pada gedung Akper Dharma Insan


1. Penyediaan alat pemadam kebakaran (APAR)
a. APAR : alat pemadam kebakaran yang digunakan untuk memadamkan api di
awal terjadinya api.
b. Fungsi : Sebagai penanganan pertama jika terjadi kebakaran.
c. Berat : ≤ 16 kg.
d. Jenis : busa/foam, gas (CO2 dan BCP/hallon), dry chemical/powder

K3 AKPER Dharma Insan| 27


Gambar 3. 1 Alat Pemadam kebakaran
e. Mekanisme penggunaan
1) Ambil APAR yang paling dekat dan mudah dijangkau
2) Bawa ke sumber api dan jaga jarak ± 3 m, dan jangan melawan arah angin
3) Bentangkan pipa pada posisi lurus dan arahkan ke sumber api dan
semprotkan sampai padam
f. Pemeliharaan
Pemeliharaan alat pemadam kebakaran harus dilakukan minimal satu (1) kali
dalam satu tahun.

2. Penanda jalur evakuasi kebakaran


a. Fungsi : Memberikan panduan jalur yang aman pada kondisi kebakaran.
b. Mekanisme kerja penanda jalur evakuasi kebakaran
1) Tanda panduan jalur dibuat pada setiap dinding pada lorong gedung
2) Tanda panduan di pasang setinggi 50 cm dari lantai
3) Tanda panduan di buat dengan warna hijau

JALUR EVAKUASI

K3 AKPER Dharma Insan| 28


Gambar 3.2 Penanda jalur evakuasi
4) Penanda jalur evakuasi mengarah pada titik kumpul (assembly point)

LORONG GEDUNG

TANGGA LORONG

ASSEMBLY
POINT
Gambar 3.3 jalur evakuasi
3. Pemasangan penanda jalan licin (wet floor sign)
a. Fungsi : Pemberian tanda mengenai lantai yang licin sebagai pencegahan
resiko jatuh
b. Mekanisme kerja penanda jalur evakuasi kebakaran
1) Penanda jalan licin terbuat dari bahan plastik dan tahan terhadap terpaan
angin
2) Penanda jalan licin di pasang pada area yang oleh tindakan tertentu
(misalnya pada saat pembersihan lantai) atau oleh suatu kondisi alam
(hujan) menyebabkan lantai menjadi licin.

K3 AKPER Dharma Insan| 29


Gambar 3. 4 Penanda jalan licin

K3 AKPER Dharma Insan| 30


BAB 4
PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab pelaksanaan prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi
pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna tercapainya kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan (SMK3) tidak terlepas dari
pembahasan manajemen secara keseluruhan. Manajemen merupakan suatu proses
pencapaian tujuan secara efisien dan efektif, melalui pengarahan, penggerakan, dan
pengendalian kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang tergabung dalam
suatu bentuk kerja. Sedangkan sistem manajemen merupakan rangkaian proses kegiatan
menajemen yang teratur dan terintegrasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Masalah kesehatan dan keselamatan kerja akhir-akhir ini terus berkembang
seiring dengan kemajuan sains dan teknologi dalam bidang industri atau pelayanan
publik. Keadaan ini merubah pandangan masyarakat industri terhadap pentingnya
penerapan K3 secara sungguh-sungguh dalam kegiatannya. Kesehatan dan keselamatan
kerja di laboratorium merupakan upaya untuk memberikan jaminan kesehatan dan
meningkatkan derajad kesehatan para pegawai, mahasiswa dan dosen dengan cara
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja,
promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
Pedoman manajemen kesehatan dan keselamatan kerja menurut peraturan
menteri kesehatan tahun 2007, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
A. Tahap persiapan (komitmen dan kebijakan).
B. Tahap perencaaan.
C. Tahap pengukuran dan evaluasi.
D. Tahap peninjauan ulang dan peningkatan.

K3 AKPER Dharma Insan| 31


Pelaksanaan K3 harus merupakan bagian dari semua kegiatan operasional. Maka
dari itu pekerjaan atau tugas apapun tidak dapat diselesaikan secra efisien kecuali jika si
pegawai telah mengikuti setiap tindakan pencegahan dan peraturan K3 untuk melindungi
dirinya dan teman kerjanya. Sesuai dengan konsep sebab akibat kecelakaan serta prinsip
pencegahan kecelakaan, maka pengelompoka unsur K3 diarahkan pada pengendalian
sebab dan pengurangan akibat terjadinya kecelakaan. Tujuan diterapkannya sistem
manajemen K3 di laboratorium ini adalah terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang
sehat, aman, nyaman, dan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan.

Bagan 4.1
Prinsip penerapan sistem manajemen K3

A. Tahap Persiapan (Komitmen dan Kebijakan)


Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan
mudah dimengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan. Manajeman Akper Dharma
Insan mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya esensial seperti
pendanaan, tenaga K3 dan sarana untuk terlaksananya program K3. Kebijakan K3 di

K3 AKPER Dharma Insan| 32


laboratorium diwujudkan dalam bentuk wadah K3 Akper Dharma Insan dalam
struktur organisasi Akper Dharma Insan.
Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 Akper Dharma Insan, perlu
disusun strategi antara lain:
1. Sosialisasi program K3 Akper Dharma Insan.
2. Menetapkan tujuan jelas.
3. Organisasi dan penugasan yang jelas.
4. Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 Akper Dharma Insan pada setiap unit
kerja di lingkungan Akper Dharma Insan.
5. Sumber daya yang harus didukung oleh manajemen puncak.
6. Kajian resiko secara kualitatif dan kuantitatif.
7. Membuat program kerja K3 Akper Dharma Insan yang mengutamakan upaya
peningkatan dan pencegahan.
8. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala.

B. Tahap Perencanaan
Akper Dharma Insan harus membuat perencanaan yang efektif agar
tercapai keberhasilan penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas
dan dapat diukur. Perencanaan K3 di laboratorium dapat mengacu pada standar
sistem manajemen K3 Akper Dharma Insan diantaranya self assesment akreditasi dan
sistem manajemen K3.
Perencanaan meliputi:
1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor resiko
Akper Dharma Insan harus melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya,
penilaian serta pengendalian faktor resiko yang terjadi di laboratorium.
Diantaranya adalah: Identifikasi sumber bahaya. Dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan: Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi
bahaya. Bahaya potensial lokasi pegawai yang paling berisiko di laboratorium
adalah:
a) Chemical agent.
b) Phisical agent.
c) Biological agent.

K3 AKPER Dharma Insan| 33


d) Psicological agent.
2. Pengendalian faktor resiko.
Dilakukan melalui empat tingkatan pengendalian risiko yaitu menghilangkan
bahaya, menggantikan sumber risiko dengan sarana atau peralatan lain yang
tingkat risikonya lebih rendah atau tidak ada (engineering/rekayasa), administrasi
dan alat pelindung diri (APD).
3. Membuat peraturan.
Akper Dharma Insan harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar
opersional prosedur (SOP) sesuai denga peraturan, perundangan dan ketentuan
mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini harus dievaluasi, diperbaharui dan
harus dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan dan pihak yang
terkait.
4. Tujuan dan sasaran.
Akper Dharma Insan harus mempetimbangkan peraturan perundang-undangan,
bahaya potensial, dan risiko K3 yang bisa diukur, satuan atau indikator
pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian.
5. Indikator kinerja.
Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus
merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 Akper Dharma
Insan.

6. Program kerja.
Akper Dharma Insan harus menetapkan dan melaksanakan program K3 Akper
Dharma Insan. Untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan
dicatat serta dilaporkan.

C. Tahap Pengorganisasian.
Pelaksanaan K3 di laboratorium sangat tergantung dari rasa tanggung jawab
manajemen dan petugas terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta
kerjasama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui
adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada
petugas, bimbingan dan latihan serta penegakan disiplin. Ketua organisasi atau satuan

K3 AKPER Dharma Insan| 34


unit pelaksana K3 Akper Dharma Insan secara spesifik harus mempersiapkan data
informasi pelaksanaan K3 di semua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta
menganalisis penyebab timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, sehingga dapat
dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan
program, untuk menilai sejauh mana program yang dilaksanakan telah berhasil. Jika
masih terdapat kekurangan, maka perlu diidentifikasi penyimpangannya serta dicari
pemecahannya.
1. Tugas Dan Fungsi Organisasi/Unit Pelaksana K3 Akper Dharma Insan.
a. Tugas pokok:
1) Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada ketua program studi
mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan K3.
2) Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan dan
prosedur K3.
3) Membuat program K3 Akper Dharma Insan.
b. Fungsi:
1) Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta
permasalahan yang berhubungan dengan K3.
2) Membantu KPS mengadakan dan meningkatkan upaya promosi K3,
pelatihan dan penelitian K3 di Akper Dharma Insan.
3) Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3.
a) Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan
korektif.
b) Koordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi anggota K3 Akper
Dharma Insan.
c) Memberi nasehat tentang manajemen K3 di tempat kerja, kontrol
bahaya, mengeluarkan peraturan dan inisiatif pencegahan.
d) Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan
sesuai kegiatannya.
e) Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru,
pembangunan gedung dan prosesnya.
2. Tugas pokok dan fungsi KPS dalam SMK3 Akper Dharma Insan (Direktur).
a. Tugas pokok:

K3 AKPER Dharma Insan| 35


1) Menetapkan kebijakan K3 di lingkungan Akper Dharma Insan.
b. Fungsi:
1) Memberikan dukungan agar pelaksanaan K3 berjalan berkelanjutan.
3. Ketua K3 Akper Dharma Insan.
a. Tugas pokok:
1) Mensosialisasikan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja di
lingkungan Akper Dharma Insan.
2) Mengadakan rapat K3 berkala untuk membicarakan perkembangan
pelaksanaan K3 dan kejadian-kejadian yang terbaru termasuk umpan
balik dan saran penanggulangannya.
3) Melaporkan kinerja pelaksanaan K3 Akper Dharma Insan kepada KPS D3.
b. Fungsi:
1) Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan organisasi atau unit
pelaksana K3 Akper Dharma Insan.
2) Membantu merekomendasikan perubahan kebijakan dan membuat
program dan garis penuntun untuk memastikan pelaksanaan kebijakan K3
Akper Dharma Insan terlaksana berkelanjutan.
c. Tanggungjawab:
1) Bertanggungjawab atas pelaksanaan K3 di lingkungan Akper Dharma
Insan.
2) Bertanggungjawab atas kesehatan dan keselamtan kerja semua karyawan,
dosen dan mahasiswa serta aset Akper Dharma Insan.
4. Sekretaris K3 Akper Dharma Insan.
a. Tugas pokok:
1) Merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan K3 dan penggunaan APD
yang tepat.
2) Mengidentifikasi potensi bahaya.
3) Membuat laporan K3.
4) Memantau secara berkala penggunaan APD.
b. Fungsi:

K3 AKPER Dharma Insan| 36


a. Memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas kesekretaiatan dan
melaksanakan keputusan organisasi atau unit pelaksana K3 Akper Dharma
Insan.
5. Struktur Organisasi K3 Akper Dharma Insan.
a. Organisasi K3 berada satu tingkat di bawah KPS dan bukan merupakan kerja
rangkap.

KPS
(DIREKTUR)

KETUA K3

PUDIR I PUDIR II PUDIR III


(BAGIAN (BAGIAN (BAGIAN
AKADEMIK) KEUANGAN) KEMAHASISWAAN)

Anggota Anggota

Bagan 4.2 Struktur Organisasi K3 Akper Dharma Insan.


6. Model organisasi K3.
Model organisasi K3 ada dua yaitu:
a. Model 1: merupakan organisasi yang terstruktur dan bertanggung jawab
kepada KPS Akper Dharma Insan. Bentuk organisasi K3 di Akper Dharma
Insan merupakan organisasi struktural yang terintegrasi ke dalam komite
yang ada di Akper Dharma Insan dan disesuaikan dengan kondisi atau unit
masing-masing.
b. Model 2: merupakan unit orgaisasi fungsional (non struktural), bertanggung
jawab langsung ke KPS. Nama organisasinya adalah unit pelaksana K3 Akper
Dharma Insan, yang dibantu oleh unit K3 yang beranggotakan seluruh unit
kerja di Akper Dharma Insan.

7. Keanggotaan.
Keanggoataan dari organisasi K3 Akper Dharma Insan adalah:

K3 AKPER Dharma Insan| 37


a. Organisasi atau pelaksana K3 Akper Dharma Insan beranggotakan unsur-
unsur dari petugas dan jajaran pengurus Akper Dharma Insan.
b. Organisasi atau unit pelaksana K3 Akper Dharma Insan terdiri dari sekurang-
kurangnya ketua, sekretaris, dan anggota. Organisasi atau unit pelaksana K3
dipimpin oleh ketua.
c. Pelaksanaan tugas ketua dibantu oleh wakil ketua dan sekretaris serta
anggota.
d. Ketua organisasi atau unit pelaksana K3 Akper Dharma Insan sebaiknya
adalah salah satu manajemen tertinggi di Akper Dharma Insan atau sekurang-
kurangnya manajemen dibawah langsung KPS Akper Dharma Insan.
8. Mekanisme Kerja.
a. Ketua organisasi atau unit pelaksana K3 Akper Dharma Insan memimpin dan
mengkoordinasikan kegiatan organisasi atau unit pelaksana K3 Akper Dharma
Insan.
b. Sekretaris organisasi atau unit pelaksana K3 Akper Dharma Insan memimpin
dan mengkoordinasikan tugas-tugas kesekretaiatan dan melaksanakan
keputusan organisasi atau unit pelaksana K3 Akper Dharma Insan.
c. Anggota organisasi atau unit pelaksana K3 Akper Dharma Insan mengikuti
rapat organisasi atau unit pelaksana K3 Akper Dharma Insan dan melakukan
pembahasan atas persoalan yang diajukan dalam rapat, serta melaksanakan
tugas-tugas yang diberikan organisasi.
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, organisasi atau
unit pelaksana K3 Akper Dharma Insan mengumpulkan data dan informasi
mengenai pelaksanaan K3 di Akper Dharma Insan. Sumber data antara lain dari
bagian laboratorium meliputi angka sakit, tidak hadir tanpa keterangan, angka
kecelakaan, catatan lama sakit dan perawatan rumah sakit khususnya yang
berkaitan dengan akibat kecelakaan kerja. Dan sumber yang lain bisa dari tempat
pengobatan antara lain jumlah kunjungan, P3K dan tindakan medik kerena
kecelakaan, rujukan ke rumah sakit bila perlu pengobatan lanjutan dan lama
perawatan serta lama berobat. Dari bagian rumah tangga bisa didapat data
kerusakan akibat kecelakaan dan biaya perbaikan.

K3 AKPER Dharma Insan| 38


Informasi juga dikumpulkan dari hasil monitoring tempat kerja dan
lingkungan kerja Akper Dharma Insan terutama yaang berkaitan dengan sumber
bahaya potensial baik yang berasal dari kondisi berbahaya maupun tindakan
berbahaya serta data dari bagian K3 berupa laporan pelaksanaan K3 dan
analisannya. Data dan informasi dibahas dalam organisasi atau unit pelaksana K3
Akper Dharma Insan untuk menemukan penyebab masalah dan merumuskan
tindakan korektif maupun tindakan preventif. Hasil rumusan disampaikan dalam
bentuk rekomendasi kepada KPS Akper Dharma Insan. Rekomendasi berisi saran
tindak lanjut dari organisasi atau unit pelaksana K3 Akper Dharma Insan serta
alternatif-alternatif pilihan serta perkiraan hasil/konsekuensi setiap pilihan.
Organisasi atau unit pelaksana K3 Akper Dharma Insan membantu
melakukan upaya promosi di lingkungan akper dharma insan baik pada pegawai,
mahasiswa maupun dosen yaitu mengenai segala upaya pencegahan kecelakaan
kerja.
9. Pelaksanaan.
Pelaksanaan K3 meliputi:
a. Penyuluhan K3 ke semua pegawai Akper Dharma Insan.
b. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dengan perilaku
tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya
sebagai produk akhir dari pelatihan.
c. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku, diantaranya:
1) Pemeriksaan kesehatan pegawai.
2) Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja.
3) Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat.
4) Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan.
5) Pengobatan pekerja yang menderita sakit.
6) Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur melalui
monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada.
7) Melakukan biological monitoring.
8) Melakukan surveilans kesahatan kerja.
9) Pemantauan dan Evaluasi.

K3 AKPER Dharma Insan| 39


Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di Akper Dharma Insan
adalah salah satu fungsi manajemen K3 Akper Dharma Insan yang berupa suatu
langkah yang diambil untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses
kegiatan K3 Akper Dharma Insan itu berjalan dan mempertanyakan efektifitas dan
efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3 Akper Dharma Insan dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan.
Pemantauan dan evaluasi meliputi pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke
dalam sistem pelaporan manajemen Akper Dharma Insan, yang meliputi:
1) Pencatatan dan pelaporan K3.
2) Pencatatan semua kegiatan K3.
3) Inspeksi dan pengujian.
Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai kegiatan K3 secara
umum dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 dilakukan secara berkala,
terutama oleh petugas K3 sehingga kejadian kecelakaan kerja dapat dicegah
sedini mungkin. Kegiatan lain adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun
pemeriksaan terhadap pekerja beresiko seperti biological monitoring
(pemantauan secara biologis).
Audit K3 meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan,
karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur,
pengembangan karyawan dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian.
Tujuan audit K3:
1) Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan.
2) Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai ketentuan.
3) Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta
pengembangan mutu.
Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit,
identifikasi, penilaian risiko direkomendasikan kepada manajemen puncak.
Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara berkesinambungan
untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam pencapaian kebijakan dan
tujuan K3.

K3 AKPER Dharma Insan| 40


BAB 5
PENUTUP

Hal-hal yang dilakukan dalam pelaksanaan K3 Akper Dharma Insan.


A. Mensosialisasikan kebijakan K3 pada seluruh karyawan, dosen dan mahasiswa.
B. Menyediakan sarana kesehatan kerja.
C. Kebersihan adalah dasar dari cara bekerja yang aman dan sehat. Beberapa faktor di
bawah ini juga harus dijalankan berkaitan dengan kebersihan lingkungan kantor:
D. Merokok hanya diperkenankan di suatu tempat yang telah ditentukan.
E. Untuk keperluan air minum bagi karyawan, hanya diperbolehkan menggunakan air
mineral dalam kemasan yang telah terjamin kualitas kebersihannya.
F. Ventilasi udara dan penerangan harus cukup, perawatan terhadap AC harus
diperhatikan untuk menghindari pertumbuhan bakteri.
G. Sarana obat-obatan (kotak P3K) harus tersedia dan isinya harus diperbaharui dan
dilaksanakan pemeriksaan berkala.
H. Tempat kerja mempunyai ruang yang cukup lapang dan bebas halangan dari bahaya.
I. Mensosialisikan penggunaan alat pelindung diri.
J. Menyediakan alat pelindung diri bagi semua karyawan.
K. Merupakan kewajiban setiap karyawan, dosen dan mahasiswa dilingkungan Akper
Dharma Insan untuk memakai alat pelindung diri sesuai dengan pekerjaan yang
dilakukan, sehingga semua SDM yang ada dapat melindungi diri dari segala resiko
yang mungkin terjadi. Jenis-jenis alat pelindung diri adalah sebagai berikut:
1. Pakaian pelindung : Baju laboratorium dan skort.
2. Pelindung respirator : Masker

3. Pelindung tangan : Sarung tangan, disesuaikan dengan tempat dan resiko


pekerjaan yang dilakukan.
L. Mensosialisasikan petunjuk penggunaan paralatan dalam praktikum.
M. Menetapkan kebijakan perlindungan lingkungan, diantaranya melalui:
1. Sistem manajemen pengelolaan limbah.
2. Sampah harus dibuang dalam tempat sampah yang disediakan serta sesuai
dengan kode warna (colour coding) dan sampah makanan hanya boleh dibuang ke

K3 AKPER Dharma Insan| 41


dalam tempat sampah makanan dan tidak diperbolehkan berada selama lebih dari
24 jam di tempat sampah.

3. Warna Hijau : untuk sampah organik (makanan, dedaunan, kertas, dll).


4. Warna Kuning : untuk sampah anorganik (plastik, mika, kaca, kain, sisa bahan
tanam, dll).
5. Warna merah : untuk sampah yang mengandung bahan berbahaya (darah, sisa
cairan tubuh, tinta foto copy, tinta printer, spidol, dll).
N. Penghematan sumber daya alam.
Melakukan usaha-usaha penghematan sumber daya dengan cara penghematan
terhadap pemakaian listrik dan air.
O. Mengadakan pelatihan K3.
Pendidikan dan pelatihan karyawan diperlukan untuk memastikan bahwa setiap
karyawan mempunyai keahlian yang sesuai dengan pekerjaannya. Begitu pula dengan
pelatihan dibidang K3, diharapkan semua karyawan dapat memahami pentingnya K3
dilingkungan tempat bekerja.
P. Mensosialisasikan keadaan darurat pada semua karyawan, dosen dan mahasiswa,
misalnya bahaya kebakaran.
Q. Mensosialisasikan cara penggunaan alat pemadam kebakaran
R. Mensosialisasikan jalur evakuasi dan titip kumpul
S. Mensosialisasikan fungsi alat penanda jalan licin

K3 AKPER Dharma Insan| 42


DAFTAR PUSTAKA

Buchori (2007). Manajemen Kesehatan Kerja dan Alat Pelindung Diri. USU Repository.
Available from; http://www.library.usu.ac.id. accessed on Maret 2008.
Buku Pedoman Pelaksanaan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Perlindungan Lingkungan.
Available from; http://www.binarasano.co.id. accessed on 8 Maret
2008.
Irga (2008). Kesehatan Kerja. Available from; http://www.irwanashari.blogspot.com.
ccessed on Maret 2008.
Yulini, Emma (2002). Introduction to Office Hygiene (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
Available from; http://www.phitagoras.co.id. accessed on Maret 2008.
UU No.1 tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-187/Men/1999 Tentang Pengendalian
Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No: PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul Akibat
hubungan Kerja.
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 315/Menkes/SK/III/2003 tentang komite
kesehatan dan keselamatan kerja sektor kesehatan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 29/Prt/M/2006 Tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

K3 AKPER Dharma Insan| 43


SOP PETUNJUK PENGGUNAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN
PERPUSTAKAN AKPER DHARMA INSAN PONTIANAK

Kode/ No : 1/SOP- Revisi :


Halaman :
K3/AKPER DI/2015 Tanggal : 24 Maret 2016

APAR : alat pemadam kebakaran yang digunakan untuk memadamkan api di awal
terjadinya api.
Jenis APAR dan klasifikasi penggunaannya
Berat : ≤ 16 kg.
Jenis : busa/foam, gas (CO2 dan BCP/hallon), dry chemical/powder

SOP penggunaan APAR:


1. Ambil APAR yang paling dekat dan mudah dijangkau
2. Bawa ke sumber api dan jaga jarak ± 3 m, dan jangan melawan arah angin
3. Bentangkan pipa pada posisi lurus dan arahkan ke sumber api dan semprotkan
sampai padam
4. Posisi kode penempatan APAR pada setiap lorong gedung
5. Mudah dijangkau
6. Tidak terhalang/tertutup benda lain

K3 AKPER Dharma Insan| 44

Anda mungkin juga menyukai