SPESIFIKASI TEKNIK
KEGIATAN :
PENYELENGGARAAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
DI KAWASAN STRATEGIS DAERAH
PROVINSI DAN LINTAS DAERAH KABUPATEN/KOTA
SUB KEGIATAN
PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
PEKERJAAN :
PENATAAN ALUN-ALUN DADAHA KOTA TASIKMALAYA
DAFTAR ISI
1
PASAL 13 LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN .................................... 31
PASAL 14 PENJELASAN RKS DAN GAMBAR ..................................................... 31
PASAL 15 TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR / PEMBORONG ................................ 32
PASAL 16 RESIKO .................................................................................. 33
PASAL 17 DENDA DAN GANTI RUGI ............................................................. 33
PASAL 18 KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN – BAHAN ....................................... 33
PASAL 19 PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN ....................................................... 33
PASAL 20 PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA ....................................................... 34
PASAL 21 PENGUKURAN KONDISI AWAL DAN PENENTUAN
PEKERJAAN PENGUKURAN KONDISI TAPAK. ......................................... 34
PASAL 22 PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN ................................................... 34
PASAL 23 KESEDIAAN PENYEDIA JASA .......................................................... 35
LAMPIRAN
2
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT TEKNIS
(RKS)
BAB I
SYARAT-SYARAT TEKNIK
Lingkup pekerjaan :
a. Nama Pekerjaan : Penataan Alun alun Dadaha Kota Tasikmalaya
b. Pemberi Tugas : Dinas Perumahan dan Permukiman Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat
c. Lokasi Pekerjaan : Jawa Barat
d. Tahun Anggaran : 2023
PASAL 1
STANDAR YANG BERLAKU
Semua pekerjaan dalam Syarat-syarat ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi
persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan SKSNI, SNI, dan Standar Industri
Indonesia (SII) dan peraturan-peratuiran setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang
bersangkutan antara lain:
SKSNI T-15-1991-03 BUKU STANDAR BETON 1991
SK SNI T-07-1990-F TATA CARA PERENCANAAN UMUM DRAINASE
SK SNI S-20-1990-2003 PEDOMAN STANDARISASI PEMIPAAN
SK SNI S-03-1990-1 TATA CARA PERENCANAAN UMUM PEDESTRIAN
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar yang tersebut diatas. maupun
standar-standar Nasional lainnya, maka diberlakukan standar-standar internasional yang berlaku atas
pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya berlaku standar-standar Persyaratan Teknis dan
Negara-negara asal bahan/pekerjaan yang bersangkutan.
PASAL 2
LOKASI PEKERJAAN
PASAL 3
JENIS DAN MUTU BAHAN
3
3.6. Bahan air harus bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti lumpur, asam dan unsur organik.
PASAL 4
PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa
terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Direksi atau Konsultan Pengawas.
Pemberitahuan yang lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada Direksi atau Konsultan
Pengawas dan dalam jangka waktu yang cukup, bila dipertimbangkan bahwa perlu mengadakan
penelitian dan pengujian terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan tersebut.
PASAL 5
PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN
Bila Pemborong tidak berada ditempat pekerjaan dimana Direksi atau Konsultan Pengawas bermaksud
untuk memberikan petunjuk-petunjuknya, maka petunjuk-petunjuk harus diturut dan dilaksanakan oleh
Pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk untuk itu oleh Pemborong.
PASAL 6
ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI
6.1. Administrasi
1. Pelaksana wajib menyediakan buku direks dan buku tamu.
2. Membuat request sheet untuk menerima persetujuan direksi/Pengawas tentang kesiapan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan.
3. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan kegiatan harian pekerjaan.
4. Bila pelaksanaan pekerjaan berlangsung ditemui hal-hal yang melibatkan perubahan kontrak
(addendum) dalam variasi volume pekerjaan, maka pelaksana wajib membuat perhitungan
tambah/kurang dengan memperoleh persetujuan dari pihak pemilik kegiatan dan hasil
perhitungan terlebih dahulu harus diperiksa oleh konsultan pengawas.
6.2. Dokumentasi
Pelaksana wajib mengambil rekaman pekerjaan pada kondisi 0% (Nol Persen), 50% (lima puluh
persen, dan 100% (Seratus Persen)
PASAL 7
PENGUKURAN
Pemborong harus memulai pekerjaan pengukuran dari garis-garis dasar yang telah disetujui oleh Direksi
atau Konsultan Pengawas dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran yang dibuatnya.
Pemborong harus menyediakan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja, termasuk juru-juru ukur
(Surveyor) yang dibutuhkan sehubungan dengan pengukuran untuk setiap bagian pekerjaan yang
memerlukannya.
Dasar ukuran tinggi + 0,00 adalah dasar tinggi permukaan lantai bangunan induk, seperti yang
dinyatakan dalam gambar, dan selanjutnya menurut petunjuk Pelaksana, Tinggi lantai ini harus
disesuaikan dengan tinggi lantai saluran yang telah ada/selesai dibangun, sehingga dalam pekerjaan ini,
termasuk pula pekerjaan pengurugan tanah.
4
PASAL 8
PAPAN NAMA KEGIATAN
Pelaksana harus memasang papan nama kegiatan pada lokasi kegiatan dengan ukuran 120x80 cm2
sebagai papan nama pemberitahuan yang berisikan informasi, Pekerjaan yang dilaksanakan,
Pembiayaan, Janga waktu pelaksanaan, Nama konsultan pengawa, Dan Nama Kontraktor pelaksana.
Papan nama kegiatan ini dipasang sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai dan seluruh beban yang
timbul menjadi beban dan kewajiban pelaksana.
PASAL 9
PEKERJAAN BONGKARAN
9.2. Pelaksanaan
Sebelum melaksanakan pekerjaan bongkaran, Pemborong harus meminta ijin dulu kepada
Pihak User dan dalam hal pelaksanaannya hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Memperhatikan faktor keselamatan dan lingkungan kerja.
2. Bekas bongkaran yang masih dapat dipergunakan disimpan dan diamankan sesuai petunjuk
dari User.
3. Berangkal/puing-puing bekas bongkaran harus dibuang ke luar site
4. Teknik pelaksanaan pembongkaran sedemikian rupa dengan memperhatikan urutan
pelaksanaan.
5. Dalam pelaksanaan pembongkaran, adanya kerusakan diluar lingkup pekerjaan yang ada di
RAB, karena diakibatkan oleh kelalaian/kecerobohan Pemborong maka kerusakan tersebut
menjadi tanggung jawab Pemborong.
PASAL 10
PEKERJAAN TANAH DAN PENGURUGAN
2. Pelaksanaan
a. Penggalian
Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan kedalaman
yang perlu untuk dasar bangunan yang dipersyaratkan atau diperlihatkan pada gambar-
gambar.
5
Penggalian mencakup pemindahan tanah serta batu-batu dan bahan lain yang dijumpai
dalam pekerjaannya. Jika ternyata dijumpai kondisi yang tak memuaskan pada kedalaman
yang diperlihatkan dalam gambar-gambar maka penggalian harus diperdalam, diperbesar
atau diubah sampai disetujui Konsultan Pengawas, untuk mana pekerjaan ini akan dimulai
sebagai pekerjaan tambah kurang.
Jika terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dicapai
kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar atau yang dapat disetujui oleh
Direksi atau Konsultan Pengawas, maka kelebihan diatas harus ditimbun kembali dengan
pasir yang dipadatkan tanpa pembebanan biaya tambahan kepada pemilik.
Pada pekerjaan penggalian untuk mencapai/membentuk permukaan tanah rencana maka
Pemborong harus mengusahakan dan meyakini bahwa pada pekerjaan galian tersebut
tidak merusak/mengganggu bangunan atau konstruksi yang sudah ada.
b. Penimbunan
Penimbunan dan Penimbunan kembali harus dilaksanakan didaerah-daerah ataupun
bagian-bagian pekerjaan, serta mengikuti ukuran-ukuran ketinggian. Kemiringan-
kemiringan dan bentuk-bentuk seperti yang ditunjukkan dalam gambar-gambar.
Penimbunan harus dilaksanakan dalam bentuk-bentuk lapisan-lapisan dengan ketebalan
maksimum 20 cm. Padatkan sesuai dengan Instruksi Direksi atau Konsultan Pengawas.
Penimbunan dan timbun kembali, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas, harus
dari bahan galian pekerjaan ini.
Bahan timbunan harus bebas dari kotoran-kotoran, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan atau
bahan lain yang dapat merusak pekerjaan.
6
Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah, sirtu
atau bahan bebutir yang disetujui untuk pembuatan urugan, untuk penimbunan kembali galian dan
untuk urugan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi urugan sesuai dengan garis,
kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.
Urugan yang dicakup dalam hal ini yaitu urugan biasa dan urugan pilihan. Urugan pilihan akan
digunakan sebagai lapis perbaikan tanah dasar (improve sub grade) untuk meningkatkan daya
dukung tanah dasar.
Pekerjaan ini juga mencakup urugan secara manual atau mekanis, dikerjakan sesuai dengan
Spesifikasi ini dan sangat mendekati garis dan ketinggian yang ditujukan dalam gambar atau
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pengawas.
7
- Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering segera sebelum dan
selama pekerjaan pekerjaan penghamparan dan pemadatan dan selama pelaksanaan urugan
haurs mempunyai lereng melintang yang cukup untuk membantu drainase badan jalan dari
setiap curahan air hujan dan juga harus menjamin pekerjaan akhir mempunyai Metoda Kerja
drainase yang baik.
- Bilamana memungkinkan air yang berasal dari tempat kerja, harus dibuang kedalam sistim
drainase permanen.
- Kontraktor harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk pengendalian kadar air
urugan selama noprasi penghaparan dan pemadatan.
- Urugan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui atau
toleransi permukaan yang disyaratkan harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaanya
dan membuang atau menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan
pembentukan dan pemadatan kembali.
- Lapis hamparan urugan yang terlalu kering untuk dipadatkan, dalam hal batas-batas kadar
airnya yang disyratkan, harus diperbaiki dengan menggaruk bahan tersebut, dilanjutkan
dengan penyemprotan air secukupnya dan dicampur seluruhnya dengan mengunakan Motor
Greader atau peralatan lian yang disetujui.
- Urugan yang telah padat dan memenuhi ketentuan yang disyratkan dalam Spesifikasi ini,
menjadi jenuh akibat hujan atau karena hal lain, dan tidak memerlukan perkerjaan perbaikan
asalkan sifat dan kerataan permukaan masih memenuhi ketentuan.
8
dengan penumbuk loncat mekanis dengan berat kurang lebih 70 kg atau
timbris(tamper)manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan dibawah maupun di tepi pipa
harus mendapat perhatian Khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga, dan untuk
menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.
PASAL 11
PEKERJAAN PASANGAN
9
Antara sambungan dinding dengan kolom, pondasi dan balok harus dipasang angkur besi beton
dengan diameter 8 panjang 40 cm jarak 60 cm dan beton yang berhubungan langsung dengan
dinding bata harus diketrik rata atau dikasarkan dulu agar pasangan tembok dapat merekat dengan
baik.
Siar siar pasangan bata harus dikerok dan dibersihkan sebelum adukan menjadi keras sehingga
membentuk lekukan agar supaya plesteran dapat merekat dengan baik.
PASAL 12
PLESTER DAN ADUKAN
12.2. Bahan-bahan
Semua bahan yang digunakan dalam pekerjan ini terdiri dari :
1. Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar. tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur atau campuran-
campuran lain.
2. Portland cement
Portland cement yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang membantu dan dalam
zak yang tertutup seperti yang disyaratkan. Hanya sebuah merk dari satu jenis semen yang
boleh dipakai dalam pekerjaan.
3. Air
Air harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti, minyak, asam, dan unsur
organik kecuali ditunjukkan lain, Pemborong harus menyediakan air kerja atas biaya sendiri.
12.3. Perencanaan
1. Campuran Adukan dan Plester
Perbandingan adukan dan pengetesannya dapat dilaksanakan dalam waktu 1 minggu dan
tidak ada penambahan waktu lagi untuk itu.
Plester/adukan dengan campuran 1 pc: 4 ps digunakan pada daerah-daerah seluruh dinding
bata seperti ditunjukkan dalam gambar.
2. Acian
Acian dibuat dalam campuran 1 pc: 2 air (volume) dan digunakan hanya pada dinding-dinding
yang akan di cat.
12.4. Pelaksanaan
1. Umum
Pergunakan peralatan yang memadai.
Bersihkan semua permukaani yang akan diplester dari bahan-bahan yang akan merusak
Plesteran dan disiram air hingga jenuh. Pekerjaan plesteran harus rata sesuai perintah Direksi
atau Pengawas, dengan tebal plesteran, kecuali bila dinyatakan lain < adalah 15 mm dengan
toleransi minimum 13 mm dan maksimum 25 mm.
2. Pencampuran
Membuat campuran adukan/plester tanpa mesin pengaduk hanya dapat dilaksanakan bila ada
izin dari Direksi atau Pengawas.
3. Pelaksanaan Adukan/Plesteran
a. Adukan pasangan batu: lihat Pekerjaan pemasangan batu.
10
b. Plesteran: Plesteran ke dinding batu.
PASAL 13
PEKERJAAN SIARAN
13.2. Bahan-bahan
Komposisi adukan pada siar adalah dengan semen dimana siaran ini digunakan untuk pekerjaan siaran
pasangan Bata.
13.3. Pelaksanaan
1. Persiapan dan bersihkan permukaan-permukaan yang di plester dari kotoran-kotoran dan bahan-
bahan lain yang dapat merusak plesteran, tukang-tukang plester yang tidak cakap, karena pekerjaan
yang buruk harus diganti dengan pekerja yang baik.
2. Siar/ adukan yang tidak sesuai dengan persayaratan teknis ini harus disingkirkan dari pekerjaan
3. Pekerjaan siar harus timbul dari bidang pemasangannya, dan pekerjaan yang cacat harus diperbaiki
sesuai perintah pengawas.
4. Adukan dibuat dalam jumlah yang dapat dipakai habis dalam waktu 45 menit. Adukan dapat dipakai
sampai batas adukan tidak dapat diolah (lebih kurang dari 90 menit setelah adukan jadi).
PASAL 14
PEKERJAAN BETON
11
2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagian-bagian dari
pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.
2. Agregat Kasar:
a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai
menurut SNI-2 pasal 3, 4, 5 bab III dan serta mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.
b. Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak berpori dan berbentuk kubus. Bila
ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi 20 % dari volume dan tidak boleh
mengalami pembekuan hingga melebihi 50 % kehilangan berat menurut test mesin Los
Angeles (L A).
c. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau substansi yang merusak
beton dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % serta mempunyai gradasi seperti
berikut:
1” 25,00 mm 100
¾” 20,00 mm 90 - 100
3/8” 95,00 mm 20 – 55
No.4 4,76 mm 0–1
Hasil “crushing test” dari laboratorium yang berwenang terhadap kubus-kubus beton yang
berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada direksi atau konsultan pengawas untuk
dimintakan persetujuannya.
3. Agregat Halus:
a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu dan
harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari
50% substansi-substansi yang merusak beton atau S NI - 2 pasal 3 bab 3, sebagai
referensi, boleh digunakan pasir Cimangkok Sukabumi atau Ciapus Bogor.
b. Pasir laut tidak diperkenankan dipergunakan dan pasir harus terdiri dan partikel- partikel
yang tajam dan keras mempunyai gradasi seperti tabel berikut:
12
Saringan Ukuran % Lewat Saringan
5. Tulangan :
a. Baja tulangan yang digunakan adalah Besi Wiremesh M8 dengan jarak antara tulangan 150
mm
b. Batang-batang tulangan harus disimpan tidak menyentuh tanah secara langsung dan
penimbunan baja tulangan diudara terbuka harus dihindari.
c. Kawat ikat berukuran. minimal Ø 1 mm.
d. Batang-batang tulangan yang berlainan ukurannya harus ditimbun pada tempat terpisah dan
diberi tanda yang jelas.
6. Bahan pencampur:
a. Penggunaan bahan pencampur (admixture) tidak dijinkan tanpa persetujuan tertulis dari
Direksi atau Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
b. Apabila akan digunakan bahan pencampur, pemborong harus mengadakan
percobaani-percobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan
pencampur (admixture) tersebut.
7. Cetakan Beton:
Dapat menggunakan kayu kelas II dengan ketebalan minimal 3 cm, atau multiplek tebal minimal
12 mm atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam
SKSNI jarak rangka kayu harus disetujui Direksi atau Konsultan Pengawas.
Campuran
Portland Semen 247 kg / m3
Pasir Beton 869 kg / m3
Kerikil (maksimum 30 mm) 999 kg / m3
13
Air 215 liter /m3
3. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekwensi getaran tinggi, maka harga tersebut
diatas dapat dinaikan sebesar 50 % dengan catatan tidak boleh melebihi 15 cm.
14
14.7 ACUAN / CETAKAN BETON / BEKISTING.
1. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya. Cetakan harus
sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas dan bidang dari hasil beton yang direncanakan,
serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat
atau kelonggaran dari penyangga harus menggunakan Multiplex.
2. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan, lubang-lubang
atau terjadi lendutan. Sehubungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata dalam arah
Horisontal dan Vertikal, terutama untuk permukaan beton yang tidak di "finish" (exposed
concrete).
3. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat memberikan
penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya "overstress" atau perpindahan termpat pada
beberapa bagian konstruksi yang dibebani Struktur dari tiang penyangga harus kuat dan kaku
untuk menunjang berat sendiri dan beban yang ada diatasnya selama pelaksanaan.
4. Penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya, kekuatan dan tidak
akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton dituang. Permukaan cetakan
harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi "form oil" untuk mencegah lekatnya beton
pada cetakan. Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja
tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dan dengan tulangan.
5. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan terlulis dari Direksi atau Konsultan
Pengawas, atau jika beton telah melampaui waktu sebagai berikut:
a. Bagian sisi balok 48 jam
b. Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
c. Balok dengan beban konstruksi 21 hari
d. Plat lantai / atap / tangga 21 hari
6. Dengan persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas cetakan dapat dibongkar lebih awal
apabila basil pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama dengan beton sebenarnya,
telah mencapai 75% dari kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan oleh
Direksi atau Konsultan Pengawas, tidak mengurangi atau membebaskan tanggung jawab
Pemborong tehadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan.
7. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan
cacat pada permukaan beton dan dapat menjamin keselamatan penuh atas struktur-struktur
yang dicetak.
8. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Pemborong wajib
mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.
9. Permukaan beton harus bersih dari sisa-sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian konstruksi
yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan sebelum pengurugan
dilakukan.
10. Untuk permukan beton yang diharuskan exposed, maka pemborong wajib memfinishnya tanpa
pekerjaan tambah.
15
pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan baja
tulangan serta bukti bahwa Pemborong akan dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat
telah melampaui 1,5 jam, dan waktu ini dapat berkurang, bila Direksi atau Konsultan Pengawas
menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya pemisahan
material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan dengan alat-alat
pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus mendapat persetujuan Direksi atau
Konsultan Pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-sisa beton
yang mengeras.
6. Adukan tidak boloh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m. Bila memungkinkan
sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam
adukan yang baru dituang.
7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami "initial set" atau yang
telah mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi plastis karena getaran, penggetaran
harus bersamaan dengan penuangan beton.
8. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai
kerja setebal 5-10 cm, agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan mencegah
penyerapan air semen oleh tanah /pasir secara langsung.
9. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara, sedang beton sudah menjadi keras dan tidak
berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitance) dan
partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup, sehingga didapat beton
yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat pada tulangan dan
cetakan harus dibersihkan.
10. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan pengecoran dari
suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak dilaksanakan,
kecuali atas persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas dapat dilaksanakan pada malam haii
dengan ketentuan bahwa sistem penerangan sudali disiapkan dan memenuhi syarat, serta
penyiapan tenda-tenda untuk menjaga terjadi hujan.
16
tercapai setelah bergetar 30 detik (maksimal).
17
pada sambungan.
14.16 PERIZINAN
1. Pemborong harus memberitahukan pada Direksi atau Konsultan Pengawas minimal 1 minggu
sebelum pengecoran dimulai.
2. Pengecoran boleh dilaksanakan apabila sudah ada Berita Acara Pengecoran dan izin tertulis
dari Direksi atau Konsultan Pengawas.
PASAL 15
PEKERJAAN LANTAI
18
- Daya Tanah Lengkung Minimum 350 kg/cm2
- Mutu : Tingkat 1 (satu)
- Extruded Single Firing tahan asam dan basa
- Chemical Resistant : Konsisten terhadap PVBB 1970 (NI-3) pasal 33 D ayat 17-23
- Bahan Pengisi : Grout semen / berwarna
- Bahan Perekat : Adukan spesi 1 PC : 3 pasir
- Warna, tekstur : Akan ditentukan kemudian
15.1.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan
1. Sebelum dimulai pekerjaan Kontraktor diwajibkan membuat shopdrawing mengenai pola keramik.
2. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat dan bernoda.
3. Adukan pasangan / pengikat dengan adukan campuran 1 PC : 3 pasir pasang dan ditambah bahan
perekat seperti yang diisyaratkan atau dapat pula digunakan acian PC murni dan ditambah bahan
perekat.
4. Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak mengandung asam
alkali) sampai jenuh.
5. Hasil pemasangan lantai keramik harus merupakan bidang permukaan yang benar-benar rata,
tidak bergelombang dengan memperhatikan kemiringan didaerah basah dan teras.
6. Jarak antara unit-unit pemasangan keramik satu sama lain (siar-siar), harus sama lebarnya,
maksimum 3 mm yang membentuk garis-garis sejajar dan lurus yang sama lebar dan sama
dalamnya, untuk siar-siar yang berpotongan harus membentuk sudut siku yang saling berpotongan
tegak lurus sesamanya.
7. Pemotongan unit-unit keramik tiles harus menggunakan alat pemotongan keramik khusus sesuai
persyaratan dari pabrik.
8. Setiap luas pemasangan keramik 5 m2 harus dipasang expansion joint selebar 15 mm dengan
menggunakan sealant atau bahan yang khusus untuk itu.
9. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan / beban selama 3 x 24 jam dan dilindungi
dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan lain.
10. Keramik plint / skirting terpasang siku terhadap lantai, dengan memperhatikan siar-siarnya
bertemu siku dengan siar lantai dan dengan ketebalan siar yang sama pula.
11. Lantai yang akan dipasangi terlebih dahulu harus dipadatkan, agar pasangan tidak turun / retak
sewaktu menerima beban di atasnya.
12. Permukaan lantai yang akan dipasangi keramik harus dibersihkan dari debu, cat dan kotoran
lainnya. Kemudian dikasarkan agar pelekat adukan spesi lebih sempurna.
13. Sewaktu keramik dipasang permukaan keramik bagian belakang harus terisi padat dengan semen.
14. Pola pemasangan keramik disesuaikan dengan gambar, demikian juga pengambilan as
pemasangan.
15. Nad keramik diisi dengan bahan semen tertentu yang tahan asam, basa serta kedap air. Warna
perekat nad ini disesuaikan dengan warna keramik.
16. Pengisian / pengecoran nad dilakukan paling cepat 24 jam setelah keramik dipasang.
17. Sewaktu pengisian nad ini, keramik harus benar-benar melekat dengan kuat pada lantai dan
sebelum diisi, celah-celah naad ini harus dibersihkan terlebih dahulu dari debu dan kotoran lain.
18. Usahakan agar permukaan keramik yang sudah terpasang tidak terkena adukan / air semen.
19. Kotoran semen dan lain-lain yang menempel dipermukaan keramik pada waktu pengecoran naad,
harus segera dibersihkan sebelum mengering / mengeras.
20. Bila pemasangan telah selesai seluruhnya, maka lantai harus di lap / di sapu hingga bersih.
21. Permukaan lantai yang sudah terpasang, hasilnya harus rapi, baik, tidak miring tidak
bergelombang, terpasang dengan kuat.
22. Bila masih diperlukan, keramik harus dibersihkan dengan lap basah atau bahan-bahan pembersih
lunak yang ada dipasaran.
23. Untuk menghilangkan kotoran yang sukar terlepas, dapat digunakan sikat baja atau bahan
19
pembersih khusus, disesuaikan dengan jenis kotorannya.
24. Untuk mencegah terjadinya keretakan akibat pengembangan, maka pada beberapa bagian harus
disediakan alur-alur expansion. Alur-alur expansion ini harus diisi dengan bahan yang elastis /
sealant sesuai dengan gambar dan mendapat persetujuan Konsultan Pengawas
20
1. Sebelum memulai pemasangan penutup lantai, Kontraktor terlebih dahulu harus menyerahkan
contoh-contoh penutup lantai yang akan dipasang lengkap dengan penjelasan spesifikasinya
untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Perencana. Contoh-contoh tersebut apabila oleh
Konsultan Pengawas dianggap perlu, harus di test di laboratorium yang sudah disetujui Konsultan
Pengawas. Biaya penngujian di laboratorium ini menjadi tanggung jawab Kontraktor
2. Kontraktor harus membuat metode pelaksanaan dan shop drawing untuk mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
3. Kontraktor harus membuat mock-up pemasangan lantai homogeneous tile (dan menerus ke
dinding) untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
4. Sebelum memulai pemasangan penutup lantai, Kontraktor terlebih dahulu harus memeriksa
semua pekerjaan yang nantinya akan ditutup oleh bahan penutup lantai.
5. Pekerjaan yang harus diperiksa diantaranya adalah :
- Pekerjaan pemasangan instalasi-instalasi di bawah lantai misalnya pipa-pipa, conduit dan
sebagainya.
- Pekerjaan waterproofing dan lain-lain yang dianggap perlu
6. Sesudah pekerjaan-pekerjaan tersebut selesai diperiksa, Kontraktor harus meminta persetujuan
Konsultan Pengawas untuk melanjutkan pekerjaannya.
7. Sebelum pemasangan lantai homogeneous tile, alas permukaan lantai harus dibuat rata terlebih
dahulu.
8. Kecuali ditentukan lain pada lantai dasar yang akan dipasang penutup lantai terlebih dahulu
tanahnya harus dipadatkan agar pasangannya tidak turun / retak sewaktu menerima beban di
atasnya.
21
- Awal pemasangan batu alam. Diberi pengganjal Untuk pemasangan maju mundur maka
pemasangan dimulai dari bawah ke atas, agar si batu alam tidak merosot ke bawah maka
dibutuhkan pengganjal.
- Batu alam diberi adukan semen pasir. Disesuaikan tinggi permukaannya, seberapa maju yang
diinginkan. Diketuk-ketuk dengan palu agar sesuai tinggi permukaannya.
- Cara pemasangannya kurang lebih sama dengan cara pasang keramik. Setelah diberi lapisan
semen pada bagian belakang, batu alam lalu diletakkan pada posisinya dan diketuk-ketuk
dengan palu agar lapisan semennya menyebar dan menjadi padat/mengisi ruang kosong di
belakang batu alam tersebut.
- Bersihkan sisa semen yang keluar.
- Agar cepat kering, diberi bubuk semen untuk menyerap kadar air pada adukan.
- Bersihkan permukaannya dari sisa semen. Jangan lupa bagian sisinya juga. Pada proses ini
biasanya ada semen yang berlebih dan keluar melalui sisi samping keramik, cukup bersihkan
kelebihan semen ini dengan menggunakan kuas dan air. Batu alam lebih rentan daripada
keramik karena pori-porinya lebih besar.
22
- Proses pengujian dilakukan oleh badan atau laboratorium uji beton yang berwenang dan
independen serta telah mendapat persetujuan dari pemberi tugas.
- Apabila dalam hasil pengujian mutu beton tidak memenuhi syarat spesifik, maka pemberi tugas
berhak meminta hasil pekerjaaan tersebut dibongkar dan dibangun baru sesuai dengan
petunjuk pemberi tugas.
- Semua biaya pengujian menjadi tanggung jawab Betonporous
- Laporan hasil Uji Lab Mutu Kuat Tekan harus diserahkan kepada pemberi tugas ataupun main
kontraktor segera sesudah selesai pengujian paling lambat 3 hari sesudah pekerjaan selesai
dalam bentuk laporan resmi dari Lab terkait dengan mengacu pengawasan besarnya kekuatan
karakteristik dan data-data yang diperlukan.
- Aplikasi beton berpori Betonporous Crete Metode aplikasi pekerjaan beton berpori dengan
memberikan jaminan pada konstruksi perkerasan beton area parkir, trotoar atau pedestrian
dengan mengacu kepada prinsip performa beton bisa mengalirkan air kedalam tanah.
- Pengawasan Kualitas : Dilakukan pada usia satu bulan setelah pekerjaan dilakukan, hal ini
merupakan tahap memastikan dari berlakunya jaminan kualitas.
- Pemasok tidak bertanggung jawab terhadap kegagalan pekerjaan yang diakibatkan oleh
sesuatu yang diluar kekuasaan penjual (Force Majeure).
- Pemasok tidak bertanggungjawab terhadap kualitas apabila :
a. Terjadi pembebanan dan pembiaran yang dari kapasitas beban (Sesuai Mutu Sumbu
Terberat yang direncanakan diawal) misal nya dilalui kendaraan berat atau terganggu
dari pekerjaan lainnya diarea trotoar atau pedesrtrian.
b. Terjadi kerusakan pada lapis pondasi bawah perkerasan yang telah dikerjakan.
c. Terjadi kesalahan pada pelaksanaan pekerjaan termasuk lamanya waktu pelaksanaan
yang diluar ketentuan teknis atau standar yang berlaku serta kesalahan pada waktu
pemeliharaan beton.
d. Terjadi tindakan yang mengakibatkan pori-pori beton tertutup yang dilakukan diluar
kontrol pelaksana pekerjaan beton berpori yang berimbas performa beton menurun.
- Jika kondisi beton mengalami retak dan tertutup pori dari betonnya hingga setelah diadakan
investigasi independen adalah akibat kesalahan kontraktor maka biaya yang timbul dari seluruh
perbaikan ini menjadi tanggung jawab kontraktor.
Pekerjaan Pengecoran Betonporous Crete dilakukan oleh pelaksana instalasi beton pori
1. Pemasangan bekisting menggunakan bata dan atau paving biasa dengan tambahan suling
air maupun paving berpori merupakan bagian dari spesifikasi beton berpori betonporous
crete.
2. Pengecoran beton Indopor
3. Pekerjaan Pembersihan
23
Penyelesaian Pekerjaan
Pekerjaan ini diselesaikan menurut Aturan, syarat-syarat dan uraian yang termaktub dalam
peraturan ini. Gambar gambar yang terlampir beserta perubahan-perubahannya. Petunjuk
pengawasan waktu pelaksanaan pekerjaan peraturan teknis. Bangunan dan
Perundanganundangan yang berlaku.
PASAL 16
DRAINASE
24
Campuran tambahan untuk meningkatkan kemudahan dikerjakan, dapat diizinkan tergantung
kepada persetujuan Direksi Teknik seperti dinyatakan dibawah.
PASAL 18
PEMBERSIHAN AKHIR/FINISHING
Pada Akhir Pekerjaan Seluruh Permukaan Pasangan Batu dan Sebagainya harus bersih dari sisa-
sisa semen dan kotoran lainnya. Gundukan-gundukan tanah bekas galian harus diratakan serta
bahan-bahan yang tidak terpakai lagi harus diangkut keluar dari lokasi pekerjaan. Bila ada bagian-
bagian pekerjaan yang oleh suatu hal menyebabkan kecacatan pada bagian pekerjaan tersebut belum
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, maka pelaksana wajib melakukan perbaikan-perbaikan
terhadap bagian-bagian pekerjaan tersebut.
25
BAB II
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN
PASAL 1
26
IX Pekerjaan landscape
IX.1 Pekerjaan zona gate utama
IX.2 Pekerjaan zona panggung terbuka
IX.3 Pekerjaan zona podium
IX.4 Pekerjaan zona play ground
IX.5 Pekerjaan zona bale payung
IX.6 Pekerjaan zona wall climbing
IX.7 Pekerjaan zona tugu jawa barat
IX.8 Pekerjaan zona tugu payung
IX.9 Pekerjaan zona lapangan upacara
X Pekerjaan pedestrian
X.1 Pekerjaan pedestrian
X.2 Pekerjaan area parkir panggung terbuka
XI Pekerjaan drainase
XI.1 Pek. Pasangan u-ditch 30.40.120, ex. Bep
XI.2 Pek. Pasangan u-ditch 50.50.120, ex. Bep
PASAL 2
PENYEDIAAN TENAGA KERJA
2.1 Selama masa pelaksanaan KONTRAKTOR harus menyediakan tenaga inti yang cukup
memadai untuk pekerjaan ini
Pada setiap tahapan pekerjaan konstruksi, KONTRAKTOR harus menyediakan pelaksana
lapangan,tenaga mandor, tukang dan pekerja yang cukup trampil serta cukup jumlahnya.
2.2 Jadwal Hasil Pekerjaan dan Alur Pekerjaan
Kontraktor harus mulai melaksanakan pekerjaan di lapangan selambat- lambatnya dalam tujuh
(7) hari kalender setelah menerima Surat Perintah MulaiKerja (SPMK) dari Owner dan harus
menyelesaikan pekerjaan selama 6 (Enam) bulan atau 180 (Seratus Delapan Puluh) hari
kalender
PASAL 3
MEMULAI KERJA
Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal penunjukan dan perintah kerja pelaksanaan
pekerjaan (SPK), pihak Kontraktor / Pemborong harus sudah memulai melaksanakan pembangunan fisik
secara nyata di lapangan.
Apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor / Pemborong yang ditetapkan belum melaksanakan
pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukanketentuan yang telah dibuat
oleh Panitia / Pengguna Jasa
PASAL 4
MOBILISASI
27
4.2. Pembuatan kantor Kontraktor / Pemborong, gudang dan lain-lain di lokasi proyekuntuk keperluan
pekerjaan ini.
4.3. Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong dapat berbagai
perubahan, pengurangan dan atau penambahan terhadap alat-alat konstruksi serta alat kerja
lainnya
Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari pemberitahuan memulai kerja, Kontraktor/Pemborong
harus menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
PASAL 5
PAPAN NAMA PROYEK
Kontraktor / Pemborong harus memasang Papan Nama Proyek dengan Ukuran 120 cm x
80 cm sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas biaya Kontraktor / Pemborong.
PASAL 6
RENCANA KERJA
6.1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor / Pemborong wajib membuat
Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa bar chart dan S-curve bahan
dan tenaga.
6.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender.
6.3. setelah Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima oleh Kontraktor/ Pemborong. Rencana
Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pemberi Tugas /
Pemimpin / Ketua Proyek.
6.4. Kontraktor/Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 2 (dua) kepada
Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan Perencana. 1 (satu) salinan
Rencana Kerja harus ditempel pada dinding bangsal Kontraktor /Pemborong di lapangan yang
selalu diikuti dengan grafik kemajuan/ prestasi kerja.
6.5. Kontraktor/Pemborong harus selalu dalam pelaksanaan penbangunan pekerjaansesuai dengan
Rencana Kerja tersebut.
6.6. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor /Pemborong berdasarkan
Rencana Kerja tersebut
PASAL 7
PELAKSANAAN PENYEDIA BARANG/JASA/KONTRAKTOR
7.1. Kontraktor / Pemborong harus menempatkan pelaksana (Mandor) di lapangan yang menguasai
masalah teknis dan administrasi pelaksanaan pembangunan serta dapat mengambil keputusan
yang dilakukan di lapangan.
7.2. Pelaksana di lapangan harus mengerti gambar-gambar perencanaan pelaksanaannya dan
menguasai bidangnya.
7.3. Jangka waktu masa kontrak 180 (Seratus Delapan Puluh) hari kalender dihitung sejak
penandatangan kontrak dengan masa pemeliharaan 180 (Seratus Delapan puluh) hari kalender
yang dimulai sejak serah terima pertama.
28
PASAL 8
KENAIKAN HARGA
8.1. Kenaikan harga bahan-bahan, alat-alat dan upah selama pelaksanaan pekerjaanberlangsung
ditanggung sepenuhnya oleh Penyedia Barang/Jasa/Kontraktor.
8.2. Kontraktor / Pemborong tidak dapat mengajukan tuntutan kecuali apabila terjadi tindakan
moneter yang di umumkan secara resmi dan diatur dalam Peraturan Pemerintah untuk pekerjaan
Penyedia Barang/Jasa/Kontraktor.
PASAL 9
PEKERJAAN TAMBAH KURANG
9.1. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lapangan pada saat pelaksaan
dengan gambar dan spesifikasi yang dituangkan dalam dokumen kontrak, maka Pengguna
Barang/Jasa/Pemberi Kerja bersama Kontraktor / Pemborong dapat melakukan perubahan
kontrak yang meliputi antara lain :
a. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalamkontrak.
b. Mengurangi atau menambah jenis pekerjaan.
c. Mengubah spesifikasi pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan.
Melaksanakan pekerjaan tambahan yang belum tercantum dalam kontrak yang di perlukan untuk
menyelesaikan sebagian atau seluruh pekerjaanbarang / jasa
9.2. Pekerjaan tambah tidak boleh melebihi 10% ( sepuluh persen) dari harga yang tercantum dalam
perjanjian/kontrak awal.
9.3. Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh Pengguna Barang/Jasa/Pemberi Kerja secara
tertulis kepada Penyedia Barang/Jasa/Kontraktor, lalu ditindak lanjuti dengan negosiasi teknis
dan harga dengan tetap mengacu kepada ketentuan yang tercantum dalam perjanjian/kontrak
awal.
9.4. Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam berita acara sebagai dasarpenyusunan addendum
kontrak.
9.5. Adanya pekerjaan tambah kurang tidak dapat dijadiakan alasan untuk mengubah waktu
penyelesaian, kecuali atas persetujuan tertulis Pengguna Barang/Jasa/Pemberi Kerja.
PASAL 10
GUDANG BAHAN
10.1. Gudang Bahan Material, Pemborong / Kontraktor berkewajiban membuat gudangyang dapat
dikunci untuk menyimpan material dan alat kerja, yang mana tempatnya / lokasinya akan
ditentukan oleh Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas
10.2. Gudang bahan material dibuat dan dibiayai oleh Kontraktor / Pemborong, setelah selesai
pelaksanaan pembangunan / pekerjaan tersebut, harus segera dibongkar/dibersihkan oleh
Kontraktor / Pemborong, dan bahan-bahan bekasnya menjadi milik Kontraktor / Pemborong.
10.3. Kontraktor / Pemborong berkewajiban menjaga keamanan dan kebersihan area pekerjaan.
PASAL 11
KEBERSIHAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
11.1. Selama masa pekerjaan, Kontraktor / Pemborong harus senantiasa memelihara kebersihan
lokasi pekerjaan, setiap saat sampah-sampah pekerjaan selalu diangkut dan dikumpulkan di
suatu tempat yang telah ditentukan.
11.2. Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup di
29
tempat pekerjaan untuk para pekerja dan personil yang terlibat dalam proyek.
11.3. Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK (P3K) di tempat pekerjaan.
11.4. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, Kontraktor /
Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, bahan dan peralatan
teknis serta konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas. Dalam hal terjadinya kerusakan-
kerusakan, maka Kontraktor / Pemborong harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya.
11.5. Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor / Pemborong secepat mungkinmemberitahukan kepada
Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban kecelakaan
tersebut.
11.6. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor / Pemborong wajib menyediakanhelm proyek,
sepatu both dan sarung tangan di sesuaikan dengan jumlahpekerja dilapangan.
11.7. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja
Nomor 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada
Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek-proyek Departemen
Pekerjaan Umum, Pihak Kontraktor /Pemborong yang sedang melaksanakan pembangunan
/pekerjaan agar ikut serta dalam program Jaminan Keselamatan Kerja (BPJS Ksesehatan dan
BPJS Ketenaga) dan memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Tugas dan Konsultan
pengawas.
Pasal 12
SARANA DAN PERALATAN KERJA
Kontraktor / Pemborong harus menyediakan, peralatan kerja berikut alat bantu lainnya untuk
melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan pengamanan, pengawasan dan
pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan
berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan diserah-
terimakannya pekerjaan tersebut kepada Pengguna Jasa.
12.1. Peralatan Kerja
Menyediakan alat-alat kerja seperti :
a. Stamper Kuda (1 Unit Kav. Min TG RM80 R 5 HP)
b. Concrete Mixer (1 Unit Kav. Min 0.5 M3)
c. Genset (1 Unit Kav Min 500 watt)
d. Dump Truck (2 Unit Kav Max.3 - 5 Ton)
e. Stoom Walls
12.2. Bahan-Bahan Bangunan
Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis pekerjaan
yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya
12.3. Penyediaan Air
12.3.1. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor / Pemborong dengan Menyediakan
air dari luar.
12.3.2. Air harus bersih, bebas dari : bau, lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang dapat
menurangi kualitas pekerjaan. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan
persetujuan dari Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa
12.3.3. Kontraktor / Pemborong harus menyediakan tempat penampung air untuk keperluan
pekerjaan.
30
PASAL 13
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN
13.1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik bersifat teknis maupun
administratif.
13.2. Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor / Pemborong harus memberikan data-
data yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
13.3. Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh Kontraktor dan Konsultan
Pengawas (rangkap 3)
13.4. Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya, harus diserahkan kepada
Pejabat Pelaksan Teknis Kegiatan untuk bahan monitoring.
PASAL 14
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
14.1. Bila gambar yang menyangkut spesifikasi teknis tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat / berlaku adalah RKS.
14.2. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignemen, lokasi seksi (bagian) dandetail gambar
mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor / Pemborong harus
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh
mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam gambar atau dari ketidak-
sesuaian antara gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan
dalam gambar dan spesifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan
daruratkonstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disahkan
secara tertulis.
14.3. Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang
semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya. Permukaan-permukaan
pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis, lapisan bagian dan ukuran yang
tercantum dalam gambar, kecuali bila adaketentuan lain dari Konsultan Pengawas.
14.4. Ukuran.
14.4.1. Ukuran - ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam Centimeter (cm)
untuk pekerjaan Arsitektur dan Sipil, Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja
Arsitektur, pada dasarnya adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan jadi / selesai
(“finished”).
14.4.2. Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor / Pemborong wajib melaporkan
secara tertulis kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan memberikan
keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan pegangan.
14.4.3. Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran skala
tidak boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Setiap deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan ditentukan
oleh Konsultan Pengawas dandisahkan secara tertulis. Kontraktor / Pemborong tidak
dibenarkan merubah atau mengganti ukuran ukuran yang tercantum di dalam
Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan Konsultan Pengawas / Pimpinan Proyek,
dan segala akibat yang terjadi adalah tanggung jawab Kontraktor / Pemborong baik
dari segi biaya maupun waktu.
14.5. Perbedaan Gambar.
14.5.1. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka
31
gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat (berlaku).
Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak-telitian di dalam pelaksanaan satu bagian
pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka didalam hal
terdapat ketidak- jelasan, kesimpang siuran, perbedaan perbedaan dan ataupun
ketidak-sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor /
Pemborong diwajibkan melaporkan kepada Konsultan Pengawas secara tertulis dan
selanjutnya diadakanpertemuan dengan Konsultan Pengawas / Pimpinan Proyek dan
Konsultan Perencana, untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan dijadikan
pegangan.
14.5.2. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan olehKontraktor/Pemborong
untuk memperpanjang / meng-“klaim”biaya maupun waktu pelaksanaan.
14.6. Perubahan, Penambahan, Pengurangan Pekerjaan dan Pembuatan “As Built Drawing“.
14.6.1. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan
pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
14.6.2. Setelah pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor / Pemborong
berkewajiban membuat gambar-gambar yang memuat seluruh perubahan, dan sesuai
dengan kenyataan yang telah dikerjakan / dibangun oleh Kontraktor / Pemborong (As
Built Drawing). Biaya untuk penggambaran “As Built Drawing”, sepenuhnya menjadi
tanggungan Kontraktor / Pemborong.
PASAL 15
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR / PEMBORONG
15.1. Kontraktor / Pemborong harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.
15.2. Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat, mengawasi,
menegur atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.
Kontraktor / Pemborong bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat
pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor / Pemborong berkewajiban memperbaiki kerusakan
tersebut dengan biaya Kontraktor / Pemborong sendiri.
15.3. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka
Kontraktor / Pemborong berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi
Tugas melalui Konsultan Pengawas. Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor / Pemborong
bertanggung jawab atas segala kerusakan yang timbul.
15.4. Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
15.5. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor / Pemborong dalam melaksanakan
pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor / Pemborong.
15.6. Selama pembangunan belangsung, Kontraktor / Pemborong harus menjaga keamanan
bahan / material, barang milik proyek, milik Konsultan Pengawasdan milik Pihak Ketiga
yang ada di lapangan sampai tahap serah terima. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan
bangunan yang telah disetujui, baik yang telah dipasang maupun yang belum, adalah
tanggung jawab Kontraktor / Pemborong dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya
Pekerjaan Tambah.
15.7. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor / Pemborong harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi
pekerjaan. Segala pembiayaannya menjadi tanggung jawab Kontraktor / Pemborong.
32
PASAL 16
RESIKO
16.1. Jika hasil pekerjaan Kontraktor / Pemborong sebagian atau seluruhnya musnah/rusak diluar
kesalahan kedua belah pihak akibat keadaan memaksaatau force majeur maka segala
kerugian yang timbul akibat keadaan ini akan ditanggung oleh kedua belah pihak.
PASAL 17
DENDA DAN GANTI RUGI
17.1. Besarnya denda kepada Kontraktor / Pemborong atas keterlambatan penyelesaian adalah
1/1000 (satu per seribu) dari harga kontrak atau bagian kontrak untuk setiap hari
keterlambatan.
17.2. Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh Pengguna Barang/Jasa/Pemberi Kerja atas
keterlambatan pembayaran adalah sebesar nilai tagihan yang terlambat dibayar berdasar
tingkat suku bunga yang berlaku atau dapat diberikan kompensasi sesuai ketentuan dalam
dokumen kontrak.
17.3. Tata cara pembayaran denda dan/atau ganti rugi diatur dalam dokumen kontrak.
17.4. Jika Kontraktor / Pemborong setelah mendapatkan peringatan tertulis 2 (dua) kali berturut-turut
tidak mengindahkan kewajibanya sebagaimana tercantum dalam dokumen kontrak, maka
Pengguna Barang/Jasa/Pemberi Kerjaberhak/dapat memutuskan hubungan kerja / kontrak
secara sepihak.
PASAL 18
KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN – BAHAN
Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini maupun dalam
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun syarat-syarat
pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. 1941 dan Persyaratan Umum
Bahan Bangunan Indonesia (PUBI Tahun 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan
termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia.
Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti material, peralatan
dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas terbaikuntuk tujuan yang
dimaksudkan.
PASAL 19
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN
19.1. Bahan-bahan yang didatangkan / dipakai harus sesuai dengan contoh contoh yang telah
disetujui Konsultan Pengawas
19.2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang ditolak oleh
Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek selambat-lambatnya dalam
tempo 3 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
19.3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas dan
ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan Pengawas berhak
memerintahkan pembongkaran kembali kepada Kontraktor / Pemborong, yang mana segala
kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan Kontraktor /
Pemborong sepenuhnya.
19.4. Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus memberikan penjelasan
lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
33
PASAL 20
PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA
PASAL 21
PENGUKURAN KONDISI AWAL DAN PENENTUAN PEKERJAAN
PENGUKURAN KONDISI TAPAK.
PASAL 22
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
22.1.3. Kontraktor / Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas kapan setiap
34
pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa dan Konsultan Pengawas
tidak boleh menunda waktu pemeriksaan, kecuali apabila Konsultan Pengawas
memberikan petunjuk tertulis kepada Kontraktor / Pemborong apa yang harus
dilakukan.
22.1.4. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari
waktu diterimanya Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak terhitung hari libur / hari
raya) tidak dipenuhi / ditanggapi oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor /
Pemborong dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa
dianggap telah disetujui oleh Konsultan Pengawas / Pimpinan Proyek.
22.1.5. Bila Kontraktor / Pemborong melalaikan perintah, Konsultan Pengawas / Pimpinan
Proyek berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya
untuk diperbaiki.
22.1.6. Biaya pembongkaran dan pemasangan / perbaikan kembali menjadi tanggungan
Kontraktor / Pemborong, tidak dapat di-klaim sebagai biaya pekerjaan tambah
maupun alasan untuk perpanjangan waktu pelaksanaan
PASAL 23
KESEDIAAN PENYEDIA JASA
Jika dalam proses pembangunan fisik sedang berjalan, terjadi pemotongan anggaran dari pemerintah
pusat maka, Kontraktor/Pemborong bersedia mengikuti ketentuan yang ada dan tidak diperkenankan
mengajukan tuntutan atau gugatan dalam bentuk apapun.
35