Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

ANALISA PERHITUNGAN

4.1. Batas DAS Sungai Sambelia di Lombok Timur


Batas DAS adalah suatu daerah yang terdapat sungai yang dibatasi atau
dikelilingi oleh topografi yang jika terjadi hujan, maka air hujan akan masuk ke
sungai tersebut.

Gambar 1.0 DAS sungai Samberia

15
16

4.2. Luas DAS


Luas daerah aliran sungai (area of watershed) adalah luas keseluruhan
DAS sebagai satu system sungai yang diproyeksikan secara horizontal pada
bidang datar. Untuk mengetahui luas DAS dapat digunakan plani meter, kertas
milimeter, atau dengan menggunakan digitizer-computer (ITC, 1988).Batas DAS
ditentukan berdasarkan peta kontur. Batas DAS yang dimaksud adalah batas DAS
secara topografik (topographic drainage boundary) (seyhan, 1979).
Menghitung Luas DAS
Diketahui :
 Luas area DAS pada autocad = 1.314,6917 cm2
 Skala = 1: 25.000
Ditanyakan:
 Luas DAS pada lapangan
Jawab :
 Luas DAS pada lapangan = Luas area DAS x (skala)
= (1.314,6917 x 625.000.000)/1010
= 82,1682 km2
4.3. Panjang Alur Sungai Utama
Panjang sungai utama adalah alur sungai yang diukur mulai dari outlet DAS
hingga perpanjangan sungai sampai batas DAS. Kenyataannya cukup sulit
membedakan sungai utama dengan bukan sungai utama bila terdapat percabangan
sungai, untuk ini diambil suatu ketentuan bahwa sungai utama adalah cabang
sungai yang mempunyai daerah tangkapan (catchment) yang lebih luas.
Menghitung Panjang sungai utama DAS
Diketahui : panjang sungai
Ditanyakan: panjang sungai utama... ?
Jawab :Panjang sebenarnya = panjang pada peta x penyebut skala
= (96,2408*25.000)/100.000
= 24,0602 km
4.4. Analisis Orde Sungai
Orde sungai dibuat menggunakan hukum Strahler. Sungai orde 1 adalah
sungai yang terkecil dan tidak memiliki cabang lagi. Sungai orde 2 adalah sungai
17

yang menjadi pertemuan dua alur sungai orde 1. Sungai orde 3 dibentuk dari
pertemuan dua alur sungai orde 2, dan selanjutnya untuk orde sungai yang lebih
tinggi. Pada DAS jumlah orde sungai ada 4.

4.5. Analisa Korelasi antara Luas DAS dan Panjang Alur Sungai Utama
Korelasi antara luas DAS (A) dan panjang sungai utama (L) ditunjukkan
pada rumus Eagleson (dalam Jansen et al, 1979):

L=1.31A0.568

Diketahui : A = 82,1682 km2

Jawab : L = 1,31 x A0.568

= 1,31 x 82,16820.568

= 16,0259 km

Dan dengan rumus Mueller (dalam Richards, 1972):

L=4.63A0.47

Diketahui : A = 82,1682 km2

Jawab : L = 4,63 x A0.47

= 4,63 x 82,1682 0.47

= 36,7698 km

4.6. Kerapatan Jaringan Sungai (drainage density) dan Indeks Kerapatan


Anak Sungai (tributary index)
Kerapatan alur sungai( D ). Kerapatan alur sungai adalah nisbah antara
panjang sungai keseluruhan dengan luas DAS dengan rumus.
D = Ln / A ( Km/km²)
Dimana :
Dd= indeks kerapatan aliran sungai (km/km2 )
18

  Ln = jumlah panjang sungai termasuk panjang anak-anak sungai (km)


  A= luas DAS (km )
Indeks kerapatan aliran sungai diklasifikasikan sebagai berikut:
 Dd: < 0.25 km/km : rendah
 Dd: 0.25 - 10 km/km : sedang
 Dd: 10 - 25 km/km : tinggi
 Dd: > 25 km/km : sangat tinggi
Kerapatan alur sungai (D)
Diketahui :
 Ln = 10779,72 Km
 A = 82,1682 km2
Ditanyakan :
 D ...?
Jawab :

 D=

= 10779,72 / 82,1682
= 131,182 (sangat tinggi)
Indeks Kerapatan Anak Sungai
Indeks kerapatan anak sungai (dalam Kinori dan Mevorach, 1984):

Dt = Ni/A

Dengan Ni adalah total anak sungai dan A adalah luas total DAS.
Jawab : Dt = Ni/A
= 52/82,1682
= 0, 6328
4.7. Lebar rata-rata DAS (W)
Faktor lebar DAS adalah nisbah antara lebar DAS yang diukur pada jarak
0.75 panjang sungai utama dari outlet dengan lebar DAS yang diukur pada jarak
0,25 panjang sungai yang diukur dari outlet.
19

W = W.75 / W. 25

Gambar 1.1. penentuan luas relatif DAS (Rua) dan faktor DAS (W)

Titik Berat DAS


Merupakan titik kesetimbangan suatu DAS. Cara menentukan titik berat
adalah dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Membuat grid (1 cm x 1 cm) pada DAS
b. Membuat diagram kartesius dengan sumbu x pada bidang horisontal,
sedangkan y pada bidang vertikal.
c. Menghitung n (jumlah titik-titik perpotongan grid yang ada dalam DAS) pada
setiap koordinat x maupun y.
d. Membuat tabel perhitungan yang memuat koordinat x dan y serta nilai n
sekaligus hasil kali xn maupun xy.
e. Memasukkan data ke dalam rumus:
Koordinat titik keseimbangan x=Σxn/Σn
Koordinat titik keseimbangan y=Σyn/Σn
Titik berat/kesetimbangan suatu DAS juga bisa dilihat dari profil yang
dibuat yang sudah dibagi menjadi dua bagian yang sama atau hampir sama, di
mana titik perpotongan profil dengan garis pembagi tersebut merupakan titik
kesetimbangan.
Faktor Lebar DAS (W)
Diketahui :
W.0,25 = 3,1203cm x 100.000
= 312030
=3,1203 km
W. 0,75 = 5,2914 cm x 100.000
= 52914 0 cm
= 5,2914 km

Ditanyakan :W ..?
20

Jawab :W =

= 5,2914/3,1203
= 1,6775 km

4.8. Elevasi Awal Sungai (hulu)


Elevasi adalah posisi vertikal (ketinggian) suatu objek dari suatu titik
tertentu (datum). Datum yang biasa digunakan adalah permukaan laut dan
permukaan geoid WGS-84 yang digunakan oleh GPS. Oleh karena itu, altitudo
seringkali dinyatakan sebagai ketinggian dari permukaan laut (biasa disingkat
dpl). Di Amerika Serikat dan Britania Raya, altitudo aviasi biasa diukur dalam
satuan kaki, sedangkan di seluruh bagian dunia lain ketinggian diukur dengan
satuan meter.
Tekanan atmosfer turun bersama dengan naiknya ketinggian. Prinsip ini
merupakan dasar operasi altimeter tekanan, yang merupakan barometer aneroid
yang dikalibrasi untuk menunjukkan ketinggian dan bukan tekanan. Penurunan
tekanan ini akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen (hipoksia) pada manusia
yang berada pada ketinggian.
Elevasi sungai di hulu (+1900)
Elevasi sungai di titik kontrol (+565.95)

4.9. Slope Rata-Rata Alur Sungai Utama.


Kemiringan sungai dapat dinyatakan dalam berbagai cara, misalnya dalam
derajat, persen (%), km/km. Kemiringan sungai merupakan perbandingan beda
tinggi penampang memanjang sungai dengan jarak mendatarnya. Cara
menentukan kemiringan sungai rata- rata adalah dengan menggambarkan terlebih
dulu penampang memanjang sungai utama dan mengukur kemiringan garis lurus
yang ditarik mulai dari outlet sehingga luasan di atas dan dibawah garis lurus
mendekati sama (Seyhan, 1981).
Menghitung kemiringan rata – rata
Diketahui : Beda tinggi = 1.334,07 m = 1,334 km
21

Jarak mendatar = 24,0602 km


Ditanyakan : Kemiringan rata - rata … ?

Jawab :

S = 1,334 / 24,0602
= 0,055
4.10. Analisa Slope Rata-Rata Alur Sungai Utama
Lereng adalah kenampakan permukan alam disebabkan adanya beda tinggi
apabila beda tinggi dua tempat tesebut di bandingkan dengan jarak lurus mendatar
sehingga akan diperoleh besarnya kelerengan.
Bentuk lereng bergantung pada proses erosi juga gerakan tanah dan pelapukan.
Leeng merupakan parameter topografi yang terbagi dalam dua bagian yaitu
kemiringan lereng dan beda tinggi relatif, dimana kedua bagian tersebut besar
pengaruhnya terhadap penilaian suatu bahan kritis.
Bila dimana suatu lahan yang lahan dapat merusak lahan secara fisik,
kimia dan biologi, sehingga akan membahayakan hidrologi produksi pertanian
dan pemukiman. Salah satunya dengan menbuat
Peta Kemiringan Lereng (Peta Kelas Lereng). Dengan pendekatan rumus “Went-
Worth” yaitu pada peta topografi yang menjaadi dasar pembuatan peta kemiringan
lereng dengan dibuat grid atau jaring-jaring berukuran 1 cm kemudian masing-
masing bujur sangkar dibuat garis horizontal.Kemiringan sungai merupakan
perbandingan beda tinggi penampang panjang sungai dengan jarak mendatarnya.
Kemiringan rata-rata dapat dipakai untuk menghitung laju aliran air rata-rata yang
disebabkan oleh gaya gravitasi bumi sekaligus sebagai salah satu dari 4 faktor
penentu indeks potensi erosi.
22

Tabel 1.0. Pembagian kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi USSSM dan


USLE

Kemiringan Kemiringan Klasifikasi Klasifikasi


Keterangan
Lereng(˚) lereng (%) USSSM*(%) USLE*(%)
<1 0-2 Datar-hampir datar 0-2 1-2
1-3 3-7 Sangat landai 2-6 2-7
3-6 8-13 Landai 6-13 7-12
6-9 14-20 Agak Curam 13-25 12-18
9-25 21-55 Curam 25-55 18-24
25-26 56-140 Sangat curam >55 >24
>65 >140 Terjal
Sumber : USSSM = United Stated Soil System Management
USLE = Universal Soil Loss Equation
Sitanala Arsyad (1989:225)

KETERANGAN :

: HULU

: TENGAH

: HILIR

Skala 1 : 1.000
0 1 2 3 Km

 Menghitung nilai slope sungai pada daerah hulu.Diketahui data sebagai


berikut:
23

Slope di Hulu = = = 1.100/6.8694 = 0,15(15% Kriteria Agak Curam)

 Menghitung nilai slope sungai pada daerah tengah. Diketahui data sebagai
berikut:

Slope di tengah = = = 500/7.4022 = 0,067 (0.6% Kriteria datar)

 Menghitung nilai slope sungai pada daerah hilir. Diketahui data sebagai
berikut:

Slope di Hulu = = = = 0,063 (6,3% Kriteria Landai)

4.11. Pembagian Alur Sungai


Dalam melakukan suatu kegiatan yang berkaitan dengan pengarungan
sungai terutama arung jeram, maka terlebih dahulu kita harus faham mengenai
bagian dari daerah sungai.
Ada 3 daerah aliran sungai,yakni:
1. Daerah hulu.
Ciri-cirinya dangkal hingga dalam, bahkan ada yang sangat dalam, sempit,
seringkali mengalir didaerah lembah yang curam dan dalam. Tingkat
kecuramannya tinggi sekali sehingga banyak dijumpai air terjun. Kebanyakan
daerah ini tidak dapat diarungi.

2. Daerah Peralihan.
Ciri-cirinya daerah sungai cukup lebar dan dalam, banyak dijumpai riam
yang diselingi lubuk sungai. Daerah ini sangat ideal untuk ORAD (Olahraga Arus
Deras), akan tetapi air terjun ynag berbahaya masih dijumpai.
3. Daerah hilir
24

Ciri-cirinya lebar dan dalam, aliran airnya tenang dan berkelok-kelok


menyerupai huruf “V”. Bukan daerah yang ideal untuk ORAD. Karena banyak
ditemukan daerah yang flat (datar dengan arus yang cenderung tenang). Daerah
ini juga banyak ditemukan sampah dari hulu sungai bagian atas sehingga
kebanyakan cenderung kotor.

4.12. Analisis Klasifikasi Bentuk Denah (planform classification) Sungai


Analisis Klasifikasi Bentuk Denah (planform classification) Sungai yang
terpilih tersebut, menggunakan pendekatan:
B/ho < 8, maka masuk dalam klasifikasi sungai lurus
B/ho > 60, maka masuk dalam klasifikasi sungai berkelabang
(Sumber: River Training Techniques)
1. Sungai A dari peta B = 1,2 km dan ho = 0,2 km,
Maka B/ho = 6, masuk dalam klasifikasi sungai lurus
2. Sungai B dari peta B = 3 km dan ho = 0,5 km
Maka B/ho = 6, masuk dalam klasifikasi sungai lurus
3. Sungai C dari peta B = 0,5 km dan ho = 0,2 km
Maka B/ho = 2,5 , masuk dalam klasifikasi sungai lurus
Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS. Bentuk DAS mempunyai arti
penting dalam hubungannya dengan aliran sungai, yaitu berpengaruh terhadap
kecepatan terpusat aliran. Menurut Gregari dan Walling (1975), untuk
menentukan bentuk DAS dapat diketahui dngan terlebih dahulu menentukan nilai
Rc nya.

Rc = 4пA/P2

Ket:
Rc = Basin circularity
A = Luas DAS (m2)
P = Keliling (m)
п = 3,14
Adapun karakteristik dari nilai Basin circularity yaitu:
25

No Rc Keterangan
Bentuk daerah aliran sungai membulat, debit puncak
1 > 0.5
datangnya lama, begitu juga penurunannya
Bentuk daerah aliran sungai memanjang, debit puncak
2 < 0.5
datangnya cepat, begitu juga penurunannya
Sumber : Soewarno, 1991
Diketahui : A = 82,1682 km2
P = 45,86 km
Ditanya : Rc
Jawab : Rc = 4пA/P2
= 4 x 3,14 x 82,1682 /2.294,56
= 0.45 (bentuk DAS memanjang, debit puncak datangnya lama, begitu
juga penurunannya)

4.13. Perhitungan Curah hujan Rata – Rata Daerah


Metode Rata – Rata Aritmatik
26

Stasiun Stasiun Stasiun


No. Tahun
Hujan A Hujan B Hujan C
1 2015 331.0 279.9 264.4
2 2014 341.0 306.9 288.45
3 2013 258.0 232.2 219.3
4 2012 194.0 174.6 164.9
5 2011 263.0 236.7 223.6
6 2010 301.0 270.9 255.9
7 2009 221.0 198.9 187.9
8 2008 253.0 227.7 215.1
9 2007 287.0 258.3 244
10 2006 324.0 291.6 275.4
11 2005 234.0 210.6 198.90
12 2004 310.0 270.9 255.9
Jumlah 3317.0 2959.2 2793.8

Contoh perhitungan untuk tahun 2000 :


 Mencari nilai curah hujan rata-rata daerah
R= Ra+Rb+Rc/n
=(310+270.9+255.9)/4
= 278.93 mm

Untuk perhitungan tahun selanjutnya akan ditabelkan pada Tabel 3.2


berikut.

Tabel 3.2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Metode Rata-rata Hitung


Stasiun Hujan (mm) Jumlah Hujan
No. Tahun
A B C (mm) Rerata
1 2004 310 270.9 255.9 836.8 278.93
2 2005 234 210.6 198.9 643.5 214.50
3 2006 323.9788 291.6 275.4 891.0 296.99
4 2007 287 258.3 244 789.3 263.10
5 2008 253 227.7 215.1 695.8 231.93
6 2009 221 198.9 187.9 607.8 202.60
7 2010 301 270.9 255.9 827.8 275.93
8 2011 263 236.7 223.6 723.3 241.10
9 2012 194 174.6 164.9 533.5 177.83
10 2013 258 232.2 219.3 709.5 236.50
11 2014 341 306.9 288.4538 936.4 312.12
12 2015 331 279.9 264.4 875.3 291.77

Menghitung Luasan Dengan Poligon Thiessen


Metode thiessen digunakan apabila dalam suatu wilayah stasiun
pengamatan curah hujannya tidak tersebar merata. Curah hujan rata-rata dihitung
dengan mempertimbangkan pengaruh tiap-tiap stasiun pengamatan.
27

Berdasarkan metode thiessen, penggambaran dilakukan dengan cara meletakkan


titik-titik stasiun pada peta. Selanjutnya menghubungkan titik tiap stasiun
sehingga membentuk jaringan segitiga-segitiga.Pada setiap segitiga dibentuk
garis-garis bagi tegak lurus sehingga membentuk poligon-poligon di sekitar
masing-masing stasiun. Sisi-sisi setiap polygon merupakan batas luas efektif
yang diasumsikan untuk stasiun tersebut.

Kendala terbesar dari metode ini adalah ketidak luwesannya. Suatu


diagram thiessen baru selalu diperlukan setiap kali terdapat suatu perubahan
dalam jaringan alat ukurnya.

Gambar. Contoh Penggambaran Metode Thiessen


Tinggi curah hujan daerah metode thiessen dihitung rumus sebagai berikut:

PA . AA  PB . AB  PC . AC  ....  Pn . An
P
t

Dimana:
P = tinggi curah hujan rata-rata daerah (mm)
PA  PB  PC  Pn = tinggi curah hujan pada pos penakar A,B,C,....,n
(mm)
AA  AB  AC  An = luas daerah pada pos penakar A,B,C,....,n (km2)
t = Banyak tahun
28

Berikut merupakan gambar yang menjelaskan pembagian area DAS


berdasarkan metode Poligon Thiessen ini. Berdasarkan gambar tersebut, dapat
diketahui luasan wilayah yang dicakup oleh tiap stasiun pengukur hujan dalam
DAS tersebut.
Hujan harian daerah maksimum tahunan dipakai untuk menentukan curah
hujan rancangan di suatu DAS. Setiap stasiun pada suatu DAS memiliki bobot
luasnya (p) yang mempengaruhi curah hujan rancangan di suatu DAS. Cara
menentukannya jika terdapat 3 stasiun (A, B, dan C) sebagai berikut:
1. Pada tahun 2000 di stasiun A luas bobot 23%, p1 = 0,23. Stasiun B luas
bobot 30%, p2 = 0,3. Stasiun C luas bobot 46%, p3 = 0,46.
2. Pada tahun 2000 hujan harian daerah maksimum di stasiun A tanggal 21
Febuari = 350, di stasiun B tercatat 333,3 dan di stasiun C tercatat 261,6.
3. Rumus mencari hujan maksimum di stasiun A tahun 2000 = 350 x p1 +
333,3 x p2 + 261,6 x p3. Maka hujan maksimum di stasiun A tahun 2000
adalah 304. Langkah ntuk mencari di stasiun B dan C sama, berlaku juga
di tahun berikutnya.
4. Tabel Perhitungan Hujan Daerah Maksimum selama 12 tahun
Stasiun Stasiun Stasiun
No. Tahun
Hujan A Hujan B Hujan C
1 2015 331.0 279.9 264.4
2 2014 341.0 306.9 288.45
3 2013 258.0 232.2 219.3
4 2012 194.0 174.6 164.9
5 2011 263.0 236.7 223.6
6 2010 301.0 270.9 255.9
7 2009 221.0 198.9 187.9
8 2008 253.0 227.7 215.1
9 2007 287.0 258.3 244
10 2006 324.0 291.6 275.4
11 2005 234.0 210.6 198.90
12 2004 310.0 270.9 255.9
Jumlah 3317.0 2959.2 2793.8

5. Data hujan yang dicetak tebal adalah hujan maksimum di masing-masing


stasiun, Contohnya : tahun 2000 terjadi hujan maksimum di stasiun A pada
tanggal 21 February, kemudian pada tanggal tersebut dicari data hujan
pada stasiun B, dan C. Rmaks = ( Kolom (2) x P1 ) + ( kolom (3) x P2 ) +
( kolom (4) x P3 ). Pada kolom (5) hujan terbesar adalah 304 mm. Jadi
29

hujan daerah maksimum tahun 2000 adalah 304,0 mm terjadi pada tanggal
21 Februari

Tabel Data Stasiun Hujan Maksimum Tahunan A,B,C


Luas Wilayah Cakupan Stasiun
Stasiun
Luas (km2) Kr
Hujan
A 8.8922 0.15
B 19.944 0.34
C 29.2371 0.50
Jumlah 58.073 1

Contoh perhitungan untuk tahun 2000:


Mencari nilai curah hujan rata-rata daerah

Sedangkan untuk hasil perhitungan yang lain akan disajikan dalam Tabel

Tabel Rekapitulasi Hasil Perhitungan Metode Poligon Thiessen


PA.KA PB .KB PC.KC Prerata Pmax
No. Tahun
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 2004 47.47 93.03 128.83 269.34 128.83
2 2005 35.83 72.33 100.14 208.29 100.14
3 2006 49.61 100.14 138.65 288.40 138.65
4 2007 43.95 88.71 122.84 255.50 122.84
5 2008 38.74 78.20 108.29 225.23 108.29
6 2009 33.84 68.31 94.60 196.75 94.60
7 2010 46.09 93.03 128.83 267.96 128.83
8 2011 40.27 81.29 112.57 234.13 112.57
9 2012 29.71 59.96 83.02 172.69 83.02
10 2013 39.51 79.74 110.41 229.66 110.41
11 2014 52.21 105.40 145.22 302.83 145.22
12 2015 50.68 96.13 133.11 279.92 133.11

Tabel Tinggi Hujan Daerah Maksimum Tahunan dengan Metode Thiessen


30

No. Tahun Tinggi Hujan (mm)

1 2000 128.83
2 2001 100.14
3 2002 138.65
4 2003 122.84
5 2004 108.29
6 2005 94.60
7 2006 128.83
8 2007 112.57
9 2008 83.02
10 2009 110.41
11 2010 145.22
12 2011 133.11

3.14. Menghitung Debit Rancangan kala ulang 25,50,100


Hidrograf Satuan Sintetik GAMA I
HSS ini dikembangkan oleh Sri Harto yang diturunkan berdasarkan teori
hidrograf satuan sintetik yang dikemukakan oleh Sherman. HSS Gamma I
merupakan rumus empiris berdasarkan beberapa parameter-parameter DAS.
Parameter tersebut adalah:
1. faktor sumber (SF), yaitu perbandingan antara jumlah panjang sungai –sungai
tingkat satu (orde 1) dengan jumlah panjang sungai – sungai di semua tingkat.
2. frekuensi sumber (SN), yaitu perbandingan antara jumlah pangsa sungai-
sungai tingkat satu (orde 1) dengan jumlah pangsa sungai-sungai di semua
tingkat.
3. Faktor lebar (WF), yaitu perbandingan antara luas DAS yang diukur di titik di
sungai yang berjarak 0,75 L dengan lebar DAS yang diukur di titik sungai
yang berjarak 0,25 L dari stasiun Hidrometri.
4. Luas DAS sebelah hulu (RUA) yaitu perbandingan antara luas DAS yang
diukur di hulu garis yang ditarik tegak lurus garis hubung antara stasiun
Hidrometri dengan titik yang paling dekat dengan titik berat DAS, melewati
titik tersebut.
5. Faktor simetri (SIM), yaitu hasil kali antara faktor lebar (WF) dengan luas
DAS sebelah hulu (RUA)
31

6. Jumlah pertemuan sungai (JN) adalah jumlah semua pertemuan sungai dalam
DAS tersebut. Jumlah ini tidak lain adalah jumlah pangsa sungai tingkat satu
dikurangi satu.
7. Kerapatan jaringan kuras (D), yaitu jumlah panjang sungai sama tingkat tiap
satuan luas DAS.
Selanjutnya hidrograf satuan dijabarkan dengan empat variabel pokok,
yaitu waktu naik (Tr), debit puncak (Qp), waktu dasar (Tb) dan koefisien
tampungan (k) persamaan tersebut:
L
Tr = 0.43 ( )3 + 1.0665 SIM + 1.2775
100.SF
Tb = 27.4132 Tr0.1457 S-0.0986 SN0.7344 RUA0.2574
Qp = 0.1836 A0.5886 Tr-0.4008 JN0.2381
k/C = 0.5617 A0.1798 S-0.1446 SF-1.0897 D0.0452
Qt = Qp . e-((t-Tr)/k)

Perhitungan Unit Hidrograf Metode Gamma 1  


Parameter HSS Gamma 1      
1 Luas DAS CA 82,168 km2
2 Panjang sungai utama L 17,699 km
3 Slope Sungai S 0,787  
4 SF   0,71  
5 SN   0,61  
6 WF   0.86  
7 RUA   0,54  
8 SIM (WF x RUA)   0,464  
9 D   0,76  
10 JN   46  

TR = 0,43[L/(100SF)]3+ 1,0665SIM + 1,2775


= 1.779
= 2 jam
TB = 27,4132Tr0,1475 S-0,0986 SN0,7344 RUA0,2574
= 18.138
= 18 jam
Qp = 0,1836A0,5886 Tr-0,4008 JN0,2381
= 4.858 m3/dt/mm
32

K = 0,5617A0,1798 S-0,1446 SF-1,0897 D0,0452


= 1.861
Qb = 0,4751 A0,6444 D0,943
= 6.284 m3/dt/mm
Qt = Qp. e-1/K
= 2.838 m3/dt/mm
33

Tabel Ordinat HSS Metode Gamma 1


t Q
3 Keterangan
(jam) (m /dt/mm)
0.00 0.000
1.00 2.730 Qp
2.00 4.858 Tp
3.00 1.253
4.00 0.732
5.00 0.428
6.00 0.250
7.00 0.146
8.00 0.085
9.00 0.050
10.00 0.029
11.00 0.017
12.00 0.010
13.00 0.006
14.00 0.003
15.00 0.002 Qt
16.00 0.001
17.00 0.001
18.00 0.000
19.00 0.000
20.00 0.000
21.00 0.000
22.00 0.000
23.00 0.000
24.00 0.000
25.00 0.000
26.00 0.000
34

Tabel . Perhitungan Hidrograf Debit Banjir Rancangan Dengan Kala Ulang 5 Tahun (Metode Gamma I)
Ordinat Hujan Jam - Jaman (mm)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 Base Flow Q
T HSS (Qt)
116.720 30.338 21.281 16.942 14.307 12.506
3 3 3
(m /det/mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m /det) (m /det)
0.00 0.000 6.284 6.284
1.00 2.730 318.660 6.284 1079.970
2.00 4.858 567.027 82.826 6.284 1800.000
3.00 1.253 146.264 147.382 58.101 6.284 1980.000
4.00 0.732 85.453 38.017 103.385 46.254 6.284 1971.324
5.00 0.428 49.924 22.211 26.668 82.305 39.060 6.284 1888.500
6.00 0.250 29.168 12.976 15.580 21.230 69.503 34.143 6.284 1675.879
7.00 0.146 17.041 7.581 9.103 12.404 17.928 60.754 6.284 1430.754
8.00 0.085 9.956 4.429 5.318 7.247 10.474 15.671 6.284 1121.996
9.00 0.050 5.817 2.588 3.107 4.234 6.119 9.156 6.284 894.209
10.00 0.029 3.398 1.512 1.815 2.473 3.575 5.349 6.284 713.789
11.00 0.017 1.985 0.883 1.061 1.445 2.089 3.125 6.284 570.885
12.00 0.010 1.160 0.516 0.620 0.844 1.220 1.826 6.284 457.697
13.00 0.006 0.678 0.301 0.362 0.493 0.713 1.067 6.284 368.045
14.00 0.003 0.396 0.176 0.211 0.288 0.417 0.623 6.284 297.036
15.00 0.002 0.231 0.103 0.124 0.168 0.243 0.364 6.284 240.792
16.00 0.001 0.135 0.060 0.072 0.098 0.142 0.213 6.284 196.244
17.00 0.001 0.079 0.035 0.042 0.057 0.083 0.124 6.284 160.959
18.00 0.000 0.046 0.021 0.025 0.034 0.049 0.073 6.284 133.011
19.00 0.000 0.027 0.012 0.014 0.020 0.028 0.042 6.284 110.875
20.00 0.000 0.016 0.007 0.008 0.011 0.017 0.025 6.284 93.341
21.00 0.000 0.009 0.004 0.005 0.007 0.010 0.014 6.284 79.454
22.00 0.000 0.005 0.002 0.003 0.004 0.006 0.008 6.284 68.454
23.00 0.000 0.003 0.001 0.002 0.002 0.003 0.005 6.284 59.742
24.00 0.000 0.002 0.001 0.001 0.001 0.002 0.003 6.284 52.841

Tabel Perhitungan Hidrograf Debit Banjir Rancangan Dengan Kala Ulang 25 Tahun (Metode Gamma I)
Ordinat Hujan Jam - Jaman (mm)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 Base Flow Q
T HSS (Qt)
136.118 35.380 24.818 19.758 16.685 14.584
3 3 3
(m /det/mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m /det) (m /det)
0.00 0.000 6.284 6.284
1.00 2.730 371.619 6.284 863.976
2.00 4.858 661.262 96.592 6.284 1440.000
3.00 1.253 170.572 171.876 67.757 6.284 1584.000
4.00 0.732 99.654 44.335 120.567 53.941 6.284 1577.059
5.00 0.428 58.221 25.902 31.100 95.983 45.551 6.284 1510.800
6.00 0.250 34.015 15.133 18.170 24.759 81.054 39.817 6.284 1340.703
7.00 0.146 19.873 8.841 10.615 14.465 20.908 70.851 6.284 1144.603
8.00 0.085 11.610 5.165 6.202 8.451 12.215 18.276 6.284 897.597
9.00 0.050 6.783 3.018 3.623 4.937 7.136 10.677 6.284 715.367
10.00 0.029 3.963 1.763 2.117 2.885 4.169 6.238 6.284 571.031
11.00 0.017 2.315 1.030 1.237 1.685 2.436 3.645 6.284 456.708
12.00 0.010 1.353 0.602 0.723 0.985 1.423 2.129 6.284 366.158
13.00 0.006 0.790 0.352 0.422 0.575 0.831 1.244 6.284 294.436
14.00 0.003 0.462 0.205 0.247 0.336 0.486 0.727 6.284 237.629
15.00 0.002 0.270 0.120 0.144 0.196 0.284 0.425 6.284 192.634
16.00 0.001 0.158 0.070 0.084 0.115 0.166 0.248 6.284 156.995
17.00 0.001 0.092 0.041 0.049 0.067 0.097 0.145 6.284 128.767
18.00 0.000 0.054 0.024 0.029 0.039 0.057 0.085 6.284 106.409
19.00 0.000 0.031 0.014 0.017 0.023 0.033 0.049 6.284 88.700
20.00 0.000 0.018 0.008 0.010 0.013 0.019 0.029 6.284 74.673
21.00 0.000 0.011 0.005 0.006 0.008 0.011 0.017 6.284 63.563
22.00 0.000 0.006 0.003 0.003 0.005 0.007 0.010 6.284 54.763
23.00 0.000 0.004 0.002 0.002 0.003 0.004 0.006 6.284 47.793
24.00 0.000 0.002 0.001 0.001 0.002 0.002 0.003 6.284 42.273
35

Tabel Perhitungan Hidrograf Debit Banjir Rancangan Dengan Kala Ulang 50 Tahun (Metode Gamma I)
Ordinat Hujan Jam - Jaman (mm)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 Base Flow Q
T HSS (Qt)
141.231 36.709 25.750 20.500 17.311 15.132
3 3 3
(m /det/mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m /det) (m /det)
0.00 0.000 6.284 6.284
1.00 2.730 385.579 6.284 950.374
2.00 4.858 686.103 100.220 6.284 1584.000
3.00 1.253 176.979 178.333 70.302 6.284 1742.400
4.00 0.732 103.398 46.001 125.096 55.967 6.284 1734.765
5.00 0.428 60.409 26.875 32.268 99.589 47.262 6.284 1661.880
6.00 0.250 35.293 15.701 18.852 25.689 84.099 41.313 6.284 1474.774
7.00 0.146 20.619 9.173 11.014 15.008 21.693 73.512 6.284 1259.063
8.00 0.085 12.047 5.359 6.435 8.768 12.674 18.962 6.284 987.356
9.00 0.050 7.038 3.131 3.760 5.123 7.405 11.079 6.284 786.904
10.00 0.029 4.112 1.829 2.196 2.993 4.326 6.472 6.284 628.134
11.00 0.017 2.402 1.069 1.283 1.749 2.527 3.781 6.284 502.379
12.00 0.010 1.404 0.624 0.750 1.022 1.477 2.209 6.284 402.773
13.00 0.006 0.820 0.365 0.438 0.597 0.863 1.291 6.284 323.880
14.00 0.003 0.479 0.213 0.256 0.349 0.504 0.754 6.284 261.391
15.00 0.002 0.280 0.125 0.150 0.204 0.294 0.441 6.284 211.897
16.00 0.001 0.164 0.073 0.087 0.119 0.172 0.257 6.284 172.694
17.00 0.001 0.096 0.043 0.051 0.070 0.101 0.150 6.284 141.644
18.00 0.000 0.056 0.025 0.030 0.041 0.059 0.088 6.284 117.050
19.00 0.000 0.033 0.015 0.017 0.024 0.034 0.051 6.284 97.570
20.00 0.000 0.019 0.008 0.010 0.014 0.020 0.030 6.284 82.140
21.00 0.000 0.011 0.005 0.006 0.008 0.012 0.018 6.284 69.919
22.00 0.000 0.007 0.003 0.003 0.005 0.007 0.010 6.284 60.240
23.00 0.000 0.004 0.002 0.002 0.003 0.004 0.006 6.284 52.573
24.00 0.000 0.002 0.001 0.001 0.002 0.002 0.003 6.284 46.500

Tabel Perhitungan Hidrograf Debit Banjir Rancangan Dengan Kala Ulang 100 Tahun (Metode Gamma I)
Ordinat Hujan Jam - Jaman (mm)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 Base Flow Q
T HSS (Qt)
145.657 37.859 26.557 21.142 17.854 15.606
3 3 3
(m /det/mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m /det) (m /det)
0.00 0.000 6.284 6.284
1.00 2.730 397.661 6.284 1045.411
2.00 4.858 707.602 103.360 6.284 1742.400
3.00 1.253 182.525 183.921 72.505 6.284 1916.640
4.00 0.732 106.638 47.442 129.016 57.721 6.284 1908.242
5.00 0.428 62.302 27.717 33.279 102.709 48.743 6.284 1828.068
6.00 0.250 36.399 16.193 19.443 26.494 86.734 42.607 6.284 1622.251
7.00 0.146 21.265 9.461 11.359 15.479 22.373 75.816 6.284 1384.970
8.00 0.085 12.424 5.527 6.637 9.043 13.071 19.557 6.284 1086.092
9.00 0.050 7.259 3.229 3.877 5.283 7.637 11.426 6.284 865.595
10.00 0.029 4.241 1.887 2.265 3.087 4.462 6.675 6.284 690.948
11.00 0.017 2.478 1.102 1.323 1.803 2.607 3.900 6.284 552.617
12.00 0.010 1.447 0.644 0.773 1.054 1.523 2.278 6.284 443.051
13.00 0.006 0.846 0.376 0.452 0.616 0.890 1.331 6.284 356.268
14.00 0.003 0.494 0.220 0.264 0.360 0.520 0.778 6.284 287.531
15.00 0.002 0.289 0.128 0.154 0.210 0.304 0.454 6.284 233.087
16.00 0.001 0.169 0.075 0.090 0.123 0.177 0.265 6.284 189.964
17.00 0.001 0.099 0.044 0.053 0.072 0.104 0.155 6.284 155.808
18.00 0.000 0.058 0.026 0.031 0.042 0.061 0.091 6.284 128.754
19.00 0.000 0.034 0.015 0.018 0.024 0.035 0.053 6.284 107.327
20.00 0.000 0.020 0.009 0.010 0.014 0.021 0.031 6.284 90.354
21.00 0.000 0.011 0.005 0.006 0.008 0.012 0.018 6.284 76.911
22.00 0.000 0.007 0.003 0.004 0.005 0.007 0.011 6.284 66.264
23.00 0.000 0.004 0.002 0.002 0.003 0.004 0.006 6.284 57.830
24.00 0.000 0.002 0.001 0.001 0.002 0.002 0.004 6.284 51.150
36

Tabel 7.33. Rekapitulasi Perhitungan Hidrograf Debit Banjir Rancangan Dengan Menggunakan Metode Gamma I
3
Debit Banjir Rancangan (m /dt)
Waktu Qt
5 th 25 th 50 th 100 th
0.00 0.000 6.284 6.284 6.284 6.284
1.00 2.730 1079.970 863.976 950.374 1045.411
2.00 4.858 1800.000 1440.000 1584.000 1742.400
3.00 1.253 1980.000 1584.000 1742.400 1916.640
4.00 0.732 1971.324 1577.059 1734.765 1908.242
5.00 0.428 1888.500 1510.800 1661.880 1828.068
6.00 0.250 1675.879 1340.703 1474.774 1622.251
7.00 0.146 1430.754 1144.603 1259.063 1384.970
8.00 0.085 1121.996 897.597 987.356 1086.092
9.00 0.050 894.209 715.367 786.904 865.595
10.00 0.029 713.789 571.031 628.134 690.948
11.00 0.017 570.885 456.708 502.379 552.617
12.00 0.010 457.697 366.158 402.773 443.051
13.00 0.006 368.045 294.436 323.880 356.268
14.00 0.003 297.036 237.629 261.391 287.531
15.00 0.002 240.792 192.634 211.897 233.087
16.00 0.001 196.244 156.995 172.694 189.964
17.00 0.001 160.959 128.767 141.644 155.808
18.00 0.000 133.011 106.409 117.050 128.754
19.00 0.000 110.875 88.700 97.570 107.327
20.00 0.000 93.341 74.673 82.140 90.354
21.00 0.000 79.454 63.563 69.919 76.911
22.00 0.000 68.454 54.763 60.240 66.264
23.00 0.000 59.742 47.793 52.573 57.830
24.00 0.000 52.841 42.273 46.500 51.150
Q maksimum 1980.000 1584.000 1742.400 1916.640
37

Gambar. Hidrograf Satuan Sintetik Kala Ulang 5th, 25th,50th,100th


38

Gambar. Hidrograf Banjir Rancangan Kala Ulang 25th,50th,100th

Anda mungkin juga menyukai