BAB 1
DATA PROYEK
1
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Standar Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung, SNI 03 - 1726 2002;
Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung, SNI - 03 - 1727 – 1989;
Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung, SNI 02 - 1729 – 2002;
Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03 - 2847 – 2002;
Spesifikasi Bahan Bangunan Indonesia, SNI 03 - 6861 – 2002;
Peraturan Umum Bahan Bahan Bangunan Indonesia Tahun 1982;
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) Tahun 1977;
Standar Penerangan Buatan dalam Gedung Tahun 1978 Departemen Pekerjaan Umum;
Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan
gedung tahun 1987;
Panduan Pemasangan Sistem Hidran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada rumah dan gedung tahun 1987;
Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1981;
Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Nomor
10/KPTS/2000 tanggal 1 Maret 2000;
Panduan Pemasangan Sistem Instalasi Alarm Kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
rumah dan gedung;
Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Gedung Negara.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/2006 tentang Pedoman Teknis Aksesibilitas pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan;
Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia, untuk ARBITRASE teknik dari Dewan Teknik
Pembangunan Indonesia ( DTPI );
Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBI ) tahun 1971;
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI ) tahun 1961;
Peraturan Konstruksi Baja Indonesia (PBBI);
Peraturan Muatan Indonesia ( NI _ 18 ) tahun 1970;
Peraturan, Pedoman, Standar atau ketentuan - ketentuan teknis yang lain yang berhubungan dengan
rumah dan gedung.
Peraturan-peraturan Pemerintah Daerah.
2
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Selain Standard/peraturan di Indonesia, untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, bagi pekerjaan-pekerjaan yang peraturan
dalam negerinya belum lengkap. Peraturan-peraturan tersebut adalah:
1. American Society of Testing Materials/ASTM
2. American Institute of Steel Construction/AIS
3. American Welding Society/AWS
4. National Society of Heating, Refrigerating and Air Conditioning Engineers/ASHRAE
5. National Fire Protection Articles/NFPA
6. International Electronical Commision/EIC
7. British Standard/BS
8. Deutsche Institute fur Normungs
9. Japanese Industrial Standard
3
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
BAB II
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN
4
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
b) Kontraktor wajib membuat Shop Drawing juga untuk detail-detail khusus yang belum tercakup lengkap
dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan Pengawas/MK.
c) Dalam semua Shop Drawing harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang diperlukan
termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan atau
spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap
didalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun didalam buku ini.
d) Kontraktor wajib mengajukan Shop Drawing tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi. Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor
dan diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuai dengan format
standar dari proyek dan harus digambarkan pada kertas kalkir yang dapat direproduksi.
5
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
2. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan adalah hasil pemeriksaan bersama antara Kontraktor
Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO) dan pekerjaan
dinyatakan selesai 100%.
3. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan dari hasil pemeriksaan oleh Pelaksana, Konsultan Supervisi
dan Owner dicantumkan dalam sebuah Daftar Pekerjaan Cacat yang ditandatangani oleh ketiga pihak
tersebut.
4. Konsultan Manajemen atau Owner harus membuat Berita Acara Hasil Pemeriksaan Pekerjaan untuk
ditandatangani oleh Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner.
5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam Daftar Pekerjaan Cacat menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana memperbaikinya dengan biaya sendiri.
6. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana dikarenakan kurang
memahami Gambar dan kurangnya kontrol terhadap pekerja sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki dengan biaya sendiri.
7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana karena lemahnya pengawasan
dan kontrol oleh Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar perintah tertulis dari Konsultan Supervisi tetap
menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya.
8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab lain tanpa ada unsur-unsur
kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa pemeliharaan bangunan tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam Kontrak
Kerja.
9. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki
kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat pada masa pelaksanaan.
10. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
6
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
6. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena kesalahan dalam menyusun
waktu pemnyelesaian pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
7. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena factor cuaca seperti hujan
yang lebih dari 1 hari kerja dan dibuktikan dengan catatan cuaca dalam Laporan Harian yang disetujui
oleh Konsultan Supervisi harus diperhitungkan untuk enambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
8. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena factor-factor non teknis
yang lebih dari 3 hari kerja dan diketahui oleh Konsultan Supervisi seperti permasalahan dengan
tanah/lahan pekerjaan sehingga Kontraktor pelaksanan tidak bisa memasuki dan memulai pekerjaan,
ganguan keamanan dari masyarakat setempat harus diperhitungkan untuk penambahan waktu
pelaksanaan pekerjaan.
9. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena permasalahan yang
berhubungan dengan Spesifikasi Teknis, Gambar Disain, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja dimana tidak
ada keputusan yang pasti dari Konsultan Supervisi dan Owner lebih dari 3 hari kerja harus diperhitungkan
untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
10. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan yang disebabkan oleh hal-hal
selain seperti yang disebutkan dalam point 6, point 7 dan point 8 tidak boleh diperhitungkan untuk
penambahan waktu pelaksanaan kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja dengan persetujuan
Konsultan Supervisi dan Owner.
11. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang diberikan kepada Kontraktor
Pelaksana karena alasan-alasan seperti yang disebutkan pada point 6, point 7 dan point 8 adalah
menurut keputusan Konsultan Supervisi dan Owner.
7
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
8
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan kepada
Konsultan Supervisi tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh Kontraktor pelaksana
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan langsung kelapangan akan kebenaran data
yang ada dalam laporan harian, laporan minnguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh Kontraktor
Pelaksana.
4. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat dalam rangkap 4 (empat). Salah satu
tembusan laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan harus berada pada lokasi pekerjaan.
Masing-masing Laporan harian, laporan mingguan dan bulanan harus diserahkan kepada Konsultan
Supervisi dan Owner.
2.13 SURAT MENYURAT DAN KOMUNIKASI
1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya administratif harus melalui dan ditujukan kepada Konsultan
Supervisi serta Owner.
2. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya teknis harus melalui dan ditujukan kepada Konsultan Supervisi
juga diketahui oleh Owner.
3. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di luar proyek tidak perlu melalui
dan diketahui oleh Konsultan Supervisi. Kontraktor Pelaksana tetap wajib memberikan informasi
tentang hal tersebut kepada Konsultan Supervisi.
9
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan oleh Sub Kontraktor Pelaksana
menurut ketentuan dalam Sub Pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus memberikan jaminan
agar supaya Owner dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan
tempat-tempat lain kepunyaan Sub Pelaksana pekerjaan.
3. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memberikan instruksi langsung dilapangan kepada
Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Supervisi untuk suatu perbaikan atau perubahan jika dalam
proses pelaksanaan pekerjaan ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi
Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja.
4. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memerintahkan Konsultan Supervisi secara tertulis untuk
menghentikan proses pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana sementara
waktu jika ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of
Quantity dan Kontrak Kerja.
5. Kontraktor Pelaksana harus menjamin dan bertangung jawab penuh akan keselamatan Owner dan
para wakilnya selama berada dilokasi pekerjaan.
10
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
8. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan kepada Owner untuk pengantian tenaga ahli Konsultan
Supervisi yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan
tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan Supervisi harus mampu memberikan
keputusan yang bersifat teknis di lokasi pekerjaan.
10. Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan laporan bulanan kepada Owner atas segala
hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor pelaksana. Bentuk, format, dan isi
laporan Konsultan Supervisi adalah berdasarkan hasil diskusi dengan Owner.
11
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
4. Perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang dilakukan oleh Konsultan
Supervisi, Konsultan Perencana, dan Owner secara lisan atau tidak tertulis tidak wajib untuk
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana. Resiko karena melaksanakan Instruksi tidak tertulis
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
5. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis tidak boleh menambah biaya
pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dari biaya pelaksanaan yang ada dalam Kontrak Kerja
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Owner.
6. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan Gambar Bestek dan Spesifikasi
Teknis yang diusulkan oleh Konsultan Perencana dan Owner dilakukan oleh Konsultan Perencana
diketahui oleh Owner.
7. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan Gambar Bestek dan Spesifikasi
Teknis yang diusulkan oleh Kontraktor Pelaksana dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana diketahui oleh
Konsultan Supervisi dan disetujui oleh Owner.
8. Kontraktor berhak memeriksa hasil perhitungan akan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya yang
dilakukan oleh Konsultan Perencana.
9. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidak sesuaian antara Gambar Bestek, Spesifikasi
Teknis, dan Bill of Quantity Konsultan Supervisi tidak dibenarkan mengambil keputusan secara sepihak
tetapi harus melaporkannya kepada owner untuk tindakan selanjutnya.
10. Konsultan Supervisi dengan persetujuan Konsultan Perencana dan Owner berhak menentukan acuan
mana yang harus dipegang bila terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan bill of
Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
11. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Supervisi, jika terjadi perbedaan
antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity maka urutan acuan yang harus dipegang
ditentukan seperti berikut :
1. Kontrak Kerja;
2. Bill of Quantity;
3. Gambar Bestek serta Gambar Revisi; dan
4. Spesifikasi Teknis.
12
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
BAB III
PEKERJAAN PERSIAPAN
13
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
14
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
15
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
5. Lantai Gudang Penyimpanan Material minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm: 2 Ps : 3
Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
6. Untuk tempat penyimpanan material semen lantainya harus dibuat benar-benar terlindung dari
rembesan air.
7. Jika Gudang Penyimpanan Material harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai
Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai
ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan
kelas II.
8. Dinding Gudang Penyimpanan Material minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu
ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.
9. Atap Gudang Penyimpanan Material dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas harus dengan
persetujuan Konsultan supervisi.
11. Posisi dan letak Gudang Penyimpanan Material ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana
dengan Konsultan Supervisi. Letak Gudang Penyimpanan Material tidak boleh berada terlalu dengan
dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
12. Gudang Penyimpanan Material sebaiknya tidak diletakkan didalam lokasi pekerjaan kecuali dalam
keadaan memaksa dan sulit mencari lokasi lain.
16
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
11. Posisi dan letak Barak Pekerja ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana dengan Konsultan
Supervisi.
12. Barak Pekerja tidak boleh diletakkan didalam lokasi pekerjaan.
17
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
18
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
4. Kerusakan-kerusakan bangunan lama dan bangunan disekitar lokasi pekerjaan akibat aktifitas
pembongkaran bangunan oleh Kontraktor Pelaksana menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana
apabila ada tuntutan ganti rugi oleh pemilik bangunan.
5. Hasil Bongkaran bangunan lama adalah milik Owner atau pemilik bangunan. Kontraktor Pelaksana
bertanggung jawab penuh terhadap keamanan, kehilangan dan pemanfaatan hasil bongkaran
bangunan lama oleh pihak-pihak ketiga tanpa seizin Owner atau pemilik bangunan.
6. Hasil bongkaran bangunan lama tidak boleh dimamfaatkan kembali oleh Kontraktor Pelaksana untuk
material bangunan didalam lokasi maupun diluar lokasi proyek tanpa seizin Konsultan Supervisi dan
Owner.
19
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
3. Pagar proyek harus dipelihara keutuhannya selama pembangunan proyek ini dan dibongkar hanya atas
persetujuan Pengguna Jasa /Pengawas Lapangan.
4. Pagar Pelindung lokasi pekerjaan harus segera dibuat setelah hasil pekerjaan Setting Out disetujui oleh
Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner.
20
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
BAB V
PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN
21
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
22
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai bangunan, pasir alas pondasi dan alas pekerjaan
lantai kerja beton Pondasi Tapak.
2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton non struktural.
3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.
4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.
5. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.
6. Pasir urug harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper hingga mencapai kepadatan yang disetujui oleh
Konsultan Supervisi atau jenuh air sebelum dilakukan pekerjaan lain diatasnya.
7. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
BAB VI
PEKERJAAN PONDASI
23
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
24
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
BAB VII
PEKERJAAN BETON
25
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di Laboratorium
Beton.
9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural ( K-125 & K-175 ) atau beton
dengan mutu dibawah K250.
10. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI)
berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
26
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
3. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari tempat lain kelokasi
pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan Supervisi sebelum digunakan.
27
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
15. Semua baja tulangan yang didesain sebagai tulangan praktis dan tidak termasuk pada gambar rencana
tetapi diperlukan/dibutuhkan untuk memlengkapi pekerjaan harus diadakan pelaksanaannya.
16. Pemasangan dan pengikatan dari baja yang tertanam dalam beton dilakukan pada keadaan normal, tidak
diselesaikan pada saatpengecoran berlangsung. Pada tulangan harus ditempatkan padaposisinya seakurat
mungkin sesuai dengan Gambar Rencana dandiikat kuat agar tidak bergeser saat pengecoran.
17. Kontraktor harus membuat detail shop drawing dengan skala, untuk disetujui oleh Direksi Teknik dalam
pelaksanaanya.
18. Semua baja pada pekerjaan ini permukaannya harus bersih dari larutan-larutan, bahan-bahan atau
material yang dapat member akibat pengurangan lekatan antara beton dan baja.
19. Semua baja tulangan harus dipasang sesuai dengan panjang maksimumnya. Tidak diperbolehkan adanya
sambungan splice pada baja tulangan, kecuali tertera pada Gambar Rencana atau disetujui dari Direksi
Teknik.
20. Jarak antara dua buah sambungan spilce harus dibuat sejauh mungkin, dengan jarak minimum sejauh 40
kali diameter baja tulangan yang disambungkan.
21. Panjang penyaluran baja tulangan pada sambungan splice, kecuali tertera pada Gambar Rencana, harus
dipasang sepanjang minimum seperti tertera pada sandard.
22. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya terdapat kekeliruan atau
kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang ada.
23. Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar.
24. Secepatnyn hal ini diberitahukan pada perencana konstruksi untuk sekedar informasi.
a. Jika hal tersebut di atas akan dimintakan oleh kontraktor sebagai pekerjaan lebih, maka penambahan
tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan Direksi dan Perencana konstruksi.
b. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan tersebut hanya dapat dijalankan
dengan persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi.
c. Mengajukan usul dalam rangka tersebut di atas adalah merupakan juga keharusan dari Kontraktor.
28
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
> ØD 16 : 50
Balok
mm
Seluruh Diameter ØD 16 Dan Lebih
Kolom
: 40 mm Kecil : 40 mm
> ØD 16 : 50
Kolom
mm
2. Untuk konstruksi beton yang dituangkan langsung pada tanah dan selalu berhubungan dengan tanah
berlaku suatu tebal penutup beton minimal yang umum sebesar 70 mm.
29
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
30
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
31
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
4. Bentuk support/dukungan harus sedemikian rupa sehingga dapat mempertahankan jarak vertikal
antara lapis tulangan ketika dibebani oleh beban pekerja perakitan tulangan atau pekerja
pengecoran.
b. Beton Dacking
1. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai dengan yang disyaratkan
maka pada permukaan besi tulangan balok dan kolom harus diberi penyangga dari beton atau
Beton Tahu sehingga mempunyai jarak yang tetap dengan bekisting.
2. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan selimut beton pada masing-
masing komponen struktur.
3. Mutu beton tahu mnimal sebesar mutu beton konstruksi utama.
4. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4 cm dan dipasang minimal 2
buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan tinggi kolom.
5. Untuk Komponen plat lantai dan plat dack ukuran beton tahu adalah 2 x 4 x 5 cm dan dipasang
minimal 5 buah setiap 1 m2 plat lantai, plat dack dan plat pondasi.
32
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
yang dapat mempercepat proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang dapat
dipertanggung jawabkan.
12. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal ini terjadi Kontraktor
Pelaksana harus memperbaikinya dengan pekerjaan acian beton.
13. Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan bekisting atau sebab lain harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
33
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Plasticizer juga tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan kecuali disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete Vibrator sampai mencapai
kepadatan optimum.
12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh menciptakam sangkar kerikil
atau penumpukan kerikil pada posisi tententu pada saat bekisting dibuka.
14. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian itu dengan
mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk sambungan (joint) seperti Produk SIKA
dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
15. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor Pelaksana harus membuat
lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan
bentuk penampang beton sesuai dengan yang direncanakan.
16. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi yang sama tidak boleh lebih
dari 1 hari.
34
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
3. Perawatan harus terus menerus dilakukan minimal sampai beton berumur 28 hari atau sampai beton
siap untuk dibebani menurut keputusan Konsultan Supervisi.
a. Slump Test
Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton dituangkan dari Concrete
Mixer atau minimal setiap 3 m3 pekerjaan beton pada setiap mutu beton. Pemeriksaan kekentalan
beton dilakukan dengan metode Slump Test dimana nilai slump yang diperoleh harus sesuai
dengan nilai slump rencana yang ada pada Job Mix Disain.
35
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
7. Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang kurang dari 95% dari Mutu Beton
Rencana dianggap gagal dan beton yang telah selesai dikerjakan dilapangan harus dibongkar
kecuali diputuskan lain oleh Konsultan Perencana dengan disertakan Rekomendasi Ahli beton.
8. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan pengecoran beton jika hasil
pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan kuat tekan yang berbeda dengan kuat tekan beton
rencana.
9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana untuk beton
yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam pemeriksaan oleh Konsultan Supervisi bersama dengan
Kontraktor Pelaksana kegagalan kuat tekan disebabkan oleh kesalahan dalam perencanaan
campuran dan bukan karena kesalahan pada tahap pelaksanaan.
10. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium beton harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
11. Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
36
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
2. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam konstruksi beton untuk alasan
apapun.
3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak boleh melebihi 1/3
(sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.
4. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam dalam komponen balok
beton.
5. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk keperluan instalasi air
bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
6. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta pada posisi tumpuan balok
untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik tidak diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan Rekomendasi
Ahli Beton.
7.23 LAIN-LAIN
1. Persyaratan pekerjaan beton dari sub bab 7.1 sampai dengan sub bab 7.22 berlaku untuk semua item
pekerjaan beton structural dan nonstructural yang ada dalam Proyek ini.
2. Hal-hal yang belum ditentukan dan diperlukan penjelasannya dalam proses pelaksanaan pekerjaan
ditentukan kemudian oleh Konsultan Perencana bersama dengan Konsultan Supervisi dalam proses
pelaksanaan pekerjaan dengan persetujuan Owner.
3. Semua pekerjaan beton untuk proyek ini sekurang-kurangnya harus sesuai dan mengikuti semua
aturan yang ditentukan oleh Peraturan Beton Indonesi ( PBI ).
4. Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut menjadi satu ketentuan yang mengikat dan wajib untuk
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
37
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
5. Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi acuan dan perancah kepada Direksi Teknik untuk
memperoleh persetujuannya. Pelaksanaan pembuatan Bangunan acuan dan perancah tidak
diperkenankan sebelum gambar rencana bangunan pembentuk disetujui Direksi Teknik.
6. Acuan adalah konstruksi cetakan yang dilapisi tegofilm dan hanya boleh digunakan 2 kali yang
digunakan untuk membentuk beton muda yaitu sebelum beton mencapai kekuatan yang disyaratkan
dan sebelum mendapat bentuknya yang permanen, agar apabila telah mengeras struktur beton
mencapai dimensi dan kedudukan seperti yang tercantum pada gambar perencanaan. Sedangkan
perencah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton muda yang digunakan sampai beton
mencapai kekuatan yang disyaratkan. Segala biaya yang diperlukan sehubungan dengan perencanaan
bangunan acuan dan perancah dan pelaksanaanya sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
7. Konstruksi acuan harus cukup kuat untuk menahan beban mati dan beban hidup yang bekerja, tekanan
beton dalam keadaan basah dan getaran-getaran, tanpa mengalami distorsi. Perancah harus
direncanakan dan dibuat dari material padat seperti kayu terentang, baja atau beton cetak yang
bermutu baik dan tidak mudah lapuk yang ditopang dan diberi pengaku dan ikatan secukupnya agar
posisi dan bentuknya tidak mengolami perubahan baik sebelum maupun setelah pengecoran.
Spesiflkasi kayu acuan harus sesuai dengan Standar Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI)
1.4.53.1989-UDC: 693.5.
8. Pemakaian bahan bambu tidak diperbolehkan. Perancah harus dibuat diatas pondasi yang kuat dan
kokoh sehingga terhindar dari bahaya penggerusan dan penurunan.
9. Cetakan dari Multyplex 12 mm harus datar dan tegak lurus, cetakan tidak bergetar, bocor, harus kokoh,
sehingga kedudukan dan bentuknya tetap tidak bergetanr maupun bergeser pada waktu beton dicor
dan setelah selesai pengecoran tidak mudah dibongkar. Sebelum pengecoran dilaksanakan, semua
cetakan beton harus bersih dari segala material yang bisa mengurangi mutu dan kekuatan beton.
Cetakan yang sudah pernah dipakai harus dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu. Sebelum dicor harus
dilapisi dengan Form Oil”. Pekerjaan ini harus dilaksanakan setiap kali sebelum pengecoran dilakukan.
10. Semua sambungan pada acuan harus rapat untuk mencegah kebocoran adukan dan terbentuknya
bekas sambungan dan sarang-sarang agregat pada permukaan beton. Pekerjaan pengecoran tidak
dapat dimulai sebelum rencana tahap-tahap, cara-cara dan persiapan pengecoran mendapat
persetujuan Direksi Teknik .
11. Perbandingan adukan harus sesuai hasil percobaan dan persyaratan yang diminta dan angka
perbandingan adukan tersebut harus menyatakan takaran dalam satuan isi yang dilaksanakan dalam
keadaan kering tanpa digetarkan. Alat penakar harus dibuat dengan baik, kuat dan harus mendapatkan
persetujuan Direksi Teknik terlebih dahulu.
12. Pengadukan bahan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk sekurang-kurangnya 1,5 menit
setelah semua bahan beton sesuai persyaratan mulai diaduk.
13. Adukan beton tersebut sudah harus terpakai dalam waktu 1 jam setelah pengadukan dengan air
dimulai.
38
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
14. Bila digerakkan kontinyu secara mekanik, jangka waktu tersebut bisa diperpanjang satu jam. Adukan
beton tersebut harus dcorkan sedekat-dekatnya ke tujuan secara kontinyu sampai mencapai syarat-
syart pelaksanaan yang disetujui Direksi Teknik.
15. Supaya dalam beton tidak terjadi rongga kosong/udara masuk selama pengecoran harus digunakan
concrete vibrator. Concrete vibrator harus ditanam tegak Iuns, tidak boleh lebih dari 30 detik setiap
penanaman untuk tebal lapisan 8 cm dan tidak boleh kena langsung baik pada baja tulangan maupun
cetakan.
16. Harus dihindari terjadinya pemisahan material (segregation) pada saat pengecoran dan perubahan
letak tulangan.
17. Alat-alat penuangan seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih dan bebas dari
lapisan-lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari
ketinggian lebih dari 1.00 meter.
18. Pengacoran harus diakukan secara teliti dan harus selalu diperiksa sehingga bisa menghasikan bentuk
permukaan, ketinggian yang dibutuhkan sesuai dengan Gambar Rencana kerja.
19. Pangecoran yang Terhenti, Apabila pengecoran beton terhenti pada daerah yang tidak direncanakan
sebagai pemberhentian pengecoran, misalkan akibat terjadinya kerusakan pada peralatan pengecoran.
Maka pengecoran selanjutnya hanya dapat dilakukan dengan memperhatikan persyaratan sebagai
berikut:
- Pengecoran selanjutnya dapat langsung dilakukan jika tidak melebihi 2 jam dari saat penghentian
pengecoran.
- Apabila pengecoran selanjutnya ternyata dilaksanakan pada waktu melebihi 2 jam dan saat
penghentian pengecoran, maka daerah pengecoran yang terhenti tersebut harus diperlakukan
sebagai siar dilatasi. Permukaan beton pada daerah pengecoran yang terhenti harus dibobok
minima 5 cm sehingga membentuk bidang yang kasar. Permukaan beton tersebut kemudian diberi
bahan bonding agent seperti EMAGG atau yang setara dan yang dapat menjamin kontinuitas
adukan Beton lama dengan beton baru.
20. Selama dan sesudah pengecoran, beton harus dipadatkan dengan peralatan pemadat (vibrator)
mekanis. Kontraktor harus menyediakan peralatan yang cukup untuk mengangkut dan menuangkan
beton dengan konsistensi yang cukup sehingga dapat diperoleh beton padat tanpa perlu
menggetarkan/memadatkan secara berlebihan. Ketelitian dalam proses pemadatan harus benar-benar
diperhatikan agar tidak terjadi rongga-rongga dan pengantongan udara pada beton yang sedang
dipadatkan dan jangan sampai terjadi perubahan posisi tulangan baja selama pemadatan.
Pemadatan/penggetaran dilakukan dalam waktu tidak terlalu lama sehingga tidak terjadi pemisahan
bahan (segregation) beton. Pelaksanaan pemadatan/penggetaran ini harus dilaksanakan oleh
pekerjapekerja yang telah berpengalaman dan dilaksanakan sesuai dengan pengarahan dan petunjuk
Direksi Teknik.
21. Pemadatan dilakukan dengan internal vibrator yang harus dapat memberikan 6000 getaran/menit bila
dimasukkan kedalam adukan beton dengan slump 6 cm dan akan memberikan daerah yang kelihatan
bergetar dalam radius tidak kurang dari 46 cm. Alat penggetar harus dimasukkan searah dengan as
39
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
memanjangnya. Tidak diperkenankan untuk menggetarkan beton yang telah mengalami initial set dan
jangan sampai alat penggetar menumpu pada tulangan baja Tidak diperkenankan pula melakukan
penggetaran untuk maksud mengalirkan adukan beton.
22. Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus, tidak tampak bagian-bagian yang
keropos, melendut atau bagianbagian yang membekas pada permukaannya. Ujung-ujung atau sudut-
sudut harus berbentuk penuh dan tajam.
BAB VIII
PEKERJAAN LANTAI
40
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
3. Pasir urug yang dipakai harus benar-benar mempunyai susunan butiran yang seragam.
4. Lapisan pasir urug harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang diinginkan dengan alat Stemper
atau alat pemadat mekanik lain. Tidak dibenarkan melakukan pemadatan secara manual.
5. Hasil pekerjaan lapisan pasir urug harus benar-benar rata dan elevasi hal ini harus dibuktikan dengan
pekerjaan Waterpassing.
2. Persyaratan Bahan
41
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
42
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
BAB IX
PEKERJAAN DINDING DAN PASANGAN
43
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 10 cm, panjang 20 cm, dan tebal 5 cm kecuali
ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.
3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu bata dimana kondisinya tidak
rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut dan diturunkan pada lokasi pekerjaan.
4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya benar-benar rata untuk
semua sisinya.
5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.
6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena mengikuti dimensi dan ukuran yang
berlaku pada daerah tertentu harus disetujui oleh Konsultan supervisi.
7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.
44
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
1. Pasangan batu bata 1 bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada bagian – bagian bangunan yang
ditentukan dalam Gambar Bestek.
2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan ketebalan maksimal 1,5 cm
dan minimal 1 cm.
3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan tidak satu garis
sambungan.
6. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam arah horizontal.
7. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang untuk ketepatan elevasi dan
kedataran permukaan.
8. Hasil pemasangan batu bata 1 bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps harus disetujui oleh Konsultan
supervisi.
45
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
7. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran lama dengan plesteran
baru yang tidak rata.
8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari kecuali ditentukan
lain oleh Konsultan Supervisi.
9. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga ketika dilakukan
pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
10. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
BAB X
PEKERJAAN KOSEN, PINTU, JENDELA
1.1 Pekerjaan Kusen dan Daun Jendela Bahan Unplasticized Poly Vinyl Chloride (UPVC)
46
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
1. Lingkup Pekerjaan
a. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya yang digunakan dalam pelaksanaan, hingga dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan
sempurna.
b. Pekerjaan kusen dan daun jendela UPVC dipasang pada jendela-jendela di bagian sisi luar
bangunan serta seluruh detail seperti yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar.
2. Persyaratan Bahan
a. UPVC yang merupakan singkatan dari Unplasticized Poly Vinyl Chloride, thermolplastic yang
diperoleh dari garam dan minyak mentah. UPVC adalah salah satu bentuk dari plastic yang
menawarkan kekuatan dan keamanan. UPVC tidak mempunyai kandungan elemen plasticizers di
dalamnya membuat UPVC lebih bersifat rigid dan memiliki daya tahan suhu yang lebih baik dengan
kandungan thermally stabilizers didalamnya. Material ini merupakan pengolahan dari plastik yang
mengalami proses tertentu sehingga sifat lentur/plastisnya dihilangkan. Hasil akhir material ini
menjadi keras, lebih kuat daripada PVC. Material UPVC selalu diperkuat dengan besi (steel
reinforcement), sehingga lebih kokoh.
b. Merk yang bisa digunakan setara dengan Conch, Bosca, Aton, Rehau, Broco, Fenster.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Profil UPVC diperkuat dengan rangka besi lapis galvanis yang berguna untuk :
Menguatkan agar lebih rigid, berguna untuk instalasi ke tembok, untuk instalasi hardware.
b. Karet yang digunakan oleh Pintu dan Jendela UPVC :
Menggunakan karet berbahan campuran antara karet dan plastik menjadikan lebih tahan getas.
c. Locking System & Hardware yang digunakan :
Multipoint locking, rambuncis, casement, engsel kupu-kupu, support arms, flush bolt, floor hinge.
d. Jendela dan Pintu UPVC menggunakan teknik penyambungan welding system :
UPVC dipanaskan s/d 250° C pada titik penyambungan menjadikan las
titik sambungan akan lebih keras dibanding dengan bagian yang tidak di las.
4. Penggunaan UPVC
a. Penggunaan daun jendela yang overlap dengan kusen sehingga akan didapatkan isolasi yang lebih
baik dibandingkan sistem material lain.
b. Meminimalkan kebocoran energi, misalnya pada ruangan ber AC. Bahan UPVC memiliki tingkat
insulasi yang sangat tinggi. UPVC yang tebal dan rancangan struktur UPVC dengan pola multi
rongga telah dibuktikan dapat menjaga temperatur dan suhu dalam ruangan tetap konstan. Sebagai
hasilnya proses perpindahan panas ataupun dingin sangatlah rendah.
c. Kemampuannya dalam menahan tembusnya suara ke dalam ruangan, sehingga membuat lebih
kedap suara dibandingkan material lain. Kusen UPVC dirancang khusus sehingga dapat mengurangi
kebisingan dan tentunya suasana ruanagan menjadi semakin nyaman. Dengan Profil UPVC tingkat
kebisingan bisa dikurangi hingga 70%.
47
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
d. Sifat materialnya yang kurang merambatkan suara dibandingkan logam. Disamping itu karet profilnya
mempunyai tempat khusus sehingga tidak kendor dan terdapat pada kusen maupun di daunnya. Hal
ini diperkuat dengan sistem yang overlapping antara keduanya.
e. Kusen UPVC akan memberikan perlindungan maksimal dalam hal keamanan karena kusen UPVC
dirancang dan dibuat sesuai dengan standart Eropa. Titik penguncian di berbagai tempat (Multi Point
Lock) sehingga aman.
f. Kusen UPVC dibuat dengan menggunakan formula yang mengandung bahan Titanium Dioxide yang
dapat memberikan kekuatan untuk jangka panjang serta memberikan perlindungan terhadap sinar
UV dan juga elemen-elemen yang dapat mengakibatkan korosi. Jadi Kusen UPVC sangat layak
untuk dipakai disegala jenis cuaca maupun lingkungan. u-PVC dapat menahan terpaan hujan lebat
dan angin kencang, serta dapat menahan suhu cuaca sampai pada ketinggian 65˚C.
g. Bahan UPVC tidak menimbulkan api apabila dibakar karena UPVC adalah Unplasticide Polyvinyl
Chloride, Apabila terjadi kebakaran bahan UPVC dapat memperlambat proses pembakaran pada
struktur permukaannya.
h. Bahan UPVC tidak memerlukan perawatan dan bebas rayap untuk seumur hidup
i. UPVC merupakan profil yang bisa didaur ulang sehingga tidak menimbulkan polusi dan pencemaran
terhadap lingkungan.
j. Merupakan turunan dari plastik yaitu unplasticized poly vinyl chloride (UPVC). Material ini diproses
dengan proses tertentu sehingga sifat plastisnya minimal.
k. UPVC tahan rayap, tidak muai susut, mudah perawatannya hanya butuh perawatan yang minimal
dengan mengelapnya secara rutin, kedap suara dan tahan bocor.
l. Pemesanan ukuran pintu jendela disesuaikan dengan ukuran lapangan, jadi tidak menyediakan
produk berukuran standar.
5. Cara Pemasangan
a. Kusen pintu dengan sepatu ialah teknik pemasangan kusen pintu yang mana kedua ujung kaki kusen
tidak menyentuh keramik/lantai alias dibuatkan sepatu berupa lapisan bata atau campuran
semen/beton setinggi 5-10 sentimeter dari level lantai, setelah terlebih dahulu ditancapkan besi atau
paku di bagian bawah untuk penguat. Mungkin kalau kusen jendela sedikit berbeda.
b. Tujuan pembuatan sepatu ialah supaya kusen pintu (khususnya kamar mandi) tidak cepat rusak
akibat terkena air sewaktu mengepel dan mencuci lantai. Ini adalah cara lama yang tidak artistik dan
mengurangi nilai keindahan kusen itu sendiri. Kalau pintu UPVC memiliki perbedaan dengan jendela
UPVC karena posisi jendela agak lebih tinggi.
c. Kusen pintu terjepit, yaitu teknik pemasangan dengan kedua kaki kusen yang tertanam di lantai
sedalam beberapa sentimeter dan mendapat jepitan dari ubin (keramik) lantai yang terpasang di
sekelilingnya. Cara ini yang lebih mementingkan keindahan dan banyak dipergunakan saat ini.
Misalnya saja pintu UPVC, dsb.
d. Kusen pintu sistem fischer merupakan teknik yang praktis. Teknik ini mengandalkan kekuatan sekrup
fischer yang diborkan dan ditanam bersama kusen merapat ke tembok sekeliling kusen pintu yang
sudah diplester rapi dan sangat akurat ukuran dan sudut siku-sikunya. Untuk teknik pemasangan ini,
48
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
ketebalan kusen bukan masalah; sebaliknya kusen pintu yang tebal justru mengurangi keindahan.
Beberapa kusen UPVC termasuk jendela UPVC bisa dijadikan sebagai bentuk kusen keindahan.
e. Selain teknis pemasangan, kini kusen pintu dapat tampil lebih kreatif dengan tempelan lis profil yang
berukiran manis dan menawan. Cukup dengan mengoleskan lem kayu pada kusen atau lis profil
serta diperkuat dengan paku kecil, jadilah kusen pintu yang artistik.
10.2 PEKERJAAN KACA
1. Lingkup Pekerjaan
Uraian ini mencakup persyaratan teknis untuk pelaksanaan pekerjaan pemasangan kaca pada rangka
pintu dan jendela , serta pengerjaan dan pemasangan untuk berbagai macam pekerjaan kaca.
2. Uraian pekerjaan lain yang termasuk/dipakai di dalam pekerjaan ini adalah ; Persyaratan teknis
pelaksanaan pekerjaan pintu dan jendela.
3. Ketentuan
a. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah berpengalaman di dalam
pelaksanaan pekerjaan kaca.
b. Pemotongan, pengangkatan dan penyetelan kaca harus menggunakan peralatan yang khusus
digunakan untuk maksud itu, antara lain peralatan potong khusus kaca, kop untuk alat
pengangkat lembaran kaca dll peralatan yang diperlukan guna pelaksanaan pekerjaan.
c. Ketentuan tipe material lihat pada gambar kerja.
4. Material
a. Kaca Tempered 12 mm, kaca panasap green tebal 6 mm.
Semua kaca yang dipergunakan di dalam pelaksanaan pekerjaan ini secara umum harus bebas
dari cacat distorsi atau cacat-cacat fisik lainnya. Kaca yang digunakan minimal dengan ketebalan
6 mm.
b. Peralatan Pelengkap Pemasangan Kaca
Semua peralatan pelengkap untuk pemasangan kaca harus sesuai dengan rangka tempat
kedudukkannya, tepat ukuran serta dari mutu terbaik serta harus mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
5. Pelaksanaan
a. Pemeriksaan Keadaan Pekerjaan
Sebelum mulai pemasangan, Pelaksana Pekerjaan diminta untuk memeriksa keadaan lokasi
pemasangan, baik dalam hal kesiapan maupun ketelitian dan kecermatan pelaksanaan
pekerjaan pendahulunya.
b. Penyimpangan
Dalam hal terjadi penyimpangan pada pelaksanaan pekerjaan pendahulunya, Pelaksana
Pekerjaan diminta untuk segera melaporkan keadaan tersebut guna penyelesaian
permasalahannya.
c. Pemotongan, Pengangkatan dan Pemasangan Kaca
49
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Pemotongan kaca harus lurus, rapi dan halus, tepat ukuran, selanjutnya dipasang pada lokasinya
dengan jepitan yang sesuai, terpasang kuat serta tepat dalam posisinya, baik dalam hal
ketegakan ataupun kemiringan sesuai dengan gambar rancana.
d. Pembersihan
Pada penyelesaian, pekerjaan harus dalam keadaan bersih dan terpasang sesuai dengan mutu
kerja yang disyaratkan.
50
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
4”x3”x20 mm with 2 Ball Bearing (untuk berat maksimum 35 Kg/daun) untuk pintu kayu
dan 4.5”x4”x3,0 mm with 2 Ball Bearing untuk berat 40-75 Kg/daun) untuk pintu besi.
2) Untuk jendela digunakan engsel Sidehung Friction Stays Dekkson, Dorma atau CISA.
4. Persyaratan Pelaksanaan
a. Engsel atas dipasang + 28 Cm (as) dari permukaan atas pintu.
Engsel bawah dipasang + 32 Cm (as) dari permukaan bawah pintu.
Engsel tengah dipasang di tengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
b. Untuk pintu toilet, engsel atas dan bawah dipasang + 28 Cm dari permukaan pintu, engsel
yang dipasang ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
c. Penarik pintu (door full) dipasang 90 Cm (as) dari permukaan lantai.
d. Pemasangan lock case, handle, back plate, serta door closer harus rapi, lurus dan sesuai
dengan letak posisi yang telah ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Apabila hal tersebut tidak
tercapai, Pelaksana Pekerjaan wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya.
e. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan pengujian
secara kasar dan halus.
f. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.
g. Pelaksana Pekerjaan wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan
gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Di dalam shop
drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk keterangan produk,
cara pemasangan atau detail-detail khusus yang belum tercakup secara lengkap di dalam
Gambar Dokumen Kontrak sesuai dengan Standar Spesifikasi Pabrik.
BAB XI
PEKERJAAN PLAFOND
51
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
BAB XIII
PEKERJAAN PENGECATAN
52
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
14.1 PERSETUJUAN
Standard Pengerjaan (Mock-up)
Sebelum pengecatan yang dimulai, Pemborong harus melakukan pengecatan pada satu bidang untuk tiap
warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, texture,
material dan cara pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai mock-up ini akan ditentukan oleh
Direksi Lapangan.
Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi Lapangan dan Perencana, bidang-bidang ini
akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan.
Contoh dan Bahan untuk Perawatan
Pemborong harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis pada bidang-bidang transparan
ukuran 30 x 30 cm2. Pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formila cat, jumlah
lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar s/d lapisan akhir).
Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Direksi Lapangan dan Perencana. Jika contoh-
contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh Perencana dan Direksi Lapangan, barulah pemborong
melanjutkan dengan pembuatan mock-up seperti tersebut diatas.
Pemborong harus menyerahkan kepada Direksi Lapangan untuk kemudian akan diteruskan kepada pemberi
tugas minimal 5 galon tiap warna dan jenis cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat
dan mencantumkan dengan jelas indentitas cat yang ada didalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan
untuk perawatan, oleh pemberi tugas.
53
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Untuk mendapatkan tekstur pada pengecatan dinding yang ditentukan dengan finish texture spray paint,
digunakan Texture Finish Pasta texture dengan bahan dasar emulsi acrylic ini disemprotkan dengan alat
penyemprot compressor.
Untuk cat semprot emulsi bertekstur, pada dinding luar digunakan plesteran 1 pc : 5 ps dengan pasir
diayak halus, disemprotkan dengan mesin semprot pada bidang plesteran 1 pc : 5 ps yang rata. Setelah
kering dan keras baru disemprot dengan alkali resistance sealer dan dicat emulssi. Lapisan pengecatan untuk
dinding luar adalah 3 (tiga) lapis dengan kekentalan sama setiap lapisnya.
Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 (satu) lapis alkali resistance sealer yang dilanjutkan dengan 3
(tiga) lapis emulsion dengan kekentalan cat sebagai berikut :
- Lapis I encer ( tambahan 20 % air )
- Lapis II kental
- Lapis III encer.
Untuk warna-warna yang jenis, Kontraktor diharuskan menggunakan kaleng-kaleng dengan nomor
percampuran (batch number) yang sama.
Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata, licin, tidak ada bagian yang
belang dan bidang dinding dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.
54
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
BAB XIV
PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
55
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
56
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
57
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
58
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
59
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Sakelar-sakelar harus dari jenis rocker mekanisme dengan rating 10 A/ 250 V, sakelar pada
umumnya dipasang inbow kecuali disebutkan lain pada gambar. Jika tidak ditentukan lain,
sakelar-sakelar tersebut bingkainya harus dipasang rata pada tembok atau tempat yang telah
ditentukan pada gambar pada ketinggian 150 cm diatas lantai yang sudah selesai kecuali
ditentukan lain oleh Pengawas lapangan. Sakelar-sakelar tersebut harus dipasang dalam
kotak-kotak dan ring (standar). Sambungan-sambungan hanya diperbolehkan antara kotak-
kotak yang berdekatan.
2). Stop Kontak
Stop kontak haruslah dengan tipe yang memakai earthing contact dengan rating 10 A, 16 A,
25 A, 250 V AC. Semua pasangan stop kontak dengan tegangan kerja 220 V harus diberi
saluran ke tanah (grounding). Stop kontak harus dipasang rata dengan permukaan dinding
dengan ketinggian 50 cm dari atas lantai yang sudah selesai sesuai gambar rencana atau
petunjuk Pengawas lapangan.
2.3. Instalasi Fixtures Penerangan
1) U m um
Fixture penerangan harus dari jenis yang tertera dalam gambar. Harus dibuat dari bahan yang
sesuai dan bentuknya harus menarik dan pekerjaannya harus rapih dan baik, tebal plat baja
yang dipakai untuk housing fixture minimum 0,7 mm. Pemborong harus menyediakan contoh-
contoh dari semua fixture yang akan dipasang kepada Perencana/Pengawas lapangan untuk
disetujui.
2) Kabel-Kabel untuk Fixture
Kecuali ditunjuk atau dipersyaratkan lain, kabel-kabel untuk "fixture" harus ditutup asbestos
dan tahan panas. Tidak boleh ada kabel yang lebih kecil dari 2,5 mm², kawat-kawat harus
dilindungi dengan "tape" atau "tubing" disemua tempat dimana mungkin ada abrasi. Semua
kabel-kabel harus disembunyikan dalam konstruksi armature kecuali dimana diperlukan
penggantungan rantai atau kalau pemasangan/perencanaan fixture menunjuk lain. Tidak boleh
ada sambungan kabel dalam suatu armature dan penggantungan dan harus terus menerus
utuh mulai dari kotak sambung ke terminal-terminal khusus pada armature-armature lampu.
Saluran-saluran kabel harus tidak tajam dan dilindungi sehingga tidak merusak kabel.
3) Lampu-lampu
Semua fixture harus dilengkapi dengan lampu-lampu dan dipasang sesuai dengan persyaratan
dan gambar. Untuk lampu pijar memakai lamp holder dan base type edison screw, untuk lamp
holder type edison screw kabel netral tidak boleh dihubungkan ke centre control, kecuali
dipersyaratkan lain. Lampu fluorescent haruslah dari jenis cool white atau sesuai perencanaan.
Semua lampu fluorescent atau lampu lainnya yang memerlukan perbaikan factor daya harus
dilengkapi dengan capacitor. Dalam spesifikasi ini besarnya "microfarad" (f) dari kapasitor
untuk setiap lampu tidak terlalu ditekankan karena yang dibutuhkan adalah hasil akhir dari
power factor menjadi sekurang-kurangnya 0,95.
2.4. Instalasi / Konstruksi Panel
60
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
1). Kabinet
Semua kabinet harus dibuat dari plat baja dengan tebal minimum 2 mm, atau dibuat dari bahan
lain seperti polyester atau bakelite. Kabinet untuk "panel board" mempunyai ukuran yang
proposionil seperti dipersyaratkan untuk panel board, yang besarnya sesuai dengan ukuran
pada gambar perencana atau menurut kebutuhan sehingga untuk jumlah dan ukuran kabel
yang dipakai tidak terlalu penuh/ padat.
Frame/rangka panel harus digrounding/ditanahkan pada kabinet harus ada cara-cara yang baik
untuk memasang, mendukung dan menyetel "panel board" serta tutupnya. Kabinet dengan
kabel-kabel "trough feeder" harus diatur sedemikian sehingga ada saluran dengan lebar tidak
kurang dari 10 cm untuk branch circuit panel board. Setiap kabinet harus dilengkapi dengan
kunci-kunci. Untuk satu kabinet harus disediakan 2 (dua) buah anak kunci, dengan sistem
master key.
2). Pemasangan Panel
Pemasangan panel sedemikian rupa sehingga setiap peralatan dalam panel dengan mudah
masih dapat dijangkau, tergantung dari pada macam/tipe panel. Maka bila dibutuhkan
alas/pondasi/penumpu/ penggantung maka pemborong harus menyediakannya dan
memasangnya sekalipun tidak tertera pada gambar.
3). Panel Distribusi Utama
Panel distribusi utama harus seperti tertera pada gambar, kecuali ditunjuk lain. Seluruh
assembly termasuk housing, busbar, alat-alat pelindung harus direncanakan, dibuat, dicoba
dan dimana perlu diperbaiki sesuai dengan persyaratan. Panel distribusi utama harus dari jenis
in door type terbuat dari plat baja tebal minimum 2 mm. Konstruksi harus terbuat dari rangka
baja struktur yang kaku, yang bisa mempertahankan strukturnya oleh strees mekanis pada
waktu hubung singkat. Rangka ini secara lengkap dibungkus pada bagian bawah, atas dan sisi
dengan plat-plat penutup (metal clad) harus cukup louvers untuk ventilasi dimana perlu untuk
mengatasi kenaikan suhu dari bagian-bagian yang mengalirkan arus dan bagian-bagian yang
bertegangan sesuai dengan persyaratan PUIL-2000/LMK/VDE untuk peralatan yang tertutup.
Material-material yang bertegangan harus dicegah dengan sempurna terhadap kemungkinan
percikan air. Semua meteran dan tombol transfer yang dipersyaratkan harus dikelompokkan
pada satu papan panel yang berengsel yang tersembunyi.
4). Busbar/Rel
Busbar harus dari bahan tembaga yang lapisan luarnya dilapis dengan lapisan perak dengan
ukuran sesuai dengan kemampuan arus 150 % dari arus beban terpasang yang ukurannya
disesuaikan dengan aturan PUIL 2000.
Semua busbar/rel harus dicat dan dipegang oleh bahan isolator dengan kuat dan baik ke
rangka panel. Semua busbar/rel harus dicat dengan warna yang sesuai dengan disebutkan
pada PUIL. Cat-cat tersebut harus tahan sampai temperature 75°C. Busbar disusun dan
dipegang oleh isolator dengan baik untuk sistem 3 , 4 kawat seperti ditunjuk dalam gambar.
Setiap panel harus mempunyai bus netral yang diisolir terhadap tanah dan sebuah bus
61
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
penatanahan yang telanjang diklem dengan kuat pada frame dan panel dilengkapi klem untuk
pentanahan. Dari panel peralatan perlu diketanahkan minimum 2 .
5). Teminal dan Mur-baut
Semua terminal cabang harus diberi lapisan tembaga (ver-tin) dan disekrup dengan
menggunakan mur-baut ring dari bahan tembaga atau mur-baut yang diberi nikel (atau
stainless) dengan ring tembaga.
6). Alat-alat ukur
Setiap panel harus dilengkapi dengan alat-alat ukur seperti pada gambar. Meter-meter adalah
dari type "moving iron vane type" khusus untuk panel, dengan scale sirkular, flush atau semi
flush, dalam kotak tahan getaran, dengan ukuran 144 x 144 mm atau 96 x 96 mm, dengan
skala linier dan ketelitian 1,5%. Posisi dari saklar putar untuk voltmeter (Voltmeter Selector
Switch) harus ditandai dengan jelas.
7). Merk Pabrik
Semua peralatan pengaman harus diusahakan buatan satu pabrik, peralatan-peralatan sejenis
harus dapat saling dipindahkan dan ditukar tempatnya pada frame.
8). Pilot lamp
Semua tutup muka panel dilengkapi dengan pilot lamp untuk menyatakan adanya tegangan R,
S dan T. Penyediaan dari pilot lamp yang disebutkan diatas merupakan keharusan, biarpun
pada gambar-gambar tidak tertera.
Warna-warna untuk pilot lamp :
a). Untuk phasa R : warna merah
b). Untuk phasa S : warna kuning
c). Untuk phasa T : warna hijau.
3. Penyambungan dan penambahan Daya listrik
3.1. Umum
Spesifikasi ini menjelaskan persyaratan untuk penyambungan atau penambahan daya listrik yang
harus dilakukan oleh calon kontraktor untuk memenuhi kebutuhan beban yang terpasang sesuai BQ
yang diminta. Biaya penyambungan ( BP ), UJL, Jaminan Gambar Instalasi, konsuil, Pengadaan dan
pemasangan trofo, , penambahan tiang listrik, penambahan kabel udara tegangan rendah maupun
tinggi dan peralatan-peralatan pendukung lainnya di bebankan oleh pihak calon kontraktor dengan
sistem lumpsump.
Kabel harus terdiri atas :
1). Dua atau empat penghantar yang terbuat dari kawat tembaga pilin atau tembaga "compacted"
yang dipilin.
2). Lapisan isolasi bahan PVC pada setiap penghantar phasa maupun penghantar netral.
3). Lapisan pengendap yang tahan air dikelilingi urat-urat penghantar phasa dan pengisi ruangan
diantara kawat phasa.
4). Lapisan pengendap kedua diluar lapisan pengendap diatas.
62
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
5). Pelindung dari pita bahan diatas lapisan pengendap kedua sesuai dengan persyaratan IEC
(NYFGbY).
6). Diluar lapisan pelindung pipa baja diberi lapisan plastik sebagai pelindung.
3.2. Penandaan/ Warna
Warna permukaan kabel sebagai tanda-tanda untuk setiap kawat adalah :
Phasa : merah netral : biru
kuning
Hitam
4. Peralatan Listrik
4.1. Peralatan Panel MDP
1). Circuit Breaker Motor Operated
Rating Arus : sesuai gambar rencana
Insulation Rating : 750 V AC, Voltage rating : 380 V 50 Hz
Rated Breaking Cap : 50 kA (500 V, 50 Hz) dengan Arc chute.
Relay : Thermis dan magnetis over current release, under voltage
release, Auxiliary contact block (2 NO+1 NC) Electrical
interlocking dengan CB genset.
Drive : Motor, 220 V, 50 Hz.
2). Moulded Case Circuit Breaker
63
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
5) kWH - Meter
Rated voltage : 3 x 380 Volt
Rated current output :5A
transformer
Ocuracy class : 2,0
Baseplate of moulded plastic
The register : 6 (six) cipher rollers double pengukuran
6) Lampu Indikator
Tubular lamp, pijar 5 watt, diameter 54 mm
Warna : merah, kuning, biru
7) Push Button
Panel mounting, double on-1, off-0. Semua push button dilengkapi dengan lampu indikator untuk menyatakan sistem
dalam on atau off.
8) Relay - relay
Untuk panel MDP, circuit breaker untuk feeder utama, dilengkapi dengan relay proteksi OL
(over load), SC (short circuit) dan UV (under voltage). Sedangkan untuk generator, dilengkapi
dengan relay OL, SC, UV, EF (Earth Fould) dan RP (Reverse Power).
9) Selector Switch
Dari type rotary switch, untuk switching. Rated voltage 380 Volt AC insulation 660 V.
64
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
65
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
berlangsung, memutuskan catu daya dari beban dan mematikan catu daya
cadangan. Pemborong hendaknya menyediakan provisi/cadangan yang
diperlukan, sehingga memungkinkan adanya remote emergency stop stations
yang dapat dipasang terpisah dari unit AMF, pada tempat-tempat yang
dianggap perlu (sesuai dengan petunjuk pemberi tugas).
e). Manipulasi peralihan status system dari manual ke automatic atau sebaliknya,
harus dapat dilaksankanan setiap saat tanpa membatalkan langkah proses
switch sequence yang sedang/ akan berlangsung.
f). Manipulasi fasilitas system reset dimaksudkan untuk merestore perangkat
lunak (Software) yang terblokir, sebagai akibat kegagalan fungsi mekanisme
operational diluar unit AMF. Manipulasi fasilitas reset ini secara automatic akan
menempatkan system dalam status manual (kondisi ini harus berlaku pula
pada manipulasi emergency stop).
g). Fasilitas system test dimaksudkan sebagai sarana yang memungkinkan
operator mensimulir keseluruhan switch sequence operational yang terkandung
dalam perangkat lunak dari pada system (mains failure, generator set, load
transfer, mains restoring, load transfer dan engine shut off), secara automatis.
2) Monitoring Function and Display
a. Unit AMF yang dimaksudkan, harus diperlengkapi dengan sejumlah indicating lights,
yang berhubungan dengan system sendiri serta peralatan lainnya yang berhubungan
dengan fungsi operational unit AMF
b. Display yang dimaksudkan pada bagian tersebut diatas, sekurang-kurangnya harus
memberi indikasi akan status-status sebagai berikut :
1. Unit AMF on
2. System Automatic
3. Mains on
4. Mains circuit breaker off
5. Mains circuit breaker on
6. Engine Start
7. Generator on
8. Generator circuit breaker off
9. Generator circuit breaker on
10. Generator circuit breaker tripped
11. Engine Stoping Solenoid Engaged
12. Starting failure
13. Transfer failure
14. Low oil pressure
15. High/over temperature
16. Over speed
66
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
67
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
k. Kondisi trip yang terjadi pada salah satu circuit breaker. Yang diakibatkan oleh
overload atau fault pada sisi beban, tidak boleh mengakibatkan terjadinya pemindahan
beban (Load transfer) pada catu daya alternatif.
3) Operation Delays
a. Guna menjamin kesempurnaan kerja dari pada unit AMF yang dimaksud, pemborong
diwajibkan melengkapi system dengan sejumlah timing devices yang memungkinkan
terjadinya operational delays, yang pada dasarnya merupakan bagian daripada
keseluruhan switch sequence yang dikehendaki.
b. Operational delays/timings yang dikehendaki harus sekurang-kurangnya meliputi
proses-proses :
1. Starting delay 0 – 60 detik
c. Yang dimaksudkan dengan delay adalah tegangan waktu yang terjadi antara saat
matinya catu daya utama (PLN) dan proses percobaan start daripada generator set.
d. Yang dimaksudkan dengan starting time adalah lamanya periode engagement
daripada starting device diesel generating set untuk satu kali percobaan start.
e. Yang dimaksudkan dengan stabilizing time adalah tenggang waktu yang timbul anatara
beroperasinya generator dan instruksi transfer yang diperintahkan oleh software
daripada system.
f. Yang dimaksudkan dengan switch delay adalah tenggang waktu yang terjadi antara
normal kembalinya kondisi catu daya utama (PLN) dan instruksi transfer back yang
diperintahkan software.
g. Yang dimaksudkan dengan interval time adalah tenggang waktu yang terdapat antara
dua periode percobaan start.
h. Yang dimaksudkan dengan cooling off delay adalah lamanya engagement daripada
stoping solenoid setelah engine dimatikan.
i. Yang dimaksud dengan stopping delay adalah lamanya engagement daripada stopping
solenoid setelah engine dimatikan.
j. Yang dimaksud dengan test delay adalah tenggang waktu yang terjadi antara
manipulasi system test button dengan awal mulainya proses manipulasi.
68
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
k. Semua timming device yang dimaksud harus dapat diatur secara kontinyu dalam range
yang dikehendaki (bukan merupakan step contrelers)
4) Lain-lain.
a. Unit AMF yang dimaksudkan harus ditempatkan dalam steel sheet enclosere yang
pada dasarnya memenuhi persyaratan dan ketentuan umum yang ditetapkan bagi
electrical switchboards. Ketentuan dan persyaratan ini telah dibahas pada bagian lain
dari pada persyaratan ini.
b. Unit AMF harus diperlengkapi pula dengan protective switchgear yang lazim
diperlukan, berupa miniatur circuit breaker dengan rating dan kapasitas yang memadai.
Ketentuan dan peraturan mengenai merk harus disesuaikan dengan persyaratan yang
telah dibahwas pada bagian lain dari pada uraian ini.
c. Kewajiban menyediakan mechanisme motor yang diperlukan untuk menggerakkan
circuit breaker yang bersangkutan tidak merupakan bagian dari pada pekerjaan ini.
Dari pemborong kelak diharapkan saran dan petunjuknya mengenai kelengkapan yang
dipersyaratkan dalam hubungan ini.
d. Unit AMF harus dilengkapi pula Timer On dilay untuk mengerakkan breaker Utama AC
agar ada tenggang waktu selama 30 secon antara beban AC dengan beban non AC
untuk mengurangi adanya arus asut yang berlebihan.
69
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Voltage Factor
Maximum Duration
( x rate Voltage)
70
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
71
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Bagian ini meliputi penyediaan, pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan dari sistem penangkal
petir yang lengkap sesuai spesifikasi ini, serta pengurusan izin dari badan yang berwenang (Jawatan
Keselamatan Kerja).
6.2. Referensi
Pekerjaan harus dilakukan mengikuti standard dan peraturan yang berlaku dari Departemen Tenaga Kerja
dan bidang Keselamatan Kerja setempat atau standard/peraturan yang dikeluarkan dari pabrik.
6.3. Syarat-syarat Bahan
Material yang digunakan dalam sistem penangkal petir dalam keadaan baik dan sesuai dengan yang
dimaksudkan serta disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Daftar material, katalog dan shop drawing harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas sebelum dilakukan
pemasangan. Material atau alat-alat yang tidak sesuai dengan spesifikasi ini akan ditolak. Sistim proteksi petir
yang dipakai adalah : Sistim non radio aktif atau elektrostatis.
Komponen - komponen yang dipakai adalah sebagai berikut :
1) Terminal Udara : Terminal udara khusus untuk sistem proteksi petir eksternal, yang dimaksudkan
untuk menghadang sambaran petir.
2) Penghantar pembumian/konduktor penyalur : Penghantar yang menghubungkan secara listrik antara
terminal udara dan elektroda pembumian.
3) Proteksi ini harus menjamin dapat mentransfer dengan aman energi kilat dari "terminal udara" ke bumi.
Untuk sistem tersebut digunakan jenis kabel: Coaxcial Cable 70 mm2.
4) Sistem Pembumian : Terminal pembumian, terletak di dalam bak kontrol yang dilengkapi dengan
elektroda pembumian bak kontrol diperlukan untuk pengujian tahanan tanah secara berkala.
5) Elektroda pembumian : Elektroda pembumian, terbuat dari Copper Rod digalvanisir dengan diameter
tidak kurang dari 5/8" dan panjang minimum 6 meter dan harus dimasukkan ke dalam tanah secara
vertikal dan pengukuran tahanan pembumian maksimum 5 Ohm.
6.4. Syarat Pelaksanaan
1 Cara-cara pemasangan penangkal petir sistem ini harus sesuai dengan petunjuk-petunjuk dan
spesifikasi pabrik.
2 Batang penangkal dipasang pada atap bangunan dengan memakai baut angker atau klem.
Pemasangan harus cukup kuat untuk menahan gaya-gaya mekanis pada saat timbulnya sambaran
petir.
3 Pemegang konduktor / klem harus terbuat dari bahan yang sama dengan konduktor untuk mencegah
terjadinya elektrolisa jika terkena air.
4 Sambungan - sambungan :
a) Sambungan yang diperlukan haruslah menjamin kontak yang baik dan tidak mudah terlepas.
b) Sambungan sedapat mungkin mengurangi kerugian-kerugian tipis akibat adanya sambungan .
5. Pelindung mekanis : Penghantar pembumian harus dilindungi terhadap kerusakan mekanis dengan
pipa PVC tipe high impact.
6. Syarat Pengujian
72
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Untuk mengetahui baik atau tidaknya sistem proteksi petir yang dipasang, maka harus diadakan pengetesan
terhadap instalasinya maupun terhadap sistem pembumiannya.
Pengujian yang harus dilakukan :
1) Pengujian Tahanan Pembumian, Ukuran tahanan dari pentanahan dengan mempergunakan metode
standar.
2) Pengujian Kontinyuitas.
a. CONTOH
Kontraktor harus menyerahkan contoh dari bahan-bahan yang akan dipergunakan/dipasang, yaitu minimal
penghantar dan elektroda pentanahan yang dimintakan dalam persyaratan. Semua biaya berkenaan dengan
penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah tanggungan Kontraktor.
b. PEMERIKSAAN
Sistem proteksi petir akan diperiksa oleh Konsultan Pengawas untuk memastikan dipenuhinya spesifikasi ini.
Semua bagian dari instalasi ini harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas, terlebih dahulu sebelum tertutup
atau tersembunyi. Setiap bagian yang tidak sesuai dengan syarat - syarat spesifikasi dan gambar-gambar
harus segera diganti, tanpa membebankan tambahan pada pemilik proyek.
c. SURAT IZIN
1) Kontraktor harus mempunyai SPJT – Surat Penanggung Jawab Teknik yang dikeluarkan oleh Assosiasi
Kontraktor AKLI (Assosiasi Kontraktor Listrik Indonesia).
2) Kontraktor harus sudah berpengalaman di dalam pemasangan penangkal petir ini, dibuktikan dengan
memberikan daftar proyek-proyek yang sudah pernah dikerjakan.
d. DAFTAR MATERIAL
Untuk semua material yang ditawarkan, maka Pemborong wajib mengisi daftar material yang menyebutkan :
merk, tipe, kelas lengkap dengan brosur/katalog yang dilampirkan pada waktu tender. Tabel daftar material ini
diutamakan untuk komponen-komponen yang berupa barang-barang produksi.
Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa merk tertentu atau kelas mutu
(quality performance) dari material atau komponen tertentu terutama untuk material-material Listrik utama,
maka pemborong wajib melakukan didalam penawarannya material yang dalam taraf mutu/pabrik yang
disebutkan itu.
Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa material yang disebutkan pada tabel material tidak dapat
diadakan oleh Pemborong, yang diakibatkan oleh sesuatu alasan yang kuat dan dapat diterima Pemilik,
Konsultan Pengawas/MK dan Perencana, maka dapat dipikirkan penggantian merk/tipe dengan suatu sanksi
tertentu kepada Kontraktor.
1. Terminal Udara : Setara Thomas,Viking dan KURNZ.
2. Penghantar Pembumian :Coaxcial Cable 70 mm2
4. Pipa Konduit :EGA, Marshall Tuflex, Waler.
5. Elektroda pembumian :Batang copper rod masif diameter 5/8” dan panjang minimum 6 meter.
7. Sistem Pentanahan
7.1 Lingkup Pekerjaan
73
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
1) Pengadaan dan pemasangan sistem pentanahan body (tegangan sentuh) terhadap seluruh
peralatan listrik yang terbuat dari metal, yaitu : panel TM, transformator, panel penerangan,
daya dan lain-lain.
2) Penyambungan pentanahan netral dari terminal transformator ke elektroda pentanahan.
3) Sistem pentanahan (grounding system) maksimal 3 .
4) Penyambungan sistem pentanahan Mesh/Loop dengan Bare Standard
7.2 Standar dan Kode-Kode yang Berlaku
1) Sistem pentanahan yang dilaksanakan harus berdasarkan standar-standar dan kode-kode yang
berlaku, antara lain :
2) British Standard, BS.CP.1013 mengenai pentanahan.
3) Underwriters Laboratories Standard UL. 467, Standar untuk Safety On Grounding dan Bounding
Equipment.
74
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Sebelum penyerahan instalasi harus di test dihadapan Pemilik proyek/Pengawas lapangan dan
Perencana dengan kapasitas beban maksimum dan secara terus menerus selama 3 x 24 jam.
Apabila selama proses pengetesan berlangsung terjadi kerusakan Pemborong harus mengembalikan
seperti dalam keadaan semula secepatnya dan atas beban/tanggungan pelaksana pekerjaan
5. As built jumlahnya 2 (dua) set (1 set kalkir dan 1 set blue print meliputi :
Untuk ayat 2 dan 4 diatas agar dibuat ringkasan dalam bahasa Indonesia dan testing/maintenace
shedule untuk 1 tahun pertama.
1. Kabel Tegangan Rendah NYY, NYM, NYA, Kabelindo, Kabel Metal, Supreme, Tranka Kabel
NYFGbY.
2. Box Panel Lokal dengan Produksi dari Panel Maker yang
bersertifikat
3. MCCB, MCB dan Contactor MG, ABB, Siemens
4. Conduit, Flexible Conduit EGA, Clipsal
75
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
5. Isolasi Kabel 3M
6. Armature Lampu Artholite, Panasonic, Interlite, Oni Lite
7. Komponen Lampu
- Tube Philips, Osram
- Ballast Philips, May & Christi
- Capasitor Philips
- Fitting Philips, Sace
- Stater Philips
8. Saklar Tunggal Panasonic, MK, ABB
9. Saklar Ganda Panasonic, MK, ABB
10. Stop Kontak Panasonic, MK, ABB
11. Inbow Dosh, T Dosh Panasonic, MK, ABB
12. Kunci Panel DOM, dengan espagnolet
13. Junction Box Local 1,5 mm
14. Lampu Lapangan (Foodlight) Phillips
15. Panel ATS Original Sole Aggent Suplier Genset/ dari panel
maker yang bersertifikasi
16. Genset Olimpian GEP 88,
Perkin PL 80 P
(Dengan Sertifikat Keaslian dari Sole Aggent)
17. Capasitor Bank Capasitor ABB/MG, Automatic system Purelogic,
Panel Lokal dengan Produksi dari Panel Maker
yang bersertifikat
18. UPS Vektor (10 Menit sistem saving)
76
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
2 Persyaratan Bahan
2.1. Galvanized Steel Pipe (GSP)
Pipa besi yang dilapis seng ini digunakan untuk :
- Pipa supply dan distribusi air bersih pada pekerjaan plambing.
Standard rating yang digunakan adalah :
- BS 1387 tahun 1967 kelas medium untuk pekerjaan plambing.
2.2. Poly Vinyl Chloride (PVC)
Pipa PVC ini digunakan untuk :
a. Pipa air kotor dari WC dan Urinoir
b. Pipa air buangan dari floor drain, lavatory
c. Pipa drain dari system tata udara
d. Pipa vent pada plambing system
e. Pipa air hujan.
Standard rating yang digunakan adalah :
PVC AW Class : Working Pressure : 10 kg/cm2
77
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
h. Kedalaman pipa yang ditanam didalam tanah harus diperhitungkan terhadap jalur yang
memotong jalan. Pipa yang memotong jalan harus ditanam sampai suatu kedalaman minimal
1.20 m dari permukaan jalan.
78
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
r. Penggantung/penumpu pipa dan peralatan-peralatan logam lainnya yang akan tertutup oleh
tembok atau bagian bangunan lainnya harus dilapisi terlebih dahulu dengan cat menie atau cat
penahan karat, jenis Zinc Chromate yang dilaksanakan dalam 2 bagian (2 lapis).
3.1.1 Pengujian /Pengetesan
4.1. Pengujian Pipa GSP
Diuji dengan tekanan sebesar 1.5 kali tekanan kerja dan dibiarkan dalam kondisi ini selama paling
kurang 12 jam tanpa mengalami penurunan tekanan. Segala kerusakan akibat pengetesan ini menjadi
beban kontraktor.
4.2. Pengujian Pipa PVC
a. Seluruh sistem pembuangan air harus mempunyai lubang-lubang yang dapat ditutup (plugged)
agar seluruh sistem tersebut dapat diisi dengan air sampai lubang "pipa" tertinggi.
b. Sistem tersebut harus dapat menahan air yang diisikan seperti tersebut diatas, minimal selama 1
(satu) jam dan penurunan air selama waktu tersebut tidak lebih dari 5 cm.
c. Apabila dan pada waktu pengawas menginginkan pengujian lain disamping pengujian diatas,
Pemborong harus melakukannya dan menjadi tanggungan Kontraktor
79
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
c. Setiap pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini, tapi tidak ditunjukkan dalam gambar atau
sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang seperti pekerjaan lain yang disebut oleh spesifikasi dan
ditunjukan dalam gambar.
80
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
3.10. Training/Pelatihan
81
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Kontraktor harus menyiapkan dan menyelenggarakan latihan bagi calon operator yang akan
mengoperasikan dan memelihara sistem air bersih, air kotor dan air hujan. Latihan dapat dimulai sejak
pelaksanaan pemasangan instalasinya, atas petunjuk dan persetujuan Konsultan Manajemen
Konstruksi, dengan biaya ditanggung kontraktor.
Check Valve :
· Material bronze body, swing type, Y pattern, screwed cup, metal disk, screwed end untuk valve sampai dengan
diameter 50 mm.
· Swing silent type dengan stainless steel disk dengan body material cast iron untuk tekanan 300 psi dan carbon
steel untuk tekanan 300 psi.
· Khusus untuk pompa-pompa hydrophor digunakan dual plate wafer type check valve.
82
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
BAB XVII
PEKERJAAN PROFIL BAJA
15.1 Lingkup Pekerjaan :
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan dengan pekerjaan Struktur
Baja I Beam (WF) dan Kanal C seperti yang tercantum dalam spesifikasi dan gambar.
15.2 Bahan-bahan :
Semua bahan yang diperlukan untuk pekerjaan Struktur Baja (sesuai dengan gambar bestek). Adapun
dimensi profil yang dipakai merujuk kepada SNI 07-7178-2006: Baja profil H Beam – beam proses canai
panas (Bj P WF – beam) dan PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
: 20/M- IND/PER/2/2011 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BAJA
PROFIL SECARA WAJIB serta bahan- mahan lainnya guna memenuhi ketentuan yang disyaratkan SNI 03
- 1729 – 2002.
15.2.1 Baja Profil
a. Profil baja dasar berbentuk I yang digunakan pada konstruksi Shelter ini harus merupakan elemen
struktur yang monolit, tidak boleh menggunakan profil baja yang dirangkai sebagai profil gabungan
dengan menggunakan sambungan las sepanjang batang profil baja.
83
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
b. Baja Bebas dari karatan dan permukaannya juga harus bebas lemak/ minyak dan bebas dari kotoran
sisa pengelasan dan harus digalvanisasi / Zinc Chromate painting Coating sebelum dirangkai sebagai
satu kesatuan konstruksi utuh.
c. Untuk pembersihan profil baja dari karat dapat digunakan sandblast atau sikat kawat elektrik.
d. Ukuran dan dimensi baja profil sesuai dengan Gambar Bestek.
e. Baja profil mempunyai bentuk penampang yang sesuai dengan yang dibutuhkan
f. Baja profil yang digunakan sebagai elemen Portal (frame), berupa H Beam dan IWF harus lurus, tidak
boleh bengkok atau melengkung.
g. Baja profil pipa yang digunakan sebagai rangka kuda- kuda baja (truss) diizinkan untuk dibentuk sesuai
keperluan bentuk kuda-kuda yang tergambar pada bestek.
h. Baja mempunyai sifat-sifat mekanis seperti berikut:
a) Modulus Elastisitas : E = 200.000 MPa
b) Modulus Geser : G = 80.000 Mpa
c) Nisbah Poisson : µ = 0,3
84
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
7. Baja Plat yang dipakai harus mempunyai laporan uji material baja di pabrik yang disahkan oleh
lembaga yang berwenang dapat dianggap cukup untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
SNI 03-1729-2002.
8. Baja plat harus sesuai dengan Standard Tata CaraPengawasan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-1729-2002).
85
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
86
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
mm atau sesuai gambar bestek. Pekerjaan ini harus dilakukan seteliti mungkin dan kolom yang
terpasang harus benar-benar tegak lurus terhadap sumbu horizontal dan pekerjaan yang telah
selesai harus diperiksa/disetujui oleh Direksi/Pengawas.
d. Sambungan-sambungan yang menggunakan las sudut setebal minimum 10 mm harus dilakukan
di pabrik dan digalvanisasi / Zinc Chromate painting Coating.
e. balok profil baja harus dihubungkan dengan kuat ke tumpuannya dengan baut angkur sehingga
tidak terlepas ketika menahan beban tarik serta beban horizontal yang besar (gempa). Panjang
ekor baut angkur yang muncul ke permukaan setelah perakitan kolom WF dengan plat tumpu tidak
boleh kurang (minimal) 10 mm.
f. Cara-cara penyambungan harus mengikuti prinsip pendetailan yang ditunjukkan dalam Gambar
Bestek atau sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas.
Kontraktor bertanggungjawab terhadap pekerjaan digalvanisasi / Zinc Chromate painting Coating yang
dilakukan oleh pabrik terhadap kolom-kolom profil baja. Toleransi-toleransi terhadap ketebalan
galvanisasi diijinkan untuk alasan bahwa hal tersebut diperlukan agar supaya konstruksi rangka yang
akan dirakit di lokasi pekerjaan benar-benar tepat dan benar pengerjaannya seperti prinsip-prinsip
pendetailan dalam Gambar Bestek
BAB XVIII
PEKERJAAN LAIN-LAIN
19.1 Hal-hal yang timbul pada pelaksanaan yang memerlukan penyelesaian di lapangan akan diatur/dibicarakan
dilapangan oleh konsultan pengawas dan kontraktor, bila diperlukan akan dibicarakan dengan konsultan
perencana
19.2 Sebelum penyerahan pertama,kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang belum sempurna,dan
harus segera diperbaiki,semua ruangan harus bersih, halaman harus ditata rapih dan semua barang yang
tidak berguna harus disingkirkan dari proyek.Pemberesan halaman ini harus dilaksanakan sesuai petunjuk
konsultan pengawas.
19.3 Meskipun telah ada pengawas dan unsure-unsur lainnya, semua penyimpangan dari ketentuan gambar kerja
dan bestek menjadi tanggung jawab Pelaksana, untuk itu Pelaksana/pemborong harus menyelesaikan
pekerjaan dengan sebaik mungkin
87
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
BAB XIX
PENUTUP
20.1 Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini (RKS) akan ditentukan kemudian dalam Rapat Penjelasan
(Aanwiijzing), dan akan dituangkan/dimuat dalam Berita Acara Rapat Penjelasan.
20.2 Sebelum penyerahan pertama, Kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang belum sempurna, dan
harus diperbaiki, semua ruangan harus bersih dipel, halaman harus ditata rapi dan semua barang yang tidak
berguna harus disingkirkan dari proyek
20.3 Hal-hal yang timbul pada pelaksanaan yang memerlukan penyelesaian di lapangan akan dibicarakan dan
diatur oleh Konsultan Pengawas/Direksi dan Kontraktor. Bila diperlukan akan dibicarakan bersama konsultan
perencana.
88
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
20.4 Selama pemeliharaan, pemborong wajib merawat, mengamankan dan memperbaiki segala cacat yang timbul,
sehingga sebelum penyerahan kedua dilaksanakan pekerjaan benar-benar telah sempurna.
89