Anda di halaman 1dari 89

RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

BAB 1
DATA PROYEK

1.1 DESKRIPSI PROYEK


Nama : Perencanaan Gudang Tanggap Darurat Regional Medan
Lokasi : Medan

1.2 DASAR HUKUM PROYEK


1.2.1 Secara keseluruhan, seluruh pekerjaan sebagaimana tertera pada spesifikasi teknik serta yang tercantum
pada Gambar-gambar kerja pada dasarnya berlaku standard- standard pengerjaan yang berlaku di Indonesia.
1.2.2 Standard-standard tersebut adalah; namun tidak terbatas pada:
 Standard Industri Indonesia (SII)
 Standard Nasional Indonesia (SNI)
 Peraturan Umum Bahan bangunan di Indonesia (PUBI-1982)
 Metoda Pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium (SK.SNI.M-62-
1990 03)
 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Rumah dan Gedung (SK.SNI.T15-
1991-03)
 Spesifikasi bahan tambahan untuk beton (SK.SNI-S-18-1990-03)
 Peraturan Beton bertulang Indonesia (PBI-1971-N12)
 Peraturan perencanaan untuk Struktur Beton bertulang Biasa & Struktur Tembok Bertulang untuk
Gedung 1983.
 Peraturan Konstruksi Kayu di Indonesia (PKKI-N15)
 Peraturan Semen Portland Indonesia (1972-N18)
 Peraturan Umum Instalasi listrik (PUIL-1987)
 Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983 (PPBBI’83)
 Peraturan Umum Mengenai Instalasi Air Ledeng (AVWI)
 Peraturan Instalasi Komunikasi PT. Telkom
 Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP – 1983)
 Keppres no. 18 tahun 2000
 Peraturan Dinas Kebakaran Setempat
 Peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan Listrik Negara
 Peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan Daerah Air Minum
 Persyaratan Umum dari Dewan teknik Pembangunan Indonesia (DTPI 1980)
 Pedoman Tata Cara penyelenggaraan pembangunan bangunan Gedung Negara oleh Departemen
PU
 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983
 Peraturan perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1981 beserta pedomannya
 Peraturan keselamatan kerja Departemen Tenaga Kerja RI

1
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

 Standar Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung, SNI 03 - 1726 2002;
 Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung, SNI - 03 - 1727 – 1989;
 Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung, SNI 02 - 1729 – 2002;
 Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03 - 2847 – 2002;
 Spesifikasi Bahan Bangunan Indonesia, SNI 03 - 6861 – 2002;
 Peraturan Umum Bahan Bahan Bangunan Indonesia Tahun 1982;
 Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) Tahun 1977;
 Standar Penerangan Buatan dalam Gedung Tahun 1978 Departemen Pekerjaan Umum;
 Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan
gedung tahun 1987;
 Panduan Pemasangan Sistem Hidran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada rumah dan gedung tahun 1987;
 Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1981;
 Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Nomor
10/KPTS/2000 tanggal 1 Maret 2000;
 Panduan Pemasangan Sistem Instalasi Alarm Kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
rumah dan gedung;
Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Gedung Negara.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/2006 tentang Pedoman Teknis Aksesibilitas pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan;
 Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
 Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia, untuk ARBITRASE teknik dari Dewan Teknik
Pembangunan Indonesia ( DTPI );
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBI ) tahun 1971;
 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI ) tahun 1961;
Peraturan Konstruksi Baja Indonesia (PBBI);
Peraturan Muatan Indonesia ( NI _ 18 ) tahun 1970;
 Peraturan, Pedoman, Standar atau ketentuan - ketentuan teknis yang lain yang berhubungan dengan
rumah dan gedung.
 Peraturan-peraturan Pemerintah Daerah.

Jika tidak terdapat dalam Peraturan/Standard/Normalisasi tersebut diatas, maka berlaku


peraturan/Standard/Normalisasi Internasional ataupun dari Negara asal produsen bahan/komponen yang
bersangkutan

2
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

Selain ketentuan-ketentuan tersebut berlaku pula dalam ketentuan ini:


Dokumen Lelang sudah di Syahkan oleh Pemberi Tugas (Gambar kerja, RKS, BQ, B.A Aanwijzing dan Surat
Perjanjian/Kontrak).
Shop Drawing yang dibuat oleh Pemborong dan sudah disetujui/disahkan oleh pemberi tugas dan
pengawas.
Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan tertulis yang diberikan oleh Konsultan Pengawas.

Selain Standard/peraturan di Indonesia, untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, bagi pekerjaan-pekerjaan yang peraturan
dalam negerinya belum lengkap. Peraturan-peraturan tersebut adalah:
1. American Society of Testing Materials/ASTM
2. American Institute of Steel Construction/AIS
3. American Welding Society/AWS
4. National Society of Heating, Refrigerating and Air Conditioning Engineers/ASHRAE
5. National Fire Protection Articles/NFPA
6. International Electronical Commision/EIC
7. British Standard/BS
8. Deutsche Institute fur Normungs
9. Japanese Industrial Standard

3
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

BAB II
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN

2.1 PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN


1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi, maka
Kontraktor Pelaksana untuk proyek seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan
seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Fisik.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan secara seluruhnya sesuai dengan ketentuan-
ketentuan di dalam Dokumen Kontrak.
3. Tugas dan kegiatan Kontraktor Pelaksana adalah seperti yang disebutkan dalam Keputusan Menteri
Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang
Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi atau menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh
Owner dalam Kontrak Kerja Fisik.
4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan struktur organisasi pelaksana lapangan proyek kepada Owner
yang didalamnya tercantum beberapa tenaga ahli Kontraktor Pelaksana dengan posisi minimal seperti
berikut atau sesuai yang diajukan:
- Site Manager;
- Pengawas Lapangan;
- Draftman;
- Administrasi Proyek; dan
- Operator Computer.
5. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai dengan bobot pekerjaan yang ditangani
dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner.
6. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur\organisasi lapangan proyek yang diajukan
oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan minimal selama jam kerja.
7. Pengantian tenaga ahli oleh Kontraktor Pelaksana selama proses pelaksanaan pekerjaan harus diketahui
dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
8. Site Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui oleh Konsultan Supervisi jika
hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.
9. Konsultan Supervisi berhak mengajukan kepada Owner untuk penggantian tenaga ahli Kontraktor
Pelaksana yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan
tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
10. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Kontraktor Pelaksana harus mampu memberikan
keputusan yang bersifat teknis dan administratif di lokasi pekerjaan.

2.2 GAMBAR PELAKSANAAN (SHOP DRAWING)


a) Kontraktor wajib membuat Shop Drawing/gambar detail pelaksanaan di lapangan berdasarkan Gambar
Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan lapangan.

4
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

b) Kontraktor wajib membuat Shop Drawing juga untuk detail-detail khusus yang belum tercakup lengkap
dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan Pengawas/MK.
c) Dalam semua Shop Drawing harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang diperlukan
termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan atau
spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap
didalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun didalam buku ini.
d) Kontraktor wajib mengajukan Shop Drawing tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi. Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor
dan diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuai dengan format
standar dari proyek dan harus digambarkan pada kertas kalkir yang dapat direproduksi.

2.3 GAMBAR HASIL PELAKSANAAN (AS BUILD DRAWING)


1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Hasil Pelaksanaan ( Asbuilt Drawing) yang sesuai
dengan hasil pelaksanaan pekerjaan dilapangan sebelum serah terima tahap pertama dilakukan.
2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan As Built Drawing adalah pekerjaan yang berhubungan dengan
instalasi berikut ini dan pekerjaan –pekerjaan lain yang ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
3. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi,
Konsultan Perencana dan Owner.
4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set As Built Drawing yang telah disetujui kepada
Konsultan Supervisi, Owner dan Konsultan Perencana kepada Owner.
5. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat yang baik pada bangunan oleh
Owner atau pengguna bangunan.

2.4 BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN BANGUNAN (OPERATION HAND BOOK)


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Buku Petunjuk Penggunaan atau system
operasi (Operation Hand-Book) sebelum masa Serah Terima Pertama untuk semua peralatan dan
instalasi yang ada dalam bangunan seperti :
a. Instalasi Listrik;
b. Instalasi Air Bersih dan Air Kotor ;
2. Operation Hand-Book harus diserahkan kepada Owner dan pengguna bangunan dengan memberikan
penjelasan yang diperlukan.
3. Operation Hand-Book harus disimpan dengan baik dalam bangunan pada tempat yang ditentukan oleh
Owner atau pengguna bangunan.

2.5 KESALAHAN PEKERJAAN DAN PEKERJAAN CACAT


1. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri semua kesalahan pekerjaan dan cacat
pekerjaan baik pada tahap pelaksanaan maupun pada saat sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO)
dan pekerjaan dinyatakan selesai 100%.

5
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

2. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan adalah hasil pemeriksaan bersama antara Kontraktor
Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO) dan pekerjaan
dinyatakan selesai 100%.
3. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan dari hasil pemeriksaan oleh Pelaksana, Konsultan Supervisi
dan Owner dicantumkan dalam sebuah Daftar Pekerjaan Cacat yang ditandatangani oleh ketiga pihak
tersebut.
4. Konsultan Manajemen atau Owner harus membuat Berita Acara Hasil Pemeriksaan Pekerjaan untuk
ditandatangani oleh Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner.
5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam Daftar Pekerjaan Cacat menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana memperbaikinya dengan biaya sendiri.
6. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana dikarenakan kurang
memahami Gambar dan kurangnya kontrol terhadap pekerja sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki dengan biaya sendiri.
7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana karena lemahnya pengawasan
dan kontrol oleh Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar perintah tertulis dari Konsultan Supervisi tetap
menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya.
8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab lain tanpa ada unsur-unsur
kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa pemeliharaan bangunan tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam Kontrak
Kerja.
9. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki
kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat pada masa pelaksanaan.
10. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.

2.6 RENCANA WAKTU PELAKSANAAN


1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana waktu penyelesaian pekerjaan (time schedule)
keseluruhan kepada Konsultan Supervisi dan Owner sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan kecuali
ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaiankan pekerjaan sesuai dengan rencana waktu penyelesaian
pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner kecuali ditentukan lain
dalam Kontrak Kerja.
3. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah
disetujui oleh Konsultan Supervisi kepada Owner.
4. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu penyelesaian pekerjaan mingguan pada
tahap pelaksanaan pekerjaan kepada Konsultan Supervisi.
5. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penyelesaian pekerjaan mingguan yang
diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung
jawabkan secara teknis.

6
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

6. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena kesalahan dalam menyusun
waktu pemnyelesaian pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
7. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena factor cuaca seperti hujan
yang lebih dari 1 hari kerja dan dibuktikan dengan catatan cuaca dalam Laporan Harian yang disetujui
oleh Konsultan Supervisi harus diperhitungkan untuk enambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
8. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena factor-factor non teknis
yang lebih dari 3 hari kerja dan diketahui oleh Konsultan Supervisi seperti permasalahan dengan
tanah/lahan pekerjaan sehingga Kontraktor pelaksanan tidak bisa memasuki dan memulai pekerjaan,
ganguan keamanan dari masyarakat setempat harus diperhitungkan untuk penambahan waktu
pelaksanaan pekerjaan.
9. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena permasalahan yang
berhubungan dengan Spesifikasi Teknis, Gambar Disain, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja dimana tidak
ada keputusan yang pasti dari Konsultan Supervisi dan Owner lebih dari 3 hari kerja harus diperhitungkan
untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
10. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan yang disebabkan oleh hal-hal
selain seperti yang disebutkan dalam point 6, point 7 dan point 8 tidak boleh diperhitungkan untuk
penambahan waktu pelaksanaan kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja dengan persetujuan
Konsultan Supervisi dan Owner.
11. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang diberikan kepada Kontraktor
Pelaksana karena alasan-alasan seperti yang disebutkan pada point 6, point 7 dan point 8 adalah
menurut keputusan Konsultan Supervisi dan Owner.

2.7 REQUEST MATERIAL DAN REQUEST PEKERJAAN


1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan penggunaan semua material bangunan ( request
material) sebelum material bangunan tersebut dipakai dan dimasukan kelokasi pekerjaan.
2. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus disertai dengan contoh material dan
disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dianggap sah dan diakui
apabila disetujui minimal oleh Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu set contoh material yang telah
disetujui kepada Konsultan Supervisi.
5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner tidak boleh dipakai sebagai
material bangunan dan harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.
6. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan (request pekerjaan) untuk pekerjaan yang
akan dikerjakan.
7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
8. Kontraktor pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tanpa Request Material atau jika Request
Pekerjaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.
9. Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

7
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

2.8 METODE PELAKSANAAN


1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Metode Pelaksanaan terhadap pekerjaan Pembesian Plat
Lantai, Pengecoran Plat Lantai, Eriction Konstruksi Baja dan Eriction Konstruksi Kuda-Kuda serta
pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukanya.
2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika Metode Pelaksanaan yang diajukan
belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Item-item pekerjaan yang memerlukan Metode Pelaksanaan ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

2.9 RENCANA MATERIAL DAN PERALATAN


1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana material dan peralatan mingguan yang akan
digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan Supervisi.
2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan peralatan mingguan yang diajukan
oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana material dan peralatan mingguan yang
diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung
jawabkan secara teknis.

2.10 RENCANA TENAGA KERJA


1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana pengunaan tenaga kerja mingguan yang akan
digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan Supervisi.
2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penggunaan tenaga kerja mingguan yang
diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung
jawabkan secara teknis.

2.11 PEKERJAAN DILUAR JAM KERJA


1. Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan alasan
mempercepat proses penyelesaian pekerjaan harus diketahui oleh Konsultan Supervisi.
2. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan Supervisi untuk pengawasan pekerjaan
diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas pekerjaan yang dilakukan diluar jam
kerja normal atau pada malam hari.

2.12 LAPORAN PELAKSANAAN

8
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan kepada
Konsultan Supervisi tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh Kontraktor pelaksana
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan langsung kelapangan akan kebenaran data
yang ada dalam laporan harian, laporan minnguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh Kontraktor
Pelaksana.
4. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat dalam rangkap 4 (empat). Salah satu
tembusan laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan harus berada pada lokasi pekerjaan.
Masing-masing Laporan harian, laporan mingguan dan bulanan harus diserahkan kepada Konsultan
Supervisi dan Owner.
2.13 SURAT MENYURAT DAN KOMUNIKASI
1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya administratif harus melalui dan ditujukan kepada Konsultan
Supervisi serta Owner.
2. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya teknis harus melalui dan ditujukan kepada Konsultan Supervisi
juga diketahui oleh Owner.
3. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di luar proyek tidak perlu melalui
dan diketahui oleh Konsultan Supervisi. Kontraktor Pelaksana tetap wajib memberikan informasi
tentang hal tersebut kepada Konsultan Supervisi.

2.14 RAPAT KOORDINASI DAN RAPAT LAPANGAN (SITE MEETING)


1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap minggu, dipimpin oleh
Owner atau Konsultan supervisi.
2. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili minimal oleh Site Manager
atau Supervisor Lapangan.
3. Kosumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana kecuali ditentukan lain oleh
Owner.
4. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap minggu,
dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.
5. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat lapangan dengan diwakili minimal oleh Supervisor
lapangan.
6. Kosumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana kecuali ditentukan lain oleh
Owner.
2.15 WEWENANG OWNER (PEMBERI TUGAS) MEMASUKI LOKASI PEKERJAAN
1. Owner (Pemberi Tugas) dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki lokasi pekerjaan
dan bengkel kerja atau tempatt empat lain dimana Kontraktor Pelaksana melaksanakan pekerjaan
untuk Kontrak.

9
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan oleh Sub Kontraktor Pelaksana
menurut ketentuan dalam Sub Pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus memberikan jaminan
agar supaya Owner dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan
tempat-tempat lain kepunyaan Sub Pelaksana pekerjaan.
3. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memberikan instruksi langsung dilapangan kepada
Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Supervisi untuk suatu perbaikan atau perubahan jika dalam
proses pelaksanaan pekerjaan ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi
Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja.
4. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memerintahkan Konsultan Supervisi secara tertulis untuk
menghentikan proses pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana sementara
waktu jika ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of
Quantity dan Kontrak Kerja.
5. Kontraktor Pelaksana harus menjamin dan bertangung jawab penuh akan keselamatan Owner dan
para wakilnya selama berada dilokasi pekerjaan.

2.16 PENANGGUNG JAWAB PENGAWASAN


1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa Konsultasi, maka Konsultan
Supervisi untuk proyek seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang
disebutkan dalam Kontrak Kerja Konsultan Supervisi.
2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang disebutkan dalam Keputusan Menteri
Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang
Penyedia Jasa Pengawas Konstruksi atau menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh
Owner dalam Kontrak Kerja konsultan Supervisi.
3. Konsultan Supervisi harus mengajukan struktur organisasi pengawasan lapangan proyek kepada
Owner dimana didalamnya tercantum beberapa tenaga ahli Konsultan Supervisi dengan posisi minimal
seperti berikut atau seperti yang diajukan :
1. Site Engineer/Team Leader;
2. Inspector;
3. Tenaga Administrasi; dan
4. Operator Computer.
4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi pengawasan lapangan proyek
yang diajukan oleh Konsultan Supervisi harus berada dilokasi pekerjaan minimal selama jam kerja.
5. Konsultan Supervisi harus menyerahkan Struktur Organisasi pengawasan lapangan proyek yang telah
disetujui oleh Owner kepada Kontraktor Pelaksana.
6. Pengantian tenaga ahli oleh Konsultan Supervisi selama proses pelaksanaan pekerjaan harus diketahui
dan disetujui oleh Owner.
7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner jika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam
jangka waktu lebih dari 3 hari.

10
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

8. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan kepada Owner untuk pengantian tenaga ahli Konsultan
Supervisi yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan
tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan Supervisi harus mampu memberikan
keputusan yang bersifat teknis di lokasi pekerjaan.
10. Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan laporan bulanan kepada Owner atas segala
hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor pelaksana. Bentuk, format, dan isi
laporan Konsultan Supervisi adalah berdasarkan hasil diskusi dengan Owner.

2.17 INSTRUKSI KONSULTAN SUPERVISI


1. Kontraktor Pelaksana harus mematuhi dan melaksanakan semua instruksi atau perintah yang
dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi harus dalam bentuk tulisan.
3. Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan dan harus diikuti oleh Kontraktor
Pelaksana selama disertai oleh alasanalasan yang jelas dan sesuai dengan Spesifikasi Teknis.
4. Instruksi dari Konsultan Supervisi dapat berupa hal-hal seperti disebutkan dibawah ini:
5. Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga membahayakan bagi konstruksi, atau
pekerjaan finishing yang kurang baik atau hal-hal lain yang menyimpang dari Spesifikasi Teknis dan
Gambar Bestek.
6. Perintah untuk menyingkirkan material/bahan bangunan yang tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis.
7. Perintah untuk mengantikan Pelaksana lapangan dari Kontraktor Pelaksana yang dianggap kurang
mampu.
8. Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan alasan untuk mempercepat proses
pelaksanaan pekerjaan.
9. Perintah untuk melakukan perubahan-perubahan pada metode pelaksanaan Kontraktor Pelaksana
yang dianggap tidak tepat sehingga dapat mengurangi kualitas dan memperlambat proses
penyelesaian pekerjaan.

2.18 PERUBAHAN-PERUBAHAN DISAIN DAN PERBEDAAN-PERBEDAAN


1. Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan persetujuan Owner berhak mengadakan
perubahan-perubahan pada Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity yang wajib
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
2. Kontraktor Pelaksana dengan alasan apapun tidak boleh melakukan perubahan pada Gambar Bestek,
Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity tanpa persetujuan Konsultan Supervisi atau Konsultan
Perencana.
3. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang dilakukan oleh Konsultan
Perencana, Konsultan Supervisi Dan Owner harus disampaikan secara tertulis kepada Kontraktor
Pelaksana untuk dilaksanakan.

11
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

4. Perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang dilakukan oleh Konsultan
Supervisi, Konsultan Perencana, dan Owner secara lisan atau tidak tertulis tidak wajib untuk
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana. Resiko karena melaksanakan Instruksi tidak tertulis
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
5. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis tidak boleh menambah biaya
pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dari biaya pelaksanaan yang ada dalam Kontrak Kerja
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Owner.
6. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan Gambar Bestek dan Spesifikasi
Teknis yang diusulkan oleh Konsultan Perencana dan Owner dilakukan oleh Konsultan Perencana
diketahui oleh Owner.
7. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan Gambar Bestek dan Spesifikasi
Teknis yang diusulkan oleh Kontraktor Pelaksana dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana diketahui oleh
Konsultan Supervisi dan disetujui oleh Owner.
8. Kontraktor berhak memeriksa hasil perhitungan akan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya yang
dilakukan oleh Konsultan Perencana.
9. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidak sesuaian antara Gambar Bestek, Spesifikasi
Teknis, dan Bill of Quantity Konsultan Supervisi tidak dibenarkan mengambil keputusan secara sepihak
tetapi harus melaporkannya kepada owner untuk tindakan selanjutnya.
10. Konsultan Supervisi dengan persetujuan Konsultan Perencana dan Owner berhak menentukan acuan
mana yang harus dipegang bila terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan bill of
Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
11. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Supervisi, jika terjadi perbedaan
antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity maka urutan acuan yang harus dipegang
ditentukan seperti berikut :
1. Kontrak Kerja;
2. Bill of Quantity;
3. Gambar Bestek serta Gambar Revisi; dan
4. Spesifikasi Teknis.

12
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

BAB III
PEKERJAAN PERSIAPAN

3.1 PAPAN NAMA PROYEK


1. Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek yang memuat tentang identitas
proyek.
2. Papan nama proyek mengunakan papan/kayu dengan ukuran minimal 150 cm x 250 cm kecuali
ditentukan lain oleh Owner. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas
terbaik sehingga sanggup bertahan minimal sampai selesainya pengerjaan proyek. Latar papan nama
dapat berupa papan kayu tebal minimal 2 cm atau multiplek dengan tebal minimal 12 mm. Penggunaan
bahan dan material lain harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
3. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna hitam, kecuali untuk logo atau simbul
dapat dipakai warna yang bervariasi.
4. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Penyandang Dana, Instansi Pemilik Bangunan,
Kontraktor Pelaksana, Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi.
5. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan proyek, waktu mulai proyek, dan waktu
penyelesaian proyek.

3.2 KANTOR LAPANGAN KONSULTAN SUPERVISI ( DIREKSI KEET )


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat kantor konsultan Supervisi (Direksi Keet)
untuk keperluan operasional supervisi.
2. Pemanfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Konsultan Supervisi (Direksi Keet) harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
3. Direksi Keet mempunyai ukuran minimal 24 m2.
4. Direksi Keet tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
5. Direksi Keet minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu dengan penerangan yang cukup
dan sirkulasi udara yang baik.
6. Lantai Direksi Keet minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan
permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
7. Jika Direksi Keet harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai Direksi Keet harus dibuat
dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu
dengan kelas II.
8. Dinding Direksi Keet minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari
kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.

13
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

9. Atap Direksi Keet dari bahan seng BJLS 0,20 mm.


10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas harus dengan
persetujuan Konsultan supervisi.
11. Direksi Keet harus dilengkapi minimal dengan :
a. Meja Kerja : 3 Buah
b. Kursi Kerja : 6 buah
c. Papan Tulis : 1 Buah
d. Rak Arsip : 1 Buah
e. Meja Rapat : 1 Buah
f. Kursi Rapat : 6 Buah
g. Air Minum
12. Posisi dan letak Direksi Keet ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana dengan Konsultan
Supervisi. Letak Direksi Keet tidak boleh berada terlalu dekat dengan posisi bangunan yang sedang
dikerjakan.

3.3 KANTOR LAPANGAN KONTRAKTOR PELAKSANA


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kantor Lapangan untuk keperluan
operasional pelaksanaan pekerjaan.
2. Pemanfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Lapangan harus dengan persetujuan Konsultan
Supervisi dan Owner.
3. Kantor Lapangan mempunyai ukuran minimal 24 m2.
4. Kantor Lapangan tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
5. Kantor Lapangan minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu dengan penerangan yang
cukup dan sirkulasi udara yang baik.
6. Lantai Kantor Lapangan minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan
permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
7. Jika Kantor Lapangan harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai Kantor Lapangan
harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50
cm dari kayu dengan kelas II.
8. Dinding Kantor Lapangan minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm
dari kayu kelas II.
9. Atap Kantor Lapangan dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas harus dengan
persetujuan Konsultan supervisi.
11. Kantor Lapangan harus dilengkapi minimal dengan :
a. Meja Kerja : 3 Buah
b. Kursi Kerja : 6 buah
c. Papan Tulis : 1 Buah
d. Rak Arsip : 1 Buah

14
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

e. Meja Rapat : 1 Buah


f. Kursi Rapat : 6 Buah
g. Air Minum
12. Posisi dan letak Kantor Lapangan ditentukan bersama antara Kontraktor Pelaksana dengan Konsultan
Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan
yang sedang dikerjakan.

3.4 TOILET / WC DAN KAMAR MANDI LAPANGAN


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kamar Mandi dan WC untuk keperluan Staf
Kontraktor Pelaksana, Staf Konsultan Supervisi, dan para pekerjan dan buruh.
2. Pemamfaatan Bangunan Lama atau Kamar Mandi dan WC lama yang telah ada dilokasi pekerjaan
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Kamar Mandi dan WC mempunyai ukuran minimal 12 m2.
4. Toilet/WC staf Kontraktor Pelaksana dan staf Konsultan Supervisi harus dibuat terpisah dengan
Toilet/WC serta Kamar Mandi pekerja.
5. Kamar Mandi dan WC tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
6. Lantai Kamar Mandi dan WC minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr
dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
7. Dinding Kamar Mandi dan WC 1 meter dari lantai dibuat dari pasangan batu bata dan diplaster
sedangkan bagian atasnya boleh dibuat dari dinding papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding
kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.
8. Atap Kamar Mandi dan WC dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas harus dengan
persetujuan Konsultan supervisi.
10. Kamar Mandi dan WC harus dilengkapi dengan Kloset jongkok, kran air, bak tampungan air, dan
saluran pembuangan air kotor. Kamar Mandi dan WC juga harus dilengkapi dengan Septictank dan
saluran resapan.
11. Posisi dan letak Kamar Mandi dan WC ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana dengan
Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi
bangunan yang sedang dikerjakan.

3.5 GUDANG PENYIMPANAN MATERIAL


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Gudang penyimpanan material untuk
melindungi material yang tidak segera dipakai.
2. Pemamfaatan bangunan lama dilokasi pekerjaan untuk keperluan Gudang Penyimpanan Material harus
dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Gudang Penyimpanan Material mempunyai ukuran minimal 50 m2.
4. Gudang Penyimpanan Material tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.

15
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

5. Lantai Gudang Penyimpanan Material minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm: 2 Ps : 3
Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
6. Untuk tempat penyimpanan material semen lantainya harus dibuat benar-benar terlindung dari
rembesan air.
7. Jika Gudang Penyimpanan Material harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai
Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai
ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan
kelas II.
8. Dinding Gudang Penyimpanan Material minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu
ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.
9. Atap Gudang Penyimpanan Material dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas harus dengan
persetujuan Konsultan supervisi.
11. Posisi dan letak Gudang Penyimpanan Material ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana
dengan Konsultan Supervisi. Letak Gudang Penyimpanan Material tidak boleh berada terlalu dengan
dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
12. Gudang Penyimpanan Material sebaiknya tidak diletakkan didalam lokasi pekerjaan kecuali dalam
keadaan memaksa dan sulit mencari lokasi lain.

3.6 BARAK PEKERJA


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Barak Pekerja untuk keperluan pekerja
yang menginap dilokasi pekerjaan.
2. Pemanfaatan bangunan lama yang ada dilokasi pekerjaan untuk keperluan Barak Kerja harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Barak Pekerja harus sanggup menampung semua pekerja yang menginap dilokasi pekerjaan atau
minimal berukuran 50 m2.
4. Pada Barak Pekerja harus disediakan juga dapur untuk keperluan kosumsi sehari-hari para pekerja.
5. Barak Pekerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
6. Lantai Barak Pekerja minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan
permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
7. Jika Barak Pekerja harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai Gudang Penyimpanan
Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal
50 cm dari kayu dengan kelas II.
8. Dinding Barak Pekerja minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm
dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.
9. Atap Barak Pekerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas harus dengan
persetujuan Konsultan supervisi.

16
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

11. Posisi dan letak Barak Pekerja ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana dengan Konsultan
Supervisi.
12. Barak Pekerja tidak boleh diletakkan didalam lokasi pekerjaan.

3.7 BENGKEL KERJA / PABRIKASI


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Bengkel Kerja atau tempat Pabrikasi
terutama untuk pekerjaan yang berhubungan dengan kayu dan baja profil dan baja tulangan.
2. Pemamfaatan bangunan lama yang telah ada dilokasi pekerjaan untuk keperluan Bengkel Kerja harus
dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Ukuran minimal Bengkel Kerja pekerjaan untuk masing-masing pekerjaan pabrikasi adalah 50 m2.
4. Bengkel Kerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
5. Bangunan Bengkel Kerja dapat dibuat dari konstruksi kayu.
6. Atap Bengkel Kerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
7. Bengkel Kerja tidak boleh ditempatkan dalam lokasi pekerjaan kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Supervisi.

3.8 INSTALASI AIR BERSIH DAN INSTALASI LISTRIK SEMENTARA


1. Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan Instalasi air bersih dan Instalasi listrik
sementara selama berlangsungnya masa pelaksanaan pekerjaan untuk keperluan operasional dan
keperluan pekerjaan-pekerjaan konstruksi.
2. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan Instalsi Listrik dan Instalasi Air Bersih dan Sumber Air Bersih
yang telah ada dilokasi pekerjaan tanpa persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.

3.9 PERLENGKAPAN KEAMANAN KERJA DAN P3K


1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja untuk semua pekerja yang
berada dalam lokasi pekerjaan dan tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan.
2. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat-alat seperti berikut ini :
1. Helm Pelindung Kepala;
2. Sepatu untuk melindungi kaki;
3. Pemadam Kebakaran; dan
4. Kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.
3. Jika terjadi kecelakaan kerja di lokasi pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan
maka Kontraktor Pelaksana diwajibkan mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban.
4. Semua biaya yang diperlukan untuk perawatan dan pengobatan korban kecelakaan dilokasi pekerjaan
menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.
5. Yang dimaksud dengan korban dilokasi pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Kontraktor pelaksana
adalah :
a. Personil atau semua tenaga kerja Kontraktor Pelaksana;
b. Personil Konsultan Supervisi.;

17
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

c. Owner dan para wakilnya;


d. Tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan; dan
e. Orang yang berada dalam lokasi pekerjaan dengan ijin dan sepengetahuan Kontraktor Pelaksana.

3.10 PENJAGA KEAMANAN LOKASI PEKERJAAN


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus menyediakan tempat/pos penjaga keamanan lokasi
pekerjaan beserta minimal 2 orang penjaga keamanan yang bekerja selama 24 jam.
2. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan bentuk dan dimensinya ditentukan oleh Kontraktor
Pelaksana.
3. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan tidak boleh berada di dalam lokasi pekerjaan. Pos
penjaga harus berada diluar pagar pengaman lokasi pekerjaan.
BAB IV
PEKERJAAN AWAL

4.1 PEMBERSIHAN LAPANGAN


1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi pekerjaan dari segala sesuatu yang dapat
menggangu pelaksanaan pekerjaan seperti bangunan lama, hasil bongkaran bangunan lama,
pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.
2. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengupasan terhadap tanah humus setebal minimal 30 cm
sebelum dilakukan pekerjaan konstruksi terutama pekerjaan timbunan tanah.
3. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Bestek adalah muka tanah yang telah
bersih dari pepohonan, semak belukar, dan lapisan tanah humus atau muka tanah timbun yang telah
dipadatkan kecuali diitentukan lain dalam Gambar Bestek.
4. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus tidak boleh dipakai sebagai material
timbunan atau diolah kembali untuk dipakai sebagai material bangunan.
5. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama dan pengupasan lapisan humus harus
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dan dibuang sejauh mungkin dari lokasi pekerjaan atau ketempat
yang tidak menggangu lingkungan hidup.
6. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengelupasan lapisan humus tidak boleh berada dilokasi
pekerjaan lebih dari 3 (tiga) hari.

4.2 PEMBONGKARAN KONSTRUKSI BANGUNAN LAMA


1. Kontraktor Pelaksana harus membongkar Konstruksi Bangunan Lama atau sisa bangunan lama sesuai
dengan Gambar Bestek atau Bill of Quantity seperti dinding, lantai, atap, plafond, perkerasan lama dan
pondasi yang ada didalam lokasi pekerjaan.
2. Sebelum melakukan pekerjaan pembongkaran Kontraktor Pelaksana harus membuat permohonan
tertulis kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan diketahui Konsultan Supervisi serta Owner.
3. Dalam melakukan pembongkarann bangunan lama Kontraktor Pelaksana harus menjamin untuk tidak
merusak bangunan disekitar lokasi pekerjaan dan bangunan-bangunan yang oleh Owner tidak diijinkan
untuk dibongkar.

18
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

4. Kerusakan-kerusakan bangunan lama dan bangunan disekitar lokasi pekerjaan akibat aktifitas
pembongkaran bangunan oleh Kontraktor Pelaksana menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana
apabila ada tuntutan ganti rugi oleh pemilik bangunan.
5. Hasil Bongkaran bangunan lama adalah milik Owner atau pemilik bangunan. Kontraktor Pelaksana
bertanggung jawab penuh terhadap keamanan, kehilangan dan pemanfaatan hasil bongkaran
bangunan lama oleh pihak-pihak ketiga tanpa seizin Owner atau pemilik bangunan.
6. Hasil bongkaran bangunan lama tidak boleh dimamfaatkan kembali oleh Kontraktor Pelaksana untuk
material bangunan didalam lokasi maupun diluar lokasi proyek tanpa seizin Konsultan Supervisi dan
Owner.

4.3 PENENTUAN LETAK BANGUNAN ( SETTING OUT )


1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan Seetting Out atau pengukuran kembali akan kebenaran posisi
bangunan yang akan dibangun seperti yang telah ada dalam Lay Out bangunan pada Gambar Bestek.
2. Pekerjaan Setting Out yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana harus diketahui dan didampinggi oleh
Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, Owner dan Pemilik Bangunan.
3. Pekerjaan Setting Out tidak boleh dilakukan secara manual tetapi harus menggunakan alat ukur seperti
Theodolit dan Waterpas.
4. Hasil pekerjaan Setting Out harus menghasilkan satu ketetapan bersama yang pasti akan elevasi tanah,
elevasi bangunan, posisi penempatan bangunan dan batas-batas lahan kerja. Ketetapan akan elevasi dan
posisi bangunan harus direalisasikan dilapangan dengan memasang patok-patok sementara dari kayu
ukuran 5/7 cm yang ditanam minimal 30 cm dalam tanah dan ujungnya ditandai dengan cat minyak.
5. Hasil pekerjaan Seetting Out tidak boleh berbeda dengan Lay Out bangunan yang ada dalam Gambar
Bestek kecuali dengan alasan-alasan kondisi lahan existing yang berubah dan alasan-alasan teknis yang
disetujui oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Supervisi.
6. Perubahan-perubahan posisi bangunan karena alasan keterbatasan lahan atau berubahanya kondisi
existing lahan harus disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner.
7. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar hasil pekerjaan Seeting Out dan disetujui oleh Konsultan
Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner.

4.4 PAGAR PELINDUNGAN LOKASI PEKERJAAN


1. Kontraktor Pelaksana harus melindungi lokasi pekerjaan selama berlangsungnya pekerjaan konstruksi dari
ganguan luar.
2. Pagar Proyek didirikan pada batas-batas yang mengelilingi tapak proyek, dapat berupa Pagar Seng BJLS
0,25 mm dengan rangka kayu setinggi 2 meter dari muka tanah dan dicat dengan rapi. dipasang pada tiang
rangka kayu klas II, dan diperkuat dengan beton setempat dan penyokong kayu. Pada tempat-tempat yang
ditentukan dalam gambar dibuat pintu masuk untuk kendaraan angkutan dan pintu masuk orang dengan
persetujuan Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan.

19
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

3. Pagar proyek harus dipelihara keutuhannya selama pembangunan proyek ini dan dibongkar hanya atas
persetujuan Pengguna Jasa /Pengawas Lapangan.
4. Pagar Pelindung lokasi pekerjaan harus segera dibuat setelah hasil pekerjaan Setting Out disetujui oleh
Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner.

4.5 PEMASANGAN BOUWPLANK


1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemasangan Bouwplank sebagai acuan tetap pada semua
bangunan yang akan dikerjakan termasuk septictank dan Ground Resevoir.
2. Jarak pemasangan bouwplank dari struktur terluar bangunan yang akan dibangun minimal 1 m dan
maksimal 2 m.
3. Bouwplank dibuat dari tiang-tiang kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam dalam tanah minimal 40 cm dan dengan
jarak maksimal setiap tiang adalah 2 meter. Untuk keperluan acuan elevasi dipakai papan kayu 2,5/25 cm
atau kayu ukuran 2,5/7 cm yang dipaku pada tiang-tiang kayu 5/7 cm.
4. Bouwplank harus mempunyai posisi dan elevasi yang tetap terhadap bangunan yang akan dibangun dan
tidak boleh berubah posisi dan elevasinya sebelum struktur bangunan yang paling rendah seperti pondasi
dan sloof selesai dikerjakan.
5. Posisi penempatan bouwplank harus sesuai dengan hasil pekerjaan Seeting Out.
6. Hasil pekerjaan pemasangan bouwplank harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4.6 PEMBERSIHAN AKHIR


1. Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja harus ditinggal dalam keadaan bersih dan siap untuk
dipakai Pemilik.
2. Kontraktor Pelaksana juga harus mengembalikan bagian-bagian dari tempat kerja yang tidak diperuntukan
dalam Dokumen Kontrak ke kondisi semula.

20
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

BAB V
PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN

5.1. GALIAN TANAH PONDASI


1. Pekerjaan Galian harus dimulai dari elevasi paling atas atau elevasi akhir dari timbunan tanah yang telah
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Posisi galian pondasi harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil Setting Out atau
Lay Out daerah galian pondasi yang ada dalam Gambar Bestek.
3. Bentuk galian dan kedalaman galian pondasi sesuai dengan Gambar Bestek.
4. Pengalian pondasi dilakukan secara manual oleh para pekerja.
5. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang diperlukan, maka kelebihi
kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
6. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat pemadat sehingga mencapai
kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.
7. Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing bangunan lama maka akar
dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali dengan pasir urug hingga mencapai elevasi
kedalaman yang diperlukan.
8. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan pondasi harus ditempatkan dengan jarak
tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi
pondasi.
9. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum pekerjaan konstruksi
pondasi plat lantai selesai dikerjakan.
10. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah disekitar galian adalah
tanah agresif, labil, danmudah runtuh sehingga membahayakan pekerjaan pengalian.
11. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

21
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

5.2 URUGAN GALIAN PONDASI


1. Urugan galian pondasi dikerjakan setelah pekerjaan konstruksi pondasi selesai dikerjakan 100%.
2. Untuk urugan pondasi dapat digunakan tanah hasil galian pondasi atau material lain yang disetujui oleh
Konsultan supervisi.
3. Jika untuk urugan pondasi dipakai tanah lain dan bukan tanah hasil galian pondasi maka tanah tersebut
harus melalui proses pemeriksaan di Laboratorium Tanah sebelum dipakai sebagai material urugan pondasi
dan hal ini harus diketahui serta disetujui oleh Konsultan Supervisi. Semua biaya yang dikeluarkan untuk
pengadaan material tanah dan proses pemeriksaan di Laboratorium Tanah dibebankan kepada Kontraktor
Pelaksana.
4. Tanah Humus atau tanah hasil pembersihan lapangan setebal 30 cm dari muka tanah dasar tidak boleh
digunakan sebagai urugan pondasi.
5. Tanah urugan pondasi harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper atau alat lain yang disetujui oleh
Konsultan supervisi.
6. Pemadatan dilakukan lapis berlapis dengan ketebalan minimal setiap lapisanya adalah 30 cm.
7. Hasil pekerjaan urugan pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

5.3 TIMBUNAN TANAH


1. Sebelum dilakukan pekerjaan timbunan tanah atau perbaikan tanah Kontraktor Pelaksana harus
memastikan pekerjaan galian tanah pondasi telah selesai 100% dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Material timbunan adalah tanah gunung yang gembur tidak berbungkah-bungkah, bukan tanah liat, bukan
tanah sawah, bukan hasil bongkaran bangunan lama, bukan pasir laut, bukan pasir urug dan bukan pasir
beton.
3. Material timbunan adalah tanah yang mudah dipadatkan.
4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Request Material timbunan tanah kepada Konsultan Supervisi
sebelum material tersebut didatangkan ke lokasi pekerjaan.
5. Material timbunan yang akan dipakai harus melalui proses pemeriksaan dan penelitian di Laboratorium
Mekanika Tanah.
6. Tanah timbun harus mempunyai sifat-sifat fisik dan daya dukung yang minimal sama atau lebih baik dari
lapisan tanah dibawahnya setelah dipadatkan.
7. Tanah timbun sekurang-kuranganya harus mempunyai angka CBR Laboratorium minimal 10% dan angka
CBR setelah pemadatan minimal 10%.
8. Material timbunan tanah harus dipadatkan lapisan demi lapisan dengan Alat Stamper. Tebal minimal tiap
lapisan adalah 30 cm.
9. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
10. Tidak dibenarkan mengerjakan pekerjaan lain diatas permukaan tanah timbunan sebelum pekerjaan
timbunan dan pemadatan tanah selesai 100% serta disetujui oleh Konsultan Supervisi.

5.4 PASIR URUG

22
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai bangunan, pasir alas pondasi dan alas pekerjaan
lantai kerja beton Pondasi Tapak.
2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton non struktural.
3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.
4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.
5. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.
6. Pasir urug harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper hingga mencapai kepadatan yang disetujui oleh
Konsultan Supervisi atau jenuh air sebelum dilakukan pekerjaan lain diatasnya.
7. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

BAB VI
PEKERJAAN PONDASI

6.1 PASIR PASANG/PASIR HALUS


6.1.1 Pasir Pasang / Pasir Halus
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak lagi memerlukan proses
penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang dipakai untuk keperluan Pasangan Batu Gunung,
Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila pasir pasang
tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir yang berasal dari
laut.

6.1.2 Lantai Kerja


1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan langsung dengan tanah
harus dikerjakan diatas lantai kerja.
2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan mutu K-125 atau sesuai Gambar Bestek.
3. Tebal lantai kerja minimal 7 cm atau sesuai Gambar Bestek.
4. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang air.
5. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

23
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

6.2 PONDASI BATU GUNUNG / BATU KALI


1. Batu Gunung/Batu Kali yang dipergunakan harus berkualitas baik dari jenis yang keras, tidak
berlubang.
2. Batu Gunung/Batu Kali harus bersih dan tidak boleh mengadung atau menempel tanah dan lumut pada
permukaannya.
3. Tidak dibenarkan mengunakan batu karang sebagai pasangan batu kosong, pasangan pondasi dan
pasangan dinding saluran air kotor.
4. Untuk keperluan pondasi ukuran maksimal batu gunung/batu kali adalah 25 cm.
5. Untuk keperluan pasangan Aanstamping/Batu Kosong ukuran maksimal batu gunung/batu kali adalah
10 cm.
6. Penggunaan material lain selain batu gunung untuk keperluan pondasi, pasangan batu kosong dan
saluran air kotor harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
7. Pondasi batu gunung dipasang dengan cara diprofilkan sesuai Gambar Bestek dengan perekat spesi
campuran 1 pc : 4 Ps.
8. pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
9. Pasangan Pondasi dilakukan lapis demi lapis, Antara batu dengan batu harus diberi spesi (antara batu
dengan batu tidak boleh bersentuhan langsung tanpa spesi),dan rongga-rongga diisi dengan batu yang
sesuai dengan besarnya serta spesi secukupnya.
10. Permukaan bagian atas Pondasi Batu Kali/Batu Gunung harus rata ( Water Pass), beri spesi dan
dikasarkan (digaris-garis silang). Pada tempat-tempat yang akan dipasang kolom raktis harus diberi
stick besi beton.

6.3 PONDASI TAPAK BETON BERTULANG


1. Sebelum pekerjaan pondasi tapak dilakukan Kontraktor Pelaksana harus memastikan dan disetujui oleh
Konsultan Supervisi bawah pekerjaan galian tanah sudah selesai 100%.
2. Pondasi Tapak menerus dibuat dari Ready Mix dengan mutu beton K-250 .
3. Dimensi dan ukuran pondasi tapak adalah sesuai dengan Gambar Bestek.
4. Kedalaman galian pondasi tapak dihitung dari elevasi akhir muka tanah timbun atau sesuai Gambar
Bestek.
5. Pekerjaan pengecoran plat pondasi dengan alasan apapun tidak boleh dilakukan dalam kondisi galian
pondasi tergenang air.
6. Elevasi lantai kerja K-100 harus sama untuk semua luas penempatan tapak pondasi.
7. Tidak boleh ada perbedaan elevasi lantai kerja mutu K-100 untuk dudukan tapak pondasi yang melebihi
1 cm.
8. Hasil pekerjaan pengecoran tapak pondasi dan sumuran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

24
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

BAB VII
PEKERJAAN BETON

7.1 PASIR BETON


1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih dari 5% maka pasir tersebut
harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton adalah butiran yang tertahan
pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI)
berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

7.2 KERIKIL BETON


1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih dari 1% maka kerikil tersebut
harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran material beton.

25
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di Laboratorium
Beton.
9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural ( K-125 & K-175 ) atau beton
dengan mutu dibawah K250.
10. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI)
berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

7.3 BATU PECAH


1. Batu pecah adalah hasil produksi mesin pemecah batu (Stone Cruser) dan bukan hasil pekerjaan manual
(manusia).
2. Batu pecah berasal dari batuan kali.
3. Terdiri dari butiran yang keras dan bersifat kekal.
4. Tingkat ketahanan terhadap keausan butiran minimal 95%.
5. Jumlah butiran Lonjong dan Pipih minimal 5%.
6. Tidak boleh mengandung lumpur dan zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat alkali.
7. Ukuran butiran terkecil minimal 1 cm dan ukuran butiran terbesar maksimal 3 cm.
8. Butiran batu pecah dalam setiap meter kubiknya tidak boleh seragam tetapi merupakan campuran antara
butiran 1 cm sampai butiran 3 cm.
9. Batu pecah yang akan dipakai untuk material campuran beton harus melalui proses pemeriksaan di
Laboratorium beton.
10. Batu pecah hanya dan harus dipakai pada campuran beton struktural atau beton dengan mutu K-250
sampai mutu K-300.

7.4 SEMEN PORTLAND


1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton structural maupun beton
non struktural.
3. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
4. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.
5. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen Portland Type I.
6. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk bangunan gedung berlaku juga
pada spesifikasi teknis ini.
7.5 AIR
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang dapat merusak beton.

26
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

3. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari tempat lain kelokasi
pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan Supervisi sebelum digunakan.

7.6 ZAT ADDITIVE


1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang berhubungan kemudahan dalam
pengerjaan beton atau Workability harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian dan percobaan
dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang berlaku secara umum mengenai
zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat dibuktikan secara teknis
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

7.7 TULANGAN BETON


1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 14 mm adalah Baja Ulir.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 4000 kg/cm2 atau 400 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan percobaan/uji tarik pada
Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang dibutuhkan atau sesuai
Gambar Bestek.
7. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam arah yang berlawanan.
8. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari hubungan langsung dengan tanah
dan terlindung dari air hujan.
9. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi
teknis ini.
10. Baja tulangan harus mempunyai tanda standard SII dengan ukuransesuai dengan dokumen lelang.
11. Kontraktor harus memberikan copy sertifikat dan pabrik mengenai kekuatan dan ukuran baja tulangan.
12. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping adanya sertifikat dari pabrik,
juga harus ada/dimintakan sertifikat dari laboratorium baik pada saat pemesanan maupun secara periodik
minimum masing-masing 2 (dua) contoh percobaan ( stress strain) dan pelengkung untuk setiap 20 ton
besi. Pengetesan dilakukon pada laboratorium-laboratorium yangdisetujui oleh direksi teknik.
13. Sebelum baja tulangan dipasang, Kontraktor harus menunjukan hasil-hasil pengujian yang memperlihatkan
mutu baja tulangan tersebut sesuai dengan Gambar Rencana kepada Direksi Teknik untuk mendapat
persetujuan terlebih dahulu.
14. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai dengan apa yang tertera pada
(Gambar Rencana).

27
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

15. Semua baja tulangan yang didesain sebagai tulangan praktis dan tidak termasuk pada gambar rencana
tetapi diperlukan/dibutuhkan untuk memlengkapi pekerjaan harus diadakan pelaksanaannya.
16. Pemasangan dan pengikatan dari baja yang tertanam dalam beton dilakukan pada keadaan normal, tidak
diselesaikan pada saatpengecoran berlangsung. Pada tulangan harus ditempatkan padaposisinya seakurat
mungkin sesuai dengan Gambar Rencana dandiikat kuat agar tidak bergeser saat pengecoran.
17. Kontraktor harus membuat detail shop drawing dengan skala, untuk disetujui oleh Direksi Teknik dalam
pelaksanaanya.
18. Semua baja pada pekerjaan ini permukaannya harus bersih dari larutan-larutan, bahan-bahan atau
material yang dapat member akibat pengurangan lekatan antara beton dan baja.
19. Semua baja tulangan harus dipasang sesuai dengan panjang maksimumnya. Tidak diperbolehkan adanya
sambungan splice pada baja tulangan, kecuali tertera pada Gambar Rencana atau disetujui dari Direksi
Teknik.
20. Jarak antara dua buah sambungan spilce harus dibuat sejauh mungkin, dengan jarak minimum sejauh 40
kali diameter baja tulangan yang disambungkan.
21. Panjang penyaluran baja tulangan pada sambungan splice, kecuali tertera pada Gambar Rencana, harus
dipasang sepanjang minimum seperti tertera pada sandard.
22. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya terdapat kekeliruan atau
kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang ada.
23. Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar.
24. Secepatnyn hal ini diberitahukan pada perencana konstruksi untuk sekedar informasi.
a. Jika hal tersebut di atas akan dimintakan oleh kontraktor sebagai pekerjaan lebih, maka penambahan
tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan Direksi dan Perencana konstruksi.
b. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan tersebut hanya dapat dijalankan
dengan persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi.
c. Mengajukan usul dalam rangka tersebut di atas adalah merupakan juga keharusan dari Kontraktor.

7.8 SELIMUT BETON


1. Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dalam Bill of Quantity dan Gambar Bestek maka aturan
ketebalan selimut beton adalah seperti berikut ini :
Beton yang Tidak Langsung Beton yang Berhubungan
Komponen
Berhubungan Dengan Tanah Dengan Tanah Atau
Struktur
Atau Cuaca Cuaca
ØD 16 Dan Lebih
ØD 36 Dan Lebih Kecil
Lantai Kecil : 40 mm
: 20 mm
> ØD 36 : 40 mm > ØD 36 : 50 mm
Lantai
ØD 36 Dan Lebih Kecil ØD 16 Dan Lebih
Dinding
: 20 mm Kecil : 40 mm
> ØD 36 : 40 mm > ØD 36 : 50
Dinding
Seluruh Diameter ØD 16 Dan Lebih
Balok : 40 mm Kecil : 40 mm

28
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

> ØD 16 : 50
Balok
mm
Seluruh Diameter ØD 16 Dan Lebih
Kolom
: 40 mm Kecil : 40 mm
> ØD 16 : 50
Kolom
mm

2. Untuk konstruksi beton yang dituangkan langsung pada tanah dan selalu berhubungan dengan tanah
berlaku suatu tebal penutup beton minimal yang umum sebesar 70 mm.

7.9 RANCANGAN CAMPURAN BETON (JOB MIX DISAIN)


1. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton struktural dengan mutu K-250 sampai mutu K-
300 Kontraktor Pelaksana harus membuat Rancangan Campuran Beton ( Job Mix Disain).
2. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang diperoleh dari pengujian
benda uji kubus umur 28 hari minimal 20 benda uji.
3. Mutu beton untuk masing-masing komponen struktur adalah seperti yang dijelaskan dalam Gambar
Bestek dan Bill of Quantity.
4. Job Mix Disain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada Laboratorium Beton yang diakui oleh
Pemerintah.
5. Material Pasir dan Batu Pecah yang dipakai untuk Job Mix Disain haruslah material yang akan dipakai
nantinya pada pelaksanaan dilapangan dan material tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup
dilokasi pekerjaan sampai volume pekerjaan beton selesai dikerjakan.
6. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job Mix Disain pada tahap
pelaksanaan pekerjaan beton tidak dibenarkan.
7. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job Mix Disain pada tahap
pelaksanaan pekerjaan beton mengharuskan Kontraktor Pelaksana untuk membuat Job Mix Disain
baru.
8. Laporan Job Mix Disain untuk masing-masing mutu beton minimal harus mencantumkan :
o Laporan hasil penelitian Pasir Beton;
o Laporan hasil penelitian Batu Pecah;
o Komposisi Pasir Beton;
o Komposisi Batu Pecah;.
o Komposisi Air Beton;
o Komposisi Zat Additive jika digunakan;
o Nilai Slump Rencana;
o Nilai Faktor Air semen;
o Job Mix Disain yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi
sebelum dilaksanakan.
o Semua aturan yang disyaratkan dalam Job Mix Disain dan telah disetujui oleh Konsultan Supervisi
harus diikuti dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.

29
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

7.10 RENCANA CAMPURAN LAPANGAN (JOB MIX FORMULA)


1. Berdasarkan Job Mix Disain yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus
membuat Rencana Campuran Lapangan (Job Mix Formula) beton struktural dengan mutu K-250
sampai mutu K-300.
2. Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama dari segi komposisi material
beton.
3. Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor Pelaksana harus membuat media standar berupa bakbak dari kayu atau timba-timba plastik
yang dipakai untuk mentakar komposisi material berdasarkan perhitungan Job Mix Formula.
5. Pentakaran komposisi material campuran beton dengan bak-bak standar dilokasi pekerjaan tidak boleh
mengurangi dan berbeda dengan komposisi material beton yang ada dalam Job Mix Disain.
6. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengujian hasil perhitungan Job Mix Formula dengan media
benda uji kubus beton ukuran 20x20x20 cm minimal 10 benda uji.
7. Hasil pengujian Job Mix Formula di Laboratorium Beton yang menghasilkan mutu beton yang tidak
sesuai dengan mutu beton pada Job Mix Disain mengharuskan Kontraktor Pelaksana melakukan
perhitungan ulang akan Job Mix formula atau merubah Job Mix Disain.
8. Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan dalam perhitungan Job Mix
Formula sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

7.11 PERAKITAN TULANGAN


1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja oleh Kontraktor Pelaksana atau
langsung pada lokasi konstruksi.
2. Khusus untuk Pondasi Plat Lantai Beton perakitan tulangan harus dilakukan langsung lokasi konstruksi
atau Bekisting.
3. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan harus sesuai dengan Gambar
Bestek dan Shop Drawing, standar Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar bengkokan, dimensi, model, dan
panjang penyaluran tulangan pada bengkel kerja untuk menghidari kesalahan dalam pekerjaan
perakitan tulangan.
5. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung dipasang harus diletakan
ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak boleh besentuhan langsung dengan tanah.
6. Untuk tulangan plat lantai dan plat dack dirakit langsung diatas bekisting yang telebih dahulu telah
selesai dikerjakan.
7. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh sengkang dengan alat ikat
kawat beton.
8. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain dengan alat ikat kawat beton.
9. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari dalam bekisting.

30
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

7.12 SAMBUNGAN ANTAR TULANGAN


1. Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang penyaluran tulangan pada kondisi
pembeban lentur, beban tarik, beban tekan, jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus
sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-
1991-03.
2. Sambungan antara tulangan harus sesuai dengan detail prinsip penyambungan yang diberikan dalam
Gambar Bestek.
3. Titik-titik sambungan tulangan lewatan pada plat lantai tidak boleh dibuat pada posisi satu garis lurus.
Sambungan harus dibuat selang-seling atau zig-zag antara batang yang disambung dengan batang
yang tidak disambung.
4. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek, Peraturan Beton
Indonesia (PBI) dan SK SNI T-151991-03 harus diambil minimal 40 kali diameter batang yang
disambung.
5. Sambungan-sambungan harus dibuat antara sesama tulangan utama. Tidak dibenarkan dengan alasan
apapun menggunakan tulangan extra (tulangan tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan
tulangan utama lain kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-
1991-03.
6. Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan jika tidak ditentukan lain dalam
Gambar Bestek maka harus sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
7. Sambungan-sambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur pada komponen balok, plat lantai dan
plat dack ujung-ujung sambungan harus dibuat kait (hook) kecuali ditentukan lain dalam Peraturan
Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
8. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi permukaan sloof dan plat lantai atau pada
posisi tengah bentang kolom. Penyambungan pada posisi selain pada posisi tersebut dengan alasan
apapun tidak dibenarkan.

7.13 SUPPORT DAN BETON DACKING


a. Support
1. Untuk keperluan dan menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton sesuai dengan
disyaratkan maka pada setiap 1 m2 luas plat lantai dan plat dack harus diberikan
support/dukungan dari besi tulangan ulir dengan diameter lebih besar dari diameter tulangan plat
lantai atau 13 mm.
2. Jumlah support/dukungan dalam 1 m2 luas plat lantai, plat dack dan plat pondasi adalah minimal
5 buah.
3. Bentuk support/dukungan harus sesuai dengan Gambar Bestek atau Shop Drawing yang telah
disetujui oleh Konsultan Supervisi.

31
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

4. Bentuk support/dukungan harus sedemikian rupa sehingga dapat mempertahankan jarak vertikal
antara lapis tulangan ketika dibebani oleh beban pekerja perakitan tulangan atau pekerja
pengecoran.

b. Beton Dacking
1. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai dengan yang disyaratkan
maka pada permukaan besi tulangan balok dan kolom harus diberi penyangga dari beton atau
Beton Tahu sehingga mempunyai jarak yang tetap dengan bekisting.
2. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan selimut beton pada masing-
masing komponen struktur.
3. Mutu beton tahu mnimal sebesar mutu beton konstruksi utama.
4. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4 cm dan dipasang minimal 2
buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan tinggi kolom.
5. Untuk Komponen plat lantai dan plat dack ukuran beton tahu adalah 2 x 4 x 5 cm dan dipasang
minimal 5 buah setiap 1 m2 plat lantai, plat dack dan plat pondasi.

7.14 ACUAN / BEKISTING


1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 9 mm yang diperkuat oleh balok-balok kayu 5/7 cm atau 5/10
cm dari kayu kelas III.
2. Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak diperbolehkan.
3. Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan pada point 1 harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk konstruksi bekisting balok, kolom,
plat lantai, dan plat atap serta konstruksi lain yang dianggap perlu oleh Konsultan supervisi.
5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu atau cairan Ter supaya hasil
campuran beton tidak menempel pada bekisting waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan
permukaan beton yang rapi.
7. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.
8. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan campuran beton tidak bocor atau
berubah bentuknya.
9. Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran elevasi, kelurusannya terhadap arah
vertikal oleh Kontraktor Pelaksana dengan alat Theodolit dan Waterpass. Pemeriksaan secara manual
tidak dibenarkan.
10. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum dilakukan pekerjaan
pengecoran beton.
11. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari terhitung sejak waktu
pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi karena alasan penggunaan zat additive

32
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

yang dapat mempercepat proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang dapat
dipertanggung jawabkan.
12. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal ini terjadi Kontraktor
Pelaksana harus memperbaikinya dengan pekerjaan acian beton.
13. Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan bekisting atau sebab lain harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.

7.15 LANTAI KERJA BETON


1. Untuk komponen struktur beton yang berhubungan langsung dengan tanah atau pasir urug, pada
lapisan dasarnya harus memakai Lantai Kerja Beton ( Line Concrete ) dengan tebal minimal 5 cm atau
sesuai Gambar Bestek.
2. Lantai Kerja Beton dibuat dari beton mutu K-125.
3. Hasil pekerjaan Lantai Kerja Beton harus benar-benar elevasi , hal ini harus dibuktikan dengan
pekerjaan Waterpassing.

7.16 PENGECORAN BETON ( CASTING CONCRETE )


1. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana harus memastikan Acuan/bekisting
telah selesai 100% dan telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Pengecoran beton struktural mutu K-250 sampai K-300 hanya boleh dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix Formula, Perakitan Tulangan, Bekisting, Request Pekerjaan
dan hal-hal lain yang diperlukan dan berhubungan dengan pekerjaan pengecoran sudah disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
3. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap bagian konstruksi sehingga dapat
menghindari sambungan-sambungan beton.
4. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali Kontraktor Pelaksana menjamin
bahwa bekisting dan hasil pengecoran tidak berhubungan langsung dengan air hujan.
5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak diperbolehkan melakukan
pengecoran dengan cara pengadukan manual kecuali untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125
atau nonstruktural.
6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton, Pasir Beton, Semen, Air, dan Zat
Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Supervisi.
8. Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputusan oleh Konsultan supervise sudah
cukup langsung dituang dalam wadah yang sebelumnya telah disiapkan oleh Kontrator Pelaksana.
9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong oleh pekerja kelokasi
bekisting untuk dituang.
10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh dibiarkan lebih dari 10 menit
berada dalam wadah kereta sorong atau bak tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super

33
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

Plasticizer juga tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan kecuali disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete Vibrator sampai mencapai
kepadatan optimum.
12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh menciptakam sangkar kerikil
atau penumpukan kerikil pada posisi tententu pada saat bekisting dibuka.
14. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian itu dengan
mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk sambungan (joint) seperti Produk SIKA
dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
15. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor Pelaksana harus membuat
lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan
bentuk penampang beton sesuai dengan yang direncanakan.
16. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi yang sama tidak boleh lebih
dari 1 hari.

7.17 BETON READY MIX


1. Penggunaan beton Ready Mix oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Kontraktor Pelaksana tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job Mix Disain kepada Konsultan Supervisi
terhadap semua mutu beton structural yang menggunakan Beton Ready Mix.
3. Job Mix Disain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum digunakan.
4. Kualitas beton yang dihasilkan oleh Batching Plant tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.

7.18 PEMBONGKARAN BEKISTING/MAL BETON


1. Bekisting tidak boleh dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton dalam bekisting belum berumur 28 hari
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
2. Walaupun ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi bekisting beton tetap tidak boleh dibuka dan
dibebani sebelum berumur minimal 21 hari.
3. Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 21 hari karena alasan adanya pemakaian
Zat Additive yang dapat mempercepat pengerasan beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

7.19 PERAWATAN BETON ( CURING )


1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan terhadap beton yang telah selesai
dituang dalam bekisting.
2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni kemudian menyiram air
secara rutin kepermukaan beton sampai beton berumur 28 hari. Penggunaan metode lain untuk
perawatan beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

34
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

3. Perawatan harus terus menerus dilakukan minimal sampai beton berumur 28 hari atau sampai beton
siap untuk dibebani menurut keputusan Konsultan Supervisi.

7.20 QUALITY CONTROL

a. Slump Test
 Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton dituangkan dari Concrete
Mixer atau minimal setiap 3 m3 pekerjaan beton pada setiap mutu beton. Pemeriksaan kekentalan
beton dilakukan dengan metode Slump Test dimana nilai slump yang diperoleh harus sesuai
dengan nilai slump rencana yang ada pada Job Mix Disain.

b. Benda Uji Beton


1. Kontraktor Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk kubus dan slinder standar.
Ukuran kubus adalah 20 x 20 x 20 cm dan ukuran silinder tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.
2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu beton yang berbeda atau
minimal satu benda uji setiap 3 m3 beton dalam satu kali pengecoran.
3. Pengambilan benda uji harus dilakukan secara acak dan selang seling antara satu campuran
dengan campuran yang lain untuk mutu beton yang sama.
4. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai berumur 28 hari.
5. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji ,dan tanggal pengambilan
benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.

c. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton


1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemeriksaan terhadap kuat tekan beton yang telah selesai
mereka kerjakan minimal sebelum pekerjaan pengecoran melebihi 50% dari total pekerjaan
pengecoran.
2. Tujuan pemeriksaan kuat tekan beton adalah untuk mendapatkan Mutu Beton hasil pelaksanaan
pekerjaan pengecoran lapangan.
3. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus ukuran 20 x 20 x 20 cm umur 28 hari dengan minimal 20
benda uji.
4. Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan minimal 20 benda uji
kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.
5. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Kontraktor Pelaksana harus
didampingi oleh Konsultan Supervisi. Pemeriksaan kuat tekan beton tanpa didampingi oleh
Konsultan Supervisi hasilnya dianggap tidak sah.
6. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat tekan beton ini dibebankan
kepada Kontraktor Pelaksana.

35
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

7. Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang kurang dari 95% dari Mutu Beton
Rencana dianggap gagal dan beton yang telah selesai dikerjakan dilapangan harus dibongkar
kecuali diputuskan lain oleh Konsultan Perencana dengan disertakan Rekomendasi Ahli beton.
8. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan pengecoran beton jika hasil
pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan kuat tekan yang berbeda dengan kuat tekan beton
rencana.
9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana untuk beton
yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam pemeriksaan oleh Konsultan Supervisi bersama dengan
Kontraktor Pelaksana kegagalan kuat tekan disebabkan oleh kesalahan dalam perencanaan
campuran dan bukan karena kesalahan pada tahap pelaksanaan.
10. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium beton harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
11. Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

d. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton Dengan Cara Lain


1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus Beton hasilnya meragukan dan
tidak disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi atau Owner, maka cara
pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung pada konstruksi beton harus dilakukan.
2. Pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung ke konstruksi beton jika tidak ditentukan khusus oleh
Konsultan Perencana maka harus dilakukan dengan salah satu metode seperti dibawah ini :
a. Metode Core Drill.
b. Metode Hammer Test.
3. Konsultan Perencana berhak menentukan metode mana yang akan dipakai untuk pemeriksaan
kuat tekan beton langsung ke konstruksi beton.
4. Posisi dan lokasi pengujian untuk masing-masing komponen struktur ditentukan oleh Konsultan
Perencana atau Konsultan Supervisi.
5. Jumlah titik pengujian jika tidak ditentukan oleh Konsultan Perencana, maka harus diambil minimal
10 titk untuk masingmasing komponen struktur dan masing-masing mutu beton.
6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada konstruksi beton harus
dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana untk memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton
(mutu beton).
7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke konstruksi beto adalah hasil
final yang harus diakui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan
Owner.

7.21 INSTALASI DALAM KONSTRUKSI BETON


1. Instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalsi listrik sebaiknya tidak ditanam atau diletakan dalam
konstruksi beton kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek atau oleh Konsultan Supervisi.

36
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

2. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam konstruksi beton untuk alasan
apapun.
3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak boleh melebihi 1/3
(sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.
4. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam dalam komponen balok
beton.
5. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk keperluan instalasi air
bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
6. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta pada posisi tumpuan balok
untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik tidak diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan Rekomendasi
Ahli Beton.

7.22 SAMBUNGAN ANTAR BETON


1. Penyambungan-penyambungan antara beton lama dengan beton baru sebaiknya dihindari pada
konstruksi beton kecuali sambungan antar kolom tiap lantai.
2. Jika penyambungan terpasak dilakukan permukaan beton lama harus dibersihkan dan dikasarkan
sebelum disambung dengan beton baru.
3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok tidak diperbolehkan.
4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi 80 cm dari tumpuan
sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi tumpuan kedua (lantai 2).
5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus dibuat sedemikian rupa sehingga
ketika disambung beton baru akan menumpu pada beton lama.
6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3 hari harus dilakukan dengan
perkuatan kimia ( Epoxy )dan hal ini harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
7. Penggunaan zat-zat kimia untuk memperkuat sambungan harus dengan persetujuan Konsultan
Supervisi.

7.23 LAIN-LAIN
1. Persyaratan pekerjaan beton dari sub bab 7.1 sampai dengan sub bab 7.22 berlaku untuk semua item
pekerjaan beton structural dan nonstructural yang ada dalam Proyek ini.
2. Hal-hal yang belum ditentukan dan diperlukan penjelasannya dalam proses pelaksanaan pekerjaan
ditentukan kemudian oleh Konsultan Perencana bersama dengan Konsultan Supervisi dalam proses
pelaksanaan pekerjaan dengan persetujuan Owner.
3. Semua pekerjaan beton untuk proyek ini sekurang-kurangnya harus sesuai dan mengikuti semua
aturan yang ditentukan oleh Peraturan Beton Indonesi ( PBI ).
4. Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut menjadi satu ketentuan yang mengikat dan wajib untuk
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.

37
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

5. Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi acuan dan perancah kepada Direksi Teknik untuk
memperoleh persetujuannya. Pelaksanaan pembuatan Bangunan acuan dan perancah tidak
diperkenankan sebelum gambar rencana bangunan pembentuk disetujui Direksi Teknik.
6. Acuan adalah konstruksi cetakan yang dilapisi tegofilm dan hanya boleh digunakan 2 kali yang
digunakan untuk membentuk beton muda yaitu sebelum beton mencapai kekuatan yang disyaratkan
dan sebelum mendapat bentuknya yang permanen, agar apabila telah mengeras struktur beton
mencapai dimensi dan kedudukan seperti yang tercantum pada gambar perencanaan. Sedangkan
perencah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton muda yang digunakan sampai beton
mencapai kekuatan yang disyaratkan. Segala biaya yang diperlukan sehubungan dengan perencanaan
bangunan acuan dan perancah dan pelaksanaanya sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
7. Konstruksi acuan harus cukup kuat untuk menahan beban mati dan beban hidup yang bekerja, tekanan
beton dalam keadaan basah dan getaran-getaran, tanpa mengalami distorsi. Perancah harus
direncanakan dan dibuat dari material padat seperti kayu terentang, baja atau beton cetak yang
bermutu baik dan tidak mudah lapuk yang ditopang dan diberi pengaku dan ikatan secukupnya agar
posisi dan bentuknya tidak mengolami perubahan baik sebelum maupun setelah pengecoran.
Spesiflkasi kayu acuan harus sesuai dengan Standar Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI)
1.4.53.1989-UDC: 693.5.
8. Pemakaian bahan bambu tidak diperbolehkan. Perancah harus dibuat diatas pondasi yang kuat dan
kokoh sehingga terhindar dari bahaya penggerusan dan penurunan.
9. Cetakan dari Multyplex 12 mm harus datar dan tegak lurus, cetakan tidak bergetar, bocor, harus kokoh,
sehingga kedudukan dan bentuknya tetap tidak bergetanr maupun bergeser pada waktu beton dicor
dan setelah selesai pengecoran tidak mudah dibongkar. Sebelum pengecoran dilaksanakan, semua
cetakan beton harus bersih dari segala material yang bisa mengurangi mutu dan kekuatan beton.
Cetakan yang sudah pernah dipakai harus dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu. Sebelum dicor harus
dilapisi dengan Form Oil”. Pekerjaan ini harus dilaksanakan setiap kali sebelum pengecoran dilakukan.
10. Semua sambungan pada acuan harus rapat untuk mencegah kebocoran adukan dan terbentuknya
bekas sambungan dan sarang-sarang agregat pada permukaan beton. Pekerjaan pengecoran tidak
dapat dimulai sebelum rencana tahap-tahap, cara-cara dan persiapan pengecoran mendapat
persetujuan Direksi Teknik .
11. Perbandingan adukan harus sesuai hasil percobaan dan persyaratan yang diminta dan angka
perbandingan adukan tersebut harus menyatakan takaran dalam satuan isi yang dilaksanakan dalam
keadaan kering tanpa digetarkan. Alat penakar harus dibuat dengan baik, kuat dan harus mendapatkan
persetujuan Direksi Teknik terlebih dahulu.
12. Pengadukan bahan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk sekurang-kurangnya 1,5 menit
setelah semua bahan beton sesuai persyaratan mulai diaduk.
13. Adukan beton tersebut sudah harus terpakai dalam waktu 1 jam setelah pengadukan dengan air
dimulai.

38
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

14. Bila digerakkan kontinyu secara mekanik, jangka waktu tersebut bisa diperpanjang satu jam. Adukan
beton tersebut harus dcorkan sedekat-dekatnya ke tujuan secara kontinyu sampai mencapai syarat-
syart pelaksanaan yang disetujui Direksi Teknik.
15. Supaya dalam beton tidak terjadi rongga kosong/udara masuk selama pengecoran harus digunakan
concrete vibrator. Concrete vibrator harus ditanam tegak Iuns, tidak boleh lebih dari 30 detik setiap
penanaman untuk tebal lapisan 8 cm dan tidak boleh kena langsung baik pada baja tulangan maupun
cetakan.
16. Harus dihindari terjadinya pemisahan material (segregation) pada saat pengecoran dan perubahan
letak tulangan.
17. Alat-alat penuangan seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih dan bebas dari
lapisan-lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari
ketinggian lebih dari 1.00 meter.
18. Pengacoran harus diakukan secara teliti dan harus selalu diperiksa sehingga bisa menghasikan bentuk
permukaan, ketinggian yang dibutuhkan sesuai dengan Gambar Rencana kerja.
19. Pangecoran yang Terhenti, Apabila pengecoran beton terhenti pada daerah yang tidak direncanakan
sebagai pemberhentian pengecoran, misalkan akibat terjadinya kerusakan pada peralatan pengecoran.
Maka pengecoran selanjutnya hanya dapat dilakukan dengan memperhatikan persyaratan sebagai
berikut:
- Pengecoran selanjutnya dapat langsung dilakukan jika tidak melebihi 2 jam dari saat penghentian
pengecoran.
- Apabila pengecoran selanjutnya ternyata dilaksanakan pada waktu melebihi 2 jam dan saat
penghentian pengecoran, maka daerah pengecoran yang terhenti tersebut harus diperlakukan
sebagai siar dilatasi. Permukaan beton pada daerah pengecoran yang terhenti harus dibobok
minima 5 cm sehingga membentuk bidang yang kasar. Permukaan beton tersebut kemudian diberi
bahan bonding agent seperti EMAGG atau yang setara dan yang dapat menjamin kontinuitas
adukan Beton lama dengan beton baru.
20. Selama dan sesudah pengecoran, beton harus dipadatkan dengan peralatan pemadat (vibrator)
mekanis. Kontraktor harus menyediakan peralatan yang cukup untuk mengangkut dan menuangkan
beton dengan konsistensi yang cukup sehingga dapat diperoleh beton padat tanpa perlu
menggetarkan/memadatkan secara berlebihan. Ketelitian dalam proses pemadatan harus benar-benar
diperhatikan agar tidak terjadi rongga-rongga dan pengantongan udara pada beton yang sedang
dipadatkan dan jangan sampai terjadi perubahan posisi tulangan baja selama pemadatan.
Pemadatan/penggetaran dilakukan dalam waktu tidak terlalu lama sehingga tidak terjadi pemisahan
bahan (segregation) beton. Pelaksanaan pemadatan/penggetaran ini harus dilaksanakan oleh
pekerjapekerja yang telah berpengalaman dan dilaksanakan sesuai dengan pengarahan dan petunjuk
Direksi Teknik.
21. Pemadatan dilakukan dengan internal vibrator yang harus dapat memberikan 6000 getaran/menit bila
dimasukkan kedalam adukan beton dengan slump 6 cm dan akan memberikan daerah yang kelihatan
bergetar dalam radius tidak kurang dari 46 cm. Alat penggetar harus dimasukkan searah dengan as

39
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

memanjangnya. Tidak diperkenankan untuk menggetarkan beton yang telah mengalami initial set dan
jangan sampai alat penggetar menumpu pada tulangan baja Tidak diperkenankan pula melakukan
penggetaran untuk maksud mengalirkan adukan beton.
22. Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus, tidak tampak bagian-bagian yang
keropos, melendut atau bagianbagian yang membekas pada permukaannya. Ujung-ujung atau sudut-
sudut harus berbentuk penuh dan tajam.

BAB VIII
PEKERJAAN LANTAI

8.1 PASIR URUG BAWAH LANTAI.


1. Sebelum pekerjaan lantai dilakukan pekerjaan timbunan tanah dalam ruangan harus sudah selesai
100%.
2. Diatas timbunan tanah dilakukan pekerjaan lapisan pasir urug setebal minimal 10 cm atau sesuai
Gambar Bestek.

40
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

3. Pasir urug yang dipakai harus benar-benar mempunyai susunan butiran yang seragam.
4. Lapisan pasir urug harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang diinginkan dengan alat Stemper
atau alat pemadat mekanik lain. Tidak dibenarkan melakukan pemadatan secara manual.
5. Hasil pekerjaan lapisan pasir urug harus benar-benar rata dan elevasi hal ini harus dibuktikan dengan
pekerjaan Waterpassing.

8.2 PASIR PASANG / PASIR HALUS


1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak lagi memerlukan proses
penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan Batu Gunung, Pasangan
Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila pasir pasang
tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir yang berasal dari laut.

8.3 BETON COR BAWAH LANTAI


1. Beton cor bawah lantai dibuat dari beton mutu K-175 dengan ketebalan minimal 7 cm atau sesuai dengan
Gambar Bestek.
2. Toleransi perbedaan elevasi muka plat beton hasil pengecoraan adalah ± 5 mm.
3. Hasil pekerjaan pengecoran beton cor bawah lantai harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

8.4 PEKERJAAN PENUTUP LANTAI


Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan
dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
b. Pekerjaan penutup lantai ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukan dalam gambar
atau sesuai petunjuk Pengawas lapangan.

8.4.1 PEKERJAAN KERAMIK


1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
b. Pekerjaan Lantai Keramik meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukan dalam gambar
atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.

2. Persyaratan Bahan

41
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

a. Jenis Produk Keramik : Setara IKAD

b. Ukuran : 40x40, 25x25 dan 25x40 atau ditentukan lain pada


gambar detail.
c. Ketebalan : Minimum 18 mm atau sesuai dalam gambar

d. Daya resap :1%

e. Kekerasan : Minimum 6 skala Mohs

f. Kekuatan tekan : Minimum 900 kb per cm2

g. Daya tahan lengkung : Minimum 350 kg/m2

h. Warna : akan ditentukan kemudian

i. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan ASTM,


peraturan keramik Indonesia (NI-19), PVBB 1970 dan PVBI 1982.
j. Semen Portland harus memenuhi NI-8, pasir dan air harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam PVBB 1970 (NI-3), PVBI 1982.
k. Adukan bahan perekat harus mengikuti pasal 04060.
l. Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-
contoh kepada Konsultan Pengawas.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan Keramik


a. Keramik yang dipasang adalah granit yang sudah dipoles halus dan telah diseleksi dengan baik,
baik bentuk dan ukuran masing-masing unit sama, baik siku, warna serta pola. Keramik
jangan ada yang gompal, retak atau cacat-cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat
dan bernoda.
b. Potongan Keramik menurut ukuran dan detail harus dilakukan dengan mesin pemotongan
gergaji putar dan dihaluskan dengan penggosok Carborundum.
c. Setelah Keramik terpasang, jarak antara masing-masing unit Keramik harus sama dan
membentuk garis lurus bidang permukaan dinding harus rata waterpass dan tidak ada bagian
yang bergelombang dan lubang-lubang antara masing masing diisi dengan sealant konstruksi
untuk pasangan granit kering sedang untuk pasangan Keramik basah dengan epoxy resin
sesuai dengan warna petunjuk dari Konsultan Pengawas.
d. Pemotongan Keramik harus dilakukan dengan baik dan rapih dan harus diratakan dengan baik.
Bahan-bahan lain yang dapat mengakibatkan noda-noda pada lantai seperti minyak, residu,
teak oil dan lain-lain harus dijauhkan dari dekat bidang kerja
e. Setelah pekerjaan pemasangan Keramik selesai dan mengeras maka dilakukan pemolesan dan
pembersihan.

42
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

BAB IX
PEKERJAAN DINDING DAN PASANGAN

9.1 BATU BATA


1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai Peraturan Bahan Bangunan
yang berlaku.

43
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 10 cm, panjang 20 cm, dan tebal 5 cm kecuali
ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.
3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu bata dimana kondisinya tidak
rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut dan diturunkan pada lokasi pekerjaan.
4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya benar-benar rata untuk
semua sisinya.
5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.
6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena mengikuti dimensi dan ukuran yang
berlaku pada daerah tertentu harus disetujui oleh Konsultan supervisi.
7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.

9.2 PASIR PASANG / PASIR HALUS


1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak lagi memerlukan proses
penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan Batu Gunung,
Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila pasir pasang
tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir yang berasal dari
laut.

9.3 PASANGAN DINDING BATU BATA 1 BATA CAMPURAN 1 PC : 2 PS


1. Pasangan batu bata 1 bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya pada dinding-dinding Septictank,
Bak Tampungan Air bawah Tanah dan Bak Tampungan Limbah Kimia atau sesuai Gambar Bestek.
2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps dengan ketebalan maksimal 1,5 cm
dan minimal 1 cm.
3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan tidak satu garis
sambungan.
6. Pasangan batu bata 1 bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus kedap air (trasraam).
7. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam arah horizontal.
8. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang untuk ketepatan elevasi dan
kedataran permukaan.
9. Hasil pemasangan batu bata 1 bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus disetujui oleh Konsultan
supervisi.

9.4 PASANGAN DINDING BATU BATA 1 BATA CAMPURAN 1 PC : 4 PS

44
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

1. Pasangan batu bata 1 bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada bagian – bagian bangunan yang
ditentukan dalam Gambar Bestek.
2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan ketebalan maksimal 1,5 cm
dan minimal 1 cm.
3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan tidak satu garis
sambungan.
6. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam arah horizontal.
7. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang untuk ketepatan elevasi dan
kedataran permukaan.
8. Hasil pemasangan batu bata 1 bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps harus disetujui oleh Konsultan
supervisi.

9.5 PLESTERAN CAMPURAN 1 PC : 2 PS


1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata harus disiram
dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .
3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
5. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan Hollow block atau dinding bata dengan
campuran 1 Pc : 2 Ps.
6. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding yang diplester.
7. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran lama dengan plesteran
baru yang tidak rata.
8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari kecuali ditentukan
lain oleh Konsultan Supervisi.
9. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga ketika dilakukan
pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
10. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

9.6 PLESTERAN CAMPURAN 1 PC : 4 PS


1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata harus disiram
dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .
3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
5. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.
6. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding yang diplester.

45
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

7. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran lama dengan plesteran
baru yang tidak rata.
8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari kecuali ditentukan
lain oleh Konsultan Supervisi.
9. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga ketika dilakukan
pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
10. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

9.7 ACIAN BETON


1. Acian Beton adalah dari campuran 1 SM : 2 PS dengan ketebalan minimal 10 mm.
2. Sebelum pekerjaan acian dilakukan terlebih dahulu permukaan beton harus dikasarkan agar lapisan
acian dapat melekat dengan baik.
3. Hasil acian kualitas permukaannya harus dapat melekatnya lapisan Plamur tembok dan lapisan cat
dinding.
4. Hasil pekerjaan acian harus menghasilkan permukaan yang halus dan rata.
5. Hasil pekerjaan acian lantai harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

BAB X
PEKERJAAN KOSEN, PINTU, JENDELA

1.1 Pekerjaan Kusen dan Daun Jendela Bahan Unplasticized Poly Vinyl Chloride (UPVC)

46
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

1. Lingkup Pekerjaan
a. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya yang digunakan dalam pelaksanaan, hingga dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan
sempurna.
b. Pekerjaan kusen dan daun jendela UPVC dipasang pada jendela-jendela di bagian sisi luar
bangunan serta seluruh detail seperti yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar.

2. Persyaratan Bahan

a. UPVC yang merupakan singkatan dari Unplasticized Poly Vinyl Chloride, thermolplastic yang
diperoleh dari garam dan minyak mentah. UPVC adalah salah satu bentuk dari plastic yang
menawarkan kekuatan dan keamanan. UPVC tidak mempunyai kandungan elemen plasticizers di
dalamnya membuat UPVC lebih bersifat rigid dan memiliki daya tahan suhu yang lebih baik dengan
kandungan thermally stabilizers didalamnya. Material ini merupakan pengolahan dari plastik yang
mengalami proses tertentu sehingga sifat lentur/plastisnya dihilangkan. Hasil akhir material ini
menjadi keras, lebih kuat daripada PVC. Material UPVC selalu diperkuat dengan besi (steel
reinforcement), sehingga lebih kokoh.
b. Merk yang bisa digunakan setara dengan Conch, Bosca, Aton, Rehau, Broco, Fenster.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Profil UPVC diperkuat dengan rangka besi lapis galvanis yang berguna untuk :
Menguatkan agar lebih rigid, berguna untuk instalasi ke tembok, untuk instalasi hardware.
b. Karet yang digunakan oleh Pintu dan Jendela UPVC :
Menggunakan karet berbahan campuran antara karet dan plastik menjadikan lebih tahan getas.
c. Locking System & Hardware yang digunakan :
Multipoint locking, rambuncis, casement, engsel kupu-kupu, support arms, flush bolt, floor hinge.
d. Jendela dan Pintu UPVC menggunakan teknik penyambungan welding system :
UPVC dipanaskan s/d 250° C pada titik penyambungan menjadikan las
titik sambungan akan lebih keras dibanding dengan bagian yang tidak di las.
4. Penggunaan UPVC

a. Penggunaan daun jendela yang overlap dengan kusen sehingga akan didapatkan isolasi yang lebih
baik dibandingkan sistem material lain.
b. Meminimalkan kebocoran energi, misalnya pada ruangan ber AC. Bahan UPVC memiliki tingkat
insulasi yang sangat tinggi. UPVC yang tebal dan rancangan struktur UPVC dengan pola multi
rongga telah dibuktikan dapat menjaga temperatur dan suhu dalam ruangan tetap konstan. Sebagai
hasilnya proses perpindahan panas ataupun dingin sangatlah rendah.
c. Kemampuannya dalam menahan tembusnya suara ke dalam ruangan, sehingga membuat lebih
kedap suara dibandingkan material lain. Kusen UPVC dirancang khusus sehingga dapat mengurangi
kebisingan dan tentunya suasana ruanagan menjadi semakin nyaman. Dengan Profil UPVC tingkat
kebisingan bisa dikurangi hingga 70%.

47
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

d. Sifat materialnya yang kurang merambatkan suara dibandingkan logam. Disamping itu karet profilnya
mempunyai tempat khusus sehingga tidak kendor dan terdapat pada kusen maupun di daunnya. Hal
ini diperkuat dengan sistem yang overlapping antara keduanya.
e. Kusen UPVC akan memberikan perlindungan maksimal dalam hal keamanan karena kusen UPVC
dirancang dan dibuat sesuai dengan standart Eropa. Titik penguncian di berbagai tempat (Multi Point
Lock) sehingga aman.
f. Kusen UPVC dibuat dengan menggunakan formula yang mengandung bahan Titanium Dioxide yang
dapat memberikan kekuatan untuk jangka panjang serta memberikan perlindungan terhadap sinar
UV dan juga elemen-elemen yang dapat mengakibatkan korosi. Jadi Kusen UPVC sangat layak
untuk dipakai disegala jenis cuaca maupun lingkungan. u-PVC dapat menahan terpaan hujan lebat
dan angin kencang, serta dapat menahan suhu cuaca sampai pada ketinggian 65˚C.
g. Bahan UPVC tidak menimbulkan api apabila dibakar karena UPVC adalah Unplasticide Polyvinyl
Chloride, Apabila terjadi kebakaran bahan UPVC dapat memperlambat proses pembakaran pada
struktur permukaannya.
h. Bahan UPVC tidak memerlukan perawatan dan bebas rayap untuk seumur hidup
i. UPVC merupakan profil yang bisa didaur ulang sehingga tidak  menimbulkan polusi dan pencemaran
terhadap lingkungan.
j. Merupakan turunan dari plastik yaitu unplasticized poly vinyl chloride (UPVC). Material ini diproses
dengan proses tertentu sehingga sifat plastisnya minimal.
k. UPVC tahan rayap, tidak muai susut, mudah perawatannya hanya butuh perawatan yang minimal 
dengan mengelapnya secara rutin, kedap suara dan tahan bocor.
l. Pemesanan ukuran pintu jendela disesuaikan dengan ukuran lapangan, jadi tidak menyediakan
produk berukuran standar.
5. Cara Pemasangan

a. Kusen pintu dengan sepatu ialah teknik pemasangan kusen pintu yang mana kedua ujung kaki kusen
tidak menyentuh keramik/lantai alias dibuatkan sepatu berupa lapisan bata atau campuran
semen/beton setinggi 5-10 sentimeter dari level lantai, setelah terlebih dahulu ditancapkan besi atau
paku di bagian bawah untuk penguat. Mungkin kalau kusen jendela sedikit berbeda.
b. Tujuan pembuatan sepatu ialah supaya kusen pintu (khususnya kamar mandi) tidak cepat rusak
akibat terkena air sewaktu mengepel dan mencuci lantai. Ini adalah cara lama yang tidak artistik dan
mengurangi nilai keindahan kusen itu sendiri. Kalau pintu UPVC memiliki perbedaan dengan jendela
UPVC karena posisi jendela agak lebih tinggi.
c. Kusen pintu terjepit, yaitu teknik pemasangan dengan kedua kaki kusen yang tertanam di lantai
sedalam beberapa sentimeter dan mendapat jepitan dari ubin (keramik) lantai yang terpasang di
sekelilingnya. Cara ini yang lebih mementingkan keindahan dan banyak dipergunakan saat ini.
Misalnya saja pintu UPVC, dsb.
d. Kusen pintu sistem fischer merupakan teknik yang praktis. Teknik ini mengandalkan kekuatan sekrup
fischer yang diborkan dan ditanam bersama kusen merapat ke tembok sekeliling kusen pintu yang
sudah diplester rapi dan sangat akurat ukuran dan sudut siku-sikunya. Untuk teknik pemasangan ini,

48
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

ketebalan kusen bukan masalah; sebaliknya kusen pintu yang tebal justru mengurangi keindahan.
Beberapa kusen UPVC termasuk jendela UPVC bisa dijadikan sebagai bentuk kusen keindahan.
e. Selain teknis pemasangan, kini kusen pintu dapat tampil lebih kreatif dengan tempelan lis profil yang
berukiran manis dan menawan. Cukup dengan mengoleskan lem kayu pada kusen atau lis profil
serta diperkuat dengan paku kecil, jadilah kusen pintu yang artistik.
10.2 PEKERJAAN KACA
1. Lingkup Pekerjaan
Uraian ini mencakup persyaratan teknis untuk pelaksanaan pekerjaan pemasangan kaca pada rangka
pintu dan jendela , serta pengerjaan dan pemasangan untuk berbagai macam pekerjaan kaca.
2. Uraian pekerjaan lain yang termasuk/dipakai di dalam pekerjaan ini adalah ; Persyaratan teknis
pelaksanaan pekerjaan pintu dan jendela.
3. Ketentuan
a. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah berpengalaman di dalam
pelaksanaan pekerjaan kaca.
b. Pemotongan, pengangkatan dan penyetelan kaca harus menggunakan peralatan yang khusus
digunakan untuk maksud itu, antara lain peralatan potong khusus kaca, kop untuk alat
pengangkat lembaran kaca dll peralatan yang diperlukan guna pelaksanaan pekerjaan.
c. Ketentuan tipe material lihat pada gambar kerja.
4. Material
a. Kaca Tempered 12 mm, kaca panasap green tebal 6 mm.
Semua kaca yang dipergunakan di dalam pelaksanaan pekerjaan ini secara umum harus bebas
dari cacat distorsi atau cacat-cacat fisik lainnya. Kaca yang digunakan minimal dengan ketebalan
6 mm.
b. Peralatan Pelengkap Pemasangan Kaca
Semua peralatan pelengkap untuk pemasangan kaca harus sesuai dengan rangka tempat
kedudukkannya, tepat ukuran serta dari mutu terbaik serta harus mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
5. Pelaksanaan
a. Pemeriksaan Keadaan Pekerjaan
Sebelum mulai pemasangan, Pelaksana Pekerjaan diminta untuk memeriksa keadaan lokasi
pemasangan, baik dalam hal kesiapan maupun ketelitian dan kecermatan pelaksanaan
pekerjaan pendahulunya.
b. Penyimpangan
Dalam hal terjadi penyimpangan pada pelaksanaan pekerjaan pendahulunya, Pelaksana
Pekerjaan diminta untuk segera melaporkan keadaan tersebut guna penyelesaian
permasalahannya.
c. Pemotongan, Pengangkatan dan Pemasangan Kaca

49
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

Pemotongan kaca harus lurus, rapi dan halus, tepat ukuran, selanjutnya dipasang pada lokasinya
dengan jepitan yang sesuai, terpasang kuat serta tepat dalam posisinya, baik dalam hal
ketegakan ataupun kemiringan sesuai dengan gambar rancana.
d. Pembersihan
Pada penyelesaian, pekerjaan harus dalam keadaan bersih dan terpasang sesuai dengan mutu
kerja yang disyaratkan.

10.3 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI


1. Lingkup Pekerjaan.
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan daun pintu/ daun
jendela dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk
mendapatkan hasil yang baik.
b. Pemasangan alat penggantung dan pengunci dilakukan meliputi seluruh pemasangan pada daun
pintu, dan daun jendela, seperti yang ditunjukkan/diisyaratkan dalam detail gambar.
2. Persyaratan Bahan.
Semua material yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam buku
Spesifikasi Teknis. Bila terjadi perubahan atau pergantian material akibat pemilihan merk, Pelaksana
Pekerjaan wajib melaporkan hal tersebut pada Pengawas lapangan untuk mendapatkan persetujuan.

3. Perlengkapan Pintu dan Jendela.


a. Pekerjaan Kunci dan Pegangan Pintu
1) Semua pintu menggunakan peralatan kunci dari merk Dekkson, Dorma atau CISA atau
yang setara dengan segala perlengkapannya antara lain : Lock case, Handle, Back
Plate, Anak Kunci dan perlengkapan lain yang diperlukan.
2) Untuk panel-panel listrik, pintu shaft dan lain-lain, kunci yang dipakai merk Dekkson,
Dorma atau CISA.
3) Untuk daun jendela kaca dipakai handle pengunci merk Dekkson, Dorma atau CISA.
4) Semua kunci-kunci tanam terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu. Dipasang
setinggi 90 Cm dari lantai, atau sesuai petunjuk Pengawas lapangana.
5) Pegangan pintu masuk utama dipakai handle merk Dekkson, Dorma atau CISA dengan
jenis yang ditentukan oleh Pengawas lapangan atas contoh – contoh yang sampaikan.
6) Untuk jenis handle dari tipe solid tube, dengan anak kunci minimal 5 pin.
b. Pekerjaan Engsel
1) Untuk pintu-pintu panel pada umumnya menggunakan engsel pintu merk Dekkson,
Dorma atau CISA atau yang setara jenis solid brass hinges atau stainless steel dan
dipasang sekurang-kurangnya 3 buah untuk setiap daun dengan menggunakan sekrup
dengan warna yang sama dengan warna engsel. Jumlah engsel yang dipasang harus
diperhitungkan menurut beban berat daun pintu, ukuran engsel yang digunakan adalah

50
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

4”x3”x20 mm with 2 Ball Bearing (untuk berat maksimum 35 Kg/daun) untuk pintu kayu
dan 4.5”x4”x3,0 mm with 2 Ball Bearing untuk berat 40-75 Kg/daun) untuk pintu besi.
2) Untuk jendela digunakan engsel Sidehung Friction Stays Dekkson, Dorma atau CISA.
4. Persyaratan Pelaksanaan
a. Engsel atas dipasang + 28 Cm (as) dari permukaan atas pintu.
Engsel bawah dipasang + 32 Cm (as) dari permukaan bawah pintu.
Engsel tengah dipasang di tengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
b. Untuk pintu toilet, engsel atas dan bawah dipasang + 28 Cm dari permukaan pintu, engsel
yang dipasang ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
c. Penarik pintu (door full) dipasang 90 Cm (as) dari permukaan lantai.
d. Pemasangan lock case, handle, back plate, serta door closer harus rapi, lurus dan sesuai
dengan letak posisi yang telah ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Apabila hal tersebut tidak
tercapai, Pelaksana Pekerjaan wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya.
e. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan pengujian
secara kasar dan halus.
f. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.
g. Pelaksana Pekerjaan wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan
gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Di dalam shop
drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk keterangan produk,
cara pemasangan atau detail-detail khusus yang belum tercakup secara lengkap di dalam
Gambar Dokumen Kontrak sesuai dengan Standar Spesifikasi Pabrik.

BAB XI
PEKERJAAN PLAFOND

51
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

11.1 MATERIAL UNTUK LANGIT-LANGIT


Material/ bahan yang dimaksud untuk pekerjaan langit-langit adalah dari bahan PVC seperti yang tertera
dalam Gambar Rencana. Bahan yang digunakan harus yang berkualitas baik,mempunyai suatu bidang datar
yang halus, seragam ukurannya, sisi tepinya lurus dan tidak cacat, tidak melengkung dan cukup keras.

11.2 LIST PROFIL PVC


Material/bahan yang dimaksud untuk List Profil PVC adalah dari Profil pvc seperti yang tertera dalam
Gambar Rencana.

11.3 RANGKA PLAFOND


Rangka Plafond memakai Besi Hollow ukuran 4 x 4 cm. Kontraktor harus menunjukan contoh bahan yang
akan digunakan untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas.

11.4 PEMASANGAN PLAFOND


Kontraktor harus membuat Shop Drawing untuk persetujuan perencanaan yang dibuat berdasarkan Gambar
Rencana yang tersedia. Shop Drawing menggambarkan detail hubungan-hubungan dan sambungan-
sambungan, pengangkeran konsruksi dan pemasangan semua komponen lengkap dengan ukuran-
ukurannya.
Rangka untuk plafond semua digunakan rangka dari bahan besi hollow 4/4 cm, digantung dengan root ke
rangka atap/dak beton (sesuai kondisi lapangan).
Dimensi untuk rangka utama sesuai dengan spesikasi bahan dari pabrikan dengan pola bermodul 60 x 120
cm yang dipasang bersilangan, Sesuai dengan Gambar Rencana dan petunjuk Pengawas. Rangka plafond
yang menempel pada dinding harus memakai alur/sponimg agar sebelum dilakukan pemasangan terlebih
dahulu supaya dibuat sponing dengan ukuran sesuai dengan Gambar Rencana atau petunjuk Pengawas.
Setelah rangka tepi plafond/ rangka yang menempel pada dinding atau rangka utama sudah terpasang
seluruhnya, tentunya kedudukan dan elevasi disesuaikan dengan Gambar Rencana dan disetujui Pengawas,
selanjutnya dilakukan pembagian untuk pemasangan rangka pembagi dengan modul as ke as 60 cm (sesuai
dengan Gambar Rencana).

BAB XIII
PEKERJAAN PENGECATAN

52
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

14.1 PERSETUJUAN
Standard Pengerjaan (Mock-up)
Sebelum pengecatan yang dimulai, Pemborong harus melakukan pengecatan pada satu bidang untuk tiap
warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, texture,
material dan cara pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai mock-up ini akan ditentukan oleh
Direksi Lapangan.
Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi Lapangan dan Perencana, bidang-bidang ini
akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan.
Contoh dan Bahan untuk Perawatan
Pemborong harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis pada bidang-bidang transparan
ukuran 30 x 30 cm2. Pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formila cat, jumlah
lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar s/d lapisan akhir).
Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Direksi Lapangan dan Perencana. Jika contoh-
contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh Perencana dan Direksi Lapangan, barulah pemborong
melanjutkan dengan pembuatan mock-up seperti tersebut diatas.
Pemborong harus menyerahkan kepada Direksi Lapangan untuk kemudian akan diteruskan kepada pemberi
tugas minimal 5 galon tiap warna dan jenis cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat
dan mencantumkan dengan jelas indentitas cat yang ada didalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan
untuk perawatan, oleh pemberi tugas.

14.2 PERSYARATAN MATERIAL


Untuk dinding-dinding luar bangunan digunakan cat luar Weathershield product setara ICI, Propan, Dulux.
Untuk dinding-dinding dalam bangunan digunakan cat jenis Emulsi Acrylic merk ICI/ AKZO NOBEL dengan
lapisan dasar Alkali Resistance Sealer 440-2075 merk AKZO NOBEL warna Lake Stone.
Plamur yang digunakan adalah plamur tembok dan plamer ICI / Putty 550-1967 merk AKZO NOBEL
Untuk Plafond/langit-langit digunakan AKZO NOBEL/ICIPentalite, warna Brillian White.

14.3 PELAKSANAAN PEKERJAAN CAT DINDING


Termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plesteran bangunan dan/atau bagian-bagian lain
yaang ditentukan gambar.
Sebelum dinding diplamur, plesteran sudah harus betul-betul kering tidak ada retak-retak dan Pemborong
meminta persetujuan kepada Konsultan Pengawas.
Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisal plamur dari plat baja tipis dan lapisan plamur dibuat setipis
mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
Sesudah 7 hari plamur terpasang dan percobaan warna besi No. 00, kemudian dibersihkan dengan bulu
ayam sampai bersih betul. Selanjutnya dinding cat dengan menggunakan Roller.

53
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

Untuk mendapatkan tekstur pada pengecatan dinding yang ditentukan dengan finish texture spray paint,
digunakan Texture Finish Pasta texture dengan bahan dasar emulsi acrylic ini disemprotkan dengan alat
penyemprot compressor.
Untuk cat semprot emulsi bertekstur, pada dinding luar digunakan plesteran 1 pc : 5 ps dengan pasir
diayak halus, disemprotkan dengan mesin semprot pada bidang plesteran 1 pc : 5 ps yang rata. Setelah
kering dan keras baru disemprot dengan alkali resistance sealer dan dicat emulssi. Lapisan pengecatan untuk
dinding luar adalah 3 (tiga) lapis dengan kekentalan sama setiap lapisnya.
Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 (satu) lapis alkali resistance sealer yang dilanjutkan dengan 3
(tiga) lapis emulsion dengan kekentalan cat sebagai berikut :
- Lapis I encer ( tambahan 20 % air )
- Lapis II kental
- Lapis III encer.
Untuk warna-warna yang jenis, Kontraktor diharuskan menggunakan kaleng-kaleng dengan nomor
percampuran (batch number) yang sama.
Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata, licin, tidak ada bagian yang
belang dan bidang dinding dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.

54
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

BAB XIV
PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

15.1 PEKERJAAN ELEKTRIKAL


Pekerjaan Sistem Elektrikal
1. Umum
1.1. Penjelasan penerangan
Pekerjaan-pekerjaan yang tercakup dalam bidang keahlian ini meliputi :
1). Menyediakan seluruh pekerjaan sistem listrik sehingga dapat beroperasi secara sempurna.
2). Gambar-gambar dan spesifikasi adalah merupakan bagian yang saling melengkapi dan
sesuatu yang tercantum di dalam gambar dan spesifikasi bersifat mengikat.
3). Seluruh pekerjaan instalasi listrik yang dilaksanakan harus dikerjakan oleh sub kontraktor
instalatur yang dapat dipercaya, mempunyai reputasi yang baik dan mempunyai pekerja-
pekerja yang cakap dan berpengalaman dalam bidangnya.
4). Seluruh pekerjaan instalasi harus dikerjakan menurut "Persyaratan Umum Instalasi Listrik di
Indonesia (PUIL) edisi terakhir tahun 2000 dan Peraturan PLN (SPLN)" sebagai petunjuk dan
juga peraturan yang berlaku pada daerah setempat dan standar-standar/kode-kode lainnya
yang diakui (VDE, DIN).
5). Kontraktor harus menempatkan seorang sarjana atau yang dianggap ahli sebagai wakil dari
perusahaan dan dapat memberikan keputusan-keputusan apabila sewaktu-waktu diperlukan.
Pengawas lapangan dapat meminta pergantian pengawas yang lain apabila dianggap tidak
mampu.

1.2. Bidang Pekerjaan yang Dikerjakan


1). Penyediaan dan pemasangan panel-panel :
a). Panel MDP

b). Panel ATS/AMF

c). Panel-panel penerangan

d). Panel-panel daya

e). Capasitor Bank

f). Panel Mekanikal dan panel control


2). Pengadaan dan pemasangan kabel distribusi tegangan rendah.
3). Instalasi penerangan dalam, luar bangunan dan general purpose outlet/ stop kontak.
4). Pengadaan dan pemasangan fixture dan armature penerangan lengkap dengan komponen
dan accessoriesnya.
5). Sistem pentanahan peralatan.

55
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

6). Testing dan commissioning peralatan dan instalasi.


1.3. Koordinasi Pekerjaan
Untuk kelancaran pekerjaan ini harus diadakan koordinasi dari seluruh bagian yang terlibat di dalam
kegiatan proyek ini. Seluruh aktivitas yang menyangkut di dalam proyek harus dikoordinir lebih dahulu
agar gangguan dan konflik satu dengan lainnya dapat dihindarkan. Melokalisasi/memperinci setiap
pekerjaan sampai dengan detail untuk mendapat persetujuan Pengawas lapangan/Perencana.
1.4. Material dan "Workmanship"
Seluruh peralatan, material yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus baru dan material harus
tahan terhadap iklim tropik. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan dengan cara yang benar dan setiap
pekerja harus mempunyai ketrampilan yang memuaskan. Dimana latihan khusus bagi pekerja adalah
diperlukan dan Pemborong harus melaksanakannya. Pemborong harus melengkapi surat sertifikat
yang sah untuk setiap personal ahli, yang menyatakan bahwa personal tersebut telah mengikuti
latihan-latihan khusus ataupun mempunyai pengalaman-pengalaman khusus dalam bidang keahlian
masing-masing.
1.5. Daftar Material
Pada waktu mengajukan penawaran, Pemborong harus menyertakan/melampirkan "Daftar Material"
yang lebih dahulu diperinci dari semua bahan yang akan dipasang pada proyek dan harus disebutkan
pabrik, merk, manufacturer, type, lengkap dengan brosur/katalog. Ini adalah mengikat dan harus
diajukan lengkap tidak boleh sebagian-sebagian.

1.6. Shop Drawing


Setelah persetujuan, dalam hal ini sebelum daftar spesifikasi material, Pemborong diharuskan
menyerahkan shop drawing untuk disetujui Perencana. Shop Drawing harus termasuk katalog data
dari pabriknya, literatur mengenai uraian-uraian, diagram pengkabelan, data ukuran dimensi, data
pembuatan dan nama serta alamat yang terdekat dari service dan group perusahaan pemeliharaan
yang tetap menyediakan persediaan/stock suku cadang yang terus menerus, shop drawings harus
diberi catatan dari Pemborong, yang menyatakan bahwa apa yang dianjurkan sudah sesuai dengan
spesifikasi dan kondisi ruang yang disediakan.
Data untuk setiap sistem harus menunjukkan pemasangan yang lengkap dari seluruh koordinasi
komponen untuk peninjauan keseluruhan yang sebenarnya dari keseluruhan sistem, penyerahan
sebagian-sebagian tidak akan diperhatikan. Gambar shop drawing harus dibuat sebanyak 4 (empat)
set.
Shop drawing yang harus diajukan adalah :
1). Panel MDP.
2). Panel ATS/AMF
3). Panel-panel daya dan penerangan, outlet box dan lain-lain.
4). Layout kabel distribusi dan lain-lain.
5). Detail-detail pemasangan lampu.

56
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

6). Rencana instalasi penerangan, stop kontak setiap lantai.


7). Dan lain-lain yang diminta oleh Perencana/Pengawas lapangan.
Shop drawing dimasukan untuk diperiksa/ disetujui Perencana/ Pengawas lapangan paling lambat 14
(empat belas) hari kerja terhitung setelah dikeluarkannya SPK.
1.7. Contoh
Pemborong harus menyerahkan contoh-contoh dari seluruh material untuk mendapatkan persetujuan
sebelumnya. Seluruh biaya ditanggung atas biaya Pemborong. Contoh-contoh tersebut (mock-up)
dimasukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja, terhitung setelah dikeluarkannya SPK.
1.8. Acces Opening
Pemborong harus menyediakan access opening (bukaan-bukaan) untuk instalasi dan pemeliharaan
dari instalasi listrik. Bukaan-bukaan (access opening) yang terdapat pada konstruksi bangunan seperti
dinding-dinding, langit-langit, dan seterusnya begitu pembukaan harus dilengkapi dengan fasilitas
penutup yang tepat bagi permukaan peralatan, penutup harus dapat dilepaskan dan dipindahkan tanpa
mengakibatkan kerusakan pada permukaan yang berdekatan.
1.9. Gambar Pemasangan Yang Sebenarnya
Pemborong harus mempergunakan secara baik satu set lengkap gambar-gambar di lapangan yang
mana harus diberi tanda yang tepat pada lokasi dari seluruh jenis sistem outlet panel/kabinet,
peralatan, pengkabelan dan seterusnya dengan dimensi yang diambil dari patokan center colom (as
colom). Pemborong harus melengkapi gambar pemasangan yang sebenarnya ("as installed") dari
instalasi. Pemborong pada saat mendekati penyerahan (2 minggu sebelum penyerahan) harus
menyerahkan gambar "as built drawing" yang menyatakan gambar-gambar seperti yang telah
terpasang untuk diserahkan pada Pejabat Pembuat Komitmen setelah disetujui Perencana/Pengawas
lapangan sebanyak 2 (empat) set gambar cetak dan 1 (satu) set kalkir.
1.10. Pengetesan
Pemborong harus melakukan seluruh pengetesan seperti disebutkan dan harus melakukan percobaan
seperti operasi sesungguhnya secara tepat dari seluruh sistem. Peralatan, material dan cara
bekerjanya peralatan yang mengalami kerusakan/cacat/salah harus diganti/dibetulkan dan percobaan
diulangi. Seluruh pengkabelan, instalasi "keur" Pemborong harus bertanggung jawab untuk
memperoleh persetujuan PLN bagi pemasangan sistem jaringan listrik dan seluruh biaya ditanggung
atas beban Pemborong.
1.11. Data Suku Cadang
Sejak pengiriman dari bagian-bagian dan peralatan ke tempat lapangan Pemborong harus
menyerahkan kepada Pengawas lapangan daftar lengkap dari suku cadang (spare parts) dan
menyerahkan untuk masing-masing bagian disertai dengan daftar harga satuan dan alamat supplier
dan tambahan daftar dari suku cadang dan suplai yang secara normal harus dalam setiap pembelian
atau suku cadang yang disebutkan dalam spesifikasi yang harus dilengkapi oleh pemborong dengan
biaya dari Pemborong. Lama pengetesan peralatan listrik 1 x 24 jam tanpa henti biaya pengetesan
ditanggung Pemborong.

57
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

1.12. Buku Petunjuk (Manual) dan Instruksi


Pemborong harus melengkapi buku petunjuk (manual) pemeliharaan dan manual cara
mengoperasikannya, dan bahasa dari instruksi bagi seluruh bagian peralatan ini harus dalam bahasa
Inggris dan Indonesia.
1.13. Training
Mendidik operator atau orang-orang yang ditunjuk oleh pemilik untuk menjalankan, mengoperasikan
pengujian dan maintenance seperlunya terhadap instalasi. Segala biaya-biaya tersebut adalah menjadi
tanggungan Pemborong
2. Teknik Instalasi
2.1. Instalasi Kabel/ Wiring
1). Umum
Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi persyaratan PUIL/
LMK. Semua kabel/wiring harus baru dan harus jelas ditandai mengenai ukurannya, jenis
kabelnya, nomor dan jenis pintalannya. Semua kabel dengan penampang 6 mm² ke atas
haruslah terbuat secara dipilin (stranded). Instalasi ini tidak boleh memakai kabel dengan
penampang lebih kecil 2,5 mm² kecuali untuk pemakaian remote control. Kecuali persyaratan
lain, konduktor yang dipakai ialah dari type :
a). Untuk instalasi penerangan adalah NYM, semua instalasi penerangan dan stop kontak
menggunakan system 3 core dimana core yang ketiga merupakan jaringan
pentanahan. Pentanahannya disatukan di dalam panel.
b). Untuk kabel tofoer, feeder/distribusi dan penerangan taman dengan menggunakan
kabel NYFGbY atau NYY.
Semua kabel harus berada di dalam conduit PVC super high impact yang disesuaikan dengan
ukurannya, cable tray, cable trench, kabel rack dan harus diklem. Digunakan flexible conduit
dengan bahan yang sama untuk menghubungkan instalasi ke masing-masing fixture lampu.
2). "Splice"/ Pencabangan
Tidak diperkenankan adanya pencabangan dan penyambungan pada kabel/ feeder utama dan
instalasi kecuali :
a). Feeder utama hanya pada panel dan harus diproteksi dengan breaker.
b). Instalasi penerangan dan stop kontak hanya pada kotak/ junction box dan tidak
diperkenankan adanya sambungan kabel dalam konduit.
Sambungan pada kabel harus dibuat kuat secara mekanis dan harus teguh secara electris
dengan cara-cara "solderless connector". Jenis kabel tegangan, jenis "compression atau
soldered". Dalam membuat "splice" konektor harus dihubungkan pada konduktor-konduktor
dengan baik, demikian sehingga semua konduktor tersambung tidak ada kabel-kabel telanjang
yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran. Semua sambungan kabel baik di dalam
junction box, panel ataupun tempat lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari
tembaga yang diisolasi dengan porselein atau bakelite ataupun PVC, yang diameternya
disesuaikan dengan diameter kabel.

58
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

3). Bahan Isolasi


Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet, PVC, asbes, gelas,
tape sintetis, resin, splice case, compostion dan lain-lain tertentu itu harus dipasang memakai
cara yang disetujui menurut anjuran perwakilan pemerintah dan atau manufacturer.
4). Penyambungan Kabel
a). Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak penyambungan yang
khusus untuk itu.
b). Pemborong harus memberikan brosur-brosur mengenai cara-cara penyambungan
yang dinyatakan oleh pabrik, kepada Perencana dan Pengawas lapangan.
c). Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warna-warna atau namanya masing-
masing dan harus diadakan pengetesan tahanan isolasi sebelum dan sesudah
penyambungan dilakukan. Hasil pengetesan harus tertulis dan disaksikan oleh
Pengawas lapangan.
d). Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan-
penyambungan dari ukuran-ukuran yang sesuai.
e). Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pita PVC/protolen
yang khusus untuk listrik.
f). Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan, bila perlu untuk menjaga nilai isolasi
tertentu.
g). Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang terbuka, maka harus dilindungi
dengan pipa baja dengan tebal 3 mm setinggi minimum 2,5 m.
5). Saluran Penghantar Dalam Bangunan
a). Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan ceiling gantung, saluran
penghantar (conduit) dipasang diatas rak kabel dan digantung tersendiri diatas ceiling.
b). Untuk instalasi saluran penghantar di luar bangunan, dipergunakan saluran beton,
kecuali untuk penerangan taman, dipergunakan pipa galvanized  2". Saluran beton
dilengkapi dengan Hand-hole untuk belokan-belokan (pekerjaan beton ini harus sesuai
dengan yang dipersyaratkan dalam PBI -1971).
c). Setiap saluran kabel dalam bangunan dinding dipergunakan pipa conduit PVC
minimum  3/4". Setiap pencabangan ataupun pengambilan saluran ke luar harus
menggunakan junction box yang sesuai dan sambungan yang lebih dari satu harus
menggunakan terminal strip di dalam junction box.
d). Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus dilengkapi dengan
"Socket/lock nut", sehingga pipa tidak mudah tercabut dari panel. Bila tidak ditentukan
lain, maka setiap kabel yang berada pada ketinggian muka lantai sampai dengan 2 m
harus dimasukkan dalam pipa. Dan pipa harus diklem ke bangunan pada setiap jarak
50 cm.
2.2. Instalasi Sakelar dan Stop Kontak (Outlet)
1). Sakelar ( switch )

59
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

Sakelar-sakelar harus dari jenis rocker mekanisme dengan rating 10 A/ 250 V, sakelar pada
umumnya dipasang inbow kecuali disebutkan lain pada gambar. Jika tidak ditentukan lain,
sakelar-sakelar tersebut bingkainya harus dipasang rata pada tembok atau tempat yang telah
ditentukan pada gambar pada ketinggian 150 cm diatas lantai yang sudah selesai kecuali
ditentukan lain oleh Pengawas lapangan. Sakelar-sakelar tersebut harus dipasang dalam
kotak-kotak dan ring (standar). Sambungan-sambungan hanya diperbolehkan antara kotak-
kotak yang berdekatan.
2). Stop Kontak
Stop kontak haruslah dengan tipe yang memakai earthing contact dengan rating 10 A, 16 A,
25 A, 250 V AC. Semua pasangan stop kontak dengan tegangan kerja 220 V harus diberi
saluran ke tanah (grounding). Stop kontak harus dipasang rata dengan permukaan dinding
dengan ketinggian 50 cm dari atas lantai yang sudah selesai sesuai gambar rencana atau
petunjuk Pengawas lapangan.
2.3. Instalasi Fixtures Penerangan
1) U m um
Fixture penerangan harus dari jenis yang tertera dalam gambar. Harus dibuat dari bahan yang
sesuai dan bentuknya harus menarik dan pekerjaannya harus rapih dan baik, tebal plat baja
yang dipakai untuk housing fixture minimum 0,7 mm. Pemborong harus menyediakan contoh-
contoh dari semua fixture yang akan dipasang kepada Perencana/Pengawas lapangan untuk
disetujui.
2) Kabel-Kabel untuk Fixture
Kecuali ditunjuk atau dipersyaratkan lain, kabel-kabel untuk "fixture" harus ditutup asbestos
dan tahan panas. Tidak boleh ada kabel yang lebih kecil dari 2,5 mm², kawat-kawat harus
dilindungi dengan "tape" atau "tubing" disemua tempat dimana mungkin ada abrasi. Semua
kabel-kabel harus disembunyikan dalam konstruksi armature kecuali dimana diperlukan
penggantungan rantai atau kalau pemasangan/perencanaan fixture menunjuk lain. Tidak boleh
ada sambungan kabel dalam suatu armature dan penggantungan dan harus terus menerus
utuh mulai dari kotak sambung ke terminal-terminal khusus pada armature-armature lampu.
Saluran-saluran kabel harus tidak tajam dan dilindungi sehingga tidak merusak kabel.
3) Lampu-lampu
Semua fixture harus dilengkapi dengan lampu-lampu dan dipasang sesuai dengan persyaratan
dan gambar. Untuk lampu pijar memakai lamp holder dan base type edison screw, untuk lamp
holder type edison screw kabel netral tidak boleh dihubungkan ke centre control, kecuali
dipersyaratkan lain. Lampu fluorescent haruslah dari jenis cool white atau sesuai perencanaan.
Semua lampu fluorescent atau lampu lainnya yang memerlukan perbaikan factor daya harus
dilengkapi dengan capacitor. Dalam spesifikasi ini besarnya "microfarad" (f) dari kapasitor
untuk setiap lampu tidak terlalu ditekankan karena yang dibutuhkan adalah hasil akhir dari
power factor menjadi sekurang-kurangnya 0,95.
2.4. Instalasi / Konstruksi Panel

60
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

1). Kabinet
Semua kabinet harus dibuat dari plat baja dengan tebal minimum 2 mm, atau dibuat dari bahan
lain seperti polyester atau bakelite. Kabinet untuk "panel board" mempunyai ukuran yang
proposionil seperti dipersyaratkan untuk panel board, yang besarnya sesuai dengan ukuran
pada gambar perencana atau menurut kebutuhan sehingga untuk jumlah dan ukuran kabel
yang dipakai tidak terlalu penuh/ padat.
Frame/rangka panel harus digrounding/ditanahkan pada kabinet harus ada cara-cara yang baik
untuk memasang, mendukung dan menyetel "panel board" serta tutupnya. Kabinet dengan
kabel-kabel "trough feeder" harus diatur sedemikian sehingga ada saluran dengan lebar tidak
kurang dari 10 cm untuk branch circuit panel board. Setiap kabinet harus dilengkapi dengan
kunci-kunci. Untuk satu kabinet harus disediakan 2 (dua) buah anak kunci, dengan sistem
master key.
2). Pemasangan Panel
Pemasangan panel sedemikian rupa sehingga setiap peralatan dalam panel dengan mudah
masih dapat dijangkau, tergantung dari pada macam/tipe panel. Maka bila dibutuhkan
alas/pondasi/penumpu/ penggantung maka pemborong harus menyediakannya dan
memasangnya sekalipun tidak tertera pada gambar.
3). Panel Distribusi Utama
Panel distribusi utama harus seperti tertera pada gambar, kecuali ditunjuk lain. Seluruh
assembly termasuk housing, busbar, alat-alat pelindung harus direncanakan, dibuat, dicoba
dan dimana perlu diperbaiki sesuai dengan persyaratan. Panel distribusi utama harus dari jenis
in door type terbuat dari plat baja tebal minimum 2 mm. Konstruksi harus terbuat dari rangka
baja struktur yang kaku, yang bisa mempertahankan strukturnya oleh strees mekanis pada
waktu hubung singkat. Rangka ini secara lengkap dibungkus pada bagian bawah, atas dan sisi
dengan plat-plat penutup (metal clad) harus cukup louvers untuk ventilasi dimana perlu untuk
mengatasi kenaikan suhu dari bagian-bagian yang mengalirkan arus dan bagian-bagian yang
bertegangan sesuai dengan persyaratan PUIL-2000/LMK/VDE untuk peralatan yang tertutup.
Material-material yang bertegangan harus dicegah dengan sempurna terhadap kemungkinan
percikan air. Semua meteran dan tombol transfer yang dipersyaratkan harus dikelompokkan
pada satu papan panel yang berengsel yang tersembunyi.
4). Busbar/Rel
Busbar harus dari bahan tembaga yang lapisan luarnya dilapis dengan lapisan perak dengan
ukuran sesuai dengan kemampuan arus 150 % dari arus beban terpasang yang ukurannya
disesuaikan dengan aturan PUIL 2000.
Semua busbar/rel harus dicat dan dipegang oleh bahan isolator dengan kuat dan baik ke
rangka panel. Semua busbar/rel harus dicat dengan warna yang sesuai dengan disebutkan
pada PUIL. Cat-cat tersebut harus tahan sampai temperature 75°C. Busbar disusun dan
dipegang oleh isolator dengan baik untuk sistem 3 , 4 kawat seperti ditunjuk dalam gambar.
Setiap panel harus mempunyai bus netral yang diisolir terhadap tanah dan sebuah bus

61
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

penatanahan yang telanjang diklem dengan kuat pada frame dan panel dilengkapi klem untuk
pentanahan. Dari panel peralatan perlu diketanahkan minimum 2 .
5). Teminal dan Mur-baut
Semua terminal cabang harus diberi lapisan tembaga (ver-tin) dan disekrup dengan
menggunakan mur-baut ring dari bahan tembaga atau mur-baut yang diberi nikel (atau
stainless) dengan ring tembaga.
6). Alat-alat ukur
Setiap panel harus dilengkapi dengan alat-alat ukur seperti pada gambar. Meter-meter adalah
dari type "moving iron vane type" khusus untuk panel, dengan scale sirkular, flush atau semi
flush, dalam kotak tahan getaran, dengan ukuran 144 x 144 mm atau 96 x 96 mm, dengan
skala linier dan ketelitian 1,5%. Posisi dari saklar putar untuk voltmeter (Voltmeter Selector
Switch) harus ditandai dengan jelas.
7). Merk Pabrik
Semua peralatan pengaman harus diusahakan buatan satu pabrik, peralatan-peralatan sejenis
harus dapat saling dipindahkan dan ditukar tempatnya pada frame.
8). Pilot lamp
Semua tutup muka panel dilengkapi dengan pilot lamp untuk menyatakan adanya tegangan R,
S dan T. Penyediaan dari pilot lamp yang disebutkan diatas merupakan keharusan, biarpun
pada gambar-gambar tidak tertera.
Warna-warna untuk pilot lamp :
a). Untuk phasa R : warna merah
b). Untuk phasa S : warna kuning
c). Untuk phasa T : warna hijau.
3. Penyambungan dan penambahan Daya listrik
3.1. Umum
Spesifikasi ini menjelaskan persyaratan untuk penyambungan atau penambahan daya listrik yang
harus dilakukan oleh calon kontraktor untuk memenuhi kebutuhan beban yang terpasang sesuai BQ
yang diminta. Biaya penyambungan ( BP ), UJL, Jaminan Gambar Instalasi, konsuil, Pengadaan dan
pemasangan trofo, , penambahan tiang listrik, penambahan kabel udara tegangan rendah maupun
tinggi dan peralatan-peralatan pendukung lainnya di bebankan oleh pihak calon kontraktor dengan
sistem lumpsump.
Kabel harus terdiri atas :
1). Dua atau empat penghantar yang terbuat dari kawat tembaga pilin atau tembaga "compacted"
yang dipilin.
2). Lapisan isolasi bahan PVC pada setiap penghantar phasa maupun penghantar netral.
3). Lapisan pengendap yang tahan air dikelilingi urat-urat penghantar phasa dan pengisi ruangan
diantara kawat phasa.
4). Lapisan pengendap kedua diluar lapisan pengendap diatas.

62
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

5). Pelindung dari pita bahan diatas lapisan pengendap kedua sesuai dengan persyaratan IEC
(NYFGbY).
6). Diluar lapisan pelindung pipa baja diberi lapisan plastik sebagai pelindung.
3.2. Penandaan/ Warna
Warna permukaan kabel sebagai tanda-tanda untuk setiap kawat adalah :
Phasa : merah netral : biru
kuning
Hitam

4. Kabel Tegangan Rendah (NYA, NYM, NYY, NYFGbY) 220/380 V


3.3. Umum
Spesifikasi ini menjelaskan persyaratan bagi kabel tegangan rendah yang harus memenuhi
persyaratan kemampuan melakukan arus pada temperatur 35°C, temperatur maximum kabel dalam
keadaan berbeban tidak boleh melebihi 70°C dan temperatur maksimum kabel untuk arus hubung
singkat tidak boleh lebih 250°C.
3.4. Konstruksi
Kabel harus terdiri atas :
7). Dua atau empat penghantar yang terbuat dari kawat tembaga pilin atau tembaga "compacted"
yang dipilin.
8). Lapisan isolasi bahan PVC pada setiap penghantar phasa maupun penghantar netral.
9). Lapisan pengendap yang tahan air dikelilingi urat-urat penghantar phasa dan pengisi ruangan
diantara kawat phasa.
10). Lapisan pengendap kedua diluar lapisan pengendap diatas.
11). Pelindung dari pita bahan diatas lapisan pengendap kedua sesuai dengan persyaratan IEC
(NYFGbY).
12). Diluar lapisan pelindung pipa baja diberi lapisan plastik sebagai pelindung.
3.5. Penandaan/ Warna
Warna permukaan kabel sebagai tanda-tanda untuk setiap kawat adalah :
Phasa : merah netral : biru
kuning
Hitam

4. Peralatan Listrik
4.1. Peralatan Panel MDP
1). Circuit Breaker Motor Operated
Rating Arus : sesuai gambar rencana
Insulation Rating : 750 V AC, Voltage rating : 380 V 50 Hz
Rated Breaking Cap : 50 kA (500 V, 50 Hz) dengan Arc chute.
Relay : Thermis dan magnetis over current release, under voltage
release, Auxiliary contact block (2 NO+1 NC) Electrical
interlocking dengan CB genset.
Drive : Motor, 220 V, 50 Hz.
2). Moulded Case Circuit Breaker

63
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

Insulation Rating : 380 V


Dilengkapi dengan : Thermal release dan electromagnetic over current release
Rating Arus In : Sesuai gambar perencanaan
Rated Breaking Cap : Sesuai gambar perencanaan
3) Ampere Meter
Class : 1,5
Over load cap : 1,2 x In Continue
Ukuran : 90 x 90 mm
Skala : 0 – 1.250 A
Type : Moving Iron, untuk pengukuran AC
Ketelitian : ± 1,5 % untuk pengukuran AC
4) Volt Meter
Class : 1,5
Over load cap : 1,2 x In Continue
Ukuran : 90 x 90 mm
Skala : 0 - 500 A
Ketelitian : ± 1,5 % untuk pengukuran AC

5) kWH - Meter
Rated voltage : 3 x 380 Volt
Rated current output :5A
transformer
Ocuracy class : 2,0
Baseplate of moulded plastic
The register : 6 (six) cipher rollers double pengukuran
6) Lampu Indikator
Tubular lamp, pijar 5 watt, diameter 54 mm
Warna : merah, kuning, biru
7) Push Button
Panel mounting, double on-1, off-0. Semua push button dilengkapi dengan lampu indikator untuk menyatakan sistem
dalam on atau off.
8) Relay - relay
Untuk panel MDP, circuit breaker untuk feeder utama, dilengkapi dengan relay proteksi OL
(over load), SC (short circuit) dan UV (under voltage). Sedangkan untuk generator, dilengkapi
dengan relay OL, SC, UV, EF (Earth Fould) dan RP (Reverse Power).
9) Selector Switch
Dari type rotary switch, untuk switching. Rated voltage 380 Volt AC insulation 660 V.

4.2. Panel AMF


1) Instalasi Automatic Main Failure (AMF)
a. Umum.
a). Yang dimaksud dengan Autoamtic main failure unit, meliputi keseluruhan
perlengkapan perangkat keras yang diperlukan untuk :
1. Memonitor nilai tegangan catu daya utama (pada tiap phase)
2. Menghidupkan catu daya cadangan (back up power source)
3. Mentransfer beban dari catu daya utama kepada catu daya cadangan.

64
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

4. Memonitor catu daya cadangan


5. Mentransfer beban kembali pada catu daya utama (apabila kondisi
memungkinkan)
6. mematikan catu daya cadangan.
b). Perangkat lunak yang merupakan program dari pada unit AMF yang dimaksud,
pada dasarnya berupa suatu controlled switching sequence yang dilaksanakan
dengan mempergunakan sejumlah relay (bukan electronic switching).
c). Keseluruhan relay dan perlengkapan perangkat keras lain yang dipergunakan
untuk melaksanakan prosedur switching ini, maka harus beroperasi pada
tegangan DC yang disediakan oleh battery yang terdapat pada catu daya
cadangan (terpisah dengan battery cadangan diesel genset).
d). Untuk menghindari pengurangan muatan battery yang timbul sebagai akibat
beroperasinya unit AMF, pemborong diwajibkan menyediakan sebuah battery
charger dengan kapasitas dan ratting yang memadai.
b. Kontrol Operasional.
a). AMF yang dimaksud harus diperlengkapi dengan sejumlah operasional control
device yang memungkinkan operator melakukan manipulasi-manipulasi
operasional yang diperlukan. Operasional control device yang dimaksudkan
pada dasarnya merupakan non latching flush mounted push button.
b). Operasional control push button yang disediakan harus dapat dipergunakan
untuk melaksanakan fasilitas operational, yang sekurang-kurangnya meliputi :
1. Sistim manual (status operasional dari AMF)
2. Sistim automatic (status operasional dari AMF)
3. Engine Start
4. Engine Stop
5. Mains circuit breaker on
6. Mains circuit breaker off
7. Generator circuit breaker on
8. Generator circuit breaker off
9. Emergency stop
10. Horn oil/ acknowledge
11. Reset
12. Lamp test
13. Sistem test
c). Manipulasi fasilitas Engine star/stop dan circuit breaker on/off hanya dapat
dilaksanakan pada status system manual. Manipulasi system test hanya dapat
dilaksanakan dalam status system automatic.
d). Manipulasi fasilitas emergency stop, baik dalam status system manual,
maupun automatic, membatalkan keseluruhan proses switch sequence yang

65
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

berlangsung, memutuskan catu daya dari beban dan mematikan catu daya
cadangan. Pemborong hendaknya menyediakan provisi/cadangan yang
diperlukan, sehingga memungkinkan adanya remote emergency stop stations
yang dapat dipasang terpisah dari unit AMF, pada tempat-tempat yang
dianggap perlu (sesuai dengan petunjuk pemberi tugas).
e). Manipulasi peralihan status system dari manual ke automatic atau sebaliknya,
harus dapat dilaksankanan setiap saat tanpa membatalkan langkah proses
switch sequence yang sedang/ akan berlangsung.
f). Manipulasi fasilitas system reset dimaksudkan untuk merestore perangkat
lunak (Software) yang terblokir, sebagai akibat kegagalan fungsi mekanisme
operational diluar unit AMF. Manipulasi fasilitas reset ini secara automatic akan
menempatkan system dalam status manual (kondisi ini harus berlaku pula
pada manipulasi emergency stop).
g). Fasilitas system test dimaksudkan sebagai sarana yang memungkinkan
operator mensimulir keseluruhan switch sequence operational yang terkandung
dalam perangkat lunak dari pada system (mains failure, generator set, load
transfer, mains restoring, load transfer dan engine shut off), secara automatis.
2) Monitoring Function and Display
a. Unit AMF yang dimaksudkan, harus diperlengkapi dengan sejumlah indicating lights,
yang berhubungan dengan system sendiri serta peralatan lainnya yang berhubungan
dengan fungsi operational unit AMF
b. Display yang dimaksudkan pada bagian tersebut diatas, sekurang-kurangnya harus
memberi indikasi akan status-status sebagai berikut :
1. Unit AMF on
2. System Automatic
3. Mains on
4. Mains circuit breaker off
5. Mains circuit breaker on
6. Engine Start
7. Generator on
8. Generator circuit breaker off
9. Generator circuit breaker on
10. Generator circuit breaker tripped
11. Engine Stoping Solenoid Engaged
12. Starting failure
13. Transfer failure
14. Low oil pressure
15. High/over temperature
16. Over speed

66
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

17. Emergency stop actuated


18. Horn off
19. System Test.
c. Mains on, memberikan indikasi bahwa tegangan jala-jala catu daya utama (PLN)
berbeda dalam batas-batas tolerensi deviasi yang masih diperkenankan, (baik over
maupun under voltage, yang diukur pada ketiga phase dari paca catu daya). Batas
toleransi yang dimaksudkan harus dapat diatur secara terpisah dan kontinu antara 0
sampai – 25 % untuk under voltage dan 0 sampai + 25 % untuk over voltage.
d. Engine stopping solenoid engaged, memberikan indikasi akan bekerjanya stopping
solenoid dari pada diesel engine. Stopping solenoid ini harus dibebaskan kembali
secara automatis (released) setelah engine shut off.
e. Starting failure, menandakan kegagalan start pada diesel engine. Software daripada
system yang dimaksud. Harus memungkinkan terlaksananya sekurang-kurangnya 3
(tiga) kali percobaan start (starting attempt), sebelum menyatakan starting failure.
Kegagalan ini harus disertai dengan suatu audible indication yang dapat didengar oleh
yang bersangkutan. Dalam hal terjadinya starting failure, software secara automatis
harus menghentikan engine melakukan percobaan-percobaan start yang selanjutnya.
Percobaan start yang selanjutnya harus dilakukan secara manual oleh operator,
setelah system direset.
f. Transfer failure, menandakan kegagalan mekanisme circuit breaker dalam
melaksanakan operasi yang diinstruksikan oleh software. Dalam hal terjadinya mains
failure, transfer failure tidak boleh diikuti dengan engine shut off percobaan load
transfer harus dapat mencegah engine melakukan percobaan restart.
g. Indikasi low oil pressure, high over temperatur dan over speed, pada dasarnya
berkaitan dengan kegagalan pada salah satu sub system daripada diesel engine dan
harus langsung diikuti dengan engine shut off. Apabila kegagalan initerjadi pada waktu
catu daya utama/PLN padam, software daripada system harus dapat mencegah engine
melakukan percobaan restart.
h. Generator on, memberikan indikasi berfungsinya generator dalam batas-batas toleransi
seperti yang diuraikan pasal ini ayat 4b.
i. Kondisi-kondisi gangguan yang sebagai mana diuraikan pada bagian 7 sampai dengan
10 daripada pasal ini, menggunakan emergency stop facility dengan pelaksanaan
system test, harus disertai dengan suatu bentuk audible alarm yang dapat terdengar
oleh petugas yang bersangkutan. Bunyi alarm dalam hal ini harus dapat
dibatalkan/dicancel dengan manipulasi horn off/acknowladge button yang akan
mengakibatkan indicator ‘horn off” menyala.
j. Engine starting, memberikan indikasi bahwa starting device dari pada diesel engine
dalam keadaan engaged.

67
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

k. Kondisi trip yang terjadi pada salah satu circuit breaker. Yang diakibatkan oleh
overload atau fault pada sisi beban, tidak boleh mengakibatkan terjadinya pemindahan
beban (Load transfer) pada catu daya alternatif.
3) Operation Delays
a. Guna menjamin kesempurnaan kerja dari pada unit AMF yang dimaksud, pemborong
diwajibkan melengkapi system dengan sejumlah timing devices yang memungkinkan
terjadinya operational delays, yang pada dasarnya merupakan bagian daripada
keseluruhan switch sequence yang dikehendaki.
b. Operational delays/timings yang dikehendaki harus sekurang-kurangnya meliputi
proses-proses :
1. Starting delay 0 – 60 detik

2. Starting time 0 – 15 detik

3. Starting interval time 0 – 15 detik

4. Stabilizing time 0 – 15 detik

5. Switch time 0 – 60 detik

6. Cooling off time 0 – 180 detik

7. Stopping time 0 – 60 detik

8. Test delay 0 – 10 detik

c. Yang dimaksudkan dengan delay adalah tegangan waktu yang terjadi antara saat
matinya catu daya utama (PLN) dan proses percobaan start daripada generator set.
d. Yang dimaksudkan dengan starting time adalah lamanya periode engagement
daripada starting device diesel generating set untuk satu kali percobaan start.
e. Yang dimaksudkan dengan stabilizing time adalah tenggang waktu yang timbul anatara
beroperasinya generator dan instruksi transfer yang diperintahkan oleh software
daripada system.
f. Yang dimaksudkan dengan switch delay adalah tenggang waktu yang terjadi antara
normal kembalinya kondisi catu daya utama (PLN) dan instruksi transfer back yang
diperintahkan software.
g. Yang dimaksudkan dengan interval time adalah tenggang waktu yang terdapat antara
dua periode percobaan start.
h. Yang dimaksudkan dengan cooling off delay adalah lamanya engagement daripada
stoping solenoid setelah engine dimatikan.
i. Yang dimaksud dengan stopping delay adalah lamanya engagement daripada stopping
solenoid setelah engine dimatikan.
j. Yang dimaksud dengan test delay adalah tenggang waktu yang terjadi antara
manipulasi system test button dengan awal mulainya proses manipulasi.

68
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

k. Semua timming device yang dimaksud harus dapat diatur secara kontinyu dalam range
yang dikehendaki (bukan merupakan step contrelers)
4) Lain-lain.
a. Unit AMF yang dimaksudkan harus ditempatkan dalam steel sheet enclosere yang
pada dasarnya memenuhi persyaratan dan ketentuan umum yang ditetapkan bagi
electrical switchboards. Ketentuan dan persyaratan ini telah dibahas pada bagian lain
dari pada persyaratan ini.
b. Unit AMF harus diperlengkapi pula dengan protective switchgear yang lazim
diperlukan, berupa miniatur circuit breaker dengan rating dan kapasitas yang memadai.
Ketentuan dan peraturan mengenai merk harus disesuaikan dengan persyaratan yang
telah dibahwas pada bagian lain dari pada uraian ini.
c. Kewajiban menyediakan mechanisme motor yang diperlukan untuk menggerakkan
circuit breaker yang bersangkutan tidak merupakan bagian dari pada pekerjaan ini.
Dari pemborong kelak diharapkan saran dan petunjuknya mengenai kelengkapan yang
dipersyaratkan dalam hubungan ini.
d. Unit AMF harus dilengkapi pula Timer On dilay untuk mengerakkan breaker Utama AC
agar ada tenggang waktu selama 30 secon antara beban AC dengan beban non AC
untuk mengurangi adanya arus asut yang berlebihan.

4.3. Panel Penerangan dan Daya


1). Panel harus dibuat dari plat baja galvanized tebal plat 2 mm, lipatan dan bentuk sudut plat
melalui proses mekanis.
2). Peralatan panel penerangan :
a). Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)
Rating Tegangan : 380 V, 50 Hz
Type : Compact
Breaking Cap. : 18 kA
b). Kontaktor
Rating Arus : 10 A, 16 A, 25 A
Rating Tegangan : 380 V, 50 Hz
Pole : 3 pole
c). Miniature Circuit Breaker
Rated voltage : 380 Volt, 50 Hz
Breaker cap : 10,0 kA (380 V) minimum
Type : yang mempunyai "Instantenous tripping valve"
sebesar 12 (dua belas) kali arus In
4.4. Material Untuk Instalasi
1). Grid Switch
Rocker mekanisme, modular, rating 10 A, 220 Volt AC.
Type : Decorative
Plates : Steel
2). Sakelar Tunggal / Ganda

69
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

Rocker mekanisme, modular, rating 10 A, 220 Volt AC.


Type : Decorative push-push, flush, segi empat
Plates : Standard
3). Socket Outlet/ Outlet dan Swicth Type Dinding
Type : Flush
Terminal : 2 P + e, 220 V, AC 10 A
Untuk outlet+switch : 10 A / 16 A
Bentuk : Persegi dengan outlet, swicth, pilot lamp

4.5. Capacitor Bank


Untuk memperbaiki faktor daya maka digunakan Capacitor Bank. Capacitor Bank yang dipakai harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Capacitor
 Capacitor harus dibuat oleh pabrik pembuat capacitor dan telah di test sesuai dengan
standar IEC 831 atau JIS C4901
 Capacitor bank dari jenis pasangan dalam (in-door)
 Temperatur : -25˚ C s/d +45˚ C
 Rate Voltage : 230 V dan 380 – 440 V
 Kapasitas Capacitor : 2.5 KVAR, 5 KVAR
 Rate Output : 25 KVAR
 Rate Frequency : 50 Hz
 Phase and Connection : Three (3) phase and delta connection.
 Capacitor harus mampu beroperasi pada keadaan over-vol tage untuk durasi
sebagai berikut :

Voltage Factor
Maximum Duration
( x rate Voltage)

1,10 8 jam (max) dalam setiap 24 jam

1,15 30 menit (max) dalam 24 jam

1,20 5 menit (max) 2 kali dalam 1 bulan

1,3 1 menit (max) 2 kali dalam 1 bulan


 Capacitance output : +15% dan -5% pada suhu ruang
 Capacitor loses : < 2 watt/KVAR
 Merk : AEG, Merlin Gerin, Siemens
3) Power Factor Controller
 Jenis : Automatic control 6 step dan 11 step
 Capacitor closing time : 15 second, 1 minute, 3 min, 5 min dapat
dipilih tergantung discharge time capacitor
 Frequency : 50 Hz

70
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

 Mode Switching Sequence : Up-down mode atau Circular Mode


 Operating Voltgae : 100 – 120 V ±10%, 200 – 240 V ±10%
 Operating Temperature : -10˚ C s/d +55˚ C
 CT Input Current : 5A max.
 Target Power factor : 0,95 Lag – 0,98 Lead
 Power Factor Reading : Up to date reading always display
 Merk : AEG, Merlin Gerin, Siemens
3) Pengaman Utama dan assesories
 Jenis Pengaman : MCCB 36KA 3phasa
 Jenis Kontaktor : 220V/380V 3pole 25/32A
 Manual-auto operation : Push Button ON-OFF 220V 50Hz
Pilot Lamp ON Kapasitor
 Merk : Merlin Gerin, Siemens, ABB

5. Fixture dan Armature


5.1. Penempatandan jenis, jumlah Armature Lampu mengikuti dari gambar rencana, jika ada perubahan harus
sepengetahuan konsultan pengawas dan owner.
5.2. Lampu Tanda Arah Kebakaran/ Emergency Exit Lamp.
Dipasang pada beberapa tempat sesuai dengan gambar perencanaan lampu tersebut ditandai dengan
arah panah dan tanda "KELUAR" dengan warna merah, untuk lampu yang dipasang ditengah coridor
dipasang 2 (dua) sisi (double side) sedang lampu pada dinding 1 (satu) sisi (single side).
Dilengkapi dengan Ni Cad battery, charger dan peralatan kontrol lainnya, lampu tetap menyala baik
pada saat sumber PLN ada gangguan. Instalasi dipasang sebelum swicth/CB utama pada incoming
feeder panel sedemikian rupa sehingga sejauh masih ada tegangan pada kabel feeder utama, maka
lampu tersebut tetap nyala dan sebaliknya untuk emergency exit lamp atau diambil dari rangkaian stop
kontak.
Spesifikasi Teknis :
Type : Maintained
Durasi : 2 jam
Daya Lampu : TL 10 Watt Exit Lamp
Input Voltage : 220 V, 50 Hz
Power Comsumption : 20 VA
Body : Epoxy coated zintec sheet steel.
Dilengkapi dengan monitor charging current dan battery dapat bekerja selama ± 5 tahun dan diberikan
garansi minimum 2 tahun.

6. Pekerjaan Sistem Proteksi Petir


6.1. Lingkup Pekerjaan

71
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

Bagian ini meliputi penyediaan, pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan dari sistem penangkal
petir yang lengkap sesuai spesifikasi ini, serta pengurusan izin dari badan yang berwenang (Jawatan
Keselamatan Kerja).
6.2. Referensi
Pekerjaan harus dilakukan mengikuti standard dan peraturan yang berlaku dari Departemen Tenaga Kerja
dan bidang Keselamatan Kerja setempat atau standard/peraturan yang dikeluarkan dari pabrik.
6.3. Syarat-syarat Bahan
Material yang digunakan dalam sistem penangkal petir dalam keadaan baik dan sesuai dengan yang
dimaksudkan serta disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Daftar material, katalog dan shop drawing harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas sebelum dilakukan
pemasangan. Material atau alat-alat yang tidak sesuai dengan spesifikasi ini akan ditolak. Sistim proteksi petir
yang dipakai adalah : Sistim non radio aktif atau elektrostatis.
Komponen - komponen yang dipakai adalah sebagai berikut :
1) Terminal Udara : Terminal udara khusus untuk sistem proteksi petir eksternal, yang dimaksudkan
untuk menghadang sambaran petir.
2) Penghantar pembumian/konduktor penyalur : Penghantar yang menghubungkan secara listrik antara
terminal udara dan elektroda pembumian.
3) Proteksi ini harus menjamin dapat mentransfer dengan aman energi kilat dari "terminal udara" ke bumi.
Untuk sistem tersebut digunakan jenis kabel: Coaxcial Cable 70 mm2.
4) Sistem Pembumian : Terminal pembumian, terletak di dalam bak kontrol yang dilengkapi dengan
elektroda pembumian bak kontrol diperlukan untuk pengujian tahanan tanah secara berkala.
5) Elektroda pembumian : Elektroda pembumian, terbuat dari Copper Rod digalvanisir dengan diameter
tidak kurang dari 5/8" dan panjang minimum 6 meter dan harus dimasukkan ke dalam tanah secara
vertikal dan pengukuran tahanan pembumian maksimum 5 Ohm.
6.4. Syarat Pelaksanaan
1 Cara-cara pemasangan penangkal petir sistem ini harus sesuai dengan petunjuk-petunjuk dan
spesifikasi pabrik.
2 Batang penangkal dipasang pada atap bangunan dengan memakai baut angker atau klem.
Pemasangan harus cukup kuat untuk menahan gaya-gaya mekanis pada saat timbulnya sambaran
petir.
3 Pemegang konduktor / klem harus terbuat dari bahan yang sama dengan konduktor untuk mencegah
terjadinya elektrolisa jika terkena air.
4 Sambungan - sambungan :
a) Sambungan yang diperlukan haruslah menjamin kontak yang baik dan tidak mudah terlepas.
b) Sambungan sedapat mungkin mengurangi kerugian-kerugian tipis akibat adanya sambungan .
5. Pelindung mekanis : Penghantar pembumian harus dilindungi terhadap kerusakan mekanis dengan
pipa PVC tipe high impact.
6. Syarat Pengujian

72
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

Untuk mengetahui baik atau tidaknya sistem proteksi petir yang dipasang, maka harus diadakan pengetesan
terhadap instalasinya maupun terhadap sistem pembumiannya.
Pengujian yang harus dilakukan :
1) Pengujian Tahanan Pembumian, Ukuran tahanan dari pentanahan dengan mempergunakan metode
standar.
2) Pengujian Kontinyuitas.
a. CONTOH
Kontraktor harus menyerahkan contoh dari bahan-bahan yang akan dipergunakan/dipasang, yaitu minimal
penghantar dan elektroda pentanahan yang dimintakan dalam persyaratan. Semua biaya berkenaan dengan
penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah tanggungan Kontraktor.
b. PEMERIKSAAN
Sistem proteksi petir akan diperiksa oleh Konsultan Pengawas untuk memastikan dipenuhinya spesifikasi ini.
Semua bagian dari instalasi ini harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas, terlebih dahulu sebelum tertutup
atau tersembunyi. Setiap bagian yang tidak sesuai dengan syarat - syarat spesifikasi dan gambar-gambar
harus segera diganti, tanpa membebankan tambahan pada pemilik proyek.
c. SURAT IZIN
1) Kontraktor harus mempunyai SPJT – Surat Penanggung Jawab Teknik yang dikeluarkan oleh Assosiasi
Kontraktor AKLI (Assosiasi Kontraktor Listrik Indonesia).
2) Kontraktor harus sudah berpengalaman di dalam pemasangan penangkal petir ini, dibuktikan dengan
memberikan daftar proyek-proyek yang sudah pernah dikerjakan.
d. DAFTAR MATERIAL
Untuk semua material yang ditawarkan, maka Pemborong wajib mengisi daftar material yang menyebutkan :
merk, tipe, kelas lengkap dengan brosur/katalog yang dilampirkan pada waktu tender. Tabel daftar material ini
diutamakan untuk komponen-komponen yang berupa barang-barang produksi.
Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa merk tertentu atau kelas mutu
(quality performance) dari material atau komponen tertentu terutama untuk material-material Listrik utama,
maka pemborong wajib melakukan didalam penawarannya material yang dalam taraf mutu/pabrik yang
disebutkan itu.
Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa material yang disebutkan pada tabel material tidak dapat
diadakan oleh Pemborong, yang diakibatkan oleh sesuatu alasan yang kuat dan dapat diterima Pemilik,
Konsultan Pengawas/MK dan Perencana, maka dapat dipikirkan penggantian merk/tipe dengan suatu sanksi
tertentu kepada Kontraktor.
1. Terminal Udara : Setara Thomas,Viking dan KURNZ.
2. Penghantar Pembumian :Coaxcial Cable 70 mm2
4. Pipa Konduit :EGA, Marshall Tuflex, Waler.
5. Elektroda pembumian :Batang copper rod masif diameter 5/8” dan panjang minimum 6 meter.

7. Sistem Pentanahan
7.1 Lingkup Pekerjaan

73
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

1) Pengadaan dan pemasangan sistem pentanahan body (tegangan sentuh) terhadap seluruh
peralatan listrik yang terbuat dari metal, yaitu : panel TM, transformator, panel penerangan,
daya dan lain-lain.
2) Penyambungan pentanahan netral dari terminal transformator ke elektroda pentanahan.
3) Sistem pentanahan (grounding system) maksimal 3 .
4) Penyambungan sistem pentanahan Mesh/Loop dengan Bare Standard
7.2 Standar dan Kode-Kode yang Berlaku
1) Sistem pentanahan yang dilaksanakan harus berdasarkan standar-standar dan kode-kode yang
berlaku, antara lain :
2) British Standard, BS.CP.1013 mengenai pentanahan.
3) Underwriters Laboratories Standard UL. 467, Standar untuk Safety On Grounding dan Bounding
Equipment.

7.3 Sistem Pentanahan


1). Pemborong harus melaksanakan pekerjaan pentanahan ini sesuai gambar perencanaan.
2). Pemborong harus memperhatikan kondisi tahanan jenis tanah yang ada agar didapatkan satu
sistem pentanahan yang baik.
7.4 Pekerjaan dan Alat Bantu
Setiap penyambungan/pencabangan dari konduktor harus menggunakan "Cadweld Connection".
Dapat juga menggunakan klem penyambung sistem jepit dengan gigi banyak dengan memperhatikan
hal-hal :
1). Bahan klem harus bahan yang telah digalvanized atau di Treatment tertentu sehingga tidak
akan berproses apabila kontak dengan jenis metal yang lain.
2). BC pada titik/tempat penyambungan harus di "tinned".
3). Disarankan agar tempat penyambungan setelah selesai disambung, dibungkus dengan bahan
tertentu, misalnya sejenis epoxy dan lain sebagainya.
Bila ada terminasi yang menggunakan terminal jenis sepatu kabel maka harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1). Sepatu kabel yang digunakan harus mempunyai 2 (dua) lubang baut.
2). Harus dari bahan anti karat dan telah di treatment agar tidak akan berproses bila kontak
dengan jenis metal lainnya.

8. Testing dan Commisioning


8.1. Sesudah semua pemasangan Instalasi dan Sistem
Setelah seluruh instalasi selesai terpasang dan sistem telah dilaksanakan, maka harus dilakukan
pengetesan disaksikan oleh Pemilik/Pengawas lapangan dan Perencana minimum 1 minggu
sebelumnya diberitahukan secara tertulis. Biaya testing tersebut dan lain-lain menjadi beban
Pemborong disertai dengan Berita Acara Testing dan Commissioning.
8.2. Sebelum dilakukan penyerahan Instalasi di lapangan

74
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

Sebelum penyerahan instalasi harus di test dihadapan Pemilik proyek/Pengawas lapangan dan
Perencana dengan kapasitas beban maksimum dan secara terus menerus selama 3 x 24 jam.
Apabila selama proses pengetesan berlangsung terjadi kerusakan Pemborong harus mengembalikan
seperti dalam keadaan semula secepatnya dan atas beban/tanggungan pelaksana pekerjaan

9. Kelengkapan untuk Serah Terima


1. Pengurusan penyambungan/penambahan daya ke PLN
2. Instruction/operation manual book – 2 set (asli + copy)
3. parts book – 2 set (asli + copy)
a. Maintenace manual book – 2 set (asli + copy)
b. shedule/program maintenance untuk 1 tahun pertama
c. Surat penawaran kontrak service untuk 1 tahun pertama.
4. Certificate warranty dari pabrik/kartu garansi (asli) yang berlaku minimal untuk 1 tahun

5. As built jumlahnya 2 (dua) set (1 set kalkir dan 1 set blue print meliputi :

a. Schematic diagram untuk panel switch board


b. Shematic wiring/single line diagram
c. Gambar instalasi secara lenkap yang mencantumkan letak armature, group/zone dan panel-
panel.
6. Tool kits :

a. 1 buah tang ampere 300 A merk Hioki Type : 3100


b. 1 buah wire sniper 0,75 mm2 s/d 2,5 mm2 ex japan.
c. 1 buah wire sniper 2,50 mm2 s/d 6 mm2 ex japan
d. 1 buah hand lamp ex jerman + kabel rol 30 meter
7. Surat jaminan “after sales service” dari keagenan peralatan yang dipasang.
8. Training
9. As Built foto
10. Surat Jaminan pas instalator atas instalasi yang terpasang.
Catatan :

Untuk ayat 2 dan 4 diatas agar dibuat ringkasan dalam bahasa Indonesia dan testing/maintenace
shedule untuk 1 tahun pertama.

1.1 Daftar Material


No. Material Merk

1. Kabel Tegangan Rendah NYY, NYM, NYA, Kabelindo, Kabel Metal, Supreme, Tranka Kabel
NYFGbY.
2. Box Panel Lokal dengan Produksi dari Panel Maker yang
bersertifikat
3. MCCB, MCB dan Contactor MG, ABB, Siemens
4. Conduit, Flexible Conduit EGA, Clipsal

75
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

5. Isolasi Kabel 3M
6. Armature Lampu Artholite, Panasonic, Interlite, Oni Lite

7. Komponen Lampu
- Tube Philips, Osram
- Ballast Philips, May & Christi
- Capasitor Philips
- Fitting Philips, Sace
- Stater Philips
8. Saklar Tunggal Panasonic, MK, ABB
9. Saklar Ganda Panasonic, MK, ABB
10. Stop Kontak Panasonic, MK, ABB
11. Inbow Dosh, T Dosh Panasonic, MK, ABB
12. Kunci Panel DOM, dengan espagnolet
13. Junction Box Local 1,5 mm
14. Lampu Lapangan (Foodlight) Phillips
15. Panel ATS Original Sole Aggent Suplier Genset/ dari panel
maker yang bersertifikasi
16. Genset Olimpian GEP 88,
Perkin PL 80 P
(Dengan Sertifikat Keaslian dari Sole Aggent)
17. Capasitor Bank Capasitor ABB/MG, Automatic system Purelogic,
Panel Lokal dengan Produksi dari Panel Maker
yang bersertifikat
18. UPS Vektor (10 Menit sistem saving)

15.2 PEKERJAAN MEKANIKAL


Pekerjaan Pemipaan
1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Umum
Pekerjaan ini termasuk namun tidak terbatas pada penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat-alat bantu lainnya yang digunakan untuk seluruh pekerjaan pemipaan pada pekerjaan
Mekanikal sehingga tercapai hasil pekerjaan yang bermutu dan sempurna untuk operasional.
1.2. Standard dan Code
Standard dan peraturan yang berlaku dalam pekerjaan ini antara lain :
ASTM : American Society of Testing Material.
ANSI : American National Standard Institute.
BS : British Standar.
JIS : Japan Industrial Standard.
SII : Standard Industri Indonesia.
1.3. Bagian Yang berhubungan
Referensi yang harus diperhatikan adalah pekerjaan-pekerjaan yang terkait yaitu Pekerjaan Plambing.

76
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

2 Persyaratan Bahan
2.1. Galvanized Steel Pipe (GSP)
Pipa besi yang dilapis seng ini digunakan untuk :
- Pipa supply dan distribusi air bersih pada pekerjaan plambing.
Standard rating yang digunakan adalah :
- BS 1387 tahun 1967 kelas medium untuk pekerjaan plambing.
2.2. Poly Vinyl Chloride (PVC)
Pipa PVC ini digunakan untuk :
a. Pipa air kotor dari WC dan Urinoir
b. Pipa air buangan dari floor drain, lavatory
c. Pipa drain dari system tata udara
d. Pipa vent pada plambing system
e. Pipa air hujan.
Standard rating yang digunakan adalah :
PVC AW Class : Working Pressure : 10 kg/cm2

3 Syarat – Syarat Pelaksanaan


3.1. Pipa GSP
a. Untuk pipa dengan diameter 50 mm (2”) kebawah digunakan sambungan ulir, sedang pipa
dengan diameter 65 mm (2½”) ke atas digunakan sambungan las atau flange.
b. Pada penyambungan pipa dengan menggunakan flens perlu dilengkapi dengan ring type gasket
untuk menjamin kekuatan sambungan dan terhadap kebocoran.
c. Semua pipa baik yang tampak atau yang ditanam diharuskan diberi lapisan pelindung cat menie.
Pipa yang ditanam ditanah diharuskan dilapisi lagi dengan Bituminuos sheet 2 mm. Khusus
untuk pipa yang ditanam didalam tanah, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Pipa ditanam sedalam 60 cm dari permukaan tanah dan pada sambungan pipa diberi dudukan
dari beton untuk menghindari lendutan bila terkena beban mekanis.
Disekeliling pipa harus diisi dengan pasir dengan ketebalan15 cm kemudian diurug dengan
tanah & dipadatkan.
d. Untuk pipa yang tidak berada dalam tanah baik yang terikat maupun tidak, harus diberi lapisan
cat finish dengan warna ditentukan kemudian.
e. Pipa-pipa diharuskan ditest terhadap kebocoran. Pengetesan wajib diketahui dan disetujui
Pengawas lapangan.
f. Pengetesan yang gagal harus diulang dan biaya pengetesan serta peralatan yang diperlukan
ditanggung oleh Pemborong.
g. Instalasi pipa harus dilengkapi dengan penggantung pipa, support dengan jarak tertentu dan
memenuhi syarat, sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar.

77
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

h. Kedalaman pipa yang ditanam didalam tanah harus diperhitungkan terhadap jalur yang
memotong jalan. Pipa yang memotong jalan harus ditanam sampai suatu kedalaman minimal
1.20 m dari permukaan jalan.

3.2. Pipa PVC


a. System sambungan yang dipakai adalah : Sambungan lem (perekat) untuk 80 mm (3”) ke bawah.
b. Digunakan sambungan las PVC atau rubber ring joint (dengan ring dari karet).
c. Galian pipa-pipa dalam tanah harus dibuat dengan kedalaman dan kemiringan yang tepat.
d. Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata sehingga seluruh panjang pipa terletak/tertumpu
dengan baik.
e. Pipa yang ditanam dalam tanah harus diberi lapisan pasir kurang lebih 10 cm disekelilingnya. Pasir
adalah pasir urug yang bebas dari batu.
f. Selama pemasangan berkala, Kontraktor harus menutup setiap ujung pipa yang terbuka untuk
mencegah masuknya tanah, debu, kotoran dan lain-lain.
g. Semua sambungan/cabang dari pipa pembuangan air kotor (sanitair) harus dibuat dengan cabang
Y, pipa mendatar untuk air kotor dan air hujan mempunyai kemiringan minimal 2%.
h. Pipa-pipa pembuangan air hujan dari bangunan disambungkan ke saluran utama diluar bangunan
dengan bak kontrol (junction box) dari beton.
i. Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut menembus
konstruksi beton.
j. Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup dengan ketebalan minimal 0,2 cm dam memberikan
kelonggaran kira-kira 1 cm pada masing-masing sisi diluar pipa ataupun isolasinya.
k. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa baja.
l. Semua pipa harus diikatkan/ditetapkan dengan kuat pada penggantung atau angker yang
dipergunakan harus cukup kokoh (rigid).
m. Pipa-pipa tersebut harus ditumpu untuk menjaga agar tidak berubah tempatnya, inklinasinya harus
tetap, untuk mencegah timbulnya getaran, dan harus sedemikian rupa sehingga masih
memungkinkan konstruksi dan expansi pipa oleh perubahan temperatur.
n. Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang dapat diatur (adjustable) dengan jarak
antara tidak lebih dari 3 meter.
o. Kontraktor harus mengajukan konstruksi dari penggantungnya untuk disetujui oleh Pengawas
lapangan. Penggantung yang terbuat dari kawat, rantai, strap ataupun perforated strip tidak
boleh digunakan.
p. Penggantung atau penumpu pipa harus disekrupkan (terikat) pada konstruksi bangunan dengan
insert yang dipasang pada waktu pengecoran beton atau penembokan, atau dengan baut
tembok (Ramset Bolt).
q. Pipa vertikal harus ditumpu dengan klem (Clamp atau Collar) U-Bolt.

78
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

r. Penggantung/penumpu pipa dan peralatan-peralatan logam lainnya yang akan tertutup oleh
tembok atau bagian bangunan lainnya harus dilapisi terlebih dahulu dengan cat menie atau cat
penahan karat, jenis Zinc Chromate yang dilaksanakan dalam 2 bagian (2 lapis).
3.1.1 Pengujian /Pengetesan
4.1. Pengujian Pipa GSP
Diuji dengan tekanan sebesar 1.5 kali tekanan kerja dan dibiarkan dalam kondisi ini selama paling
kurang 12 jam tanpa mengalami penurunan tekanan. Segala kerusakan akibat pengetesan ini menjadi
beban kontraktor.
4.2. Pengujian Pipa PVC
a. Seluruh sistem pembuangan air harus mempunyai lubang-lubang yang dapat ditutup (plugged)
agar seluruh sistem tersebut dapat diisi dengan air sampai lubang "pipa" tertinggi.
b. Sistem tersebut harus dapat menahan air yang diisikan seperti tersebut diatas, minimal selama 1
(satu) jam dan penurunan air selama waktu tersebut tidak lebih dari 5 cm.
c. Apabila dan pada waktu pengawas menginginkan pengujian lain disamping pengujian diatas,
Pemborong harus melakukannya dan menjadi tanggungan Kontraktor

C.2. Pekerjaan Plumbing


1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Umum
Spesifikasi ini melingkupi kebutuhan untuk pelaksanaan pekerjaaan plambing, sebagaimana yang
ditunjukkan pada gambar rencana yang terdiri dari, tetapi tidak terbatas pada :
a. Pengadaan dan pemasangan, pompa-pompa air bersih
b. Pengadaan dan pemasangan instalasi Tower Tank.
c. Pengadaan dan Pemasangan seluruh instalasi air bersih dan air kotor dan bekas sesuai gambar
rencana dan spesifikasi.
d. Pengadaan dan pemasangan peralatan-peralatan bantu bagi seluruh peralatan plumbing.
e. Pengetesan dan pengujian dari seluruh instalasi plambing yang terpasang kecuali sanitary.
f. Mengadakan masa pemeliharaan selama waktu yang ditentukan oleh pemberi tugas.
g. Pembuatan shop drawing bagi instalasi yang akan dipasang dan pembuatan as built drawing bagi
instalasi yang telah terpasang.
1.2 Koordinasi
a. Adalah tujuan dari spesifikasi ini, ataupun gambar rencana untuk menunjukkan secara detail
berbagai item pekerjaan dari peralatan-peralatan dan penyambungan-penyambungannya.
Kontraktor harus melengkapi dan memasang seluruh peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk
melengkapi pekerjaan.
b. Gambar-gambar rencana menunjukkan tata letak secara umum dari peralatan, pemipaan, cabinet
dan lain-lain. Kontraktor harus memodifikasi tata letak tersebut sebagaimana yang dibutuhkan
untuk mendapatkan pemasangan-pemasangan yang sempurna sesuai dengan rencana pekerjaan
Arsitek dari peralatan-peralatan tersebut.

79
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

c. Setiap pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini, tapi tidak ditunjukkan dalam gambar atau
sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang seperti pekerjaan lain yang disebut oleh spesifikasi dan
ditunjukan dalam gambar.

1.3. Kualifikasi Pekerja


a. Untuk pemasangan dan pengetesan pekerjaan-pekerjaan ini harus dilakukan oleh pekerja-pekerja
dan supervisor yang benar-benar ahli dan berpengalaman. Tukang las harus mempunyai
Sertifikat.
b. Pengawas lapangan dapat menolak atau menunda pelaksanaan suatu pekerjaan, bila dinilai bahwa
pelaksana tersebut tidak terampil/tidak berpengalaman.
2. Persyaratan Bahan
Lihat bagian :
1) Bagian Pemipaan
2) Bagian Isolasi dan pengecatan
3) Bagian Pompa
4) Bagian Katub/Valves
3. Syarat – Syarat Pelaksanaan
3.1. Pengajuan-Pengajuan
Pada saat sebelum pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus mengajukan :
a. Material list dari seluruh item peralatan yang akan dipasang.
b. Shop drawing yang menunjukkan secara detail pekerjaan-pekerjaan/ pemasangan peralatan
dan pemipaan, penyambungan dengan pekerjaan-pekerjaan lain atau pekerjaan-pekerjaan
yang sulit dilaksanakan. Ataupun perubahan-perubahan atau modifikasi yang diusulkan
terhadap gambar rencana.
c. Prosedur pemasangan yang dikeluarkan oleh pabrik (jika ada) dari peralatan-peralatan yang
akan dipasang.
d. Contoh-contoh material (brosur-brosur untuk peralatan-peralatan yang besar) dari
material/peralatan yang akan dipasang.
3.2. Review
Konsultan Konsultan Manajemen Konstruksi akan memeriksa (mereview) pengajuan-pengajuan dari
Pemborong dan memberi komentar atas hal tersebut.
Pemborong harus memodifikasi/merevisi pengajuannya sesuai dengan komentar, sampai didapat
persetujuan dari Konsultan Konsultan Manajemen Konstruksi.
3.3. Standard dan Code
Kecuali ditentukan lain dalam gambar rencana, maka pada pekerjaan ini berlaku peraturan-peraturan
sebagai berikut :
a. Peraturan Badan Pemadam Kebakaran.
b. Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran pada Bangunan Gedung -
Departemen P.U.

80
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

c. Pedoman Plambing Indonesia.


3.4. Gambar Instalasi Terpasang dan Petunjuk Operasional
a. Apabila pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan setelah serah terima pertama Pemborong
wajib menyerahkan gambar-gambar instalasi terpasang sebanyak 3 set cetak biru dan 1 set
transparant, serta 1 set CD.
b. Pemborong juga berkewajiban untuk menyerahkan 3 set petunjuk operasi dan maintenance dari
system yang dipasang dalam bentuk buku dan CD.
3.5. Bagian Yang berhubungan
Bagian yang berhubungan dengan pekerjaan ini adalah :
a. Bagian Pemipaan
b. Bagian Isolasi dan pengecatan
c. Bagian Pompa
d. Bagian Katub/Valves
3.6. System Air Bersih
a. Dari sumur pompa, air bersih ini dengan menggunakan pompa didistribusikan ke Tower tank.
b. Selanjutnya dengan cara gravitasi, air bersih ini didistribusikan ke setiap unit Ruangan pemakai.
3.7. System Air Bekas/Air Kotor
Pada dasarnya air buangan yang berasal dari toilet seperti dari floor drain, lavatory dipisah dengan air
kotor yang berasal dari WC dan urinoir.
3.8. System Air Hujan
a. Pada dasarnya air hujan dari atap bangunan disalurkan melalui pipa-pipa tegak sampai ke bak
kontrol yang ada dilantai dasar.
b. Dari bak kontrol ini, air hujan disalurkan ke saluran drainasi yang ada disekeliling gedung untuk
selanjutnya dialirkan ke lokasi pembuangan akhir/saluran kota.
3.9. Masa Garansi
a. Kontraktor bertanggung jawab atas pencegahan bahan/peralatan untuk instalasi ini dari
pencurian atau kerusakan. Bahan/peralatan yang hilang atau rusak harus diganti oleh
Pemborong tanpa biaya tambahan.
b. Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga yang ahli dalam bidangnya (Skiller Labour) agar
dapat memberikan hasil kerja terbaik dan rapi. Sebelum suatu pipa tertutup (oleh dinding,
langit-langit dan lain-lain) harus diuji dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan
wakilnya yang ditunjuk.
c. Kontraktor harus memberikan garansi tertulis kepada Konsultan Manajemen Konstruksi, bahwa
seluruh instalasi penyediaan dan distribusi air bersih, instalasi pemadam kebakaran, instalasi
pembuangan air kotor akan bekerja dengan memuaskan, dan bahwa Pemborong akan
menanggung semua biaya atas kerusakan-kerusakan/penggantian yang perlu selama jangka
waktu satu tahun.

3.10. Training/Pelatihan

81
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

Kontraktor harus menyiapkan dan menyelenggarakan latihan bagi calon operator yang akan
mengoperasikan dan memelihara sistem air bersih, air kotor dan air hujan. Latihan dapat dimulai sejak
pelaksanaan pemasangan instalasinya, atas petunjuk dan persetujuan Konsultan Manajemen
Konstruksi, dengan biaya ditanggung kontraktor.

3.11. Buku Petunjuk ( Manual Book)


Pemborong wajib membuat dan menyerahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi buku petunjuk
(manual), yang meliputi cara pengoperasian maupun cara pemeliharaan. Sistem manual tersebut
dibuat sebanyak 4 buku + 1 CD.

 PIPA DAN VALVE    


a.      Pemipaan
 Material Pipa yang digunakan Black Steel Pipe Sch. 40, atau ASTM A 53 dan harus diusahakan semuanya
berasal dari satu merk.
·         Demikian juga untuk fitting digunakan Black Steel Pipe class 15 K, Weld Type.
b.      Valve - valve
       Working Pressure : 300 psi (15 bar)
       Gate Valve :
Tipe bronze body, non rising stem, screwed bonnet, solid wedge disk, screwed end untuk valve sampai dengan
diameter 50 mm atau bisa digunakan tipe Butterfly untuk diameter 15 mm sampai dengan diameter 25 mm.
 Tipe flanged or lugged body, stainless steel disk, stainless steel shaft, hand wheel operated with position
indicator untuk valve lebih besar dari diameter 50 mm dengan body material cast iron untuk tekanan 150 psi
dan carbon steel untuk tekanan 300 psi.

      Check Valve :
·         Material bronze body, swing type, Y pattern, screwed cup, metal disk, screwed end untuk valve sampai dengan
diameter 50 mm.
·         Swing silent type dengan stainless steel disk dengan body material cast iron untuk tekanan 300 psi dan carbon
steel untuk tekanan 300 psi.
·         Khusus untuk pompa-pompa hydrophor digunakan dual plate wafer type check valve.

c.       Tekanan Kerja Valve :         


·  Untuk keperluan fire fighting  digunakan valve - valve dengan tekanan kerja minimum 300psi  (15 bar).

82
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

BAB XVII
PEKERJAAN PROFIL BAJA
15.1 Lingkup Pekerjaan :
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan dengan pekerjaan Struktur
Baja I Beam (WF) dan Kanal C seperti yang tercantum dalam spesifikasi dan gambar.
15.2 Bahan-bahan :
Semua bahan yang diperlukan untuk pekerjaan Struktur Baja (sesuai dengan gambar bestek). Adapun
dimensi profil yang dipakai merujuk kepada SNI 07-7178-2006: Baja profil H Beam – beam proses canai
panas (Bj P WF – beam) dan PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
: 20/M- IND/PER/2/2011 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BAJA
PROFIL SECARA WAJIB serta bahan- mahan lainnya guna memenuhi ketentuan yang disyaratkan SNI 03
- 1729 – 2002.
15.2.1 Baja Profil
a. Profil baja dasar berbentuk I yang digunakan pada konstruksi Shelter ini harus merupakan elemen
struktur yang monolit, tidak boleh menggunakan profil baja yang dirangkai sebagai profil gabungan
dengan menggunakan sambungan las sepanjang batang profil baja.

83
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

b. Baja Bebas dari karatan dan permukaannya juga harus bebas lemak/ minyak dan bebas dari kotoran
sisa pengelasan dan harus digalvanisasi / Zinc Chromate painting Coating sebelum dirangkai sebagai
satu kesatuan konstruksi utuh.
c. Untuk pembersihan profil baja dari karat dapat digunakan sandblast atau sikat kawat elektrik.
d. Ukuran dan dimensi baja profil sesuai dengan Gambar Bestek.
e. Baja profil mempunyai bentuk penampang yang sesuai dengan yang dibutuhkan
f. Baja profil yang digunakan sebagai elemen Portal (frame), berupa H Beam dan IWF harus lurus, tidak
boleh bengkok atau melengkung.
g. Baja profil pipa yang digunakan sebagai rangka kuda- kuda baja (truss) diizinkan untuk dibentuk sesuai
keperluan bentuk kuda-kuda yang tergambar pada bestek.
h. Baja mempunyai sifat-sifat mekanis seperti berikut:
a) Modulus Elastisitas : E = 200.000 MPa
b) Modulus Geser : G = 80.000 Mpa
c) Nisbah Poisson : µ = 0,3

d) Koefisien Pemuaian : = 12 x 10-6/ oC

e) Tegangan Luluh minimum : fy = 240 MPa


f) Tegangan putus minimum: fu = 370 MPa
i. Baja profil yang dipakai harus mempunyai laporan uji material baja di pabrik yang disahkan oleh
lembaga yang berwenang dapat dianggap cukup untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
SNI 03-1729-2002 dan PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :
20/M- IND/PER/2/2011.
j. Baja profil harus sesuai dengan Standard Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung Departemen Pekerjaan Umum. (SNI 03-1729-2002).

15.2.2 Plat Buhul dan Plat Tumpu


1. Bebas dari karatan dan harus di galvanis sebelum dirangkai sebagai satu kesatuan konstruksi utuh.
2. Ukuran dan dimensi plat buhul dan tumpu sesuai dengan Gambar Bestek.
3. Baja Plat mempunyai sifat-sifat mekanis seperti berikut:
a) Modulus Elastisitas : E = 200.000 Mpa
b) Modulus Geser : G = 80.000 Mpa
c) Nisbah Poisson : µ = 0,3

d) Koefisien Pemuaian : = 12 x 10-6/ oC

g) Tegangan Luluh minimum : fy = 240 MPa


h) Tegangan putus minimum : fu = 370 MPa
4. Plat Buhul dan tumpu mempunyai bentuk penampang yang sesuai dengan yang dibutuhkan.
5. Plat buhul mempunyai tebal minimal 8 mm atau sesuai dengan Gambar Bestek.
6. Plat tumpu mempunyai tebal minimal 8 mm atau sesuai dengan Gambar Bestek.

84
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

7. Baja Plat yang dipakai harus mempunyai laporan uji material baja di pabrik yang disahkan oleh
lembaga yang berwenang dapat dianggap cukup untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
SNI 03-1729-2002.
8. Baja plat harus sesuai dengan Standard Tata CaraPengawasan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-1729-2002).

15.2.2 Baut Penyambung


1. Baut dan mur harus menggunakan mutu tinggi atau High Tensil Bout (HTB, A-325).
2. Baut harus bebas dari karatan dan harus dicat meni besi sebelum digunakan.
3. Baut dilengkapi dengan ring untuk sisi kepala dan bagian ekor baut.
4. Baut yang digunakan disesuaikan dengan gambar bestek untuk sambungan rangka kuda-kuda,
diameter 16 mm untuk sambungan gording dengan diameter 10 mm untuk baut angkur tumpuan kuda-
kuda atau sesuai dengan Gambar Bestek. Detail baut yang digunakan harus merujuk ke gambar
bestek.
5. Baut mempunyai sifat-sifat mekanis seperti berikut:
a) Modulus Elastisitas : E = 200.000 Mpa
b) Modulus Geser : G = 80.000 Mpa
c) Nisbah Poisson : µ = 0,3

d) Koefisien Pemuaian : = 12 x 10-6 / oC

e) Gaya Tarik Minimum : 95 kN


f) Tegangan Luluh minimum : fy = 240 MPa
g) Tegangan putus minimum: fu = 370 MPa
h) Baut yang dipakai harus mempunyai laporan uji material di pabrik yang disahkan oleh lembaga
yang berwenang dapat dianggap cukup untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam SNI
03-1729-2002.
6. Jarak minimal antar baut adalah 3 kali diameternya (3d) sedangkan jarak minimal kepinggir plat atau
profil adalah 2 kali diameternya (2d) atau sesuai dengan Gambar Bestek.
7. Baut harus sesuai dengan Standard Tata CaraPengawasan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-17292002).

15.2.3 Sambungan Las Listrik


1. Sambungan las listrik dilakukan pada posisi yang tidak memungkinkan melakukan penyambungan
dengan baut.
2. Tebal minimal sambungan las listrik adalah 10 mm atau sesuai dengan Gambar Bestek.
3. Tebal sambungan las tidak boleh lebih kecil dari ukuran tebal profil-profil yang akan disambung.
4. Sambungan las listrik harus benar-benar kaku dan kuat sehingga tidak lepas ketika konstruksi
mengalami beban tarik dan beban geser.
5. Kawat las yang digunakan harus memenuhi standar JIS Z 3211-78 seri D- 43 atau AWS- ASTM
seri E-60 atau ANSI / AWS D1.1 – 1990.

85
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

15.2.4 Tata kerja :


Metode kerja dapat diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi ketentuan- ketentuan yang disyaratkan
SNI 03 - 1729 – 2002: TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN
GEDUNG serta menjamin hasil pelaksanaan menghasilkan produk baja hasil perakitan memilik
kekuatan yang cukup sesuai perencanaan, terlindungi dari korosi dan aman bagi keselamatan pekerja.
Adapun detail ketentuan pelaksanaan masing- masing pekerjaan baja adalah dapat dilihat pada sub
bab pekerjaan baja sesuai jenis elemen struktur dan dimensi profil baja yang dipakai.
Seluruh baja profil yang akan dipasang di lapangan telah melalui proses pabrikasi dan telah dilakukan
pengecekan serta mendapat persetujuan pihak terkait menyangkut proses dan hasil perakitannya.
Elemen struktur baja di lokasi kerja hanya dilakukan perangkaian ke elemen struktur baja atau beton
bertulang dengan alat sambung berupa baut atau angker baja.
15.2.5 Angkur-angkur Kolom I Beam
a. Baut-baut angkur kolom maupun balok baja IB dipasang bersamaan dengan pekerjaan pembesian
kolom. Baut angkur tertanam ke dalam struktur beton bertulang.
b. Baut-baut angkur kolom baja dipasang dengan posisi yang benar-benar tepat menurut posisi
kolom baja yang akan dipasang kemudian (sesuai gambar bestek, dalam arah vertikal ataupun
horizontal).
c. Baut-baut angkur kolom baja berukuran diameter 14 mm, standar JIS: M20 (berdiameter nominal
baut (mm): 20 di ketentuan SNI) dengan panjang penjangkaran sesuai dengan Gambar Bestek.
Rujukan angkur ini dapat dilihat pada standar JIS G3112–1995 atau dapat juga mengikuti
ketentuan yang tercantum dalam SNI 03 - 1729 – 2002: TATA CARA PERENCANAAN
STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG.
d. Bagian baut angkur kolom dan balok baja yang tertanam dalam beton tidak boleh digalvanisasi.
e. Panjang akhir dari ekor baut angkur setelah perakitan kolom baja tidak boleh kurang (minimal) dari
2 cm dan sesuai dengan Gambar Bestek atau sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas.

15.2.6 Balok Profil Baja


a. Balok I Beam digunakan sebagai terusan dari elemen struktur beton bertulang dengan
menggunakan angker pengikat.
b. Balok utama bangunan terbuat dari profil baja IWF 150/75/5/7 yang telah digalvanisasi / Zinc
Chromate painting Coating terlebih dahulu di pabrik. Kolom-kolom WF yang didatangkan ke lokasi
pekerjaan harus dalam keadaan baik, telah dilakukan proses pabrikasi sesuai bentuk elemen
rencana yang tertuang dalam bestek dan sebelum dipasang harus diperiksa/ disetujui oleh
Direksi/Pengawas.
c. balok profil IB dipasang dan diangkur langsung ke kolom beton bertulang tumpuannya dan
sebelumnya telah diberi baut-baut angkur diameter 14 mm pada saat pekerjaan rencana
sambungan. Hubungan antara permukaan bawah kolom dan pelat lantai dilapisi dengan pelat
tumpu dari baja dengan ketebalan 8 mm atau 2x8 mm bila digunakan plat berlapis, dimana
hubungan plat baja dengan kolom dilakukan dengan sambungan las sudut setebal minimum 10

86
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

mm atau sesuai gambar bestek. Pekerjaan ini harus dilakukan seteliti mungkin dan kolom yang
terpasang harus benar-benar tegak lurus terhadap sumbu horizontal dan pekerjaan yang telah
selesai harus diperiksa/disetujui oleh Direksi/Pengawas.
d. Sambungan-sambungan yang menggunakan las sudut setebal minimum 10 mm harus dilakukan
di pabrik dan digalvanisasi / Zinc Chromate painting Coating.
e. balok profil baja harus dihubungkan dengan kuat ke tumpuannya dengan baut angkur sehingga
tidak terlepas ketika menahan beban tarik serta beban horizontal yang besar (gempa). Panjang
ekor baut angkur yang muncul ke permukaan setelah perakitan kolom WF dengan plat tumpu tidak
boleh kurang (minimal) 10 mm.
f. Cara-cara penyambungan harus mengikuti prinsip pendetailan yang ditunjukkan dalam Gambar
Bestek atau sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas.
Kontraktor bertanggungjawab terhadap pekerjaan digalvanisasi / Zinc Chromate painting Coating yang
dilakukan oleh pabrik terhadap kolom-kolom profil baja. Toleransi-toleransi terhadap ketebalan
galvanisasi diijinkan untuk alasan bahwa hal tersebut diperlukan agar supaya konstruksi rangka yang
akan dirakit di lokasi pekerjaan benar-benar tepat dan benar pengerjaannya seperti prinsip-prinsip
pendetailan dalam Gambar Bestek

BAB XVIII
PEKERJAAN LAIN-LAIN

19.1 Hal-hal yang timbul pada pelaksanaan yang memerlukan penyelesaian di lapangan akan diatur/dibicarakan
dilapangan oleh konsultan pengawas dan kontraktor, bila diperlukan akan dibicarakan dengan konsultan
perencana
19.2 Sebelum penyerahan pertama,kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang belum sempurna,dan
harus segera diperbaiki,semua ruangan harus bersih, halaman harus ditata rapih dan semua barang yang
tidak berguna harus disingkirkan dari proyek.Pemberesan halaman ini harus dilaksanakan sesuai petunjuk
konsultan pengawas.
19.3 Meskipun telah ada pengawas dan unsure-unsur lainnya, semua penyimpangan dari ketentuan gambar kerja
dan bestek menjadi tanggung jawab Pelaksana, untuk itu Pelaksana/pemborong harus menyelesaikan
pekerjaan dengan sebaik mungkin

87
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

BAB XIX
PENUTUP

20.1 Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini (RKS) akan ditentukan kemudian dalam Rapat Penjelasan
(Aanwiijzing), dan akan dituangkan/dimuat dalam Berita Acara Rapat Penjelasan.
20.2 Sebelum penyerahan pertama, Kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang belum sempurna, dan
harus diperbaiki, semua ruangan harus bersih dipel, halaman harus ditata rapi dan semua barang yang tidak
berguna harus disingkirkan dari proyek
20.3 Hal-hal yang timbul pada pelaksanaan yang memerlukan penyelesaian di lapangan akan dibicarakan dan
diatur oleh Konsultan Pengawas/Direksi dan Kontraktor. Bila diperlukan akan dibicarakan bersama konsultan
perencana.

88
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

20.4 Selama pemeliharaan, pemborong wajib merawat, mengamankan dan memperbaiki segala cacat yang timbul,
sehingga sebelum penyerahan kedua dilaksanakan pekerjaan benar-benar telah sempurna.

Diketahui /Disetujui, Dibuat oleh :


Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat Pembuat Komitmen
Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh Pembinaan Teknis Darurat Permukiman

Sarwono Rochmat, ST. MT


Didi Setiadi, S.Sos NIP : 19680622 199703 1 004
NIP.1974 05 31 199903 1 003

89

Anda mungkin juga menyukai