Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KOEFISIEN LIMPASAN (C) DI DAS REAK

KECAMATAN BAYAN KABUPATEN LOMBOK UTARA

Analysis Reak Watershed’s Runoff Coefficient (C)


in Bayan Sub-District, North Lombok District

Artikel Ilmiah
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil

Oleh:
Lia Hadiyaturrohmi
F1A 012 085

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ii
iii
ANALISIS KOEFISIEN LIMPASAN (C) DI DAS REAK
KECAMATAN BAYAN KABUPATEN LOMBOK UTARA
1 2 2
Lia Hadiyaturrohmi , Humairo Saidah , Lalu Wirahman
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

ABSTRAK
2
Daerah Aliran Sungai (DAS) Reak bagian hulu memiliki luas sekitar 24,52 km , dimana wilayah
ini merupakan hutan yang dilindungi. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, maka
kebutuhan air dan kebutuhan lahan pun meningkat, sehingga cenderung menyebabkan perubahan
tata guna lahan khususnya hutan, yang akan berpengaruh terhadap fungsi tata air suatu DAS. Hal ini
menunjukkan bahwa, perlu adanya upaya konservasi untuk menjaga kelestarian DAS dan
ketersediaan airnya.
Koefisien limpasan (C) adalah suatu parameter yang digunakan untuk mengetahui nilai infiltrasi
maupun limpasan dari air hujan yang jatuh di suatu wilayah dengan perbandingan antara volume
aliran permukaan dan volume hujan yang jatuh. Banyak metode yang digunakan untuk menentukan
nilai C seperti metode Hassing, metode U.S. Forest Service, dan metode Cook. Masing-masing
metode tersebut menggunakan parameter fisik DAS yang berbeda. Oleh karena itu, ketiga metode
tersebut perlu diuji cobakan pada suatu DAS yang sama dan memiliki pencatatan data hidrologi yang
lengkap.
Dari hasil analisis dan perhitungan, diperoleh nilai koefisien limpasan (C) di DAS Reak bagian
hulu berdasarkan hasil pengukuran adalah 0,237. Koefisien limpasan yang diperoleh melalui metode
Hassing, metode U.S. Forest Service (C min, C tengah, dan C maks), dan metode Cook masing-
masing bernilai 0,29; 0,08; 0,20; 0,31 dan 0,755. Diantara ketiga metode tersebut, metode yang paling
mendekati nilai C hasil pengukuran adalah metode U.S. Forest Service yaitu sebesar 0,20 dengan
kesalahan relatif (KR) 0,58%. Nilai ini menunjukkan bahwa DAS Reak bagian hulu dalam kondisi baik.

Kata kunci: Koefisien Limpasan (C), Hassing, U.S. Forest Service, Cook.

I. PENDAHULUAN berpengaruh terhadap tata air, agar dapat


1. Latar Belakang memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan seperti kebutuhan air bersih, irigasi, RUMKOT
penduduk, maka kebutuhan air dan kebutuhan (Rumah Tangga dan Perkotaan), SINIK (Sosial,
lahan pun meningkat. Sehingga cenderung Instansi, Niaga, Industri dan Khusus), dan
menyebabkan perubahan tata guna lahan PLTMH.
khususnya hutan, yang akan berpengaruh Koefisien limpasan (C) adalah suatu
terhadap fungsi tata air suatu DAS. Hal ini parameter yang digunakan untuk mengetahui
menunjukkan bahwa, perlu adanya upaya nilai infiltrasi maupun limpasan dari air hujan
konservasi untuk menjaga kelestarian DAS dan yang jatuh di suatu wilayah dengan
ketersediaan airnya. Daerah Aliran Sungai perbandingan antara volume aliran permukaan
(DAS) adalah suatu kawasan yang berfungsi dan volume hujan yang jatuh. DAS Reak
sebagai daerah penadah air yang memiliki stasiun pencatatan tinggi muka air
mempertahankan kelestarian fungsi sumber (AWLR) dan stasiun pencatatan data hujan
daya air di daerah tersebut (Krisnayanti dkk, (ARR) di bagian hulu, yang datanya dibutuhkan
2018). dalam perhitungan nilai C observasi. Ada
DAS Reak merupakan salah satu DAS yang beberapa metode yang digunakan untuk
berada di Kecamatan Bayan Kabupaten menentukan nilai C seperti metode Hassing,
Lombok Utara. Dimana, DAS ini termasuk DAS U.S. Forest Service, dan metode Cook. Masing-
utilitas tinggi yang memiliki area tangkapan masing metode tersebut menggunakan
yang cukup luas, dan sungainya mengalirkan parameter fisik DAS yang berbeda. Oleh
air sepanjang tahun. DAS Reak bagian hulu karena itu, beberapa metode tersebut perlu diuji
2
memiliki luas sekitar 24,52 km , dengan sungai cobakan pada suatu DAS yang sama dan
utama (Sungai Reak) sepanjang 22,15 km. memiliki pencatatan data hidrologi yang
Dimana keberadaan DAS tersebut sangat lengkap. Hasil analisis C ketiga metode

1
tersebut akan dibandingkan dengan hasil yang ditinjau. DAS ditentukan dengan
perhitungan C observasi. Sehingga diperoleh menggunakan peta topografi yang dilengkapi
metode terbaik yang dapat direkomendasikan dengan garis-garis kontur. Luas DAS
untuk digunakan dalam menghitung koefisien C berpengaruh terhadap debit sungai. Pada
di DAS Reak atau DAS lain yang memiliki umumnya, semakin besar DAS semakin besar
karakteristik yang hampir sama. pula aliran permukaan atau debit sungai
Berdasarkan pembahasan di atas, maka (Triatmodjo, 2008).
dilakukan penelitian mengenai “Analisis Pengelolaan DAS merupakan suatu bentuk
Koefisien Limpasan (C) di DAS Reak pengembangan wilayah yang menempatkan
Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok DAS sebagai suatu unit pengelolaan Sumber
Utara”. Daya Alam (SDA) yang secara umum untuk
mencapai tujuan peningkatan produksi
pertanian dan kehutanan yang optimum dan
2. Rumusan Masalah berkelanjutan (lestari) dengan upaya menekan
Ada beberapa hal yang dirumuskan dalam kerusakan seminimum mungkin agar distribusi
penelitian ini, yaitu: aliran air sungai yang berasal dari DAS dapat
1. Berapakah koefisien limpasan (C) di DAS merata sepanjang tahun. Dalam ekosistem
Reak bagian hulu yang diperoleh DAS, dapat diklasifikasikan menjadi daerah
berdasarkan hasil pengukuran? hulu, tengah, dan hilir. DAS bagian hulu
2. Berapakah koefisien limpasan (C) di DAS dicirikan sebagai daerah konservasi, DAS
Reak bagian hulu berdasarkan metode bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan
Hassing, U.S. Forest Service, dan Cook? (Anwar, 2011).
3. Metode manakah yang paling baik dari
ketiga metode tersebut yang mendekati nilai
C hasil pengukuran untuk digunakan pada 2. Data Hujan
DAS Reak bagian hulu? Data hujan merupakan data yang
dibutuhkan dalam penelitian. Pengukuran curah
hujan dilakukan oleh instansi terkait dengan
3. Tujuan Penelitian menggunakan alat ukur penakar hujan.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Pengukuran tersebut dilakukan di stasiun
1. Mengetahui koefisien limpasan (C) di DAS penakar hujan (stasiun hujan) sehingga
Reak bagian hulu yang diperoleh merupakan hujan yang terjadi pada suatu titik.
berdasarkan hasil pengukuran, Dalam analisis ini digunakan data hujan harian
2. Mengetahui koefisien limpasan (C) di DAS dari stasiun hujan Sopak.
Reak bagian hulu berdasarkan metode
Hassing, U.S. Forest Service, dan Cook,
3. Mengetahui metode yang paling baik dari 3. Uji Konsistensi Data
ketiga metode tersebut yang mendekati nilai Dalam metode RAPS, konsistensi data
C hasil pengukuran untuk digunakan pada hujan ditunjukkan dengan nilai komulatif
DAS Reak bagian hulu. penyimpangan terhadap nilai rata-rata
berdasarkan persamaan berikut:
=∑ (2-1)
4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ∑
= (2-2)
ini adalah menghasilkan nilai koefisien
limpasan yang lebih memenuhi karakteristik
daerah penelitian, sehingga dapat dengan k = 1, 2, ...., n; pada saat k = 0,
dimanfaatkan oleh semua kalangan dalam maka =0
pengelolaan lahan di daerah sekitarnya atau
pada daerah dengan karakteristik DAS yang = (2-3)
sama.

=∑ (2-4)
II. LANDASAN TEORI
1. Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan:
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah
yang dibatasi oleh punggung- punggung = nilai komulatif penyimpangan
gunung atau pegunungan dimana air hujan terhadap nilai rata- rata
yang jatuh di daerah tersebut akan mengalir Yi = data curah hujan (mm)
menuju sungai utama pada suatu titik/stasiun
2
= rerata curah hujan (mm) Tabel 2. Faktor Reduksi Areal (ARF)
2
n = jumlah data hujan DAS (km ) ARF
= Rescaled Adjusted Partial Sums
1 – 10 0,99
(RAPS)
Dy = deviasi standar seri data hujan 10 – 30 0,97
30 – 3000 1,152 – 0,0123 log 10 (AREA)
Setelah nilai diperoleh untuk setiap k,
tentukan Q dan R terhitung dengan rumus: (Sumber : Loebis, 1987)

Q=| | (2-5) 5. Koefisien Limpasan (C)


(2-6)
Koefisien limpasan (C) merupakan bilangan
yang menunjukkan nisbah antara aliran
Bandingkan untuk jumlah data (n) dan
permukaan dengan curah hujan penyebabnya
derajat kepercayaan (α) tertentu, nilai di bawah
(Asdak, 2004).
ini :
Koefisien Limpasan C terukur dapat dihitung
Q terhitung dengan Qkritik
dengan rumus :
R terhitung dengan Rkritik

Nilai Qkritik dengan Rkritik dapat dilihat dalam (2-8)


Tabel 1.
Jika : dengan:
Q terhitung < Qkritik atau = koefisien limpasan air hujan,
R terhitung < Rkritik 3
= total volume limpasan (m ),
3
= volume total curah hujan (m ).
Maka seri data yang dianalisis adalah
konsisten.

Tabel 1. Nilai kritik √ dan √ 6. Metode Penentuan Koefisien Limpasan


√ √ (C)
n
90% 95% 99% 90% 95% 99%
10 1,05 1,14 1,29 1,21 1,28 1,38 a. Metode Hassing
20 1,10 1,22 1,42 1,34 1,43 1,60 Koefisien limpasan diperoleh melalui
penggabungan parameter topografi (Ct), tanah
30 1,12 1,24 1,48 1,40 1,50 1,70 (Cs), dan vegetasi penutup (Cv). Masing-
40 1,13 1,26 1,50 1,42 1,53 1,74 masing parameter memiliki klasifikasi dengan
50 1,14 1,27 1,52 1,44 1,55 1,78 nilai koefisien limpasan seperti yang terdapat
100 1,17 1,29 1,55 1,50 1,62 1,85 pada Tabel 3.
1,22 1,36 1,63 1,62 1,75 2,00
Tabel 3. Nilai koefisien limpasan
(Sumber: Harto, 1993)
metode Hassing
No Topografi (Ct) C
Koefisien Limpasan (C) = Ct + Cs + Cv

4. Curah Hujan Rerata Daerah 1 Datar (< 1%) 0,03


Menurut Soemarto (1986), apabila hanya 2 Bergelombang (1 – 10%) 0,08
terdapat satu stasiun hujan yang dekat dengan 3 Perbukitan (10 – 20%) 0,16
lokasi, maka dapat disarankan untuk 4 Pegunungan (> 20%) 0,26
menggunakan cara berikut ini yaitu mengalikan No Tanah (Cs) C
hujan titik dengan faktor reduksi hujan, dengan 1 Pasir dan kerikil 0,04
rumus: 2 Lempung berpasir 0,08
3 Lempung dan lanau 0,16
APBAR = PBAR x ARF (2-7) 4 Lapisan batu 0,26
No Vegetasi penutup (Cv) C
dengan: 1 Hutan 0,04
APBAR = hujan areal (mm)
2 Pertanian 0,11
PBAR = hujan harian maksimum rata-rata
3 Rerumputan 0,21
tahunan (mm)
4 Tanpa tanaman 0,28
ARF = faktor reduksi hujan areal
(Sumber : Hassing, 1995 dalam Suripin, 2004)

3
b. Metode U.S. Forest Service kondisi topografi, tanah, dan vegetasi penutup.
Koefisien limpasan ditentukan berdasarkan Masing-masing jenis penggunaan lahan
tingkat kepadatan beberapa jenis penggunaan memiliki rentang nilai koefisien limpasan seperti
lahan dengan sedikit mempertimbangkan yang terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai koefisien limpasan metode U.S. Forest Service


Koefisien aliran Koefisien aliran
Tata guna lahan Tata guna lahan
(C) (C)
Perkantoran 0,70 – 0,95
Daerah pusat kota
Tanah Lapang
Daerah sekitar kota 0,50 – 0,70 0,05 – 0,10
Berpasir datar 2%
0,10 – 0,15
Berpasir agak rata 2-7%
Perumahan
0,30 – 0,50 0,15 – 0,20
Berpasir miring 7%
Rumah tinggal
0,40 – 0,60 0,13 – 0,17
Tanah berat datar 2%
Rumah susun (pisah) 0,18 – 0,22
Rumah susun Tanah berat agak rata 2-7%
0,60 – 0,75 Tanah berat miring 7%
(sambung) 0,25 – 0,35
Pinggiran kota
0,35 – 0,40
Daerah industri Tanah Pertanian 0 -50%
0,50 – 0,80
Kurang padat industri A. Tanah kosong
0,30 – 0,60
Padat industri Rata
0,60 – 0,90 0,20 – 0,50
Kasar
0,10 – 0,25 B. Ladang garapan
Taman, kuburan 0,30 – 0,60
0,20 – 0,35 Tanah berat tanpa vegetasi
Tempat bermain
0,20 – 0,40 Tanah berat bervegetasi
Daerah stasiun KA 0,20 – 0,50
Berpasir tanpa vegetasi
Daerah tak 0,20 – 0,25
0,10 – 0,30 Berpasir bervegetasi
berkembang 0,10 – 0,25
C. Padang rumput
Jalan raya
Tanah berat
Beraspal 0,70 – 0,95 0,15 – 0,45
Berpasir
Berbeton 0,80 – 0,95 0,05 – 0,25
D. Hutan bervegetasi
Berbatu-bata 0,70 – 0,85 0,05 – 0,25
Trotoar 0,75 – 0,85 Tanah tidak produktif
> 30%
Daerah Beratap 0,75 – 0,95 Rata kedap air 0,70 – 0,90
Kasar 0,50 – 0,70
(Sumber: U.S. Forest Service, 1980 dalam Asdak, 2004)

c. Metode Cook 7. Uji Kesalahan Relatif (KR)


Koefisien limpasan diperoleh melalui Pada penelitian ini, uji kesalahan relatif
penggabungan beberapa karakteristik fisik DAS digunakan untuk memberikan gambaran
yang terdiri dari topografi, infiltrasi tanah, perbandingan antara nilai C terukur dengan C
vegetasi dan simpanan permukaan. hasil analisis berdasarkan metode Hassing,
Apabila masing-masing parameter terdiri U.S. Forest Service, dan Cook.
dari beberapa klasifikasi maka dilakukan Rumus yang digunakan adalah (Suhartanto
perhitungan menggunakan rumus sebagai dkk., 2019) :
berikut :


(2-10)
(2-9)
dengan:
dengan:
= kesalahan relatif (%),
C = koefisien limpasan = nilai C terukur,
C1,2,3,n = koefisien aliran parameter = nilai C metode.
A1,2,3,n = luas parameter

4
III. METODE PENELITIAN 2) Mencari data hujan tahunan,
1. Lokasi Penelitian 3) Menguji konsistensi data hujan dengan
Lokasi penelitian terletak pada catchment metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial
area AWLR (Automatic Water Level Recorder) Sums),
Sopak (nomor DAS 041) yang terletak pada 4) Menghitung curah hujan rerata daerah,
DAS Reak bagian hulu yang memiliki luas dan
2
24,52 km dengan sungai utama yaitu Sungai 5) Menghitung volume total curah hujan yaitu
Reak yang secara administratif berada di mengalikan curah hujan rerata daerah
Kabupaten Lombok Utara. Secara geografis, dengan luas areal DAS.
o
letak stasiun AWLR Sopak berada pada 8 16’
o
29” LS dan 116 25’ 12” BT. c. Analisis Nilai Koefisien Limpasan (C)
1) Menghitung nilai koefisien limpasan (C)
terukur,
2) Menghitung nilai koefisien limpasan (C)
dengan metode Hassing, U.S. Forest
Service, dan Cook melalui analisa GIS
terhadap beberapa peta seperti peta
topografi/kemiringan lereng, penggunaan
lahan, dan tekstur tanah.

d. Uji Kesalahan Relatif (KR)


Uji kesalahan relatif dihitung untuk
mengetahui metode penentuan koefisien
limpasan yang paling baik yang mendekati
nilai koefisien limpasan C terukur.

Gambar 1. Peta Catchment Area AWLR Sopak 4. Bagan Alir Penelitian


(DAS Reak) Bagian Hulu
(Sumber: BWS NT I)

2. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan data
sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi
terkait. Adapun data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini diantaranya:
1. Peta sebaran stasiun hujan wilayah sungai
Lombok pada DAS Reak,
2. Data hujan Stasiun Hujan Sopak pada tahun
2009-2018,
3. Data debit AWLR Sopak pada tahun 2009-
2018,
4. Peta DAS Reak bagian hulu,
5. Peta topografi Kecamatan Bayan,
6. Peta tata guna lahan Kecamatan Bayan,
dan
7. Peta tekstur tanah Kecamatan Bayan.

3. Analisis Data
Adapun langkah-langkah yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Analisis Data Debit AWLR
1) Menyiapkan data debit AWLR Sopak pada
tahun 2009-2018,
2) Mencari data debit tahunan,
3) Menghitung volume limpasan permukaan.

b. Analisis Data Hujan Gambar 2. Bagan alir penelitian


1) Menyiapkan data hujan Stasiun Sopak
pada tahun 2009-2018,
5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Selanjutnya menentukan konsistensi data
1. Uji Konsistensi Data Hujan dengan syarat sesuai Tabel 1.
Perhitungan uji konsistensi data curah hujan
stasiun Sopak tahun 2009 adalah sebagai Dengan nilai n = 10, menggunakan derajat
berikut : kepercayaan 95% didapatkan nilai √ =
1. Curah hujan tahun 2009 (Yi) = 484 mm 1,140 dan √ = 1,280.
2. Jumlah data hujan (n) = 10
3. Nilai rata-rata keseluruhan data hujan ( )  = = 0,580 < 1,140 (Konsisten)
= 1563 mm √ √

4. Nilai statistik Sk* = Yi -  = = 0,620 < 1,280 (Konsisten)


√ √
= 484 –1563
= -1079,200 mm Berdasarkan hasil perhitungan uji
konsistensi data curah hujan stasiun Sopak
2 diperoleh nilai
5. Nilai statistik Dy = √ dan √ lebih kecil
dibandingkan dengan nilai √ dan √ ijin
= 95% pada Tabel 1. Hal tersebut menunjukan
= 116467,264 bahwa data curah hujan stasiun Sopak
konsisten.
6. Nilai statistik Sk**=
= 2. Curah Hujan Rerata Daerah
√∑
Berdasarkan luas DAS Reak bagian hulu
= 2
yaitu sebesar 24,52 km , maka nilai ARF yang

digunakan adalah 0,97 yang ditampilkan pada
= -0,764 Tabel 2.

7. Harga mutlak │Sk**│= 0,764 Perhitungan curah hujan rerata daerah


tahun 2009 adalah sebagai berikut:
Hasil perhitungan tahun-tahun selanjutnya
dapat dilihat pada Tabel 5. Curah hujan dengan faktor reduksi
= 484 x 0,97
Tabel 5. Hasil uji RAPS curah hujan = 469,48 mm
stasiun Sopak
No. Tahun
Hujan
Sk* Dy2 Sk** │Sk**│
Hasil perhitungan tahun-tahun selanjutnya
(mm)
dapat dilihat pada Tabel 6.
1 2009 484 -1.079,200 116467,264 -0,764 0,764
2 2010 1205 -1.437,400 206611,876 -1,017 1,017 Tabel 6. Curah hujan tahunan rerata daerah
3 2011 679 -2.321,600 538982,656 -1,643 1,643 Curah hujan rerata
Curah hujan
No. Tahun ARF daerah
4 2012 1295 -2.589,800 670706,404 -1,833 1,833 (mm)
(mm)
5 2013 2932 -1.221,000 149084,100 -0,864 0,864 1 2009 484 469,48
6 2014 1595 -1.189,200 141419,664 -0,842 0,842
2 2010 1205 1168,85
3 2011 679 658,63
7 2015 1574 -1.178,400 138862,656 -0,834 0,834 4 2012 1295 1256,15
8 2016 2189 -552,600 30536,676 -0,391 0,391 5 2013 2932 0,97 2844,04
9 2017 2294 178,200 3175,524 0,126 0,126 6 2014 1595 1547,15
7 2015 1574 1526,78
10 2018 1385 -0,000 0,000 0,000 0,000
8 2016 2189 2123,33
Jumlah 15632 1995846,820 9 2017 2294 2225,18
Rerata 1563 10 2018 1385 1343,45

Max 0,126 1,833 (Sumber : Hasil Perhitungan)


Min -1,833 0,000

(Sumber : Hasil Perhitungan)


3. Koefisien Limpasan C Terukur
1) Perhitungan Limpasan Permukaan yang
n = 10
terjadi setiap tahun
Sk**min = -1,833 Limpasan langsung harian dihitung
Sk**maks = 0,126 berdasarkan debit inflow harian dikurangi
Q = │Sk**│ maks = 1,833 dengan aliran dasar (base flow). Kemudian,
R = Sk**maks - Sk**min = 1,959 limpasan langsung harian yang diperoleh
diakumulasikan untuk menghasilkan besarnya
limpasan langsung selama satu tahun.
6
Debit limpasan langsung yang terjadi tiap  Volume limpasan permukaan
3
tahun ditampilkan pada Tabel 7. = 2661178,529 m

Tabel 7. Debit limpasan langsung  Koefisien Limpasan C


Q
No. Tahun
(m3/dt)
1 2009 30,801 =
2 2010 37,339
3 2011 31,666
=
4 2012 109,956
5 2013 64,057
6 2014 94,472
= 0,231
7 2015 337,320
Hasil perhitungan tahun-tahun selanjutnya
8 2016 72,090
ditampilkan pada Tabel 9.
9 2017 112,330
10 2018 68,890
Tabel 9. Koefisien limpasan C DAS Reak
(Sumber : Hasil Perhitungan) bagian hulu
Curah hujan Volume
Volume total
rerata limpasan
No. Tahun curah hujan C
daerah permukaan
2) Perhitungan Volume Limpasan Permukaan (m3)
(mm) (m3)
Untuk menghitung besarnya volume 1 2009 469,480 11509271,160 2661178,529 0,231
limpasan yang terjadi maka hasil yang 2 2010 1168,850 28653066,680 3226083,398 0,113
diperoleh dalam perhitungan debit limpasan 3 2011 658,630 16151986,040 2735918,808 0,169
langsung sebelumnya dikalikan dengan waktu 4 2012 1256,150 30798419,560 9500227,062 0,308
selama sehari yaitu 24 jam = 86400 detik. 5 2013 2844,040 69728725,480 5534538,598 0,079
Volume limpasan permukaan tahun 2009 6 2014 1547,150 37928982,680 8162352,178 0,215
= Q x 86400 7 2015 1526,780 37442829,544 29144448,000 0,778
= 30,801 x 86400 8 2016 2123,330 52054537,840 6228576,000 0,120
3
= 2661178,529 m 9 2017 2225,180 54563792,040 9705312,000 0,178
10 2018 1343,450 32936637,120 5952096,000 0,181
Hasil perhitungan tahun-tahun selanjutnya Koefisien Limpasan C Rata-rata 0,237
ditampilkan pada Tabel 8.
(Sumber : Hasil Perhitungan)
Tabel 8. Volume limpasan permukaan DAS
Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai koefisien
Reak bagian hulu
limpasan (C) di DAS Reak bagian hulu berbeda
Volume limpasan permukaan tiap tahunnya dan cenderung mengalami
No. Tahun
(m3)
peningkatan dari tahun 2009 sampai 2018. Nilai
1 2009 2661178,529 C tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu 0,778
2 2010 3226083,398 dan terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu
3 2011 2735918,808 0,079. Nilai C terukur rata-rata di DAS Reak
4 2012 9500227,062 bagian hulu yaitu 0,237. Ini menunjukkan
5 2013 5534538,598 bahwa 23,7 % hujan yang jatuh pada DAS akan
6 2014 8162352,178 menjadi aliran permukaan dan berada pada
7 2015 29144448,000 kondisi baik.
8 2016 6228576,000
9 2017 9705312,000
10 2018 5952096,000 4. Metode Penentuan Koefisien Limpasan
(Sumber : Hasil Perhitungan) (C)
a. Metode Hassing
Parameter topografi (Ct), tanah (Cs), dan
3) Perhitungan Nilai Koefisien Limpasan vegetasi (Cv) diperoleh melalui reklasifikasi dan
Terukur analisa peta topografi, tekstur tanah, dan
penggunaan lahan di DAS Reak bagian hulu
Contoh perhitungan koefisien limpasan yang sudah di buat sebelumnya.
terukur DAS Reak bagian hulu tahun 2009:
 Volume total curah hujan Rincian dari masing-masing parameter
= curah hujan rerata daerah x luas areal DAS beserta hasil rerata nilai C menurut metode
-3 6
= (469,48 x10 ) x (24,52 x 10 ) Hassing ditampilkan pada Tabel 10.
3
= 11511649,600 m
7
Tabel 10. Nilai koefisien limpasan (C) metode Hassing
Luas (A)
No Topografi C CxA Ct (C) = Ct + Cs + Cv
ha
1 Datar (< 1 %) 1489 0,03 44,67
2 Bergelombang (1 - 10 %) 634 0,08 50,71
3 Perbukitan (10-20 %) 57 0,16 9,10 0,07
4 Pegunungan (> 20 %) 272 0,26 70,81
Total 2452 175,30
Luas (A)
No Tanah C CxA Cs
ha
1 Pasir dan Kerikil 0 0,04 0,00
2 Lempung berpasir 0 0,08 0,00
3 Lempung dan lanau 2452 0,16 392,32 0,16 0,29
4 Lapisan batu 0 0,26 0,00
Total 2452 392,32
Luas (A)
No Vegetasi C Cx A Cv
ha
1 Hutan 1887 0,04 75,46
2 Pertanian 565 0,11 62,20
3 Rerumputan 0 0,21 0,00 0,06
4 Tanpa tanaman 0 0,28 0,00
Total 2452 137,67
(Sumber : Hasil Perhitungan)

Tabel 10 menunjukkan bahwa faktor tekstur jenis penggunaan lahan maupun nilai koefisien
tanah memberikan pengaruh terbesar dalam limpasan yang digunakan.
penentuan koefisien limpasan metode Hassing Berdasarkan peta penggunaan lahan,
dengan nilai Cs sebesar 0,16. Hal tersebut terdapat 4 jenis penggunaan lahan yang ada di
dikarenakan tekstur tanah yang terdapat di DAS Reak bagian hulu yaitu tanah berat
DAS Reak bagian hulu adalah lempung. Nilai C bervegetasi (kawasan pekebunan), tanah berat
berdasarkan parameter topografi (Ct) sebesar bevegetasi (kawasan pertanian), hutan
0,07, dan nilai C vegetasi (Cv) sebesar 0,06. bervegetasi (kawasan hutan produksi), dan
Sehingga total nilai koefisien limpasan (C) hutan bervegetasi (kawasan suaka alam,
berdasarkan metode Hassing adalah 0,29. Ini pelestarian alam, dan cagar budaya alam).
menunjukkan bahwa 29% hujan yang jatuh di Daerah penelitian didominasi oleh penggunaan
DAS Reak bagian hulu akan menjadi aliran lahan hutan bervegetasi (kawasan suaka alam,
permukaan dan kondisi DAS tergolong sedang. pelestarian alam, dan cagar budaya alam).
Nilai C pada metode ini, ditentukan dengan
trial and error. Agar mempermudah proses trial
b. Metode U.S. Forest Service and error, maka interval nilai C yang terdapat
Penentuan koefisien limpasan metode U.S. pada Tabel 4 dibagi menjadi beberapa batasan
Forest Service menggunakan metode interval yaitu minimum, tengah, dan maksimum.
nilai C pada berbagai jenis penggunaan lahan. Batasan nilai C tersebut ditampilkan pada tabel
Pengaplikasian metode ini memerlukan berikut.
penyesuaian terlebih dahulu baik dalam hal

Tabel 11. Batasan koefisien limpasan (C) metode U.S. Forest Service
Nilai C
No Penggunaan Lahan
Min Tengah Maks
1 Tanah berat bervegetasi (perkebunan) 0,2 0,35 0,5
2 Tanah berat bervegetasi (pertanian) 0,2 0,35 0,5
3 Hutan bervegetasi (hutan produksi) 0,05 0,15 0,25
Hutan bervegetasi (suaka alam, pelestarian alam, dan
4 0,05 0,15 0,25
cagar budaya alam)

8
Tabel 12. Koefisien limpasan (C) metode U.S. Forest Service (kombinasi 1)
Luas (A) C
No Penggunaan Lahan C AxC
Ha % Komposit
1 Tanah berat bervegetasi (perkebunan) 155 6,33 0,2 31,07
2 Tanah berat bervegetasi (pertanian) 410 16,73 0,2 82,03
3 Hutan bervegetasi (hutan produksi) 256 10,46 0,05 12,82
0,08
Hutan bervegetasi (suaka alam,
4 pelestarian alam, dan cagar budaya 1630 66,48 0,05 81,51
alam)
Total 2452 207,43
(Sumber: Hasil Perhitungan)

Tabel 13. Koefisien limpasan (C) metode U.S. Forest Service (kombinasi 2)
Luas (A) C
No Penggunaan Lahan C AxC
Ha % Komposit
1 Tanah berat bervegetasi (perkebunan) 155 6,33 0,5 77,67
2 Tanah berat bervegetasi (pertanian) 410 16,73 0,5 205,08
3 Hutan bervegetasi (hutan produksi) 256 10,46 0,25 64,12
0,31
Hutan bervegetasi (suaka alam,
4 pelestarian alam, dan cagar budaya 1630 66,48 0,25 407,54
alam)
Total 2452 754,40
(Sumber: Hasil Perhitungan)

Tabel 14. Koefisien limpasan (C) metode U.S. Forest Service (kombinasi 3)
Luas (L) C
No Penggunaan Lahan C LxC
Ha % Komposit
1 Tanah berat bervegetasi (perkebunan) 155 6,33 0,35 54,37
2 Tanah berat bervegetasi (pertanian) 410 16,73 0,35 143,56
3 Hutan bervegetasi (hutan produksi) 256 10,46 0,15 38,47
0,20
Hutan bervegetasi (suaka alam,
4 pelestarian alam, dan cagar budaya 1630 66,48 0,15 244,52
alam)
Total 2452 480,92
(Sumber: Hasil Perhitungan)

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, c. Metode Cook


diperoleh nilai koefisien limpasan (C) di DAS Setelah melakukan analisa GIS terhadap
Reak bagian hulu masing-masing kombinasi beberapa peta yang sudah dibuat, dapat
(1,2, dan 3) secara berturut-turut adalah 0,08; diketahui luasan dari masing-masing parameter
0,31; dan 0,2. Nilai C kombinasi 1 dan 3 (Cmin yang terdapat dalam metode Cook. Luasan dari
dan Ctengah) menunjukkan bahwa kondisi DAS masing-masing parameter tersebut ditampilkan
Reak bagian hulu tergolong baik, dan nilai C pada tabel berikut.
kombinasi 2 (Cmaks) menunjukkan bahwa
kondisi DAS Reak bagian hulu tergolong
sedang.

9
Tabel 15. Luasan dan pembobotan parameter metode Cook
Topografi Curam Berbukit Bergelombang Datar
(>30%) (10-30%) (5-10%) (0-5%)

Bobot (C = 40 %) (C = 30 %) (C = 20 %) (C = 10 %)
Luas (%) 8,05 5,28 4,21 82,46
Infiltrasi Batuan yang tertutup Lempung Geluh berpasir, Pasir, pasir
Tanah lapisan tanah tipis geluh berdebu, geluh bergeluh
berlempung

Bobot (C = 20 %) (C = 15 %) (C = 10 %) (C = 5 %)
Luas (%) 0,00 100 0,00 0,00
Vegetasi Pemukiman, Sawah irigasi, Kebun campuran, Hutan rapat
penutup lahan kosong sawah tadah hujan, hutan kurang rapat
dan tegalan

Bobot (C = 20 %) (C = 15 %) (C = 10 %) (C = 5 %)
Luas (%) 0,00 16,73 6,33 76,94
Simpanan Dapat diabaikan, Sedikit, pengatusan Sedang, pengatusan Banyak,
permukaan pengatusan kuat, baik, tidak ada baik-sedang, 2% pengatusan
saluran curam, tidak danau luas daerah berupa kurang, banyak
ada danau danau danau

Bobot (C = 20 %) (C = 15 %) (C = 10 %) (C = 5 %)
Luas (%) 0,00 0,00 0,00 100
(Sumber : Hasil Perhitungan)

Contoh perhitungan nilai C parameter Adapun rekapitulasi hasil keseluruhan nilai


kelerengan curam ( > 30 %), sebagai berikut : koefisien limpasan ditampilkan pada Tabel 16.

C= = = 0,032

Tabel 16. Nilai koefisien limpasan (C) metode Cook


Luas Luas
Topografi Bobot C
(ha) (%)
Curam (> 30 %) 198 8,05 0,4 0,032
Berbukit (10 – 30 %) 129 5,28 0,3 0,016
Bergelombang (5 – 10 %) 103 4,21 0,2 0,008
Datar (0 – 5 %) 2022 82,46 0,1 0,082
Total 2452 100,00 0,139
Luas Luas
Infiltrasi tanah Bobot C
(ha) (%)
Lempung 2452 100,00 0,15 0,150
Luas Luas
Vegetasi penutup Bobot C
(ha) (%)
Sawah irigasi, sawah tadah hujan,
410 16,73 0,15 0,025
dan tegalan
Kebun campuran,
155 6,33 0,1 0,006
hutan kurang rapat
Hutan rapat 1887 76,94 0,5 0,385
Total 2452 100,00 0,416
Luas Luas
Simpanan permukaan Bobot C
(ha) (%)
Banyak, pengatusan
2452 100,00 0,05 0,050
kurang, banyak danau
Total koefisien limpasan C 0,755
(Sumber : Hasil Perhitungan)
10
Berdasarkan hasil perhitungan yang sudah berdasarkan metode Hassing, U.S. Forest
dilakukan, diperoleh koefisien limpasan pada Service, dan Cook. Sehingga nantinya
kelerengan > 30 % dengan luas 198 ha adalah diketahui metode mana yang paling baik yang
0,032, kelerengan 10-30 % seluas 129 ha mendekati nilai koefisien limpasan C terukur.
adalah 0,016, kelerengan 5-10 % seluas 103 ha Dari hasil perhitungan sebelumnya,
adalah 0,008, dan pada kelerengan 0-5 % diperoleh nilai koefisien limpasan C
seluas 2022 ha adalah 0,082. Koefisien berdasarkan hasil pengukuran, metode
limpasan pada infiltrasi tanah seluas 2452 ha Hassing, U.S. Forest Service, dan Cook yang
adalah 0,15. Koefisien limpasan pada ditampilkan pada tabel berikut.
penggunaan lahan pertanian seluas 410 ha
adalah 0,025, lahan perkebunan seluas 155 ha Tabel 17. Nilai koefisien limpasan C masing-
adalah 0,006 dan pada lahan hutan seluas masing metode
1887 ha adalah 0,385. Koefisien limpasan pada C U.S. Forest Service
simpanan permukaan seluas 2452 ha adalah C C C
terukur Hassing C C C Cook
0,050. min tengah maks
Sehingga didapatkan total nilai koefisien
limpasan menurut metode Cook sebesar 0,755. 0,237 0,29 0,08 0,20 0,31 0,755
Nilai C yang diperoleh lebih besar dari kedua (Sumber: Hasil Perhitungan)
metode sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa
hujan yang jatuh di DAS Reak bagian hulu
sebesar 75,5% akan menjadi aliran permukaan  Contoh perhitungan uji Kesalahan Relatif C
dan tergolong tinggi. terukur dengan ( C ) Hassing:

5. Uji Kesalahan Relatif (KR) KR = = 1,19 %


Uji kesalahan relatif ini dilakukan untuk
memberikan gambaran perbandingan antara Hasil perhitungan selanjutnya ditampilkan
nilai C terukur dengan nilai C hasil analisis pada tabel di bawah ini.

Tabel 18. Uji Kesalahan Relatif (KR) C terukur dengan C metode


C
C C U.S. Forest Service C Uji Kesalahan Relatif
terukur Hassing C C C Cook (%)
min tengah maks
(1) (2) (3) (4) (5) (1) (2) (3) (4) (5)

0,237 0,29 0,08 0,20 0,31 0,755 1,19 10,40 0,58 2,25 113,22
(Sumber: Hasil Perhitungan)

Berdasarkan hasil perhitungan di atas limpasan permukaan, maka ancaman erosi dan
diperoleh nilai kesalahan relatif koefisien banjir akan besar.
limpasan C DAS Reak bagian hulu berdasarkan Setelah dilakukan analisis peta dan
hasil pengukuran dengan metode Hassing, U.S. perhitungan, masing-masing diperoleh nilai
Forest Servive (C min, C tengah, dan C maks), koefisien limpasan C terukur, Hassing, U.S.
dan metode Cook secara berturut-turut yaitu Forest Service (C min, C tengah, dan C maks),
1,19%; 10,40%; 0,58%; 2,25%; dan 113,22%. dan Cook secara berturut-turut adalah 0,237;
0,29; 0,08; 0,2; 0,31 dan 0,755. Kemudian
dilakukan uji kesalahan relatif, sehingga
6. Pembahasan diperoleh nilai C metode yang paling mendekati
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien nilai C terukur sebesar 0,237 pada DAS Reak
limpasan C yang diperoleh, maka dapat bagian hulu yaitu nilai C berdasarkan metode
diketahui tingkat penyebaran limpasan U.S. Forest Service (C tengah). Dimana nilai C
permukaan di DAS Reak bagian hulu. Nilai C ini yang diperoleh sebesar 0,20 dengan kesalahan
dapat disebut sebagai tinggi genangan yang relatif 0,58 %.
terjadi di DAS tersebut, dan merupakan salah Dengan hasil yang diperoleh tersebut, maka
satu indikator untuk menentukan apakah suatu diperoleh juga interval nilai koefisien C yang
DAS mengalami gangguan fisik. Nilai C yang paling sesuai dengan kondisi DAS Reak bagian
besar berarti sebagian besar air hujan menjadi hulu. Interval koefisien limpasan (C) tersebut
adalah interval yang didalamnya terdapat

11
koefisien C yang paling sesuai dengan DAS In Bedog Sub Watershed Yogyakarta.
Reak bagian hulu saat ini, yaitu interval (C) Jurnal Of Geography. 45(1): 48-61.
U.S. Forest Service antara Cminimum dan Arsyad, S. 2012. Konservasi Tanah dan Air.
Cmaksimum (0,20 – 0,31). Dengan interval Bogor: IPB Press.
tersebut, maka penentuan koefisien limpasan C Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan
untuk DAS Reak bagian hulu pada masa yang Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah
akan datang akan lebih mudah karena lebih Mada University Press.
spesifik. Chow, V.T. 1988. Applied Hydrology. New
York: Mc. Graw-Hill Book Company.
Fakultas Teknik. 2014. Pedoman Penulisan
V. KESIMPULAN DAN SARAN Tugas Akhir. Mataram: Jurusan Teknik
1. Kesimpulan Sipil Universitas Mataram.
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan Harto, S. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta:
yang telah dilakukan, maka didapatkan Gramedia Pustaka Utama.
kesimpulan sebagai berikut : Irwanto. 2006. Konsep Perencanaan
1. Koefisien limpasan (C) di DAS Reak bagian Pengelolaan DAS Terpadu.
hulu berdasarkan data debit dan data hujan Ismail, A. 2009. Pengaruh Perubahan
Sopak hasil pengukuran adalah 0,237. Penggunaan Lahan Terhadap
2. Koefisien limpasan (C) di DAS Reak bagian Karakteristik Hidrologi Daerah
hulu berdasarkan metode Hassing, U.S. Tangkapan Air Waduk Darma,
Forest Service (C min, C tengah, dan C Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa
maks), dan Cook secara berturut-turut Barat. Tesis Fakultas Matematika dan
adalah 0,29; 0,08; 0,20; 0,31; dan 0,755. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
3. Diantara nilai C ketiga metode tersebut, Indonesia.
yang paling mendekati nilai C hasil Kamiana, I Made. 2011. Teknik Perhitungan
pengukuran adalah metode U.S. Forest Debit Rencana Bangunan Air.
Service dengan nilai C sebesar 0,20 dengan Yogyakarta: Graha Ilmu.
kesalahan relatif (KR) 0,58%. Nilai ini Libertyca, A.N. 2015. Identifikasi Koefisien
menunjukkan bahwa DAS Reak bagian hulu Limpasan Permukaan Di Sub DAS Suco
dalam kondisi baik. Kecamatan Mumbulsari Kabupaten
Jember Menurut Metode Cook. Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
2. Saran Universitas Jember.
Dari penelitian yang telah dilakukan, ada Loebis, J. 1987. Banjir Rencana Untuk
beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai Bangunan Air. Bandung: DPU.
saran atau masukan untuk pengembangan Murwibowo dan Gunawan. 2013. Aplikasi
selanjutnya antara lain : Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
1. Penelitian koefisien limpasan C ini hanya Geografis Untuk Mengkaji Perubahan
dilakukan pada DAS Reak bagian hulu, Koefisien Limpasan Permukaan Akibat
untuk pengembangan selanjutnya dapat Letusan Gunung Merapi Tahun 2010 di
dilakukan penelitian pada DAS bagian Sub DAS Gendol Yogyakarta.
tengah atau hilirnya, dan Yogyakarta.
2. Untuk ketersediaan data hujan, debit dan Pratisto dan Danoedoro. 2003. Dampak
peta pada instansi terkait agar tersedia lebih Perubahan Penggunaan Lahan
akurat sehingga dalam pengolahan data Terhadap Respons Debit dan Bahaya
mendapatkan hasil yang akurat dan tidak Banjir (Studi Kasus di DAS Gesing
menyimpang. Purworejo berdasarkan Citra Landsat TM
dan Aster VNIR). Yogyakarta: PUSPICS
Fakultas Geografi Universitas Gadjah
DAFTAR PUSTAKA Mada.
Anggraha, H. 2008. Analisa Koefisien Rifqi, P.M. 2017. Analisis Spasial Debit Puncak
Pengaliran (C) DAS Jangkok Bagian Daerah Aliran Sungai Beringin dengan
Hulu. Tugas Akhir. Mataram: Universitas Metode Rasional. Jurusan Geografi
Mataram. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Anwar. 2011. Pengelolaan Sumber Daya Air Semarang.
Terpadu dan Berkelanjutan. Vol. 1 No. 1 Samaawa, A. 2015. Estimasi Debit Puncak
Nopember 2011. Universitas Sang Bumi Berdasarkan Beberapa Metode
Ruwa Jurai Bandar Lampung. Penentuan Koefisien Limpasan Di Sub
Aris, P dan D.B., Phika. 2013. Assessing The DAS Kedung Gong, Kabupaten
Effects Of Land Use Change On Runoff
12
Kulonprogo, Yogyakarta. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi Teknik.
Surabaya: Usaha Nasional.
Suprayogi, S. Setyawan P dan Darmakusuma
D. 2015. Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang
Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi Offset.
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah
Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta:
Kasinus.
Tjahjono, H. 2007. Buku Ajar Geografi Tanah.
Semarang: Jurusan Geografi Fakultas
Ilmu Soaial Universitas Negeri
Semarang.
Triatmodjo, B. 2008. Hidrologi Terapan.
Yogyakarta: Beta Offset.
Wulandari, D. 2002. Analisa Koefisien
Limpasan Daerah Pengaliran Sungai
Babak. Mataram: Universitas Mataram.

13

Anda mungkin juga menyukai