Anda di halaman 1dari 1

Faktor Gaya Hidup (Life-Style)

Perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia menyebabkan banyak faktor risiko yang
dapat menyebabkan penyakit-penyakit jantung, salah satunya Penyakit Jantung Koroner
(PJK). Faktor perilaku gaya hidup mempengaruhi Kesehatan 30%. Penyakit jantung
merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dan cenderung meningkat sebagai
penyebab kematian.

Faktor gaya hidup yang mempengaruhi penyakit jantung koroner adalah perilaku dan
sikap. Perilaku dan sikap dapat mempengaruhi penyakit jantung koroner karena adanya
kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat berdampak pada Kesehatan. Misalnya seperti
kurangnya mengonsumsi makanan berserat, kebiasaan merokok, dan kebiasaan aktivitas fisik.
Berikut pembahasan ketiga faktor tersebut;

1. Konsumsi Makanan Berserat


Kurangnya mengonsumsi makanan berserat seperti buah dan sayur dapat
mengakibatkan terjadinya penyakit jantung koroner. Untuk itu, kita harus
mengonsumsi buah dan sayur secara cukup minimal sebanyak 5 porsi selama 7 hari.
2. Kebiasaan Merokok
Faktor kebiasaan merokok berisiko menderita PJK. Menurut Price (2006), merokok
merupakan faktor risiko mayor untuk terjadinya penyakit jantung, termasuk serangan
jantung dan stroke, dan juga memiliki hubungan kuat untuk terjadinya PJK sehingga
dengan berhenti merokok akan mengurangi risiko terjadinya serangan jantung.
3. Kebiasaan Aktivitas Fisik
Menurut Huon (2002), pada latihan fisik akan terjadi dua perubahan pada sistem
kardiovaskuler, yaitu peningkatan curah jantung dan redistribusi aliran darah dari
organ yang kurang aktif ke organ yang aktif. Untuk itu, melakukan aktivitas fisik
sehari minimal 10 menit dilakukan terus-menerus dan minimal 150 menit dilakukan
minimal 5 hari dalam seminggu.

Sumber:

Patriyani, R. E. H., David. F. P. 2016. Faktor Dominan Risiko Terjadinya Penyakit Jantung
Koroner. Jurnal Keperawatan Global. vol. 1, no. 1, pp. 01-54

Hapsari, D., Puti, S., & Julianty, P. 2009. Pengaruh Lingkungan Sehat, dan Perilaku Hidup
Sehat Terhadap Status Kesehatan. Penelitian Kesehatan. pp 40-49.

Anda mungkin juga menyukai