Anda di halaman 1dari 11

Penerapan Metode Bermain Peran (Role Playing) Dalam Meningkatkan

Kemampuan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Siswa


Kelas XII TKJ 2 SMK Negeri 2 Selong Tahun Pelajaran 2018/2019

LESTARI, PUJI

Guru pada SMK Negeri 2 Selong


Selong – Lombok Timur

ABSTRAK
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut adalah Untuk mengetahui ada tidaknya
peningkatan kemampuan berbicara melalui teknik bermain peran (Role Playing) pada mata
pelajaran bahasa Inggris siswa Kelas XII TKJ 2 SMK Negeri 2 Selong Tahun Pelajaran
2018/2019. Metode role play, yaitu suatu cara penugasan bahan-bahan pelajaran melalu
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Berbicara merupakan sebuah ujaran sebagai
suatu sarana berkomonikasi untuk mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, perasaan, dan
keinginan dengan bantuan lambang-lambang yang disebut kata-kata. Skrifsi ini berjenis
penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, diperoleh peningkatan berkala dari siklus I dan II. Adapun peningkatan terlihat pada
nilai rata-rata adalah: 63,85 siklus I; 74,66 siklus II. Demikian juga dengan persentasi yaitu
66,66 % siklus I; 85,18 % siklus II. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa 1)
aktivitas pembelajaran dapat meningkatkan hingga mencapai nilai rata-rata cukup tinggi setelah
dilaksanakan selama siklus II, 2) persentase ketuntasan belajar siswa dianggap baik dan
meningkat signifikan setelah dilaksanakan siklus II. Melihat hasil penelitian tersebut, penulis
menyarankan agar guru bahasa Inggris menggunakan metode role playing ini secara maksimal
guna meningkatkan kemampuan berbicara di dalam kelas.

Kata kunci : Role Playing, Kemampuan Berbicara

ABSTRACT
Objective to be achieved from the study is to find out whether there is an increased ability to
speak through the technique of playing the role (Role Playing) on the United Kingdom language
subjects students Class XII TKJ 2 SMK Negeri 2 Selong Years Lesson 2018/2019. Role play
method, i.e. a way of assigning materials lesson through the development of imagination and
penghayatan students. Speaking is a speech as a means of berkomonikasi to express thoughts,
opinions, ideas, feelings, and desires with the help of symbols called words. Skrifsi-this class
action research (PTK) consisting of two cycles. Based on the results of the research conducted,
obtained an increase in recurring cycles I and II. As for the increase seen in the average rating
is: 63.85 cycle I; 74.66 cycle II. As well as the percentage of 66.66% i.e. cycles I; 85.18% cycle
II. Based on these results it can be concluded that 1) learning activity can increase the value
until it reaches a high enough average after executed during the cycle II, 2) percentage of
ketuntasan student learning is considered good and increasing significantly after the carried out
cycle II. See the results of the study, the authors suggest that language teachers United
Kingdom using this method of role playing to its full potential in order to increase the ability to
speak in class.

Keywords: Role Playing, ability to talk


Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani
Vol. 7 No.2 Tahun 2019

PENDAHULUAN Inggris sehingga kita bisa saling memahami apa


Peningkatan mutu pendidikan dirasakan isi pembicaraan tersebut.
sebagai kebutuhan bangsa yang ingin maju, Dalam proses pembelajaran, berbicara
dengan keyakinan bahwa pendidikan yang merupakan wujud dari aktivitas lisan dalam
bermutu dapat menunjang pembangunan di komunikasi. Berbicara adalah keterampilan
segala bidang. Pendidikan telah memiliki rumusan performansi. “Berbicara adalah kemampuan
formal dan operasional, sebagaimana termaktub mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-
dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang kata untuk mengeksprersikan, menyatakan, serta
SISDIKNAS, yakni : Pendidikan adalah usaha menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan”
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana (Henry Guntur Tarigan, 2008: 16).
belajar dan proses pembelajaran agar peserta Kemampuan berbicara merupakan salah
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya satu kemampuan berbahasa yang perlu dimiliki
untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, oleh seseorang. Memiliki kemampuan berbicara
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, tidaklah semudah yang dibayangkan orang.
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan Kemampuan berbicara bukanlah kemampuan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. yang diwariskan secara turun–temurun, bahkan
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa secara alamiah manusia dapat berbicara. Namun
dan mengembangkan kualitas manusia kemampuan berbicara secara formal memerlukan
seutuhnya adalah misi pendidikan yang menjadi latihan dan pengarahan atau bimbingan yang
tanggung jawab profesioanal tiap guru. efektif. Keluhan terhadap kemampuan berbahasa
Pengembangan kualitas manusia ini menjadi banyak terjadi pada peserta didik khususnya
suatu keharusan terutama dalam memasuki era kemampuan berbicara bahasa Inggris masih jauh
globalisasi dewasa ini agar generasi muda tidak dari memadai. Hal ini terlihat dari cara mereka
menjadi korban dari globalisasi itu sendiri. mengemukakan pendapat, bertanya di dalam
Peningkatan pendidikan yang berorientasi pada kelas, berdiskusi, berpidato, berceramah. Bahkan
kualitas, menghadapi berbagai tantangan yang ada yang tidak berani berbicara sama sekali.
tidak bisa diatasi karena dipengaruhi oleh Padahal berbicara sangat penting bagi pelajar.
perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi Keterampilan berbicara akan dikuasai
yang cepat dan tidak dapat dikejar dengan cara- dengan baik kalau dilatih secara teratur dalam
cara lama yang digunakan dalam pelaksanaan pengajaran berbicara yang terencana dan
pembelajaran di kelas. Ibarat mengejar mobil terarah. Keterampilan ini menuntut pelatihan dan
yang melaju dengan kecepatan tinggi di atas tol praktik. Semakin sering berlatih akan semakin
dengan delman. fasih dan terampil melaksanakan atau
Mengajar bukan lagi usaha untuk mempergunakannya (Henry Guntur Tarigan,
menyampaikan ilmu pengetahuan melainkan juga 1986: 136).
usaha menciptakan sistem lingkungan yang Berdasarkan hasil observasi di sekolah
membelajarkan siswa agar tujuan pengajaran SMK Negeri 2 Selong pembelajaran khususnya
dapat tercapai dengan optimal. Mengajar dalam berbicara pada mata pelajaran bahasa Inggris,
pemahaman seperti itu perlu suatu strategi belajar guru masih fokus menggunakan metode
mengajar yang tepat. ceramah sehingga siswa kurang tertarik atau
Keberhasilan pembelajaran tergantung tidak semangat belajar sehinga
pada pemilihan strategi yang tepat dalam rangka pembelajarannya kurang efektif.
mencapai tujuan yang diinginkan, terutama dalam Pada nilai akhir semester dalam rapor
upaya meningkatkan kemampuan belajar siswa. siswa Kelas XII TKJ 2, nilai mata pelajaran
Untuk itu, perlu dibina dan dikembangkan bahasa Inggris masih dibawah mata pelajaran
kemampuan profesional guru dalam mengelola lainnya. Khususnya nilai pada kemampuan
pengajaran dengan strategi belajar mengajar berbicara dalam bahasa Inggris masih rendah
yang tepat. Karena itu, untuk mewujudkan hal dibanding dengan kemampuan berbahasa lainya.
tersebut guru perlu mengembangkan kreatifitas Hasil observasi dan wawancara pada studi awal
dan kemampuan dalam melaksanakan metode keterampilan berbicara siswa Kelas XII TKJ 2
pembelajaran dengan menggunakan strategi dan sebagian besar atau umumnya masih rendah.
metode mengajar yang sesuai dalam proses Hampir 90 % siswa Kelas XII TKJ 2 tidak
pembelajaran bahasa Inggris. mempunyai keberanian dan tidak mempunyai
Dengan menggunakan bahasa Inggris inisiatif untuk bertanya, menjawab, atau
mempermudah kita untuk berbicara atau mengemukakan pendapat di dalam proses
berkomunikasi dengan orang lain yang berbahasa pembelajaran berlangsung. Gambaran ini dapat
Inggris, memahami teks berbahasa Inggris. dilihat dari kegiatan sehari-hari. Mereka ibarat
Bahkan pembawa acara dalam program televisi gong, berbunyi apabila dipukul. Artinya, mereka
banyak menggunakan kosa kata dalam bahasa lebih banyak ditunjuk terlebih dahulu baru mau

Lestari, Puji | 89
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani
Vol. 7 No.2 Tahun 2019

berbicara, dan cara berbicara pun sering disertai LANDASAN TEORITIS


tempo atau jeda tiap kata. Mereka cenderung A. Konsep Berbicara
lebih menjadi pendengar setia, serta kurang Perkembangan bahasa merupakan
berminat mengikuti pembelajaran, siswa malas aspek perkembangan yang penting untuk
belajar, ini terbukti pada hasil wawancara dengan dikuasai. Bahasa terdiri dari bahasa lisan dan
Kepala sekolah dan beberapa guru yang bahasa tertulis. Bahasa lisan merupakan
mengatakan bahwa kemampuan berbicara siswa unsure penting dalam interaksi atau
diperoleh hanya 40,53 %. Kelemahan sosialisasi (Dardjowidjojo, 2003:17).
kemampuan berbicara siswa terdapat pada aspek Tarigan (1990 : 3), berbicara adalah
kelancaran 25%, aspek banyaknya gagasan yang suatu keterampilan berbahasa yang
dikemukanan 30%, kemampuan menanggapi berkembang pada kehidupan yang didahului
gagasan 37%, aspek kemampuan oleh keterampilan menyimak dan pada masa
mempertahankan pendapat 35%. tersebutlah kemampuan berbicara mulai
Kurangnya kemampuan berbicara pada dipelajari.
siswa ini antara lain disebabkan kurangnya Selanjutnya Tarigan (1990 : 15)
pembinaan kemampuan berbicara bahasa Inggris mengatakan bahwa berbicara adalah
mulai dari tingkat Sekolah Dasar, dalam kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
pengajaran berbahasa Inggris sering ditekankan artikulasi atau kata-kata untuk
pada ketrampilan membaca, kemampuan yang mengekspresikan, menyatakan, serta
lain termasuk kemampuan berbicara diabaikan. menyampaikan gagasan dan perasaan.
Rendahnya minat berbicara pada anak didik pada Berbicara merupakan tindakan
pengajaran bahasa Inggris hingga kini masih penggunan bahasa secara lisan. manusia,
terus menjadi perbincangan hangat di kalangan sebagai makhluk sosial selalu menggunakan
pelaksana dan pemerhati pendidikan. Berbagai bahasa dalam berkomunikasi dengan
upaya untuk meningkatkan kemampuan berbicara sesamanya dalam hidup bermasyarakat. Jadi
pada siswa telah dilaksanakan dengan jalan dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah
peningkatan sumber daya manusia (SDM) guru, bagian dari keterampilan berbahasa oleh
peningkatan penggunaan media pembelajaran, karena itu kemampuan berbicara harus
penggunaan metode pembelajaran yang diberikan kepada siswa agar siswa memiliki
bervariasi, kemampuan berbicara.
Sudjana (2000 : 89) mengartikan bermain Aspek kemampuan berbicara bukan
peran adalah pura-pura atau berbuat seolah-olah, hanya berbicara saja tetapi keterampilan
melalui proses tingkah laku, imitasi, bermain menyimak, keterampilan membaca, dan
mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan keterampilan menulis juga termasuk dalam
seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya. aspek keterampilan berbahasa. Untuk
Tujuan bermain peran adalah agar siswa dapat membentuk siswa yang terampil berbahasa,
menghargai dan menghayati perasaan orang lain, maka keempat aspek tersebut harus
memupuk rasa tanggung jawab pada diri siswa. diberikan secara terpadu dalam pembelajaran
Bermain peran pada prinsipnya merupakan bahasa dan di samping itu tiap aspek
metode untuk menghadirkan peran-peran yang keterampilan tersebut juga harus diberikan
ada dalam dunia nyata ke dalam suatu dengan proporsi yang seimbang.
pertunjukan peran di dalam kelas/ pertemuan, Kemampuan berbicara adalah
yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
agar peserta memberikan penilaian keunggulan artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk
mapun kelemahan masing-masing peran mengekspresikan, menyatakan,
tersebut, dan kemudian memberikan saran menyampaikan pikiran, gagasan, dan
/alternatif pendapat bagi pengembangan peran- perasaan. pendengar menerima informasi
peran tersebut. Metode ini lebih menekankan melalui rangkaian nada, tekanan, dan
terhadap masalah yang diangkat dalam penempatan persendian (juncture). Jika
pertunjukan dan bukan pada kemampuan pemain komunikasi berlangsung secara tatap muka,
dalam melakukan permainan peran. ditambah lagi dengan gerakan tangan dan
Dari fenomena itulah, maka perlulah mimik pembicara (Arsyad Mukti, 2005 : 17).
diadakan suatu penelitian guna membantu B. Tujuan Berbicara
menyelesaikan masalah yang ada dengan Gorys Keraf (dalam St. Y. Slamet,
mengadakan penelitian dengan judul “ Penerapan 2008:37) berpendapat bahwa tujuan
Metode Bermain peran (Role Playing) dalam berbicara adalah
Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Mata 1. Mendorong pembicara untuk memberi
Pelajaran Bahasa Inggris Siswa Kelas XII TKJ 2 semangat,
SMK Negeri 2 Selong Tahun 2018”. 2. Meyakinkan pendengar,

Lestari, Puji | 90
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani
Vol. 7 No.2 Tahun 2019

3. Berbuat atau bertindak, psikologis. Bermain peran adalah salah


4. Memberitahukan menyenangkan atau satu bentuk permainan pendidikan yang
menghibur. digunakan untuk menjelaskan perasaan,
C. Langkah- langkah Berbicara sikap, tingkah laku dan nilai, dengan
Adapun langkah-langkah dalam tujuan untuk menghayati perasaan, sudut
berbicara sebagai berikut: pandang dan cara berfikir orang lain
a. Percakapan (Depdikbud, 1964: 171).
1. Memulai percakapan seorang murid “Istilah metode berasal dari bahasa
secara sukarela atau dengan ditunjuk Yunani, yaitu methodos yang berarti cara
guru membuka pembicaraan. atau jalan sehingga dapat dikatakan
2. Menjaga berlangsungnya percakapan bahwa metode adalah cara yang
apabila terjadi perbedaan selama digunakan untuk memahami sebuah
mengadakan percakapan murid objek sebagai bahan ilmu yang
murid harus dapat mengatasinya bersangkutan” (Moch. Zamroni, 2006).
dengan baik sehingga tidak terjadi Sedangkan menurut Cholid Narbuko dan
pertengkaran. Abu Achmadi (2005:1), “metode adalah
3. Mengakhiri percakapan murid-murid cara yang tepat untuk melakukan
seharusnya dapat mencapai suatu sesuatu”.
persetujuan, sudah menjawab semua Senada dengan pendapat tersebut,
pertanyaan atau sudah Herman J. Waluyo (2002: 171)
melaksanakan tugas dengan baik. berpendapat “metode, yaitu prosedur
b. Berbicara Estetik (mendongeng) atau langkah-langkah yang dijabarkan ke
1. Memilih cerita hal yang paling penting dalam teknik mengajar yang benar-benar
dalam memilih cerita adalah memilih dilakukan guru di dalam kelas”.
cerita yang menarik. Salah satu komponen dalam
2. Menyiapkan diri untuk bercerita pembelajaran yang dapat menentukan
murid-murid hendaknya membaca efektivitas mengajar seortang guru adalah
kembali dua atau tiga kali cerita yang penggunaan metode mengajar. Guru
akan diceritakan untuk memahami memiliki peran besar dalam memilih dan
perwatakan pelaku-pelakunya dan menentukan metode maupun langkah-
dapat diceritakannya secara urut. langkah pembelajaran, karena
3. Menambah barang-barang yang penggunaan metode yang tepat dapat
diperlukan tiga barang yang dapat mempengaruhi keberhasilan
digunakan untuk membuat cerita pembelajaran.
lebih menarik ialah gambar-gambar Metode pembelajaran yang
yang ditempelkan di papan, boneka digunakan guru unuk menyampaikan
dan benda-benda yang informasi kepada siswa, berbeda dengan
menggambarkan pelaku binatang cara yang ditempuh untuk memantapkan
atau barang-barang yang diceritakan. siswa dalam menguasai pengetahuan,
4. Bercerita atau mendongeng. dapat keterampian, serta sikap. Metode yang
dilakukan dalam kelompok-kelompok tepat adalah dengan metode bermain
kecil sehingga penggunaan waktunya peran atau role playing.
dapat efisien. Role play atau permainan peran
5. Berbicara untuk menyampaikan menurut Kirana Wati (2007),
informasi atau mempengaruhi ketiga menyebutkan “metode role play, yaitu
macam bentuk kegiatan yang suatu cara penguasaan bahan-bahan
termasuk jenis kegiatan ini ialah pelajaran melalui pengembangan
melaporkan informasi secara lisan, imajinasi dan penghayatan siswa dengan
melakukan wawancara dan berdebat. memerankannya sebagai tokoh hidup
c. Kegiatan Dramatik. atau benda mati. Permainan ini pada
Memiliki kekuatan sebagai teknik umumnya dilakukan oleh lebih dari satu
pembelajaran bahasa karena melibatkan orang, hal itu bergantung kepada apa
murid- murid dan kegiatan berpikir logis yang diperankan”. Sementara itu, Made
dan kreatif. Pidarta (1990: 81) mengungkapkan “role
D. Pembelajaran Metode Bermain Peran play bermain peran yaitu kegiatan
1. Pengertian bermain peran melakukan suatu permainan dengan
Metode bermain peran adalah peran tertentu, misalnya peran sebagai
berperan atau memainkan peranan dalam orang tua, siswa, guru dan sebagainya
dramatisasi masalah sosial atau

Lestari, Puji | 91
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani
Vol. 7 No.2 Tahun 2019

yang sedang melakukan kegiatan diperlukan patokan yang bersumber dari


tertentu”. beberapa faktor (Surakhmad, 1986 : 75).
“Metode role play termasuk dalam Lain halnya dengan Subari (1994 :
kategori pementasan drama yang sangat 93) yang menjelaskan bahwa metode
sederhana. Peran diambil dari kehidupan sosiodrama atau bermain peran adalah
nyata sehari-hari. Dari role play dapat mendramatisasi cara bertingkah laku di
dicapai aspek perasaan, sikap, nilai, dalam hubungan sosial dan menekankan
persepsi, keterampilan pemecahan penghayatan di mana para siswa turut
masalah, dan pemahaman terhadap serta dalam memainkan peranan di
pokok permasalahan” (Herman J. dalam mendramatisasikan masalah-
Waluyo, 2002: 188). Namun, banyak guru masalah sosial.
yang tidak bisa membedakan antara role Dalam metode bermain peran
play dan drama. Meskipun keduanya unsur yang menonjol adalah unsur
tampak sama, tapi mereka sangat hubungan sosial, dalam bermain peran
berbeda dalam gaya. Menurut Gangel, menempatkan diri sebagai tokoh atau
Kenneth O. Dalam Ratri (2008), pribadi tertentu misalnya sebagai
“pertbedaan yang paling menonjol antara pahlawan, petani, dokter, guru, sopir, dan
role play dan dram adalah pada sebagainya (Semiawan, 1993 : 82).
pelaksanaaanya : drama biasanya Menurut pendapat dari Shaftel
menggunakan naskah, sedangkan role dalam Rianto (2000 : 107) menyatakan
polaying menggunakan unsur spontan bahwa metode bermain peran diartikan
atau setidaknya reaksi yang tidak sebagai suatu metode pemecahan
dipersiapkan terlebih dahulu”. masalah yang melibatkan dua orang atau
Berdasarkan beberapa p[endapat lebih untuk mengambil keputusan secara
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terbbuka dalam situasi yang dilematis.
metode bermain peran merupakan salah Pemeranan diakhiri pada saat mencapai
satu metode ajar efektif dimana peserta titik dilema dan masing-masing pemeran
didik melakukan kegiatan bermain atau bebas menganalisa apa yang terjadi
memainkan peran tokoh lain dengan melalui diskusi yang melibatkan para
penuh penghayatan dan kreatifitas pengamat untuk mencari pemecahannya.
berdasarkan peran suartu kasus yang Berdasarkan beberapa pendapat di
sedang dibahas sebagai materi atas, maka disimpulkan bahwa bermain
pembelajaran pada saat itu. peran / sosiodrama adalah suatu metode
Sudjana (1989 : 61) menyatakan dengan cara memainkan suatu peran
bermain peran/sosio drama adalah yang menekankan penghayatan di mana
sandiwara tanpa naskah, tanpa latihan para siswa turut serta dalam memainkan
lebih dulu sehingga dilakukan secara peranan di dalam mendramatisasikan
spontan, masalah yang didramakan masalah-masalah sosial.
adalah mengenai situasi sosial. Definisi metode bermain peran
Hamalik (2006 : 214) menjelaskan dikemukakan oleh Supriyati dalam Winda
bahwa pengajaran berdasarkan Gunarti, dkk, (2008:10.10) bahwa metode
pengalaman lainnya adalah bermain bermain peran adalah permainan yang
peran karena pada umumnya siswa memerankan tokoh-tokoh atau benda
menyenangi penggunaan strategi ini sekitar anak sehingga dapat
karena berkenaan dengan isu-isu sosial mengembangkan daya khayal (imajinasi)
dan kesempatan komunikasi dan penghayatan terhadap bahan
interpersonal di dalam kelas. Di dalam kegiatan yang dilaksanakan.
bermain, peran guru menerima petan non Tedjasaputra (1995:43) memili pendapat
interpersonal di dalam kelas, siswa yang sejalan dengan Supriyati bahwa
menerima karakter, perasaan, dan ide-ide bermain peran merupakan salah satu
orang lain dalam situasi yang khusus. jenis bermain aktif, diartikan sebagai
Metode sosio drama dan bermain pemberian atribut tertentu terhadap
peran merupakan salah satu metode benda, situasi, dan anak memerankan
dalam kegiatan belajar. Metode adalah tokoh yang ia pilih. Apa yang dilakukan
suatu cara yang dalam fungsinya anak melibatkan penggunaan bahasa
merupakan alat untuk mencapai tujuan. yang dapat diamati dalam tingkah laku
Makin baik metode itu, makin efektif pula yang nyata.
pencapaian tujuan. Untuk menetapkan Berdasarkan uraian diatas
apakah suatu metode dapat disbeut baik, mengenai metode bermain peran, dapat

Lestari, Puji | 92
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani
Vol. 7 No.2 Tahun 2019

ditarik kesimpulan bahwa bermain peran Dengan bermain peran


merupakan permainan dimana anak kreativitas peserta didik dapat lebih
memainkan peran dari tokoh yang terasah karena dalam dunia
dimainkannya untuk mengembangkan khayalan, anak bisa jadi apa saja dan
daya imajinasi anak serta keterampilan melaukan apa saja sesuai dengan
berbicara pada anak. peran yang dimainkannya.
2. Tujuan Metode Bermain Peran b. Disiplin
Menurut (Carciun, 2010), Tujuan Saat bermain peran, biasanya
dari penggunaan metode bermain peran ia mengambil peraturan dan pola
adalah sebagai berikut : hidupnya sehari-hari. Misalnya, saat
a. Untuk memotivasi siswa ia bermain peran sebagai orangtua
b. Untuk menarik minat dan perhatian yang menidurkan anaknya, ia akan
siswa bersikap dan mengatakan seperti apa
c. Memberikan kesempatan kepada yang ia sering dilakukan dan
siswa untuk mengeksplorasi situasi dikatakan oleh orangtuanya.
dimana mereka mengalami emosi, Sehingga secara tak langsung, ia pun
perbedaan pendapat dan membangun kedisiplinan dan
permasalahan dalam lingkungan keteraturan pada dirinya sendiri
kehidupan sosial anak c. Keluwesan
d. Menarik siswa untuk bertanya Saat bermain peran, secara
e. Mengembangkan komunikasi tidak langsung anak-anak mulai
kemampuan siswa belajar untuk mengatasi rasa takut
f. Melatih siswa untuk berperan aktif dan hal-hal yang sebelumnya
dalam kehidupan nyata. berbeda bagi mereka Dengan
3. Jenis Metode Bermain Peran bimbingan dan perumpamaan ini,
Metode bermain peran dilihat dari diharapkan rasa takut atau trauma si
jenisnya terdiri dari dua jenis yang kecil akan lebih berkurang.
berbeda. Hal ini sejalan dengan pendapat 5. Langkah-langkah pembelajaran bermain
dari Ericson (1963) dalam magfiroh peran
(2011) bahwa metode bermain peran Menurut undang-undang no 26
terdiri dari: tahun 2008, prosedur bermain peran
a. Metode Bermain Peran Mikro terdiri atas sembilan langkah, yaitu :
Anak memainkan peran melalui a. Persiapan atau pemanasan
tokoh yang diwakili oleh benda-benda b. Memilih pemain (partisipan)
berukuran kecil, contoh kandang c. Menata panggung (ruang kelas)
dengan binatang-binatangan dan d. Menyiapkan pengamat (observer)
orang-orangan kecil. e. Memainkan peran
b. Metode Bermain Peran Makro f. Diskusi dan evaluasi
Anak bermain menjadi tokoh g. Bermain peran ulang
menggunakan alat berukuran besar h. Diskusi dan evaluasi kedua
yang digunakan anak untuk i. Berbagi pengalaman dan diskusi
menciptakan dan memainkan peran- 6. Metode bermain peran dalam
peran, contoh memakai baju dan pembelajaran bahasa Inggris di SMK.
menggunakan kotak kardus yang Pembelajaran bahasa Inggris
dibuat menjadi mobil-mobilan. diarahkan untuk meningkatkan
Metode bermain peran terdiri dari kemampuan peserta didik dalam
dua jenis yang berbeda dalam berkomunikasi dengan baik dan benar,
pelaksanaannya. Kedua jenis tersebut baik secara lisan maupun tulis, serta
adalah metode bermain peran makro dan menumbuhkan apresiasi terhadap hasil
mikro. Metode bermain peran makro karya kesastraan manusia Indonesia.
adalah bermain yang sifatnya kerjasama Bahasa Inggris sebagai bahasa
lebih dari dua orang dengan nasional diajarkan pada setiap jenjang
menggunakan alat_alat main berukuran sekolah mulai dari jenjang sekolah dasar,
sesungguhnya. Sedangkan dalam menengah, sampai ke perguruan tinggi.
bermain peran mikro, anak menggunakan Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa di
alat-alat main yang berukuran kecil yang SMK memiliki nilai strategis. Pada jenjang
dilakukan oleh dua orang bahkan sendiri. inilah pertama kalinya pembelajaran
4. Fungsi Metode Bermain Peran bahasa Inggris dilaksanakan secara
a. Kreativitas berencana dan terarah.

Lestari, Puji | 93
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani
Vol. 7 No.2 Tahun 2019

Langkah awal yang harus dilalui kerjasama, komunikatif, dan


oleh guru sebelum merencanakan dan menginterprestasikan suatu kejadian.
melaksanakan pembelajaran bahasa Melalui bermain peran, peserta didik
Inggris di SMK adalah memahami benar- mencoba mengeksplorasi hubungan-
benar pedoman petunjuk atau hubungan antarmanusia dengan cara
karakteristik mata pelajaran bahasa memperagakan dan mendiskusikannya,
Inggris. Pedoman pelaksanaan tersebut sehingga secara bersama-sama para peserta
bersumber pada Kurikulum 2013, Silabus, didik dapat mengeksplorasi parasaan-
RPP, Progam Tahunan, program perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan
Semester, Kalender Pendidikan, Jadwal berbagai strategi pemecahan masalah.
Pelajaran, serta perangkat lain yang wajib Dengan mengutip dari Shaftel dan
dipersiapkan oleh guru sesuai dengan Shaftel, E. Mulyasa (2003) mengemukakan
pedoman teknis kurikulum tahun 2013 tahapan pembelajaran bermain peran meliputi
pada mata pelajaran bahasa Inggris :
tertera 2 jam pelajaran untuk setiap 1. Menghangatkan suasana dan memotivasi
minggunya. Pengaturan jadwalnya secara peserta didik
otonomi diserahkan sepenuhnya kepada 2. Memilih peran
sekolah masing-masing. 3. Menyusun tahap-tahap peran
E. Strategi Pembelajaran Berbicara Dengan 4. Menyiapkan pengamat
Metode Bermain Peran. 5. Menyiapkan pengamat
Bermain peran merupakan salah satu 6. Tahap pemeranan
model pembelajaran yang diarahkan pada 7. Diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan
upaya pemecahan masalah-masalah yang evaluasi tahap I
berkaitan dengan hubungan antarmanusia 8. Pemeranan ulang; dan
(interpersonal relationship), terutama yang 9. Diskusi dan evaluasi tahap II; dan
menyangkut kehidupan peserta didik. 10. Membagi pengalaman dan pengambilan
Pengalaman belajar yang diperoleh keputusan.
dari metode ini meliputi, kemampuan
F. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat divisualisasikan pada gambar 1 sebagai berikut:

Guru belum Kualitas proses


Kondisi menggunakan
Awal keterampilan
metode role
playing dalam
berbicara siswa
pembelajaran
berbicara Siklus I kualitas proses
dan hasil keterampilan
Guru menggunakan berbicara meningkat
Tindakan 70%
metode role playing
dalam
pembelajaran
Siklus II kualitas proses
keterampilan
dan hasil keterampilan
berbicara berbicara meningkat
80%

Dengan mengunakan
metode role playing
dapat meningkatkan
Kondisi
akhir
kemampuan
berbicara pada siswa

METODE PENELITIAN 2. Desain Penelitian


1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini adalah Penelitian
Pendekatan penelitian adalah suatu Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang
keseluruhan cara yang dilakukan oleh peneliti berbasis kelas. Desain penelitian dengan
dalam melakukan penelitian yang dimulai dari model siklus yang tidak sulit dilakukan adalah
perumusan masalah sampai dengan model Kemmis dan MC. Taggart. PTK ini
penarikan kesimpulan (Soedarso, 1988 : 24). dilakukan melalui beberapa proses yaitu
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian antara lain sebagai berikut:
ini adalah penelitian kualitatif adalah a. Perencanaan
pendekatan yang tidak berkenaan dengan b. Tindakan
ukuran jumlah dalam bentuk angka-angka. c. Pengamatan atau Observasi
d. Refleksi

Lestari, Puji | 94
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani
Vol. 7 No.2 Tahun 2019

ANALISIS DAN PEMBAHASAN peran pada siklus II bahwa nilai tertinggi


A. Analisis Data Kemampuan Berbicara sebesar 84 dan nilai terendah sebesar 52.
Siswa Untuk lebih jelasnya berikut disajikan
Setelah dilakukan tes kemampuan data hasil kemampuan berbicara dengan
berbicara degan penerapan metode bermain penerapan metode Bermain Peran pada
siklus II adalah:
Aspek yang dinilai
No Nama siswa Nilai Ket
1 2 3 4 5
1 Agi Bagoes Permana 4 3 4 4 3 80 T
2 Alpian Zakadi 4 4 4 4 4 80 T
3 Ayu Febrianti 3 3 4 4 5 76 T
4 Dinda Miranda 3 3 3 3 3 60 TT
5 Fani Adi Sanjaya 3 4 5 4 4 80 T
6 Hadri Walid 4 4 4 4 4 80 T
7 Nandi Ofandi 5 4 4 3 3 76 T
8 Novi Arianti Pandani 4 3 5 4 4 80 T
9 Nurlina Handayani 3 4 3 5 4 76 T
10 Ramdhani Firdaus 3 4 4 4 5 80 T
11 Reza Haerizal 4 4 4 3 4 76 T
12 Rina Febriani 5 4 4 4 4 84 T
13 Rio Irwandi 3 3 4 4 4 72 T
14 Rudi Hartono 4 3 4 4 4 76 T
15 Siti Nurul Mi`Roji`Ah 2 2 3 3 3 52 TT
16 Suparman 4 3 4 4 4 76 T
17 Hamzan Mayani 4 4 3 4 4 76 T
18 Irfan Saputra 2 3 2 3 3 52 TT
19 Jayadi Kusuma 4 4 3 5 3 76 T
20 Jumiatul Noviani 3 4 3 5 5 80 T
21 Lalu Guspa Rizal 4 4 3 5 4 80 T
22 M. Irzannuari 4 5 3 3 4 76 T
23 Mardiani 4 4 4 5 3 80 T
24 Mita Ulfa 3 3 3 4 3 64 TT
25 Muh. Majedi 4 4 4 4 3 76 T
26 Muktinal Hirjan 5 4 4 3 4 80 T
27 Widiawati 4 3 4 4 3 72 T
Jumlah 2016
Rata-rata 74,66
Nilai Maksimal 84
Nilai Minimal 52
Jumlah Siswa yang Tuntas 23
Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas 4
Ketuntasan Klasikal 85,18%
Keterangan:
T = Tuntas
TT= Tidak Tuntas
Rentang Skor: 1 - 5
Aspek Penilaian 1: Lafal
2: Intonasi
3: Struktur kalimat
4: Tata bahasa
5: Kelacaran

Adapun mengenai nilai rata-rata siswa, dan rendah diperoleh dengan rumus sebagai
persentase ketuntasan belajar, dan berikut.
pengatagorian kemampuan tinggi, sedang,

Lestari, Puji | 95
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani
Vol. 7 No.2 Tahun 2019

a) Menurut Nurkencana (1990:337) untuk P


mencari nilai rata-rata siswa diperoleh KB  x 100 %
dengan rumus: N

M=
X 
23
27
x 100 %
N = 85,18 %
Keterangan : Berdasarkan penghitungan di atas
M = Mean (nilai rata-rata) dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut.
 X = Jumlah skor keseluruhan siswa 1. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada
N = Jumlah siswa siklus II yaitu 80 dan nilai terendah yaitu

M=
X 52. Nilai rata-rata siswa
pembelajaran berbicara dengan metode
dalam
N bermain peran pada siklus II sebesar
2016 74,66
=
27 2. Pengatagorian kemampuan tinggi 73,3
= 74,66 sampai 83,9 pengatagorian kemampuan
sedang 62,7 sampai < 73,3,
b) Menurut M. Nazri (2011:337) mencari
pengatagorian kemampuan tinggi, pengatagorian kemampuan rendah 52,1
sampai < 62,3
sedang, dan rendah diperoleh dengan
rumus: 3. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 23
orang sedangkan jumlah siswa yang tidak
MI = ½ x (skor maksimal ideal + skor
minimal ideal) tuntas sebanyak 4 orang. Ketuntasan
belajar secara klasikal (jumlah siswa yang
= ½ x (84 + 52)
= 68 tuntas) pada siklus II sebesar 85,18 %
4. Tingkat kemampuan berbicara siswa
SDi = 1/6 x (skor maksimal ideal – skor
minimal ideal) pada siklus II tergolong kategori baik.
Nilai rata-rata kemampuan berbicara
= 1/6 x (84 – 52)
= 5,3 siswa 85,18 berada pada kisaran 73,3
sampai < 83,9.
Mi +SDi → Mi + 3 SDi = kategori tinggi
68+5,3 → 68 + 3 (5,3) Berdasarkan hal di atas, dapat
73,3 → 68 + 15,9 dikemukakan hasil pembelajaran
73,3 → 83,9 kemampuan berbicara dengan metode
Mi – 1 Sdi → Mi + 1 SDi = kategori sedang bermain peran pada siklus II. Secara
68 – 1 (5,3) → 68 + 1(5,3) kuantitatif mengalami peningkatan dari siklus
68 – 5,3 → 68 + 5,3 I. Pada pembelajaran siklus II, dari 27 orang
62,7 → 73,3 siswa yang mengikuti pembelajaran terdapat
Mi – 3 Sdi → Mi – 1 SDi = kategori rendah 23 orang siswa yang nilainya telah mencapai
68 – 3(5,3) → 68 – 1(5,3) standar ketuntasan yaitu 70, tingkat
68 – 15,9 → 68 – 5,3 kemampuan berbicara siswa pada siklus I,
52,1 → 62,7 berada pada kategori sedang karena berada
Jika dilihat dari nilai rata-rata yag pada kisaran 57,34 sampai < 66,66, untuk
diperoleh pada siklus II yaitu 74,66 maka persentase ketuntasan pada siklus II
dapat dikatakan bahwa kemampuan mencapai 85,18 % melebihi dari standar
berbicara melalui metode bermain peran ketuntasan yang telah ditetapkan yakni
siswa Kelas XII TKJ 2 SMK Negeri 2 sebesar 70%.
B. Pembahasan
Selong berada pada kategori tinggi
(73,3→83,9). Dari hasil analisis penelitian, baik
c) Menurut Moh Nasir (1998:338) untuk secara kualitatif maupun kuantitatif
mencari persentase ketuntasan belajar menunjukkan bahwa dengan penerapan
diperoleh dengan rumus: metode bermain peran dapat meningkatkan
kemampuan berbicara siswa Kelas XII TKJ 2
P
KB  x 100 % SMK Negeri 2 Selong dengan jumlah siswa
N 27 orang.
Keterangan : Secara kualitatif, proses pembelajaran
KB = Ketuntasan belajar pada siklus I belum dikatakan berhasil. Hal
P = Jumlah siswa tuntas ini dikarenakan masih banyak aktivitas siswa
N = Banyaknya siswa maupun guru (peneliti) yang belum mencapai
hasil yang maksimal dan harus ditingkatkan.
Hal yang menyebabkan ketidak berhasilan

Lestari, Puji | 96
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani
Vol. 7 No.2 Tahun 2019

pembelajaran pada siklus I adalah peneliti Indikator Keberhasilan Penelitian Tindakan


belum dapat mengontrol kelas dan perilaku Kelas (PTK) ini melebihi target 70%.
siswa, siswa belum terbiasa dan belum Dari data kualitatif dan kuantitatif di
mempunyai pengalaman tentang cara kerja atas, menunjukkan bahwa pembelajaran
metode bermain peran serta kurangnya berbicara dengan metode bermain peran
komunikasi antara guru dan siswa pada saat telah mencapai target yang ditetapkan,
belajar mengajar berlangsung. sehingga tidak perlu ada tindakan pada
Dari permasalahan yang muncul pada siklus berikutnya.
siklus I, dilakukan upaya perbaikan tindakan Dengan demikian dapat dikatakan
pada pembelajaran siklus II. Adapun penelitian ini telah menjawab permasalahan
tindakan yang dimaksud adalah: tentang lemahnya kemampuan berbicara
1. peneliti harus melaksanakan kegiatan siswa dengan penerapan metode bermain
pembelajaran sesuai dengan rencana peran telah mampu meningkatkan
pelaksanaan pembelajaran yang telah kemampuan berbicara pada siswa Kelas XII
dibuat; TKJ 2 SMK Negeri 2 Selong Tahun
2. peneliti harus lebih aktif dalam Pelajaran 2018/2019.
mengontrol siswa dan mengelola kelas;
3. peneliti harus lebih detail dalam KESIMPULAN DAN SARAN
menjelaskan teknik maupun prosedur A. Kesimpulan
pembelajaran sehingga siswa dapat Berdasarkan pembahasan hasil
dengan mudah melaksanakan tugas- penelitian yang dipaparkan pada bab IV, dapat
tugas yang diberikan; disimpulkan sebagai berikut.
4. peneliti harus benar-benar menguasai 1. Proses belajar mengajar dengan
materi yang akan diajarkan. penerapan metode bermain peran pada
Dengan demikian, penelitian ini akan siswa Kelas XII TKJ 2 SMK Negeri 2
berlanjut pada siklus II dengan tujuan agar Selong Tahun Pelajaran 2018/2019
secara kualitatif mutu proses pembelajaran berjalan dengan optimal dan mengalami
dapat meningkat dan mencapai hasil peningkatan. Pada siklus I siswa tidak
maksimal. serius mengikuti pelajaran khususnya
Pada siklus II proses pembelajaran dalam menceritakan pengalamannya,
berjalan dengan kondusif karena masih pasif dalam bertanya,
kekurangan-kekurangan serta kendala- mengungkapkan pendapat dan gagasan,
kendala yang mucul pada siklus I dapat dan dalam memberikan tanggapan,
diatasi dan telah mengalami perbaikan. sehingga dilakukan tindakan perbaikan
Sehingga Pada siklus II proses pembelajaran pada siklus II. Pada pembelajaran siklus II
dapat dikatakan berhasil karena seluruh proses pembelajaran mengalami kemajuan,
aktivitas siswa maupun guru (peneliti) telah siswa terlihat lebih bersemangat dan serius
mencapai hasil yang maksimal, proses dalam mengikuti pembelajaran, serta mulai
belajar mengajar berjalan dengan baik dan aktif dalam bertanya dan memberikan
kondusif, siswa terlihat bersemangat dan komentar. Hal ini disebabkan suasana
serius mengikuti pembelajaran, aktif pembelajaran yang kondusif dan guru telah
bertanya dan mengajukan pertanyaan serta mampu mengontrol siswa dan mampu
telah mampu menjalin kerja sama dengan mengelola kelas dengan baik.
angota kelompoknya. Hal ini karena guru 2. Hasil pembelajaran kemampuan berbicara,
telah mampu mengontrol siswa dan mampu juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat
mengelola kelas dengan baik. diketahui dari peningkatan hasil
Begitu juga secara kuantitatif, pada pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Yang
siklus I nilai rata-rata siswa hanya mencapai mana nilai rata-rata siswa yaitu sebesar
63,85 dan pada siklus II meningkat menjadi 63,85 pada siklus I meningkat menjadi
74,66, ketuntasan belajar pada siklus I hanya 74,66 pada siklus II. Sedangkan
mencapai 66,66% dan pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa yaitu
mengalami peningkatan menjadi 85,18%. sebesar 66,66 % pada siklus I yang
Begitu juga tentang tingkat kemampuan meningkat menjadi 85,18% pada siklus II
berbicara pada siklus I tergolong katagori yang artinya persentasenya melebihi
sedang yang berada pada kisaran indikator ketercapaian yang ditetapkan
57,34sampai < 66,66, dan pada siklus II yakni 70%.
berada pada katagori baik karena berada B. Saran-Saran
kisaran 73,3 sampai < 83,7. Namun secara Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam
perseorangan meningkat dan berdasarkan kesempatan ini peneliti ingin mengemukakan

Lestari, Puji | 97
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani
Vol. 7 No.2 Tahun 2019

beberapa saran sehubungan dengan hasil


penelitian.
1. Bagi guru mata pelajaran Bahasa Inggris
diharapkan mampu menggunakan metode
belajar mengajar yang menarik bagi siswa,
dengan tujuan meningkatkan motivasi
siswa dalam belajar serta mampu
mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
2. Bagi sekolah, metode pembelajaran
Bermain peran (Role Playing ) ini dapat
dijadikan alternatif metode belajar mengajar
di sekolah, khususnya dalam mata
pelajaran Bahasa Inggris.

DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Lukmanul, 2008, Perencanaan
pembelajaran, Bandung, CV. Wacana
Prima
Hamalik. O, 2007. Proses Belajar Mengajar.
Bandung : Bumi Aksara
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 1991. Media
Pengajaran. Bandung, CV. Sinar Baru
Nurkencana, W. 1986. Evaluasi pendidikan.
Jakarta: Usaha Nasional.
Poerwadarminta, W.J.S , 2007. Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai
Pustaka
Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta : Rajawali.
Suharsimi Arikunto. Prof. 2007. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi
Aksara.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana
Perdana Media Group.

Lestari, Puji | 98

Anda mungkin juga menyukai