Anda di halaman 1dari 6

1

DINDING HALANG SEBAGAI SOLUSI LAPISAN PIROKLASTIK DI


TUBUH BENDUNGAN PIDEKSO WONOGIRI, JAWA TENGAH

Sub Tema : Penerapan Inovasi Teknologi


1 2 3 4 5
Dony Faturochman S. , Khoirul Murod , Yoga Darmawan , Bambang P. Oetomo , dan Nur Eko.A

1
Ka SNVT Pembangunan Bendungan
2
Kasie Bendungan
3
PPK Bendungan III
4
Team Leader Konsultan Supervisi Proyek Waduk Pidekso
5
Project Manager Proyek Waduk Pidekso

Abstract

Bendungan Pidekso terletak di desa Pidekso, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa
Tengah pada posisi geografis 7°32' – 8°15' Lintang Selatan dan 110041' - 111°18' Bujur Timur yang keadaan alamnya
sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping, terutama di bagian Selatan, termasuk jajaran
Pegunungan Selatan yang merupakan mata air dari Bengawan Solo.
Pada tubuh bendungan yang direncanakan di desa Pidekso terdapat lapisan alluvial atau secara spesifik
disebut lapisan piroklastik yang memiliki litologi semi konsolidasi, lunak, dan porus. Berdasarkan studi terpadu yang
mencakup geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, petrologi, alterasi, dan mineralisasi dapat diidentifikasi adanya
gunung api purba di daerah Karangtengah yang dekat dengan lokasi waduk. Gunung api ini terbentuk di dasar laut,
berkomposisi basal dan merupakan bagian busur kepulauan gunung api pada waktu itu. Mineralisasi bentukan asal
gunung api tersebut terdiri atas logam Fe, Cu, Pb, dan Zn yang terendapkan di dalam fasies pusat gunung api purba
Karangtengah.
Tanah piroklastik yang mengalir dibawah lokasi bendungan berpotensi terhadap kegagalan konstruksi
dikarenakan sifatnya yang tidak dapat di grouting sehingga mengakibatkan terjadinya aliran dibawah tubuh
bendungan. Pada lokasi tubuh bendungan perlu adanya perbaikan dengan memberikan dinding halang untuk
menghambat laju air dibawah tubuh bendungan dengan memperhatikan kondisi litologi tanah piroklastik tersebut.
Metode pembuatan dinding halang dengan menggunakan secant pile dipilih sebagai solusi terbaik karena kondisi
tanah yang mudah runtuh.

Kata Kunci: Bendungan Pidekso, Tanah Piroklastik, Dinding Halang


2

I. PENDAHULUAN
Bendungan Pidekso terletak di desa Pidekso, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah pada
posisi geografis 7°32' – 8°15' Lintang Selatan dan 110041' - 111°18' Bujur Timur (Lihat Gambar 1.1). Keadaan alamnya
sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping, terutama di bagian Selatan, termasuk jajaran Pegunungan
Selatan yang merupakan mata air dari Bengawan Solo.

Secara morfologis, topografi Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi: (1) daerah dataran dan relatif datar di sekitar
pantai, mempunyai ketinggian rata-rata kurang dari 50 m di atas muka air laut dengan kemiringan lereng kurang dari 5°; dan
(2) daerah dengan morfologi perbukitan bergelombang, menempati bagian tengah dan utara ±65% dari luas wilayah
Kabupaten Wonogiri, mempunyai ketinggian antara 50-600 di atas muka air laut dengan kemiringan umum lereng berkisar
antara 5-70°. Dengan topografi daerah yang tidak rata, perbedaan antara satu kawasan dengan kawasan lain membuat kondisi
sumber daya alam juga saling berbeda. Di Wonogiri hampir sebagian besar tanahnya tidak terlalu subur untuk pertanian,
berbatuan dan kering membuat penduduknya lebih banyak merantau (boro).

Pada area Bendungan Pidekso, kondisi pondasi sepanjang As Dam terdapat beragam litologi yang terdiri dari Tuff
Lapilli, Tuff Pasiran, Endapan Piroklastik, Endapan Sungai dan Endapan Koluvial pada permukaan sandaran kanan dan kiri
(Lihat lampiran penampang geologi As Dam).

Masing-masing litologi memiliki karakteristik dan kedalaman yang berbeda-beda, dalam kasus ini dikhususkan pada
daerah tubuh sungai terdapat material endapan piroklastik yang cukup lebar dan dalam yang menyebabkan mudah runtuhnya
material pada saat dilakukan pengeboran investigasi dan packer yang tidak dapat terpasang saat dilakukan tes permeabilitas.

II. URAIAN TEKNIK


Berdasarkan investigasi geologi hasil pemboran di titik bor BH6B, BHT1, dan BK 1, pada as bendungan area sekitar
river bed pada Sta. 0+160 sampai dengan Sta. 0+240 tersusun oleh litologi yang bersifat semi konsolidasi, lunak dan bersifat
porus dengan kedalaman mencapai 19.6 meter dari permukaan tanah eksisting.
Pada area bendungan Pidekso, kondisi litologi pondasi sepanjang as dam terutama di sekitar river bed pada Sta. 0+160
sampai dengan Sta. 0+240 terbentuk oleh river deposite dan endapan piroklastik. Litologi penyusun area sekitar river bed
tersebut bersifat semi konsolidasi, lunak, dan porus. Kedalaman litologi penyusun ini mencapai 19.6 meter dari permukaan
tanah eksisting.
Tebalnya lapisan semi konsolidasi tersebut, apabila dilakukan penggalian cut off trench sampai mencapai batuan keras
atau batuan dasar tidak efektif dan tidak efisien. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan pondasi pada area ini. Perbaikan pondasi
dengan cara grouting tirai dilakukan pada litologi jenis tuff lapilli. Untuk litologi jenis endapan piroklastik perbaikan pondasi
dengan cara grouting tirai dinilai tidak efektif. Hal ini karena endapan piroklastik bersifat lunak, mudah runtuh, porus, dan
banyak mengandung fragmen batuan beku yang berbentuk menyudut (angular). Dari hasil pelaksanaan pemboran pada
endapan piroklastik, banyak kendala yang menghambat proses pemboran. Hambatan tersebut antara lain berupa dinding
lubang bor runtuh, pipa bor terjepit oleh fragmen-fragmen batuan beku sehingga pemboran terhambat, pipa bor terjepit dan
tidak dapat diambil sehingga menimbulkan kerugian, dinding lubang bor pada tempat pemasangan packer bocor pada saat tes
grouting, serta pada saat tes grouting rubber packer pecah karena tertusuk oleh fragmen-fragmen batuan beku yang runcing.
Mengingat kendala tersebut di atas, dan mempertimbangkan waktu konstruksi maka pada lapisan endapan piroklastik
diperlukan perbaikan pondasi secara khusus menggunakan dinding halang atau disebut juga cut-off
wall atau diaphragm wall.
3


Tabel 1.1 Karakteristik Endapan Piroklastik

Jenis Nilai Kelas


Bor Tahun SPT
litologi batuan
permeabilitas

Endapan >30
BH. 2,2E-04 s.d
2012 ~ D-CL
6B piroklasti 9,8E-05
k ≥60

Endapan
BH. 1,0E-04 s.d
2017 ≥50 D
T1 piroklasti 9,7E-05
k

Endapan
BK- 1.2E-03 s.d
2018 ≥50 D
01 piroklasti 4,7E-04
k

Pertimbangan penggunaan diafragma wall didasarkan pada beberpaa pertimbangan sebagai berikut :
1. Pada posisi As Dam Sta. 0+160 sampai Sta. 0+240, terdapat material yang bersifat semi konsolidasi dan porus, yang
berupa endapan sungai dan endapan piroklastik.
2. Kedalaman material semi konsolidasi adalah 19.6 meter, yaitu dari permukaan tanah eksisting pada elevasi 158
hingga elevasi 138.4.
3. Ground Water Level pada area As Dam Sta. 0+160 sampai Sta. 0+240 cukup dangkal, yaitu hanya 2,5 meter dari
muka tanah,
4. Pada posisi As Dam Sta. 0+160 sampai Sta. 0+240 tipe material semi konsolidasi serta water level hanya 2,5 meter.
5. Setelah dilakukan pemboran dan grouting pada endapan piroklastik, banyak terjadi hambatan dan tidak terdeteksi
adanya semen grouting pada lubang check hole
Perbaikan pondasi dengan dinding halang bertujuan untuk memperkecil permeabilitas melewati lapisan endapan porus,
dan menambah panjang aliran equipotensial air rembesan dari waduk. Pada tipe bendungan urugan dapat digunakan dinding
cut-off jenis berikut : (1) Beton konvensional, (2) Slari bentonit semen, (3) Beton plastis.

Gambar 1.1 Dimensi Dinding Halang dengan Metode Secant Pile


Pada proyek Waduk Pidekso diusulkan menggunakan dinding halang jenis beton plastis, dengan bor pile diameter 80 cm.
Kedalaman maksimum dinding halang adalah 15 m, yaitu dari elevasi +150 m sampai elevasi +135 m. Panjang dinding
halang 80 m, dimulai dari Sta. 0+160 sampai dengan Sta. 0+240 pada As Dam Bendungan Utama.

III. TRIAL MIX BETON PLASTIS


Trial mix beton plastis perlu dilakukan di laboratorium dengan berbagai variasi komposisi campuran material.
Beberapa komposisi beton plastis yang diusulkan sebagai berikut.
Tabel 1.2 Komposisi trial mix beton plastis
TRIAL MIX
MATERIAL Unit
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5 Tipe 6 Tipe 7 Tipe 8 Tipe 9 Tipe 10

Semen Kg 100 115 125 185 185 143,6 143,6 185 185 185
Bentonite Kg 25 25 25 100 100 22,3 33,6 100 100 100
Air Liter 223 256 280 230 263 300 212,5 300 378,8 242,8
Pasir Kg 975 847 920 840 840 707,1 707,1 440 440 440
Kerikil Kg 1150 1000 780 700 700 707,1 707,1 1100 1100 1100
4


Tabel 1.3 Karakteristik material untuk dinding diafragma (ICOLD, Buletin 129, 2005)

Slari bentonit-semen terbuat dari slari bentonit dicampur dengan semen Portland tipe 1 atau 2. Fungsi utama slari
menjaga agar semen tetap dalam bentuk suspense sampai terjadi set up awal (initial set up). Semen ditambahkan setelah slari
bentonit mencapai hidrasi penuh. Pencampuran bentonit bersamaan semen dengan air tidak dibenarkan. Perbandingan semen-
air akan berpengaruh pada kekuatan, deformabilitas dan permeabilitas. Kemudian masing-masing komposisi campuran
tersebut akan ditest sebagai berikut: (1) Kuat tekan, (2) Slump, (3) Elastisitas, (4)Permeabilitas
Komposisi yang disarankan ICOLD (1985) untuk campuran slari bentonit semen per m3 adalah sebagai berikut : (1)
Semen 80 sampai 350 kg, (2) Bentonit 30 sampai 50 kg
Menurut Xanthakos persentasi campuran adalah sebagai berikut : (1) Semen 15-20%, (2) Bentonit 2-4%, (3) Pasir dan kerikil
5-10%
Perbandingan berat semen-air : (1) Untuk semen Portland, berkisar 3,3 : 1 sampai 5 : 1, (2) Untuk semen jenis blast
furnish cement (BLF) berkisar 4:1 sampai 10:1. Semen memiliki ketahanan yang lebih besar terhadap serangan atau reaksi air
tanah yang akan melarutkan kandungan kapur di dalam semen.
Sedangkan menurut USBR (2014), beton plastis biasanya memiliki slump kira-kira 8 inch untuk memastikan beton
plastis mengisi parit. Permeabilitas untuk beton plastis diperkirakan antara ordo 1 x 10-7 cm/s dan 1 x 10-9 cm/s tergantung
dari factor yang berbeda.
Berdasarkan pada kriteria yang yang didapatkan dari beberapa sumber, trial mix untuk beton plastis yang telah
diusulkan dan dilakukan pengetesan didapatkan data sebagai berikut;
Tabel 1.4 Tabel Perbandingan Hasil Trial Mix

MATERIAL Unit USBR ICOLD PEDOMAN FS TRIAL MIX


Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5
Slump mm 178 - 229 100 - 200 150 - 225 180 ± 25 170 180 190 175 160
Kadar Udara % - - 4% - 7% - - - - - -
Temperatur C - - - 5°- 35° 24 23 24 22 24
Kuat Tekan Kg/cm2 < 98,43 < 84,37 10,2 - 20,4 17.5 ± 4 - 23,13 20,71 74,113 66,504
Permeabilitas cm/dt E-7 s.d E-9 E-8 s.d E-9 E-6 s.d E-7 E-6 - 4,23E-06 2,85E-06 2,8E-06 0,000002
Young Modulus* Kg/cm2 - < 5 E soil < 5 E soil - - 478,8515 204,3436 1579,88 121,5454

MATERIAL Unit USBR ICOLD PEDOMAN FS TRIAL MIX


Tipe 6 Tipe 7 Tipe 8 Tipe 9 Tipe 10
Slump mm 178 - 229 100 - 200 150 - 225 180 ± 25 170 175 175 170 180
Kadar Udara % - - 4% - 7% - - - - - -
Temperatur C - - - 5°- 35° 24 - - - -
Kuat Tekan Kg/cm2 < 98,43 < 84,37 10,2 - 20,4 17.5 ± 4 66,198 65,586 39,984 51,7752 65,994
Permeabilitas cm/dt E-7 s.d E-9 E-8 s.d E-9 E-6 s.d E-7 E-6 1,66E-06 2,67E-06 3,19E-06 3,41E-06 3,03E-06
Young Modulus* Kg/cm2 - < 5 E soil < 5 E soil - 50,21091 844,3997 773,1788 431,0892 427,9162

Pada hasil tersebut didapatkan nilai permeabilotas trial mix rata-rata pada orde 10 E-6 dan telah memenuhi syarat ICOLD dan
juga USBR. Namun, tipe 3 memiliki nilai modulus elastisitas yang cukup rendah dan hamper menyerupai kondisi modulus
elastisitas pada tanah disekitarnya.
5

IV. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pada area bendungan Pidekso, kondisi litologi pondasi sepanjang as dam terutama di sekitar river bed pada Sta. 0+160
sampai dengan Sta. 0+240 terbentuk oleh river deposite dan endapan piroklastik. Litologi penyusun area sekitar river bed
tersebut bersifat semi konsolidasi, lunak, dan porus. Kedalaman litologi penyusun ini mencapai 19,6 meter dari permukaan
tanah eksisting dengan kedalaman water level yang dangkal (2,5 m). Tebalnya lapisan semi konsolidasi ini serta dangkalnya
water level mengakibatkan apabila dilakukan penggalian cut off trench tidak efektif dan tidak efisien.
Setelah dilakukan pemboran dan grouting pada endapan piroklastik, banyak terjadi hambatan, yaitu dinding lubang bor
runtuh, pipa bor terjepit fragmen-fragmen batuan beku, pipa bor terjepit dan tidak dapat diambil, dinding lubang bor pada
tempat pemasangan packer bocor pada saat tes grouting, dan pada saat tes grouting rubber packer pecah karena tertusuk oleh
fragmen-fragmen batuan beku yang runcing. Selain itu, pada hasil check hole tidak ditemukan partikel semen yang telah
disemprotkan pada lubang grouting. Hal ini mengindikasikan bahwa lapisan piroklastik tidak dapat digrouting
Metode perbaikan pondasi untuk mengurangi rembesan yang ideal adalah dengan membuat dinding halang (diaphragm
wall) dengan beton plastis pada lapisan endapan piroklastik, yang disambung dengan grouting tirai pada lapisan tuff lapilli.
Beton plastis yang digunakan adalah tipe 3 yakni yang memiliki nilai permeabilitas yang rendah dan juga nilai modulus
elastisitas yang menyerupai tanah disekitarnya.
6

DAFTAR PUSTAKA
[1] Stapledon David, Bell Graeme, Foster Mark, MacGregor Patrick, Fell Robin. 2018. Geotechnical Engineering of
Dams. CRC Press.
[2] Blanco, A. dkk. 2014. Methodology for the design of controlled low-strength materials. Application to the backfill of
narrow trenches. Loughborough University Institutional Repository
[3] DS Standards No.13. Embankment Dams. 2014. Reclamation : Managing Water in the West. U.S. Department of the
Interior Bureau of Reclamation
[4] Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Pedoman Pembuatan Dinding Halang (Cut-Off Wall) pada Bendungan
Urugan

Anda mungkin juga menyukai