Anda di halaman 1dari 7

Karakteristik DAS dan Pengelolaannya

Definisi DAS
Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan  wilayah/
kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima,
mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak
sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. Linsley (1980) menyebut DAS  sebagai
“A river of drainage basin in the entire area drained by a stream or system of connecting
streams such that all stream flow  originating in the area discharged through a single outlet”.

Sementara itu IFPRI (2002) menyebutkan bahwa “A watershed is a geographic area that drains
to a common point, which makes it an attractive unit for technical efforts to conserve soil
and maximize the utilization  of surface and subsurface water for crop production, and a
watershed is also an area with administrative and property regimes, and farmers whose
actions may affect each other’s interests”.

Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang menerima, menampung dan
menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkan ke laut atau danau melalui satu sungai
utama. Dengan demikian suatu DAS akan dipisahkan dari wilayah DAS lain di sekitarnya oleh
batas alam (topografi) berupa punggung bukit atau gunung. Dengan demikian seluruh wilayah
daratan habis berbagi ke dalam uni-unit Daerah Aliran Sungai (DAS) (Asdak, 1995).

Dari beberapa  definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa DAS merupakan ekosistem, dimana
unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di
dalamnya terdapat keseimbangan  inflow dan  outflow dari material dan energi.

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan wilayah yang paling tepat bagi pembangunan, tempat
bertemunya kepentingan nasional dengan kepentingan setempat. Pembangunan ekonomi yang
mengolah kekayaan alam Indonesia harus senantiasa memperhatikan bahwa pengelolaan
sumber daya alam juga bertujuan untuk memberi manfaat pada masa yang akan datang. Oleh
sebab itu, sumber daya alam terutama hutan, tanah, dan air harus tetap dijaga agar
kemampuannya untuk memperbaiki diri selalu terpelihara.

Perencanaan tata ruang harus mempertimbangkan daerah hulu dan daerah hilir DAS, terkait
peruntukan lahan maka perencanaan peruntukan lahan haruslah meliputi seluruh DAS.  Secara
Hidrologis wilayah hulu dan hilir merupakan satu kesatuan organis yang tidak dapat
terpisahkan, keduanya memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang sangat tinggi
(Purwanto,1997).

Daerah Aliran Sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah, dan daerah hilir. Daerah
hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, mempunyai kerapan drainase yang lebih tinggi,
merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih besar (lebih besar dari 15%), bukan
merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase. Sementara
daerah hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, merupakan
daerah dengan kemiringan kecil sampai sangat kecil (kurang dari 8%), pada beberapa tempat
merupakan daerah banjir (genangan air). Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang sama
pentingnya dengan daerah hilir karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian
DAS (Asdak, 1995).

Karakteristik DAS
Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi beberapa  variable yang dapat diperoleh
melalui pengukuran langsung, data sekunder, peta dan dari data penginderaan jauh (remote
sensing). (Seyhan, 1977) menyatakan bahwa karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS)
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu: (1) Faktor lahan (ground factor), yang meliputi
topografi, tanah, geologi, geomorfologi dan  (2) Faktor vegetasi dan penggunaan lahan.

Luas Daerah Aliran Sungai


Luas suatu DAS atau Sub DAS dapat diukur secara langsung ke lapangan atau secara langsung di
peta citra satelit atau peta topografi (TOP)/ peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dengan
menggunakan alat ukur luas (planimeter), atau dengan sistem Geographic Information
System (GIS). Sebelum melakukan penelitian maka batas DAS harus ditentukan (deliniasi).

Bentuk DAS
Bentuk DAS mempunyai pola aliran dan ketajaman puncak discharge banjir. Bentuk DAS sulit
dinyatakan secara kuantitatif. Dengan membandingkan konfigurasi basin dapat dibuat suatu
indeks yang berdasarkan pada derajad kekadaran circulaty dari DAS. 

Lereng
Pengukuran lereng di lapangan dapat digunakan abney level atau Clinometer, sedangkan
pengukuran lereng melalui peta topografi atau peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dapat
menggunakan  Slope Meter atau dengan mencari beda tinggi dengan paralaks meter atau
dengan menggunakan rumus Avery (1975) menggunakan contour length methode.

Ketinggian
Ketinggian suatu tempat dapat diketahui dari peta topografi, diukur di lapangan atau melalui
foto udara jika terdapat salah satu titik kontrol sebagai titik ikat. Ketinggian rata-rata pada
suatu DAS merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap temperatur dan pola hujan
khususnya pada daerah topografi bergunung.

Jaringan Sungai
Pola aliran atau susunan sungai suatu DAS merupakan karakteristik fisik setiap drainase
basin yang penting karena pola aliran sungai mempengaruhi efisiensi sistem drainase dan
karakteristik  hidrografis, dan pola aliran menentukan bagi pengelola DAS untuk mengetahui
kondisi tanah dan permukaan DAS khususnya tenaga erosi (Anonim, 1996).
Pola Aliran
Terdapat bermacam-macam bentuk pola aliran yang masing-masing dirincikan oleh kondisi yang
dilewati oleh sungai tersebut. Delapan jenis pola aliran yang biasa dijumpai adalah
pola  dendritik, parallel, trellis, rectangular, radial, annural, multibasinal dan contorted.
Pola aliran dendritik yang mencirikan sebagian besar sungai-sungai di Indonesia, dapat dijumpai
dalam kondisi yang berbeda-beda menurut batuannya.

Sungai Terpanjang dan Sungai Induk


Panjang sungai terpanjang dan sungai induk DAS diukur dari outlet ke sumber asal air, yaitu
dari mulut DAS (outlet/mouth of watershed) sampai sumber air. Sedangkan panjang sungai
utama diukur dari mulut DAS sampai ujung sungai utama.

Vegetasi dan Penutupan Lahan


Peran vegetasi mempunyai arti yang sangat penting dalam proses hidrologi suatu Daerah Aliran
Sungai (DAS) yaitu  intercepting hujan yang jatuh dan transpirating air yang terabsorpsi oleh
akarnya.

Tanah dan Batuan


Tipe dan distribusi tanah dalam suatu Daerah Aliran Sungai adalah penting untuk mengontrol
aliran bawah permukaan (sub surface flow) melalui proses infiltrasi. Variasi dalam tipe tanah
dengan kedalaman dan luas tertentu akan mempengaruhi karakteristik infiltrasi dan timbunan
kelembaban tanah (soil moister storage).

Definisi DAS Berdasarkan Fungsi


Dalam rangka memberikan gambaran keterkaitan secara menyeluruh dalam pengelolaan DAS,
terlebih dahulu diperlukan batasan-batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi, yaitu pertama
DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan
kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari
kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah
hujan.

Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk
dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan  ekonomi, yang antara lain dapat
diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka
air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan
danau.

Ketiga DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat
memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas
dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk
kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.

Keberadaan sektor kehutanan di daerah hulu yang terkelola dengan baik dan terjaga
keberlanjutannya dengan didukung oleh prasarana dan sarana di bagian tengah akan dapat
mempengaruhi fungsi dan manfaat DAS tersebut di bagian hilir, baik untuk pertanian,
kehutanan maupun untuk kebutuhan air bersih bagi masyarakat secara keseluruhan. Dengan
adanya rentang panjang DAS yang begitu luas, baik secara administrasi maupun tata ruang,
dalam pengelolaan DAS diperlukan adanya koordinasi berbagai pihak terkait baik lintas sektoral
maupun lintas daerah secara baik.

Pengelolaan DAS
Pengelolaan DAS dapat disebutkan merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang
menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang secara umum
untuk mencapai tujuan peningkatan produksi pertanian dan kehutanan yang optimum dan
berkelanjutan (lestari) dengan upaya  menekan kerusakan seminimum mungkin agar distribusi
aliran air sungai yang berasal dari DAS dapat merata sepanjang tahun.

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai bersifat multidisiplin dan lintas sektoral maka dalam
pelaksanaan sistem perencanaan pengelolaan DAS perlu diterapkan azas One River One Plan, 
yaitu suatu perencanaan terpadu dengan memperhatikan kejelasan keterkaitan antar sektor
pada tingkat daerah/wilayah dan nasional serta kesinambungan-nya. Selain itu pelaksanaan
pengelolaan DAS umumnya melalui tiga upaya pokok :
       Pengelolaan tanah melalui usaha konservasi tanah dalam arti luas;
       Pengelolaan sumber daya air melalui usaha perlindungan sumber daya air;
       Pengelolaan hutan, khususnya hutan lindung. 
Bentuk DAS Sejajar
Kegiatan pengelolaan DAS juga dihubungkan dengan kelestarian sumber daya air, yaitu:
       Kuantitatif: memperbesar suplai ke dalam tanah sehingga menambah tampungan air tanah dan
meningkatkan suplai air tanah ke alur sungai yang berdampak mengurangi fluktuasi debit
limpasan;
       Kualitatif: mengurangi kandungan material tersuspensi aliran sungai (suspended load). Sebagai
akibat bertambah besarnya air hujan yang masuk ke dalam tanah sehingga pengikisan
permukaan berkurang;

Dampak lain dari pengelolaan DAS yang baik adalah peningkatan produktivitas lahan karena
peningkatan resapan air hujan ke dalam tanah akan menambah kadar lengas tanah
(soil moisture) yang selain akan memperbesar ketersediaan air juga meningkatkan
proses disintegrasi dan dekomposisi regolith dan batuan induk yang berakibat meningkatnya
unsur mineral dan unsur hara tanah yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan tanaman.

Ditinjau dari pengelolaan kondisi fisik DAS terdapat 3 jenis pengelolaan, yaitu:
       Secara teknis, yaitu pengelolaan dengan teknik-teknik konservasi lahan
       Secara vegetatif, yaitu dengan penghutanan kembali lahan
       Secara kimiawi, yaitu dengan pemanfaatan zat-zat kimia untuk meningkatkan kualitas lahan

Menurut Asdak (1999), dalam keterkaitan biofisik wilayah hulu-hilir suatu DAS, perlu adanya
beberapa hal yang menjadi perhatian, yaitu sebagai berikut : 
1)  Kelembagaan yang efektif seharusnya mampu merefleksikan keterkaitan lingkungan
biofisik dan sosial ekonomi dimana lembaga tersebut beroperasi.  Apabila aktifitas pengelolaan
di bagian hulu DAS akan menimbulkan dampak yang nyata pada lingkungan biofisik dan/atau
sosial ekonomi di bagian hilir dari DAS yang sama, maka perlu adanya desentralisasi pengelolaan
DAS yang melibatkan bagian hulu dan hilir sebagai satu kesatuan perencanaan dan pengelolaan.
2)  Eksternalities, adalah dampak (positif/negatif) suatu aktifitas/program dan atau kebijakan yang
dialami/dirasakan di luar daerah dimana program/kebijakan dilaksanakan. Dampak tersebut
seringkali tidak terinternalisir dalam perencanaan kegiatan. Dapat dikemukakan
bahwa  negative externalities  dapat mengganggu tercapainya  keberlanjutan pengelolaan DAS
bagi : (a) masyarakat di luar wilayah kegiatan (spatial externalities), (b) masyarakat yang
tinggal pada periode waktu tertentu setelah kegiatan berakhir (temporal externalities), dan (c)
kepentingan berbagai sektor ekonomi yang berada di luar lokasi kegiatan (sectoral
externalities).
3)  Dalam kerangka konsep “externalities”, maka pengelolaan sumberdaya alam dapat dikatakan
baik apabila keseluruhan biaya dan keuntungan yang timbul oleh adanya kegiatan pengelolaan
tersebut dapat ditanggung secara proporsional oleh para aktor (organisasi pemerintah,
kelompok masyarakat atau perorangan) yang melaksanakan kegiatan pengelolaan sumberdaya
alam (DAS) dan para aktor yang akan mendapatkan keuntungan dari adanya kegiatan tersebut.
Pada penanganan DAS bagian hulu diarahkan pada kawasan budidaya (pertanian)

Pentingnya posisi DAS sebagai unit pengelolaan yang utuh merupakan konsekuensi logis untuk
menjaga kesinambungan pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah dan air. Kurang tepatnya
perencanaan dapat menimbulkan adanya degradasi DAS yang mengakibatkan lahan menjadi
gundul, tanah/lahan menjadi kritis dan erosi pada lereng-lereng curam. Pada akhirnya
proses degradasi tersebut dapat menimbulkan banjir yang besar di musim hujan, debit sungai
menjadi sangat rendah di musim kemarau, kelembaban tanah di sekitar hutan menjadi
berkurang di musim kemarau sehingga dapat  menimbulkan kebakaran hutan, terjadinya
percepatan sedimen pada waduk-waduk dan jaringan irigasi yang ada, serta penurunan kualitas
air.

Pada prinsipnya kebijakan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) merupakan hal yang sangat
penting dalam rangka mengurangi dan  menghadapi permasalahan sumberdaya air baik dari segi
kualitas dan kuantitasnya.  Kebijakan ini oleh karenanya merupakan bagian terintegrasi dari
kebijakan lingkungan yang didasarkan pada  data akademis maupun teknis. Beragamnya kondisi
lingkungan pada beberapa daerah serta perkembangan ekonomi dan sosial, menjadikan
tantangan bagi perkembangan daerah. Sehingga menuntut juga keberagaman spesifik analisa
serta solusinya. Keberagaman ini harus diperhitungkan dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan untuk memastikan bahwa perlindungan dan penggunaan DAS secara berkelanjutan
ada dalam suatu rangkaian kerangka kerja (framework).

Referensi Artikel :
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Avery, T.E. 1975. Primary Wood Poducts. Natural Resources Measurements. Second Edition. New York.
Aucland. Toronto.
Ditjen RRL. 1996.  Pedoman Identifikasi Karakteristik Daerah Aliran Sungai. Direktorat Rehabilitasi dan
Konservasi Tanah Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Jakarta.
Linsley, Ray K. et.all. 1980. Applied Hydrology. New Delhi: Tata McGraw Hill Publication. Co.
Nastain dan Purwanto. 2003. Pengaruh Alih Fungsi Lahan Kawasan Baturraden terhadap Debit Air Sungai
Banjaran.  Jurnal Ilmiah Unsoed. Lembaga Penelitian Unsoed. Purwokerto.

Berdasarkan surat Kementrian Kehutanan No. P.3 tahun


2013, Karakteristik DAS adalah gambaran spesifik mengenai DAS
yang dicirikan oleh parameter yang berkaitan dengan keadaan
morfomeri, topografi, tanah, geologi, vegetasi, penggunaan lahan,
hidrologi dan manusia.

Karakteristik DAS pada dasarnya meliputi 2 bagian, yaitu karakteristik


biogeofisik dan karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan,
yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Karakteristik biogeofisik meliputi: karakteristik meteorologi DAS,
karakteristik morfologi DAS, karakteristik morfometri DAS, karakteristik
hidrologi DAS dan karakteristik kemampuan DAS.
b. Karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan
meliputi: karakteristik sosial kependudukan DAS, karakteristik sosial
budaya DAS, karakteristik sosial ekonomi DAS dan karakteristik
kelembagaan DAS.

Anda mungkin juga menyukai