Tanah mempunyai karakteristik dan bentuk yang berbeda-beda, dari yang mempunyai daya
dukung rendah sampai yang mempunyai daya dukung tinggi. Untuk mengetahui sifat dan karakter
tanah dapat dilakukan secara langsung dengan pengujian SPT dan CPT di lapangan serta pengujian
tanah di laboratorium.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui klasifikasi tanah dan korelasi antara pengujian CPT
atau sondir dengan SPT serta mendapatkan nilai daya dukung tanah berdasarkan Teori Meyerhof,
Terzaghi dan Peck.
Pemeriksaan sifat fisik tanah dari dua lokasi yang berbeda berdasarkan AASHTO menunjukkan,
di Kota Ketapang termasuk kelompok A-7-5 yaitu jenis tanah lempung dan Desa Tewang Menyangen
termasuk kelompok A-4 yaitu dengan jenis tanah lanau. Sedangkan berdasarkan sistem klasifikasi
Unified keduanya tergolong dalam kelompok OH dan OL yaitu tanah lempung dan lanau. Untuk nilai
daya dukung, Ketapang Kalimantan Barat pada kedalaman 20 meter berdasarkan besar qc-CPT= 60
kg/cm2 diperoleh nilai daya dukung sebesar 54,976 ton dan berdasarkan nilai N-SPT= 12 Pukulan
diperoleh nilai daya dukung sebesar 52,8 ton. Sedangkan Desa Tewang Menyangen pada kedalaman
16 meter berdasarkan besar qc-CPT= 200 kg/cm2 diperoleh nilai daya dukung sebesar 126,698 ton
dan berdasarkan nilai N-SPT= 43 Pukulan diperoleh nilai daya dukung sebesar 236,8 ton. Dan hasil
penelitian di Kota Ketapang pada kedalaman 20 meter S1-BH1 diperoleh nilai perlawanan konus (qc)
sebesar 60 kg/cm2 dan N-SPT sebanyak 12 pukulan didapat angka korelasi qc= 4,7996 N +5,983, S2-
BH2 diperoleh nilai perlawanan konus (qc) sebesar 55 kg/cm2 dan N-SPT sebanyak 12 pukulan didapat
angka korelasi qc= 4,6221 N+1,2841, Desa Tewang Menyangen pada kedalaman 16 meter S1-BH1
diperoleh nilai perlawanan konus (qc) sebesar 200 kg/cm2 dan N-SPT sebanyak 43 pukulan didapat
angka korelasi qc= 4,0148 N-21,094, S2-BH2 diperoleh nilai perlawanan konus (qc) sebesar 130
kg/cm2 dan N-SPT sebanyak 31 pukulan didapat angka korelasi qc= 3,3587 N+9,9383. Dan
berdasarkan hasil penelitian apabila dibandingkan dengan hasil penelitian oleh Terzaghi dan Peck
diperoleh perbedaan angka korelasi, di mana penelitian oleh Terzaghi dan Peck dengan angka korelasi
yang diperoleh hanya qc= 4 N.
Kata Kunci: Klasifikasi Tanah, Daya Dukung Tanah, Korelasi
____________________________
1) Bernanton adalah mahasiswa Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangkaraya.
2) M. Ikhwan Yani, S.T., M.T. adalah staf pengajar tetap di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya.
3) Ir. Suradji Gandi, M.M. adalah staf pengajar tetap di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya.
1. Berapa besar nilai daya dukung tanah (Q u) Hal yang sangat diperhitungkan dalam
dari hasil pengujian sondir (qc-CPT) dan N- pembangunan sebuah bangunan konstruksi
SPT? adalah daya dukung tanah. Braja (1985)
2. Berapa besar nilai korelasi antara nilai N- mengungkapkan keuntungan dari pengujian
SPT dan qc-CPT pada lokasi penelitian? langsung yaitu daya dukung dapat langsung
3. Apa jenis dan karakteristik tanah saat diketahui setelah pengujian di lapangan.
melakukan penelitian secara langsung? Pengujian langsung di lapangan yang banyak
4. Bagaimana hasil perbandingan antara digunakan dan tersebar di Indonesia adalah
penelitian yang dilakukan oleh Terzaghi Standart Penetration Test (SPT), Cone
dan Peck (qc= 4N) dengan hasil penelitian Penetration Test (CPT) atau banyak dikenal
dengan sondir, uji baling-baling (Vane Shear
yang dilaksanakan?
Test) dan Uji Presumeter (PMT). Di
Tujuan dari penelitian adalah Indonesia, metode yang lazim dilakukan
adalah SPT dan sondir.
1. Mengetahui nilai daya dukung tanah (Q u)
berdasarkan nilai qc-CPT dan nilai N-SPT. Untuk mengetahui parameter dan daya
2. Mengetahui nilai korelasi N-SPT dan qc- dukung tanah tersebut dapat dilakukan
CPT dari beberapa lokasi penelitian. dengan pengujian SPT (Standard Penetration
3. Mengetahui karakteristik dan jenis tanah Test) dan CPT (Cone Penetration Test) di
dengan pengujian SPT (Standard lapangan dan pengujian di laboratorium.
Penetration Test) dan CPT (Cone Standard Penetration Test (SPT)
Penetration Test) secara langsung.
4. Melakukan penelitian mengenai Teori Berikut adalah beberapa tahapan dalam
Terzaghi dan Peck mengenai korelasi nilai prosedur percobaan Standard Penetration
SPT dan CPT pada beberapa lokasi di Test (SPT) di lapangan
Kalimantan, khususnya Kalimantan 1. Mempersiapkan alat pengujian SPT (mesin
Tengah. bor, batang bor, spilt spoon sampler,
Manfaat dari penelitian ini adalah hammer, dan alat penunjang lainnya)
dalam kondisi yang prima.
1. Mengetahui lebih dalam tentang deskripsi 2. Siapkan/dirikan tower penyanggah (tripod)
tanah dan stratifikasinya baik dalam di atas mesin bor dengan baik tempat
pengujian di lapangan. bergantungnya hammer (penumbuk) SPT.
2. Memberikan pengetahuan lebih kepada 3. Melakukan pengujian dengan membuat
masyarakat maupun mahasiswa teknik sipil lobang bor dan membuat lobang sampai
khususnya yang berminat dalam kedalaman testing yang sudah
pengetahuan geoteknik. direncanakan.
3. Dapat mengetahui nilai korelasi dari hasil 4. Melakukan pengujian pengambilan sampel
percobaan pengujian lapangan dengan dengan alat spilt spoon sampler dengan
SPT dan CPT. bantuan penumbuk (hammer) yaitu
4. Mendapatkan pengalaman secara langsung melakukan tumbukan dengan pukulan palu
mengenai pengujian lapangan dengan seberat 63,5 kg dan ketinggian jatuh 76
menggunakan alat pengujian tanah dan cm dengan penetrasi pukulan setiap 15 cm
fungsi alat pengujian tersebut. dan dicatat jumlah pukulan dalam Nvalue.
TINJAUAN PUSTAKA Contoh: N1= 10 pukulan/15 cm
Tanah merupakan pondasi pendukung suatu N2 = 5 pukulan/15 cm
bangunan yang berdiri di atasnya dan menjadi N3 = 7 pukulan/15 cm
salah satu pendukung kokohnya suatu Maka total jumlah pukulan yang dipakai
konstruksi tersebut. Mengingat hampir semua adalah jumlah N2 + N3= nilai N (5+7 =
bangunan itu dibuat di atas tanah maka perlu 12). N1 tidak dipakai karena dianggap sisa
untuk mengetahui karakter tanah dan daya kotoran pengeboran yang tersisa yang
dukung yang dapat diberikan oleh tanah tertinggal di dasar lobang bor, sehingga
tersebut terhadap bangunan konstruksi. perlu dibersihkan untuk memperkecil
efisiensi gangguan sehingga data lebih
akurat.
Hasil contoh tanah dikeluarkan dari alat Rumus daya dukung tanah Terzaghi di atas
spilt spoon sampler dan dideskripsikan berlaku pada kondisi “general shear failure”
jenis dan gambaran tanah yang meliputi yang terjadi pada tanah padat atau agak
komposisi, struktur, warna, dan konsistensi keras, yaitu karena desakan pondasi
tanah dan diamankan ke dalam tempat bangunan pada tanah, maka mula-mula
sampel yaitu core box. terjadi penurunan kecil, tetapi bila desakan
bertambah sampai melampaui batas daya
Pada saat pengujian apabila dalam interval
dukung tanah ultimit, maka akan terjadi
4x penumbukan nilai SPT ≥ 50 dalam
penurunan yang besar dan cepat, dan tanah
pengambilan SPT= 2 m maka hentikan
di bawah pondasi akan mendesak tanah
pengujian dan catat hasil.
sekitarnya ke samping dan menyebabkan
Cone Penetration Test (CPT)/Sondir tanah tersebut terdesak naik ke atas
permukaan tanah. Nilai faktor daya dukung
Percobaan sondir atau Cone Penetration Test
Terzaghi yang ditentukan oleh besar sudut
(CPT) adalah suatu pengujian tanah yang
geser dalam dapat kita lihat pada Tabel 1
cukup banyak digunakan di Indonesia.
berikut.
Metode pengujian ini dikembangkan oleh para
insinyur Belanda dan digunakan pertama kali Tabel 1. Nilai Faktor Daya Dukung Terzaghi
Tahun 1935. Bagian utama alat ini adalah yang Ditentukan Oleh Besar Sudut
sebuah kerucut terbalik atau disebut konus Geser Dalam
yang terbuat dari logam dengan ujung
bersudut 60º luas dasar 10 cm². Prinsip
kerjanya adalah alat ini didorong masuk ke
dalam tanah dengan kecepatan konstan
dengan sambungan-sambungan pipa-pipa
logam sepanjang 100 cm/batang dan gaya
perlawanan tanah terhadap konus dicatat
pada interval kedalaman tertentu. Nilai Meyerhof menyarankan suatu persamaan
tahanan konus (qc) sama denagn perlawanan daya dukung yang mirip dengan Terzaghi.
dibagi dengan luas dasar konus (10 cm²). Meyerhof mengemukakan persamaan untuk
Dari pengujian akan didapat profil nilai menghitung daya dukung ijin untuk
tahanan konus qc terhadap kedalaman. Data penurunan sebesar 25 mm. Persamaan ini
ini sangat berguna untuk menentukan dapat digunakan untuk menghasilkan kurva
pelapisan tanah, dan kompresibilitas, yang serupa yang diusulkan Terzaghi dan
kedalaman tanah untuk mendukung pondasi. Peck. Dalam perkembangannya, Meyerhof
Persamaan Terzhagi bila memakai data juga telah menghasilkan persamaan untuk
laboratorium untuk pondasi dengan bentuk menghitung daya dukung tiang pancang
lingkaran adalah sebagai berikut: berdasarkan data hasil pengujian sondir atau
CPT dan juga data SPT. Sehingga daya
Untuk pondasi lingkaran ...........................(1) dukung ultimit pondasi tiang berdasarkan
Qu=1,3.C.Nc+po.Nq+0,3.Ȗ.B.NȖpo=(Df.Ȗ) data CPT dinyatakan dengan rumus:
Untuk pondasi bujur sangkar ....................(2) ...........................(4)
Qu=1,3.C.Nc+po.Nq+0,4.Ȗ.B.NȖ
Untuk pondasi dalam ...............................(3) ......................................(5)
Qult=Qujung+Qselimut=Qu+(KxFsxD) dengan D adalah diameter/lebar sisi (m), Ab
dengan Qult adalah daya dukung ultimit adalah luas penampang (m2), K adalah
pondasi, Û adalah berat volume tanah, D keliling tiang (m), JHL adalah jumlah
adalah kedalaman dasar pondasi, C adalah hambatan lekat dari data CPT (kg/cm), qc
kohesi tanah, B adalah lebar/diameter adalah nilai konus, Qu adalah nilai daya
pondasi, po adalah tekanan over burden pada dukung tanah (ton), dan Qult adalah nilai daya
dasar pondasi(kN/m2), po= (Df.Ȗ), dan dukung maksimum (ton).
Nc,Nq,NȖ adalah faktor daya dukung tanah Perhitungan kapasitas daya dukung dari data
(bearing capacity factors) yang besarnya SPT memakai Metode Meyerhof terbagi
tergantung dari sudut geser tanah.
menjadi dua yaitu persamaan untuk tanah 1. Tanah berbutir kasar (coarse-grained-soil),
kohesif dan persamaan untuk tanah non- yaitu tanah kerikil dan pasir di mana
kohesif. Oleh karena itu perlu pengecekan kurang dari 50 % berat total contoh tanah
terhadap kohesifitas tanah sebelum dilakukan lolos saringan No. 200. Simbol dari
perhitungan. Pengelompokan tanah kelompok ini dimulai dari huruf G atau S.
berdasarkan sifat lekatannya sebagai berikut: G adalah untuk kerikil (gravel) atau tanah
berkerikil, dan S adalah untuk pasir (sand)
1. Tanah kohesif adalah tanah yang
atau tanah berpasir.
mempunyai sifat lekatan antara butir-
2. Tanah berbutir-halus (fine-grained-soil),
butirnya. (misalnya tanah lempungan=
yaitu tanah di mana lebih dari 50 % berat
mengandung lempung cukup banyak).
total contoh tanah lolos saringan No.200.
Maka, persamaan Meyerhof untuk tanah
Simbol dari kelompok ini dimulai dengan
kohesif adalah
huruf awal M untuk lanau (silt) anorganik,
Qp=40xN–SPT x Ap ............................(6) C untuk lempung (clay) anorganik, dan O
untuk lanau organik dan lempung-organik.
2. Tanah non kohesif adalah tanah yang tidak
Simbol Pt digunakan untuk tanah gambut
mempunyai atau sedikit sekali lekatan
(peat), dan tanah-tanah lain dengan kadar
antara butir-butirnya. (hampir tidak
organik yang tinggi.
mengandung lempung misalnya pasir).
Simbol-simbol lain yang digunakan untuk
Maka, persamaan Meyerhof untuk tanah
klasifikasi USCS adalah W adalah well
non-kohesif adalah
graded (tanah bergradasi baik), P adalah
Qp=40xN–SPTxLi/DxAp .......................(7) poorly graded (tanah bergradasi buruk), L
adalah low plasticity (plastisitas rendah)
Dengan D adalah diameter tiang, Li
(LL < 50), dan H adalah high plasticity
adalah panjang lapisan tanah (m), Ap
(plastisitas tinggi) LL > 50.
adalah luas penampang tiang (m²), dan N
adalah jumlah pukulan SPT. Sistem Klasifikasi AASHTO
Analisis Regresi dan Korelasi Sistem klasifikasi ini dikembangkan Tahun
1929 sebagai Public Road Administration
Analisis korelasi adalah alat statistika yang
System. Pada sistem ini, tanah diklasifikasikan
dapat dipakai untuk menggambarkan derajat
menjadi tujuh kelompok besar, yaitu A-1
hubungan linier antara satu variabel dengan
sampai A-7. Tanah yang diklasifikasikan A-1
variabel lainnya. Analisis korelasi sering kali
sampai A-3 adalah tanah berbutir kasar,
digunakan bersama-sama dengan regresi
sedangkan untuk A-4 sampai A-7 adalah
untuk mengukur seberapa baik garis regresi
tanah lanau-lempung
menerangkan dari variabel tak bebas (Y).
Korelasi juga dapat digunakan tanpa analisis METODE PENELITIAN
regresi, namun hanya untuk mengukur
Pengumpulan Data Lapangan
derajat hubungan antara dua buah variabel.
Untuk pengisian data CPT lapangan dapat
Y= A+BX ...........................................(8)
dilihat pada Tabel 2 berikut:
Apabila A dan B mengambil nilai seperti A= 0
Tabel 2. Log Bor Uji SPT 1
dan B= 1, persamaan akan menjadi Y= X.
Sistem Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah sistem
pengaturan beberapa jenis tanah yang
berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang
serupa ke dalam kelompok-kelompok dan
subkelompok berdasarkan pemakaiannya.
Sistem Klasifikasi Unified
Sistem ini diperkenalkan oleh Casagrande
(1942). Sistem ini mengelompokkan tanah ke
dalam dua kelompok besar:
Tabel 3. Log Bor Uji SPT 2 Tabel 5. Koreksi Data qc-Sondir dan N-SPT
Ketapang (S2-BH2)
i 1 i 1
Ketapang, Kalimantan Barat
a y bx , sehingga
Tabel 10. Deskripsi Tanah Hasil Uji Boring n n
disimpulkan dari persenan lolos dengan nilai sebesar 130 kg/cm2 dan N-SPT
36,2% saringan No. 200, nilai indeks sebanyak 31 pukulan didapat angka
plastisitas (PI) yaitu 8,64%. Berdasarkan data korelasi qc= 3,3587 N+9,9383.
tersebut diklasifikasikan menurut AASHTO 3. Untuk sifat fisik tanah berdasarkan
dengan persyaratan maksimal 35% lolos AASHTO diperoleh hasil yaitu jenis tanah
saringan No. 200, Batas cair (LL) maksimal dari Kota Ketapang termasuk kelompok A-
40%, Indeks plastisitas maksimal 10%, dan 7-5 yaitu jenis tanah lempung dan jenis
indek kelompok (GI) maksimal 8 maka dapat tanah Desa Tewang Menyangen termasuk
disimpulkan termasuk kelompok tanah A-4 kelompok A-4 yaitu dengan jenis tanah
yaitu jenis tanah Lanau. Sedangkan menurut lanau berpasir. Sedangkan berdasarkan
Unified tanah berbutir yang lebih dari 50% sistem klasifikasi Unified jenis tanah lokasi
tertahan saringan No. 200 termasuk kelompok Ketapang Kalbar, termasuk kelompok OH
OL yaitu jenis tanah lanau dengan plastisitas yaitu jenis tanah lempung dengan
rendah. plastisitas tinggi dan Tewang Menyangen
termasuk kelompok OL yaitu jenis tanah
PENUTUP
lanau berpasir.
Kesimpulan 4. Dari hasil penelitian dari dua lokasi yang
berbeda di daerah Kalimantan khususnya
1. Untuk nilai daya dukung tanah (Qu)
Kalimantan tengah, apabila dibandingkan
berdasarkan Metode Meyerhof dari dua
dengan penelitian oleh Terzaghi dan Peck
lokasi penelitian diperoleh hasil yaitu
(qc= 4 N) diperoleh perbedaan yang cukup
a. Ketapang Kalimantan Barat pada
signifikan.
kedalaman 20 meter berdasarkan besar
qc-CPT= 60 kg/cm2 diperoleh nilai daya DAFTAR PUSTAKA
dukung (Qu) sebesar 54,976 ton dan
Anonim. 1984. ASTM Annual Book: Standard
berdasarkan nilai N-SPT= 12 pukulan
Classification of Peat Samples by
diperoleh nilai daya dukung (Qu)
Laboratory Testing (D4427-84). ASTM.
sebesar 52,8 ton.
Section 4 Volume 04.08 Soil and Rock,
b. Desa Tewang Menyangen pada
pp 883-884.
kedalaman 16 meter berdasarkan besar
qc-CPT= 200 kg/cm2 diperoleh nilai Anonim. 2009. “Panduan Praktikum Mekanika
daya dukung (Qu) sebesar 126,698 ton Tanah I”. Palangka Raya: Jurusan Teknik
dan berdasarkan nilai N-SPT= 43 Sipil.
pukulan diperoleh nilai daya dukung
Braja, M. D. 1985. Mekanika Tanah (Prisip-
(Qu) sebesar 236,8 ton.
prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1.
2. Hasil penelitian langsung dari dua lokasi
Jakarta: Erlangga.
yang berbeda setiap lokasi memiliki angka
korelasi yang berbeda-beda yaitu: Hary, C. H. 1980. Mekanika Tanah I. Cetakan
a. Kota Ketapang, Kalimantan Barat pada Pertama, edisi 3. Yogyakarta: Gadjah
kedalaman 20 meter S1-BH1 diperoleh Mada University Press.
nilai perlawanan konus (qc) sebesar 60
Hanrahan, E. T. 1954. “An Investigation of
kg/cm2 dan N-SPT sebanyak 12
Some Physical Properties of Peat”.
pukulan didapat angka korelasi qc=
Geotechnique 4(3).
4,7996 N+5,983; S2-BH2 diperoleh
nilai perlawanan konus (qc) sebesar 55 Koesoemadinata. 1980. Geologi Minyak dan
kg/cm2 dan N-SPT sebanyak 12 Gas Bumi. Jilid 1 Edisi Kedua. Bandung:
pukulan didapat angka korelasi qc= ITB.
4,6221 N+1,2841.
Mochtar, N. E. dan I. I. Ending. 1999.
b. Desa Tewang Menyangen, Katingan
“Aplikasi Model Gibson & Lo untuk Tanah
pada kedalaman 16 meter S1-BH1
Gambut Berserat di Indonesia”. Jurnal
diperoleh nilai perlawanan konus (qc)
Teknik Sipil ITB 6(1).
sebesar 200 kg/cm2 dan N-SPT
sebanyak 43 pukulan didapat angka MacFarlane, I. C. 1959. Muskeg Engineering
korelasi qc= 4,0148 N-21,094; S2-BH2 Handbook. National Research Council of
diperoleh nilai perlawanan konus (qc)