Anda di halaman 1dari 15

SYARAT- SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN

PEKERJAAN : PEMELIHARAAN GEDUNG KEISTIMEWAAN

LOKASI : KECAMATAN BLANGKEJEREN KAB. GAYO LUES

SUMBER DANA : DAU

TAHUN : 2022
ANGGARAN

I.UMUM

1. Lingkup pekerjaan

Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan Pemeliharaan Gedung


Keistimewaan Kabupaten Gayo lues

Perincian bagian pekerjaan yang dilaksanakan didasarkan pada gambar rencana, BQ dan RKS
yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari rencana kerja dan syarat-syarat ini.

2. Peraturan Teknis Bangunan Yang Digunakan

Kecuali ditentukan lain dalam RKS ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan tersebut
dibawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya

a. Perpres RI No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Kontruksi Bidang Pekerjaan
Umum.
c. SNI : Standard Nasional Indonesia
d. PBI’71(NI.2) : Peraturan Beton Bertulang tahun 1971
e. PUIL 1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia tahun 1977
f. PKKI 1981 : Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia tahun 1981
g. PPI : Pedoman Plumbing Indonesia
h. SII : Stansard Industri Indonesia
i. NFPA : Persyaratan untuk Pencegahan dan Pemadam Kebakaran
3.Penanggung jawab dan Pelaksanaan.

3.1 Bedasarkan kontrak kerja yang dibuat oleh owner dengan Penyedia Jasa Pelaksanaan
Kontruksi, maka Pelaksanaan untuk proyek seperti yang disebutkan diatas Perusahaan
seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Fisik.
3.2 Tugas dan kegiatan Pelaksanaan adalah seperti yang disebutkan dalam Keputusan
Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21
Agustus 2002 Tentang Penyedian Jasa Pelaksana Kontruksi atau menurut
perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak Kerja Fisik.

3.3 Tugas dan kegiatan Pelaksanaan adalah seperti yang disebutkan dalam Keputusan
Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21
Agustus 2002 Tentang Penyediaan Jasa Pelaksana Kontruksi atau menurut
perubahannya jika ada, kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak Kerja Fisik.

3.4 Pelaksana harus mengajukan struktur organisasi pelaksana lapangan proyek kepada
Owner yang didalamnya tercantum beberapa tenaga ahli Pelaksana dengan posisi
minimal seperti berikut :

1. Site Manager
2. Supervisor Lapangan
3. Surveyor
4. Drafman
5. Tenaga Adminitrasi Dan Operator Computer
6. Logistik
3.5 Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi lapangan
proyek yang diajukan oleh Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan minimal selama
jam kerja.

3.6 Penggantian tenaga ahli oleh Pelaksana selama proses pelaksanaan pekerjaan harus
diketahui dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3.7 Konsultan Supervisi berhak mengajukan kepada Owner untuk pergantian tenaga ahli
Pelaksana yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat
pekerjaan dan tidak mampu mejalankan tugasnya dengan baik.

3.8 Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Pelaksana harus mampu
memberikan keputusan yang bersifat teknis dan administrative di lokasi pekerjaan.

4. Gambar Pelaksanaan ( Shop Drawing )

4.1 Perencana harus membuat gambar Pelaksanaan ( shop Drawing ) untuk pekerjaan-
pekerjaan yang memerlukanya.

4.2 Shop Drawing yang dibuat oleh pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi
dan Perencana.

4.3 Shop Drawing tidak boleh merubah desain, mengurangi kualitas, dan mengurangi
kualitas pekerjaan.
5. Gambar Hasil Pelaksanaan ( As Built Drawing )

5.1 Perencana harus membuat Gambar Hasil Pelaksanaan ( As Built Drawing ) yang
sesuai dengan Pelaksanaan dilapangan sebelum serah terima tahap pertama.

5.2 As Built Drawing yang dibuat oleh Pelaksana harus disetujui oleh konsultan Supervisi.

5.3 Pelaksana diwajibkan menyerahkan 4 set As Built Drawing yang telah disetujui
kepada Konsultan Supervisi, Perencana, Owner dan Pemilik/Penggunan Bangunan.

5.4 Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat baik pada
bangunan oleh owner atau pengguna bangunan.

6. Kesalahan Pekerjaan Dan Pekerjaan Cacat

6.1 Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri semua kesalahan dan cacat
pekerjaan.

6.2 Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Pelaksana


dikarenakan kurang memahami Gambar dan kurang kontrol terhadap pekerjaan
sepenuhmya menjadi tanggung jawa Pelaksana untuk memperbaikinya.

6.3 Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Pelaksana karena lemahnya
pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar perintah
tertulis dari Konsultan Supervisi tetap menjadi tanggung jawab Pelaksana untuk
memperbaikinya.

6.4 Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab lain tanpa
ada unsur-unsur kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa pemeliharaan
bangunan tetap menjadi tanggung jawab Pelaksana untuk memperbaikinya dengan
biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja

6.5 Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Pelaksana untuk


memperbaiki kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat.

6.6 Hasil Perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.

7. Rencana Waktu Pelaksanaan

7.1 Pelaksana harus mengajuakan rencana waktu penyelesaian pekerjaan (time Schedule )
keseluruhan kepada Owner sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan kecuali
ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

7.2 Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan rencana waktu penyelesaian
pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh Owner kecuali ditentukan lain dalam
Kontrak Kerja.

7.3 Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu penyelesaian pekerjaan keseluruhan


yang yang telah disetujui oleh Owner kepada Konsultan Supervisi.
7.4 Pelaksana harus mengajuakan rencana waktu penyelesaian pekerjaan mingguan pada
tahap pelaksanaan pekerjaan kepada Konsultan Supervisi.

7.5 Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penyelesaian pekerjaan
mingguan yang diajukan oleh Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis.

7.6 Keterlambatan Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena kesalahan dalam


menyusun waktu penyelesaian pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab
pelaksana.

8. Request Material dan Request Pekerjaan

8.1 Pelaksana harus mengajukan permohonan penggunaan material bangunan ( request


material ) sebelum material bangunan tersebut dipakai.

8.2 Request Material yang diajukan Pelaksana harus disertai dengan contoh material dan
disetujui oleh Konsultan Supervisi, Perencana dan Owner.

8.3 Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Pelaksana dianggap sah dan diakui
apabila disetujui minimal oleh Konsultan Supervisi atau Perencana.

8.4 Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu set contoh material yang telah
disetujui kepada Konsultan Supervisi.

8.5 Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi, Perencana dan
Owner tidak boleh dipakai sebagai material bangunan dan harus dikeluarkan dari
lokasi pekerjaan.

8.6 Pelaksana juga harus mengajuakan permohonan ( request pekerjaan) untuk pekerjaan
yang akan dikerjakan.

8.7 Request Pekerjaan yang diajukan oleh pelaksana harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.

8.8 Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika request pekerjaan diajukan
belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.

8.9 Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan ditentuakan oleh Konsultan
Supervisi.

9. Metode Pelaksanaan

9.1 Pelaksana harus mengajuakan metode pelaksanaan terhadap pekerjaan yang akan
dikerjakan.

9.2 Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Pelaksana herus disetujui oleh Konsutan
Supervisi.

9.3 Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika Metode Pelaksanaan yang
diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.
9.4 Item-item pekerjaan yang memerlukan Metode Pelaksanaan ditentuakan oleh
Konsultan Supervisi.

10. Rencana Material Dan Peralatan

10.1 Pelaksana harus mengajukan rencana material dan peralatan mingguan yang akan
digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada Konsutan Supervisi.

10.2 Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan peralatan
mingguan yang diajuakn oleh Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.
10.3 Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana material dan peralatan
mingguan yang diajukan oleh Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang
dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

11. Pekerjaan Diluar Jam Kerja

11.1 Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
dengan alasan mempercepat proses penyelesaian pekerjaan harus atas persetujuan
Konsultan Supervisi.

11.2 Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan Supervisi untuk
pengawasan pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh pelaksana
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

11.3 Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas pekerjaan yang dilakukan
diluar jam kerja normal atau pada malam hari.

12. Laporan Pelaksana

12.1 Pelaksana wajib membuat, laporan mingguan, dan laporan bulanan kepada
Konsultan Supervisi tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan.

12.2 Format laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh Kontraktor
Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

12.3 Laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh Pelaksana harus
diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Supervisi serta diketahui oleh owner.

12.4 Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan langsung kelapangan


akan kebenaran data yang ada dalam Laporan harian, laporan mingguan, dan
laporan bulanan yang dibuat oleh Pelaksana.

12.5 Laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat dalam rangkap 3 (Tiga). Salah satu
tembusan, laporan mingguan, dan laporan bulanan harus berada pada lokasi
pekerjaan.

13. Surat Menyurat Dan Komunikasi


13.1 Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh pelaksana yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan harus melalui dan diketahui oleh Konsultan Supervisi kecuali
ditentukan lain oleh Owner.

13.2 Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan instansi lain di luar proyek
tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan Supervisi. Pelaksana tetap wajib
memberikan informasi tentang hal tersebut Kepada Konsultan Suprvisi.

14. Rapat Koordinasi Dan Rapat Lapangan (Site Meeting)

14.1 Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap bulan,


dipimpin oleh Owner atau Konsultan Supervisi.

14.2 Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili minimal oleh
Supervisor Lapangan.

14.3 Konsumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh pelaksana kecuali ditentukan
lain oleh Owner.

14.4 Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-kurannya 1 (satu) kali


setiap minggu, dipimpin oleh Owner atau Konsultan Supervisi.

14.5 Pelaksana wajib hadir dalam rapat lapangan dengan diwakili minimal oleh
Supervisor Lapangan.

14.6 Konsumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh pelaksana kecuali ditentukan lain
oleh Owner.

16. Instruksi Konsultan Supervisi

16.1 Pelaksana harus mematuhi dan melaksanakan semua instruksi atau perintah yang
dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan.

16.2 Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi harus dalam bentuk
tulisan

16.3 Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan dan harus diikuti oleh
Pelaksana selama disertai oleh alasan-alasan yang jelas dan sesuai dengan
Spesifikasi Teknis.

16.4 Instruksi dari Konsultan Supervisi dapat berupa hal-hal seperti disebutkan dibawah
ini :

a. Tegura atas sesuatu cara Pelaksanaan yang salah sehingga membahayakan bagi
konstruksi, atau pekerjaan finishing yang kurang baik atau hal-hal lain yang
menyimpang dari Spesifikasi Teknis dan Gambar Bestek.

b. Perintah untuk menyingkirkan material/bahan bangunan yangtidak sesuai


dengan Spesifikasi Teknis.
c. Perintah untuk mengantikan Pelaksana lapangan dari Pelaksana yang dianggap
kurang mampu.

d. Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan alasan untuk


mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan.

17. Perubahan-Perubahan Disain

17.1 Atas instruksi dan persetujuan Owner, Perencana dan Konsultan Supervisi berhak
mengadakan perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis.

17.2 Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis disampaikan


secara tertulis kepada Pelaksana untuk dilaksanakan.

17.3 Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang dilakukan
oleh Konsultan Supervisi, Perencana dan Owner secara lisan atau tidak tertulis
tidak wajib untuk dilaksanakan oleh Pelaksana. Resiko karena melaksanakan
Instruksi tidak tertulis sepenuhnya menjadi tanggung jawab pelaksana.

17.4 Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis tidak boleh
menambah biaya pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dari biaya pelaksanaan
yang dalam Kontrak Kerja.

17.5 Perhitungan Kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan Gambar


Bestek dan Spesifikasi Teknis dilakukan oleh Perencana dan disetujui oleh Owner.

1. Pelaksana berhak memeriksa hasil perhitungan akan Kuantitas/volume pekerjaan


dan biaya yang dilakukan oleh Perencana.

2. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidaksesuaian antara Gambar


Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity, Konsultan Supervisi tidak
dibenarkan mengambil keputusan secara sepihak tetapi harus mendiskusikannya
dengan Perencana kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

3. Perencana dengan persetujuan Owner berhak menentukan acuan mana yang


harus dipegang bila terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis,
dan bill of Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

18. Lain-Lain

18.1 Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini ditentukan kemudian
oleh Perencana dalam proses pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu ketentuan
yang mengikat dan wajib diikut oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek.

18.2 Hal-hal yang ditentukan kemudian oleh Perencana tersebut tetap mengaju pada
Gambar Bestek dan Kontrak Kerja Yang telah ada.

A. SPESIFIKASI TEKNIS
Secara umum lingkup Spesifikasi teknis yang dikerjakan adalah :

I PEKERJAAN PERSIAPAN
II PEKERJAAN BONGKAR DAN PEMBERSIHAN
III PEKERJAAN BETON BERTULANG
IV PEKERJAAN PASANGAN DINDING DAN PLESTERAN
V PEKERJAAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING
VI PEKERJAAN ELEKTRIKAL
VII PEKERJAAN PENGECATAN DAN FINISHING

I. PEKERJAAN PERSIAPAN

1.1 Pengukuran dan Pengecekan Bersama


1. Pelaksana harus melakukan pengukuran di lokasi pekerjaan, hal ini dilakukan untuk
mengetahui dimensi bangunan untuk dilakukan pemeliharaan.

2. Pengecekan gedung harus dilakukan untuk mengetahui letak kerusakan dan bagian
kerusakan yang terjadi pada gedung.

1.2 Sewa Scafholding

1. Pelaksana harus menyewa scafholding guna untuk mempermudah pekerjaan dan


keselamatan pekerja.

2. Melakukan pemasangan scafholding pada lokasi pengerjaan dan pengecekan kelayakan


pemakaian scafholding.

1.3 Papan Nama Kegiatan

1. Pelaksana harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek yang memuat tentang
indentitas proyek.

2. Papan nama proyek mengunakan ukuran minimal 60 cm x 80 cm kecuali ditentukan


lain oleh Owner.

3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas terbaik
sehingga sanggup bertahan minimal sampai selesainya pengerjaan proyek. Latar papan
nama dapat berupa papan kayu tebal minimal 2 cm atau multiplek dengan tebal
minimal 12 mm. penggunaan bahan dan material lain harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi.

4. Papan nama proyek harus berlatar belakang putih dengan tulisan warna hitam, kecuali
untuk logo atau simbul dapat dipakai warna bervariasi.

5. Papan nama proyek harus mencantum Instasi Penyandang Dana, Instansi Pemilik
Bangunan, Pelaksana, Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi, dan Dinas terkait
setempat.

6. Papan juga harus mencantukan besar anggaran pelaksana proyek, waktu mulai proyek,
dan waktu penyelesaian proyek.
1.4 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

1. pelaksana harus meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan


kerja yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi;
2. dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja; dan
3. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien, untuk mendorong
produktifitas.

II. PEKERJAAN BONGKAR DAN PEMBERSIHAN

2.1 Pembersihan Lapangan .

1. Pelaksana harus membersihkan lokasi pekerjaan dari segala sesuatu yang dapat
menggangu pelaksanaan pekerjaan seperti hasil bongkaran bangunan lama, dan sampah
dedaunan.

2. Yang dimaksud dengan tanah muka dasar pada gambar bestek adalah muka tanah yang
telah dibersihkan dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.

3. Hasil pembongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus tidak boleh dipakai
sebangai material timbunan atau diolah kembali untuk dipakai sebagai material
bangunan.

4. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama dan pengupasan lapisan tanah
humus harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dan dibuang sejauh mungkin dari lokasi
pekerjaan atau ketempat yang tidak menggangu lingkungan hidup.

2.2 Pekerjaan Bongkar Dinding dan Keramik

1. Pelaksana harus melakukan pembongkaran dinding dan keramik terlebih dahulu untuk
mempermudah pengerjaan selanjutnya.

2. Hasil pembongkaran harus di bersihkan kembali guna menghindari kecelakaan ketika


pengerjaan dilakukan.

2.3 Pekerjaan Penyisipan Plafond

1. Pelaksana harus melakukan pembongkaran plafond pada gedung yang akan dilakukan
pemeliharaan, hal tersebut dilakukan untuk mempermudah pemasangan plafond
selanjutnya.

2. Material Hasil pembongkaran harus di pindahkan dari lokasi pekerjaan agar tidak
mengganggu sewaktu pengerjaan berjalan.

2.4 Pengerokan Permukaan Cat Lama


1. pelaksana harus melakukan pengerokan dan pembersihan pada dinding lama yang
sudah usang, ini bertujuan untuk pengecatan selanjutnya mudah dan menghasilkan cat
yang maksimal memenuhi standard kontruksi bangunan.

III. PEKERJAAN BETON BERTULANG

3.1 Sloof, 20 x 30 cm

1. Beton Mutu K-200

2. Tulangan Utama Polos

3. Tulangan Sengkangb Polos

4. Bekisting

3.2 Kolom KP (KM), 13 x 13 cm

1. Beton Mutu K-200

2. Tulangan Utama Polos

3. Tulangan Sengkang Polos

4. Bekisting

3.3 Balok Lantai 13 x 15 +2.75

1. Beton Mutu K-200

2. Tulangan Utama Polos

3. Tulangan sengkang Polos

4. Bekisting

IV. PEKERJAAN PASANGAN DINDING DAN PLESTERAN

4.1 Pasangan Dinding ½ Bata1 Pc : 4Ps

1. Lingkup Pekerjaan

Pemasangan dinding batu bata merah setebal ½ bata dilakukan untuk seluruh
pembatas ruangan dan tempat lain sesuai gambar rencana.

2. Persyaratan Bahan

2.1 Batu Bata


Batu bata yang digunakan dari jenis klas I menurut NI 10 dengan bentuk standar
batu bata adalah empat persegi panjang, bersudut siku-siku dan tajm,
permukaannya rata dan tidak menampakkan adanya retak-retak yang merugikan.
Bata merah dibuat dari tanah liat dengan atau campuran bahan lainnya, yang
dibakar pada suhu cukup tinggi sehingga tidak hancur bila direndam air.
2.2 Pasir
Harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, butir-butir harus besifat
kekal, artinya tdak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti terik matahari
dan hujan. Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5 % berat pasir.
2.3 Semen dan Air
Untuk persyaratan kedua bahan tersebut, mengikuti persyaratan yang telah
digariskan pada pasal beton bertulang.

3. Pedoman Pelaksanaan

3.1 Pekerjaan dinding mempunyai dua macam pasangan, yaitu:


 Pasangan kedap air (1Pc : 2Ps).
 Semua pasangan bata dimulai diatas sloof sampai setinggi 30 cm diatas
lanatai.
 Pasangan bata yang tertanam dalam tanah.
 Pasangan adukan 1Pc : 4Ps berada diats pasangan kedap air tersebut.

3.2 Persyaratan adukan

Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati, diaduk didalam bak kayu yang
memenuhi syarat. Mencampur seme dengan pasir harus dalam keadaan kering
yang kemudian diberi air sampai didapat campuran yang plastis. Adukan yang
telah mongering akibat tidak habis digunakan sebelumnya, tidak boleh di
campurkan lagi keadukan yang baru.

3.3 Pengukuran (Uit-zet) harus dilakukan oleh kontraktor secara teliti dan sesuai
gambar, dengan syarat :

 Semua pasngan dinding harus rata (horizontal), dan pengukuran harus


dilakukan dengan benang.
 Pengukuran pasangan benang atara satu kali menaikan benang tidak boleh
melebihi 30 cm, dari pasangan bata yang telah selesai.

3.4 Lapisan bata yang satu dengan lapisan bata diatasnya harus berbeda setengah
pajang bata. Bata setengah tidak dibenarkan digunakan ditengah pasangan bata,
kecuali pasangan bata sudut.

3.5 Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat bertangga menurun
dan tidak tegak bergigi untuk menghindari retak dikemudian hari. Pada tempat-
tempat tertentu sesuai gambar diberi kolom-kolom praktis yang ukurannya
disesuaikan dengan tebal dinding.

3.6 Lubang Untuk alat-alat listrik dan pipa yang ditanam didalam dinding, harus
dibuat pahatan secukupnya pada pasangan bata (sebelum diplester). Pahatan
tersebut setelah dipasang pipa/alat, harus ditutup dengan adukan plasteran yang
dilaksanakan secara sempurna, dikerjakan bersma-samadengan plasteran seluruh
bidang beton.

3.7 Dalam mendirikan dinding yang kena udara terbuka, selama waktu hujan lebat
harus diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dari tembok dengan
sesuatu penutup yang sesuai (plastic). Dinding yang telah terpasang harus diberi
perawatan dengan cara membasahinya secara terus menerus paling sedikit 7 hari
setalah pemasangannya.

4.2 Plasteran Dinding Bata 1Pc:4Ps

1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan plesteran dilakuakan pada seluruh pasangan bata dan permukaan beton
bertulang.

2 Persyaratan Bahan

Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam pasl
bton bertulang.

3. Pedoman Pelaksanaan

3.1 Sebelum plesteran dilakukan, Maka :

 Dinding dibersihkan dari semua kotoran.


 Dinding dibasahi dengan air.
 Semua Siar permukaan dinding batu bata dikorek sedalam 0.5 cm.
 Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasr agar bahan plesteran dapat
merekat dengan baik.

3.2 Adukan plesteran pasangan bata kedap air dipakai campuran 1Pc : 2 Ps, plesteran
bata lainnya dipakai campuran 1Pc : 4 Ps, sedangakan untuk plesteran beton
bertulang dipergunakan campuran 1Pc : 3 Ps.

3.3 Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama tebalnya dan tidak
diperbolehkan plesteran yang terlalu tipis dan terlalu tebal. Ketebalan yang
diperoleh berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm. Untuk mencaoai tebal
plesteran yang rata sebainya diadakan pemeriksaan secara silang dengan
menggunakan mistar kayu panjang yang digerakkan secara horizontal dan
vertical.

3.4 Bilamana tedapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan memperbaiki
secara keseluruhan. Bidang-bidang yang harus diperbaiki hendakanya dibongkar
secara teratur (dibuat bongkaran berbentuk segi empat ) dan plesteran baru harus
rata dengan skitarnya.

3.5 Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama seminggu sejak
plesteran.

3.6 Pekerjaan plesteran baru boleh dilaksanakan setelah pekerjaan penutup atap
selesai dipasang dan setelah pipa-pipa listrik selesai dipasang.

V. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING


5.1 Keramik Atap 30 x 30 cm

pemasangan keramik dilakukan pada bagian atap pembuangan tirisan air, hal ini
bertujuan untuk mencegah kebocoran air dan penyerapan air oleh lantai dan dinding
bangunan agar tidak merambat ke atap plafond dan bagian lainnya yang berakibat pada
kerusakan gedung.

5.2 Keramik Lantai Kamar Mandi 30 x 30 cm

pemasangan keramik dilakukan pada bagian Lantai Kamar Mandi, hal ini bertujuan untuk
mencegah kebocoran air dan penyerapan air oleh lantai bangunan agar tidak merambat ke
dinding kamar mandi.

5.3 Keramik Dinding Kamar Mandi 20 x 25 cm


pemasangan keramik dilakukan pada bagian Dinding Kamar Mandi, hal ini bertujuan
untuk mencegah kebocoran air dan penyerapan air oleh Dinding bangunan agar tidak
merambat ke dalam dinding bangunan.

VI. PEKERJAAN ELEKTRIKAL

1. Lingkup Pekerjaan
pelaksana harus melakukan jasa pemasangan instalasi tenaga listrik dan perawatan
agar tegangan listrik dapat di gunakan dengan aman.
2. pemasangan part pendukung Elektrikal
2.1 Lampu HE 18 Watt Lengkap Terpasang
2.2 Saklar Double
2.3 Stop Kontak
2.4 Instalasi Titik Api

VII. PEKERJAAN PENGECATAN DAN FINISING

7.1 Pengecatan

1. Meni kayu untuk bidang kosen yang melekat ketembok, sambungan-sambungan


kontruksi kayu dan lain-lain.

2. Cat kayu untuk bidang-bidang kayu kosen yang Nampak, daun pintu panel dan
ventelasi, lesplang dan plafond.

3. Cat tembok untuk dinding yang diplester, dan bidang-bidang beton lainya.

4. Cat plafond untuk semua permukaan plafond dan list plafond.

7.2 Bahan-bahan yang digunakan harus berkualitas baik, Seperti:

1. Mani kayu dan besi sekualitas kuda terbang, Platon atau Ftalit.

2. Cat kayu sekualitas kuda terbang, Platon atau Ftalit.

3. Cat tembok sekualitas Super Vinilex atau setara.


4. Plamur kayu dan dinding sekualitas Kuda terbang, Polymix, Super vinilex atau
setara.

7.3 Pedoman Pelaksanaan

1. Pekerjaan pengecatan dikerjakan setelah pemasangan plafond

2. Pekerjaan meni, harus betul-betul rata, bewarna sama, pengecatan minimal 2


(dua) kali.

3. Pekerjaan cat kayu harus dilakukan lapis demi lapis dengan memperhatikan waktu
pengeringan jenis bahan yang digunakan.

Ukuran pekerjaan sebagai beriku:

 2 (dua) kali pengerjaan mani kayu/cat dasar


 1 (stu) kali lapis pengisi dengan plamur kayu
 Penghalusan dengan amplas
 Finishing dengan cat kayu sampai rata minimal 2 (dua) kali

4. Pengecatan dinding harus dilakukan menurut proses sebagai berikut:

 Pengosokan dinding dengan kertas gosok sampai rata dan halus, setelah itu
dilap dengan kain basah hengga bersih.
 Melapis dinding dengan plamur tembok, dipoles sampai rata. Setelah betul-
betul kering digosok dengan amplas halus dan dilap dengan kain kering yang
bersih.
 Pengecatan dengan cat tembok emulsi sampai rata, minimal 2 (dua) kali.
 Pekerjaan cat tembok harus menghasilkan warna merata sama dan tidak
terdapat belang-belang atau noda-noda mengelupas.

5. Pengecatan Plafond harus dilakukan menurut proses berikut:

 Membersihkan bidang plafond yang akan dicat.


 Mengecat plafond 2 (dua0 kali, sehingga menghasilkan bidang pengecatan
yang merata sama dan tidak terdapat belang-belang atau noda-noda
mengelupas.

7.4 Finishing

Sebelum pekerjaan diserah-terimakan, kontraktor diwajibkan membongkar gudang,


bangsal-bangsal kerja, membersihkan bahan-bahan banguan, kotoran-kotoran bekas
yang ada dalam lokasi bangunan, sehingga pada saat serah terima dilaksanakan,
banguan dalam keadaan bersih dan rapi.

 Pekerjaan Lain-Lain
1. Lingkup pekerjaan adalah pekerjaan adminitrasi/dokumentasi, biaya
keamanan/jaga malam, obat-obatan/P3K. Penjelasn masing-masing lingkup
pekerjaan ini telah dijabarkan pada masing-masing pasl diatas, kecualai pekerjaan
adminitrasi kegiatan berupa :

(i) Laporan berkala mengenai pekerjaan secara keseluruhan dan segala sesuatau
yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut dalam kontrak.

(ii) Catatan yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan dan
jika diminta oleh Direksi pekerjaan/pemilik untuk keperluan pemeriksaan
sewaktu-waktu dapat diserahkan.

(iii) Dokumen Foto :

Kontraktor diwajibkan membuat dokumen foto-foto, sebelum pekerjaan


dimulai sampai pada pekerjaan selesai 100% dan tiap tahap permintaan
angsuran disertai keterangan lokasi, arah pengambilan dan tahap pelaksanaan
pembangunan serta disusun secara rapid an diketahui oleh direksi
pekerjaan/pemilik dan pengelola teknis.

Syarat-syarat foto dokumentasi :

a) Tiap unit bangunan diambil dari empat arah


b) Gambar menyeluruh pandangan dari empat arah, dengan sudut
pengambilan gambar dari tiap tahap harus tetap.
c) Foto-foto tersebut harus dibuat dan menjadi lampiran setiap permohonan
angsuran pembanyaran
2. Rencana kerja dan syarat-syarat ini menjadi pedoman dan harus ditaati dalam
melaksanakan pekerjaan ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
dokumen Kontrak.

Dibuat Oleh:
Konsutan Perencana
CV. AGRA KONSULTAN

ASRIL GUNAWAN, ST
Direktur

Disetujui oleh :
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)
SEKRETARIAT MAJELIS PENDIDIKAN
DAERAH

SYAMSUL BAHRI,SPd,MAP.
NIP. 19691207198801 1 00 1

Anda mungkin juga menyukai