PENGELOLAAN DAS
Oleh:
SUHARNI
D1B5 09 084
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVESITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pohon atau tumbuhan berkayu lainnya, tumbuh secara bersama-sama dan cukup
rapat. Definisi hutan ini lebih menekankan kepada wujud biofisik hutan
tersebut yaitu hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi. Hutan lindung
merupakan salah satu unsur didalam DAS yang berperan melindungi tata air,
DAS merupakan daerah atau suatu wilayah yang dibatasi oleh dua batas-
batas topografi secara alami sehingga setiap air hujan yang jatuh dalam DAS
tersebut akan mengalir melalui titik tertentu dalam DAS tersebut. DAS juga
kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf hidup manusia secara lestari. Agar suatu
DAS tidak rusak maka perlu dijaga kelestarian hutan dan diperlukan pula
mempengaruhi fungsi DAS. Seperti halnya Sub DAS Lahumbuti bagian hulu
produktivitas sumber daya lahan dan keberkelanjutan sumber daya air agar tidak
terdegradasi. DAS Lahumbuti merupakan Sub DAS Sampara yang luasnya 95.198
Tujuan dari pembuatan laporan ini yaitu untuk mengetahui panjang Das
benuk DAS, Kelas topografi pada DAS Lambure dan Kemiringan lereng Wilayah
DAS Lambure.
Manfaat dari pembuatan laporan ini yaitu dapat mengetahui panjang Das
benuk DAS, Kelas topografi pada DAS Lambure dan Kemiringan lereng Wilayah
DAS Lambure.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian DAS
disebutkan bahwa DAS adalah wilayah daratan sebagai suatu kesatuan denagan
dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan menuji ke danau atau ke laut
secara alami. Sedangkan batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di
laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh oleh aktivitas daratan.
memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf hidup manusia secara lestari,
(1) mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi, (2) mampu menjamin
yang rendah dan fungsi DAS sebagai penyimpan air dapat memberikan “water
yield” yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun, (3) mampu menjaga adanya
Pola aliran merupakan pola dari organisasi atau hubungan keruangan dari
lembah-lembah, baik yang dialiri sungai maupun lembah yang kering atau tidak
dialiri sungai. Pola aliran dipengaruhi oleh lereng, kekerasan batuan, struktur,
sejarah diastrofisme, sejarah geologi dan geomerfologi dari daerah alairan sungai.
Dengan demikian pola aliran sangat berguna dalam interpretasi kenampakan
dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan yang homogen dan tidak
horisontal, atau pada batuan beku dan batuan kristalin yang homogen.
alirannya membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku. Pola aliran ini
c. Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada
isoklinal, sesar yang saling sejajar dengan spasi yang pendek) atau dekat
pantai.
d. Trellis: percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus, sungai-
terlipat atau terungkit dengan litologi yang berselang-seling antara yang lunak
dan resisten.
e. Deranged : pola aliran yang tidak teratur dengan sungai dengan sungai pendek
yang arahnya tidak menentu, payau dan pada daerah basah mencirikan daerah
f. Radial Sentrifugal: sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik.
h. Annular: sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk sudut
hampir tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan yang berseling antara
i. Pinnate : Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai
membentuk sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya terdapat
memasang benang sesuai dengan apola aliran sungai dan kemudian diukur
akan digunakan untuk menghitung besarnya kerapatan aliran di dalam suatu DAS.
dikerjakan pada acara 3 Cara / methode pengukuran luas dari peta antara lain :
a. Methode Segi Empat (Square Method)
cara membuat petak-petak / kotak bujur sangkar pada daerah yang akan
dihitung luasnya. Pada batas tepi yang luasnya setengah kotak atau lebih,
dibulatkan menjadi satu kotak, sedangkan kotak yang luasnya kurang dari
membuat jalur / garis horizontal yang sejajar dan berinterval sama, kemudian
Luas=luas( A 1+ A 2+ A 3+ A 4 + A 5)
Atau :
peta, dan pada sisa daerah diluar segitiga ditambahkan garis-garis yang tegak
lurus dengan base line (sisi segitiga), yang disebut dengan offset.
Luas daerah yang dihitung = (luas segitiga + luas offset) X skala peta
Dimana
❑
( O 1+O 2+ O3+ …+On ) x AB
Luas Offset =
n
d. Planimeter
pengamat planimeter diletakkan pada titik awal area yang akan diukur
area yang akan diukur sampai alat pengamat kembali ke titik awal .Luas
Dd =L/A
Keterangan Dd = kerapatan drainase
http://dony.blog.uns.ac.id/2010/06/04/morfometri-das-i/
seluas 95.195 Ha, berada dalam wilayah Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara
dan secara geografis terletak pada 121 o10’00’’- 122o16’00” BT dan 3o26’00”-
Meluhu dan Amonggedo. luas wilayah Sub DAS Lahumbuti secara administrasi
(Ha) % (Ha) %
L= jumlah Kotak ( n ) x ¿ )
¿ 32 x ( 1000000 )
2
¿ 32.000 .000 m ; 3.200 Ha
berupa benang. Dari data pada peta Sub DAS Lahumbuti dengan skala
¿ 3 , 4 cm X 100000
2
¿ 340.000 cm ; 3.400 m
C. Kerapatan Drainase
berikut:
= 45.510 m2
45.510
¿ =14 ,22
3.200
bahwa sistem drainase pada DAS Lahumbuti masih baik karena masih dalam
Tabel. Hasil pengamatan penggunaan dan penutupan lahan di Kawasan Sub Das
Lahumbuti 2005-2010
Perubahan lahan
Luas
No Penutupan dan
2005 2008 perubahan
. penggunaan lahan
(km2)
2 2
Km % Km %
662,03 Ha (69,55 %), kemudian diikuti oleh penggunaan lahan untuk kawasan
penyebaan sawah 98,67 km2 (10,37%), semak belukar (campuran semak belukar
dan padang ilalang) dengan luas 69,47 km2 (7,30 %) dan lahan basah (rawa air
tawar) serta tubuh perairan berupa sungai dengan luas 1,59 km2 (0,17 %).
bahwa telah terjadi perubahan fungsi yang disebabkan oleh beberapa factor yaitu
1). Pemanfaatan lahan berupa tegalan dengan teknik berpindah dan penebangan
kayu sehingga proses regenersi hutan sering tidak terjadi, 2). Praktek penebangan
Anggaberi 14.35 1.507 2.71 0.26 17.75 1.86 3.79 0.4 47.49 4.99
Benua 41.41 4.35 1.77 0.19 27.91 2.93 3.50 0.37 34.11 3.58
Lahumbuti
7.95 0.836 - 0 10.22 1.07 15.16 1.59 114.53 12.03
hulu
Lahumbuti
131.48 13.81 12.18 1.28 7.44 0.78 11.36 1.19 6.66 0.70
hilir
Lalowatu 47.00 4.937 12.04 1.27 2.38 0.25 19.47 2.05 30.24 3.18
Meluhu 31.48 3.307 15.37 1.61 1.42 0.15 4.29 0.45 32.46 3.41
Jumlah 324.14 34.05 48.64 5.11 98.32 10.3 80.09 8.41 400.75 42.10
Sumber : Pengolahan data dengan Analisis SIG BP DAS Sampara, 2011 berasal Adri Syawal,
2010 (Skripsi)
dalam lapisan tanah. Sub DAS Lahumbuti secara umum disusun oleh kemiringan
lereng yang datar-hampir datar (0-2 %) terutama pada Sub DAS Lahumbuti hilir
seluas 131,48 Km2 (13,81 %) dan kemiringan lereng curam-terjal (> 30 %)
terutama pada Sub DAS Lahumbuti hulu seluas 114,53 km 2 (12,03 %). Secara
hampir datar adalah seluas 324,14 km2 (34,05 %), landai 48,64 km2 (5,11 %),
miring 98,32 Ha (10,3 %), agak curam 80,09 km2 (8,41 %) dan curam sampai
F. Bentuk DAS
Secara umum bentuk DAS terbagi atas 3 yaitu bentuk bulu burung,
bentuk. Akan tetapi ada pula yang membaginya menjadi 4 bagian yaitu
memanjang, agak memanjang, agak bulat dan bulat. Berdasarkan peta yang
didapatkan maka bentuk DAS Lahumbuti yaitu berbentuk Agak bulat. Dengan
demikan bahwa DAS ini dapat menimbulkan banjir dimusim hujan karena
pertemuan antara air yang ada dipercabangan misalnya A dan percabangan B air
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
dimusim hujan karena pertemuan antara air yang ada dipercabangan misalnya A
tersebut. Luas DAS lambure adalah 2850 Ha dengan Panjang sungai utama dari
Sub DAS lambure dengan skala perbandingan 1:15000 adalah 146 m2. Sedangkan
sistem drainase pada DAS lambure baik karena masih dalam kategori tinggi
telah terjadi perubahan fungsi yang disebabkan oleh beberapa factor yaitu 1).
Pemanfaatan lahan berupa tegalan dengan teknik berpindah dan penebangan kayu
sehingga proses regenersi hutan sering tidak terjadi, 2lahan ini merupakan lahan
produksi.
sebagai lahan produksi dimana pada perubahan debit airnya tidak terpengaruh
kaerna masih adanya penutupan lahan .selain itu das lambure juga dipemgaruhi
terlalu tinggi
B. Saran
Sebaiknya perlu adanya manajemen yang baik pada lahan hutan produksi
kerusakan.
DAFTAR PUSTAKA
Syawal, A. 2010. Analisis Fungsi Hidrologi Kawasan Hutan Lindung Sub DAS
Lahumbuti Kabupaten Konawe. Skripsi. Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Haluoleo. Kendari. Sulawesi Tenggara.