Anda di halaman 1dari 18

A.

Pembelajaran Ke-3 (Lanjutan Daerah Aliran Sungai-2)


1. Tujuan Materi Pembelajaran
Adapun tujuan pembelajaran dari mata kuliah ini ialah sebagai berikut:
- Agar mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai
- Agar mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan Penselarasan
Wilayah DAS dan Wilayah Administrasi Daerah
- Agar mahasiswa mampu mengetahui, memahami menjelaskan dan menganalisis
Kriteria untuk menetapkan Klasifikasi DAS
- Agar mahasiswa mampu mengetahui, memahami menjelaskan dan menganalisis
Perencanaan Pengelolaan DAS Lintas Kabupaten
- Pengelolaan DAS Terpadu
- Agar mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan Maksud , Tujuan
dan Sasaran Pengelolaan DAS Terpadu
- Agar mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan Kerangka Pikir
Pengelolaan DAS Terpadu
- Agar mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan Panduan Teknis
Pengelolaan DAS Terpadu
- Agar mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan Implementasi
Pengelolaan DAS terpadu

2. Materi Pembelajaran
a. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Pengelolaan DAS didefinisikan sebagai proses perumusan dan pelaksanaan
serangkaian tindakan yang melibatkan manipulasi dan sistem alam dan suatu DAS
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu ke arah pembangunan yang berkesinambungan
(lestari).

Pengelolaan DAS adalah suatu proses formulasi dan implementasi kegiatan atau
program yang bersifat menipulasi sumberdaya alam dan manusia yang terdapat di
daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan
terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah. (Asdak, 2010).

Menurut Asdak, 2010 dalam konteks DAS, pembangunan yang berkelanjutan (


sustainable development) dapat dicapai apabila perangkat kebijaksanaan yang akan
diterapkan pada pengelolaan DAS telah mempertimbangkan beberapa hal seperti di
bawah ini :
- Pengelolaan DAS dan konservasi tanah dan air merupakan “alat” untuk
tercapainya pembangunan sumberdaya air dan tanah yang berkelanjutan;
- Pengelolaan sumberdaya alam yang tidak memadai (pada skala DAS) telah
menyebabkan degradasi tanah dan air, pada gilirannya menurunkan tingkat
kemakmuran rakyat pedesaan;
- Kurangnya pemahaman mengenai keterkaitan biogeofisik antara daerah hulu-hilir
DAS merupakan alasan yang sangat relevan dimana pengelolaan DAS yang ada
tidak memadai. Oleh karena itu produk kebijaksanaan yang dihasilkan tidak atau
kurang memadai untuk dijadikan landasan pengelolaan DAS;

Adanya ketidaksesuaian antara batas alamiah (ekologi) serta batas administrative


(politik) suatu DAS seringkali menjadi kendala bagi tercapainya usaha
pengelolaan DAS yang komprehensif dan efektif. Tantangan kebijakan dalam
pengelolaan DAS yang cukup mendesak adalah mengusahakan tercapainya
keselarasan antara dua sudut pandang tersebut.

- Lingkup Pengelolaan Daerah Aliran Sungai


Isu-isu yang ada dalam pengelolaan daerah aliran sungai dewasa ini yang menjadi
acuan dalam penentuan lingkup pengelolaan daerah aliran sungai, antara lain:
Penanganan DAS masih terfragmentasi, baik dalam hal pengembangan,
perlindungan, maupun pengelolaan daerah airan sungai
Terjadinya pengundulan hutan di hulu daerah aliran sungai
Penataan ruang di daerh aliran sungai hilir tidak berwawasan lingkungan
Pembuangan limbah di sungai tidak terkendali
Pemanfaatan air yang berkelanjutan semakin terancam
Untuk itu lingkup pengelolaan daerah aliran sungai, mencakup
Daerah tangkapan air, mencakup pengendalian tata guna lahan, konservasi air
dan tanah, serta monitoring dan evaluasi.
Pengelolaan sumber daya air, mencakup manajemen kuantitas air dan kualitas
air.
Pemeliharaan prasarana dan sarana pengairan, mencakup pemeliharaan
preventif, korektif, dan darurat.
Pengendalian banjir, mencakup pemantauan dan prediksi banjir, pengaturan
dan pencegahan banjir, serta penanggulangan banjir.
Pengelolaan lingkungan sungai, mencakup perencanaan dan pengendalian
sempadan sungai.
Pemberdayaan masyarakat.

b. Penselarasan Wilayah DAS dan Wilayah Administrasi Daerah


Daerah aliran sungai (DAS), yang dipandang sebagai ekosistem tata air dan digunakan
sebagai unit pengelolaan sumberdaya alam vegetasi, tanah dan air yang rasional,
merupakan wilayah daratan dengan batas alam berupa punggung-punggung bukit
sehingga tidak selalu bisa berhimpitan dengan batas administrasi pemerintahan.
Dengan demikian perbedaan batas wilayah tersebut tidak perlu dipertentangkan tetapi
perlu ditata keselarasannya, agar keterkaitan antar wilayah administrasi dalam satuan
DAS bisa terhubung secara serasi melalui jalinan daur hidrologi. Penggunaan DAS
sebagai satuan wilayah pengelolaan adalah untuk memberikan pemahaman secara
rasional dan obyektif bahwa setiap kegiatan yang dilakukan di suatu tempat (on site)
di bagian hulu DAS memiliki dampak atau implikasi di tempat lain (off site) di bagian
hilir DAS; atau sebaliknya bahwa pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah hilir
merupakan hasil dari daerah hulu yang secara daerah otonomi atau administrasi
berbeda wilayah pengelolaannya.

Wilayah DAS tidak selalu dan bahkan tidak pernah berhimpitan dengan batas wilayah
administrasi pemerintahan, akan tetapi sistem perencanaan pengelolaan DAS harus
memiliki kompatibilitas atau keselarasan dengan sistem pemerintahan daerah otonomi,
sistem perencanaan pembangunan nasional, dan sistem tata ruang wilayah yang
menggunakan satuan wilayah administrasi. Dengan penselarasan ini akan bisa dicapai
2 (dua) tujuan pengelolaan DAS, dari aspek ekonomi (produksi) dan aspek lingkungan
(perlindungan) secara terintegrasi (Brooks, et al., 1990).

c. KRITERIA UNTUK MENETAPKAN KLASIFIKASI DAS


Dalam rangka penetapan klasifikasi setiap DAS, maka kriteria, sub kriteria terpilih
dan pembobotannya disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria, Sub Kriteria dan Pembobotan Penetapan Klasifikasi DAS
d. PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS LINTAS KABUPATEN
Sistem karakterisasi tingkat DAS disusun dalam formula Tipologi DAS (Paimin,
2010.b). Tipologi DAS tersebut menunjukkan kerentanan dan potensi DAS yakni
tipologi lahan, tipologi sosial ekonomi kelembagaan, tipologi banjir, dan tipologi
kewilayahan yang secara skematis seperti disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram alir analisis tipologi DAS

Interaksi tipologi lahan dan sosial ekonomi kelembagaan menunjukkan tipologi


daerah/wilayah tangkapan airnya. Tipologi fisik daerah tangkapan air (tipologi lahan)
apabila diinteraksikan dengan karakteristik hujan yang jatuh di atasnya akan
menunjukkan potensi air banjir (luaran) sebagai refleksi karakteristik masukan (hujan)
dan prosesor DAS (lahan).

Sistem lahan mencerminkan tingkat kerentanan bentang lahan alami (tanpa


manajemen) terhadap kebanjiran. Interaksi potensi air banjir dan daerah rentan terkena
banjir menunjukkan tipologi banjir dalam DAS. Tipologi banjir berinteraksi dengan
tipologi DTA menjadi tipologi DAS. Kerentanan pengelolaan suatu DAS tercermin
dari tipologi DAS dan tipologi kewilayahannya.

- Tipologi Lahan
Lahan merupakan prosesor utama dari setiap masukan hujan yang jatuh dalam DAS
yang terangkai dalam suatu siklus air (hidrologi), serta merupakan sumberdaya bagi
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Untuk lebih mudah memahami peran
daerah tangkapan air sebagai prosesor terhadap hujan yang jatuh di atasnya maka
karakteristik lahan dapat dipilah antara karakter alami, yang relatif statis, dan karakter
dinamis yang bisa dikelola sebagai bentuk intervensi manusia terhadap sumberdaya
alam. Karakteristik lahan pada skala tinjau (1 : 250.000) tersusun dari parameter alami
bentuk lahan, geologi, lereng, dan iklim yang tersusun dalam satuan/unit sistem lahan;
sedangkan parameter terkelola/manajemen berupa penutupan/penggunaan lahan.
Parameter alami ini relatif sedikit perubahannya sehingga data sistem lahan yang
terbangun dalam Regional Physical Planning Programme for Transmigration
(RePPProT) dapat dimanfaatkan.
Tabel 2. Skala kerentanan/sensitivitas lahan terhadap erosi

Tipologi lahan dalam DAS yang menunjukkan kerentanannya terhadap degradasi,


terutama oleh erosi, disusun formulasinya seperti pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 3.
Tipologi atau Kerentanan lahan terhadap degradasi terhadap erosi dapat diklasifiasi
seperti Tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi tipologi atau kerentanan lahan terhadap erosi
- Tipologi Banjir
Banjir merupakan resultante atau manifestasi dari air hujan yang diproses oleh
lahan pada daerah tangkapan air menjadi aliran/limpasan permukaan. Dengan
demikian berdasarkan sistem tata air DAS maka Potensi Banjir (Pasokan Air)
merupakan interaksi dari Tipologi Lahan (biofisik daerah tangkapan air) dan hujan,
yang bisa diformulasikan seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Formula tipologi pasokan air banjir

Daerah yang rentan terkena banjir (kebanjiran) disifatkan oleh sistem lahannya.
Klasifikasi bentuk/sistem lahan pada Tabel 7. dapat digunakan untuk menyatakan
kerentanan daerah kebanjiran. Nilai interaksi daerah rentan kebanjiran dengan
pasokan air banjir akan memberikan nilai tingkat kerentanan banjir (tipologi banjir)
suatu daerah tangkapan air atau DAS.
Tabel 5 Sistem lahan rentan kebanjiran
- Tipologi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi yang mengancam kelestarian sumberdaya alam, hutan,
tanah, dan air adalah besarnya tekanan penduduk terhadap lahan serta kemampuan
ekonomi masyarakat yang sangat terbatas atau rendah. Tekanan penduduk
terhadap lahan dicerminkan oleh parameter kepadatan penduduk dan struktur
ekonomi daerah (Tabel 6.), sedangkan kemampuan ekonomi wilayahnya
ditunjukkan oleh pendapatan dan tingkat pertumbuhan ekonomi (Tabel 7.).
Tabel 6. Formula tipologi/kerentanan penduduk terhadap lahan

Tabel 7. Formula tipologi ekonomi DAS


Formulasi tipologi sosial ekonomi DAS disusun sebagai hasil sintesis interaksi
kondisi tekanan penduduk dan kondisi ekonomi DAS, sehingga nilainya
merupakan nilai rata-rata dari nilai formulasi tekanan penduduk dan nilai
ekonomi DAS. Nilai hasil ini kemudian dimasukkan ke Tabel 3. untuk
memperoleh tingkat kerentanannya

- Tipologi Daerah Tangkapan Air (Catchment Area)


Tipologi daerah tangkapan air hujan (catchment area) merupakan interaksi
tipologi lahan dan tipologi sosial ekonomi. Nilai kerentanan daerah tangkapan
air merupakan nilai rata-rata dari nilai tipologi lahan dan nilai tipologi sosial
ekonomi, dan tingkat kerentanannya dengan menggunakan klasifikasi Tabel 3.

- Tipologi DAS
Tipologi DAS mencerminkan kondisi suatu DAS baik dari kondisi daerah
tangkapan airnya maupun kondisi banjirnya. Tipologi DAS diperoleh dari hasil
interaksi antara tipologi DTA dan tipologi banjir. Nilai kerentanan DAS
merupakan nilai rata-rata tipologi DTA dan nilai tipologi banjir, yang
klasifikasinya seperti Tabel 3.

- Tipologi Kewilayahan
Secara kewilayahan, wilayah DAS dipandang dalam hubungannya dengan
wilayah administrasi sebagai wilayah pemerintahan otonomi untuk memperoleh
peluang sistem pengelolaan yang lebih rasional. Sementara itu luas DAS di
Indonesia sangat beragam, seperti luas DAS Serayu sekitar 367.000 ha, DAS
Solo 1,6 juta ha, dan DAS Batanghari 4,5 juta ha, sehingga memerlukan
pendekatan pengelolaan kewilayahan yang beragam juga. Mengingat
keberagaman luas DAS, maka peristilahan dalam pembagian DAS menjadi
wilayah yang lebih kecil (Sub DAS, Sub-sub DAS) menjadi nisbi menurut
cakupan luasannya. Pembagian wilayah demikian perlu dilakukan untuk
memudahkan sistem pengelolaannya, baik secara teknis maupun kelembagaan.
Dalam praktek pengelolaan, wilayah yang luas akan lebih sulit pengelolaannya
dibandingkan yang lebih sempit; demikian juga satuan wilayah DAS yang
berada dalam satu wilayah otonomi kabupaten akan lebih mudah pengelolaannya
dibandingkan wilayah yang lintas kabupaten, apalagi lintas provinsi. Hubungan
luas wilayah DAS dengan letak DAS dalam wilayah administrasi terhadap
kerentanan pengelolaan DAS dijabarkan seperti pada Tabel 10., dan klasifikasi
Tipologinya seperti Tabel 3

Tabel 8. Skala kerentanan/sensitivitas kewilayahan pengelolaan DAS

Berdasarkan Tabel 8. dapat diklasifikasi Tipologi Kewilayahan Pengelolaan


DAS menjadi: (1) Tinggi (skala 4 dan 5), (2) Sedang (skala 3), dan (3) Rendah
(skala 1 dan 2). Memperhatikan kerentanan kewilayahan demikian maka sistem
pengelolaan tingkat DAS yang kompatibel lebih mudah disetarakan dengan
wilayah provinsi dominan. Sedangkan kewilayahan DAS yang lintas provinsi
secara tegas pengelolaannya dipandu oleh pemerintah Pusat atau kerjasama antar
provinsi
- Tipologi Pengelolaan DAS
Tipologi Pengelolaan DAS merupakan manifestasi dari Tipologi DAS dengan
Tipologi Kewilayahan seperti pada Tabel 11. dan kategori tipologinya
menggunakan Tabel 3.
Tabel 9. Tipologi pengelolaan DAS

Perlu dicatat bahwa Tipologi Pengelolaan DAS hanya menunjukkan tingkat


kemudahan atau kesulitan sistem pengelolaannya. Dalam analisis ada
kemungkinan Tipologi DAS termasuk kategori “tinggi” tetapi karena Tipologi
Kewilayahannya “rendah” sehingga Tipologi Pengelolaannya menjadi
“sedang”; artinya bahwa DAS tersebut “rentan” tetapi pengelolaannya tidak sulit

e. Pengelolaan DAS Terpadu


Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) secara Terpadu merupakan sebuah
pendekatan holistik dalam mengelola sumberdaya alam yang bertujuan untuk
meningkatkan kehidupan masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam secara
berkesinambungan. Di daerah dataran tinggi curah hujan yang jatuh akan mengalir dan
berkumpul pada beberapa parit, anak sungai, dan kemudian menuju ke sebuah sungai.
Keseluruhan daerah yang menyediakan air bagi anak sungai dan sungai-sungai
tersebut merupakan daerah tangkapan air ( Catchment area ), dikenal sebagai Daerah
Aliran Sungai (DAS).

DAS memiliki aspek sosial yang kompleks. Sebagian penduduk yang memiliki tanah
di DAS atau yang bergantung pada sumber DAS tidak tinggal di dalam DAS tersebut.
Dengan kata lain ada petani yang tinggal di luar DAS, yang merupakan pemilik lahan
pertanian yang terletak dalam suatu DAS atau penduduk yang memanfaatkan sumber
daya alam ini. Ada petani yang tidak memiliki lahan garapan, dan ada petani yang
memiliki lahan di beberapa DAS. Aspek sosial ini sangat berperan dalam pembentukan
sebuah lembaga yang mengelola program DAS. Oleh karena itu, kompleksitas ini
sangat penting untuk dipahami sebelum sebuah lembaga terbentuk.

f. Maksud , Tujuan dan Sasaran Pengelolaan DAS Terpadu


Maksud pengelolaan DAS terpadu adalah suatu pendekatan yang melibatkan teknologi
tepat guna dan strategi sosial untuk memaksimalkan pengembangan lahan, hutan, air
dan sumebrdaya manusia dalam suatu daerah aliran sungai, yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan manusia secara berkesinambungan. Dengan kata lain
pengelolaan DAS ini bertujuan agar generasi masa depan dapat menikmati
sumberdaya alam yang lebih sehat dan lebih produktif dari generasi sekarang. Di masa
mendatang penduduk jangan lagi dianggap hanya penerima manfaat, tetapi mereka
harus ikut berpartisipasi aktif mulai dari perencanaan, pembuatan anggaran dan
pelaksanaan kegiatan di lapangan
Tujuan pengelolaan DAS terpadu adalah membantu masyarakat mengembangkan
visinya tentang apa yang mereka inginkan terhadap DAS yang berada di daerah
mereka, misalnya dalam 10 tahun ke depan, dan mencari strategi untuk mencapai visi
tersebut. Program ini hanya menyediakan sumberdaya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan strategi yang secara kritis dipicu oleh faktor pemicu dan
mengembangkan kelembagaan masyarakat yang dibutuhkan untuk memenuhi visi
tersebut.
Tujuan umum pengelolaan DAS terpadu adalah :
• Terselenggaranya koordinasi, keterpaduan, keserasian dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi DAS.
• Terkendalinya hubungan timbal balik sumberdaya alam dan lingkungan DAS
dengan kegiatan manusia guna kelestarian fungsi lingkungan dan kesejahteraan
masyarakat
Sasaran pengelolaan DAS yang ingin dicapai pada dasarnya adalah:
• Terciptanya kondisi hidrologis DAS yang optimal.
• Meningkatnya produktivitas lahan yang diikuti oleh perbaikan kesejahteraan
masyarakat.
• Tertata dan berkembangnya kelembagaan formal dan informal masyarakat dalam
penyelenggaraan pengelolaan DAS dan konservasi tanah.
• Meningkatnya kesadaran dan partisipasi mayarakat dalam penyelenggaraan
pengelolaan DAS secara berkelanjutan.
• Terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan
berkeadilan.

g. Kerangka Pikir Pengelolaan DAS Terpadu


Pengelolaan DAS Terpadu pada dasarnya merupakan bentuk pengelolaan yang
bersifat partisipatif dari berbagai pihak-pihak yang berkepentingan dalam
memanfaatkan dan konservasi sumberdaya alam pada tingkat DAS. Pengelolaan
partisipatif ini mempersyaratkan adanya rasa saling mempercayai, keterbukaan, rasa
tanggung jawab, dan mempunyai rasa ketergantungan (interdependency) di antara
sesama stakeholder. Demikian pula masing-masing stakeholder harus jelas kedudukan
dan tanggung jawab yang harus diperankan. Hal lain yang cukup penting dalam
pengelolaan DAS terpadu adalah adanya distribusi pembiayaan dan keuntungan yang
proporsional di antara pihak - pihak yang berkepentingan. Dalam melaksanakan
pengelolaan DAS, tujuan dan sasaran yang diinginkan harus dinyatakan dengan jelas

Oleh karena itu, perumusan program dan kegiatan pengelolaan DAS selain harus
mengarah pada pencapaian tujuan dan sasaran perlu pula disesuaikan dengan
permasalahan yang dihadapi dengan mempertimbangkan adanya pergeseran
paradigma dalam pengelolaan DAS, karakteristik biogeofisik dan sosekbud DAS,
peraturan dan perundangan yang berlaku serta prinsip-prinsip dasar pengelolaan DAS.

h. Panduan Teknis Pengelolaan DAS Terpadu


Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur
utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya
manusia sebagai pelaku pemanfaat sumberdaya alam tersebut. DAS di beberapa
tempat di Indonesia memikul beban amat berat sehubungan dengan tingkat kepadatan
penduduknya yang sangat tinggi dan pemanfaatan sumberdaya alamnya yang intensif
sehingga terdapat indikasi belakangan ini bahwa kondisi DAS semakin menurun
dengan indikasi meningkatnya kejadian tanah longsor, erosi dan sedimentasi, banjir,
dan kekeringan. Disisi lain tuntutan terhadap kemampuannya dalam menunjang
system kehidupan, baik masyarakat di bagian hulu maupun hilir demikian besarnya.

Sebagai suatu kesatuan tata air, DAS dipengaruhi kondisi bagian hulu, khususnya
kondisi biofisik daerah tangkapan dan daerah resapan air yang di banyak tempat rawan
terhadap ancaman gangguan manusia. Hal ini mencerminkan bahwa kelestarian DAS
ditentukan oleh pola perilaku, keadaan sosial-ekonomi dan tingkat pengelolaan yang
sangat erat kaitannya dengan pengaturan kelembagaan (institutional arrangement ).

Tidak optimalnya kondisi DAS antara lain disebabkan tidak adanya adanya
ketidakterpaduan antar sektor dan antar wilayah dalam pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan DAS tersebut. Dengan kata lain, masing-masing berjalan
sendirisendiri dengan tujuan yang kadangkala bertolak belakang. Sulitnya koordinasi
dan sinkronisasi tersebut lebih terasa dengan adanya otonomi daerah dalam
pemerintahan dan pembangunan dimana daerah berlomba memacu meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada.

Permasalahan ego-sektoral dan ego-kedaerahan ini akan menjadi sangat komplek pada
DAS yang lintas kabupaten/kota dan lintas propinsi. Oleh karena itu, dalam rangka
memperbaiki kinerja pembangunan dalam DAS maka perlu dilakukan pengelolaan
DAS secara terpadu.

Pengelolaan DAS terpadu dilakukan secara menyeluruh mulai keterpaduan kebijakan,


penentuan sasaran dan tujuan, rencana kegiatan, implementasi program yang telah
direncanakan serta monitoring dan evaluasi hasil kegiatan secara terpadu. Pengelolaan
DAS terpadu selain mempertimbangkan faktor biofisik dari hulu sampai hilir juga
perlu mempertimbangkan faktor sosial-ekonomi, kelembagaan, dan hukum. Dengan
kata lain, pengelolaan DAS terpadu diharapkan dapat melakukan kajian integratif dan
menyeluruh terhadap permasalahan yang ada, upaya pemanfaatan dan konservasi
sumberdaya alam skala DAS secara efektif dan efisien.

i. Implementasi Pengelolaan DAS terpadu


Pengelolaan Terpadu DAS pada dasarnya merupakan pengelolaan partisipasi berbagai
sektor/sub sektor yang berkepentigan dalam pemanfaatan sumberdaya alam pada suatu
DAS, sehingga di antara mereka saling mempercayai, ada keterbukaan, mempunyai
rasa tanggung jawab dan saling mempunyai ketergantungan (interdependency).
Demikian pula dengan biaya kegiatan pengelolaan DAS, selayaknya tidak lagi
seluruhnya dibebankan kepada pemerintah tetapi harus ditanggung oleh semua pihak
yang memanfaatkan dan semua yang berkepentingan dengan kelestariannya.

Untuk dapat menjamin kelestarian DAS, pelaksanaan pengelolaan DAS harus


mengikuti prinsipprinsip dasar hidrologi. Dalam sistem ekologi DAS, komponen
masukan utama terdiri atas curah hujan sedang komponen keluaran terdiri atas debit
aliran dan muatan sedimen, termasuk unsur hara dan bahan pencemar di dalamnya.
DAS yang terdiri atas komponen-komponen vegetasi, tanah, topografi, air/sungai, dan
manusia berfungsi sebagai prosesor.

Kegiatan pengelolaan daerah aliran sungai meliputi empat aspek yang penanganannya
harus dilakukan secara terpadu, dengan memakai daerah aliran sungai yang
bersangkutan sebagai satu kesatuan wilayah pengembangan.
Pengelolaan Vegetasi Dalam pengelolaan daerah aliran sungai, maka kegiatan
pengelolaan vegetasi diarahkan untuk mencapai sasaran sebagai berikut : 1)
Kawasan lindung dengan vegetasi yang rapat, dalam hal ini vegetasi hutan atau
vegetasi lainnya yang berfungsi lindung 2) Terpeliharanya kondisi vegetasi di luar
kawasan lindung, sehingga dapat berfungsi secara optimal untuk perlindungan
terhadap tanah dan air.
Pengelolaan Lahan Kegiatan pengelolaan lahan diarahkan untuk tercapainya
produktifitas tanah yang tinggi, serta terkendalinya erosi lahan. Unsur-unsur yang
menjadi pertimbangan, antara lain : 1) Lahan harus dimanfaatkan/digunakan sesuai
kemampuannya 2) Tanah harus dilindungi dari ancaman erosi dengan
mempertahankan penutupan tanah 3) Metode guludan dan terasering atau
perlakuan lainnya dapat diterapkan untuk meningkatkan penggunaan tanah yang
lebih baik. Sebagai tolok ukur dampak pengelolaan tanah adalah jumlah tanah
yang hilang per satuan waktu, atau tingkat pengendapan di waduk, pendangkalan
di sungai/saluran irigasi atau rendahnya mutu air,
Pengelolaan Air Pengelolaan air mencakup berbagai usaha untuk mendapatkan,
membagi, menggunakan, mengatur, serta mengelola dan membuang air, mulai
dari sumbernya sampai ke tempat pembuangan, sesuai dengan kebutuhan dan
persyaratan, yang antara lain meliputi : 1) Kuantitas air/jumlah air yang
dimanfaatkan 2) Kualitas air/mutu air yang dipergunakan 3) Ketersediaan
air/kontinuitas air
Pembinaan Aktifitas Masyarakat Pembinaan aktifitas masyarakat mencakup
berbagai usaha penyuluhan dan pelatihan bagi masyarakat setempat yang
memanfaatkan sumber daya alam untuk kehidupan sehari-hari, agar mereka dapat
menyadari dan melakukan kegiatan pengelolaan vegetasi, tanah dan air secara baik
dan benar.

Diantara pengelolaan lahan dan pengelolaan air terdapat keterkaitan yang sangat erat,
dengan demikian konservasi lahan yang merupakan unsur utama dalam pengelolaan
daerah aliran sungai di bagian hulu, akan berpengaruh terhadap kondisi daerah aliran
sungai di bagian hilir, terutama dalam pemanfaatan air yang optimal untuk berbagai
kegunaan, serta untuk pengendalian banjir.

Pengelolaan DAS bukan hanya hubungan antar biofisik, tetapi juga merupakan
pertalian dengan faktor ekonomi dan kelembagaan. Dengan demikian perencanaan
pengelolaan DAS perlu mengintegrasikan faktorfaktor biofisik, sosial ekonomi dan
kelembagaan untuk mencapai kelestarian berbagai macam penggunaan lahan di dalam
DAS yang secara teknis aman dan tepat, secara lingkungan sehat, secara ekonomi
layak, dan secara sosial dapat diterima masyarakat (Brooks, et al., 1990). Selain itu
pengelolaan DAS juga bertujuan untuk mencegah kerusakan (mempertahankan daya
dukung) dan memperbaiki yang rusak (pemulihan daya dukung).
Kerangka dasar pengelolaan DAS secara skematis dapat digambarkan seperti diagram
Gambar 1

Gambar 2. Diagram alir sistem pengelolaan DAS.


3. Latihan
4. Evaluasi
Buatlah sebuah kasus kecil, dengan membuat artikel untuk pembahasan modul modul 1
(satu) ini
5. Kunci jawaban

Anda mungkin juga menyukai