Artikel Ilmiah
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil
Oleh:
Lia Hadiyaturrohmi
F1A 012 085
ABSTRAK
2
Daerah Aliran Sungai (DAS) Reak bagian hulu memiliki luas sekitar 24,52 km , dimana wilayah
ini merupakan hutan yang dilindungi. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, maka
kebutuhan air dan kebutuhan lahan pun meningkat, sehingga cenderung menyebabkan perubahan
tata guna lahan khususnya hutan, yang akan berpengaruh terhadap fungsi tata air suatu DAS. Hal ini
menunjukkan bahwa, perlu adanya upaya konservasi untuk menjaga kelestarian DAS dan
ketersediaan airnya.
Koefisien limpasan (C) adalah suatu parameter yang digunakan untuk mengetahui nilai infiltrasi
maupun limpasan dari air hujan yang jatuh di suatu wilayah dengan perbandingan antara volume
aliran permukaan dan volume hujan yang jatuh. Banyak metode yang digunakan untuk menentukan
nilai C seperti metode Hassing, metode U.S. Forest Service, dan metode Cook. Masing-masing
metode tersebut menggunakan parameter fisik DAS yang berbeda. Oleh karena itu, ketiga metode
tersebut perlu diuji cobakan pada suatu DAS yang sama dan memiliki pencatatan data hidrologi yang
lengkap.
Dari hasil analisis dan perhitungan, diperoleh nilai koefisien limpasan (C) di DAS Reak bagian
hulu berdasarkan hasil pengukuran adalah 0,237. Koefisien limpasan yang diperoleh melalui metode
Hassing, metode U.S. Forest Service (C min, C tengah, dan C maks), dan metode Cook masing-
masing bernilai 0,29; 0,08; 0,20; 0,31 dan 0,755. Diantara ketiga metode tersebut, metode yang paling
mendekati nilai C hasil pengukuran adalah metode U.S. Forest Service yaitu sebesar 0,20 dengan
kesalahan relatif (KR) 0,58%. Nilai ini menunjukkan bahwa DAS Reak bagian hulu dalam kondisi baik.
Kata kunci: Koefisien Limpasan (C), Hassing, U.S. Forest Service, Cook.
1
tersebut akan dibandingkan dengan hasil yang ditinjau. DAS ditentukan dengan
perhitungan C observasi. Sehingga diperoleh menggunakan peta topografi yang dilengkapi
metode terbaik yang dapat direkomendasikan dengan garis-garis kontur. Luas DAS
untuk digunakan dalam menghitung koefisien C berpengaruh terhadap debit sungai. Pada
di DAS Reak atau DAS lain yang memiliki umumnya, semakin besar DAS semakin besar
karakteristik yang hampir sama. pula aliran permukaan atau debit sungai
Berdasarkan pembahasan di atas, maka (Triatmodjo, 2008).
dilakukan penelitian mengenai “Analisis Pengelolaan DAS merupakan suatu bentuk
Koefisien Limpasan (C) di DAS Reak pengembangan wilayah yang menempatkan
Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok DAS sebagai suatu unit pengelolaan Sumber
Utara”. Daya Alam (SDA) yang secara umum untuk
mencapai tujuan peningkatan produksi
pertanian dan kehutanan yang optimum dan
2. Rumusan Masalah berkelanjutan (lestari) dengan upaya menekan
Ada beberapa hal yang dirumuskan dalam kerusakan seminimum mungkin agar distribusi
penelitian ini, yaitu: aliran air sungai yang berasal dari DAS dapat
1. Berapakah koefisien limpasan (C) di DAS merata sepanjang tahun. Dalam ekosistem
Reak bagian hulu yang diperoleh DAS, dapat diklasifikasikan menjadi daerah
berdasarkan hasil pengukuran? hulu, tengah, dan hilir. DAS bagian hulu
2. Berapakah koefisien limpasan (C) di DAS dicirikan sebagai daerah konservasi, DAS
Reak bagian hulu berdasarkan metode bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan
Hassing, U.S. Forest Service, dan Cook? (Anwar, 2011).
3. Metode manakah yang paling baik dari
ketiga metode tersebut yang mendekati nilai
C hasil pengukuran untuk digunakan pada 2. Data Hujan
DAS Reak bagian hulu? Data hujan merupakan data yang
dibutuhkan dalam penelitian. Pengukuran curah
hujan dilakukan oleh instansi terkait dengan
3. Tujuan Penelitian menggunakan alat ukur penakar hujan.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Pengukuran tersebut dilakukan di stasiun
1. Mengetahui koefisien limpasan (C) di DAS penakar hujan (stasiun hujan) sehingga
Reak bagian hulu yang diperoleh merupakan hujan yang terjadi pada suatu titik.
berdasarkan hasil pengukuran, Dalam analisis ini digunakan data hujan harian
2. Mengetahui koefisien limpasan (C) di DAS dari stasiun hujan Sopak.
Reak bagian hulu berdasarkan metode
Hassing, U.S. Forest Service, dan Cook,
3. Mengetahui metode yang paling baik dari 3. Uji Konsistensi Data
ketiga metode tersebut yang mendekati nilai Dalam metode RAPS, konsistensi data
C hasil pengukuran untuk digunakan pada hujan ditunjukkan dengan nilai komulatif
DAS Reak bagian hulu. penyimpangan terhadap nilai rata-rata
berdasarkan persamaan berikut:
=∑ (2-1)
4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ∑
= (2-2)
ini adalah menghasilkan nilai koefisien
limpasan yang lebih memenuhi karakteristik
daerah penelitian, sehingga dapat dengan k = 1, 2, ...., n; pada saat k = 0,
dimanfaatkan oleh semua kalangan dalam maka =0
pengelolaan lahan di daerah sekitarnya atau
pada daerah dengan karakteristik DAS yang = (2-3)
sama.
=∑ (2-4)
II. LANDASAN TEORI
1. Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan:
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah
yang dibatasi oleh punggung- punggung = nilai komulatif penyimpangan
gunung atau pegunungan dimana air hujan terhadap nilai rata- rata
yang jatuh di daerah tersebut akan mengalir Yi = data curah hujan (mm)
menuju sungai utama pada suatu titik/stasiun
2
= rerata curah hujan (mm) Tabel 2. Faktor Reduksi Areal (ARF)
2
n = jumlah data hujan DAS (km ) ARF
= Rescaled Adjusted Partial Sums
1 – 10 0,99
(RAPS)
Dy = deviasi standar seri data hujan 10 – 30 0,97
30 – 3000 1,152 – 0,0123 log 10 (AREA)
Setelah nilai diperoleh untuk setiap k,
tentukan Q dan R terhitung dengan rumus: (Sumber : Loebis, 1987)
3
b. Metode U.S. Forest Service kondisi topografi, tanah, dan vegetasi penutup.
Koefisien limpasan ditentukan berdasarkan Masing-masing jenis penggunaan lahan
tingkat kepadatan beberapa jenis penggunaan memiliki rentang nilai koefisien limpasan seperti
lahan dengan sedikit mempertimbangkan yang terdapat pada Tabel 4.
4
III. METODE PENELITIAN 2) Mencari data hujan tahunan,
1. Lokasi Penelitian 3) Menguji konsistensi data hujan dengan
Lokasi penelitian terletak pada catchment metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial
area AWLR (Automatic Water Level Recorder) Sums),
Sopak (nomor DAS 041) yang terletak pada 4) Menghitung curah hujan rerata daerah,
DAS Reak bagian hulu yang memiliki luas dan
2
24,52 km dengan sungai utama yaitu Sungai 5) Menghitung volume total curah hujan yaitu
Reak yang secara administratif berada di mengalikan curah hujan rerata daerah
Kabupaten Lombok Utara. Secara geografis, dengan luas areal DAS.
o
letak stasiun AWLR Sopak berada pada 8 16’
o
29” LS dan 116 25’ 12” BT. c. Analisis Nilai Koefisien Limpasan (C)
1) Menghitung nilai koefisien limpasan (C)
terukur,
2) Menghitung nilai koefisien limpasan (C)
dengan metode Hassing, U.S. Forest
Service, dan Cook melalui analisa GIS
terhadap beberapa peta seperti peta
topografi/kemiringan lereng, penggunaan
lahan, dan tekstur tanah.
2. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan data
sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi
terkait. Adapun data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini diantaranya:
1. Peta sebaran stasiun hujan wilayah sungai
Lombok pada DAS Reak,
2. Data hujan Stasiun Hujan Sopak pada tahun
2009-2018,
3. Data debit AWLR Sopak pada tahun 2009-
2018,
4. Peta DAS Reak bagian hulu,
5. Peta topografi Kecamatan Bayan,
6. Peta tata guna lahan Kecamatan Bayan,
dan
7. Peta tekstur tanah Kecamatan Bayan.
3. Analisis Data
Adapun langkah-langkah yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Analisis Data Debit AWLR
1) Menyiapkan data debit AWLR Sopak pada
tahun 2009-2018,
2) Mencari data debit tahunan,
3) Menghitung volume limpasan permukaan.
Tabel 10 menunjukkan bahwa faktor tekstur jenis penggunaan lahan maupun nilai koefisien
tanah memberikan pengaruh terbesar dalam limpasan yang digunakan.
penentuan koefisien limpasan metode Hassing Berdasarkan peta penggunaan lahan,
dengan nilai Cs sebesar 0,16. Hal tersebut terdapat 4 jenis penggunaan lahan yang ada di
dikarenakan tekstur tanah yang terdapat di DAS Reak bagian hulu yaitu tanah berat
DAS Reak bagian hulu adalah lempung. Nilai C bervegetasi (kawasan pekebunan), tanah berat
berdasarkan parameter topografi (Ct) sebesar bevegetasi (kawasan pertanian), hutan
0,07, dan nilai C vegetasi (Cv) sebesar 0,06. bervegetasi (kawasan hutan produksi), dan
Sehingga total nilai koefisien limpasan (C) hutan bervegetasi (kawasan suaka alam,
berdasarkan metode Hassing adalah 0,29. Ini pelestarian alam, dan cagar budaya alam).
menunjukkan bahwa 29% hujan yang jatuh di Daerah penelitian didominasi oleh penggunaan
DAS Reak bagian hulu akan menjadi aliran lahan hutan bervegetasi (kawasan suaka alam,
permukaan dan kondisi DAS tergolong sedang. pelestarian alam, dan cagar budaya alam).
Nilai C pada metode ini, ditentukan dengan
trial and error. Agar mempermudah proses trial
b. Metode U.S. Forest Service and error, maka interval nilai C yang terdapat
Penentuan koefisien limpasan metode U.S. pada Tabel 4 dibagi menjadi beberapa batasan
Forest Service menggunakan metode interval yaitu minimum, tengah, dan maksimum.
nilai C pada berbagai jenis penggunaan lahan. Batasan nilai C tersebut ditampilkan pada tabel
Pengaplikasian metode ini memerlukan berikut.
penyesuaian terlebih dahulu baik dalam hal
Tabel 11. Batasan koefisien limpasan (C) metode U.S. Forest Service
Nilai C
No Penggunaan Lahan
Min Tengah Maks
1 Tanah berat bervegetasi (perkebunan) 0,2 0,35 0,5
2 Tanah berat bervegetasi (pertanian) 0,2 0,35 0,5
3 Hutan bervegetasi (hutan produksi) 0,05 0,15 0,25
Hutan bervegetasi (suaka alam, pelestarian alam, dan
4 0,05 0,15 0,25
cagar budaya alam)
8
Tabel 12. Koefisien limpasan (C) metode U.S. Forest Service (kombinasi 1)
Luas (A) C
No Penggunaan Lahan C AxC
Ha % Komposit
1 Tanah berat bervegetasi (perkebunan) 155 6,33 0,2 31,07
2 Tanah berat bervegetasi (pertanian) 410 16,73 0,2 82,03
3 Hutan bervegetasi (hutan produksi) 256 10,46 0,05 12,82
0,08
Hutan bervegetasi (suaka alam,
4 pelestarian alam, dan cagar budaya 1630 66,48 0,05 81,51
alam)
Total 2452 207,43
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Tabel 13. Koefisien limpasan (C) metode U.S. Forest Service (kombinasi 2)
Luas (A) C
No Penggunaan Lahan C AxC
Ha % Komposit
1 Tanah berat bervegetasi (perkebunan) 155 6,33 0,5 77,67
2 Tanah berat bervegetasi (pertanian) 410 16,73 0,5 205,08
3 Hutan bervegetasi (hutan produksi) 256 10,46 0,25 64,12
0,31
Hutan bervegetasi (suaka alam,
4 pelestarian alam, dan cagar budaya 1630 66,48 0,25 407,54
alam)
Total 2452 754,40
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Tabel 14. Koefisien limpasan (C) metode U.S. Forest Service (kombinasi 3)
Luas (L) C
No Penggunaan Lahan C LxC
Ha % Komposit
1 Tanah berat bervegetasi (perkebunan) 155 6,33 0,35 54,37
2 Tanah berat bervegetasi (pertanian) 410 16,73 0,35 143,56
3 Hutan bervegetasi (hutan produksi) 256 10,46 0,15 38,47
0,20
Hutan bervegetasi (suaka alam,
4 pelestarian alam, dan cagar budaya 1630 66,48 0,15 244,52
alam)
Total 2452 480,92
(Sumber: Hasil Perhitungan)
9
Tabel 15. Luasan dan pembobotan parameter metode Cook
Topografi Curam Berbukit Bergelombang Datar
(>30%) (10-30%) (5-10%) (0-5%)
Bobot (C = 40 %) (C = 30 %) (C = 20 %) (C = 10 %)
Luas (%) 8,05 5,28 4,21 82,46
Infiltrasi Batuan yang tertutup Lempung Geluh berpasir, Pasir, pasir
Tanah lapisan tanah tipis geluh berdebu, geluh bergeluh
berlempung
Bobot (C = 20 %) (C = 15 %) (C = 10 %) (C = 5 %)
Luas (%) 0,00 100 0,00 0,00
Vegetasi Pemukiman, Sawah irigasi, Kebun campuran, Hutan rapat
penutup lahan kosong sawah tadah hujan, hutan kurang rapat
dan tegalan
Bobot (C = 20 %) (C = 15 %) (C = 10 %) (C = 5 %)
Luas (%) 0,00 16,73 6,33 76,94
Simpanan Dapat diabaikan, Sedikit, pengatusan Sedang, pengatusan Banyak,
permukaan pengatusan kuat, baik, tidak ada baik-sedang, 2% pengatusan
saluran curam, tidak danau luas daerah berupa kurang, banyak
ada danau danau danau
Bobot (C = 20 %) (C = 15 %) (C = 10 %) (C = 5 %)
Luas (%) 0,00 0,00 0,00 100
(Sumber : Hasil Perhitungan)
C= = = 0,032
0,237 0,29 0,08 0,20 0,31 0,755 1,19 10,40 0,58 2,25 113,22
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Berdasarkan hasil perhitungan di atas limpasan permukaan, maka ancaman erosi dan
diperoleh nilai kesalahan relatif koefisien banjir akan besar.
limpasan C DAS Reak bagian hulu berdasarkan Setelah dilakukan analisis peta dan
hasil pengukuran dengan metode Hassing, U.S. perhitungan, masing-masing diperoleh nilai
Forest Servive (C min, C tengah, dan C maks), koefisien limpasan C terukur, Hassing, U.S.
dan metode Cook secara berturut-turut yaitu Forest Service (C min, C tengah, dan C maks),
1,19%; 10,40%; 0,58%; 2,25%; dan 113,22%. dan Cook secara berturut-turut adalah 0,237;
0,29; 0,08; 0,2; 0,31 dan 0,755. Kemudian
dilakukan uji kesalahan relatif, sehingga
6. Pembahasan diperoleh nilai C metode yang paling mendekati
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien nilai C terukur sebesar 0,237 pada DAS Reak
limpasan C yang diperoleh, maka dapat bagian hulu yaitu nilai C berdasarkan metode
diketahui tingkat penyebaran limpasan U.S. Forest Service (C tengah). Dimana nilai C
permukaan di DAS Reak bagian hulu. Nilai C ini yang diperoleh sebesar 0,20 dengan kesalahan
dapat disebut sebagai tinggi genangan yang relatif 0,58 %.
terjadi di DAS tersebut, dan merupakan salah Dengan hasil yang diperoleh tersebut, maka
satu indikator untuk menentukan apakah suatu diperoleh juga interval nilai koefisien C yang
DAS mengalami gangguan fisik. Nilai C yang paling sesuai dengan kondisi DAS Reak bagian
besar berarti sebagian besar air hujan menjadi hulu. Interval koefisien limpasan (C) tersebut
adalah interval yang didalamnya terdapat
11
koefisien C yang paling sesuai dengan DAS In Bedog Sub Watershed Yogyakarta.
Reak bagian hulu saat ini, yaitu interval (C) Jurnal Of Geography. 45(1): 48-61.
U.S. Forest Service antara Cminimum dan Arsyad, S. 2012. Konservasi Tanah dan Air.
Cmaksimum (0,20 – 0,31). Dengan interval Bogor: IPB Press.
tersebut, maka penentuan koefisien limpasan C Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan
untuk DAS Reak bagian hulu pada masa yang Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah
akan datang akan lebih mudah karena lebih Mada University Press.
spesifik. Chow, V.T. 1988. Applied Hydrology. New
York: Mc. Graw-Hill Book Company.
Fakultas Teknik. 2014. Pedoman Penulisan
V. KESIMPULAN DAN SARAN Tugas Akhir. Mataram: Jurusan Teknik
1. Kesimpulan Sipil Universitas Mataram.
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan Harto, S. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta:
yang telah dilakukan, maka didapatkan Gramedia Pustaka Utama.
kesimpulan sebagai berikut : Irwanto. 2006. Konsep Perencanaan
1. Koefisien limpasan (C) di DAS Reak bagian Pengelolaan DAS Terpadu.
hulu berdasarkan data debit dan data hujan Ismail, A. 2009. Pengaruh Perubahan
Sopak hasil pengukuran adalah 0,237. Penggunaan Lahan Terhadap
2. Koefisien limpasan (C) di DAS Reak bagian Karakteristik Hidrologi Daerah
hulu berdasarkan metode Hassing, U.S. Tangkapan Air Waduk Darma,
Forest Service (C min, C tengah, dan C Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa
maks), dan Cook secara berturut-turut Barat. Tesis Fakultas Matematika dan
adalah 0,29; 0,08; 0,20; 0,31; dan 0,755. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
3. Diantara nilai C ketiga metode tersebut, Indonesia.
yang paling mendekati nilai C hasil Kamiana, I Made. 2011. Teknik Perhitungan
pengukuran adalah metode U.S. Forest Debit Rencana Bangunan Air.
Service dengan nilai C sebesar 0,20 dengan Yogyakarta: Graha Ilmu.
kesalahan relatif (KR) 0,58%. Nilai ini Libertyca, A.N. 2015. Identifikasi Koefisien
menunjukkan bahwa DAS Reak bagian hulu Limpasan Permukaan Di Sub DAS Suco
dalam kondisi baik. Kecamatan Mumbulsari Kabupaten
Jember Menurut Metode Cook. Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
2. Saran Universitas Jember.
Dari penelitian yang telah dilakukan, ada Loebis, J. 1987. Banjir Rencana Untuk
beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai Bangunan Air. Bandung: DPU.
saran atau masukan untuk pengembangan Murwibowo dan Gunawan. 2013. Aplikasi
selanjutnya antara lain : Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
1. Penelitian koefisien limpasan C ini hanya Geografis Untuk Mengkaji Perubahan
dilakukan pada DAS Reak bagian hulu, Koefisien Limpasan Permukaan Akibat
untuk pengembangan selanjutnya dapat Letusan Gunung Merapi Tahun 2010 di
dilakukan penelitian pada DAS bagian Sub DAS Gendol Yogyakarta.
tengah atau hilirnya, dan Yogyakarta.
2. Untuk ketersediaan data hujan, debit dan Pratisto dan Danoedoro. 2003. Dampak
peta pada instansi terkait agar tersedia lebih Perubahan Penggunaan Lahan
akurat sehingga dalam pengolahan data Terhadap Respons Debit dan Bahaya
mendapatkan hasil yang akurat dan tidak Banjir (Studi Kasus di DAS Gesing
menyimpang. Purworejo berdasarkan Citra Landsat TM
dan Aster VNIR). Yogyakarta: PUSPICS
Fakultas Geografi Universitas Gadjah
DAFTAR PUSTAKA Mada.
Anggraha, H. 2008. Analisa Koefisien Rifqi, P.M. 2017. Analisis Spasial Debit Puncak
Pengaliran (C) DAS Jangkok Bagian Daerah Aliran Sungai Beringin dengan
Hulu. Tugas Akhir. Mataram: Universitas Metode Rasional. Jurusan Geografi
Mataram. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Anwar. 2011. Pengelolaan Sumber Daya Air Semarang.
Terpadu dan Berkelanjutan. Vol. 1 No. 1 Samaawa, A. 2015. Estimasi Debit Puncak
Nopember 2011. Universitas Sang Bumi Berdasarkan Beberapa Metode
Ruwa Jurai Bandar Lampung. Penentuan Koefisien Limpasan Di Sub
Aris, P dan D.B., Phika. 2013. Assessing The DAS Kedung Gong, Kabupaten
Effects Of Land Use Change On Runoff
12
Kulonprogo, Yogyakarta. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi Teknik.
Surabaya: Usaha Nasional.
Suprayogi, S. Setyawan P dan Darmakusuma
D. 2015. Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang
Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi Offset.
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah
Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta:
Kasinus.
Tjahjono, H. 2007. Buku Ajar Geografi Tanah.
Semarang: Jurusan Geografi Fakultas
Ilmu Soaial Universitas Negeri
Semarang.
Triatmodjo, B. 2008. Hidrologi Terapan.
Yogyakarta: Beta Offset.
Wulandari, D. 2002. Analisa Koefisien
Limpasan Daerah Pengaliran Sungai
Babak. Mataram: Universitas Mataram.
13